15
ADAT ISTIADAT Adat Istiadat TANEAN LANJENG Rumah Adat Masyarakat Madura Masyarakat Madura di kenal sebagai masyarakat yang menjungjung tinggi tali kekerabatan. Simbol-simbol yang mendukung hal ini, bisa di lihat dari rumah adat yang sebagian besar masih terpelihara dengan rapi di berbagai pelosok di Madura, seperti yang terdapat di desa pamaroh kecamatan kadur pamekasan Madura. Halaman panjang atau yang terkenal dengan sebutan Tanian Lanjang adalah bukti kekerabatan masyarakat Madura. Tanian Lanjeng terbentuk karena sejumlah rumah di tata berjejeran dengan rumah induk yang berada di tengah-tengah. Rumah induk ini biasanya, di tandai dengan jengger ayam di atapnya. Rumah induk, ditempati orang tertua pada keluarga tersebut. Orang tertua ini kemudian di sebut kepala somah. barat raja kecil, kepala somahlah yang menguasai semua kebijakan keluarga, terutama menyangkut masalah perka!inan. Rumah adat Madura, hanya memiliki satu pintu di depan. Hal ini dimaksudkan, agar pemilik rumah, dapat mengontrol akti"tas keluar masuk keluarga. #intu ini dihiasi ukiran-ukiran asli Madura, dengan !arna hijau dan merah, lambang kesetiaan dan perjuangan. Sebuah lukisan bunga, juga tampak menghiasi dinding depan rumah. Lukisan ini, menggambarkan keharmonisan keluarga, sebuah impian rumah masa depan yang bahagia. $i samping kanan dan kiri rumah induk, di bangun rumah untuk anak-anaknya. %nak tertua, menempati rumah sebelah kanan. Sedangkan yantg lain, menempati rumah sebelah kiri. &iasanya, rumah induk, di tandai dengan hiasan ' cengger ayam yang ada di atas atap, dengan posisi berhadapan, mirip batu nisan sebuah makam. Hiasan ini mengingatkan penghuni rumah pada kematian, yang pasti di jalani oleh setiap mahluk hidup. $i bagian dalam rumah, berdiri ( buah pilar penyanggah yang tampak kokoh. #ilar-pilar ini, terhubung satu dengan lainnya, sehingga membentuk sebuah bujur sangkar. #ilar-pilar ini, kemudian di sebut dengan pilar pasarean. Sejumlah perabotan keluarga, juga masih tampak terpelihara di bagian dalam

ADAT ISTIADAT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

adat istiadat

Citation preview

ADAT ISTIADAT

Adat IstiadatTANEAN LANJENGRumah Adat Masyarakat Madura

Masyarakat Madura di kenal sebagai masyarakat yang menjungjung tinggi tali kekerabatan. Simbol-simbol yang mendukung hal ini, bisa di lihat dari rumah adat yang sebagian besar masih terpelihara dengan rapi di berbagai pelosok di Madura, seperti yang terdapat di desa pamaroh kecamatan kadur pamekasan Madura.Halaman panjang atau yang terkenal dengan sebutan Tanian Lanjang adalah bukti kekerabatan masyarakat Madura. Tanian Lanjeng terbentuk karena sejumlah rumah di tata berjejeran dengan rumah induk yang berada di tengah-tengah.Rumah induk ini biasanya, di tandai dengan jengger ayam di atapnya. Rumah induk, ditempati orang tertua pada keluarga tersebut. Orang tertua ini kemudian di sebut kepala somah. Ibarat raja kecil, kepala somahlah yang menguasai semua kebijakan keluarga, terutama menyangkut masalah perkawinan.

Rumah adat Madura, hanya memiliki satu pintu di depan. Hal ini dimaksudkan, agar pemilik rumah, dapat mengontrol aktifitas keluar masuk keluarga. Pintu ini dihiasi ukiran-ukiran asli Madura, dengan warna hijau dan merah, lambang kesetiaan dan perjuangan.Sebuah lukisan bunga, juga tampak menghiasi dinding depan rumah. Lukisan ini, menggambarkan keharmonisan keluarga, sebuah impian rumah masa depan yang bahagia.Di samping kanan dan kiri rumah induk, di bangun rumah untuk anak-anaknya. Anak tertua, menempati rumah sebelah kanan. Sedangkan yantg lain, menempati rumah sebelah kiri. Biasanya, rumah induk, di tandai dengan hiasan 2 cengger ayam yang ada di atas atap, dengan posisi berhadapan, mirip batu nisan sebuah makam. Hiasan ini mengingatkan penghuni rumah pada kematian, yang pasti di jalani oleh setiap mahluk hidup. Di bagian dalam rumah, berdiri 4 buah pilar penyanggah yang tampak kokoh. Pilar-pilar ini, terhubung satu dengan lainnya, sehingga membentuk sebuah bujur sangkar. Pilar-pilar ini, kemudian di sebut dengan pilar pasarean.Sejumlah perabotan keluarga, juga masih tampak terpelihara di bagian dalam rumah ini. Di antaranya, sebuah bayang besar, terbuat dari kayu jati dengan ujung sebelah kiri lebih tinggi, yang berfungsi mengganjal kepala, agar bisa ber-isitirhat, melepas kepenatan tubuh.Tampak pula sebuah tombak tradisional Madura yang masih terpelihara dengan baik. Tombak ini merupakan senjata tradisionil Madura, dalam mempertahankan ke utuhan keluarga.Setiap rumah data, di lengkapi dengan sebuah surau. Surau ini, disamping berfungsi sebgai tempat sholat, juga menjadi tempat bagi Kepala Somah, untuk memantau orang-orang yang keluar masuk halamannya. Orang Madura menyebut surau ini dengan langgar.Atap surau adat, menggunakan daun ilalang yang membentang memayungi penghuninya dari air hujan dan sengatan matahari.

CELURIT-DAN-CAROK

Letaknya yang berada di sebelah utara Pulau Jawa, Madura atau lebih dikenal dengan pulau garam, mempunyai masyarakat sendiri, dalam arti, mempunyai corak, karakter dan sifat yang berbeda dengan masyarakat jawa. Masyarakatnya yang santun, membuat masyarakat Madura disegani, dihormati bahkan ditakuti oleh masyarakat yang lain

Kebaikan yang diperoleh oleh masyarakat atau orang Madura akan dibalas dengan serupa atau lebih baik. Namun, jika dia disakiti atau diinjak harga dirinya, tidak menutup kemungkinan dia akan membalas dengan yang lebih kejam. Ada sebuah adagium masyarakat Madura, yang sampai sekarang sudah mendarah daging, lebbi baek pote tolang dari pada pote mata.

Banyak orang yang mengatakan bahwa masyarakat Madura itu unik, estetis dan agamis. Bahkan, ada yang mengenal masyarakat pulau garam ini adalah masyarakat santri, nan sopan tutur katanya dan kepribadiannya.

Kita mungkin mengenal CAROK . ? Carok dan celurit laksana dua sisi mata uang. Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman penjajahan Belanda abad 18 M. Carok merupakan simbol kesatria dalam memperjuangkan harga diri (kehormatan).

PADA zaman Cakraningrat, Joko Tole dan Panembahan Semolo di Madura, tidak mengenal budaya tersebut. Budaya yang ada waktu itu adalah membunuh orang secara kesatria dengan menggunakan pedang atau keris. Senjata celurit mulai muncul pada zaman legenda Pak Sakera. Bahkan pada masa pemerintahan Penembahan Semolo, putra dari Bindara Saud putra Sunan Kudus di abad ke-17 M tidak ada istilah carok.Munculnya budaya carok di pulau Madura bermula pada zaman penjajahan Belanda, yaitu pada abad ke-18 M.

Setelah Pak Sakerah tertangkap dan dihukum gantung di Pasuruan, Jawa Timur, orang-orang bawah mulai berani melakukan perlawanan pada penindas. Senjatanya adalah celurit. Karena provokasi Belanda itulah, golongan blater yang seringkali melakukan carok pada masa itu. Celurit digunakan Sakera sebagai simbol perlawanan rakyat jelata terhadap penjajah Belanda. Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para jagoan dan penjahat. Upaya Belanda tersebut rupanya berhasil merasuki sebagian masyarakat Madura dan menjadi filsafat hidupnya. Bahwa kalau ada persoalan, perselingkuhan, perebutan tanah, dan sebagainya selalu menggunakan kebijakan dengan jalan carok. Senjata yang digunakan selalu celurit.

Padahal sebenarnya tidak semua masyarakat Madura demikian. Masyarakat Madura yang memiliki sikap halus, tahu sopan santun, berkata lembut, tidak suka bercerai, tidak suka bertengkar, tanpa menggunakan senjata celurit, dan sebagainya adalah dari kalangan masyarakat santri. Mereka ini keturunan orang-orang yang zaman dahulu bertujuan melawan penjajah Belanda.

KERAPAN-SAPIKerapan atau karapan sapi adalah satu istilah dalam bahasa Madura yang digunakan untuk menamakan suatu perlombaan pacuan sapi. Ada dua versi mengenai asal usul nama kerapan. Versi pertama mengatakan bahwa istilah kerapan berasal dari kata kerap atau kirap yang artinya berangkat dan dilepas secara bersama-sama atau berbondong-bondong. Sedangkan, versi yang lain menyebutkan bahwa kata kerapan berasal dari bahasa Arab kirabah yang berarti persahabatan. Namun lepas dari kedua versi itu, dalam pengertiannya yang umum saat ini, kerapan adalah suatu atraksi lomba pacuan khusus bagi binatang sapi. Sebagai catatan, di daerah Madura khususnya di Pulau Kangean terdapat lomba pacuan serupa yang menggunakan kerbau. Pacuan kerbau ini dinamakan mamajir dan bukan kerapan kerbau.

Asal usul kerapan sapi juga ada beberapa versi. Versi pertama mengatakan bahwa kerapan sapi telah ada sejak abad ke-14. Waktu itu kerapan sapi digunakan untuk menyebarkan agama Islam oleh seorang kyai yang bernama Pratanu. Versi yang lain lagi mengatakan bahwa kerapan sapi diciptakan oleh Adi Poday, yaitu anak Panembahan Wlingi yang berkuasa di daerah Sapudi pada abad ke-14. Adi Poday yang lama mengembara di Madura membawa pengalamannya di bidang pertanian ke Pulau Sapudi, sehingga pertanian di pulau itu menjadi maju. Salah satu teknik untuk mempercepat penggarapan lahan pertanian yang diajarkan oleh Adi Polay adalah dengan menggunakan sapi. Lama-kelamaan, karena banyaknya para petani yang menggunakan tenaga sapi untuk menggarap sawahnya secara bersamaan, maka timbullah niat mereka untuk saling berlomba dalam menyelesaikannya. Dan, akhirnya perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olahraga lomba adu cepat yang disebut kerapan sapi.

Macam-macam Kerapan SapiKerapan sapi yang menjadi ciri khas orang Madura ini sebenarnya terdiri dari beberapa macam, yaitu:1. Kerap Keni (kerapan kecil)Kerapan jenis ini pesertanya hanya diikuti oleh orang-orang yang berasal dari satu kecamatan atau kewedanaan saja. Dalam kategori ini jarak yang harus ditempuh hanya sepanjang 110 meter dan diikuti oleh sapi-sapi kecil yang belum terlatih. Sedangkan penentu kemenangannya, selain kecepatan, juga lurus atau tidaknya sapi ketika berlari. Bagi sapi-sapi yang dapat memenangkan perlombaan, dapat mengikuti kerapan yang lebih tinggi lagi yaitu kerap raja.

2. Kerap Raja (kerapan besar)Perlombaan yang sering juga disebut kerap negara ini umumnya diadakan di ibukota kabupaten pada hari Minggu. Panjang lintasan balapnya sekitar 120 meter dan pesertanya adalah para juara kerap keni.

3. Kerap Onjangan (kerapan undangan)Kerap onjangan adalah pacuan khusus yang para pesertanya adalah undangan dari suatu kabupaten yang menyelenggarakannya. Kerapan ini biasanya diadakan untuk memperingati hari-hari besar tertentu.

4. Kerap Karesidenen (kerapan tingkat keresidenan)Kerapan ini adalah kerapan besar yang diikuti oleh juara-juara kerap dari empat kabupaten di Madura. Kerap karesidenan diadakan di Kota Pamekasan pada hari Minggu, yang merupakan acara puncak untuk mengakhiri musim kerapan.

5. Kerap jar-jaran (kerapan latihan)Kerapan jar-jaran adalah kerapan yang dilakukan hanya untuk melatih sapi-sapi pacuan sebelum diturunkan pada perlombaan yang sebenarnya.

Pihak-pihak yang Terlibat dalam Permainan Kerapan SapiKerapan sapi adalah salah satu jenis permainan rakyat yang banyak melibatkan berbagai pihak, yang diantaranya adalah: (1) pemilik sapi pacuan; (2) tukang tongko (orang yang bertugas mengendalikan sapi pacuan di atas kaleles); (3) tukang tambeng (orang yang menahan tali kekang sapi sebelum dilepas); (4) tukang gettak (orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba dapat melesat dengan cepat); (5) tukang tonja (orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi); dan (6) tukang gubra (anggora rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapi pacuan).

LOMBA SAPI SONOK

Selain karapan sapi yang terkenal, ada sebuah acara khusus bagi sapi betina yang didandani bak ratu kecantikan. Ajang itu adalah festival Sapi SonokKabupaten Pamekasan akan menyelenggarakan acara yang mempertemukan sapi-sapi Sonok unggulan se Madura. Festival ini biasanya mengawali acara pesta rakyat karapan sapi. besok pesertanya adalah para pemenang di tingkat kabupaten se MaduraSeperti perlakuan istimewa terhadap sapi jantan karapan demikian juga sapi-sapi betina ini diperlakukan. Yang akan bertanding besok salah satunya adalah Den Ayu dan Titisan Air Mata. Jangan salah, itu bukan nama dua ekor sapi, tapi untuk dua pasang sapi.Anggapannya, satu pasang sapi yang terdiri dari dua ekor ini bisa tidak kompak bila masing-masing punya nama sendiri. Sapi Sonok andalan milik Haji Zaenudin antara lain adalah Titisan Air Mata.Untuk kandang mereka mendapat tempat khusus. Bahkan musik kas madura sronen selalu diperdengarkan melalui tape rekorder. Perawat juga disediakan untuk bertugas menjaga kebersihan tubuh sapi, kandang dan makanan mereka.Supaya terlihat menawan, tanduk sapi juga mendapat perhatian. Biar mengkilat harus sering disemir. Begitu pula bulu mata hingga seluruh tubuh harus dibersihkan dan dirapikan.Sapi-sapi ini tidak hanya dimanjakan dengan perawatan. Mereka juga harus rajin latihan. Pelatih yang sering juga disebut pawang ini mengajarkan cara berjalan dan cara menjejakan kaki depan keatas sebuah kayu. Inilah sebabnya mengapa diberi nama Sapi Sonok. Yang berasal dari bahasa Madura Sokonah Nungkok atau kakinya naik. Hal ini menjadi penilaian penting dalam kontes nanti.

PAKAIN ADAT MADURA

Pakaian adat Madura untuk para pria sangat identik dengan motif garis horisontal yang biasanya berwarna merah-putih dan ikat kepala. Lebih terlihat gagah ketika membawa senjata tradisionalnya yang berupa clurit. Parang yang bentuknya melengkung. Untuk wanita, biasanya hanya menggunakan bawahan kain batik khas Madura dan mengenakan kebaya yang lebih simpel.

TARIAN ADAT MADURA TOPENG DALANG

Menurut babad Madura yang ditulis pada abad 19, topeng dalang pertama kali dikembangkan pada abad ke-15 di desa Proppo, kerajaan Jambwaringin, Pamekasan pada masa pemerintahan Prabu Menak Senaya. Mengingat hubungan Madura dengan kerajaan Majapahit dan Singosariyang mesra, tak dapat dipungkiri bahwa topeng dalang Madura merupakan kelanjutan dari teater topeng di kedua kerajaan Jawa Timur tersebut. Pada abad ke-20, setelah kerajaan-kerajaan mulai hilang dari bumi Madura, topeng dalang kembali menjadi kesenian rakyat dan mencapai puncak kesuburannya sampai tahun 1960 terutama di Sumenep dan Pamekasan. hal itu dapat dilihat dari banyaknya group kesenian, banyaknya dalang dan banyaknya pengrajin topeng di berbagai pelosok. Memasuki dekade 1960-an, topeng dalang mengalami masa surut. Hal ini disebabkan banyaknya tokoh-tokoh topeng yang meninggal dunia, sedangkan tokoh-tokoh muda belum muncul dan menguasai seni topeng dalang.

LAGU-LAGU-MADURA

PAJJHAR LAGGHU

Pajjhar lagghu arena pon nyonara.Bapa tane se tedung pon jhaghaa.Ngala are ben landhu tor capengnga,A jhalananna ghi sarat kawajibhan.Atatamen mabannya hasel bhumena.Mamamor nagharana tor bangsana.

Pajjhar Lagghu (fajar pagi) adalah lagu yang menggambarkan kegiatan masyarakat pedesaan Madura di pagi hari. Ketika fajar tiba, para petani pergi ke sawah membawa cangkul dan topi (Ngala are ben landhu tor capengnga) untuk bertani guna menghidupi keluarganya. Mereka bertani tidak hanya untuk memberi makan keluarga mereka tapi juga untuk kemakmuran negara dan bangsanya (Mamamorra nagharana ban bangsana.) Bagi masyarakat Madura bekerja sebagai petani menjadi pekerjaan utama. Meskipun tanah Madura kurang subur, dengan semangat kerja yang giat dan pantang menyerah mereka dapat hidup dari bercocok tanam tersebut.Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Madura untuk bergotong royong dalam bercocok tanam. Kaum lelaki dewasa mencangkul di sawah. Anak-anak yang sudah dewasa dan cukup kuat untuk menggunakan cangkul tidak segan-segan membantu bapak mereka bercocok tanam di sawah dan di ladang. Bagi kaum perempuan, tugas mereka yang utama adalah memasak di dapur dan mengantarkan makanan tersebut ketika siang hari. Semua anggota keluarga memiliki peran dan mereka melaksanakan peran mereka dengan gotong royong. Tanpa gotong royong, pekerjaan mereka akan lama terselesaikan.

PA'-OPA' ILING

Pa o pa iling, Dang dang asoko randhi,Reng towana tar ngaleleng,Ajhara ngajhi babana cabbhi,Le olena gheddhang bighi.

Lagu Pa- Opa Iling biasanya dinyanyikan orang tua ketika mereka menimang atau mengajak bermain anaknya yang masih kecil.Meskipun lagu ini hanya terdiri dari empat baris, lagu ini sarat makna. Mayoritas orang Madura beragama Islam. Sebagai masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam, masyarakat Madura mewajibkan anak-anaknya untuk belajar mengaji sejak dini (Ajhar Ngajhi) agar mereka bisa pintar. Ngaji disini tidak hanya diartikan belajar membaca Al-Quran tetapi bisa diartikan pula sebagai kegiatan mencari ilmu-ilmu dunia bagi bekal kehidupan di masa yang akan datangUntuk memberikan jaminan bahwa anak-anak mereka dapat dan lulus mengaji, para orang tua harus bekerja keras. Pekerjaan sekeras apapun, dan meskipun hasilnya kecil, (Reng towana tar ngaleleng, le olena gheddhang bighi) akan mereka lakukan asal anak mereka dapat mengaji dan lulus dengan baik.

TANDUK MAJENGOle...olangParaonah alajerehOle...olangAlajereh ka Madureh

NgapoteWak Lajereh etangalehReng MajengTantona lah pade moleMon e tengguhDeri abid pajelennahMase benyak'ah onggu le ollenah

Duuh mon ajellingOdiknah oreng majenganAbental ombekAsapok angin salanjenggah

Lagu Tondu Majang (datang dari melaut) di atas menceritakan kehidupan nelayan Madura. Kehidupan mereka digambarkan sangat keras karena harus bertemu banyak mara bahaya di laut. Mereka juga harus mempertaruhkan nyawa untuk menghidupi keluarga yang ditinggalkan di rumah. Kadang untuk mendapat tangkapan ikan yang banyak mereka harus tinggal berhari-hari di perahu sehingga mereka menjadi terbiasa dengan laut dan mengandaikan ombak sebagai bantal dan angin sebagai selimut mereka (Abhantal omba sapo angen).

KULINER-KULINER LENGKAP KHAS MADURA

Madura, kota yang ada di Jawa Timur ini terkenal dengan karapan sapinya. Sebagai salah satu kota yang menjadi pusat perhatian dalam dunia wisata, Madura mempunyai banyak daya tarik tak hanya dalam hal objek wisatanya. Dari sisi kuliner tau makanan Madura ternyata juga menyimpan banyak kejutan. Cita rasa unik yang terdapat dalam makanan khas Madura ini menjadi salah satu ciri khusus yang tidak ditemukan dalam masakan di daerah lain di Indonesia. Tak hanya cita rasa yang unik cara pengolahannya pun masakan Madura juga memiliki banyak keunikan.Perbedaan dalam hal pengolahan maupun dalam hal cita rasa dengan daerah lainnya ini yang membuat kuliner Indonesia berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini juga menambah daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Madura maupun daerah lainnya. Keanekaragaman maskan khas yang ada di Indonesia ini salah satunya ada di Madura. Berbagai masakan dengan citarasa dan cara pengolahan yang unik menjadikan Madura salah satu daerah yang patut untuk diperhitungkan.Berikut ini ada beberapa jenis masakah yang tergolong khas dan mempunyai citarasa unik yang hanya bisa anda temui di Madura.Soto Madura

Rasanya hampir di seluruh daerah di Indonesia mengenal salah satu jenis masakan berkuah melimpah ini. Soto yang ada di Madura ini menggunakan bahan dasar yang hampir sama dengan soto pada umumnya. Terdiri dari daging sapi, telur rebus, kentang goreng, dan telur yang direbus ini, soto Madura memiliki citarasa yang tak jauh berbeda dengan soto pada umumnya. Taburan daun bawang, seledri, dan bawang goreng di atasnya menjadikan soto Madura lebih bercitarasa khas. Ada keunikan lainnya yang dihadirkan soto Madura, bahwa di masing-masing daerah di Madura soto ini disajikan dengan pendamping yang berbeda. Simaknya, soto Madura yang disajikan di Sumenep. Soto disajikan dengan singkong rebus sebagi pengganti nasi. Keunikan lainnya bahwa soto Madura di Sumenep ini berisikan tauge goreng, bihun, usus sapi, yang dilengkapi dengan daun bawang dan bawang goreng sebagai taburannya. Pelengkap soto ini adalah bumbu kacang yang dicampur petis dan pisang mudang yang dicampur dan diuleg hingga halus.Lain di Sumenep lain lagi di Pamekasan, soto Pamekasan berbahan baku kentang rebus, tauge dan perkedel ini disajikan dengan kuah yang dibumbui merica dengan bawang putih. Sebagai pendamping makan soto Pamekasan ini, disajikan lontong, bakwan jagung, dan juga rempeyek yang rasanya memang cocok.Beda lagi dengan soto yang ada di Bangkalan, Madura. Selain menggunakan daging sapi dalam olahannya, kadang kala soto Bangkalan juga memakain daging ayam atau jeroan sapi untuk isiannya. Disajikan dengan taburan kentang goreng soto Bangkalan ini di siram dengan kuah yang terdiri dari dua jenis, kuah bening dan kuah kuning. Anda bisa memilih sesuai selera anda, atau anda bisa mencoba dua-duanya.Keragaman dan keunikan makanan Madura ini nyatanya semakin unik dengan adanya keberagaman jenis masakan yang terdapat dalam satu daerah. Hal inilah yang menjadikan kaya dan uniknya makanan khas Indonesia yang bisa anda cicipi dalam perjalanan wisata anda.Nasi jagung

Nasi jagung menjadi mskan khas Madura selanjutnya. Secara kondisi alam Madura memang cocok untuk bercocok tanam jagung. Berdasarkan pengakuan masyarakat, jagung yang ditanam di Madura memiliki citarasa yang lebih enak dbadingkan dengan jagung yang di tanama di daerah lainnya. Kembali ke nasi jagung, jika anda berkunjung ke Madura anda akan dengan mudah menemukan penjual nasi jagung karena ini memang makanan tradisional masyarakat Madura. Nasi jagung yang ada di Madura menggunakan bahan baku utama adalah jagung yang dicampur dengan sedikit nasi putih yang di jual atau disajikan dalam bakul atau wadah dari bambu.Nasi jagung ini biasanya disajikan dengan pelengkap lauk berupa sayur-sayuran segar, tauge dan kacang panjang. selain itu, lauk berupa urap dan saayur lodeh juga bisa anda pilih sebagai pendamping nasi jagung. Sedangkan untuk pelengkapnya, biasanya nasi jagung disajikan dengan pepes tongkol dan tempe bumbu bali yang akan semakin sedap jika disantap bersama sambal.Kalsot (kaldu soto)

Makanan yang hanya ada di Madura ini terbuat dari kacang hijau yang dimasak bersama kikil sapi. Kalsot memberikan suatu citarasa yang benar-benar berbeda dari kacang hijau yang biasa di buat bubur santan yang berasa manis. Kalsot dimasak dengan bumbu-bumbu rempah layaknya soto dan dilengkapi dengan tabura bawang merah goreng dan seledri di atasnya membuat masakan ini lebih bercitarasa unik dan nikmat.

Gambaran Umum Pulau Madura

1. Keadaan Geografis

Pulau Madura terletak di timur laut pulau Jawa, kurang lebih 7 derajat sebelah selatan dari khatulistiwa di antara 112 derajat dan 114 derajat bujur timur. Pulau itu dipisahkan dari Jawa oleh Selat Madura, yang menghubungkan Laut Jawa dengan Laut Bali. Moncongnya di barat laut agak dangkal dan lebarnya tidak lebih dari beberapa mil laut.Secara geologis Madura merupakan kelanjutan dari pegunungan kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan Lembah Solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar, dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknya pun lebih menyatu. Puncak tertinggi di bagian timur Madura adalah Gunung Gadu (341 m), Gunung Merangan (398 m), dan Gunung Tembuku (471 m).Iklim di Madura bercirikan dua musim, musim barat atau musim hujan selama bulan Oktober sampai bulan April, dan musim timur atau musim kemarau. Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak sama di lereng-lereng yang tinggi letaknya justru kebanyakan, sedangkan di lereng-lereng yang rendah malahan kekurangan membuat Madura kurang memiliki tanah yang subur. Hanya di daratan aluvial dan di tanah liat bercampur kapur di dataran tinggi yang terdapat cukup curah hujan saja persawahan yang permanen atau sementara dimungkinkan. Sebagian besar tanah yang diolah tediri dari tegalan yang terutama menghasilkan jagung dan singkong. Hanya selama musim hujan saja lahan-lahan kering ini dapat ditanami. Di selatan, lahan-lahan yang sama sekali tidak subur digunakan untuk pembuatan garam. Sudah sejak lama Madura terkenal sebagai daerah penghasil garam yang penting.2. DemografiMayoritas masyarakat Madura merupakan masyarakat agraris. Kurang lebih 90% penduduknya hidup terpencar-pencar di pedalaman, di desa-desa, di dukuh-dukuh, dan kelompok-kelompok perumahan petani. Pulau ini memiliki empat kota, dari barat ke timur berturut-turut yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Kota-kota tersebut adalah sekaligus ibukota kabupaten yang membagi daerah itu dengan menggunakan nama yang sama. Kota-kota itu berada di tengah-tengah daerah yang subur dan letaknya berdekatan dengan pantai. Pada zaman yang lampau, di tempat-tempat ini terdapat keraton yang merupakan kota kediaman raja-raja. Jauh sebelum orang Belanda tiba di kepulauan Indonesia, tempat kediaman raja-raja itu telah tumbuh menjadi kota-kota kecil, yang disamping tak terhitung banyaknya pegawai dan pelayan istana, juga dihuni oleh ratusan tukang, para pemilik toko kecil, dan para pedagang. Kota keraton ini merupakan pusat kebudayaan, ekonomi, dan pemerintahan kerajaan Madura.3. Mata PencaharianMata pencaharian penduduk Madura adalah bertani dan beternak. Akan tetapi hasil pertanian tidak dapat menghidupi seluruh penduduknya sehingga sebagian besar penduduknya bekerja sebagai pedagang, nelayan dan pembuat garam. Kurangnya kesuburan tanah dan pengairan yang tidak memadai, menyebabkan banyak penduduk Madura yang bermigrasi ke pulau Jawa dengan alasan utama untuk mencari nafkah. Proses perpindahan ini melaui bermacam saluran seperti perdagangan, pelayaran, penangkapan ikan dan ekspedisi militer. Alasan lain penduduk Madura bermigrasi, menurut J.Van Goor yang dikutip oleh Sutjipto, adalah untuk menghindarkan diri dari wajib militer, pemerasan atau tekanan dari bupati dan dari perlakuan hukum yang semena-mena. Karena itu, sampai saat ini banyak dijumpai orang Madura di daerah Jawa Timur.

Gambaran Umum Kota Sumenep

Sumenep (bahasa Madura: Songnb) adalah sebuah kabupaten di propinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.093.45 km dan populasi 1 juta jiwa. Ibu kotanya ialah Kota Sumenep. Terletak di ujung timur pulau Madura, Sumenep memiliki sebuah keraton keluarga kerajaan Madura, Cakraningrat. Kabupaten Sumenep selain terdiri dari wilayah daratan juga terdiri dari kepulauan yang berjumlah 126 pulau. Pulau yang paling utara adalah Pulau Karamian yang terletak di Kecamatan Masalembu dan pulau yang paling Timur adalah Pulau Sakala. Sumenep memiliki batas-batas sebagai berikut: sebelah selatan berbatasan dengan Selat Madura, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan, sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa / Laut Flores.Keraton Sumenep, tanpa memperhitungkan bangunan-bangunan tambahan, kandang-kandang dan ruang-ruang yang lain, memiliki 133 rumah dan pendopo, yang selain dari raja, para keluarganya yang terdekat dan para gundiknya, juga merupakan tempat kediaman dari hampir dari semua para bangsawan dan para pegawai tinggi istana. Di luar tembok keraton, terdapat beberapa kampung dengan kehidupan penduduknya yang langsung atau tidak langsung tergantung pada istana. Orang-orang timur asing, seperti orang Cina, Arab, dan Melayu bertempat tinggal di lingkungan yang terpisah dengan pemimpin mereka sendiri. Dalam jarak yang dekat, kota itu dikelilingi oleh sejumlah desa yang termasuk dalam daerah.