6
ADAB-ADAB BERTAMU 1. Memperbaiki Niat Tidak bisa dipungkiri bahwa niat merupakan landasan dasar dalam setiap amalan. Hendaklah setiap muslim yang akan bertamu, selain untuk menunaikan hajatnya, juga ia niatkan untuk menyambung silaturahim dan mempererat ukhuwah. Sehingga, … tidak ada satu amalan pun yang ia perbuat melainkan berguna bagi agama dan dunianya. Tentang niat ini Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : وى ن ء ما رى م ل ا لك ما ن وا ات ي ن ل ا مال ب ع الأ ما ن ا“Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat dan setiap orang tergantung pada apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari, Muslim dan selain keduanya). Ibnul-Mubarak berkata : ة ي ن ل ره ا صغ ت ر ي* ب ك ل م ع ورت ة ي ن ل مة ا/ ظ ع ت ر ي غ ص ل م ع رت“Betapa amal kecil diperbesar oleh niatnya dan betapa amal besar diperkecil oleh niatnya” (Jaami’ul-Ulum wal-Hikam halaman 17 – Daarul-Hadits). 2. Memberitahukan Perihal Kedatangannya (untuk Minta Ijin) Sebelum Bertamu Adab ini sangat penting untuk diperhatikan. Mengapa ? Karena tidak setiap waktu setiap muslim itu siap menerima tamu. Barangkali ia punya keperluan/hajat yang harus ditunaikan sehingga ia tidak bisa ditemui. Atau barangkali ia dalam keadaan sempit sehingga ia tidak bisa menjamu tamu sebagaimana dianjurkan oleh syari’at. Betapa banyak manusia yang tidak bisa menolak seorang tamu apabila si tamu telah mengetuk pintu dan mengucapkan salam padahal ia punya hajat yang hendak ia tunaikan. Allah telah memberikan kemudahan kepada kita berupa sarana-

ADAB Bertamu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Adab-adab Bertamu Menurut Islam

Citation preview

ADAB-ADAB BERTAMU1. Memperbaiki NiatTidak bisa dipungkiri bahwa niat merupakan landasan dasar dalam setiap amalan. Hendaklah setiap muslim yang akan bertamu, selain untuk menunaikan hajatnya, juga ia niatkan untuk menyambung silaturahim dan mempererat ukhuwah. Sehingga, tidak ada satu amalan pun yang ia perbuat melainkan berguna bagi agama dan dunianya. Tentang niat ini Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda :

Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat dan setiap orang tergantung pada apa yang ia niatkan (HR. Bukhari, Muslim dan selain keduanya).Ibnul-Mubarak berkata :

Betapa amal kecil diperbesar oleh niatnya dan betapa amal besar diperkecil oleh niatnya (Jaamiul-Ulum wal-Hikam halaman 17 Daarul-Hadits).2. Memberitahukan Perihal Kedatangannya (untuk Minta Ijin) Sebelum BertamuAdab ini sangat penting untuk diperhatikan. Mengapa ? Karena tidak setiap waktu setiap muslim itu siap menerima tamu. Barangkali ia punya keperluan/hajat yang harus ditunaikan sehingga ia tidak bisa ditemui. Atau barangkali ia dalam keadaan sempit sehingga ia tidak bisa menjamu tamu sebagaimana dianjurkan oleh syariat. Betapa banyak manusia yang tidak bisa menolak seorang tamu apabila si tamu telah mengetuk pintu dan mengucapkan salam padahal ia punya hajat yang hendak ia tunaikan.Allah telah memberikan kemudahan kepada kita berupa sarana-sarana komunikasi (surat, telepon, sms, dan yang lainnya) yang bisa kita gunakan untuk melaksanakan adab ini.

3. Menentukan Awal dan Akhir Waktu BertamuAdab ini sebagai alat kendali dalam mengefisienkan waktu bertamu. Tidak mungkin seluruh waktu hanya habis untuk bertamu dan melayani tamu. Setiap aktifitas selalu dibatasi oleh aktifitas lainnya, baik bagi yang bertamu maupun yang ditamui (tuan rumah). Apabila memang keperluannya telah usai, maka hendaknya ia segera berpamitan pulang sehingga waktu tidak terbuang sia-sia dan tidak memberatkan tuan rumah dalam pelayanan.

Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda :

Apabila salah seorang diantara kamu telah selesai dari maksud bepergiannya, maka hendaklah ia segera kembali menuju keluarganya (HR. Bukhari dan Muslim).4. Berwajah Ceria dan Bertutur Kata Lembut dan Baik Ketika BertemuWajah muram dan tutur kata kasar adalah perangai yang tidak disenangi oleh setiap jiwa yang menemuinya. Allah telah memerintahkan untuk bersikap lemah lembut, baik dalam hiasan rona wajah maupun tutur kata kepada setiap bani Adam, dan lebih khusus lagi terhadap orang-orang yang beriman. Dia telah berfirman :

Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman (QS. Al-Hijr : 88).Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata : [ , : { }] Maksudnya bersikap lemah lembutlah kepada mereka sebagaimana firman Allah taala : Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang beriman (QS. At-Taubah : 128).

Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda :

Janganlah sekali-kali kamu meremehkan sedikitpun dari kebaikan-kebaikan, meskipun hanya kamu menjumpai saudaramu dengan muka manis/ceria (HR. Muslim).Selain berwajah ceria dan bertutur kata lembut, yang lebih penting untuk diperhatikan adalah hendaklah ia berkata baik dan benar. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam dengan tegas telah memebri peringatan :

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam (HR. Bukhari, Muslim, dan selain keduanya. Hadits ini terdapat dalam Arbain Nawawi nomor 15).Beliau shallallaahu alaihi wasallam menggandengkan kata iman dengan pilihan antara berbicara baik atau diam. Mafhumnya, jika seseorang tidak mengambil dua pilihan ini, maka ia dikatakan tidak beriman (dalam arti : imannya tidak sempurna). Hukum asal dari perbuatan adalah diam. Kalaupun ia ingin berkata, maka ia harus berkata dengan kata-kata yang baik. Sungguh rugi jika seseorang bertamu dan bermajelis dengan mengambil perkataan sia-sia lagi dosa seperti ghibah, namimah (adu domba), dan lainnya yang tidak menambah apapun dalam timbangan akhirat kelak kecuali dosa. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda :

Sesungguhnya seseorang mengucapkan kata-kata, ia tidak menyangka bahwa ucapannya menyebabkan ia tergelincir di neraka yang jaraknya lebih jauh antara timur dan barat (HR. Bukhari dan Muslim).5. Tidak Sering BertamuMengatur frekwensi bertamu sesuai dengan kebutuhan dapat menimbulkan kerinduan dan kasih-sayang. Hal itu merupakan sikap pertengahan antara terlalu sering dan terlalu jarang. Terlalu sering menyebabkan kebosanan. Sebaliknya, terlalu jarang mengakibatkan putusnya hubungan silaturahim dan kekeluargaan.

6. Dianjurkan Membawa Sesuatu Sebagai HadiahMemberi hadiah termasuk amal kebaikan yang dianjurkan. Sikap saling memberi hadiah dapat menimbulkan perasaan cinta dan kasih saying, karena pada dasarnya jiwa senang pada pemberian. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda :

Berilah hadiah di antara kalian, niscaya kalian akan saling mencintai (HR. Bukhari dalam Al-Adabul-Mufrad 594; dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwaa nomor 1601).7. Tidak Boleh Seorang Laki-Laki Bertamu kepada Seorang Wanita yang Suaminya atau Mahramnya Tidak Ada di RumahRasulullah shallallaahu alaihi wasallam sangat keras menekankan pelarangan ini sebagaimana sabda beliau :

Janganlah sekali-kali menjumpai wanita. Maka seorang laki-laki dari kaum Anshar bertanya : Wahai Rasulullah, bagaimana dengan Al-Hamwu?. Beliau menjawab : Al-Hamwu adalah maut (HR. Bukhari dan Muslim).Imam Al-Baghawi dalam menerangkan hadits ini mengatakan : Al-Hamwu jamaknya Ahma yaitu keluarga laki-laki dari pihak suami dan keluarga perempuan dari pihak istri. Dan yang dimaksudkan di sini adalah saudara laki-laki suami (ipar) sebab dia bukan mahram bagi istri. Dan bila yang dimaukan adalah ayah suami sedang ayah suami adalah mahram, maka bagaimana lagi dengan yang bukan mahram ?

Tentang kalimat Al-Hamwu adalah maut; Ibnul-Arabi berkata : Ini adalah kalimat yang diucapkan oleh orang Arab, sama dengan ungkapan : Serigala adalah maut. Artinya, bertemu serigala sama dengan bertemu maut.

8. Dan Lain-LainMasih banyak adab-adab bertamu jika diuraikan secara lebih luas lagi seperti memilih waktu untuk bertamu, mengucapkan salam, menjaga pandangan, dan yang lainnya dimana sebagiannya telah dituliskan sebelumnya di Adab-Adab Minta Ijin. Sedikit yang bisa dituliskan di atas semoga bermanfaat bagi kita semua. Allaahu alam.

AdabBertamu

Berikut adab-adab dalam bertamu sesuai tutunan Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam:

1. Penuhilah undangan dan jangan hadir terlambat.Nabi Shallallahu alaihi wa salam menyatakan, Barangsiapa yang diundang kepada walimah atau yang serupa, hendaklah ia memenuhinya. (HR. Muslim).2. Masuklah setelah meminta izin kepada tuan rumah.3. Mintalah izin kepada tuan rumah jika membawa serta orang lain yang tidak termasuk undangan.4. Jangan membedakan undangan, dari orang fakir maupun orang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang faqir bisa melukai perasaan mereka.5. Hadirlah sekalipun ketika sedang berpuasa.Rasulullah bersabda, Barangsiapa yang diundang untuk jamuan sedangkan ia berpuasa, maka hendaklah ia menghadirinya. Jika ia suka makanlah dan jika tidak, tidaklah mengapa. (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani).6. Persingkatlah, jangan lama-lama bertamu karena bisa memberatkan tuan rumah, juga tidak tergesa-gesa datang karena membuat tuan rumah terkejut tak mampu menyiapkan diri.7. Janganlah bertamu lebih dari tiga hari, namun bila tuan rumah memaksa untuk tetap tinggal maka tidaklah mengapa.8. Kembalilah dengan ridho dan maafkan kekurangan yang ada pada tuan rumah.9. Doakan tuan rumah seusai menyantap hidangannya. Dengan doa:

Orang yang berpuasa telah berbuka puasa padamu. orang-orang yang baik telah memakan makananmu dan para malaikat telah bershalawat untukmu. (HR. Abu Daud, dishahihkan Al-Albani).