17

Click here to load reader

8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ni ok

Citation preview

Page 1: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

TUGAS KEPERAWATAN ANAK II

HIPERBILIRUBINEMIA

Disusun Oleh

Agnes Fitria N1A005001

Ima Sukmawati N1A0050012

Denti Budiarti N1A005013

Titis Aprilia N1A005014

Agus Aji P N1A005016

Bambang Aditya N1A005026

Elfira N N1A005048

Marita Widy P N1A004049

Yulia Rahmi N1A005059

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2007

Page 2: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

BAB I

KONSEP MEDIS

Sebelum membahas Hiperbilirubinemia, maka perlu diketahui dulu tentang

ikterus pada bayi. Karena itu merupakan salah satu tanda Hiperbilirubinemia yang dapat

diketahui oleh seorang perawat sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang.

A. Definisi

1. Ikterus

Adalah perubahan warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan organ

lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah dan ikterus

sinonim dengan jaundice.

2. Ikterus Fisiologis

Ikterus fisiologis menurut Tarigan (2003) dan Callhon (1996) dalam Schwats

(2005) adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

• Timbul pada hari kedua – ketiga

• Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg % pada

neonatus cukup bulan dan 10 mg % per hari pada kurang bulan

• Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari

• Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg %

• Ikterus hilang pada 10 hari pertama

• Tidak mempunyai dasar patologis

3. Ikterus Pathologis/ hiperbilirubinemia

Ikterus patologis/hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar

konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk

menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau

mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Ikterus yang kemungkinan

menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan karakteristik sebagai berikut :

a. Menurut Surasmi (2003) bila :

Page 3: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

• Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran

• Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap 24 jam

• Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus < bulan dan

12,5 % pada neonatus cukup bulan

• Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim

G6PD dan sepsis)

• Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia,

hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia,

hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.

b. Menurut tarigan (2003), adalah :

Suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang

mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak

ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang

patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin

mencapai 12 mg % pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi yang kurang

bulan. Utelly menetapkan 10 mg % dan 15 mg %.

4. Kern Ikterus

Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.

Kern Ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus

cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg %) dan disertai

penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak.

Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf spatis yang terjadi secara

kronik.

B. Jenis Bilirubin

Menuru Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjad dua jenis yaitu:

1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu

bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan

komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa

melewati sawar darah otak.

2. bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut

Page 4: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

dalam air dan tidak toksik untuk otak.

C. Etiologi

Etiologi hiperbilirubin antara lain :

1. Peningkatan produksi

• Hemolisis, misalnya pada inkompalibilitas yang terjadi bila terdapat

ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan rhesus dan

ABO.

• Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran

• Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang

terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis

• Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase)

• Breast milk jaundice yang disebabkan oleh kekurangannya pregnan 3 (alfa),

20 (beta), diol (steroid)

• Kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga kadar bilirubin indirek

meningkat misalnya pada BBLR

• Kelainan congenital

2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya

hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiazine.

3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin

yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,

toksoplasmasiss, syphilis.

4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ektra hepatic.

5. Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya pada ileus obstruktif.

D. Patofisiologi

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.

Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin

pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan

penghancuran eritrosit, polisitemia.

Page 5: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan

kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang,

atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan

kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus

yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.

Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan

tubuh. Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut

dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek

patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan

yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan

pada syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih

dari 20 mg/dl.

Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya

tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudak melewati darah otak

apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, hipoksia, dan hipolikemia.

E. Tanda dan Gejala

Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :

a. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada

neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.

b. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan

opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis

serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan

displasia dentalis).

Sedangakan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada

kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin

darah mencapai sekitar 40 µmol/l.

F. Komplikasi

Terjadi kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada

Page 6: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi

tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu

(involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dn akhirnya

opistotonus.

G. Pemeriksaan Penunjang

Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :

• Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat

kelahiran

• Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali

pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan

• Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam

pertama kelahiran

H. Penilaian Ikterus Menurut Kramer

Ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Dan membagi tubuh bayi baru

lahir dalam lima bagian bawah sampai tumut, tumit-pergelangan kaki dan bahu

pergelanagn tangan dan kaki seta tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan.

Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang tulangnya

menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain. Kemudian penilaian

kadar bilirubin dari tiap-tiap nomor disesuaikan dengan angka rata-rata didalam

gambar di bawah ini :

Tabel hubungan kadar bilirubin dengan ikterus

Derajat

Ikterus

Daerah Ikterus Perkiraan kadar Bilirubin (rata-rata)

Aterm Prematur1 Kepala sampai leher 5,4 -

Page 7: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

2 Kepala, badan sampai

dengan umbilicus

8,9 9,4

3 Kepala, badan, paha,

sampai dengan lutut

11,8 11,4

4 Kepala, badan, ekstremitas

sampai dengan tangan dan

kaki

15,8 13,3

5 Kepala, badan, semua

ekstremitas sampai dengan

ujung jari

I. Diagnosis Banding Ikterus

Page 8: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan

penunjang atau

diagnosis lain yang

sudah diketahui

Kemungkinan

diagnosis

• Timbul saat lahir

hari ke-2

• Riwayat ikterus

pada bayi

sebelumnya

• Riwayat penyakit

keluarga: ikterus,

anemia,

pembesaran hati,

pengangkatan

limfa, defisiensi

G6PD

Sangat ikterus

Sangat pucat

Hb<13 g/dl, Ht<39%

Bilirubin>8 mg/dl

pada hari ke-1 atau

kadar Bilirubin>13

mg/dl pada hari ke-2

ikterus/kadar

bilirubin cepat

Bila ada fasilitas:

Coombs tes positif

Defisiensi G6PD

Inkompatibilitas

golongan darah ABO

atau Rh

Ikterus hemolitik

akibat inkompatibilitas

darah

• Timbul saat lahir

sampai dengan hari

ke2 atau lebih

• Riwayat infeksi

maternal

Sangat ikterus

Tanda infeksi/sepsis:

malas minum,

kurang aktif, tangis

lemah, suhu tubuh

abnormal

Lekositosis,

leukopeni,

trombositopenia

Ikterus diduga karena

infeksi berat/sepsis

• Timbul pada hari 1

• Riwayat ibu hamil

pengguna obat

• Ikterus hebat timbul

pada hari ke2

• Ensefalopati timbul

pada hari ke 3-7

Ikterus

Sangat ikterus,

kejang, postur

abnormal, letragi

Bila ada fasilitas:

Hasil tes Coombs

positif

Ikterus akibat obat

Ensefalopati

Page 9: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

• Ikterus hebat yang

tidak atau terlambat

diobati

• Ikterus menetap

setelah usia 2

minggu

• Timbul hari ke2

arau lebih

• Bayi berat lahir

rendah

Ikterus berlangsung

> 2 minggu pada

bayi cukup bulan dan

> 3 minggu pada

bayi kurang bulan

Bayi tampak sehat

Faktor pendukung:

Urine gelap, feses

pucat, peningkatan

bilirubin direks

Ikterus

berkepenjangan

(Prolonged Ikterus)

Ikterus pada bayi

prematur

J. Penatalaksanaan

Berdasarkan pada penyebabnya maka manajemen bayi dengan hiperbilirubinemia

diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia.

Pengobatan mempunyai tujuan :

1. Menghilangkan anemia

2. Menghilangkan antibody maternal dan eritrosit teresensitisasi

3. Meningkatkan badan serum albumin

4. Menurunkan serum bilirubin

Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse

albumin dan therapi obat.

a. Fototherapi

Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti

untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas

yang tinggi ( a bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum)

akan menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin

dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika

cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua

Page 10: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh

darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan

albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di

ekskresikan kedalam duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses konjugasi

oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat

dikeluarkan melalui urine.

Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin,

tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan

anemia.

Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl.

Noenatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi

dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk

memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan

berat badan lahir rendah.

Tabel Terapi

Berikut tabel yang menggambarkan kapan bayi perlu menjalani fototerapi dan

penanganan medis lainnya, sesuai The American Academy of Pediaatrics (AAP)

tahun 1994

Bayi lahir cukup bulan (38 – 42 minggu)

Usia bayi

(jam)

Pertimbangan

terapi sinar

Terapi sinar Transfuse

tukar bila

terapi sinar

intensif gagal

Transfuse

tukar dan

terapi sinar

intensifKadar bilirubin Indirek serum Mg/dl

<2425 -48 >9 >12 >20 >2549 – 72 >12 >15 >25 >30

>72 >15 >17 >25 >30

Bayi lahir kurang bulan perlu fototerapi jika:

Usia (jam) Berat lahir <

1500 g kadar

BL 1500 – 2000 g

kadar bilirubin

BL >2000 g kadar

bilirubin

Page 11: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

bilirubin< 24 > 4 > 4 > 5

25 - 48 > 5 > 7 > 849 - 72 > 7 > 8 > 10

> 72 > 8 > 9 > 12

Panduan terapi sinar berdasarkan kadar bilirubin serum

Saat timbul ikterus Bayi cukup bulan sehat

kadar bilirubin, mg/dl:

(µmol/l)

Bayi denagn factor

resiko (kadar bilirubin,

mg/dl:µmol/l)Hari ke 1 Setiap terlihat ikterus Setiap terlihat ikterusHari ke 2 15 (260) 13 (220)Hari ke 3 18 (310) 16 (270)Hari ke 4 dst 20 (340) 17 (290)

b. Transfusi Pengganti

Transfuse pengganti atau imediat didindikasikan adanya faktor-faktor :

1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu

2. Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir

3. Penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama

4. Kadar bilirubin direk labih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama

5. Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama

6. Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl

7. Bayi pada resiko terjadi kern Ikterus

Transfusi pengganti digunkan untuk:

1. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel

darah merah terhadap antibody maternal

2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan)

3. Menghilangkan serum ilirubin

4. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dangan

bilirubin

Pada Rh Inkomptabilitas diperlukan transfuse darah golongan O segera (kurang

dari 2 hari), Rh negative whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung

antigen A dan antigen B. setiap 4 -8 jam kadar bilirubin harus di cek. Hemoglobin

Page 12: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

harus diperiksa setiap hari sampai stabil

c. Therapi Obat

Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang

meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik

diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum

melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi

pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi

bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus

enterohepatika

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat Penyakit

Page 13: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

Perlunya ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama, apakah

sebelumnya pernah mengkonsumsi obat-obat atau jamu tertentu baik dari dokter

maupun yang di beli sendiri, apakah ada riwayat kontak denagn penderiata sakit

kuning, adakah rwayat operasi empedu, adakah riwayat mendapatkan suntikan

atau transfuse darah. Ditemukan adanya riwayat gangguan hemolissi darah

(ketidaksesuaian golongan Rh atau darah ABO), polisitemia, infeksi, hematoma,

gangguan metabolisme hepar, obstruksi saluran pencernaan dan ASI, ibu

menderita DM.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan derajat ikterus, ikterus terlihat

pada sclera, tanda-tanda penyakit hati kronis yaitu eritema palmaris, jari tubuh

(clubbing), ginekomastia (kuku putih) dan termasuk pemeriksaan organ hati

(tentang ukuran, tepid an permukaan); ditemukan adanya pembesaran limpa

(splenomegali), pelebaran kandung empedu, dan masa abdominal, selaput lender,

kulit nerwarna merah tua, urine pekat warna teh, letargi, hipotonus, reflek

menghisap kurang/lemah, peka rangsang, tremor, kejang, dan tangisan

melengking.

3. Pengkajian Psikososial

Pengkajian psikososial antara lain dampak sakit pada anak hubungan dengan

orang tua, apakah orang tua merasa bersalah, merasa bonding, perpisahan dengan

anak.

4. Perpisahan Keluarga

Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal

keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan

mempelajari hiperbilirubinemia.

5. Laboratorium

Pada bayi denagn hiperbilirubinemia pada pemeriksaan laboratorium ditemukan

adanya Rh darah ibu dan janin berlainan, kadar bilirubin bayi aterm lebih dari

12,5 mg/dl, premature lebih dari 15 mg/dl, dan dilakukan tes Comb.

Page 14: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

B. Diagnosa Keperawatan, Tujuan dan Intervensi

1. Diagnosa Keperawatan: Kurangnya volume cairan berhubungan dengan tidak

adekuatnya intake cairan, fototerapi, dan diare.

Tujuan: Cairan tubuh neonatus adekuat.

Intervensi:

a. Catat jumlah dan kualitas feses

b. Pantau turgor kulit

c. Pantau intake out put

d. Beri air diantara menyusui atau memberi botol

2. Diagnosa Keperawatan: Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan

dengan efek fototerapi.

Tujuan: Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan

Intervensi:

a. Beri suhu lengkungan yang netral

b. Pertahankan suhu antara (35,5 – 37)oC

c. Cek tanda-tanda vital tiap 2 jam

3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan

hiperbilirubinemia dan diare.

Tujuan: Keutuhan kulit bayi bias dipertahankan

Intervensi:

a. Kaji warna kulit tiap 8 jam

b. Pantau bilirubin direk dan indirek

c. Rubah posisi setiap 2 jam

d. Masase daerah yang menonjol

e. Jaga kebersihan kulit dan kelembabannya

4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan parenting berhubungan dengan pemisahan

Tujuan:

a. Orang tua dan bayi menunjukkan tingkah laku “Attachment”

b. Orang tua dapatmengekspresikan ketidakmengertian proses bonding

Page 15: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

Intervensi:

a. Bawa bayi ke ibu untuk disusui

b. Buka tutup mata saat disusui untuk stimulasi social dengan ibu

c. Anjurkan orang tua untuk mengajak bicara anaknya

d. Libatkan orang tua dalam perawatan bila men\mungkinkan

e. Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya

5. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan meningkat berhubungan dengan terapi yang

diberikan pada bayi

Tujuan: Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi gejala-

gejala untuk menyampaikan pada tim kesehatan.

Intervensi:

a. Kaji pengetahuan keluarga klien

b. Beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi dan

perawatannya.

c. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi di rumah

6. Diagnosa Keperawatan: Risiko tinggi trauma berhubungan dengan efek

fototerapi.

Tujuan: Neonatus akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat

fototerapi.

Intervensi:

a. Tempatkan neonatus pada jaraj 45 cm dari sumber cahaya

b. Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang kecuali mata dan daerah genital

serta bokong ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya

c. Usahakan agar penutup mata tidak menutupi hidung dan bibir

d. Matikan lampu

e. Buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis tiap 8 jam

f. Buka tutup mata setiap akan disusukan

g. Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan

7. Diagnosa Keperawatan: Risiko tinggi trauma berhubungan dengan transfuse

tukar.

Tujuan: Transfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi

Page 16: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

Intervensi:

a. Catat kondisi umbilical jika vena umbilical yang digunakan

b. Basahi umbilical dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan

c. Neonatus puasa 4 jam sebelum tindakan

d. Pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu dan Rh serta darahyang

akan ditransfusikan adalah darah segar

e. Pantau tanda-tanda vital, salama dan sesudah transfusi

f. Siapkan suction bila diperlukan

g. Amati adanya gangguan cairan elektrolit; apnoe, bradikardi, kejang; monitor

pemeriksaan laboratorium sesuai program

C. Evaluasi

• Tidak terjadi kernikterus pada neonatus

• Tanda vital dan suhu tubuh bayi stabil dalam batas normal

• Keseimbangan cairan dan elektrolit bayi terpelihara

• Integritas kulit baik/utuh

• Bayi menunjukkan partisipasi terhadap rangsangan visual

• Terjalin interaksi bayi dan orang tua.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, J.1985. Maternity and Ginecologic Care. Precenton.

Handoko, I.S. 2003. Hiperbilirubinemia. Klinikku.

Page 17: 8114333-Hiperbilirubinemia.pdf

http://www.klinikku.com/pustaka/dasar/hati/hiperbilirubinemia3.html.

Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.

Pritchard, J.A. 1997. Obstetric Williams. Edisi xvii. Airlangga University Press:

Surabaya.

Saifudin, AB, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. YBPSP, Jakarta.

Solahudin, G. 2006. Kapan Bayi Kuning Perlu Terapi?. http://tabloid-

nakita.com/artikel.php3?edisi=08392&rubrik=bayi.

Schwart, M.W. 2005. Pedoman Klilik Pediatrik. Jakarta : EGC.

Surasmi, A., Handayani, S. & Kusuma, H.N. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.

Cetakan I. Jakarta : EGC.

Tarigan, M. 2003 Asuhan Keperawatan dan Aplikasi Discharge Planning Pada Klien

dengan Hiperbilirubinemia. FK Program Studi Ilmu Keperawatan Bagian

Keperawatan Medikal Bedah USU. Medan.

http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/04/05/nrs,20040405-01,id.html