Upload
bondan-wibisono
View
8
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
materi al islam kemuhammadiyaan
Citation preview
AIK VI
TALAK
A. Pengertian Talak
Talak ( الطالق ) menurut bahasa adalah melepaskan ikatan. Kata tersebut
diambil dari lafazh إلطالق yang maknanya adalah melepaskan dan
meninggalkan. Sedangkan talak menurut istilah hukum syara’ adalah
melepaskan atau memutuskan ikatan pernikahan.
1. Menurut ulama mazhab Hanafi dan Hanbali mengatakan bahwa talak
adalah pelepasan ikatan perkawinan secara langsung untuk masa yang
akan datang dengan lafal yang khusus
2. Menurut mahsab Syafi’I,talak adalah pelepasan akad nikah dengan lafal
talak atau yang semakna dengan itu.
3. Menurut ulama Maliki,Talak adalah suatu sifat hukum yang
menyebabkan gugur
B. Hukum Talak
1. Talak hukumnya menjadi wajib, apabila dalam hubungan berumah
tangga, pasangan suami istri sering bertikai. Kemudian seorang hakim
mengutus dua orang juru damai dari kedua belah pihak untuk
mendamaikan keadaan keduanya. Namun, setelah juru damai melihat
keadaan keduanya, mereka berpendapat bahwa perceraian adalah jalan
terbaik bagi keduanya. Maka, ketika itu suami wajib menceraikan
istrinya.
2. Talak hukumnya menjadi mustahab (dianjurkan), manakala seorang istri
melalaikan hak-hak Allah seperti shalat, shaum, dan yang semisalnya.
Sementara suami tidak memiliki kemampuan lagi untuk memaksanya
atau memperbaiki keadaannya.
3. Talak hukumnya menjadi mubah (diperbolehkan), ketika perceraian itu
sendiri dibutuhkan. Misalkan suami mendapati akhlak istrinya buruk,
34Al-Islam Kemuhammadiyahan VI
sehingga suami merasa dipersulit olehnya. Sementara suami tidak
mendapatkan harapan dari kebaikan istrinya
4. Talak hukumnya menjadi makruh, ketika tidak ada alasan kuat untuk
menjatuhkan talak karena hubungan keduanya harmonis.
5. Talak hukumnya menjadi haram, manakala seorang suami mentalak
istrinya dalam keadaan haidh atau dalam keadaan suci setelah
menggaulinya. Dan ini dinamakan talak bid’ah/talak bid’i, sebagaimana
akan datang penjelasannya.
6. Hukum Talak tanpa Sebab
Pada dasarnya talak adalah perbuatan yang dihalalkan. Akan tetapi,
perbuatan ini disenangi iblis, karena perceraian memberikan dampak
buruk yang besar bagi kehidupan manusia. Terutama terkait dengan anak
dan keturunan. Oleh karena itu, salah satu diantara dampak negatif sihir
yang Allah sebutkan dalam al-Qur’an adalah memisahkan antara suami
dan istri.
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 102
Yang artinya : “ Mereka belajar dari keduanya (harut dan marut) ilmu
sihir yang bisa digunakan untuk memisahkan seseorang dengan istrinya”.
C. Macam – Macam Talak
Secara garis besar ditinjau dari boleh atau tidaknya rujuk kembali, talak
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Talak Raj’i
2. Talak Bain
IDDAH
A. Pengertian
Dalam perjalanan perkawinan ternyata tidak berjalan dengan mulus
dan terdapat berbagai halangan dan rintangan yang mengakibatkan tujuan
35Al-Islam Kemuhammadiyahan VI
perkawinan itu tidak bisa dicapai dan sebagai puncaknya terjadilah perceraian.
Akibat dari adanya perceraian inilah yang menyebabkan adanya kewajiban bagi
seorang perempuan untuk “beriddah” atau dalam istilah lain disebut “masa
tunggu”.
Kata iddah berasal dari bahasa Arab yang berarti menghitung,
menduga, dan mengira. Menurut istilah, ulama-ulama memberikan pengertian
sebagai berikut :
1. Syarbini Khatib dalam kitabnya Mugnil Muhtaj mendifinisikan iddah
dengan “Iddah adalah nama masa menunggu bagi seorang perempuan
untuk mengetahui kekosongan rahimnya atau karena sedih atas meninggal
suaminya.
2. Drs. Abdul Fatah Idris dan Drs. Abu Ahmadi memberikan pengertian
iddah dengan “Masa yang tertentu untuk menungu, hingga seorang
perempuan diketahui kebersihan rahimnya sesudah bercerai.”
3. Prof. Abdurrahman I Doi, Ph.D memberikan pengertian iddah ini dengan
“suatu masa penantian seorang perempuan sebelum kawin lagi setelah
kematian suaminya atau bercerai darinya.”
4. Sayyid Sabiq memberikan pengertian dengan “masa lamanya bagi
perempuan (istri) menunggu dan tidak boleh kawin setelah kematian
suaminya.
B. Hukum Iddah
Ulama sepakat atas wajibnya iddah bagi seorang perempuan yang telah
bercerai dengan suaminya. Mereka mendasarkan dengan firman Allah pada
surah Al Baqarah ayat 228 yang artinya “Wanita-wanita yang ditalak
hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru”. Rasulullah juga pernah
bersabda kepada Fatimah bin Qais Artinya: “Beriddahlah kamu di rumah
Ummi Kaltsum.”
36Al-Islam Kemuhammadiyahan VI
C. Macam-macam iddah:
1. Iddah karena cerai mati.
Iddah perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya, yaitu ada dua
keadaan, yaitu : Jika perempuan tersebut hamil, maka masa iddahnya
sampai melahirkan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam surah Ath-
Thalaq ayat 4. Demikian pula telah disebutkan dalam sebuah Hadits
Rasulullah yang artinya : “Kalau seorang perempuan melahirkan sedang
suaminya meninggal belum dikubur, ia boleh bersuami.” Tetapi jika
tidak hamil, maka masa iddahnya empat bulan sepuluh hari.
2. Iddah cerai hidup.
Perempuan yang dicerai dalam posisi cerai hidup dalam hal ini ada
tiga keadaan yaitu :
Dalam keadaan hamil iddahnya sampai melahirkan.
Dalam keadaan sudah dewasa (sudah menstruasi) masa iddahnya
tiga kali suci.
Dalam keadaan belum dewasa (belum pernah menstruasi) atau
sudah putus menstruasi (menopause), iddahnya adalah tiga bulan.
3. Iddah bagi perempuan yang belum digauli, maka baginya tidak
mempunyai masa iddah. Artinya boleh langsung menikah setelah dicerai
oleh suami.
RUJUK
A. Pengertian
Rujuk artinya kembali. Menurut syara’ adalah kembalinya seorang suami
kepada mantan istrinya dengan perkawinan dalam masa iddah sesudah ditalak
raj’iy.Pendapat lain mengatakan bahwa rujuk bermaksud mengembalikan
perempuan kepada nikah selepas perceraian kurang daripada tiga kali dalam
masa idah dengan syarat-syarat tertentu. Islam mengajarkan kepada umatnya
untuk berkasih sayang, Seorang suami yang hendak merujuk isterinya tidak
37Al-Islam Kemuhammadiyahan VI
perlu mendapatkan persetujuan kepada bekas isteri terlebih dahulu. Tetapi
seorang suami yang telah menceraikan isterinya dengan talak satu atau dua,
harus baginya untuk rujuk kembali kepada isterinya selama isteri itu masih
dalam iddah kerana rujuk adalah hak suami, bukan hak isteri.
B. Hukum Rujuk
1. Wajib apabila suami yang menceraikan salah seorang daripada isteri-
isterinya dan dia belum menyempurnakan pembahagian giliran terhadap
isteri yang diceraikan itu.
2. Haram apabila rujuk itu menjadi sebab mendatangkan kemudaratan
kepada isteri tersebut.
3. Makruh apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada rujuk.
4. Harus jika membawa kebahagiaan kepada ahli keluanga kedua-dua belah
pihak.
5. Sunat apabila sekiranya mendatangkan kebaikan.
C. Macam – Macam Rujuk
Rujuk dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Rujuk untuk talak 1 dan 2 (talak raj’iy)
Dalam suatu hadist disebutkan : dari Ibnu Umar r.a. waktu itu ia
ditanya oleh seseorang, ia berkata, “Adapun engkau yang telah
menceraikan (istri) baru sekali atau dua kali, maka sesungguhnya
Rasulullah SAW telah menyuruhku merujuk istriku kembali” (H.R.
Muslim)
Karena besarnya hikmah yang terkandung dalam ikatan
perkawinan, maka bila seorang suami telah menceraikan istrinya, ia telah
diperintahkan oleh AllahSWT agar merujukinya kembali.
2. Rujuk untuk talak 3 (talak ba’in)
Hukum rujuk pada talak ba’in sama dengan pernikahan baru, yaitu
tentang persyaratan adanya mahar, wali, dan persetujuan.
38Al-Islam Kemuhammadiyahan VI
D. Syarat – syarat Rujuk
Syarat-syarat rujuk yang harus dipenuhi antara lain :
1. Saksi untuk rujuk
Fuqaha berbeda pendapat tentang adanya saksi dalam rujuk, apakah
menjadi syarat sahnya rujuk atau tidak. Imam Malik berpendapat bahwa
saksi dalam rujuk adalah disunahkan sedangkan Imam Syafi’i
mewajibkan.
2. Rujuk dengan kata-kata atau pergaulan istri
Terdapat perbedaan pendapat pula dalam hal ini, sebagai berikut:
Menurut pendapat Imam Malik mengatakan bahwa rujuk dengan
pergaulan, istri hanya dianggap sah apabila diniatkan untuk
merujuk. Karena bagi golongan ini, perbuatan disamakan dengan
kata-kata dan niat.
Menurut pendapat Imam Abu Hanifah, yang mempersoalkan rujuk
dengan pergaulan, jika ia bermaksud merujuk dan ini tanpa niat.
Menurut pendapat Imam Syafi’i, bahwa rujuk itu disamakan dengan
perkawinan dan Allah SWT memerintahkan untuk diadakan
persaksian, sedang persaksian hanya terdapat dalam kata-kata.
3. Kedua belah pihak yakin dapat hidup bersama kembali dengan baik
4. Istri telah dicampuri
Jika istri yang dicerai belumpernah dicampuri, maka tidak sah
rujuk, tetapi harus dengan perkawinan baru lagi
5. Istri baru dicerai dua kali
Jika istri telah ditalak tiga maka tidak sah rujuk lagi, melainkan
harus telah menikah dengan orang lain kemudian bercerai, barulah boleh
rujuk kembali dengan akad yang baru.
6. Istri yang dicerai dalam masa iddah raj’iy
Jika bercerainya dari istri karena fasakh atau khulu’ atau talak ba’in
atau istri yang dicerai belum pernah dicampuri, maka rujuknya tidak sah.
39Al-Islam Kemuhammadiyahan VI
E. Rukun Rujuk
1. Ada suami yang merujuk atau wakilnya
2. Ada istri yang dirujuk dan sudah dicampuri
3. Kedua belah pihak sama-sama suka dan ridho
4. Dengan pernyataan ijab dan qobul
Misalnya, “Aku rujuk engkau pada hari ini” atau “Telah kurujuk
istriku yang bernama…… pada hari ini” dan lain sebagainya yang
semakna.
40Al-Islam Kemuhammadiyahan VI