11
MAKALAH FARMAKOLOGI VETERINER KELOMPOK 3: LUTFAN SUYUDI (115130100111005) OVILIA ZABHITA (115130100111006) WAHYU ERI SETYAWAN (115130100111017) DARMAWAN DWI P. (115130100111018) NI MADE ARTARI DEWI (115130101111006) EVA ROSALINA (115130101111007) ABEDNEGO P.A. (115130100111022) YUMEIDA NOOR ILMA (115130101111020) WAHYU RAMADHAN (115130107111004) KHUSNA INDRA P (115130107111005) PKH A 2011 PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

analgesik narkotik(1).doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nb

Citation preview

MAKALAH

FARMAKOLOGI VETERINER

KELOMPOK 3:LUTFAN SUYUDI

(115130100111005)OVILIA ZABHITA

(115130100111006)WAHYU ERI SETYAWAN

(115130100111017)DARMAWAN DWI P.

(115130100111018)NI MADE ARTARI DEWI

(115130101111006)EVA ROSALINA

(115130101111007)ABEDNEGO P.A.

(115130100111022)YUMEIDA NOOR ILMA

(115130101111020)WAHYU RAMADHAN

(115130107111004)KHUSNA INDRA P

(115130107111005)PKH A 2011

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013Kasus 2:

Seekor kuda jantan (berat badan 400 kg) saat pemeriksaan rutin dokter hewan dikeluhkan pemiliknya terlihat gelisah, kaki menendang-nendang, dan seringkali terbaring lalu berdiri lagi. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan adanya gas dalam lambung dan peristaltik berkurang. Dokter hewan mendiagnosis kuda tersebut menderita Flatulent Colic (kolik karena adanya udara dalam lambung), kemudian memberikan resep obat analgesik.1. Menentukan Masalah atau DiagnosisKuda jantan (berat badan 400 kg) terlihat gelisah, kaki menendang-nendang, dan seringkali terbaring lalu berdiri lagi. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan adanya gas dalam lambung dan peristaltik berkurang.Diagnosis:

Menderita Flatulent Colic (kolik karena adanya udara dalam lambung), kemudian memberikan resep obat analgesik.2. Menentukan Tujuan TerapiTujuan terapi obat yang diberikan adalah untuk mengurangi rasa nyeri pada penderita kolik dan menghilangkan gas pada lambung.DefinisiKolik merupakan gejala penyakit pada kuda yang ditandai dengan adanya rasa sakit pada bagian abdomen dimana rasa sakit pada abdomen dapat berasal dari organ pencernaan atau selain pencernaan. Kolik timpani (Flatulent Colic)Kolik timpani ditandai dengan tertimbunnya gas yang berlebihan pada kolon dan sekum. Pembebasan gas tertimbun dan terhalang oleh obstruksi atau perubahan lain dari saluran pencernaan. Cepatnya pembentukan gas menyebabkan kolik berlangsung secara akut dan terkadang terjadi secara berulang sehingga mengakibatkan rasa sakit yang berlebih. Kolik timpani ini dapat terjadi akibat adanya konsumsi pakan yang mudah mengalami fermentasi atau oleh faktor lain yang menyebabkan turunnya peristaltik. EtiologiTerjadinya kolik dapat disebabkan oleh berbagai hal, oleh karena itu sangat penting untuk diketahui penyebab pasti terjadinya kolik tersebut. Diagnosa yang tepat terhadap tipe dan penyebab terjadinya kolik ini akan menghasilkan prognosa dan terapi yang tepat pula.

Gejala

Gejala yang ditimbulkan dari rasa sakit akibat kolik adalah sebagai berikut:

1. Mengais-ngais tanah.2. Nafsu makan turun.3. Berkeringat.4. Sering melihat daerah perut yang sakit.5. Gelisah.6. Menghentak-hentakan kakinya.7. Berbaring.Jika penyebab sakit tidak dihilangkan dengan segera, maka kuda akan merasa lebih kesakitan dan akibatnya kuda akan mengais-ngais tanah dengan lebih kasar, perut tampak kembung, otot mengalami tremor, berbaring dan jarang bangun, berguling atau berbaring dengan punggungnya, duduk dengan menggunakan pangkal pahanya, pernafasan dan denyut jantung meningkat, dan merelaksasikan penisnya namun tidak urinasi. Anamnesa dari hampir tiap pemelihara kuda yang menderita kolik menyatakan adanya penurunan nafsu makan dan ada kuda tidak mau makan sama sekali dan merasa gelisah. Jika kolik terlalu hebat, akan menimbulkan kematian pada kuda tersebut.3. Menentukan TerapiPengobatan

Obat analgetik narkotik merupakan kelompok obat yang memilikisifat opium atau morfin. Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmako dinamik yang lain, golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang hebat. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai. Obat analgetik narkotik ini biasanya khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada kasus patah tulang dan penyakit kanker kronik, contohnya antara lain morfin, metadon, meperidin (petidin), fentanil, buprenorfin, dezosin, butorfanol, nalbufin, nalorfin dan juga pentazosin.Terapi yang dapat diberikan kepada kuda dengan gejala kolik tersebut antara lain dengan pemberian obat analgesik, antasida, diuretikum, larutan buffer, obat pencahar, dan obat lainnya untuk mengatasi penyakit utama yang menyababkan kolik. Obat analgesic yang biasa diberikan diantaranya Adimodon, Novalgin, Novamidon, Dellamidon, dan Camidon yang semuanya mengandung Antalgin dengan komposisi Metamhampyron (+klordiazepoksida). Indikasi obat-obat tersebut adalah sebagai analgesik dan antipiretik untuk meredakan rasa nyeri hebat dan demam. Analgesik merupakan obat yang utama dan pertama diberikan untukmenanggulangi masalah kolik, sebelum dilakukan terapi terhadap penyakit utama penyebab kolik. Vitamin B-Kompleks digunakan sebagai multivitamin dengan tujuan meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki daya tahan tubuh. Antasida merupakan obat dengan kandungan Aluminium Hidroksida 200mg yang berfungsi untukmengurangi gejala-gejala yangberhubungan dengan akibatkelebihan asamlambung, tukak lambung, gastritis, dan tukak usus dua belas jari dengan. Gejala-gejala tersebut diantaranya mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, dan sensasi penuh pada lambung. Diuretikum yang biasa digunakan adalah Furosemide. Penggunaan obat tersebut dengan alasan adanya gangguan urinasi yang dapat menyebabkan rasa nyeri diabdomen. Diuretikum lebih sering digunakan pada kuda jantan daripada pada kuda betina. Meylon (NaHCO3) merupakan larutan buffer yang diberikan dengan tujuan untuk mengatasi keadaan metabolik asidosis yang dapat terjadi pada beberapa kasus ginjal, diabetes, dehidrasi, diare, dan ketidaklancaran sirkulasi darah. Selain terapi obat untuk penanganan kolik, juga dilakukan terapi kateterisasi dan pengeluaran feces dari rectum. Kedua terapi tersebut juga dapat digunakan sebagai metode evaluasi feces dan urin untuk mengetahui penyabab utama kolik. Kateterisasi membantu pengeluaran urine dari vesika urinaria sehingga dapat mengurangi tekanan yang dapat menyebabkan rasa nyeri terhadap organ-organ disekitar vesika urinaria. Kateterisasi tersebut lebih sering dilakukan pada kuda betina karena lebih mudah dalam pelaksanaannya, sedangkan untuk kuda jantan lebih sering dengan memberikan balsam di sekitar penis dan preputium, bahkan jika hal tersebut dirasa tidak bekerja maka perlu diberikan diuretikum. Setelah semua terapi diberikan, kuda kemudian dirangsang untuk mengeluarkan keringat, flatus, dan memperlancar aktivitas saluran pencernaan sambil menunggu obat yang telah diberikan akan bekerja. Kuda yang mengalami kolik lebih baik diusahakan bebas dalam kandang dan terhindar dari benda-benda keras yang dapat melukainya. Metode tubingdapat dilakukan untuk membantu memasukkan obat yang harus ditelan oleh pasien.

Metode tubing dilakukan dengan menggunakan alat stomach tube yang langsung terhubung ke lambung. Metode tersebut juga dapat dilakukan untuk mengeluarkan gas pada kasus timpani. Pencegahan kolik dapat dilakukan dengan pakan dan minum yang baikdan teratur, perawatan gigi, pemberian obat anti kecacingan secara teratur, dan tidakmengganti pakan secara tiba-tiba (Sikar 2002).Pencegahan:1. Minyak atsiri dipakai di bagian luar atau diminumkan. Pemberian bahan yang sangat merangsang misalnya cabe2. Memberikan pakan dan minum yang teratur

3. Memperhatikan perawatan gigi

4. Pemberian obat antihelminth karena kolik ini juga dapat terjadi akibat adanya cacingRujukanKuda dengan kolik yang parah sedapat mungkin perlu perawatan medis yang lebih atau bedah. Jika terjadi kontraindikasi dan peristaltik usus tidak segera kembali setelah gas keluar, maka bisa ditambahkan dengan obat pencahar.Golongan Obat dan P-Drug yang digunakan

Golongan yang digunakan adalah dari golongan analgesik narkotik karena obat ini bereaksi lebih cepat daripada NSAID dan lebih efektif pada nyeri yang hebat. P-Drug yang digunakan adalah morfin dikarenakan morfin ini banyak terdapat dipasaran dan harga relatif murah dibanding golongan analgesik narkotik yang lain.Indikasi:

Nyeri akut yang berat, nyeri kronis sedang sampai berat, sebagai suplemen anestesi sebelum operasi, sebagai obat pilihan untuk nyeri pada infark miokard, untuk menghilangkan ansietas pada pasien dengan dispnea karena acute pulmonary edema dan acute left ventricular.

Dosis, Cara Pemberian, dan Lama PemberianMorfin harus diberikan dalam dosis efektif terkecil dan frekuensi minimal untuk mengurangi timbulnya toleran dan ketergantungan fisik. Dosis harus diturunkan pada pasien beresiko, gangguan hati, pasien yang menggunakan antidepresan saraf, gangguan ginjal, pasien sangat muda atau sangat tua. Pada pasien dengan nyeri yang parah & kronis, dosis harus disesuaikan dengan tingkat keparahan nyeri, respon dan toleransi pasien.Dosis lazim SK/IM 10 mg setiap 4 jam jika perlu, (520 mg setiap 4 jam jika perlu tergantung kebutuhan & respon pasien) untuk IV 2.515 mg dilarutkan dlm 4-5 mL air steril, disuntik perlahan selama 4-5 menit.

FarmakologiMetabolisme terutama dalam hati. Ekskresi melalui urin sebagai metabolit tidak aktif dan obat utuh 2-12%. Pada kerusakan ginjal terjadi akumulasi morfin-6-glukoronid yg dpt memperpanjang aktivitas opioid. Kira-kira 7-10% melalui feses.Stabilitas PenyimpananSediaan injeksi simpan pada 15-30C, terlindung cahaya, tidak boleh dibekukan. Sediaan oral simpan dalam wadah tertutup, terlindung cahaya, 15-30C, jangan dibekukan.KontraindikasiOral jangan diberikan pasien dengan paralytic ileus. Pasien dengan hipersensitivitas, depresi pernapasan yg parah. Injeksi intratekal & epidural tidak boleh digunakan pada kasus pemberian yg kontraindikasi dengan rute ini, seperti infeksi pada tempat penyuntikan, perdarahan diatesis yg tidak terkontrol, penggunaan antikoagulan atau penggunaan kortikosteroid injeksi dalam 2 minggu.Mekanisme Aksi- FarmakokinetikMetabolisme morfin yang utama adalah pada hati dan sekitar 87% dari dosis yang diekskresikan dalam urin. Hanya 40-50% saja yang mencapai sistem saraf pusat. Morfin dimetabolisme menjadi morfin-3-glukuronida (M3G) dan morfin-6-glukuronida (M6G) melalui glucuronidasi oleh enzim metabolisme fase II UDP-glucuronosyl transferase-2B7 (UGT2B7). Sekitar 60% dari morfin diubah menjadi M3G, dan 6-10% dikonversi menjadi M6G. Morfin juga dapat dimetabolisme menjadi normorphine, kodein, dan hydromorphone dalam jumlah yang kecil. Reseptor opioid sebenarnya tersebar luas diseluruh jaringan sistem saraf pusat, tetapi lebih terkonsentrasi di otak tengah yaitu di sistem limbik, thalamus, hipothalamus corpus striatum, sistem aktivasi retikuler dan di korda spinalis yaitu substantia gelatinosa dan dijumpai pula di pleksus saraf usus. Molekul opioid dan polipeptida endogen (metenkefalin, beta-endorfin, dinorfin) berinteraksi dengan reseptor morfin dan menghasilkan efek. Efeknya bisa berupa depresi atau stimulasi.- Farmakodinamik

Morfin bekerja dengan menghentikan pusat persepsi rasa nyeri pada otak, yaitu pada reseptor spesifik sel saraf yang terdapat pada substantia gelatinosa, dimana sinyal rasa nyeri pertama kali diproses, dan mengurangi pelepasan neurotransmiter dari sel saraf yang menerima sinyal rasa nyeri, sehingga rasa sakit dapat berkurang.Interaksi- Dengan Obat Lain :Isoniazid : Meningkatkan efek samping isoniazid.

Antidepresan (MAOi & trisklik) : Potensiasi efek antidepresan.

Kontraseptik oral & estrogen : Menghambat metabolisme petidin.

MAO inhibitor : Penggunaan bersama petidin menyebabkan serotonin sindrom (agitasi, sakit kepala, hipertensi, hipotensi, konvulsi, hiperpireksia, koma),

Agonis opiod lainnya, anestetik umum, trankuilizer, sedative, hipnotik : Potensiasi efek depresi sistem saraf pusat.

Relaksan otot : Opioid dpt meningkatkan kerja penghambatan neuromuscular.

Kumarin antikoagulan : Potensiasi aktivitas antikoagulan.

Diuretik : opioid menurunkan efek diuretic pada pasien dengan kongestif jantung

Efek SampingDepresi pernapasan

Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang

Pencernaan : mual, muntah, konstipasi

Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural

Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria

Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot, pergerakan yang tidak terkoordinasi, delirium atau disorientasi, halusinasi

Lain-lain : Berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit.Harga :Injeksi 10mg/ml bentuk sediaan larutan 1ml/ampul harga satuan HNA+PPN 10.208,50 HET 12.760,63 dalam kemasan kotak isi 10 ampul.

Tablet 10mg bentuk sediaan tablet harga satuan HNA+PPN 1.205,97 HET 1.507,46 dalam kemasan botol isi 30.KESIMPULAN

Dipilih golongan obat analgesik narkotik karena mempunyai tingkat kemanjuran atau efek obat berkhasiat cepat, tetapi kurang aman digunakan dan tingkat kemauan penderita (kuda) menerima obat yang diberikan kurang. Dari golongan analgesik narkotik diambil P-Drug jenis obat morfin karena ia cepat bereaksi dan ampuh untuk rasa nyeri yang amat sangat, diberikan dengan sediaan obat larutan diinjeksikan secara parenteral intravena karena jika diberi secara peroral akan sedikit yang dapat bekerja ditubuh selain itu kuda lebih aman dilakukan injeksi parenteral pada intravena. Dosis yang diberikan adalah sekitar 10-20 mg per 50kg BB.DAFTAR PUSTAKABoddie., G.F. 1962.Diagnostic Methods in Veterinary Medicine. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.Douglas J. 2005. The Colic Fact Sheet. www.equusite.com/articles/health/healthColicfacts.html. Diakses pada tanggal 19 Maret 2013.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Harga Obat Generik. Nomor : 302/Menkes/SK/III/2008.

Mutschler, Ernst. 1991.Dinamika Obat. Bandung: ITB.Sikar S. 2002. Bahan Kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner II. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Subronto. 2003.Ilmu Penyakit Ternak I.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.