Upload
baehaqi-eko
View
440
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
1ACARA II: SIMPANAN BIJI GULMA DALAM TANAH
PENDAHULUAN
I. Tujuan praktikum
1. Untuk mengetahui adanya simpanan biji gulma dalam tanah
2. Untuk mengetahui jenis jenis gulma yanag ada pada setiap lapisan dengan berbagai
kedalaman.
II. Tinjauan Pustaka
Kehadiran guma pada suatu pertanaman berkaitan dengan deposit biji gulma didalam tanah.
Biji gulma dapat disimpan dan dapat bertahan hidup selama puluhan tahun daalam kondisi
dorma, dan akan berkecambah apabila lingkungan dapat mematahkan kondisi itu, yaitu jika
syarat perkecambahan dapat terpenuhi. Untuk perkecambahan biji gulma perlu : cahaya , air
suhu , oksigen dan kelembaban. Terangkatnya biji gulma ke permukaaann tanah maka akan
mendapat cahaya , dan okigen serta ketersediaan kelembaban sesuai untuk perkecamabahan.
Mendorong gulma untuk tumbuh dan berkembang.
Biji spesies guma semusim (anual spesies) dapat bertahan dalam tanah selama bertahun tahun
sebagai cadangan benih hidup atau viable seeds(melinda et al. 1998). Biji gulma yag
ditemukan di makam mesir yang telah berumur ribuan tahun massih bisa berkecambah yang
sehat. Jumlah biji gulma yang terdapat dalam tanah mencapai ratusan biji( derektorat jendral
perkebunan 1966). Karena benih gulma dapat berkumulasi dalam tanah maka kepadatannya
terus meningkat (kropak, 1966). Dengan pengolahan tanah secara konvensional maka
perkecambahan benih gulma yang tertanam dalam tanah akan tertunda, sampai terangkat ke
permukaan karena pengolahan tanah.
Penelitian selama tujuh tahun mengindifikasikan lebih sedikit benih gulma pada petak tanpa
olah tanah dibanding dengan petak yang diolah dengan bajak singkal(molboard-plow), biji
gulma berkonsentrasi pada kedalaman 5 cm dan lapisan atas tanah (clements et al. 1996).
III. Metode kerja
A. Bahan dan Alat
Bahan berupa tanah yang digali dengan berbagai kedalaman dan berbagai
tempat. Alat yang digunakan berupa polibag, cangkul, penggali dan buku
identifikasi.
B. Cara kerja:
1. Siapkan polibag sejumlah 15 buah , bagi menjadi 3 (kelompok A, B,
dan C)
2. Isi polibag dengan tanah yag digalidari tanah dengan kedalaman 0-20
cm (5 polibag), 20-40 cm (5 polibag),40-60 (5 polibag). Dimasukkan
kedalam polibag dihaluskan terlebih dahulu.
3. Siram dan tempatkan polibag yang telah terisi tanah tersebut, dan
simpan ditempat terbuka dan aman.
4. Pemeliharaan berupa penyiramanyang dilakukan setiap hari, pagi dan
sore.
IV. Pengamatan
a. Amati setiap minggu dan catat kapan gulma –gulma mulai berkecambah.
b. Catat dan hitung jenis-jenis gulma yang tumbuh pada setiap kelompok
kedalaman.
c. Pada akhir pengamatan lakukan analisa vegetasi pada masing masing
kedalaman.
V. Laporan
Menghitung SDR pada masing-masing kedalaman, membandingkan dan
menghitung menggunakan indeks seperti pada analisa vegetasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. HASIL
Pada pengamatan yang telah dilakukan yaitu pengamatan mulai tumbuh atau
berkecambah, dan jenis gulma yang tumbuh pada setiap polibag dan mulai praktik
tanggal ,11-2011 dengan kedalaman masing-masing yaitu 0-20cm, 20-40cm,
dan 40-60 cm adalah berbeda dengan hasil tabel sebagai berikut :
1.1 Tabel pengamatan kecambah
No Kedalaman Waktu kecambah
1 0-20 cm
2 20-40 cm
3 40-60 cm
1. Kerapatan mutlak suatu jenis=jumlah individu itu dalam petak
KN=Kerapatan mutlak jenis itu
x 100%Kerapatan mutlak semua jenis
2.
Frekuensi mutlak
suatu jenis=
Jumlah petak yang berisi jenis itu
x 100%Jumlah semua petak yang
diambil
Frekuensi nisbi
suatu jenis=
Nilai frekuensi mutlak jenis itu
x 100%Jumlah nilai frekuensi mutlak
semua jenis
3. Nilai penting suatu jenis=KN+DN+FN
4. SDR suatu jenis = nilai penting/3
I.2 Tabel pengamatan vegetasi kedalaman 0-20 cm
No Spesies Nomor Petak Perhitungan
1 2 3 4 5 KM KN FM FN NP SDR
1. Astistasia Gigantika 2 1 7 0 0 10 0.71 0.02 0.75 1.46 0.73
2. Agreratum consoides 5 4 3 6 3 21 1.87 1 1.25 3.12 1.56
3. Leume 3 2 3 3 0 11 0.98 0.08 1.37 2.35 1.17
4. Ophulanthus Urinaria 2 1 2 0 0 5 0.44 0.06 0.10 0.54 0.27
5. Starki Starpetha 4 4 23 19 2 52 4.64 1 0.17 4.81 2.40
6. Oksalis 0 1 0 0 0 1 0.008 2 0.03 0.03
8
0.019
7. Borelia Alata 0 0 1 3 2 6 0.53 0.06 0.75 1.28 0.64
8. Sinidrella Nudrifora 0 0 1 0 0 1 0.08 0.02 0.03 0.11 0.05
9. Fernonia 0 0 0 1 0 1 0.08 0.02 0.75 0.11 0.05
10. Oldenlandia 0 0 0 1 0 1 0.08 0.02 0.03 0.11 0.05
11. Paspalum Conjughatum 0 0 0 0 1 1 0.08 0.02 0.03 0.11 0.05
12. Ciperus Basilenthus 0 0 0 0 2 2 0.17 0.02 0.03 0.2 0.1
Jumlah 16 13 40 33 10 112 9.74 5.80 4.57 16.1 7.109
I.3 Tabel pengamatan vegetasi kedalaman 20-40 cm
No Spesies Nomor Petak Perhitungan
1 2 3 4 5 KM KN FM FN IP SDR
1. Starki Starpetha 2 1 3 8 6 20 0.36 1 0.2 0.56 0.28
2. Oldenlandia 1 0 0 0 0 1 0.01 0.2 0.04 0.05 0.025
3. Borrelia Alatha 4 0 2 0 0 6 0.10 0.4 0.08 0.18 0.09
4. Astistasia 3 0 0 0 0 3 0.05 0.2. 0.04 0.09 0.045
5. Ophulanthus urinaria 1 1 0 0 0 1 0.01 0.2 0.04 0.15 0.075
6. Pasphalum Conjughathum 0 1 0 1 1 3 0.05 0.2 0.04 0.15 0.075
7. Oksalis 0 5 2 3 2 1 0.21 0.2 0.04 0.05 0.075
8. Leume 0 1 0 2 1 12 0.07 0.8 0.16 0.37 0.185
9. Astistasia gighantika 0 0 0 1 1 4 0.03 0.6 0.12 0.19 0.095
10. Sinedrella 0 0 0 1 1 2 0.03 0.4 0.08 0.11 0.055
11. Lutwegea 0 0 0 0 1 2 0.03 0.2 0.08 0.11 0.055
Jumlah 10 9 7 15 12 55 0.92 5.00 0.96 2.08 1.09
I.4 Tabel pengamatan vegetasi kedalaman 40-60 cm
No Spesies Nomor Petak Perhitungan
1 2 3 4 5 KM KN FM FN IP SDR
1. Cipherus Irria 3 1 3 3 0 10 0.16 0.8 0.17 0.33 0.16
2. Borellia Alata 2 0 1 0 1 4 0.06 0.6 0.13 0.19 0.09
3. Agerathum Conisoides 2 0 0 0 0 2 0.03 0.2 0.04 0.07 0.13
5
4. Starki Starpeta 4 2 5 7 6 24 0.39 1 0.21 0.06 0.3
5. Ludwegia 5 0 0 0 0 5 0.08 0.2 0.04 0.12 0.06
6. Oldenlandia 1 0 0 1 2 4 0.06 0.6 0.13 0.19 0.43
5
7. Pasphalum konjughathum 1 0 0 0 0 1 0.01 0.2 0.04 0.1 0.05
8. Giditaria 0 0 0 1 0 1 0.01 0.2 0.04 0.1 0.35
9. Agerathum Conisoides 0 0 0 1 1 2 0.03 0.4 0.08 0.04 0.05
10. Leume 0 0 0 4 4 8 0.13 0.4 0.08 0.04 0.05
Jumlah 18 3 9 15 14 61 1.25 4.6 1.69 1.30
5
Dari data tabel kedalaman 0-20 cm
-p.c. (1) ditemukan 16 jenis
-p.c. (1+2) ditemukan 29 jenis
-p.c. (1+2+3) ditemukan 69 jenis
-p.c. (1+2+3+4) ditemukan 102 jenis
-p.c. (1+2+3+4+5) ditemukan 112 jenis
Dari data tabel kedalaman 20-40 cm
-p.c. (1) ditemukan 10 jenis
-p.c. (1+2) ditemukan 19 jenis
-p.c. (1+2+3) ditemukan 26 jenis
-p.c. (1+2+3+4) ditemukan 41 jenis
-p.c. (1+2+3+4+5) ditemukan 55 jenis
Dari data tabel kedalaman 40-60 cm
-p.c. (1) ditemukan 18 jenis
-p.c. (1+2) ditemukan 21 jenis
-p.c. (1+2+3) ditemukan 30 jenis
-p.c. (1+2+3+4) ditemukan 45 jenis
-p.c. (1+2+3+4+5) ditemukan 59 jenis
5. Koefisien komunitas
Untuk membandingkan dari masing kedalaman digunakan rumus:
C=2W
x 100%a+b+c
Dari ketiga tabel di atas dapat dihitunng sebagai berikut:
a. Berdasarkan nilai mutlak kerapatan
C=2(55)
x 100%112+55+61
C=48%
b. Berdasarkan nilai nisbinya
C=2(0.92)
x 100%9.74+0.92+1.25
C= 15.44%
Dari hasil diatas pada setiap kedalaman masing masing terdapat kesamaan sebesar 48% dan
kesamaan sebesar (100-48)%=52%
KESIIMPULAN
Setelah melakukan uji praktikum simpanan biji gulma dalam tanah dengan masing-masing
kedalaman yaitu 0-20,20-40,dan 40-60 cm jenis gulma yang paling banyak yaitu pada
kedalaman 0-20 dimana pertumbuhan gulma lebih cepat di banding dengan 20-40 dan 40-60
cm. Hal ini dapat disimpulkan bahwa biji yang jatuh dalam tanah banyak di permukaan atau
kedalaman yang dangkal. Akan tetapi biji gulma juga terdapat dalam tanah yang dalam
sekalipun hal ini dibuktikan tumbuhnya gulma pada kedalaman 40-60cm.
DAFTAR PUSTAKA
Tim pengajar UNTAN. 2011. PETUNJUK PRAKTIKUM ILMU PEMGENDALIAN
GULMA. Pontianak.
Sukman, Y, dan yakup; 1991. GULMA DAN PENGENDALIANNYA. Rajawali Press,
jakarta
Tim pengajar UNTAN; 2010. ILMU PENGENDALIAN GULMA. Pontianak