Upload
andre-p
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Pengaruh Ion Pengganggu, pH dan Temperatur terhadap Kinerja Elektroda Selektif
Ion (ESI) NCS- Tipe Kawat Terlapis Berbasis Aliquat 336-NCS
-
Novita Puspita Y., Hermin Sulistyarti, Atikah
(11 Januari 2010)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ion pengganggu (I-, CN
-, S
2-), pH dan temperatur
terhadap kinerja elektroda selektif ion (ESI) NCS- (tiosianat) tipe kawat terlapis berbasis aliquat 336-
NCS-. Membran ESI dibuat dari campuran aliquat 336-NCS
- : PVC (polivinilklorida) : plasticizer DOP
(dioktilftalat) dengan perbandingan (% b/b) = 4:32:64 dalam pelarut THF (tetrahidrofuran) dengan
perbandingan (% b/v) = 1:3. Koefisien selektifitas ditentukan dengan menggunakan metode larutan
tercampur pada konsentrasi ion utama 1x10-3
1x10-1
M dan konsentrasi ion pengganggu 1x10-3
,
1x10-2
, dan 1x10-1
. Pengaruh pH dan temperatur ditentukan dengan mengukur potensial larutan
KSCN pada pH 3-10 dan pada temperatur 5 50 oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ion I
- dan
CN- mengganggu kinerja ESI NCS
-, sedangkan ion S
2- tidak mengganggu pada konsentrasi NCS
- 1x10
-1
M. Urutan selektivitas ESI NCS- tipe kawat terlapis terhadap ion pengganggu adalah I
->CN
->NCS
->S
2-.
Kinerja ESI NCS- tipe kawat terlapis dipengaruhi oleh pH 3-4 dan pH>9, dan dipengaruhi oleh
temperatur 28
oC.
Pengaruh Konsentrasi Larutan Penyerap N-(1-Naptil)-Etilendiamin Dihidroklorida
(NED) dan Waktu Pemaparan Terhadap Penentuan Gas NOx Di Udara
Ni Luh Putu Merawati, Qonitah Fardiyah, Barlah Rumhayati
(27 Januari 2010)
Abstrak
Telah dipelajari pengaruh konsentrasi larutan penyerap N-(1-naptil)-etilendiamindihidroklorida
(NED), waktu pemaparan dan usia penyimpanan larutan penyerap NED terhadap penentuan gas NOx
di udara. Dalam penelitian ini gas NOx dibuat dengan cara mereaksikan logam Cu dengan HNO3 pekat. Gas NOx terserap ke dalam tabung impinger yang berisi larutan penyerap NED. Pengukuran
absorbansi senyawa azo yang terbentuk menggunakan spektrofotometer sinar tampak pada panjang
gelombang 550 nm. Pengaruh konsentrasi larutan penyerap NED dan waktu pemaparan diperoleh
dengan cara memvariasikan konsentrasi NED dan waktu pemaparan gas NOx yaitu 0,2; 0,15; 0,1;
0,05; dan 0,025 % (b/v) serta variasi waktu pemaparan gas NOx adalah 15, 30, 45, 60 dan 75 menit.
Sedangkan untuk usia pemakaian larutan penyerap NED diamati pengukurannya selama 30 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NED, waktu pemaparan gas NOx dan usia
penyimpanan larutan penyerap berpengaruh pada kondisi optimum 0,1 % (b/v), 45 menit dan 22
hari.
Kata kunci: gas NO, konsentrasi NED, waktu pemaparan.
2 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Pengaruh Ion Klorida terhadap Kinerja Elektroda Selektif Ion Iodat Menggunakan
Ba(IO3)2 Sebagai Ionofor
Kurniawatin Ningsih, Ani Mulyasuryani, Qonitah Fardiyah
(29 Januari 2010)
Abstrak
Potensial sel dipengaruhi oleh kekuatan ion larutan, karena peningkatan kekuatan ionik larutan akan
menurunkan aktivitas ion iodat. Peningkatan potensial sel mempengaruhi kinerja ESI iodat. Kekuatan
ionik larutan dipengaruhi oleh jumlah ion dalam larutan. Oleh karena itu, pada penelitian ini
dipelajari pengaruh ion klorida terhadap kinerja ESI iodat. ESI iodat dibuat dari batang karbon yang
dilapisi Ba(IO3)2 0,01 g dalam membran kitosan. Konsentrasi ion klorida yang dipelajari adalah 110-4
,
110-3
, 110-2
, 110-1
, dan 1 M. kisaran konsentrasi iodat yang dipelajari adalah 110-8
M hingga
110-1
M. Pengukuran potensial dilakukan dengan menggunakan elektroda Ag/AgCl sebagai elektroda
pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ESI iodat memiliki waktu respon 160 detik,
bilangan Nernst 52,51 mV/dekade , batas deteksi 6,710-5
M dan kisaran konsentrasi 110-4
M hingga
110-1
M. Ion klorida menurunkan kinerja ESI iodat jika konsnetrasi ion klorida dalam larutan lebih
besar dari 110-2
M. Pada keadaan ini, terjadi penurunan bilangan Nernst, kisaran konsentrasi,
peningkatan batas deteksi, dan penurunan selektivitas ESI iodat.
Pembuatan dan Karakterisasi Elektroda Selektif Ion Tiosianat Tipe Kawat Terlapis
Berbasis Aliquat 336 Tiosianat dengan Menggunakan DOP Sebagai Plasticizer
Farahdilla Andhika Yull Fritanti, Hermin Sulistyarti, Atikah
(29 Januari 2010)
Abstrak
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi ESI tiosianat tipe kawat
terlapis berbasis Aliquat-336 dengan menggunakan DOP sebagai plasticizer dan kawat Pt sebagai
konduktor. ESI tiosianat terdiri dari membran berbahan aktif aliquat 336-tiosianat serta bahan
pendukung campuran polimer polivinil klorida (PVC) dan dioktilftalat (DOP) dalam pelarut
tetrahidrofuran (THF) dengan perbandingan 1:3 (b/v). Komposisi optimum membran ditentukan
dengan membandingkan beberapa plasticizer yang digunakan. Sifat dasar ESI yang dikarakterisasi
meliputi: faktor Nernst, kisaran konsentrasi pengukuran, batas deteksi, waktu respon, dan usia
pemakaian. Kinerja ESI terbaik diperoleh dari membran dengan komposisi 32% PVC, 64% dioktilftalat,
dan 4% ionofor. Elektroda yang telah dibuat mendekati nernstian dengan kisaran konsentrasi 10-3
10-1
M, faktor Nernst 58,010,61 mV/dekade konsentrasi, batas deteksi 5,15 x 10-4
M (29,87 ppm),
waktu respon 105 detik, dan waktu prakondisi optimum 1 jam. Membran ESI dapat digunakan
selama 20 hari dengan potensial yang stabil.
Kata kunci: ESI tipe kawat terlapis, tiosianat, plasticizer DOP.
3 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Studi Pengaruh Konsentrasi dan pH Larutan Terhadap Adsorpsi Fosfat Oleh
Biomassa Tanaman Kiambang (Salvinia molesta)
Early Surya Agustina, Chasan Bisri, Barlah Rumhayati
(3 Februari 2010)
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang kemampuan pengikatan biomassa kiambang (Salvinia molesta)
terhadap fosfat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan pH
terhadap adsorpsi fosfat serta mengetahui isoterm adsorpsinya. Kiambang yang diperoleh dari
persawahan dikeringkan dengan oven untuk mendapatkan biomassa kering dengan ukuran 120
mesh. Penentuan pengaruh pH larutan terhadap adsorpsi fosfat dilakukan pada variasi pH 6,5; 7; dan
7,5. Penentuan kapasitas adsorpsinya dilakukan pada variasi konsentrasi 1,6; 2; 4; dan 8 mg/L.
Kapasitas adsorpsi optimum dihitung berdasarkan konsentrasi fosfat dalam larutan sebelum dan
setelah proses adsorpsi. Konsentrasi awal dan akhir fosfat dalam larutan ditentukan dengan metode
Timah(II) Klorida dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa biomassa kiambang mengandung protein yang mampu berperan mengadsorpsi fosfat.
Naiknya pH menyebabkan adsorpsi juga meningkat. Kapasitas adsorpsi maksimum diperoleh pada
konsentrasi 4 mg/L dengan banyaknya fosfat teradsorpsi sebesar 0,130,01 mg fosfat per gram
biomassa kiambang dengan persen adsorpsi sebesar 68,40%. Adsorpsi fosfat oleh biomassa tersebut
mengikuti isoterm Freundlich yaitu adsorpsi terjadi pada permukaan yang heterogen.
Pengaruh Jumlah Biomassa Kiambang (Salvinia molesta) dan Waktu Kontak
Terhadap Adsorpsi Fosfat
Eka Riesanti, Chasan Bisri, Barlah Rumhayati
(3 Februari 2010)
Abstrak
Telah dilakukan penelitian yang mengkaji kemampuan biomassa kiambang (Salvinia molesta) dalam
mengadsorpsi fosfat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah adsorben dan
waktu kontak terhadap adsorpsi fosfat. Kiambang dikeringkan dalam oven dan dijadikan serbuk
dengan ukuran partikel lolos saring 120 mesh. Penentuan pengaruh jumlah adsorben terhadap
adsorpsi fosfat dilakukan pada variasi jumlah 0,02; 0,04; 0,10; 0,20; 0,30; 0,40; 0,50; dan 1,00 gram.
Penentuan waktu kontak adsorpsi dilakukan pada variasi 5, 10, 20, 30, 60, dan 120 menit.
Konsentrasi fosfat yang digunakan adalah 0,8 ppm. Penentuan konsentrasi fosfat sebelum dan
setelah adsorpsi dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan metode Timah (II) Klorida.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum adsorpsi fosfat dicapai pada jumlah adsorben
0,2 gram dan waktu kontak 10 menit.
4 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Pengaruh Konsentrasi Ion Tiosulfat dan Tiosianat Terhadap Recovery Tembaga(I)
Tiosulfat Secara Ekstraksi Fasa Padat Menggunakan Nata de Coco
Istiqomah Primasari, Ani Mulyasuryani, Danar Purwonogroho
(8 Februari 2010)
Abstrak
Pada recovery ion kompleks tembaga(I) tiosulfat terjadi mekanisme penukaran ion, sehingga muatan
eluen dapat mempengaruhi hasil recovery. Dengan demikian pada penelitian ini dipelajari
kemampuan nata de coco sebagai fasa padat serta pengaruh penggunaan eluen yaitu ion tiosulfat
dan tiosianat terhadap recovery tembaga(I) tiosulfat. Preparasi fasa padat dilakukan dengan
merendam nata de coco (ketebalan 0,06 mm) ke dalam larutan CTAB 0,5 mM selama 24 jam. Proses
ekstraksi menggunakan 10 mL tembaga(I) tiosulfat dengan konsentrasi 10 ppm dan proses recovery
menggunakan 10 mL eluen. Eluen yang digunakan yaitu larutan Na2S2O3 konsentrasi 0,25; 0,50; 0,75;
1,00; 1,25 mM dan KSCN konsentrasi 0,50; 1,00; 1,50; 2,00; 2,50 mM. Berdasarkan hasil penelitian,
nata de coco dapat digunakan sebagai fasa padat pada proses recovery ion tembaga(I) tiosulfat.
Efisiensi ekstraksi tembaga(I) tiosulfat oleh nata de coco yang dipreparasi dengan CTAB adalah 55,5%
dan oleh nata de coco tanpa CTAB adalah 33%. Hasil recovery kompleks tembaga(I) tiosulfat
menggunakan ion tiosulfat memberikan persen recovery lebih tinggi dibandingkan dengan ion
tiosianat. Ion tiosulfat memberikan persen recovery hingga 8,49% pada konsentrasi 1,25 mM dimana
perbandingan tembaga(I) tiosulfat dengan eluen 1:15.
Pengaruh pH Terhadap Kinerja Biosensor Konduktometri Asam Urat Menggunakan
Membran Nata de Coco
Agustin Dhini Dialesi, Ani Mulyasuryani, Arie Srihardyastuti
(15 Maret 2010)
Abstrak
Biosensor asam urat dapat dikembangkan dengan metode konduktometri berdasarkan pengukuran
konduktansi ion H3O+, HCO3
- dan CO3
2- hasil disosiasi H2CO3, asam lemah yang dihasilkan dari CO2
terlarut dalam air. Gas CO2 dihasilkan dari reaksi oksidasi asam urat oleh urikase. Kinerja biosensor
konduktometri asam urat dipengaruhi oleh pH, karena aktivitas urikase bergantung pada pH. Selain
itu, pH juga berpengaruh terhadap komposisi ion dalam larutan dan selektifitas biosensor. Kinerja
biosensor konduktometri asam urat yang telah dibuat dipelajari pada kisaran pH 7,5 hingga 9,5 dan
konsentrasi asam urat 0 hingga 10 ppm. Hasil penelitian menunjukkan kinerja biosensor
konduktometri asam urat dipengaruhi oleh pH. Kinerja biosensor terbaik dihasilkan pada pH 7,5.
Pada kondisi tersebut biosensor konduktometri asam urat menunjukkan kepekaan sebesar 4,55
nmho/ppm pada kisaran konsentrasi pengukuran 2 hingga 6 ppm, batas deteksi 2,00 ppm, waktu
respon 150 detik dan efisiensi biosensor hingga 55 kali pengukuran.
5 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Studi Pengaruh Waktu Kontak dan Massa Adsorben Terhadap Adsorpsi Pb(II) Pada
Adsorben Biomassa Kiambang (Salvinia molesta)
Alvin Juniawan, Barlah Rumhayati, Chasan Bisri
(23 April 2010)
Abstrak
Metode adsorpsi adalah salah satu cara untuk untuk menurunkan kadar zat kimia dan logam berat
yang terlarut dalam air misalnya logam berat Pb. Pada penelitian ini logam berat Pb(II) diadsorpsi
pada adsorben dari biomassa kiambang (Salvinia molesta). Adsorben dibuat dengan memanaskan
biomassa kiambang pada suhu 60oC selama 12 jam, kemudian dihaluskan dan diayak menggunakan
ayakan 120 mesh. Serbuk kiambang yang lolos ayakan 120 mesh(ukuran
6 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Sequential Injection Analysis Untuk Penentuan Kromium(III) Dan Kromium(VI)
Menggunakan Pengoksidasi Kalium Permanganat (KMnO4)
Ira Ustiningrum, Akhmad Sabarudin, Hermin Sulistyarti
(5 Mei 2010)
Abstrak
Kromium merupakan logam berat yang bersifat racun. Konsentrasi kromium di dalam sampel air
lingkungan sangat rendah. Oleh karena itu diperlukan metode penentuan yang sensitif untuk kromium.
Sequential Injection Analysis yang menyediakan system on-line dan dilengkapi dengan sistem reaksi
oksidasi adalah salah satu metode yang efektif untuk penentuan kromium(III) dan kromium(VI). Pada
penelitian ini, Cr(III) dioksidasi menjadi Cr(VI) menggunakan pengoksidasi kuat kalium permanganat
(KMnO4). Cr(VI) yang terbentuk direaksikan dengan 1,5-difenilkarbazid (DiPC) untuk membentuk kompleks
Cr(VI)-DiPC, yang selanjutnya dideteksi secara spektrofotometri pada 540 nm. Kondisi yang
mempengaruhi penentuan Cr(III) dan Cr(VI) telah dipelajari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi
optimum dari penentuan Cr(III) dan Cr(VI) adalah pada pH 4, konsentrasi KMnO4 1.10-4
M dengan volume
75 L, konsentrasi DiPC 1.10-5
M dengan volume 50 L, volume sampel 200 L, laju alir ke detektor 20
L/s dan waktu delay selama 10 detik. Metode ini berhasil diterapkan untuk penentuan kadar Cr(III) dan
Cr(VI) dalam berbagai macam sampel air dengan hasil yang memuaskan.
Kata kunci: Ion kromium(III) dan kromium(VI), kalium permanganat, Sequential Injection Analysis.
Sequential Injection AnalysisLab At Valve Untuk Spesiasi Kromium Secara Kolorimetri
dengan Menggunakan Pengoksidasi H2O2 dan Pengompleks
1,5-Difenilkarbazida (DiPC)
Indah Ardiningsih, Akhmad Sabarudin, Hermin Sulistyarti
(12 Mei 2010)
Abstrak
Kromium di alam umumnya berada pada dua tingkat oksidasi yang berbeda, yaitu Cr(III) yang merupakan
unsur mikro yang penting bagi tubuh mahkluk hidup dan Cr(VI) yang bersifat racun. Beberapa metode
pendeteksian kromium telah banyak dilakukan, namun tidak dapat memberikan informasi yang akurat
mengenai toksisitas kromium dalam air tersebut, karena hanya mendeteksi kromium total saja. Untuk itu
perlu dilakukan penentuan kromium pada masing masing spesi-nya, seperti metode spesiasi. Pada
penelitian kali ini, dilakukan spesiasi kromium dengan menggunakan SIA, sistem berbasis laju alir yang
dimodifikasi dengan adanya Lab-At-Valve untuk memaksimalkan reaksi. Penentuan Cr(VI) didasarkan
reaksi antara reagen pengompleks 1,5-difenilkarbazida (DiPC) dengan Cr(VI) membentuk kompleks Cr(VI)-
DiPC yang dapat dideteksi secara kolorimetri pada panjang gelombang 540 nm. Kromium total didapatkan
dengan mengoksidasi Cr(III) dengan pengoksidasi H2O2 dalam suasana basa, sehingga Cr(VI) hasil oksidasi
bersama dengan Cr(VI) yang ada dalam sampel dapat dikomplekskan dengan reagen DiPC, kemudian
ditentukan secara kolorimetri dengan metode yang sama. Hasil optimum didapat dengan menggunakan
konsentrasi pengoksidasi H2O2 10-5
M, konsentrasi pengompleks difenilkarbazida 2.10-5
M, volume H2O2
20 L, volume difenilkarbazida 50 L dan volume sampel 60 L, serta waktu delay 10 detik dan laju alir
menuju detektor 25 L/s. Metode ini selanjutnya diaplikasikan untuk spesiasi kromium dalam beberapa
sampel air, yang meliputi air sungai, air sumur dan air ledeng dengan hasil yang baik, dimana LOD untuk
Cr(VI) dan Cr total berturut-turut sebesar 0,0089 dan 0,0103 ppm, LOD untuk Cr(III) adalah 0,0043 ppm.
Kata kunci: SIA-LAV, spesiasi kromium.
7 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Pemekatan Cd(II) dalam Sampel Air Secara Otomatis dengan Menggunakan Kitosan
Berikatan Silang
Christina Rachmawati, Akhmad Sabarudin, Hermin Sulistyarti
(17 Mei 2010)
Abstrak
Kadmium(II) dapat menyebabkan efek keracunan pada kehidupan organisme dalam ekosistem perairan.
Logam kadmium memiliki konsentrasi yang sangat kecil dalam lingkungan perairan. Penentuan
konsentrasi kadmium dilakukan dengan metode pemekatan. Pada penelitian ini, pemekatan dilakukan
secara ekstraksi fasa padat dengan menggunakan fasa diam kitosan yang telah dimodifikasi dengan
reagen pembentuk ikatan silang epiklorohidrin. Aplikasi pemekatan untuk penentuan konsentrasi Cd(II)
didasarkan pada pembentukan warna menggunakan pengompleks alizarin red S dan hasilnya dideteksi
secara otomatis dalam Automated Preteatment System (APS) menggunakan kolorimeter RGB. Kapasitas
adsorpsi kitosan berikatan silang terhadap Cd(II) diperoleh sebesar 42,395 mg/g. Parameter-parameter
yang mempengaruhi metode ini, meliputi pH pengompleks, pH sampel, volume pengompleks, laju alir
sampel, dan laju alir pengompleks. Diperoleh hasil, bahwa Cd(II) dapat teradsorpsi secara optimum pada
pH 4 dan mudah diperoleh kembali menggunakan suatu pengompleks pada pH 5. Laju alir sampel adalah
20 L/s dan laju alir pengompleks adalah 30 L/s dengan volume pengompleks 100 L. Metode ini
menghasilkan faktor pemekatan dan persen recovery yang tinggi. Oleh karena itu, metode ini sangat baik
digunakan untuk penetuan konsentrasi Cd(II) dalam sampel air.
Kata kunci: kadmium(II), pemekatan, kitosan berikatan silang, Automated Preteatment System(APS),
kolorimeter RGB.
Ekstraksi Fasa Padat Untuk Penentuan Pb(II) dalam Sampel Air Menggunakan Kitosan
Berikatan Silang
Ivana Yusnaini K., Akhmad Sabarudin, Hermin Sulistyarti
(20 Mei 2010)
Abstrak
Timbal (Pb(II)), merupakan salah satu unsur yang bersifat racun bagi kesehatan manusia. Pb(II) dalam
sampel air biasanya ditemukan dalam konsentrasi yang sangat kecil. Oleh karena itu, untuk penentuannya
diperlukan suatu metode pemekatan. Pada penelitian ini, pemekatan dilakukan dengan ekstraksi fasa
padat menggunakan kitosan berikatan silang dengan epiklorohidrin sebagai adsorben dan larutan
pengompleks alizarin red S sebagai eluen. Dalam teknik ini, sampel air dialirkan ke dalam kolom mini yang
berisi kitosan berikatan silang yang dipasangkan pada alat automated pretreatment system kemudian
dilakukan pengukuran menggunakan kolorimeter RGB. Parameter-parameter yang berpengaruh dalam
metode ini, seperti pH adsorpsi dan desorpsi, volume pengompleks, laju alir sampel, dan laju alir
pengompleks, telah dipelajari. Demikian pula dengan besarnya faktor pemekatan dan pengaruh adanya
matriks dalam sampel air juga telah dipelajari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pb(II) dapat
teradsorpsi secara optimal oleh kitosan berikatan silang pada pH 6 dengan laju alir sampel 40 L/s dan
dapat terdesorpsi optimal menggunakan alizarin red S pH 4 dengan volume 125 L dan laju alir 15 L/s.
Jumlah Pb(II) yang dapat diadsorpsi oleh kitosan berikatan silang adalah 39,875 mg/g. Metode ini
menghasilkan faktor pemekatan yang tinggi dan tidak terpengaruh dengan keberadaan matriks air yang
mengandung logam Na, K, Ca, dan Mg. Oleh karena itu, metode ini dapat diaplikasikan untuk pemekatan
dan penentuan Pb(II) dalam sampel air alami dengan hasil yang baik.
Kata kunci: kitosan berikatan silang, Pb(II), ekstraksi fasa padat, Automated Pretreatment System,
kolorimeter RGB.
8 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Pengaruh Waktu Kontak dan Kecepatan Pengocokan terhadap Recovery Mn2+
dalam Batuan Mangan Nodule Secara Ektraksi Fasa Padat
Vivin Sarwenda Pancawati, Ulfa Andayani, Qonitah Fardiyah
(2 Juni 2010)
Abstrak
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh waktu kontak dan kecepatan pengocokan adsorpsi
dan desorpsi terhadap recovery Mn2+
pada batuan mangan nodule menggunakan zeolit teraktifasi
secara ekstraksi fasa padat. Tujuan penelitian ini adalah menentukan waktu kontak dan kecepatan
pengocokan optimum pada proses adsorpsi dan desorpsi Mn2+
dari batuan mangan nodule. Zeolit
alam yang digunakan berasal dari Turen Malang yang telah diaktifasi menggunakan larutan HCl 0,8
M. Sampel Mn2+
berasal dari batuan mangan nodule yang telah didestruksi menggunakan akuaregia.
Mn2+
diadsorpsi oleh zeolit aktif dan didesorpsi menggunakan ekstraktan HCl 0,8 M. Waktu kontak
dan kecepatan pengocokan dalam proses adsorpsi dan desorpsi mempengaruhi recovery Mn2+
.
Variasi waktu kontak yang dipelajari 1-3 jam dan variasi kecepatan pengocokan yang digunakan
adalah 50-300 rpm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu kontak dan kecepatan pengocokan
adsorpsi dan desorpsi berpengaruh sangat nyata (p
9 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Penentuan Kreatinin dalam Urin Secara Kolorimetri dengan Sequential Injection-
Flow Reversal Mixing (SI-FRM)
Eka Ratri Noor Wulandari, Akhmad Sabarudin, Hermin Sulisyarti
(18 Juni 2010)
Abstrak
Kreatinin yang diekskresikan melalui urin menunjukkan keadaan ginjal seseorang. Pada penelitian ini,
penentuan kreatinin ditentukan dengan menggunakan metode Sequential Injection Analysis (SIA)
yang didasarkan pada reaksi Jaffe. Metode SIA ini dilengkapi dengan mixing coil dan pembentukan
segmen segmen pada holding coil yang disebut sebagai SI-FRM. Penyempurnaan reaksi
pembentukan senyawa kreatinin-pikrat dilakukan dengan pembentukan segmen pada holding coil
dan proses flow reversal dengan menggunakan mixing coil. Parameter parameter yang
mempengaruhi metode ini yaitu penentuan konsentrasi asam pikrat dan NaOH, laju alir flow reversal
dan produk reaksi, jumlah flow reversal, volume dan jumlah segmen optimum. Hasil penelitian
menunjukkan kondisi optimum pengukuran kreatinin yaitu dengan menggunakan konsentrasi asam
pikrat 0,035M dan NaOH 3,5%, laju alir flow reversal 5 L/detik, laju alir produk reaksi 20 L/detik,
jumlah flow reversal 4 kali dan menggunakan 3 segmen dengan masing-masing volume segmen 100
L. Senyawa kreatin mengganggu penentuan kreatinin dengan hasil uji F berbeda nyata. Metode SI-
FRM ini telah diaplikasikan langsung untuk penentuan kadar kreatinin dalam urin dengan limit
deteksi yang rendah yaitu 5,69 g/g.
Kata kunci: kreatinin, reaksi Jaffe, SI-FRM, urin.
Pengaruh Jumlah Urease terhadap Kinerja Biosensor Potensiometri Urea yang
Terbuat dari Membran Kitosan
Denny Lesmana, Ani Mulyasuryani, Sutrisno
(18 Juni 2010)
Abstrak
Menurut persamaan Michaelis-Menten, konsentrasi enzim mempengaruhi kecepatan reaksi
enzimatis sehingga secara tidak langsung mempengaruhi kinerja biosensor. Penelitian ini
mempelajari pengaruh konsentrasi urease terhadap kinerja biosensor potensiometri urea. Urease
yang dihasilkan dari isolasi dari Schizosaccharomyces pombe 3054 memiliki konsentrasi 6,4 mg/mL.
Membran kitosan digunakan untuk mengamobilisasi urease dengan jumlah enzim 2,01; 3,14; 4,00;
5,11; dan 6,40 mg. Biosensor potensiometri urea dibuat dengan melapiskan membran kitosan 0,15
mm yang mengandung urease pada permukaan elektroda H+. Biosensor hasil rancangan digunakan
untuk mengukur larutan sampel pada konsentrasi urea antara 10-8
M hingga 10-1
M pada pH 7,3.
Urease yang teramobilisasi sebesar 0,2; 0,3; 0,4; 1,0 dan 1,1 mg. Kinerja maksimum biosensor
potensiometri urea adalah pada urease teramobilisasi 1,1 mg. Biosensor potensiometri urea memiliki
waktu respon 270 detik, bilangan Nernst 27,04 mV/dekade, kisaran konsentrasi 0,06 hingga 6,00
ppm; batas deteksi 0,07 ppm. Biosensor potensiometri urea memiliki akurasi yang baik jika
digunakan hingga 40 sampel.
10 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Ketebalan Membran Nata de Coco terhadap Kinerja Biosensor Potensiometri Asam
Urat
Yuniar Dwita Amanda, Ani Mulyasuryani, Arie Srihardyastuti
(21 Juni 2010)
Abstrak
Kinerja biosensor potensiometri asam urat dipengaruhi oleh jumlah enzim urikase yang
teramobilkan. Jumlah enzim urikase yang teramobilkan dapat diatur dengan mengatur ketebalan dari
membran. Akan tetapi ketebalan dari membran dapat mempengaruhi lama waktu difusi hasil reaksi
menuju transduser. Oleh karena itu, pada penelitian ini dipelajari pengaruh ketebalan membran
terhadap kinerja biosensor potensiometri asam urat. Biosensor potensiometri asam urat dirancang
dengan melapiskan enzim urikase amobil dalam membran pada elektroda selektif ion (ESI) H+. Pada
penelitian ini, enzim urikase yang digunakan merupakan hasil isolasi Candida utilis dengan
konsentrasi enzim sebesar 1425 ppm. Sebagai media amobilisasi dari enzim urikase digunakan
membran nata de coco dengan ketebalan 0,144 mm dan 0,271 mm. Enzim urikase yang diamobilkan
pada membran nata de coco sebanyak 5 mL dalam buffer glisin pH 8,5 selama 24 jam pada suhu 5C.
Biosensor potensiometri asam urat digunakan untuk mengukur larutan asam urat dengan
konsentrasi 1 - 40 ppm pada buffer fosfat pH 9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja
biosensor potensiometri asam urat dipengaruhi oleh ketebalan membran nata de coco. Biosensor
yang mempunyai kinerja lebih baik adalah biosensor dengan ketebalan membran nata de coco 0,144
mm. Biosensor potensiometri asam urat tersebut memiliki waktu respon sebesar 180 detik, bilangan
Nersnt 26,029 mV/dekade, kisaran konsentrasi sebesar 5 hingga 20 ppm dan batas deteksi sebesar
5,66 ppm.
Pengaruh Konsentrasi Glutaraldehida terhadap Kinerja Biosensor Potensiometri
Urea Menggunakan Membran Kitosan
Agung Nugroho, Ani Mulyasuryani, Anna Roosdiana
(21 Juni 2010)
Abstrak
Kinerja biosensor potensiometri urea dipengaruhi oleh jumlah enzim yang teramobilkan. Salah satu
cara untuk mengatur jumlah enzim yang teramobilkan dapat dilakukan dengan mengatur ukuran pori
membran sebagai media amobilisasi enzim. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh konsentrasi
glutaraldehida yang ditambahkan pada saat pembuatan membran kitosan sebagai media amobilisasi
urease. Biosensor urea dibuat dengan melapiskan membran kitosan yang mengandung urease
teramobil. Membran kitosan dibuat dengan mencampurkan 60 mL larutan kitosan 2% dengan 0,15
mL glutaraldehida dengan konsentrasi antara 0,5 sampai 1,5 %. Urease yang diamobilkan pada
membran diisolasi dari Schizosaccharomyces pombe 3054 dengan konsentrasi 6,5 mg/mL. Urease
diamobilkan pada membran kitosan pada pH 7,3 selama 24 jam. Pengujian biosensor dilakukan
terhadap larutan urea dengan konsentrasi 10-8
M sampai 10-1
M pada pH 7,3. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja biosensor urea dipengaruhi oleh konsentrasi glutaraldehida. Biosensor
urea terbaik dihasilkan oleh biosensor yang dibuat dengan glutaraldehida 1,00%. Biosensor urea
tersebut memiliki waktu respon 280 detik, harga bilangan Nernst sebesar 26,26 mV/dekade pada
kisaran konsentrasi urea antara 10-6
M sampai 10-4
M, dengan limit deteksi 5,88x10-7
M. Biosensor
memiliki kepekaan yang akurat sampai 30 larutan urea.
11 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Penentuan Kreatinin dalam Urin Secara Kolorimetri dengan Sequential Injection-
Valve Mixing (SI-VM)
Yudha Ikoma Istanti, Akhmad Sabarudin, Hermin Sulistyarti
(22 Juni 2010)
Abstrak
Sequential injection analysis (SIA) generasi kedua dari sistem injeksi alir telah dikembangkan untuk
penentuan kreatinin sebagai indeks medis kegagalan ginjal kronis. Pendeteksian kreatinin didasarkan
pada reaksi Jaffe yang terjadi antara kreatinin dan asam pikrat dalam medium basa untuk
membentuk senyawa berwarna merah-oranye. Absorbansi dari senyawa yang terbentuk diukur pada
panjang gelombang 530 nm. Dalam penelitian ini, suatu konsep baru dari SIA yang disebut lab-at-
valve dikembangkan dengan menambahkan suatu Valve Mixing sebagai tempat untuk
memaksimalkan pembentukan senyawa antara kreatinin dan alkali-pikrat. Parameter-parameter
yang mempengaruhi metode ini antara lain laju alir produk, waktu delay, volume sampel, volume
reagen, konsentrasi reagen dan senyawa pengganggu telah dipelajari secara rinci. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa kondisi optimum akan tercapai pada laju alir 20 L/detik, waktu delay 5
detik, komposisi penggunaan 100 L sampel dengan 300 L reagen (asam pikrat 0,03 M dan NaOH 3
%) sehingga limit deteksi pada penentuan kreatinin yang dihasilkan sebesar 3,01 g/g. Aplikasi dari
metode ini ditujukan untuk penentuan kreatinin dalam sampel urin.
Kata kunci: kreatinin, reaksi Jaffe, SI-VM, RGB kolorimetri, urin.
Studi Pengaruh Konsentrasi dan pH Adsorbat Terhadap Adsorpsi Pb(II) oleh
Adsorben Tanaman Kiambang
Andreas Hermadi, Barlah Rumhayati, Chasan Bisri
(28 Juni 2010)
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang kemampuan pengikatan adsorben kiambang (Salvinia molesta)
terhadap Pb(II). Tujuan dari penelitian ini adalah membuat adsorben dari tanaman kiambang serta
mempelajari pengaruh pH larutan dan konsentrasi terhadap adsorpsi Pb(II). Fenomena adsorpsi
dipelajari dengan menggunakan isoterm Langmuir dan Freundlich. Adsorben dibuat dengan cara
mengeringkan tanaman kiambang dalam oven pada 60oC dan diblender sampai halus, kemudian
diayak dengan ayakan 120 mesh. Serbuk dengan ukuran
12 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Pengaruh pH dan Ion Asing Terhadap Kinerja Elektroda Selektif Ion (ESI) Tiosianat
(SCN-) Tipe Kawat Terlapis
Anik Andriani, Atikah, Hermin Sulistyarti
(12 Juli 2010)
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH dan ion asing terhadap kinerja elektroda
selektif ion (ESI) SCN- tipe kawat terlapis. Membran dibuat dari campuran Aliquat 336-SCN
-:PVC
(polivinilklorida):DBP (dibutilftalat) dengan perbandingan (% b/b) = 4:32:64 dalam pelarut THF
(tetrahidrofuran) dengan perbandingan (% b/v) = 1:3. Pengaruh pH ditentukan dengan mengukur
potensial larutan KSCN pada pH 3-10 dan pengaruh ion asing ditentukan pada konsentrasi ion utama
SCN- 10
-3-10
-1 M dan konsentrasi ion asing (I
- dan S
2-) 10
-3-10
-1M menggunakan metode larutan
tercampur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja ESI SCN- tipe kawat terlapis
dapat bekerja
secara optimum pada pH 5-8 tetapi kurang dapat bekerja dengan baik pada pH9. Kinerja
ESI SCN- ini diganggu oleh adanya ion I
-, tetapi tidak terganggu oleh [S
2-] pada konsentrasi 10
-3M.
Pengaruh Ion Tiosulfat dan Tiosianat terhadap Recovery Perak(I) Tiosulfat
Menggunakan Nata de Coco Sebagai Fasa Padat
Rosyidin Aminulloh, Ani Mulyasuryani, Danar Purwonugroho
(28 Juli 2010)
Abstrak
Ion tiosulfat dan tiosianat mempunyai muatan dan kekuatan sebagai ligan yang berbeda sehingga
jika digunakan sebagai eluen akan menghasilkan hasil recovery yang berbeda. Dalam penelitian ini
telah dipelajari pengaruh ion tiosianat dan tiosulfat terhadap recovery perak(I) menggunakan nata de
coco sebagai fasa padat. Metode dalam proses ekstraksi dan elusi perak(I) adalah dengan mekanisme
penukaran ion menggunakan kolom ekstraksi. Nata de coco yang digunakan memiliki ketebalan 0,06
cm dengan diameter 3 cm dan dipreparasi CTAB 0,5 mM. Konsentrasi ion tiosulfat adalah 0,15; 0,3;
0,45; 0,6; dan 0,75 mM dan konsentrasi ion tiosianat adalah 0,3; 0,6; 0,9; 1,2; dan 1,5 mM. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa recovery perak(I) menggunakan ion tiosulfat menghasilkan nilai yang
lebih besar. Recovery perak(I) meningkat dengan peningkatan konsentrasi ion tiosulfat, sedangkan
peningkatan konsentrasi ion tiosianat cenderung tidak mempengaruhi hasil recovery perak(I). Ion
tiosulfat menghasilkan recovery perak(I) maksimum pada konsentrasi 0,75 mM sebesar 8,87%
sedangkan pada elusi menggunakan ion tiosianat recovery perak(I) maksimum dihasilkan pada
konsentrasi 1,2 mM sebesar 4,75%.
13 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Pengaruh pH Analit dan Pemakaian Ulang Zeolit Terhadap Recovery Mn(II) dalam
Mangan Nodule Secara Ekstraksi Fasa Padat
Anggri Kristika Werdaningrum, Ulfa Andayani, Qonitah Fardiyah
(29 Juli 2010)
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pH analit dan pemakaian ulang zeolit terhadap recovery
Mn(II) dalam mangan nodule secara ekstraksi fasa padat. Pengaruh pH analit dipelajari untuk
mengetahui kondisi pH yang menghasilkan recovery Mn(II) maksimum, dengan cara melakukan
variasi pH analit dari 1 hingga 7 pada larutan Mn(II) 150 ppm. Pada proses recovery, elusi Mn(II)
tertukar menggunakan larutan HCl 0,7M. Pemakaian ulang zeolit dilakukan pada pH analit optimum,
dengan cara menggunakan kembali zeolit yang digunakan dalam proses ekstraksi tanpa dan dengan
dilakukan regenerasi menggunakan larutan HCl 0,5M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pH
analit 5 diperoleh % recovery maksimum sebesar (72,101,30)% yang dipilih sebagai pH optimum.
Zeolit dapat digunakan sebagai fasa padat tanpa dan dengan dilakukan regenerasi sebanyak satu kali
pemakaian ditunjukkan dengan penurunan recovery pada pemakaian pertama berturut-turut sebesar
33,07% dan 18,73%.
Kata kunci: mangan nodule, ekstraksi fasa padat, pH analit, pemakaian ulang zeolit.
Ekstraksi Fasa Padat Cu(II) dan As(III) Menggunakan Cakram Pengkhelat dan
Pengukurannya dengan ICP-AES
Samsul Arifin, Akhmad Sabarudin, Barlah Rumhayati
(29 Juli 2010)
Abstrak
Ion Cu(II) dan As(III) dalam perairan biasanya terdapat dalam kadar yang sangat rendah bersama-
sama dengan logam alkali dan alkali tanah dengan konsentrasi tinggi sehingga pengukuran secara
langsung dengan spektrofotometer UV/Vis, AAS, maupun metode elektrokimia sering menjadi
masalah karena keterbatasan deteksi alat tersebut. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan
ICP-AES dan perlu dilakukan metode pemisahan dari alkali dan alkali tanah kemudian dilanjutkan
dengan pemekatan Cu(II) dan As(III) dengan konsentrasi yang rendah dengan ekstraksi fase padat
menggunakan cakram pengkhelat yang mempunyai gugus IDA (Imino Diacetic Acid) dan asam nitrat
sebagai eluen untuk mendapatkan eluat. Eluat yang didapat diukur dengan ICP-AES untuk
menentukan konsentrasi. Parameter seperti pH adsorpsi, konsentrasi eluen, telah diteliti. Uji
pemekatan dan recovery Cu(II) dan As(III) dengan adanya matriks juga telah diteliti. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa cakram pengkhelat dapat mengadsorpsi Cu(II) dan As(III) secara optimum pada:
pH 5,5 dengan konsentrasi HNO3 optimum untuk desorpsi sebesar 2M. Cakram pengkhelat
menghasilkan % recovery yang tinggi untuk Cu(II) dan As(III) serta % removal yang tinggi untuk ion
alkali dan alkali tanah.
Kata kunci: ekstraksi fasa padat, cakram pengkhelat, gugus IDA (Imino Diacetic Acid), Cu(II), As(III),
pemekatan, ICP-AES.
14 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit dan Volume Eluen Terhadap Recovery Mn2+
dalam
Mangan Nodule Secara Ekstraksi Fasa Padat
Winda Dyana Ningrum, Ulfa Andayani, Qonitah Fardiyah
(30 Juli 2010)
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh ukuran partikel zeolit dan volume eluen terhadap
recovery Mn2+
secara ekstraksi fasa padat. Zeolit yang digunakan diaktivasi menggunakan HCl 0,5 M.
Ukuran partikel zeolit optimum dapat ditentukan dengan melakukan variasi ukuran partikel zeolit
teraktivasi (0,4-0,27)mm hingga (0,2-0,16)mm. Penentuan banyaknya Mn2+
yang dapat tertukar
secara optimum dilakukan dengan mengaliri fasa padat dengan variasi konsentrasi analit 100 hingga
200 ppm. Pengaruh volume HCl 0,7 M sebagai eluen dilakukan untuk memperoleh recovery
optimum, yaitu dengan variasi volume 10 sampai 70 mL. Konsentrasi Mn2+
dalam eluat ditentukan
dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ukuran (0,27-0,2)mm merupakan ukuran partikel zeolit optimum. Konsentrasi larutan analit
150 ppm merupakan konsentrasi optimum larutan analit yang dapat dipertukarkan oleh ion H+. Pada
kondisi tersebut diperoleh recovery Mn2+
maksimum dengan volume HCl 50 mL, yaitu sebesar
67,09%.
Kata kunci: mangan nodule, zeolit, ekstraksi fasa padat, ukuran partikel, volume eluen.
Pengaruh Lama Kontak dan Massa Adsorben Kitin Hasil Isolasi dari Cangkang Udang
Terhadap Adsorpsi Fosfat
Hanandayu Widwiastuti, Chasan Bisri, Barlah Rumhayati
(9 Agustus 2010)
Abstrak
Kitin merupakan polisakarida kedua terbanyak di alam setelah selulosa yang dimanfaatkan pada
berbagai bidang, misalnya biokimia, enzimologi, dan tekstil. Pada penelitian ini, kitin digunakan
sebagai adsorben untuk menyerap fosfat. Kitin yang digunakan merupakan hasil isolasi dari cangkang
udang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama kontak dan massa adsorben
terhadap adsorpsi fosfat. Penentuan pengaruh lama kontak dilakukan dengan variasi waktu 10, 30,
dan 60 menit. Penentuan pengaruh massa adsorben dilakukan dengan variasi 0,2; 0,5; 1,0; dan 1,5 g.
Konsentrasi fosfat yang digunakan adalah 0,8 mg PO43-
/L, pH larutan sebesar 6, dan kitin yang
digunakan adalah kitin yang lolos ayakan 120 mesh. Penentuan konsentrasi fosfat sebelum dan
setelah adsorpsi dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan metode SnCl2. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kesetimbangan adsorpsi tercapai pada lama kontak 30 menit (jumlah
fosfat teradsorpsi 0,02550,0001 mg/g) dan fosfat teradsorpsi secara optimum pada massa adsorben
0,5 g yaitu 87,733,47%. Data ini menunjukkan bahwa kitin mampu mengadsorpsi fosfat dengan baik
sehingga dapat digunakan sebagai adsorben.
Kata kunci: fosfat, adsorpsi, kitin.
15 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Pengaruh pH dan Temperatur Terhadap Kinerja Elektroda Selektif Ion (ESI) Timbal Tipe
Kawat Terlapis Berbasis Zeolit
Tyas Karya Puasi S, Atikah, Qonitah Fardiyah
(10 Agustus 2010)
Abstrak
Elektroda selektif ion timbal tipe kawat terlapis berbasis zeolit sebagai bahan aktif berpendukung
campuran polivinilklorida (PVC) sebagai matrik polimer, dioktilftalat (DOP) sebagai zat pemlastis dan
karbon aktif sebagai penambah konduktivitas telah dikembangkan. Elektroda selektif ion timbal yang
telah dibuat memiliki harga faktor Nernst sebesar 29,060,33 mV/dekade konsentrasi dengan rentang
konsentrasi linear timbal 1x10-4
1x10-1
M dan batas deteksi sebesar 3,96.10-5
M atau setara dengan
10,692 ppm. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur dan pH terhadap
kinerja ESI timbal tipe kawat terlapis berbasis zeolit berpendukung campuran PVC:DOP:karbon aktif
dengan perbandingan % berat zeolit:PVC:DOP:karbon aktif adalah 31,25:15,63:46,87:6,25 dalam pelarut
THF perbandingan b/v = 1:2. Pengaruh temperatur dilakukan dengan mengukur potensial larutan
Pb(NO3)2 pada rentang konsentrasi 10-4
10-1
M pada 20, 25, 30, 35, 40, 45, dan 50C. Pengaruh pH
dilakukan dengan mengukur potensial larutan Pb(NO3)2 pada rentang konsentrasi 10-4
10-1
M pada pH 2,
3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Evaluasi dilakukan berdasarkan besarnya penyimpangan harga faktor Nernst ESI timbal
yang dibuat terhadap harga faktor Nernst teoritis yaitu 29,6 mV/dekade konsentrasi. Penelitian
menunjukkan bahwa kinerja ESI timbal tipe kawat terlapis mengalami penurunan kinerja pada temperatur
20C dan 50C serta pada pH 2 dan pH 8. ESI timbal tipe kawat terlapis ini tidak dipengaruhi oleh
temperatur 25 45C dan pada pH 37.
Kata kunci: ESI timbal tipe kawat terlapis, pH, temperatur.
Pemekatan Cd(II) Dan Al(III) Menggunakan Chelating Disk dan Pengukurannya dengan ICP-
AES
Henny Nurmita Sari, Akhmad Sabarudin, Qonitah Fardiyah
(10 Agustus 2010)
Abstrak
Beberapa logam khususnya Cd(II) dan Al(III) memiliki konsentrasi yang rendah di perairan. Oleh karena itu
diperlukan suatu metode untuk meningkatkan konsentrasi logam tersebut yaitu dengan cara pemekatan.
Pada penelitian ini, telah dipelajari pengaruh pH dan konsentrasi eluen terhadap pemekatan logam Cd(II)
dan Al(III) menggunakan chelating disk sebagai fasa diam dan pengukurannya menggunakan Inductively
Coupled Plasma-Atomic Emission Spectrometry (ICP-AES). pH sampel divariasi pada pH 3; 4; 5; 5,5; 6; dan
7, serta eluen yang digunakan adalah HNO3 dengan variasi konsentrasi 0,5; 1; 2; dan 3 M. Pengaruh
matriks air juga telah dipelajari dengan menggunakan matriks air sungai buatan, meliputi Ca, Na, K dan
Mg. Matriks ini perlu dipisahkan agar tidak mengganggu Cd(II) dan Al(III) saat proses pengukuran. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Cd(II) dan Al(III) teradsorbsi secara optimum pada pH 5,5 dan pH 5
sedangkan konsentrasi eluen optimum yaitu HNO3 2M. Chelating disk dapat mengurangi keberadaan
logam alkali dan alkali tanah saat pengukuran. Ini dapat ditunjukkan dengan % removal matriks yang
diperoleh adalah Ca (99.99%), Na (97.70%), K (99.98%) dan Mg (92.11%).
Kata kunci: Cd(II), Al(III), pemekatan, chelating disk, ICP-AES.
16 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Penentuan Waktu Kontak dan Massa Adsorben Optimum Terhadap Adsorpsi Pb(II)
Menggunakan Ekstrak Kitin Hasil Isolasi dari Cangkang Udang
Citra Amalia Titasari, Barlah Rumhayati, Chasan Bisri
(10 Agustus 2010)
Abstrak
Studi mengenai adsorpsi logam Pb(II) menggunakan ekstrak kitin hasil isolasi dari cangkang udang
telah dilakukan untuk menentukan waktu kontak dan massa adsorben optimum. Isolasi kitin dimulai
dengan preparasi cangkang, demineralisasi menggunakan larutan HCl 2N dilanjutkan deproteinasi
menggunakan larutan NaOH 1M. Karakterisasi dilakukan dengan menganalisa kadar air, abu, N-total
dan mineral. Identifikasi gugus fungsi menggunakan spektrofotometri inframerah. Analisa volume
pori, ukuran pori, dan luas permukaan dilakukan menggunakan Gas Adsorption Analyzer. Larutan
sampel yang digunakan merupakan larutan sampel buatan Pb2+
dengan konsentrasi 3ppm dan pada
pH 5,75. Uji adsorpsi dilakukan dengan variasi waktu kontak pada 20, 30, 40, 50, dan 60 menit serta
massa adsorben sebesar 0,2 ; 0,5 ;1; 1,5; 2; dan 2,5 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi
optimum adsorpsi Pb(II) tercapai pada waktu kontak 40 menit dan massa adsorben sebesar 1,5 g.
Pengaruh pH dan Konsentrasi Terhadap Adsorpsi Fosfat Pada Adsorben Kitin Dari
Cangkang Udang
Adi Prima Yudha, Barlah Rumhayati, Chasan Bisri
(10 Agustus 2010)
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang isolasi kitin dari cangkang udang dan pemanfaatannya sebagai
adsorben fosfat. Pengaruh pH dan konsentrasi fosfat serta isotermis adsorpsi dipelajari dalam
penelitian ini. Kitin diisolasi dari cangkang udang melalui tahapan deproteinasi diikuti dengan
demineralisasi. Penentuan pengaruh pH diamati pada variasi 4; 5; 6,5; 7; 7,5; 8,5 dan 9,5, sementara
itu pengaruh konsentrasi dilakukan pada variasi 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 4,5 dan 6 (mg PO43-
/L). Adsorpsi
dilakukan dengan mencampurkan 0,5g adsorben dengan 10mL larutan PO43-
. Campuran dikocok
selama 30 menit dengan kecepatan 150 rpm. Konsentrasi fosfat dalam larutan sebelum dan setelah
adsorpsi ditentukan dengan metode spektrofotometri UV-VIS pada panjang gelombang 690nm
menggunakan metode SnCl2. Hasil penelitian menunjukan bahwa kitin hasil isolasi tidak murni,
sehingga masih ada protein dan mineral dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Jumlah fosfat
teradsorpsi (Q) meningkat dengan meningkatnya pH sampai pada pH 7,5 dan menurun setelahnya.
Konsentrasi larutan PO43-
mempengaruhi proses adsorpsi, dimana semakin tinggi konsentrasi fosfat
maka jumlah fosfat teradsorpsi semakin meningkat sampai pada konsentrasi 4,5mg PO43-
/L dan
dicapai kesetimbangan adsorpsi setelah konsentrasi tersebut. Adsorpsi fosfat pada permukaan
adsorben memenuhi isoterm adsorpsi Langmuir dengan nilai konstanta Langmuir (K) sebesar 0,24
L/mg dan jumlah maksimum fosfat teradsorpsi (Qmax) sebesar 0,96 mg PO43-
.
17 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Pengaruh Konsentrasi dan pH pada Adsorpsi Pb(II) Menggunakan Kitin Hasil Isolasi
dari Cangkang Udang
Farida Nur Kumala, Barlah Rumhayati, Chasan Bisri
(11 Agustus 2010)
Abstrak
Limbah cangkang udang mengandung kitin yang dapat dimanfaatkan sebagai adsorben ion logam
berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh konsentrasi dan pH larutan
Pb(II) terhadap adsorpsi Pb(II) pada kitin. Kitin diisolasi dari cangkang udang melalui proses
demineralisasi dan deproteinasi. Kondisi adsorpsi dilakukan dengan menggunakan 1,5 g kitin hasil
isolasi dan 20 mL larutan Pb(II) pada pengocokan 150 rpm selama 40 menit dengan variasi
konsentrasi 0,6; 0,7; 1,0 ; 2,0 ; 3,0 ppm dan variasi pH yaitu 5; 6,5; 7 ;7,5 ; 8. Pengukuran konsentrasi
logam Pb(II) sebelum dan sesudah adsorpsi menggunakan AAS. Hasil menunjukkan kondisi optimum
adsorpsi Pb(II) pada pH 7 dan pada konsentrasi 2 ppm. Jumlah maksimum adsorpsi ion Pb(II) oleh
kitin sebesar 0,0131 mg/g.
Kata kunci: adsorpsi, Pb(II), kitin.
Pembuatan dan Karakterisasi Sensor Potensiometri Ion Sulfat Berbasis Kitosan dari
Cangkang Udang Jerbung (Penaeus merguinensis)
Fashihatus Saniyah, Qonitah Fardiyah, Atikah
(11 Agustus 2010)
Abstrak
Sensor potensiometri ion sulfat berbasis kitosan dari cangkang udang jerbung (Penaeus
merguinensis) telah dibuat dan dikarakterisasi. Sensor dibuat dengan menggunakan kawat Pt sebagai
konduktor elektronik. Kawat Pt tersebut dilapisi membran yang dibuat dari campuran kitosan
sebagai bahan aktif serta bahan pendukung campuran polivinilklorida (PVC) sebagai matriks polimer
dan dioktilftalat (DOP) sebagai pemlastis pada berbagai variasi komposisi yang dilarutkan dalam
pelarut tetrahidrofuran (THF) dengan perbandingan 1:3 (b/v). Pengaruh waktu perendaman
membran sensor dalam larutan H2SO4 0,7M pada waktu 1090 menit telah dipelajari untuk
memperoleh kinerja sensor yang Nernstian. Sensor dikarakterisasi sifat dasarnya yang meliputi:
faktor Nernst, kisaran konsentrasi linier, limit deteksi, waktu respon, usia pemakaian dan
keberulangan pembuatannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sensor potensiometri ion sulfat
dengan komposisi optimum kitosan:PVC:DOP = 7:2:3 (b/b) dalam pelarut THF 1:3 (b/v) yang
direndam dalam larutan H2SO4 0,7M selama 30 menit bersifat Nernstian. Sensor tersebut
menghasilkan harga faktor Nernst sebesar 29,03 0,77mV/dekade konsentrasi pada pH 5 (buffer
fosfat) dalam kisaran konsentrasi linier 10-1
10-4
M, memiliki batas deteksi sebesar 2,82 x 10-5
M
(2,76 ppm sulfat), waktu respon 90 detik, dapat digunakan hingga 37 hari dengan nilai potensial yang
stabil serta memiliki keberulangan yang baik dengan % simpangan baku sebesar 2,64%.
Kata kunci: sensor potensiometri ion sulfat, kitosan, kawat platina.
18 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Pengaruh pH dan Ion Asing terhadap Kinerja Sensor Ion Sulfat Berbasis Kitosan
Alfin Yuniarti, Qonitah Fardiyah, Atikah
(30 Agustus 2010)
Abstrak
Sensor ion sulfat berbasis kitosan sebagai bahan aktif, polivinilklorida (PVC) sebagai matrik polimer
dan dioktilftalat (DOP) sebagai zat pemlastis telah dikembangkan. Sensor ion sulfat menunjukkan
slope Nernstian 29,030,77 mV/dekade, konsentrasi linear sulfat 1x10-4
1x10-1
M dan limit deteksi
2,82x10-5
M atau setara dengan 2,76 ppm sulfat. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh
pH dan ion asing (NO3-, CH3COO
- dan CO3
2-) terhadap kinerja sensor ion sulfat berbasis kitosan.
Pengaruh pH terhadap kinerja sensor ditentukan melalui pengukuran respon potensial larutan sulfat
dengan menggunakan buffer fosfat pada pH 310. Koefisien selektivitas (Kij) ditentukan melalui
metode ion pengganggu tetap dengan konsentrasi ion asing 1x10-3
M. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sensor ion sulfat dapat digunakan pada pH 48. Sensor ion sulfat menghasilkan selektivitas
yang bagus untuk ion-ion asing (NO3-, CH3COO
-, CO3
2-) dan tidak menunjukkan adanya gangguan
terhadap kinerja sensor ion sulfat berbasis kitosan dengan urutan selektivitasnya SO42-
> CO32-
> NO3-
> CH3COO-.
Kata kunci: sensor ion sulfat, membran kitosan, pH, koefisien selektifitas.
Pemekatan Ni(II) dan Mn(II) Menggunakan Chelating Disk serta Pengukurannya
dengan ICP-AES
Arum Hapsari, Akhmad Sabarudin, Ulfa Andayani
(2 September 2010)
Abstrak
Ni(II) dan Mn(II) merupakan logam yang memiliki konsentrasi sangat kecil dalam lingkungan perairan.
Penentuan konsentrasi logam Ni(II) dan Mn(II) dapat dilakukan dengan metode pemekatan. Pada
penelitian ini, pemekatan dilakukan secara ekstraksi fasa padat menggunakan siring plastik yang
dimodifikasi dengan chelating disk serta didalamnya terdapat gugus iminodiasetat (IDA) dan
pengukurannya dilakukan dengan Inductively Coupled Plasma-Atomic Emission Spectrometry (ICP-AES).
Parameter-parameter yang mempengaruhi metode ini, meliputi pH sampel dan konsentrasi eluen.
Pemekatan Ni(II) dan Mn(II) menggunakan chelating disk ini dilakukan secara kuantitatif dan sekaligus
efektif untuk pemisahan dengan logam alkali dan alkali tanah. Diperoleh hasil, bahwa Ni(II) dapat
teradsorpsi secara optimum pada pH 5,5 dan Mn(II) pada pH 6, konsentrasi HNO3 optimum pada Ni(II) dan
Mn(II) adalah 2M. Metode ini menghasilkan % recovery pemekatan Ni(II) 98,9% dan Mn(II) 97%. Oleh
karena itu, metode ini sangat baik digunakan untuk penetuan konsentrasi Ni(II) dan Mn(II) dalam sampel
air.
Kata kunci: Ni(II), Mn(II), pemekatan, chelating disk, Inductively Coupled Plasma-Atomic Emission
Spectrometry (ICP-AES).
19 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Pengaruh Laju Alir Eluen dan Panjang Kolom Terhadap Pola Kromatogram Kompleks
Ni(II) dan Co(II) Klorida Secara Kromatografi Penukar Kation
Septi Fajar Raeni, Ulfa Andayani, Barlah Rumhayani
(28 September 2010)
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh laju alir eluen terhadap pola pemisahan kompleks Ni(II)
dan Co(II) klorida secara kromatografi penukar kation menggunakan fasa diam zeolit teraktivasi.
Zeolit alam yang digunakan berasal dari Turen, Malang yang diaktivasi menggunakan HCl 0,5 M.
Variasi laju alir eluen dan panjang kolom dilakukan untuk mendapatkan resolusi optimum. Laju alir
eluen yang dipelajari meliputi 0,5; 1,0; dan 2,0 mL/menit. Panjang kolom yang digunakan adalah 20
dan 30 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju alir efektif untuk pemisahan Ni(II) dan Co(II)
sebesar 1,0 mL/menit dan panjang kolom 20 cm. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian
yaitu laju alir eluen dan panjang kolom berpengaruh terhadap waktu retensi. Kompleks kationik Ni(II)
dapat berinteraksi dengan zeolit, sedangkan kompleks anionik tidak akan bereaksi dengan zeolit.
Hasil penelitian menunjukkan laju alir eluen yang menghasilkan pola resolusi optimum menghasilkan
pola kromatogram Ni(II) dan Co(II) sebesar 1,6.
Kata kunci: laju alir eluen, panjang kolom, zeolit dan resolusi.
Pengaruh Penambahan Kadmium sebagai Reduktor dan Waktu Reduksi dalam
Pengukuran Gas NO2 di Udara Menggunakan Larutan Penyerap KI-Amilum
Nur Hayba Islamiyah, Qonitah Fardiyah, Hermin Sulistyarti
(15 Oktober 2010)
Abstrak
Telah dipelajari pengaruh penambahan kadmium sebagai reduktor dan waktu reduksi dalam
pengukuran gas NO2 di udara menggunakan larutan penyerap KI-amilum. Gas NO2 dalam air mudah
terurai membentuk NO2- dan NO3
-. NO3
- dapat direduksi menjadi NO2
- dengan penambahan kadmium
dan bereaksi dengan KI-amilum membentuk komplek I2-amilum yang berwarna biru pada
pengukuran dengan panjang gelombang 610 nm. Variasi massa kadmium yang digunakan 0,028;
0,031; 0,034; 0,036; dan 0,039 g dipelajari untuk mengetahui pengaruh reduktor terhadap
pembentukan NO3- menjadi NO2
-. Variasi waktu reduksi yang dilakukan 5, 10, 15, 20, dan 25 menit
dipelajari untuk menentukan waktu optimum yang diperlukan kadmium dalam proses reduksi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penambahan kadmium dan waktu reduksi berpengaruh terhadap
konsentrasi gas NO2 yang terukur. Kondisi optimum yang diperoleh yaitu massa kadmium 0,034 gram
dan waktu reduksi 15 menit, dengan efisiensi gas NO2 yang terukur sebesar 84%. Hasil uji statistik
yaitu uji F (F hitung > F tabel 5%) dan uji BNT menunjukkan ada perbedaan yang nyata dalam setiap
perlakuan penentuan massa kadmium dan waktu reduksi.
Kata kunci: kadmium, gas NO2, waktu reduksi, KI-amilum.
20 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Pengaruh Penambahan Zn Sebagai Reduktor dan Waktu Reduksi dalam Pengukuran
Gas NO2 Di Udara Menggunakan Larutan Penyerap Griess-Saltzman
Anggun Arum P. N., Qonitah Fardiyah, Barlah Rumhayati
(21 Oktober 2010)
Abstrak
Telah dipelajari pengaruh penambahan Zn sebagai reduktor dan waktu reduksi dalam pengukuran gas
NO2 di udara menggunakan larutan penyerap Griess-Saltzman. Di dalam larutan, gas NO2 bereaksi dengan
H2O membentuk NO3 dan NO2
. Larutan penyerap Griess-Saltzman hanya spesifik terhadap NO2
.
Penambahan Zn sebagai reduktor bertujuan untuk mereduksi NO3 menjadi NO2
, sehingga efisiensi
pengukuran gas NO2 menjadi optimum. Gas NO2 yang terserap sebanding dengan NO2 yang bereaksi
dengan larutan penyerap Griess-Saltzman, dan absorbansinya diukur pada panjang gelombang 550 nm.
Kemampuan Zn sebagai reduktor dipengaruhi oleh massa Zn dan waktu reduksi. Variasi massa Zn yang
digunakan yaitu sebanyak 0,0008; 0,0016; 0,0032; 0,0048; dan 0,0080 gram, dan variasi waktu reduksi
yaitu 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa massa Zn optimum sebesar
0,0016 g dengan waktu reduksi 15 menit, dan efisiensi gas NO2 sebesar 38,66%. Hasil uji statistik, yaitu uji
F (F hitung > F tabel 5%) dan uji BNT menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata dalam setiap
perlakuan penentuan massa Zn dan waktu reduksi terhadap pengukuran gas NO2 menggunakan larutan
penyerap Griess-Saltzman.
Pembuatan dan Karakterisasi Sensor Potensiometri Ion Cu(II) Berbasis Kitosan dari
Cangkang Udang Jerbung (Penaeus merguinensis)
Rendy Puji Setiawan, Qonitah Fardiyah, Atikah
(25 Oktober 2010)
Abstrak
Telah dilakukan pembuatan dan karakterisasi sensor potensiometri ion Cu(II) berbasis kitosan dari
cangkang udang jerbung (Penaeus merguinensis). Sensor ini dapat digunakan untuk aplikasi penentuan
ion Cu(II) dalam lingkungan dan mudah dibawa dalam analisis. Sensor yang telah dibuat merupakan tipe
kawat terlapis yang menggunakan kawat Pt sebagai konduktor elektronik. Membran sensor mempunyai
komposisi kitosan sebagai bahan aktif, polivinil klorida (PVC) sebagai matriks polimer dan dioktilftalat
(DOP) sebagai pemlastis dengan perbandingan 7:2:3 (b/b) yang dilarutkan dalam pelarut tetrahidrofuran
(THF) dengan perbandingan 1:3 (b/v). Pengaruh variasi waktu perendaman membran dalam larutan Cu(II)
1 M dengan variasi 15, 30, 45, 60, 75, 90 menit dipelajari untuk memperoleh kinerja sensor potensiometri
ion Cu(II) yang Nernstian. Karakterisasi sifat dasar sensor yang dipelajari meliputi faktor Nernst, kisaran
konsentrasi pengukuran linier, limit deteksi, waktu respon, dan usia pemakaian (life time). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sensor potensiometri ion Cu(II) yang telah dibuat cukup Nernstian dengan harga
faktor Nernst sebesar 29,08 0,06 mV/dekade konsentrasi, kisaran konsentrasi linier 10-1
- 10-5
M, limit
deteksi 9,33 x 10-6
M atau setara dengan 0,5925 ppm Cu(II), dan waktu respon 60 detik untuk konsentrasi
10-5 M. Kinerja optimum sensor diperoleh dengan waktu perendaman selama 45 menit. Hasil analisis
sidik ragam (uji F) dan uji beda nyata terkecil (BNT - 5%) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata
dalam setiap perlakuan penentuan waktu perendaman optimum membran sensor. Sensor tersebut dapat
digunakan selama 25 hari dengan nilai potensial stabil dan masih memberikan harga yang Nernstian
berkisar antara 26,6 - 30,4 mV/dekade konsentrasi.
Kata kunci: sensor potensiometri ion Cu(II), kitosan, kawat Pt.
21 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Ekstraksi Fase Padat Menggunakan Chelating Disk Untuk Pemekatan Cr(III) dan Fe(III)
dalam Sampel Air dan Pengukurannya dengan ICP-AES
Anandieka Maya Talitha, Akhmad Sabarudin, Barlah Rumhayati
(22 November 2010)
Abstrak
Secara umum logam Cr(III) dan Fe(III) memiliki konsentrasi yang rendah dalam perairan sungai. Untuk
meningkatkan konsentrasi logam tersebut, dibutuhkan suatu metode pemekatan. Pada penelitian ini,
dilakukan pemekatan terhadap logam Cr(III) dan Fe(III) menggunakan metode ekstraksi fase padat dengan
adsorben chelating disk. Kemudian diukur menggunakan ICP-AES (Inductively Coupled Plasma Atomic
Emission Spectrometer). Dalam proses pemekatan dilakukan optimasi pH sampel dengan variasi pH 3; 4;
5; 5,5; 6; 7 dan konsetrasi HNO3 dengan variasi konsentrasi 0,5; 1; 2; 3 M. Pengaruh dari matrik alkali dan
alkali tanah juga dianalisa yang dibuat dari Ca(II), Na(I), K(I) dan Mg(II). Matrik alkali dan alkali tanah ini
perlu dipisahkan karena dapat mengganggu analisa logam Cr(III) dan Fe(III) saat proses pengukuran
dengan ICP-AES. Dari hasil penelitian, didapatkan pH optimum pada pH 5,5 dan konsentrasi HNO3
optimum pada konsetrasi 2M. Pada uji pemekatan didapatkan % recovery yang relatif tinggi dari
masingmasing logam yang berkisar antara 97-100%. Uji recovery dengan adanya matrik, diperoleh %
recovery logam Cr(III) dan Fe(III) 99% dan 99,6% dan %removal alkali dan alkali tanah masing-masing
sebesar K 97,26%, Mg 91,90%, Na 99,25%, dan Ca 99,92%.
Kata kunci: Cr(III), Fe(III), chelating disk, ICP-AES.
Validasi Metode Sequential Injection Analysis-Lab at Valve (SIALAV) secara Kolorimetri
Untuk Penentuan Kromium(III) dan Kromium(VI) dalam Sampel Air Menggunakan
Pengoksidasi Kalium Persulfat (K2S2O8)
Venty Indah Wismareni, Akhmad Sabarudin, Hermin Sulistyarti
(22 November 2010)
Abstrak
Pada penelitian kali ini, dilakukan uji validasi metode SIA-LAV secara kolorimetri terhadap metode baku
secara spektrofotometri untuk penentuan spesiasi kromium dalam sampel air. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan metode yang baik, sederhana, dan cepat dalam menganalisanya. Penentuan Cr(III)
dan Cr(VI) didasarkan pada reaksi oksidasi Cr(III) menggunakan agen pengoksidasi K2S2O8 menjadi Cr(VI),
sehingga Cr(VI) hasil oksidasi bersama dengan Cr(VI) yang ada dalam sampel dapat direaksikan dengan
agen pengompleks 1,5-difenilkarbazida (DiPC) yang dapat dideteksi secara kolorimetri dan
spektrofotometri pada panjanggelombang 540 nm. Hasil validasi menunjukkan bahwa parameter
linearitas, presisi, akurasi, batas deteksi, dan waktu analisis dari metode SIA-LAV telah memenuhi
persyaratan metode yang baik. Pada penentuan batas deteksi dengan menggunakan metode SIALAV,
untuk Cr(VI) dan Cr total diperoleh berturut-turut sebesar 0,0018 mg/L dan 0,0023 mg/L dengan nilai RSD
(n=4) sebesar 2,88 % dan 3,01 %. Aplikasi metode dilakukan untuk menganalisis konsentrasi Cr(III) dan
Cr(VI) dalam sampel buatan dan sampel alami (air sungai Sudimoro di Sidoarjo). Pada pengujian hipotesis
sampel buatan dengan menggunakan uji F ( = 0,05) diperoleh bahwa metode SIA-LAV lebih teliti
dibandingkan metode baku spektrofotometri. Penentuan konsentrasi Cr(III) dan Cr(VI) di sungai Sudimoro
dengan menggunakan metode SIA-LAV dan metode baku spektrofotometri secara umum masih berada di
bawah baku mutu air sungai.
Kata kunci: validasi metode, SIA-LAV, spesiasi kromium, metode baku, spektrofotometri.
22 Lab. Kimia Analitik FMIPA UB 2010
Uji Validasi Metode Sequential Injection Analysis (SIA) dalam Penentuan Kromium(III) dan
Kromium(VI) dengan Agen Pengoksidasi Kalium Permanganat
Dewi Willistanti, Akhmad Sabarudin, Hermin Sulistyarti
(24 November 2010)
Abstrak
Pada penelitian ini dilakukan spesiasi Cr(III) dan Cr(VI) dengan menggunakan metode SIA. Dalam metode
ini, larutan sampel Cr(III) direaksikan dengan agen pengoksidasi yaitu kalium permanganate (KMnO4)
menjadi Cr(VI). Kemudian Cr(VI) direaksikan dengan reagen 1,5-difenilkarbazida (DiPC) sebagai agen
pengompleks dan kompleks yang terbentuk dideteksi dengan menggunakan kolorimeter RGB pada
panjang gelombang 540 nm. Uji validasi dilakukan dengan membandingkan hasil metode SIA dengan
metode standar spektrofotometri yang telah diakui secara internasional. Parameter validasi meliputi limit
deteksi (LOD), akurasi, linieritas dan presisi. Metode SIA memberikan sensitivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode standar spektrofotometri yang ditunjukkan dengan nilai LOD. LOD untuk
Cr(VI) dan Cr total pada metode SIAsecara berturut-turut adalah 0,006 mg/L dan 0,0048 mg/L, dan untuk
metode standar spektrofotometri 0,08 mg/L dan 0,03 mg/L. Nilai akurasi dari metode SIA dan metode
standar spektrofotometri berturut-turut sebesar 92-105,97% dan 88-108%. Linieritas metode SIA dan
metode standar spektrofotometri ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,9696-0,9794 dan
0,9888-0,9931. Nilai presisi dari metode SIA dan metode standar spektrofotometri berturut-turut sebesar
0,05-7,83% dan 0-8,6%. Berdasarkan uji F pada sampel buatan dengan beda taraf nyata 5% ( = 0,05),
dapat diketahui bahwa metode SIA tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan bila dibandingkan
dengan metode standar spektrofotometri. Oleh karena itu, metode SIA dapat digunakan sebagai metode
alternatif untuk spesiasi Cr(III) dan Cr(VI).
Kata kunci: spesiasi kromium, SIA, kolorimeter RGB, validasi.
Ekstraksi Fase Padat Menggunakan Chelating Disk Untuk Pemekatan Logam Pb(II) dan
Zn(II) dan Pengukurannya dengan Inductively Coupled Plasma-Atomic Emission
Spectrometer
Eka Teni Purnama Sari, Akhmad Sabarudin, Ulfa Andayani
(17 Desember 2010)
Abstrak
Pb(II) dan Zn(II) merupakan polutan lingkungan yang berbahaya yang memberikan efek keracunan pada
kehidupan organisme dalam ekosistem perairan. Pb(II) dan Zn(II) di dalam perairan termasuk dalam trace
element dengan konsentrasi rendah dan membutuhkan pemekatan. Pada penelitian ini, pemekatan
dilakukan secara ekstraksi fasa padat menggunakan fasa diam chelating disk yang memiliki gugus
iminodiacetat. Asam nitrat (HNO3) digunakan sebagai eluen untuk melepas logam yang terserap pada
chelating disk dan pengukuran logam tersebut dengan ICP-AES. Parameter-parameter yang diamati dalam
penelitian ini adalah optimasi pH, optimasi konsentrasi HNO3 serta pengaruh matriks alkali dan alkali
tanah dan pemekatan logam Pb(II) dan Zn(II). Diperoleh hasil, bahwa Pb(II) dan Zn(II) dapat teradsorpsi
secara optimum pada pH 5,5 dan pH 5. Sedangkan konsentrasi HNO3 optimun adalah 2 M. Pemekatan
dengan chelating disk ini mampu memisahkan Pb(II) dan Zn(II) dari logam alkali dan alkali tanah dimana %
recovery untuk alkali sangat kecil dibanding dengan % recovery Pb(II) dan Zn(II) yaitu untuk K adalah
15,85%; Ca 3,37%; Mg 8,11%; dan Na 27,2%. Oleh karena itu, metode ini sangat baik digunakan untuk
pemekatan konsentrasi Pb(II) dan Zn(II) yang sangat rendah.
Kata kunci : Pb(II), Zn(II), chelating disk, pemekatan, ICP-AES.