Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS CAPITAL BUDGETING UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PROYEK PELUNCURAN PRODUK BARU CABIN AIR
FILTER DI PT ABC
Wahyu Murcahyati
Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Jakarta, 10430, Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak
Perkembangan industri otomotif dewasa ini semakin kompetitif dengan pangsa pasar yang luas. Kondisi inilah yang mendorong PT ABC untuk melakukan inovasi produk dari produk-produk yang sudah ada di pasaran. Inovasi ini berupa peluncuran produk Cabin Air Filter. Perhitungan atas kelayakan finansial produk dilakukan dengan metode capital budgeting. Data-data sekunder yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Payback Period, dan analisis skenario. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai yang positif serta tingkat pengembalian yang lebih besar dari cost of capital. Maka kesimpulan yang diperoleh dari analisis yang dilakukan adalah PT ABC sebaiknya meluncurkan produk cabin air filter.
Capital Budgeting Analysis for Decision Making in Launching Cabin Air Filter at PT ABC
Abstract
The development of the automotive industry nowadays is more competitive with larger market share. These conditions encourage PT ABC to conduct product innovation. The innovation is a Cabin Air Filter product launch. The Calculations on the financial feasibility of the product made by capital budgeting methods. Secondary data were obtained then processed using the NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Payback Period, and scenario analysis. Based on the calculations, a positive value and rate of return is greater than the cost
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
of capital. Then the conclusions obtained from the analysis conducted are PT ABC should launch a cabin air filter products.
Key Words : Capital budgeting, NPV, IRR, payback period, scenario analysis
Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu pangsa pasar terbesar industri otomotif di Asia Tenggara.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Frost and Sullivan, sektor aftermarket otomotif di
Indonesia, Malaysia, dan Thailand diperkirakan akan tumbuh pada compound annual growth
rate (CAGR) sebesar 12,9 persen (2010-2018). Silka Yosa, Consulting Analyst automotive
practice, Asia Pacific Frost & Sulivan juga memprediksi bahwa pertumbuhan replacement
product di tiga pasar terbesar ASEAN tersebut akan mencapai CAGR sebesar 15,2 persen
atau mencapai USD 243.500.000 pada tahun 2018.
Perkembangan industri otomotif diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan yang
positif seperti yang diungkapkan oleh CEO Mitsubishi Motor Corporation Osamu Masuko
bahwa penjualan mobil di Indonesia dan Thailand masih tumbuh secara signifikan. Ini bisa
dilihat dari komparasi penjualan kendaraan dengan jumlah penduduk yang hampir sama
dengan Indonesia, yakni Brasil yang sama-sama membukukan penjualan 3 juta pertahun.
Perkembangan teknologi di Industri Otomotif juga turut mengakibatkan perubahan
permintaan pasar. Preferensi masyarakat pada produk roda dua yang sebelumnya lebih banyak
memilih motor bebek kini mulai beralih ke motor matic yang lebih mudah digunakan. Hal ini
tentunya berpengaruh terhadap kinerja keuangan PT. ABC sebagai produsen komponen rantai
yang digunakan dalam motor bebek.
Berdasarkan peluang dan tantangan tersebut, PT. ABC sebagai salah satu produsen komponen
otomotif terkemuka, berencana untuk meluncurkan produk baru berupa cabin air filter di
Indonesia. Produk Cabin Air Filter dipilih didasari alasan untuk memanfaatkan kelebihan
kapasitas produksi filter PT. ABC yang telah ada, sehingga tidak diperlukan lagi investasi
yang signifikan. Selain itu masih terdapat peluang untuk melakukan penetrasi pasar
dikarenakan produk Cabin Air Filter merupakan salah satu komponen yang perlu penggantian
setiap 10.000km atau setiap 6 bulan (disadur dari merdeka.com).
Rencana peluncuran produk baru tersebut selanjutnya akan dianalisa dengan menggunakan
analisis capital budgeting, apakah proyek peluncuran produk baru tersebut dapat memberikan
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan di masa depan. Selain keputusan kelayakan
investasi, perlu juga diketahui bagaimana pendanaan atas investasi tersebut. Keputusan
investasi ini tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di masa yang akan
datang karena akan berdampak langsung pada arus kas perusahaan. Hal ini dikarenakan
keputusan capital budgeting melibatkan penggunaan sumber daya perusahaan yang terbatas
untuk suatu komitmen dalam jangka panjang. Ketika keputusan tersebut akan dilaksanakan,
maka perusahaan tersebut harus dapat menetapkan kondisi sekarang dan kemungkinan
pengeluaran dana di masa depan.
Tinjauan Teoritis Menurut Clark, Thomas & Robert (1989), capital budgeting merupakan suatu metode yang
digunakan untuk menganalisis (mengidentifikasi dan memilih) kelayakan suatu proyek/jenis
investasi dalam jangka panjang yang akan dilakukan oleh perusahaan dan diharapkan untuk
menghasilkan benefit lebih dari satu tahun.
Keputusan capital budgeting melibatkan penggunaan sumber daya perusahaan yang terbatas
untuk suatu komitmen dalam jangka panjang. Ketika keputusan tersebut akan dilaksanakan,
maka perusahaan tersebut harus dapat menetapkan kondisi sekarang dan kemungkinan
pengeluaran dana di masa depan.
Capital budgeting dibagi dalam empat tahapan yaitu project definition & cash flow
estimation, project analysis & project selection, project implementation, project review
(Cooper, Morgan & Alonzo, 2002).
Capital budgeting memainkan suatu peranan penting dalam menentukan apakah suatu
perusahaan akan meraih sukses atau tidak. Komitmen terhadap dana yang dikeluarkan pada
suatu proyek sangat besar dan bahkan tidak dapat diubah. Meskipun ada beberapa keputusan
capital budgeting yang rutin dan tidak mengubah risiko yang dihadapi oleh perusahaan, tetapi
ada pula beberapa keputusan capital budgeting yang cukup berpengaruh pada posisi pasar di
masa depan.
Menurut Clark, Thomas & Robert (1989), metode untuk melakukan analisis capital budgeting
terdiri dari beberapa alternatif antara lain payback period, discounted payback period, net
present value, profitability index, internal rate of return, modified internal rate of return.
Menurut Pike (1996) metode Capital Budgeting tradisional merupakan cara yang paling tepat
dalam menilai investasi yang memiliki risiko rendah.
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
Metode Penelitian Metode analisis yang digunakan dalam proses pengolahan data adalah capital budgeting
dengan menggunakan beberapa metode analisis, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate
of Return (IRR), Payback Period (PP), dan Analisis Skenario. Untuk perhitungan-perhitungan
kuantitatif akan menggunakan rumusan Microsoft Excel 2010. Data-data mengenai PT ABC
diperoleh dalam bentuk primer maupun data sekunder. Data-data tersebut antara lain terdiri
dari :
• Laporan Keuangan PT. ABC tahun 2010-2014. Pemilihan tahun awal penelitian dimulai
tahun 2010, karena pada tahun 2007-2009 kinerja keuangan kurang stabil sebagai imbas
krisis US, sehingga akan menjadi bias dalam penentuan asumsi berdasarkan data historis.
• Rencana Kebutuhan Investasi proyek Cabin Air Filter.
• Proyeksi Laporan Keuangan Konsolidasian PT. ABC untuk periode 2015 - 2022 berikut
asumsi-asumsi yang digunakan.
• Wawancara dan diskusi dengan manajemen PT. ABC sehubungan dengan Rencana
Proyek;
• Review atas data dan informasi yang berkaitan dan relevan dengan Rencana Transaksi
tersebut.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Asumsi-Asumsi Dasar
Sebagai dasar proyeksi arus kas PT ABC untuk periode delapan tahun ke depan yaitu tahun
2015 sampai dengan tahun 2022, maka digunakan beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Tingkat Inflasi
Inflasi merupakan hal yang penting untuk dipantau karena berkaitan erat dengan daya beli
masyarakat. Penentuan tingkat inflasi didasarkan pada nilai rata-rata laju inflasi sepuluh tahun
terakhir yaitu dimulai dari periode 2005 sampai dengan periode 2014. Dari hasil rata rata
tersebut nilai inflasi yang digunakan sebagai dasar asumsi adalah 7%.
2. Nilai tukar mata uang
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
Nilai tukar rupiah terhadap United States Dollar (USD) akan digunakan dalam perhitungan
atas pembelian mesin sebagai investasi awal dari PT ABC untuk produksi cabin air filter
dengan jangka waktu proyeksi sepuluh tahun ke depan. Diasumsikan nilai tukar Rupiah
terhadap mata uang asing USD adalah Rp 13.000,- sampai dengan Rp 15.000,-. Angka ini
diperoleh dengan melakukan perhitungan rata-rata kurs tahunan Bank Indonesia dari sepuluh
tahun terakhir yaitu dimulai dari periode 2005 sampai dengan periode 2014. Selain itu, asumsi
kurs yang digunakan juga melihat fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah yang memiliki tren
yang kian melemah sejak tahun 2011-2014. Hal ini dikarenakan perlambatan ekonomi global
dan perekonomian AS yang semakin membaik.
3. Tingkat suku bunga
Tingkat suku bunga yang digunakan dalam perhitungan analisis pengambilan keputusan akan
menggunakan suku bunga Bank Indonesia dengan mengambil rata-rata dari sepuluh tahun
sebelumnya yaitu dimulai dari periode 2005 sampai dengan periode 2014. Berdasarkan tabel
diketahui rata-rata suku bunga tahunan adalah 7,93%. Dengan pertimbangan tersebut, maka
asumsi tingkat suku bunga acuan yang digunakan sebesar 8%.
4. Biaya Modal
Biaya modal (cost of capital) menghubungkan keputusan investasi jangka panjang dengan
kekayaan pemilik perusahaan. Ini digunakan untuk memutuskan apakah investasi yang
diajukan akan menaikkan atau menurunkan nilai perusahaan dalam bentuk return yang harus
diterima dari pelaksanaan proyek tersebut.
Perhitungan biaya modal ini dilakukan dengan menggunakan metode WACC (Weighted
Average Cost of Capital) yang terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :
a. Skenario 1 menggunakan dana pinjaman dari shareholder’s loan
Perhitungan cost of debt dengan menggunakan tingkat bunga pinjaman yang digunakan oleh
perusahaan (kd) yang berasal dari shareholder’s loan sebesar 11% dan pajak atas penghasilan
perusahaan (T) sebesar 25% berdasarkan peraturan pemerintah atas pajak perusahaan di tahun
2011, maka diperoleh hasil untuk cost of debt (ki) sebesar 8,25%.
Persentase atas debt to total value (wd) dan equity to total value (wce) diperoleh dari
kebijakan perusahaan berdasarkan keputusan direksi nomor 003/AO-CO/FIN/I/2014 tanggal
21 Januari 2014. Maksimum Debt to equity ratio yang ditetapkan adalah 30%.
Perhitungan cost of equity dengan menggunakan pendekatan CAPM dengan persamaan
mengacu pada Damodaran (2001), yaitu :
Cost of Equity = RF + CRP + ( ERP x β Unlevered )
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
Tingkat suku bunga tahunan Bank Indonesia sebesar 8%, perolehan beta atas industri
komponen sebesar 0,85 dilakukan dengan menggunakan perhitungan rata-rata beta industri
komponen otomotif yang telah disesuaikan dengan komposisi DER.
Sedangkan untuk total risk premium diperoleh angka 9.10% (sumber: Damodaran, 2014).
Sehingga berdasarkan perhitungan dari variabel-variabel di atas diperoleh cost of equity (ke)
sebesar 15,77%.
Berdasarkan data-data yang diperoleh di atas, maka perhitungan untuk WACC (Weighted
Average Cost of Capital) diperoleh sebesar 14,03%. Persentase ini yang kemudian akan
menjadi acuan bagi perusahaan dalam menilai kelayakan proyek investasi tersebut.
b. Skenario 2 menggunakan bank loan
Perhitungan cost of debt dengan menggunakan tingkat bunga pinjaman yang digunakan oleh
perusahaan (kd) yang berasal dari bank loan sebesar 12,50% dan pajak atas penghasilan
perusahaan (T) sebesar 25% berdasarkan peraturan pemerintah atas pajak perusahaan di tahun
2011, maka diperoleh hasil untuk cost of debt (ki) sebesar 9,4%.
Perhitungan Cost of Equity tidak ada perubahan, yaitu 15,77%, maka perhitungan untuk
WACC (Weighted Average Cost of Capital) diperoleh sebesar 14,29%. Persentase ini yang
kemudian akan menjadi acuan bagi perusahaan dalam menilai kelayakan proyek investasi
tersebut.
Analisa Long Run Produk Cabin Air Filter
PT ABC merupakan perusahaan yang fokus memproduksi rantai dan filter. Seiring dengan
perubahan teknologi pada produk-produk otomotif dan menurunnya penjualan motor bebek,
tentunya akan berpengaruh terhadap penjualan rantai yang diproduksi oleh PT ABC.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI),
terjadi penurunan signifikan terhadap penjualan sepeda motor bebek yang menggunakan
rantai. Preferensi masyarakat beralih ke motor matic yang lebih mudah digunakan, dan seiring
dengan perkembangan teknologi motor matic juga semakin memiliki desain yang menarik dan
hemat bahan bakar.
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
Tabel 1 : Penjualan Sepeda Motor Tahun 2010 – 2014 AISI
Tahun Tipe Jumlah Persentase
2014 Bebek 1,477,682 18.68% Sport 1,106,267 13.99% Matic 5,324,992 67.33%
2013 Bebek 1,771,720 22.80% Sport 1,101,626 14.18% Matic 4,897,668 63.02%
2012 Bebek 2,815,269 36.75% Sport 654,472 8.54% Matic 4,191,298 54.71%
2011 Bebek 3,035,750 40.36% Sport 628,085 8.35% Matic 3,857,627 51.29%
2010 Bebek 3,499,703 47.33% Sport 448,658 6.07% Matic 3,445,810 46.60%
Sumber : data penjualan sepeda motor AISI tahun 2010 – 2014 Hal ini lah yang menjadi dasar PT ABC berencana untuk mendiversifikasi produk yang
diproduksi dan selain itu dengan memanfaatkan kapasitas produksi dari produk filter yang
sebelumnya telah diproduksi oleh PT ABC. Dengan adanya kapasitas produksi filter yang
tersedia sehingga proyek investasi ini membutuhkan dana yang relatif lebih kecil.
Persaingan dengan kompetitor
Bagi para pelaku bisnis, strategi yang digunakan untuk menumbuhkan pangsa pasar baru
adalah dengan mengembangkan pasar baru atau dengan cara mengambil pangsa pasar dari
pesaingnya. Strategi yang diambil oleh PT. ABC saat ini adalah dengan mengambil pangsa
pasar dari pesaingnya dengan menawarkan harga yang bersaing dan terjagkau bagi
konsumennya. Saat ini untuk produk cabin air filter terdapat satu kompetitor utama yang
menguasai lebih dari 50% pangsa pasar yang ada. Untuk mampu memenuhi tantangan
tersebut, PT ABC melakukan serangkaian aktivitas untuk menurunkan biaya di segala aspek
agar mampu menurunkan biaya operasional sehingga harga jual produk lebih bersaing dengan
kompetitor.
Analisis strategi kompetitif
Seperti yang telah disebutkan diatas, PT ABC melakukan serangkaian strategi cost leadership
seperti :
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
• Menerapkan Cost Reduction Program di semua bagian dalam rangka menurunkan
operational expense dan biaya produksi manufaktur. Sebagai contoh, di bagian engineering
dituntut untuk dapat melakukan improvement baik dalam proses kerja, desain fasilitas
produksi, pencarian material rutin yang lebih murah dengan kualitas sama untuk mengurangi
biaya bahan baku.
• Melakukan penelitian untuk menghasilkan desain komponen yang lebih sederhana.
• Melakukan analisa lebih kritis disertai penelitian yang lebih mendalam terhadap proyek-
proyek investasi seperti pembelian mesin atau fasilitas produksi.
Kebutuhan Investasi
Tabel 2 : Kebutuhan Investasi Proyek Cabin Air Filter
Investment Item Price/Unit Quantity Total Machinery
1 Pleating M/C Rp 375.000.000 1 Rp 375.000.000 2 Bonding M/C Rp 1.100.000.000 1 Rp 1.100.000.000 3 Cutting M/C Rp 275.000.000 1 Rp 275.000.000 4 Vert.Inj M/C Rp 113.000.000 1 Rp 113.000.000 5 Manual 1 6 Jet Printing M/C Rp 750.000.000 1 Rp 750.000.000
Tools/Equipment
Tools A Rp 22.000.000 10 Rp 220.000.000
Tools B Rp24.000.000 10 Rp 240.000.000
Total Rp 3.073.000.000 Sumber : data kebutuhan investasi divisi keuangan
Dari detail diatas total kebutuhan investasi untuk proyek cabin air filter yang dibutuhkan oleh
PT. ABC adalah senilai Rp 3.073.000.000,00.
Proyeksi Laporan Keuangan PT ABC
Proyeksi keuangan yang dipakai adalah proyeksi secara komprehensif agar mendapatkan
gambaran yang lebih baik dan dapat menilai kinerja PT. ABC di masa yang akan datang
dengan lebih tepat. Penyusunan proyeksi dilakukan dengan cara menyusun proyeksi laba-rugi
dan laporan arus kas dengan menggunakan asumsi-asumsi yang ada. Proyeksi laporan
keuangan dilakukan untuk jangka waktu 8 tahun (2015-2022). Penetapan periode dilakukan
dengan mempertimbangkan rata-rata umur suatu produk yang pada umumnya. Proyeksi ini
akan diperbaharui dalam tahun berjalan dengan melakukan perhitungan rolling forecast setiap
tiga bulanan.
Proyeksi Penjualan
Dalam melakukan proyeksi penjualan, pada semester pertama tahun 2015 proses penjualan
diasumsikan sudah dapat dilakukan. Dalam menetapkan proyeksi kuantitas penjualan produk,
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
proyeksi ini menggunakan acuan penjualan tahun sebelumnya untuk jenis produk filter lain
PT. ABC dengan dengan asumsi sebagai berikut :
Tabel 3 : Tabel Asumsi yang digunakan dalam proyeksi laporan keuangan
Description 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Indonesi Annual Inflation
7% 7% 7% 7% 7% 7% 7% 7%
Market Growth Industri 4 W
-15% 0% 2% 6% 5% 4% 3% 3%
Kurs USD 13,386 14,500 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 Sumber : Data Olahan Penulis, Desember 2015
Target yang telah ditetapkan oleh marketing ini kemudian diteruskan ke bagian produksi agar
dapat mempersiapkan perencanaan order produksi untuk memenuhi permintaan pasar
(forecast demand). Proyeksi atas kuantitas cabin air filter dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 4 : Proyeksi Kuantitas Penjualan Cabin air filter periode 2015 – 2022
Periode Jumlah Kuantitas Penjualan (pcs)
Tahun 2015 60.523 Tahun 2016 121,047 Tahun 2017 123,467 Tahun 2018 133,345 Tahun 2019 151,213 Tahun 2020 178,335 Tahun 2021 216,630 Tahun 2022 271,044
Total 1.255.605 Sumber : Laporan Proyeksi Produksi Cabin Air Filter 2015-2022 (dari Divisi Marketing)
Penetapan harga jual menggunakan pendekatan harga jual pasar untuk produk cabin air filter
yang telah beredar. Dalam pelaksanaannya, penetapan harga jual per unit produk akan
dilakukan peninjauan berkala untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar. Penetapan harga jual
cabin air filter dapat dilihat di tabel di bawah ini.
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
Tabel 5 : Proyeksi Harga Penjualan Cabin air filter periode 2015 – 2022
Produk Harga Jual A Rp 43.000 B Rp 43.000 C Rp 25.000 D Rp 43.000 E Rp 43.000 F Rp 43.000 G Rp 25.000 H Rp 25.000 I Rp 43.000 J Rp 36.000 K Rp 33.000
Sumber : Laporan Proyeksi Penjualan dari Divisi Marketing 2015-2022
Proyeksi Laporan Laba Rugi dan Arus Kas Project Cabin Air Filter PT ABC
Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan maka dilakukan proyeksi laporan keuangan
laba rugi dan laporan arus kas project cabin air filter PT ABC (terlampir). Setelah proyeksi
laporan keuangan dilakukan, maka selanjutnya adalah analisis perhitungan dari metode-
metode capital budgeting sebagai dasar pengambilan keputusan.
Analisis Proyeksi Laporan Keuangan PT ABC Dari data-data asumsi dan proyeksi
Tabel 6 : Hasil Perhitungan WACC, Payback Period, NPV, dan IRR
Sumber : Data Olahan Penulis, Desember 2015
Analisis Proyeksi Laporan Keuangan PT ABC periode 2015 sampai dengan 2022 dilakukan
dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:
FinancingCost of Equity (Ke) 15.77% %Cost of Debt (Kd1) Shareholder's Loan 11.00% %Cost of Debt (Kd2) Bank Loan 12.50% %Corporate Tax Rate 25.00% %Financing From External (Debt) 23.08% %Financing From Internal 76.92% %DER 0.30 ×WACC shareholder's loan 14.03% %WACC bank loan 14.29% %
Financial Indicator Skenario 1 menggunakan shareholder's loanProject NPV = 2,605 IDR mnProject IRR = 37.36% %Project Payback Period = 3.5 Year
Financial Indicator Skenario 2 menggunakan bank loanProject NPV = 2,558 IDR mnProject IRR = 37.36% %Project Payback Period = 3.5 Year
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
Payback Period
Payback period untuk sebuah proyek adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mendapatkan kembali seutuhnya uang yang telah diinvestasikan dalam proyek tersebut.
Periode waktunya adalah sejak waktu awal mulanya dikeluarkan dana investasi oleh
perusahaan sampai kepada tercapainya jumlah dana yang sama dengan arus keluar yang
diperoleh oleh arus masuk hasil dari investasi yang dilakukan. Pada umumnya, semakin
cepat waktu yang dibutuhkan payback period maka proyek tersebut semakin baik.
Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh hasil bahwa proyek cabin air filter ini
memiliki payback period selama 3,5 tahun. Investasi ini akan menghasilkan arus kas
yang positif setelah tahun ke tiga.
Payback period dapat menjadi alat ukur yang baik untuk menghitung risiko likuiditas
dalam sebuah proyek, tetapi metode ini memiliki tiga kelemahan yang harus diperhatikan.
Net Present Value
Net present value (NPV) adalah penjumlahan dari nilai sekarang arus kas di tingkat
pengembalian yang diinginkan dikurangi dengan nilai investasi. Nilai bersih sekarang
pada suatu proyek, memberikan suatu ukuran nilai bersih (net value) dari proposal
investasi yang terkait dengan nilai sekarang. Karena semua arus kas didiskontokan
kembali ke nilai sekarang, membandingkan perbedaan antara nilai sekarang dari arus kas
bebas tahunan dan pengeluaran awal adalah memadai. Ketika NPV suatu proyek lebih
besar atau sama dengan nol, maka proyek tersebut akan diterima; ketika NPV negatif,
maka proyek tersebut akan ditolak.
Melalui hasil perhitungan di atas maka diperoleh net present value (NPV) sebesar positif
2.605.000.000 apabila menggunakan shareholder’s loan dan positif 2.558.000.000
apabila menggunakan bank loan yang memiliki tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
Oleh karena hasil NPV yang diperoleh bernilai positif, maka proyek pembuatan cabin air
filter ini memenuhi syarat untuk penilaian kelayakan pelaksanaan berdasarkan kriteria
NPV yang telah ditetapkan. Hasil positif yang diperoleh dari perhitungan net present
value menggambarkan investasi yang akan dilakukan pada akhirnya akan dapat
meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut.
Internal Rate of Return
Tingkat pengembalian internal (IRR) adalah tingkat pengembalian yang menyebabkan
nilai NPV proyek itu sama dengan nol. Metode ini merupakan suatu tingkat
pengembalian persentase proyek berdasarkan arus kas yang diperkirakan tersebut. Jika
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
IRR melebihi tingkat pengembalian yang diinginkan itu, proyek dapat diterima dan
diharapan untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan. Namun jika IRR kurang dari
tingkat pengembalian yang diinginkan, proyek tidak dapat diterima dan diprediksikan
untuk berkurang nilainya. Perhitungan tingkat pengembalian internal dalam pengambilan
keputusan peluncuran cabin air filter 37.36%.
Kriteria dari IRR adalah menerima suatu proyek jika tingkat pengembalian internal lebih
besar atau sama dengan tingkat pengembalian yang diinginkan, sedangkan apabila tingkat
pengembalian internalnya kurang dari tingakt pengembalian yang diinginkan maka
proyek tersebut akan ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat pengembalian
internal proyek cabin air filter sebesar 37,36% apabila dibandingkan dengan tingkat
pengembalian yang diinginkan yaitu sebesar 14.03% apabila menggunakan shareholder’s
loan dan 14.29% apabila menggunakan bank loan, maka dapat disimpulkan bahwa
proyek cabin air filter ini layak untuk diterima atau dijalankan, karena memiliki tingkat
pengembalian internal yang lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diinginkan.
Analisis Skenario
Analisis skenario adalah teknik analisis risiko dimana NPV proyek terbaik dan terburuk
diperbandingkan dengan NPV proyek yang diharapkan. Analisis ini dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan perusahaan di masa yang akan datang akibat ketidakstabilan variabel-
variabel yang berhubungan dengan perhitungan analisis kelayakan suatu proyek. Analisis
skenario diawali dengan memperkirakan tiga skenario, yaitu kondisi pesimis, kondisi normal,
dan kondisi optimis.
Dalam kasus PT ABC yang bergerak di bidang otomotif diasumsikan bahwa variabel yang
bergerak adalah naik turunnya jumlah produk yang dijual dan naik turunnya harga pokok
penjualan. Asumsi ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi historis dan keadaan pasar
otomotif yang memiliki persaingan cukup ketat terutama dalam mempertahankan pangsa
pasar. Harga jual diasumsikan tetap dikarenakan sulitnya menaikkan harga dalam kondisi
persaingan pasar, maka pada umumya perusahaan otomotif lebih berfokus pada peningkatan
kuantitas penjualan produk dan penurunan harga pokok penjualan.
a. Analisis Skenario Kondisi Optimis
Pada kondisi optimis harga jual dan biaya-biaya lainnya diasumsikan tetap. Berikut
adalah asumsi yang digunakan untuk menentukan kuantitas penjualan dan beban pokok
penjualan untuk kondisi optimis:
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
Tabel 7 : Data Asumsi Kondisi Optimis
Description 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Indonesia Annual Inflation
7% 7% 7% 7% 7% 7% 7% 7%
Market Growth Industri 4 W
-15% 0% 2% 6% 5% 4% 3% 3%
Kurs USD 13,100
14,000
14,500
14,500
14,500
14,500
14,500
14,500
Sumber : Data Olahan Penulis, Desember 2015
Tabel 8 : Proyeksi Kuantitas Penjualan Cabin air filter periode 2015 – 2022 untuk
kondisi Optimis
Periode Jumlah Kuantitas Penjualan (pcs)
Tahun 2015 60.523 Tahun 2016 122.257 Tahun 2017 127.184 Tahun 2018 141.416 Tahun 2019 166.674 Tahun 2020 206.266 Tahun 2021 265.473 Tahun 2022 355.342
Total 1.445.335 Sumber : Data yang diolah penulis, Desember 2015
Berdasarkan analisis capital budgeting diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 9 : Hasil Perhitungan WACC, Payback Period, NPV, dan IRR untuk kondisi
Optimis
Sumber : Data yang diolah penulis, Desember 2015
Dalam kondisi optimis, proyek investasi cabin air filter menghasilkan (NPV) sebesar
positif 4.554.000.000 apabila menggunakan shareholder’s loan, dan positif
Financial Indicator Skenario 1 menggunakan shareholder's loanProject NPV = 4,554 IDR mnProject IRR = 46.07% %Project Payback Period = 3.4 Year
Financial Indicator Skenario 2 menggunakan bank loanProject NPV = 4,482 IDR mnProject IRR = 46.07% %Project Payback Period = 3.4 Year
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
4.482.000.000 apabila menggunakan bank loan karena hasil yang diperoleh bernilai
positif, maka proyek pembuatan cabin air filter ini memenuhi syarat untuk penilaian
kelayakan pelaksanaan berdasarkan kriteria NPV yang telah ditetapkan.
Berdasarkan kriteria IRR juga menunjukkan hasil yang positif sebesar 46,07% melebihi
imbal hasil yang diharapkan dari perhitungan WACC sebesar 14,03% apabila
menggunakan shareholder’s loan dan 14,29% apabila menggunakan bank loan.
Pada kondisi optimis, berdasarkan perhitungan payback period jangka waktu yang
dibutuhkan untuk pengembalian modal atas investasi ini adalah 3,4 tahun
Berdasarkan analisa diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi optimis proyek
ini layak untuk dijalankan atau diterima, karena dari hasil analisis yang diperoleh
menggambarkan terpenuhinya kriteria-kriteria yang ada dari tiap metode agar proyek
tersebut dapat diterima atau dijalankan.
b. Analisis Skenario Kondisi Pesimis
Pada kondisi pesimis berikut adalah asumsi yang digunakan dalam menentukan kuantitas
penjualan dan beban pokok penjualan:
Tabel 10 : Data Asumsi Kondisi Pesimis Description 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Indonesi Annual Inflation
7% 7% 7% 7% 7% 7% 7% 7%
Market Growth Industri 4 W
-15% 0% 2% 5% 5% 4% 3% 3%
Kurs USD 14,000
15,000
15,500
15,500
15,500
15,500
15,500
15,500
Sumber : Data Olahan Penulis, Desember 2015
Tabel 11 : Proyeksi Kuantitas Penjualan Cabin air filter periode 2015 – 2022 untuk
kondisi Pesimis
Periode Jumlah Kuantitas Penjualan (pcs) Tahun 2015 60,523 Tahun 2016 121,047 Tahun 2017 122,257 Tahun 2018 128,419 Tahun 2019 140,287 Tahun 2020 157,849 Tahun 2021 181,162 Tahun 2022 212,077
Total 1.123.620 Sumber : Data yang diolah penulis
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
Hasil perhitungan financial indicator proyeksi laporan keuangan PT ABC untuk kondisi
pesimis.
Tabel 12 : Hasil Perhitungan WACC, Payback Period, NPV, dan IRR untuk kondisi
Optimis
Sumber : Data yang diolah penulis
Dalam kondisi pesimis, proyek investasi cabin air filter menghasilkan (NPV) sebesar
positif 1.956.000.000 apabila menggunakan shareholder’s loan dan positif 1.917.000.000
apabila menggunakan bank loan, karena hasil yang diperoleh bernilai positif, maka
proyek pembuatan cabin air filter ini memenuhi syarat untuk penilaian kelayakan
pelaksanaan berdasarkan kriteria NPV yang telah ditetapkan.
Berdasarkan kriteria IRR juga menunjukkan hasil yang positif sebesar 33,93% melebihi
imbal hasil yang diharapkan dari perhitungan WACC sebesar 14,03% apabila
menggunakan shareholder’s loan dan 14,29% apabila menggunakan bank loan.
Pada kondisi pesimis, berdasarkan perhitungan payback period jangka waktu yang
dibutuhkan untuk pengembalian modal atas investasi ini adalah 3,5 tahun
Berdasarkan analisa diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi pesimis proyek
ini layak untuk dijalankan atau diterima, karena dari hasil analisis yang diperoleh
menggambarkan terpenuhinya kriteria-kriteria yang ada dari tiap metode agar proyek
tersebut dapat diterima atau dijalankan.
Hasil Analisis Skenario
Berdasarkan pengolahan data proyeksi laporan keuangan PT ABC, maka diperoleh
perbandingan financial indicator antara skenario pesimis, moderat dan skenario optimis
yang ditunjukkan dalam tabel berikut.
Financial Indicator Skenario 1 menggunakan shareholder's loanProject NPV = 1,956 IDR mnProject IRR = 33.93% %Project Payback Period = 3.5 Year
Financial Indicator Skenario 2 menggunakan bank loanProject NPV = 1,917 IDR mnProject IRR = 33.93% %Project Payback Period = 3.5 Year
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
Tabel 13 : Perbandingan financial indicator antara skenario pesimis, moderat dan
skenario optimis
Financial Indicator Pesimis Moderat Optimis
Project NPV skenario 1 = 1.956 2.605 4.554 IDR mn
Project NPV skenario 2 = 1.917 2.558 4.482 mn Project IRR = 33,93% 37,36% 46,07% % Project Payback Period = 3.5 3.5 3.4 Year
Sumber : Data yang diolah penulis
Dari tabel tersebut dapat diketahui, proyek peluncuran produk cabin air filter feasible
untuk dilaksanakan dalam berbagai skenario. Meskipun dalam skenario pesimispun
proyek investasi ini masih memberikan hasil yang positif bagi perusahaan.
Pendanaan
Setelah diketahui proyek investasi yang akan dilakukan layak atau tidak layak, maka
keputusan selanjutnya yang harus dilakukan adalah penentuan sumber pendanaan apakah dari
ekuitas atau dari hutang. Dikarenakan cash flow PT ABC tidak memungkinkan untuk
dilakukan pendanaan sendiri maka pendanaan untuk proyek investasi ini bersumber dari
hutang dengan alternatif pilihan :
a. Shareholder’s loan
Saat ini PT ABC memiliki fasilitas shareholder’s loan dari perusahaan induknya sebesar
RP 25.000.000.000,- dengan suku bunga yang telah ditetapkan yaitu JIBOR + margin
3,25%
Berdasarkan data historis JIBOR diatas maka tingkat suku bunga yang diperoleh dari
shareholder’s loan adalah 10.39%.
b. Bank Loan
Selain fasilitas shareholder’s loan PT ABC juga memiliki bank loan dari PT. Bank QNB
senilai Rp 20.0000.000.000,- dengan suku bunga yang telah ditetapkan adalah suku
bunga dasar kredit bank QNB sebesar 12.50%.
c. Keputusan Pendanaan
Untuk pendanaan PT ABC sebaiknya menggunakan sumber dana dari shareholder’s loan
yang memiliki tingkat suku bunga yang lebih rendah sehingga menghasilkan beban bunga
yang lebih rendah. Hal ini tentunya sejalan dengan program cost reduction perusahaan.
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
Analisis Perbandingan Proyeksi Laporan Keuangan dengan Kondisi Aktual Semester
Kedua 2015
Pada bulan Desember 2015, project Cabin Air Filter sudah berjalan selama 6 bulan. Untuk
mengevaluasi project tersebut maka dilakukan testing dengan data aktual 2015. Pada tahun
2015 berdasarkan data GAIKINDO, industri otomotif mengalami penurunan sebesar 18%
sebagai akibat pelemahan kondisi ekonomi. Berikut adalah data aktual Desember 2015 yang
diolah dari data GAIKINDO dan Bank Indonesia.
Penjualan mengalami penurunan seiring dengan pelemahan kondisi ekonomi dan penurunan
permintaan produk-produk otomotif. Berdasarkan data penjualan tersebut maka terjadi pula
perubahan di dalam analisa capital budgeting yang telah dilakukan proyeksi sebelumnya.
Hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 14 : Hasil Perhitungan WACC, Payback Period, NPV, dan IRR untuk kondisi
aktual 2015
Sumber : data olahan penulis
Berdasarkan evaluasi enam bulan pertama, proyek investasi cabin air filter menghasilkan
(NPV) sebesar positif 2.567.000.000 apabila menggunakan shareholder’s loan dan positif
2.519.000.000 apabila menggunakan bank loan, karena hasil yang diperoleh bernilai positif,
maka proyek pembuatan cabin air filter ini masih sesuai dengan yang diharapkan meskipun
memiliki imbal hasil yang lebih kecil dari kondisi moderat.
Berdasarkan kriteria IRR juga menunjukkan hasil yang positif sebesar 33,93% melebihi imbal
hasil yang diharapkan dari perhitungan WACC sebesar 14,03% apabila menggunakan
shareholder’s loan dan 14,29% apabila menggunakan bank loan. Berdasarkan evaluasi
tersebut proyek cabin air filter memberikan tambahan nilai bagi PT. ABC dan layak untuk
dilanjutkan.
Financial Indicator Skenario 1 menggunakan shareholder's loanProject NPV = 2,567 IDR mnProject IRR = 36.45% %Project Payback Period = 3.5 Year
Financial Indicator Skenario 2 menggunakan bank loanProject NPV = 2,519 IDR mnProject IRR = 36.45% %Project Payback Period = 3.5 Year
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
Setelah dilakukan perhitungan dengan metode capital budgeting untuk menilai kelayakan dari
proyek peluncuran cabin air filter di PT ABC, maka dapat disimpulkan hal-hal di bawah ini:
Produk cabin air filter yang akan diluncurkan dapat memberikan dampak yang
menguntungkan bagi perusahaan. Kesimpulan ini juga didukung dengan hasil-hasil
perhitungan yang telah dilakukan antara lain dari perhitungan payback period 3,5 tahun, hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat memperoleh kembali investasi yang telah
dilakukan dalam jangka waktu kurang lima tahun. Sedangkan dalam perhitungan Net Present
Value (NPV) diperoleh hasil positif sebesar Rp 2.605.000.000 apabila menggunakan
shareholder’s loan dan positif Rp 2.558.000.000 apabila menggunakan bank loan, hasil
positif ini menunjukkan bahwa proyek tersebut dapat mendatangkan keuntungan bagi
perusahaan. Dari hasil perhitungan Internal Rate of Return (IRR) yaitu sebesar 37,36% dapat
disimpulkan bahwa return proyek tersebut lebih besar dari biaya modal yang diinvestasikan
yaitu sebesar 14,03% apabila menggunakan shareholder’s loan dan 14,29% apabila
menggunakan bank loan.
Berdasarkan analisis skenario yang dilakukan dari proyeksi laporan keuangan PT ABC
dengan menggunakan tiga asumsi skenario yaitu kondisi optimis, kondisi normal dan kondisi
pesimis, maka perolehan hasil perhitungan untuk payback period adalah 3,4 tahun untuk
kondisi optimis dan 3,5 tahun untuk kondisi pesimis. Perhitungan IRR untuk kondisi optimis
adalah sebesar 46,07% sedangkan untuk kondisi pesimis diperoleh hasil 33,93%, dimana
angka ini masih jauh lebih kecil dari persentase biaya modal yaitu sebesar 14,03% apabila
menggunakan shareholder’s loan dan 14,29% apabila menggunakan bank loan. Maka dapat
disimpulkan setelah menggunakan analisis skenario, secara keseluruhan hasil yang diperoleh
telah memenuhi kriteria kelayakan proyek, sehingga perusahaan sebaiknya memutuskan
untuk meluncurkan produk cabin air filter tersebut .
Untuk pendanaan PT ABC sebaiknya menggunakan sumber dana dari shareholder’s loan
yang memiliki tingkat suku bunga yang lebih rendah sehingga menghasilkan beban bunga
yang lebih rendah. Hal ini tentunya sejalan dengan program cost reduction perusahaan.
Data aktual enam bulan pertama menunjukkan hasil yang positif meskipun lebih kecil dari
kondisi moderat. Hal ini dikarenakan kondisi industri otomotif yang melemah di tahun 2016.
Akan tetapi tetap proyek ini tetap memberikan nilai tambah yang lebih besar dari proyeksi
psimis.
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain :
• Data asumsi inflasi, kurs BI, tingkat suku bunga BI yang digunakan menggunakan data
rata-rata historis sehingga tidak bisa mencerminkan secara sangat tepat kondisi di masa
depan yang akan berpengaruh terhadap proyeksi laporan keuangan. Namun penulis
mencoba menjembatani volatilitas data asumsi perekonomian dengan menggunakan
analisa skenario psimis, moderat, dan optimis.
• Data Beta yang digunakan menggunakan data rata-rata Beta Industri Komponen di
Indonesia. Hal ini dikarenakan PT. ABC bukan merupakan perusahaan go public, sehingga
data Beta tidak ditemukan. Dengan menggunakan data Beta rata-rata industri tentu tidak
bisa mencerminkan secara tepat risiko PT. ABC yang memiliki size perusahaan yang
berbeda. Namun penulis mencoba menjembatani dengan menggunakan metode adjusted
levered beta.
Saran
Saran yang dapat diajukan oleh penulis terkait dengan pembuatan karya akhir ini antara lain:
Bagi Akademisi
Penulisan karya akhir yang telah dilakukan oleh penulis dapat dijadikan referensi serta
gambaran bagi para akademisi untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam di
kemudian hari.
Bagi Perusahaan
Dalam pengambilan keputusan investasi, sebaiknya PT ABC menggunakan dasar
pertimbangan baik dari segi perhitungan finansial dengan penggunaan metode-metode yang
ada antara lain metode capital budgeting, selain itu juga dengan mempertimbangkan
kondisi-kondisi eksternal dan internal di perusahaan. Hal ini agar semua keputusan investasi
yang diambil telah mempertimbangkan risiko yang ada serta sejalan dengan strategi
perusahaan di masa depan.
Bagi Pemegang Saham
Analisis capital budgeting yang dilakukan oleh penulis dapat dijadikan bahan masukan serta
pertimbangan bagi para investor dalam menentukan kelayakan suatu proyek untuk diterima
atau dijalankan dimana pada akhirnya akan membawa nilai bagi perusahaan terkait.
Bagi Industri
Metode-metode capital budgeting yang digunakan dalam penulisan karya akhir ini dapat
juga diterapkan dalam berbagai industri selain industri otomotif yang telah dipilih oleh
penulis.
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016
Kepustakaan
Anthes, Gary M., Net Present Value, Journal of Financial Management, 2003
Keown, Arthur J., Martin John D., J. William Petty and David S. Scott, Financial Management: Theory and Practice, 11th ed., South-‐Western, 2005
Brigharm, Eugene F. and Joel F. Houston, Fundamentals of Financial Management, South-‐Western,
2004
Lefley, Frank, The sometimes overlooked discounted payback method, Journal of Financial Management; pg. 36, 1997
Libby, Robert, Patricia A. Libby and Daniel G. Short, Financial Accounting, Fourth edition, McGraw-‐
Hill, 2004
Mills, Geofrey T., The Impact of Inflation on Capital Budgeting and Working Capital, Journal of Financial and Strategic Decisions, Vol. 9, No. 1, Spring 1996
Peterson, P.P., and Fabozzi, F.J., Capital Budgeting: Theory and Practice, John Wiley and Sons, 2002
Picken, David H., Mak, Stephen, Risk analysis in cost planning and its effect on efficiency in capital
cost budgeting, Journal of Enterprise Information Management, pg. 318, 2001
Ross, Westerfield, Jaffe, Jordan, Modern Financial Management, Mc.Graw Hill International, 2008
Warsono, Manajemen Keuangan Perusahaan, edisi tiga, Bayu Media Publishing, Malang, 2003
Damodaran, Aswath, Equity Risk Premiums (ERP): Determinants, Estimation and Implications-‐The 2011 edition, Stern School of Business, 2011 Weston, Fred, Copeland, Thomas F., Managerial Finance, 8th ed., Dryden Pr, 1992
Brigharm, Eugene F., Michael C. Ehrhardt, Financial Management: Theory and Practice, 6th ed. Forth Worth : Harcourt Brace College, 2004
http://www.bi.go.id diakses Desember 2015
http://ww2.frost.com/ diakses Desember 2015
http://pages.stern.nyu.edu diakses Desember 2015
http://www.qnb.co.id diakses Desember 2015
Analisis capital ..., Wahyu Murcahyati, FEB UI, 2016