Upload
sylvia-anggraeni
View
271
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnal fisiologi hewan
Citation preview
TOLERANSI OSMOTIK ERITROSIT HEWAN POIKILOTERMIK DAN
HOMOIOTERMIK TERHADAP BERBAGAI TINGKAT KEPEKATAN
MEDIUM
Sandri Yuli Anita 130210103015
Fisiologi Hewan Kelas A
Program Studi Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
e-mail : [email protected]
Abstrak
Praktikum “Toleransi Osmotik Eritrosit Hewan Poikilotermik dan
Homoiotermik Terhadap Berbagai Tingkat Kepekatan Medium’’ dilakukan
dengan menggunakan 2 kadal sebagai wakil dari hewan poikilotermik dan 2
mencit sebagai wakil dari hewan homoiotermik. Umumnya cairan eritrosit
poikilotermik isotonis menggunakan larutan NaCl 0,7% yaitu kadal dan cairan
eritrosit homoiotermik isotonis menggunakan larutan NaCl 0,9% yaitu mencit.
Osmosis memainkan peranan yang penting pada membran sel darah merah saat
mengalami hemolisis dan krenasi. Hemoglobin adalah sebuah protein terkonjugasi
dan merupakan komponen utama sel darah merah yang mengandung hampir dua
per tiga kebutuhan besi tubuh manusia. Fungsi utama hemoglobin yaitu untuk
mentranspor oksigen dari paru-paru ke berbagai jaringan dan membawa karbon
dioksida serta proton (H+ ) dari jaringan ke paru-paru.
Kata Kunci : Osmosis, hemoglobin, krenasi
PENDAHULUAN
METODOLOGI PENELITIAN
Pada praktikum ini, metode yang digunakan yaitu metode eksperimen.
Yang mana bahan dan alat yang digunakan yaitu menggunakan kadal (Mabuya
multifasciata) sebanyak 2 ekor dan mencit yang berjumlah 2 ekor, larutan NaCl
dengan konsentrasi 0,7% untuk hewan poikilotermik (kadal) dan NaCl 0,9%
untuk hewan homoiotermik (mencit), kloroform, dan aquades, kaca benda, kaca
penutup, pipet tetes, alat dan papan seksio, gelas piala dan mikroskop.
Cara kerja hewan poikilotermik yaitu kadal di singgelpit kemudian di
bedah sampai nampak semua organ-organ dalamnya. Menusuk bagian pembuluh
darahnya, amati sel darah yang keluar dengan menggunakan larutan NaCl 0,7%,
0.9%, 1% sampai aquades (medium encer) kemudian mengamati di bawah
mikroskop dari perbesaran lemah ke kuat. Sedangkan untuk hewan homoiotermik
yaitu dengan membius hewan menggunakan kloroform, membedah bagian dada,
menusuk pembuluh darahnya sampai darah keluar, mengamati bnetuk/ keadaan
sel dengan menggunakan larutan NaCl 0,7%, 0,9%, 1% sampai aquades.
Kemudian mengamati di bawah mikroskop dan mencatat hasilnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Kel. Bahan Kontrol Aquades Larutan
0.7%
Larutan
0,9%
Larutan
1%
1,2,3 Mencit - 40x10 100x10 40x10 40x10
5,6,7 Kadal - 40x10 40x10 - 100x10
Pembahasan
KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa cairan eritrosit hewan
poikilotermik isotonis dengan 0,7% NaCl, bila dimasukkan ke dalam larutan NaCl
yang konsentrasinya dibawah 0,7% maka eritrosit akan mengalami lisis karena
cairan bersifat hipotonis sedangkan jika dimasukkan ke dalam larutan NaCl yang
konsentrasinya lebih dari 0,7%, maka eritrosit akan mengalami krenasi karena
larutan bersifat hipertonis. Dn untuk cairan eritrosit hewan homoiotermik isotonis
dengan 0,9% NaCl, bila dimasukkan ke dalam larutan NaCl yang konsentrasinya
dibawah 0,9% maka eritrosit akan mengalami lisis karena cairan bersifat hipotonis
sedangkan jika dimasukkan ke dalam larutan NaCl yang konsentrasinya lebih dari
0,9%, maka eritrosit akan mengalami krenasi karena larutan bersifat hipertonis.
DAFTAR PUSTAKA