Upload
anasti-putri-paramatasari
View
36
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Analisis Masalah Dispnoe
Citation preview
ANALISIS MASALAH
Keluhan utama yang menjadi masalah pada pasien ini adalah sesak nafas. Masalah lain diluar
keluhan utama ialah usia pasien yang masih dewasa muda, sehingga penyakit yang memiliki
faktor resiko usia tua dapat diletakkan sebagai hipotesis di urutan terakhir.
Sesak nafas (dyspnea). Didefinisikan sebagai suatu sensasi yang tidak nyaman, berupa
perasaan seperti tidak mendapat cukup udara, ketika bernafas.1 Sensasi ini merupakan hasill
interaksi antara serat efferent, yang merupakan motor output dari otak menuju otot-otot ventilator
(feed-forward) dan serat afferent, atau input dari reseptor seluruh tubuh (feed-back) yang pada
akhirnya diintegrasikan di otak.2 Jadi, penyebab dyspnea dapat berasal dari paru-paru ataupun
dari seluruh tubuh melalui input dari saraf afferent. Input tersebut dapat berasal dari
chemoreseptor yang terstimulasi pada perubahan kimiawi seperti hipoksia; mechanoreseptor
yang berada di paru-paru dan terstimulasi oleh spasme bronkus, seperti pada asthma; atau
metaboreceptors yang berada di otot skelet dan terstimulasi akibat adanya perubahan pada reaksi
metabolik seperti selama beraktivitas, peningkatan kadar keton. Anemia dan obesitas juga dapat
mengakibatkan sesak nafas.2
Penyakit pada paru. Penyakit pada paru, baik pada saluran maupun pada parenkimnya dapat
menyebabkan sesak nafas. Kelainan pada saluran pernafasan biasanya merupakan suatu obstruksi
yang menghambat masuknya O2 dan keluarnya CO2, sehingga kadar PCO2 dalam tubuh
meningkat dan akan merangsang kemoreseptor sentral yang sealnjutnya akan dilanjutkan ke pusat
nafas, medulla oblongata dengan output berupa ventilasi yang meningkat. Perangasangan pada
kemoreseptor sentral adakalanya disampaikan pada bagian otak yang lebih tinggi, seperti korteks
serebrum dan menghasilkan suatu perasaan sesak dan menghasilkan suatu kontrol motorik.3
Penyakit pada saluran pernafasan antara lain, faringitis, acute bronkhitis, chronic bronchitis,
COPD. Begitu pula penyakit pada parenkim paru, akan menganggu ventilasi sehingga terjadi
peningkatan kadar PCO2 juga penurunan PO2 darah, dan pada akhirnya akan menghasilkan
sensasi sesak nafas. Adapun kelainan pada parenkim paru antara lain, pnemonia, atelectasis. Juga
kelainan yang mengakibatkan berkurangnya compliance paru seperti pneumothorax, efusi pleura.
Penyakit pada paru ini tidak jarang berpengaruh terhadap jantung, sehingga terjadi keadaan yang
disebut cor pulmonale.
Penyakit pada jantung. Adapun beberapa penyakit pada jantung yang mengakibatkan sesak
nafas antara lain, left heart failure, congestive heart failure,hipertensi pulmonal,stenosis
pulmonal, stenosis mitral. Pada kelainan tersebut terjadi ganguan ventilasi yang dapat terjadi
karena adanya edema pada alveolar, sehingga terjadi gangguan difusi O2.
Penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang dapat menyebabkan sesak nafas antara lain DM
dan hipertiroidisme. Pada diabetes mellitus terjadi penumpukan asam karena adanya penumpukan
benda keton. Peningkatan kadar H+ ini merangsang kemoreseptor perifer, sehingga akan
meningkatkan ventilasi sebagai mekanisme kompensasi dengan tujuan menurunkan kadar asam
dalam tubuh. Oleh karena H+ tidak dapat menembus sawar darah otak, maka kemoreseptor
sentral tidak terangsang, sehingga peningkatan ventilasi ini terkadang tidak dirasakan sebagai
sesak nafas karena stimulus terjadi pada kemoreseptor perifer.4 Oleh sebab itu, pada penderita
DM tidak menyadari perubahan pola nafasnya. Mekanisme hipertiroidisme dapat
mengakibatkkan sesak nafas karena adanya peningkatan metabolisme tubuh akibat meningkatnya
hormon tiroid. Pada keadaan fisiologis, seperti pada olahraga, juga terjadi peningkatan
metabolisme yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan O2.
Penyakit pada ginjal. Penyakit pada ginjal, seperti pada chronic kidney dissease (CKD), juga
dapat menyebabkan sesak nafas. Sesak nafas yang terjadi disini dapat karena edema intersisiel
pada paru, atau karena meningkatnya keadaan asam tubuh, asidosis metabolik yang akan
dikompensasi dengan meningkatkan ventilasi.
Penyakit hematologis. Penyakit hematologis yang menyebabkan sesak nafas antara lain
anemia. Pada keadaan anemia, terjadi penurunan kadar Hb yang diiikuti dengan penurunan
saturasi O2. Sehingga kebutuhan jaringan akan O2 menjadi tidak terpenuhi, dan akan terjadi
peningkatan PCO2, penurunan PO2. Keadaan ini akan merangsang kemoreseptor yang akan
meimbulkan mekanisme kompensasi berupa hiperpnoe, yang juga dapat dirasakan oleh pasien
sebagai sesak.
Penyakit neurologis. Gangguan neurologis disini dapat berupa myassthenia gravis, dimana
terjadi kelumpuhan otot-otot pernafasan sehingga ventilasi menjadi tidak adekuat. Ventilasi yang
tidak adekuat ini kembali akan meningkatkan PCO2, dan terjadi penurunan PO2. Keadaan ini akan
merangsang kemoreseptor yang akan meimbulkan mekanisme kompensasi berupa hiperpnoe,
yang juga dapat dirasakan oleh pasien sebagai sesak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brashers VL. Alterations of Pulmonary Function. Huether SE, McCance KL, editors.
Understanding Pathophysiology. 3rd ed. Philadelaphia, PA: Mosby; 2008; p. 721.
2. Schwartzstein RM. Dyspnea. Longo, Fauci, Kasper, editors. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 18th ed. USA: McGraw-Hill Companies; 2012; p. 277.
3. Sherwood L. Sistem Saraf Pusat dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd ed.
Jakarta: EGC; 2001; p. 115-9.
4. Sherwood L. Sistem Pernafasan dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd ed.
Jakarta: EGC; 2001; p. 447-55.