Upload
edie-t-prayitno
View
32
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
vsd anak
Citation preview
`LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN
DSV(DEFEK SEPTUM VENTRIKEL )
Dosen Pengampu: Ruti Wiyati, S Kep, Ns
Disusun Oleh:
OYI WIDODO
P 10220206029
POLITEKNIK KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN PURWOKERTO
2008
KONSEP DASAR
DEFEK SEPTUM VENTRIKEL
(DSV)
A. PENGERTIAN
Defek Septum Ventrikel (DSV) terjadi bila sekat (septum) ventrikel tidak
terbentuk sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada
saat systole. (Ngastiyah)
Defek Septum Ventrikel (VSD, Ventricular Septal Defect) adalah suatu
lubang pada septum ventrikel. (medicastore).
Septum ventrikel adalah dinding yang memisahkan jantung bagian bawah
(memisahkan ventrikel kiri dan ventrikel kanan). (medicastore)
B. KLASIFIKASI
Defek Septum Ventrikel (DSV) di klasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu:
1. Defek Septum ventrikel perimembranus
Defek pada jaringan membranus disebut sebagai defek septum
ventrikel tipe membranus. Sering defek ini melebar sampai jaringan muskuler
sekitarnya. Oleh karena itu banyak yang menyebutnya defek septum tipe
perimembranus. Dan karena letaknya di bagian superior septum, kadang-
kadang dikenal pula sebagai defek septum ventrikel tipe tinggi.
2. Defek Septum ventrikel muskuler
Defek septum ventrikel tipe muskuler sangat jarang terjadi. Kadang-
kadang defek ini disebut sebagai defek septum ventrikel tipe rendah (low
ventricular septal defect). Sesuai dengan lokasinya, ada defek septum
ventrikel tipe muskuler pada inlet (posterior), pada trabekel (bagian sentral,
atau apical) dan pada outlet (infundibuler). Suatu defek multiple di bagian
apical dikenal pula sebagai defek septum ventrikel tipe swiss cheese.
3. Defek Septum ventrikel subarterial
Defek ini sebenarnya termasuk tipe muskuler dan terdiri dari defek
subpulmonal (yang berada persis di bawah katup pulmonal) dan doubly
committed subarterial (yang terletak di bawah jaringan fibrus antara katup
aorta dan katup pulmonal).
Berdasarkan letaknya terhadap Krista supraventrikuler (lebih tepat
disebut sebagai trabekel septomarginal), defek septum ventrikel tipe
subpulmonal dan doubly committed subarterial kadang-kadang dinamakan
pula defek suprakista. Dan defek septum ventrikel tipe perimembranus
subaortik dan subtrikuspid disebut defek infrakista.
Diagnosis defek septum ventrikel dapat dibedakan menjadi:
1. Defek Septum ventrikel kecil
Defek berdiameter sekitar < 0.5 cm2 , tekanan sistolik ventrikel kanan
< 35 mmHg dan rasio aliran darah pulmonal dengan sistemik < 1.75. terdapat
suara murmur pansistolik di sekitar sela iga 3-4 kiri sternum pada waktu
pemeriksaan fisik. Semakin kecil ukuran defek septum ventrikel, maka
murmur pansistolik terdengar makin keras dan murmur ini dikenal sebagai
murmur Roger. Bunyi jantung ke-1 dan ke-2 normal. Ukuran jantung pun
relative masih normal pada pemeriksaan elektrokardiografi dan foto torak.
Vaskularisasi paru tidak nyata meningkat. Pertumbuhan anak normal
walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan. Toleransi
latihan normal, hanya pada latihan yang lama dan berat pasien lebih
cenderung lelah dibandingkan dengan teman sebayanya. DSV kecil tidak
memerlukan tindakan bedah karena tidak menyebabkan gangguan
hemodinamik dan resiko operasi lebih besar daripada resiko terjadinya
endokarditis. Anak dengan DSV kecil mempunyai prognosis baik dan dapat
hidup normal. Tidak diperlukan pengobatan. Bahaya yang mungkin timbul
adalah endokarditis infektif. Operasi penutupan dapat dilakukan bila
dikehendaki oleh orang tua. Pasien dengan DSV kecil diperlakukan seperti
anak normal dengan pengecualian bahwa kepada pasien harus diberikan
pencegahan terhadap endokarditis.
2. Defek Septum ventrikel moderat
Pada defek ini, diameter defek biasanya 0.5 – 1.0 cm2, dengan
tekanan sistolik ventrikel kanan 36-80 mmHg (lebih kurang separo tekanan
sistemik) dan rasio aliran darah pulmonal dengan sistemik > 3. Perjalanan
defek septum ventrikel yang moderat ini sangat bervariasi. Anak akan lebih
mudah sesak nafas, aktivitas terbatas , mudah terkena batuk pilek dan tumbuh
kembang lebih lambat dibandingkan dengan anak yang normal.
Pada pemeriksaan fisik terdengar intensias bunyi jantung ke-2 yang
meningkat, murmur pansistolik di sela iga 3-4 kiri sternum dan murmur
ejeksi sistolik pada daerah katup pulmonal. Murmur pansistolik terdengar
kasar dank eras. Pada elektrokardiografi, pembesaran jantung bias berupa
hipertrofi ventrikel kanan, hipertrofi atrium kiri dan ventrikel kiri, atau
hipertrofi biventrikuler, karena beban volume berlebih. Terdapat hipertensi
pulmonal yang hiperkinetik, dengan resisitensi pulmonal yang relative masih
normal. Dengan demikian, gambaran hipertrofi ventrikel kanan yang
disebabkan oleh beban tekanan berlebih, biasanya belum tampak pada
elektrokardiografi.
Foto torak menunjukkan pembesaran relative ventrikel kiri, atau
kanan, dengan pinggang jantung rata dan konus pulmonal menonjol. Konus
aorta tampak normal atau sedikit agak kecil. Vaskularisasi paru tampak
meningkat.
3. Defek Septum Ventrikel Besar
Diameter DSV lebih dari setengah ostium aorta atau lebih dari 1 cm2,
dengan tekanan sistolik ventrikel kanan > 80 mmHg (atau menyamai tekanan
sistemik). Curah sekuncup jantung kanan seringkali lebih dari 2 kali
sekuncup jantung kiri. Aliran darah melaui pirau interventrikuler tercampur
tanpa hambatan, menyebabkan berbagai keluhan sejak anak masih kecil.
Gejal-gejala gagal jantung bias menonjol sewaktu-waktu. Dan resistensi
pulmonal bias berkembang melebihi resistensi sistemik, sehingga tampak
sianosis karena pirau dari kanan ke kiri.
Pada pemeriksaan fisik, intensitas bunyi jantung ke-2 terdengar
meningkat, karena adanya hipertensi pulmonal. Terdengar bunyi murmur
pansistoik pada sela iga 3-4 kiri sternum dan murmur ejeksi sistolik pada
daerah pulmonal di sela iga 2-3 kiri sternum, serta murmur mid-diastolik
pada mitral
C. ETIOLOGI
Penyebab DSV tidak diketahui. DSV lebih sering ditemukan pada anak-anak
dan seringkali merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Pada anak-anak,
lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan gejala dan seringkali menutup
dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun. Pada kasus yang lebih berat,
bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa ditemukan
bersamaan dengan kelainan jantung lainnya. Faktor prenatal yang mungkin
berhubungan dengan VSD:
1. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil
2. Gizi ibu hamil yang buruk
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
D. PATOFISIOLOGI
Secara klinis, perubahan hemodinamik defek septum ventrikel dipengaruhi
oleh besarnya defek dan tingginya resistensi pulmonal. Sewaktu fetus dalam
kandungan, resistensi pulmonal memang tinggi, karena paru belum berkembang
dan tunika media pembuluh darah paru masih hipertropi. Pada saat lahir,
resistensi pulmonal langsung turun karena berkembangnya paru waktu bayi mulai
bernafas.
Tunika media pembuluh darah paru mengalami atropi dan proses ini secara
normal berlangsung sampai usia 6 bulan. Apabila terdapat defek pada septum
interventrikuler, aliran darah yang membanjir ke ventrikel kanan dan arteri
pulmonal akan menghambat proses alamiah itu.
Pada defek septum ventrikel, terjadi beban volume berlebih pada ventrikel
kiri, atrium kiri dan ventrikel kanan, karena pirau aliran darah dari kiri ke kanan.
Pada mulanya, ventrikel kanan akan mengalami dilatasi, disusul oleh hipertropi
ventrikel kiri dan atrium kiri, atau sebaliknya. Dan pirau dari kiri ke kanan ini
lama-lama akan mempengaruhi resistensi paru dan tekanan dalam arteri
pulmonal. Apabila hipertensi pulmonal makin tinggi-dan ini merupakan beban
tekanan berlebih bagi ventrikel kana-maka pirau aliran darah pelan-pelan akan
beralih menjadi bidireksional. Resestensi pulmonal dapat melebihi resistensi
sistemik pada waktu melakukan exercise, sehingga pirau beralih dari kanan ke
kiri; sedangkan pada waktu istirahat masih terjadi pirau yang kecil dari kiri ke
kanan.
Tekanan dalam ventrikel kanan makin tinggi, sehingga hipertropi ventrikel
kanan yang disebabkan oleh beban tekanan berlebih tampak makin dominant.
Sementara itu ventrikel kiri tampak “regresi”, karena tak lagi ada lairan melewati
pirau pada saat tekanan dalam ventrikel kanan kian menyamai tekanan dalam
ventrikel kiri. Pada stadium lanjut, pirau kemudian sepenuhnya dari kanan ke
kiri.
Pada jantung yang normal, sebagian septum interventrikuler terdiri dari
jaringan muskuler dan hanya sebagian kecil merupakan jaringan membranus
yang berada di bawah akar aorta. Bagian anterior dan posterior jaringan
membranus ini dikelilingi oleh jaringan muskuler yang meluas ke superior.
Bagian anterior septum interventrikuler merupakan bagian dari outlet
(infemdibulum) ventrikel kiri dan ventrikel kanan, dibawah katup semiluner.
Bagian posterior septum interventrikuler meliputi inlet ventrikel kiri dan
ventrikel kanan, di bawah katup atrio-ventrikuler. Dengan demikian, klasifikasi
anatomic berbagai tipe defek septum ventrikel ditentukan oleh lokasi defek pada
jaringan septum interventrikuler itu.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari anak yang menderita DSV adalah:
1. Nafas pendek
2. Retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium
3. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung hiperdinamik
4. Pertumbuhan terhambat
5. Anak terlihat pucat
6. Banyak keringat
7. Ujung-ujung jari hiperemik
8. Diameter dada bertambah
9. Sering terlihat penonjolan pada dada kiri
10. Tekanan arteria pulmonalis yang tinggi
11. Penutupan katup pulmonalis teraba jelas pada sela iga II kiri dekat sternum
dan mungkin teraba getaran bisisng pada dinding dada.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan untuk mengatasi
gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretika, missal: lasik. Bila obat
dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernapasan dan
pertambahan berat badan, maka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun.
Tindakan bedah sangat menolong, karena tanpa tindakan bedah harapan hidup
berkurang. Operasi bila perlu dilakukan pada umur muda jika pengobatan medis
untuk mengatasi gagal jantung tidak berhasil.
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Pasien DSV baru dirawat di rumah sakit bila sedang mendapat infeksi saluran
nafas, karena biasanya sangat dispnea dan sianosis sehingga pasien terlihat
payah. Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya terjadinya gagal
janung, resiko terjadi infeksi saluran napas, kebutuhan nutrisi, gangguan rasa
aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Baraas, faisal.1995. Kardiologi Klinis dalam Praktek Diagnosa dan Tatalaksana
penyakit jantung pada anak. Jakarta: FKUI
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC
Johnson, Marion. 1997. IOWA INTERVENYION PROJECT, Nursing Outcome
Clasification ( NOC ). St. Louis : Mosby
Mc. Closkey, Joanne C. 1996. IOWA INTERVENYION PROJECT, Nursing
Intervention Clasification ( NIC ). St. Louis : Mosby
Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit edisi 2. Jakarta: EGC
Ramali, Ahmad. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambatan
Wong, Donna L.2004. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik.Jakarta: EGC
http://www.idai.or.id/hottopics/detil.asp?q=76 diakses tanggal 10 Juni 2008
http://www.medicastore.com diakses tanggal 10 Juni 2008
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Lakukan pengkajian fisik dengan penekanan khusus pada warna, nadi (apical
dan perifer), pernafasan, tekanan darah, serta pemeriksaan dan auskultasi dada.
Dapatkan riwayat kesehatan termasuk bukti penambahan berat badan yang buruk,
makan buruk, intoleransi aktifitas, postur tubuh tidak umu, atau infeksi saluran
pernafasan yang sering.
Observasi anak terhadap manifestasi penyakit jantung congenital.
1. Bayi
a) Sianosis-umum, khususnya membrane mukosa, bibir dan lidah,
konjungtiva area vaskularisasi tinggi.
b) Dipsneu, khususnya setelah kerja fisik seperti makan, menangis,
mengejan.
c) Keletihan
d) Pertumbuhan dan perkembangan buruk (gagal tumbuh)
e) Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
f) Kesulitan makan
g) Hipotonia
h) Keringat berlebihan
i) Serangan sinkop seperti hiperneu paroksimal, serangan anoksia
2. Anak yang lebih besar
1) Kerusakan pertumbuhan
2) Pembangunan tubuh lemah, sulit
3) Keletihan
4) Dispneu pada aktifitas
5) Ortopnea
6) Jari tabuh
7) Berjongkok untuk menghilangkan dispnea
8) Sakit kepala
9) Epistaksis
10) Keletihan kaki
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Endokardiografi
Dengan ekokardiografi Doppler, ketepatan diagnosis defek septum ventrikel
makin meningkat: sensitivitas hingga 90% dan spesifitas 98%. Pada posisi
pengambilan tertentu, volume sampel diletakkan pada echo gap yang
dicurigai.
2. Rontgent dada
3. Ekokardiogram
4. EKG
Pathway keperawatan
Penurunan curah jantung
Kelainan pembentukan jantung sewaktu janin
Resiko cedera
Genetik
Resiko infeksi
Radiasi
Atropi pembuluh darah paru terhambat
Pertukaran O2 dalam paru terganggu
Kurang pengetahuan
Infeksi
Defek Septum Ventrikel
Intoleransi aktifitas
Darah mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan
Peningkatan volume arteri pulmonal
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Imunitas menurunKesulitan menghisap
ASI
dispneu Kelemahan fisik Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur
2. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dispneu
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan status fisik yang lemah
6. Resiko cedera (komplikasi) berhubungan dengan status fisik yang lemah
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
tentang penyakit
D. INTERVENSI
Dx. 1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung dalam
batas normal.
NOC: Vital sign status
Kriteria hasil:
Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, sirkulasi)
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites
Tidak ada penurunan kesadaran
Skala:
1 : tidak ada
2 : jarang
3 : kadang
4 : sering
5 : selalu
NIC: Cardiac care
- Catat adanya disritmia jantung
- Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
- Monitor status kardiovaskuler
- Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
- Monitor balance cairan
- Monitor toleransi aktivitas pasien
Dx. 2. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan
.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukkan
tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
NOC : Pertumbuhan
Kriteria Hasil :
- Berat badan sesuai dengan kondisi ( umur dan tinggi badan ).
- Turgor kulit baik.
- Tanda-tanda vital baik.
Skala :
1 : tidak ada penyimpangan dari yang diharapkan
2 : penyimpangan ringan
3 : penyimpangan sedang
4 : penyimpangan berat
5 : ekstrim
NIC : Peningkatan Pertumbuhan
Intervensi Keperawatan :
- lakukan pemeriksaan kesehatan secara saksama ( Tanda-tanda vital dan
pemeriksaan fisik ).
- Tentukan makanan yang disukai klien.
- Pantau kecenderungan peningkatan dan penurunan berat badan.
- Kaji keadekiatan asupan nutrisi.
- Demonstrasikan aktivitas yang meningkatkan perkenbangan.
Dx. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tanta-tanda infeksi
terjadi.
NOC : Pengendalian resiko
Kriteria hasil :
- Mendapatkan imunisasi yang tepat
- Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
Skala :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan
NIC : Pengendalian Infeksi
Intervensi Keperawatan:
- Ajarkan pada klien dan keluarga tanda dan gejala terjadinya infeksi dan kapan
harus melaporkan kepada petugas.
- Pertahankan teknik isolasi.
- Berikan terapi antibiotic bila diperlukan.
- Informasikan kepada keluarga kapan jadwal imunisasi.
- Jelaskan keuntungan dan efek dari imunisasi.
Dx. 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien menunjukkan
peningkatan status nutrisi.
NOC : Status Nutrisi
Kriteria Hasil :
- Pemasukan nutrisi baik.
- Masukan makanan dan minuman baik.
- Berat badan bertambah.
- Massa tubuh bertambah.
Skala :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan
NIC : Pengelolaan Nutrisi
Intervensi Keperawatan :
- Kaji apakah klien memiliki alergi terhadap makanan tertentu.
- Tentukan makanan yang disukai klien.
- Tingkatkan pemasukan kalori.
- Kaji kemampuan klien untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan.
- Monitor jumlah pemasukan nutrisi dan kalori.
Dx. 5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan curah jantung yang rendah, dyspneu
dan status nutrisi yang buruk.
NOC: Self Care: ADLs
Kriteria hasil:
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik disertai peningkatan tekanan darah, nadi
dan RR
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
Skala:
1 : tidak ada
2 : jarang
3 : kadang
4 : sering
5 : selalu
NIC: Aktivitas terapi
- Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat
- Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
- Monitor respon fifik, emosi, sosial dan spiritual
Dx. 6. Resiko cedera (komplikasi) berhubungan dengan kondisi jantung dan terapi
Tujuan: klien dapat terhindar dari resiko cedera
Kriteria hasil:
- Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
- Pasien / keluarga akan mengidentifikasi resiko yang dapat meningkatkan
kerentanan terhadap cedera
- Orang tua akan memilih permainan yang memberi perawatan dan kontak
sosial lingkungannya dengan baik
Kriteria hasil:
1 : tidak ada
2 : jarang
3 : kadang
4 : sering
5 : selalu
NIC: Mencegah jatuh
- Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misalnya:
keletihan setelah beraktivitas
- Berikan informasi mengenai bahaya lingkungan dan karakteristiknya
- Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi dan tindakan
untuk mencegah cedera
- Hindarkan benda-benda di sekitar pasien yang dapat membahayakan dan
menyebabkan cedera
- Anjurkan kepada pasien untuk berhati-hati dengan alat permainannya dan
instruksikan kepada keluarga untuk memilih permainan yang sesuai dan
tidakmenimbulkan cedera
Dx. 7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pengetahuan pasien
dan keluarga bertambah.
NOC : Pengetahuan : Proses penyakit
Kriteria hasil :
- Mengenal nama penyakit
- Deskripsi proses penyakit
- Deskripsi factor penyebab
- Deskripsi tanda dan gejala
- Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit
Skala :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan
NIC : Pembelajaran proses penyakit
Intervensi Keperawatan :
- Jelaskan tanda dan gejala penyakit.
- Jelaskan proses penyakit
- Identifikasi penyebab penyakit
- Beri informasi mengenai kondisi pasien
- Beri informasi tentang hasil pemeriksaan diagnostic
E. EVALUASI
Dx. 1
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
sirkulasi) 5
- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan 5
- Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites 5
- Tidak ada penurunan kesadaran 5
Dx. 2
- Berat badan sesuai dengan kondisi ( umur dan tinggi badan ). 1
- Turgor kulit baik. 1
- Tanda-tanda vital baik 1
Dx. 3
- Mendapatkan imunisasi yang tepat 5
- Terbebas dari tanda dan gejala infeksi 5
- Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko 5
Dx. 4
- Pemasukan nutrisi baik. 5
- Masukan makanan dan minuman baik. 5
- Berat badan bertambah. 5
- Massa tubuh bertambah 5
Dx. 5
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR 5
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri 5
Dx. 6
- Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko 5
- Pasien / keluarga akan mengidentifikasi resiko yang dapat
meningkatkan kerentanan terhadap cedera 5
- Orang tua akan memilih permainan yang memberi perawatan dan
kontak sosial lingkungannya dengan baik 5
Dx. 7
- Mengenal nama penyakit 5
- Deskripsi proses penyakit 5
- Deskripsi factor penyebab 5
- Deskripsi tanda dan gejala 5
- Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit 5