39
Akut Skrotum I.Pendahuluan Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan sistemik. Gejala nyeri ini dapat semakin menghebat atau malah hilang perlahan-lahan seiring dengan berjalannya waktu. Gejala nyeri pada skrotum yang menetap, semakin menghebat, dan disertai dengan mual dan muntah merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan medis secepatnya. Timbulnya nyeri pada salah satu ataupun kedua skrotum merupakan hal yang memerlukan perhatian secara serius serta penanganan medis karena skrotum dan testis merupakan glandula reproduksi dari seorang pria yang menghasilkan sperma sehingga kesalahan penanganan akan menimbulkan ketidaknyamanan sepanjang hidup seorang lelaki. Bila keadaan ini tidak ditangani akan menimbulkan gangguan-gangguan seperti infertilitas, disfungsi ereksi, bahkan kematian jaringan testis yang mengakibatkan testis tersebut harus dibuang untuk selamanya.

Akut Skrotum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

urology

Citation preview

Akut Skrotum

I. Pendahuluan

Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan sistemik. Gejala nyeri ini dapat semakin menghebat atau malah hilang perlahan-lahan seiring dengan berjalannya waktu. Gejala nyeri pada skrotum yang menetap, semakin menghebat, dan disertai dengan mual dan muntah merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan medis secepatnya.

Timbulnya nyeri pada salah satu ataupun kedua skrotum merupakan hal yang memerlukan perhatian secara serius serta penanganan medis karena skrotum dan testis merupakan glandula reproduksi dari seorang pria yang menghasilkan sperma sehingga kesalahan penanganan akan menimbulkan ketidaknyamanan sepanjang hidup seorang lelaki. Bila keadaan ini tidak ditangani akan menimbulkan gangguan-gangguan seperti infertilitas, disfungsi ereksi, bahkan kematian jaringan testis yang mengakibatkan testis tersebut harus dibuang untuk selamanya.

Beberapa hal yang dapat menimbulkan akut skrotum seperti proses infeksi, non infeksi, trauma, dan berbagai macam benjolan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Proses infeksi yang sering menimbulkan keluhan akut skrotum adalah epididimitis. Menurut laporan jurnal di Amerika, epididimitis merupakan keluhan kelima terbanyak di bidang urologiyang dikeluhkan oleh laki-laki berusia 18-50 tahun dan 70% menjadi penyebab keluhan nyeri akut pada skrotum. Sekitar 40% epididimitis terbanyak terjadi pada laki-laki usia 20-39 tahun dan sekitar 29% terjadi pada laki-laki usia 40-59 tahun. Epididimitis jarang terjadi pada anak-anak prepubertas.

Proses non infeksi yang sering menimbulkan keluhan nyeri akut pada skrotum adalah torsio testis. Torsio testis merupakan salah satu kegawatdaruratan di bidang urologi karena torsio testis menyebabkan strangulasi pada aliran darah testis sehingga dapat berakhir dengan nekrosis dan atrofi testis.Angka kejadian torsio testis adalah 1 dari 160 orang remaja laki-laki dan 1 dari 4000 orang laki-laki berusia kurang dari 25 tahun. Dua pertiga kasus terjadi pada rentang usia 12 18 tahun.Keadaan ini harus dibedakan dengan keluhan nyeri akut pada skrotum lainnya karena keterlambatan diagnosis dan penanganan akan menyebabkan hilangnya testis dan skrotum.Berdasarkan penelitian, torsio testis dapat diselamatkan 100% bila ditangani kurang dari 6 jam sejak terjadinya nyeri, hanya 20% yang dapat diselamatkan bila penanganan torsio dilakukan sesudah 12 jam, dan 0% testis yang dapat bertahan bila ditangani sesudah 24 jam sejak timbulnya nyeri.

Berdasarkan penyebab terjadinya akut skrotum, maka perlu diketahui lebih lanjut mengenai hal-hal yang berbeda dari setiap penyebab sehingga lebih mudah dalam menegakkan diagnosis. Menentukan diagnosis akut skrotum bukanlah suatu hal yang mudah karena akut skrotum dapat ditimbulkan oleh berbagai macam sebab dan area pemeriksaan yang lunak membuat pemeriksaan klinis menjadi lebih sulit.

II. Tinjauan Pustaka

A. Definisi

Akut skrotum merupakan suatu gejala nyeri dan bengkak pada skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak serta menimbulkan gejala lokal dan sistemik.

B. Etiologi

Penyebab dari akut skrotum secara umum adalah torsio testis, epididimitis, trauma, dan hernia inguinalis.

Untuk menentukan diagnosis dari akut skrotum dilakukan melalui :1.AnamnesaHal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah :a. Usia pasien. Torsio testis lebih banyak terjadi pada bayi dan anak laki-laki post pubertas. Henoch-scchonlein purpura dan torsio appendiks testis terjadi pada anak laki-laki prepubertas dan epididimitis dapat dijumpai pada anak laki-laki postpubertas. Henoch-schonlein purpura sebagai bagian dari proses infeksi sistemik yang menimbulkan vaskulitis sering menyebabkan epididimitis dimana 38% anak-anak yang menderita Henoch-scchonlein purpura juga mengalami nyeri pada skrotumnya.b. Onset dan durasi nyeri.Torsio testis biasanya dimulai dengan nyeri yang mendadak seolah-olah ada tombol yang terlempar dimana hal ini disebabkan oleh puntiran pada funikulus spermatikus yang terjadi tiba-tiba sehingga membuat testis terangkat mendadak, nyeri semakin memberat dan pasien merasa sangat tidak nyaman. Bila terdapat nyeri yang tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan (menengah) dan terjadi dalam beberapa hari cenderung mengarahkan kepada epididimitis ataupun torsio appendiks testis.c. Riwayat traumaAdanya riwayat trauma tidak mengesampingkan diagnosis torsio testis. Terjadinya trauma pada skrotum saat berolahraga sering menimbulkan nyeri dalam waktu singkat. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut bila didapatkan adanya nyeri menetap setelah satu jam dari terjadinya trauma untuk mengesampingkan diagnosis ruptur testis dan torsio akut.Adanya riwayat hidrokel saat lahir sertaundescensus testis dapat menjadi predisposisi terjadinya hernia inguinalis ataupun torsio testis.d. Adanya gejala pada infeksi pada traktus urinarius lebih mengarahkan diagnosa kepada epididimitis ataupun orkhitis. Gejala ini juga diikuti oleh gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, mual atau muntah serta adanya riwayat pernah menderita infeksi pada traktus urinarius, pemasangan alat pada saluran kemih, trauma maupun tindakan pembedahan. Kebanyakan proses inflamasi yang terjadi pada anak-anak tidak hanya berhubungan dengan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tapi juga disebabkan oleh virus, trauma, atau adanya refluks urin.2.Pemeriksaan Fisika. Dilakukan pemeriksaan terhadap abdomen untuk mencari adanya nyeri pada regio flank dan distensi vesika urinaria.b. Pemeriksaan pada region inguinal dilakukan untuk menentukan secara jelas adanya hernia inguinalis, bengkak maupun eritema.c. Pemeriksaan pada genitalia dimulai dengan melakukan inspeksi pada skrotum. Kedua sisi diperiksa untuk melihat adanya perbedaan ukuran yang nyata, derajat bengkak, eritema, perbedaan ketebalan kulit dan posisi testis. Terdapatnya bengkak yang unilateral tanpa diikuti perubahan warna kulit menandakan adanya hernia atau hidrokel. Bila kulit skrotum terlihat mengkilat, gambaranblue dot signdari testis ataupun appendiks epididimis yang infark akan terlihat. Palpasi dimulai dari daerah inguinal untuk menyingkirkan hernia inguinalis inkarserata. Kemudian dilanjutkan dengan mempalpasi di daerah funikulus. Adanya funikulus spermatikus yang menebal dan teraba lembut mendukung torsio tests, sedangkan bila teraba lembut saja mengindikasikan epididimitis. Anak laki-laki diperiksa sambil berdiri sehingga dapat dilihat posisi testis. Adanya peninggian dari salah satu testis menandakan adanya torsio testis.

d. Pemeriksaan refleks kremaster.Refleks kremaster negatif pada torsio testis dan tetap positif pada torsio appendiks epididimis.e. Pemeriksaan transiluminasi untuk membedakan hidrokel dengan hernia.3. Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan urin dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa infeksi traktus urinarius pada pasien dengan nyeri akut pada skrotum. Pyuria dengan atau tanpa bakteri mengindikasikan adanya suatu proses infeksi dan mungkin mengarah kepada epididimitis. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan darah dan sediment urin.4. Pemeriksaan RadiologisSampai saat ini, pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan adalah :a.Color Doppler UltrasonographyPemeriksaan ini dilakukan untuk melihat aliran darah pada arteri testikularis.MerupakanGold Standaruntuk pemeriksaan torsio testis dengan sensitivitas 82-90% dan spesifitas 100%.Pemeriksaan ini menyediakan informasi mengenai jaringan di sekitar testis yangechotextureUltrasonografi dapat menemukan abnormalitas yang terjadi pada skrotum seperti hematom, torsio appendiks dan hidrokel.Pada torsio testis, akan timbul keadaanechotextureselama 24-48 jam dan adanya perubahan yang semakin heterogen menandakan proses nekrosis sudah mulai terjadi.b.Nuclear ScintigraphyPemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk melihat aliran darah testis.Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah yang meragukan dengan memakai ultrasonografi.Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah iskemia akibat infeksi.Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsuAdanya daerah yang mengandung sedikit proton pada salah satu skrotum merupakan tanda patognomonik terjadinya torsio.Penyebab terbanyak yang menimbulkan keluhan nyeri akut pada skrotum dijabarkan sebagai berikut :

1. Torsio testisTorsio testis adalah suatu keadaan dimana funikulus spermatikus terpeluntir yang mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan epididimis. Torsio testis merupakan suatu keadaan yang termasuk gawat darurat dan butuh segera dilakukan tindakan bedah. Kondisi ini, jika tidak segera ditangani dengan cepat dalam 4 hingga 6 jam setelah onset nyeri maka dapat menyebabkan infark dari testis yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis.Torsio testis terjadi bila testis dapat bergerak dengan sangat bebas. Pergerakan yang bebas tersebut ditemukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :

a) Mesorchium yang panjang.b) Kecenderungan testis untuk berada pada posisi horizontal.c) Epididimis yang terletak pada salah satu kutub testis.Selain gerak yang sangat bebas, pergerakan berlebihan pada testis juga dapat menyebabkan terjadinya torsio testis. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan pergerakan berlebihan itu antara lain ; perubahan suhu yang mendadak (seperti saat berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi atau trauma yang mengenai scrotum.Pada masa janin dan neonatus, lapisan yang menempel pada muskulus dartos masih belum banyak jaringan penyangganya sehingga testis, epididimis dan tunika vaginalis mudah sekali bergerak dan memungkinkan untuk terpeluntir pada sumbu funikulus spermatikus. Terpeluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testisekstravaginal.

Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan dengan kelainan sistem penyangga testis. Tunika vaginalis yang seharusnya mengelilingi sebagian dari testis pada permukaan anterior dan lateral testis, pada keadaan ini tunika mengelilingi seluruh permukaan testis sehingga mencegah insersi epididimis ke dinding skrotum. Keadaan ini menyebabkan testis dan epididimis dengan mudahnya bergerak di kantung tunika vaginalis dan menggantung pada funikulus spermatikus. Keadaan ini dikenal sebagai anomalibell clapper. Keadaan ini menyebabkan testis mudah mengalami torsiointravaginal.

Pasien-pasien dengan torsio testis dapat mengalami gejala sebagai berikut:a) Nyeri hebat yang mendadak pada salah satu testis, dengan atau tanpa faktor predisposisib) Scrotum yang membengkak pada salah satu sisic) Mual atau muntahd) Sakit kepala ringan

Pada awal proses, belum ditemukan pembengkakan pada scrotum. Testis yang infark dapat menyebabkan perubahan pada scrotum. Scrotum akan sangat nyeri kemerahan dan bengkak. Pasien sering mengalami kesulitan untuk menemukan posisi yang nyaman.Selain nyeri pada sisi testis yang mengalami torsio, dapat juga ditemukan nyeri alih di daerah inguinal atau abdominal. Jika testis yang mengalami torsio merupakan undesendensus testis, maka gejala yang yang timbul menyerupai hernia strangulata.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi torsio testis adalah:1. Terapi konservatif berupa Detorsi manual yaitu mengembalikan testis ke posisi awalnya dengan memutar ke arah beralawanan dengan arah torsi. Tindakan ini cukup menyakitkan dan memerlukan tindakan bedah definitif lanjutan untuk memfiksasi testis.2. Tindakan OperasiTindakan operasi dilakukan tergantung dari usia pasien dilakukan orchidopeksi bila testis masih dapat diselamatkan dan orchidektomi bila testis sudah nekrosis.

3. Epididimitis

Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada epididimis. Epididimis merupakan suatu struktur berbentuk kurva (koil) yang menempel di belakang testis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma yang matur.

Berdasarkan timbulnya nyeri, epididimitis dibedakan menjadi epididimitis akut dan kronik. Epididimitis akut memiliki waktu timbulnya nyeri dan bengkak hanya dalam beberapa hari sedangkan pada epididimitis kronik, timbulnya nyeri dan peradangan pada epididimis telah berlangsung sedikitnya selama enam minggu disertai dengan timbulnya indurasi pada skrotum.

a. Etiologi

Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia pasien, sehingga penyebab dari timbulnya epididimitis dibedakan menjadi:1. Infeksi bakteri non spesifikBakteri coliforms (misalnyaE coli, Pseudomonas,Proteus,Klebsiella) menjadi penyebab umum terjadinya epididimitis pada anak-anak, dewasa dengan usia lebih dari 35 tahun dan homoseksual.Ureaplasma urealyticum, Corynebacterium, Mycoplasma, andMima polymorphajuga dapat ditemukan pada golongan penderita tersebut. Infeksi yang disebabkan olehHaemophilus influenzae.

2. Penyakit Menular SeksualChlamydia merupakan penyebab tersering pada laki-laki berusia kurang dari 35 tahun dengan aktivitas seksual aktif. Infeksi yang disebabkan olehN.Gonorrhoeae, T.pallidum, TrichomonasdanGardnerella vaginalis juga sering terjadi pada populasi ini.3. Virus Virus menjadi penyebab yang cukup dominan pada anak-anak. Pada epididimitis yang disebabkan oleh virus tidak didapatkan adanya pyuria. Mumps merupakan virus yang sering menyebabkan epididimitis selain coxsackie virus A dan varicella.4. Tuberkulosis Epididimitis yang disebabkan oleh basil tuberkulosis sering terjadi di daerah endemis TB dan menjadi penyebab utama terjadinya TB urogenitalis.5. Penyebab infeksi lain (seperti brucellosis, coccidioidomycosis, blastomycosis, cytomegalovirus [CMV], candidiasis, CMV pada HIV) dapat menjadi penyebab terjadinya epididimitis namun biasanya hanya terjadi pada individu dengan sistem imun tubuh yang rendah atau menurun.6. Obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital) memicu terjadinya refluks.7. Vaskulitis (seperti Henoch-Schnlein purpura pada anak-anak) sering menyebabkan epididimitis akibat adanya proses infeksi sistemik.8. Penggunaan Amiodarone dosis tinggiAmiodarone adalah obat yang digunakan pada kasus aritmia jantung dengan dosis awal600 mg/hari 800 mg/ hari selama 1 3 minggu secara bertahap dan dosis pemeliharaan 400 mg/hari. Penggunaan Amiodarone dosis tinggi ini (lebih dari 200 mg/hari) akan menimbulkan antibodi amiodarone HCL yang kemudian akan menyerang epidididmis sehingga timbullah gejala epididimitis. Bagian yang sering terkena adalah bagian cranial dari epididimis dan kasus ini terjadi pada 3-11 % pasien yang menggunakan obat amiodarone.9. ProstatitisProstatitis merupakan reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat disebabkan oleh bakteri maupun non bakteri dapat menyebar ke skrotum, menyebabkan timbulnya epididimitis dengan rasa nyeri yang hebat, pembengkakan, kemerahan dan jika disentuh terasa sangat nyeri. Gejala yang juga sering menyertai adalah nyeri di selangkangan, daerah antara penis dan anus serta punggung bagian bawah, demam dan menggigil. Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostat yang membengkak dan terasa nyeri jika disentuh.Tindakan pembedahan seperti prostatektomi. Prostatektomi dapat menimbulkan epididimitis karena terjadinya infeksi preoperasi pada traktus urinarius. Hal ini terjadi pada 13% kasus yang dilakukan prostatektomi suprapubik.10. Kateterisasi dan instrumentasiTerjadinya epididimitis akibat tindakan kateterisasi maupun pemasangan instrumentasi dipicu oleh adanya infeksi pada urethra yang menyebar hingga ke epididimis.

b. PatofisiologiPatofisiologi terjadinya epididimitis masih belum jelas, dimana diperkirakan terjadinya epididimitis disebabkan oleh aliran balik dari urin yang mengandung bakteri, dari uretra pars prostatika menuju epididimis melalui duktus ejakulatorius vesika seminalis, ampula dan vas deferens. Oleh karena itu, penyumbatan yang terjadi di prostat dan uretra serta adanya anomali kongenital pada bagian genito-urinaria sering menyebabkan timbulnya epididimitis karena tekanan tinggi sewaktu miksi. Setiap kateterisasi maupun instrumentasi seperti sistoskopi merupakan faktor resiko yang sering menimbulkan epididimitis bakterial.Infeksi berawal di kauda epididimis dan biasanya meluas ke tubuh dan hulu epididimis. Kemudian mungkin terjadi orkitis melalui radang kolateral. Tidak jarang berkembang abses yang dapat menembus kulit dorsal skrotum. Jarang sekali epididimitis disebabkan oleh refluks dari jalan kemih akibat tekanan tinggi intra abdomen karena cedera perut.

c. Gejala klinisGejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga berasal dari sumber infeksi yang asli. Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli seperti duh uretra dan nyeri atauitchingpada uretra (akibat uretritis), nyeri panggul dan frekuensi miksi yang meningkat, dan rasa terbakar saat miksi (akibat infeksi pada vesika urinaria yang disebut Cystitis), demam, nyeri pada daerah perineum, frekuensi miksi yang meningkat, urgensi, dan rasa perih dan terbakar saat miksi (akibat infeksi pada prostat yang disebut prostatitis), demam dan nyeri pada regio flank (akibat infeksi pada ginjal yang disebut pielonefritis).Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai timbul dari bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat akan menyebar ke seluruh testis, skrotum dan kadangkala ke daerah inguinal disertai peningkatan suhu badan yang tinggi. Biasanya hanya mengenai salah satu skrotum saja dan tidak disertai dengan mual dan muntah.

d. Tanda klinisTanda klinis pada epididimitis yang didapat saat melakukan pemeriksaan fisik adalah :1. Pada pemeriksaan ditemukan testis pada posisi yang normal, ukuran kedua testis sama besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis dan epididimis membengkak di permukaan dorsal testis yang sangat nyeri. Setelah beberapa hari, epididimis dan testis tidak dapat diraba terpisah karena bengkak yang juga meliputi testis. Kulit skrotum teraba panas, merah dan bengkak karena adanya udem dan infiltrat. Funikulus spermatikus juga turut meradang menjadi bengkak dan nyeri.2. Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal3. Phren signbernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum diangkat ke atas karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada testis. Namun pemeriksaan ini kurang spesifik.4. Pembesaran kelanjar getah bening di regio inguinalis.5. Pada colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis kronik yaitu adanya pengeluaran sekret atau nanah setelah dilakukan masase prostat.6. Biasanya didapatkan eritema dan selulitis pada skrotum yang ringan7. Pada anak-anak, epididimitis dapat disertai dengan anomali kongenital pada traktus urogenitalis seperti ureter ektopik, vas deferens ektopik, dll.Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya suatu infeksi adalah:1. Pemeriksaan darah dimana ditemukan leukosit meningkat denganshift to the left(10.000-30.000/l)2. Kultur urin dan pengecatan gram untuk kuman penyebab infeksi3. Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak4. Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae.5. Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderitaPemeriksaan RadiologisSampai saat ini, pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan adalah :1. Color Doppler UltrasonographyPemeriksaan ini memiliki rentang kegunaan yang luas dimana pemeriksaan ini lebih banyak digunakan untuk membedakan epididimitis dengan penyebab akut skrotum lainnya. Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi pasien (seperti ukuran bayi berbeda dengan dewasa). Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran darah pada arteri testikularis. Pada epididimitis, aliran darah pada arteri testikularis cenderung meningkat. Ultrasonografi juga dapat dipakai untuk mengetahui adanya abses skrotum sebagai komplikasi dari epididimitis. Kronik epididimitis dapat diketahui melalui pembesaran testis dan epididimis yang disertai penebalan tunika vaginalis dimana hal ini akan menimbulkan gambaranecho yang heterogen pada ultrasonografi.

Gambar 1. Tuberculosis epididimitis

2. Nuclear ScintigraphyPemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah yang meragukan dengan memakai ultrasonografi. Pada epididimitis akut, akan terlihat gambaran peningkatan penangkapan kontras. Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah iskemia akibat infeksi. Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu. Keterbatasan dari pemeriksaan ini adalah harga yang mahal dan sulit dalam melakukan interpretasi3. Vesicouretrogram (VCUG), cystourethroscopy, dan USG abdomen Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui suatu anomali kongenital pada pasien anak-anak dengan bakteriuria dan epididimitis.

e. Penatalaksanaan Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis dan bedah, berupa :1.Penatalaksanaan MedisAntibiotik digunakan bila diduga adanya suatu proses infeksi. Antibiotik yang sering digunakan adalah :a) Fluorokuinolon, namun penggunaannya telah dibatasi karena terbukti resisten terhadap kuman gonorhoeaeb) Sefalosforin (Ceftriaxon)c) Levofloxacin atau ofloxacin untuk mengatasi infeksi klamidia dan digunakan pada pasien yang alergi penisilind) Doksisiklin, azithromycin, dan tetrasiklin digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri non gonokokal lainnyaPenanganan epididimitis lainnya berupa penanganan suportif, seperti Pengurangan aktivitasa) Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah baring total selama dua sampai tiga hari untuk mencegah regangan berlebihan pada skrotum.b) Kompres esc) Pemberian analgesik dan NSAIDd) Mencegah penggunaan instrumentasi pada urethra

2.Penatalaksanaan BedahPenatalaksanaan di bidang bedah meliputi :a) Scrotal explorationTindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari epididimitis dan orchitis seperti abses, pyocele, maupun terjadinya infark pada testis. Diagnosis tentang gangguan intrascrotal baru dapat ditegakkan saat dilakukan orchiectomy.b) EpididymectomyTindakan ini dilaporkan telah berhasi mengurangi nyeri yang disebabkan oleh kronik epididimitis pada 50% kasus.c) EpididymotomyTindakan ini dilakukan pada pasien dengan epididimitis akut supurativa.

4. Trauma testis

Trauma testis didefinisikan sebagai trauma (dapat berupa tumpul dan tajam) yang menimbulkan pembengkakan pada skrotum disertai hematom pada skrotum dan intratestikular dan berbagai macam derajat ekimosis pada dinding skrotum.

a. Etiologi Berbagai macam jenis trauma yang terjadi pada skrotum berupa :1) Avulsi, dapat disebabkan oleh :-Serangan binatang dan orang lain-Kecelakaan kendaraan bermotor-Mutilasi diri sendiri2) Trauma tumpul, dapat disebabkan oleh :-Aktivitas berolahraga-Kecelakaan kendaraan bermotor-Diserang oleh orang lain.3) Trauma tajam (tembus), dapat disebabkan oleh :-Diserang oleh orang lain dan binatang-Kecelakaan kendaraan bermotor-Memutilasi diri sendirib. Tanda KlinisPada inspeksi tampak ekimosis, hematom, pembesaran skrotum, luka, dan hilangnya sebagian kulit (skin avulsi). Pada palpasi, testis dapat tidak teraba atau testis membesar dan nyeri, didapatkan adanya cairan atau darah di dalam skrotum.c. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan urin penting untuk membedakan dengan penyebab pembesaran intraskrotal lainnya, dan membantu mengetahui ada atau tidaknya hematuria sehingga dapat diketahui adanya trauma pada urethra dan traktus urinarius. Kultur urin dan cairan luka dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi dan kuman penyebab infeksi. Pemeriksaan ini penting terutama pada luka tusuk.Pemeriksaan Radiologis1) Color Doppler Ultrasonografidengan atau tanpa kontras-Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui organ-organ yang terkena saat trauma tumpul terjadi, dilihat dari anatomi organ intraskrotum yang abnormal dan aliran darah testis.-Pemeriksaan ini sangat perlu dilakukan bila didapatkan adanya hematom intratestikular dan ekstratestikular dengan tunika albuginea yang masih utuh.-Tidak adanya aliran darah menuju testis mengindikasikan adanya torsio testis,vascular avulsion, trombosis pada funiculus spermaticus sehingga perlu dilakukan penanganan segera.2) Retrograde urethrographyPemeriksaan ini dilakukan bila dicurigai adanya suatu trauma pada urethra yang dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda trauma pada urethra seperti hematuria dan prostat yang melayang pada pemeriksaan colok dubur.3) CT ScanPemeriksaan ini dilakukan untuk melihat lokasi testis yang abnormal, struktur anatomi intratestikular, dan perfusi pada setiap organ. CT scan yang dilakukan adalah CT scan abdominopelvik.d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan trauma testis dibedakan menjadi dua macam, yaitu :1. KonservatifTerapi konservatif dilakukan bila hanya terjadi pembengkakan dan nyeri tekan minimal, atau pada ultrasonografi tidak terbukti terdapat ruptur testis. Terapi konservatif terdiri dari elevasi skrotum, aplikasi kantong es, dan pemberian antibiotik. Antibiotik diberikan terutama pada kasusskinavulsion dan luka tusuk pada daerah skrotum.2. Tindakan BedahTindakan bedah yang dilakukan tergantung dari jenis trauma, seperti :-Trauma tumpul pada skrotumEksplorasi skrotum dilakukan untuk menyelamatkan testis, mencegah infeksi, mengontrol perdarahan, dan mempercepat pemulihan. Bila terjadi ruptur epididimis, maka tindakan yang dilakukan adalah epididimektomi sedangkan bila terjadi torsio testis maka tindakan yang dilakukan adalah orchidopexy.-Trauma tusuk (tembus) pada skrotumBila terjadi ruptur total pada pembuluh darah, dapat dilakukan reanastomosis mikrovaskular, sedangkan bila terjadi trombosis pada funikulus spermatikus, maka perlu dilakukan mikroreimplantasi.-Skin avulsionPada keadaan ini yang perlu dilakukan pertama kali adalah debridement. Bila hanya kehilangan sebagian besar, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah melakukan penutupan dengan menjahitkan antar bagian luka dengan benang yang diserap dan menggunakan jarum yang atraumatik. Bila kulit yang hilang hampir seluruhnya maka perlu dilakukanskin grafting.

5. Hernia inguinalis inkarserata

Hernia inguinalis inkarserata adalah suatu hernia ireponibilis yang sudah mengalami gangguan vaskularisasi, disertai tanda-tanda ileus obstruktif akibat terjepitnya usus di dalam anulus inguinalis. Hernia ireponibilis keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis dantidak dapat kembali ke cavum abdominalis kecuali dengan bantuan operasi.. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis dari perut ke dalam skrotum sesaat sebelum bayi dilahirkan.

a. Anatomi

Gambar 2. Anatomy of inguinal canalKanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia tranversalis dan aponeurisis m.transversus abdominis, di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m.oblikus eksternus, dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi funikulus spermatikus pada pria, dan ligamentum rotundum pada wanita.b. Etiologi

Terjadinya hernia inguinalis inkarserata disebabkan oleh terjepitnya usus pada kanalis inguinalis sehingga menyebabkan timbulnya gangguan vaskularisasi dan tanda-tanda ileus obstruktif.

c. Patofisiologi

Terjepitnya isi hernia pada annulus inguinalis akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.

d. Manifestasi klinis

Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus seperti perut kembung, muntah, obstipasi, dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi terjadi gangguan toksik akibat gangrene, gambaran klinik menjadi komplek dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia, nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneum, dan pasien menjadi lebih gelisah disertai demam dan menggigil.

e. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tanda-tanda dehidrasi dan peningkatan suhu tubuh. Pada inspeksi yang ditemukan adalah benjolan kemerahan yang tidak dapat dimasukkan lagi, pada palpasi didapatkan nyeri tekan di daerah skrotum dan distensi abdomen, pada perkusi abdomen didapatkan perut kembung dan hipertimpani, sedangkan pada auskultasi didapatkan hiperperistaltik usus danmetallic sound. Dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal bila telah terjadi komplikasi.

f. Penanganan Hernia InkarserataTidak ada terapi konservatif untuk hernia jenis ini. Yang harus dilakukan adalah operasi secepatnya untuk menghilangkan ileus. Jenis operasi :1.HerniotomiPada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong2. HernioplastiPada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus dangan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan namaconjoint tendonke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.Pada hernia inkarserata dapatdiperkirakan hal-hal yang akan terjadi pada isi hernia berdasarkan perhitungan waktu, yaitu :-kurang dari 24 jam setelah diagnosis, dapat dianggap isi hernia baru saja terjepit-24-48 jam : isi hernia mulai mengalami iskemik-48-72 jam : mulai terjadi ganggren-3 hari : isi hernia nekrosisSelain dengan perhitungan waktu, keadaan isi hernia juga dapat dilihat dari :-warna usus (membiru, iskemik atau nekrosis)-penilaian vaskularisasiUntuk penilaian vaskularisasi berikan NaCl hangat selama 5 menit pada usus, bila terjadi perubahan warna dari kebiruan menjadi kemerahan berarti usus masih baik (viable) bila setelah pemberian NaCl hangat warna usus tetap biru berarti usus telah mengalami nekrosis (non-viable), harus direseksi secaraend to end-kemampuan peristaltik ususbila setelah pemberian NaCl hangat terjadi peristaltik berarti keadaan usus masih baik (viable)Bila keadaan umum pasien baik tetapi ususnyanon-viable, maka setelah herniotomi dilakukan reseksi ususnon-viabletadi lalu lubang hernia ditutup dengan hernioraphy dan hernioplasty. Bila keadaan umum pasien jelek, ususnon-viable, maka untuk tahap awal tetap dilakukan herniotomy kemudian usus yangnon-viabletadi dikeluarkan dan diletakkan di atas paha yang dikenal dengan istilahVORLAGERUNG(letakkan di muka/ di luar). Dibuat lubang pada usus untuk keluarnya feses. Setelah keadaan umum pasien membaik baru operasi dapat dilanjutkan. IndikasiVorlagerung:- ususnon-viable- KU pasien jelek- Narcose (pembiusan) yang lamaPenatalaksanaan hernia inguinalis inkarserata pada anak dilakukan dengan pasien dipuasakan, dipasang sonde lambung, infus rumatan dan disuntikkan sedatif sampai pasien tertidur dalam posisiTredelenberg. Dengan tertidur, diharapkan tekanan intraperitoneal akan normal kembali dan diharapkan isi kantong hernia akan masuk kembali ke rongga peritoneal. Bila dalam waktu 6 jam setelah pasien tertidur, hernia tidak berhasil direduksi, herniotomi harus dilakukan dengan segera.Pada bayi dan anak yang mempunyai anatomi inguinal yang normal, tindakan herniotomi hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan annulus inguinalis ke ukuran yang semestinya.

III. PenutupKesimpulanAkut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan sistemik yang memerlukan penanganan yang segera tepat, dan adekuat. Menentukan diagnosis akut skrotum bukanlah suatu hal yang mudah karena akut skrotum dapat ditimbulkan oleh berbagai macam sebab dan area pemeriksaan yang lunak membuat pemeriksaan klinis menjadi lebih sulit sehingga perlu diketahui lebih banyak tentang ciri-ciri yang membedakan dari tiap faktor penyebab.

DAFTAR PUSTAKA

1. Stanley J. Swierzwieski.Testicular pain/Scrotal Pain. 2007.http://www.urologychannel.com2. Purnomo, Basuki P. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. 2003. 8,145-148.3. Cavusoglu YH, Karaman A, Karaman I, et al. Acute scrotum aetiology and management. Indian J Pediatr 2005; 72:201203.4.Cuckow,P.M., Frank,J.D., 2001. Torsion of The Testis. Didapat dari : http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1046/j.1464-410x.2000.00106.x/full diakses pada tanggal 15 Juli 2013.5. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi. 1997, EGC Jakarta