5
ANALISIS MASALAH Keluhan utama yang menjadi masalah pada pasien ini adalah sesak nafas. Masalah lain diluar keluhan utama ialah usia pasien yang masih dewasa muda, sehingga penyakit yang memiliki faktor resiko usia tua dapat diletakkan sebagai hipotesis di urutan terakhir. Sesak nafas (dyspnea). Didefinisikan sebagai suatu sensasi yang tidak nyaman, berupa perasaan seperti tidak mendapat cukup udara, ketika bernafas. 1 Sensasi ini merupakan hasill interaksi antara serat efferent, yang merupakan motor output dari otak menuju otot-otot ventilator (feed-forward) dan serat afferent, atau input dari reseptor seluruh tubuh (feed-back) yang pada akhirnya diintegrasikan di otak. 2 Jadi, penyebab dyspnea dapat berasal dari paru-paru ataupun dari seluruh tubuh melalui input dari saraf afferent. Input tersebut dapat berasal dari chemoreseptor yang terstimulasi pada perubahan kimiawi seperti hipoksia; mechanoreseptor yang berada di paru-paru dan terstimulasi oleh spasme bronkus, seperti pada asthma; atau metaboreceptors yang berada di otot skelet dan terstimulasi akibat adanya perubahan pada reaksi metabolik seperti selama beraktivitas, peningkatan kadar keton. Anemia dan obesitas juga dapat mengakibatkan sesak nafas. 2 Penyakit pada paru. Penyakit pada paru, baik pada saluran maupun pada parenkimnya dapat menyebabkan sesak nafas. Kelainan pada saluran pernafasan biasanya merupakan suatu obstruksi yang

Analisis Masalah Sesak Nafas.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis Masalah Dispnoe

Citation preview

Page 1: Analisis Masalah Sesak Nafas.doc

ANALISIS MASALAH

Keluhan utama yang menjadi masalah pada pasien ini adalah sesak nafas. Masalah lain diluar

keluhan utama ialah usia pasien yang masih dewasa muda, sehingga penyakit yang memiliki

faktor resiko usia tua dapat diletakkan sebagai hipotesis di urutan terakhir.

Sesak nafas (dyspnea). Didefinisikan sebagai suatu sensasi yang tidak nyaman, berupa

perasaan seperti tidak mendapat cukup udara, ketika bernafas.1 Sensasi ini merupakan hasill

interaksi antara serat efferent, yang merupakan motor output dari otak menuju otot-otot ventilator

(feed-forward) dan serat afferent, atau input dari reseptor seluruh tubuh (feed-back) yang pada

akhirnya diintegrasikan di otak.2 Jadi, penyebab dyspnea dapat berasal dari paru-paru ataupun

dari seluruh tubuh melalui input dari saraf afferent. Input tersebut dapat berasal dari

chemoreseptor yang terstimulasi pada perubahan kimiawi seperti hipoksia; mechanoreseptor

yang berada di paru-paru dan terstimulasi oleh spasme bronkus, seperti pada asthma; atau

metaboreceptors yang berada di otot skelet dan terstimulasi akibat adanya perubahan pada reaksi

metabolik seperti selama beraktivitas, peningkatan kadar keton. Anemia dan obesitas juga dapat

mengakibatkan sesak nafas.2

Penyakit pada paru. Penyakit pada paru, baik pada saluran maupun pada parenkimnya dapat

menyebabkan sesak nafas. Kelainan pada saluran pernafasan biasanya merupakan suatu obstruksi

yang menghambat masuknya O2 dan keluarnya CO2, sehingga kadar PCO2 dalam tubuh

meningkat dan akan merangsang kemoreseptor sentral yang sealnjutnya akan dilanjutkan ke pusat

nafas, medulla oblongata dengan output berupa ventilasi yang meningkat. Perangasangan pada

kemoreseptor sentral adakalanya disampaikan pada bagian otak yang lebih tinggi, seperti korteks

serebrum dan menghasilkan suatu perasaan sesak dan menghasilkan suatu kontrol motorik.3

Penyakit pada saluran pernafasan antara lain, faringitis, acute bronkhitis, chronic bronchitis,

COPD. Begitu pula penyakit pada parenkim paru, akan menganggu ventilasi sehingga terjadi

peningkatan kadar PCO2 juga penurunan PO2 darah, dan pada akhirnya akan menghasilkan

sensasi sesak nafas. Adapun kelainan pada parenkim paru antara lain, pnemonia, atelectasis. Juga

kelainan yang mengakibatkan berkurangnya compliance paru seperti pneumothorax, efusi pleura.

Penyakit pada paru ini tidak jarang berpengaruh terhadap jantung, sehingga terjadi keadaan yang

disebut cor pulmonale.

Page 2: Analisis Masalah Sesak Nafas.doc

Penyakit pada jantung. Adapun beberapa penyakit pada jantung yang mengakibatkan sesak

nafas antara lain, left heart failure, congestive heart failure,hipertensi pulmonal,stenosis

pulmonal, stenosis mitral. Pada kelainan tersebut terjadi ganguan ventilasi yang dapat terjadi

karena adanya edema pada alveolar, sehingga terjadi gangguan difusi O2.

Penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang dapat menyebabkan sesak nafas antara lain DM

dan hipertiroidisme. Pada diabetes mellitus terjadi penumpukan asam karena adanya penumpukan

benda keton. Peningkatan kadar H+ ini merangsang kemoreseptor perifer, sehingga akan

meningkatkan ventilasi sebagai mekanisme kompensasi dengan tujuan menurunkan kadar asam

dalam tubuh. Oleh karena H+ tidak dapat menembus sawar darah otak, maka kemoreseptor

sentral tidak terangsang, sehingga peningkatan ventilasi ini terkadang tidak dirasakan sebagai

sesak nafas karena stimulus terjadi pada kemoreseptor perifer.4 Oleh sebab itu, pada penderita

DM tidak menyadari perubahan pola nafasnya. Mekanisme hipertiroidisme dapat

mengakibatkkan sesak nafas karena adanya peningkatan metabolisme tubuh akibat meningkatnya

hormon tiroid. Pada keadaan fisiologis, seperti pada olahraga, juga terjadi peningkatan

metabolisme yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan O2.

Penyakit pada ginjal. Penyakit pada ginjal, seperti pada chronic kidney dissease (CKD), juga

dapat menyebabkan sesak nafas. Sesak nafas yang terjadi disini dapat karena edema intersisiel

pada paru, atau karena meningkatnya keadaan asam tubuh, asidosis metabolik yang akan

dikompensasi dengan meningkatkan ventilasi.

Penyakit hematologis. Penyakit hematologis yang menyebabkan sesak nafas antara lain

anemia. Pada keadaan anemia, terjadi penurunan kadar Hb yang diiikuti dengan penurunan

saturasi O2. Sehingga kebutuhan jaringan akan O2 menjadi tidak terpenuhi, dan akan terjadi

peningkatan PCO2, penurunan PO2. Keadaan ini akan merangsang kemoreseptor yang akan

meimbulkan mekanisme kompensasi berupa hiperpnoe, yang juga dapat dirasakan oleh pasien

sebagai sesak.

Penyakit neurologis. Gangguan neurologis disini dapat berupa myassthenia gravis, dimana

terjadi kelumpuhan otot-otot pernafasan sehingga ventilasi menjadi tidak adekuat. Ventilasi yang

tidak adekuat ini kembali akan meningkatkan PCO2, dan terjadi penurunan PO2. Keadaan ini akan

Page 3: Analisis Masalah Sesak Nafas.doc

merangsang kemoreseptor yang akan meimbulkan mekanisme kompensasi berupa hiperpnoe,

yang juga dapat dirasakan oleh pasien sebagai sesak.

Page 4: Analisis Masalah Sesak Nafas.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Brashers VL. Alterations of Pulmonary Function. Huether SE, McCance KL, editors.

Understanding Pathophysiology. 3rd ed. Philadelaphia, PA: Mosby; 2008; p. 721.

2. Schwartzstein RM. Dyspnea. Longo, Fauci, Kasper, editors. Harrison’s Principles of

Internal Medicine. 18th ed. USA: McGraw-Hill Companies; 2012; p. 277.

3. Sherwood L. Sistem Saraf Pusat dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd ed.

Jakarta: EGC; 2001; p. 115-9.

4. Sherwood L. Sistem Pernafasan dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd ed.

Jakarta: EGC; 2001; p. 447-55.