Upload
subur-mpdt
View
123
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ANALISIS
Citation preview
i
ANALISIS PEMANTAUAN OUTCOME PROGRAM
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)
DI MADRASAH TSANAWIYAH GRESIK
T E S I S
UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN
MEMPEROLEH GELAR MAGISTER KEBIJAKAN DAN
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
Oleh:
LUQMAN HAKIM
NIM 03370003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2007
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PEMANTAUAN OUTCOME PROGRAM
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)
DIMADRASAH TSANAWIYAH GRESIK
Yang diajukan oleh LUQMAN HAKIM
03370003
Telah disetujui oleh: Pembimbing Utama, Drs. Dwi Priyo Utomo, M.Pd. Tanggal 5 Juni 2007 Pembimbing Pendamping, Dra. Yuni Pantiwati, MM. Tanggal 7 Juni 2007
iii
TESIS
Dipersiapkan dan disusun oleh
LUQMAN HAKIM
03370003
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 9 Juni 2007
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Pembimbing Utama, Anggota Dewan Penguji,
Dr. Dwi Priyo Utomo, M.Pd. Dr. Yus Mochamad Cholilly, M.Si
Pembimbing Pendamping, Anggota Dewan Penguji lain,
Dra. Yuni Pantiwati, MM. Drs. Rohmad Widodo, M.Si
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan
Tanggal 9 Juni 2007
Dr. Achmad Habib, MA.
Direktur Program Pascasarjana
iv
PERNYATAANPERNYATAANPERNYATAANPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka
Gresik, 9 Juni 2007
Luqman Hakim
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Wahai orang-orang yang beriman, mintalan pertolongan (kepada allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Wahai anakku yang kusayang, ketahuilah, bahwa dunia ini bagaikan lautan
yang dalam, banyak manusia yang karam di dalamnya. Jika engkau ingin
selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan sampan yang
bernama taqwa, isinya iman, dan layarnya adalah tawakkal kepada Allah
(Nasihat Luqman Al Hakim)
Persembahan
Dengan iringan doa kupersembahkan
Tesis ini sebagai tanda baktiku kepada
orang tua, mertua, istriku tercinta, dan
anak-anakku
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
dengan judul “Analisis Pemantauan Outcome Program Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) Di Madrasah Tsanawiyah Gresik”, yang merupakan salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kebijakan Pendidikan di Program
Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, oleh
karena itu pasti ada kesalahan dan kekurangan disana-sini. demikian pula dengan
tesis ini, oleh karena itu, akan merupakan sebuah kebanggaan bagi penulis apabila
ada kritik maupun saran-saran yang membangun bagi penulis yang akan penulis
gunakan di kemudian hari sebagai bekal menuju kesempurnaan. Tanpa bermaksud
untuk menghindarkan diri, bagaimanapun juga pertanggungjawaban intelektual dalam
bentuk sajian-sajian yang tertulis dalam tesis ini memang harus dijalani.
Selanjutnya berkaitan dengan proses pengkajian, penyelidikan, pengujian
hingga penjilidan tesis tentunya banyak pihak yang ter/dilibatkan entah itu dalam
bingkai kebahagian atau juga dalam bentuk kesedihan. Karena itu, pada kesempatan
ini penulis dengan rasa hormat dan memberikan penghargaan yang setulus-tulusnya
serta mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayah dan Ibu yang telah mencurahkan cinta kasihnya dan perhatian pada saya
yang tidak mungkin akan terbalaskan. Mertua, Istri tercinta dan anak-anakku.
2. Bapak Drs. Muhadjir Effendy, M.Ap, selaku rektor Universitas
Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Dr. Achmad Habib, MA., selaku direktur Pascasrjana yang telah
memberikan kesempatan penulis belajar di Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Malang.
4. Bapak Dr.Dwi Priyo Utomo, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Magister Kebijakan
dan Pengembangan Pendidikan dan juga sebagai pembimbing utama atas
vii
segala semangat, bimbingan, dukungan dan visinya yang sangat memacu saya
saat ini dan selamanya serta meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya.
5. Dra. Yuni Pantiwati, MM, selaku pembimbing pendamping atas segala
bantuan, perhatian, arahan dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan
serta masukan–masukan selama penyusunan tesis ini dari awal hingga akhir.
6. Bapak Kepala MTS Negeri Gresik sekalligus ketua KKM MTs Negeri dan
Swasta beserta selulruh dewan guru dan staf karyawan di MTS negeri Gresik.
7. Bapak Kepala MTS Masyhudiyah Gresik beserta selulruh dewan guru dan
staf karyawan di MTS Masyhudiyah Gresik.
8. Sesepuh pinisepuh Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan
angkatan I, sebagai teman diskusi yang banyak memberikan masukan kepada
penulis yang bantu membantu dalam pengetikan.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu persatu, dan
telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa,
kebaikan serta bantuan yang telah diberikan dengan tulus ikhlas kepada penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi seluruh pembaca.
Malang, 9 Juni 2007
Penulis,
Luqman Hakim
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................i
Halaman Persetujuan....................................................................................... ii
Pernyataan........................................................................................................iv
Motto dan Persembahan...................................................................................v
Kata Pengantar.................................................................................................vi
Daftar isi ....................................................................................................... viii
Daftar Tabel .................................................................................................... x
Daftar Gambar.................................................................................................xi
Daftar Lampiran ............................................................................................. xii
Abstrak............................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
E. Penegasan Istilah ............................................................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................ 12
A. Pendidikan Sebagai Sistem ............................................................ 13
B. Landasan Hukum PKPS-BBM........................................................ 20
C. Gambaran Umum Bantuan Operasional Sekolah............................ 22
1. Pengertian BOS ......................................................................... 22
2. Tujuan BOS................................................................................ 25
3. Penyerapan dan Pemanfaatan Dana .......................................... 25
4. Mekanisme Pelaksanaan BOS .................................................. 26
5. Monitoring, Evaluasi, dan Penanganan Pengaduan .................. 27
6. Prosedur Pelaporan BOS........................................................... 29
D. Monitoring Dan Evaluasi ............................................................... 30
ix
E. Prosedur Pemantauan dan Kebijakan Pendidikan ........................... 32
1. Pemantauan kebijakan pendidikan. ........................................... 32
2. Evaluasi kebijakan pendidikan. ................................................. 36
F. Pengukuran Kinerja Outcome.......................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 48
A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian............................................. 49
B. Kehadiran Peneliti ............................................................................ 50
C. Lokasi Penelitian .............................................................................. 51
D. Data dan Sumber Data...................................................................... 52
E. Variabel dan Indikator ...................................................................... 53
F. Metode Pengumpulan Data............................................................... 54
G. Analisis Data Penelitian ................................................................... 56
H. Pengecekan Keabsahan Data............................................................ 61
I. Tahap-tahap Penelitian ...................................................................... 64
BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN ....................................67
A. Paparan Data ................................................................................... 67
1. Gambaran Umum di Kabupaten Gresik ..................................... 67
2. Paparan Data Hasil UAN MTs di Kab. Gresik .........................69
3. Papan Data Jumlah Siswa yang Mendaftar dan Diterima di
MTs Kab. Gresik ........................................................................ 70
4. Paparan Data Jumlah Siswa Yang Putus Sekolah di MTS
Kab. Gresik ................................................................................. 71
5. Paparan Data Partisipasi Masarakat ............................................ 72
B. Pembahasan ...................................................................................... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 91
A. Kesimpulan ..................................................................................... 91
B. Saran-saran ......................................................................................92
Daftar Pustaka ................................................................................................ 93
Lampiran-lampiran
x
Daftar Tabel
Tabel 3.1 : Variabel dan Indikator untuk Mengetahui Outcome BOS........... 53
Tabel 4.1 : Hasil UAN MTs. Di Kabupater Gresik........................................ 69
Tabel 4.2 : Jumlah Siswa yng mendaftar dan diterima di MTS .................... 61
Tabel 4.3 : Jumlah Siswa yang Drop Out ...................................................... 72
Tabel 4.4 : Ringkasan Paparan Data Wawancara dengan Kepala Sekolah.... 73
Tabel 4.5 : Ringkasan Paparan Data Wawancara dengan Komite Sekolah... 77
Tabel 4.6 : Ringkasan Paparan Data Wawancara dengan Wali murid .......... 80
xi
Daftar Gambar
Gambar 2.1 : Model Sistem Terbuka ............................................................. 14
Gambar 2.2 : Sistem Pendidikan.................................................................... 15
Gambar 3.1 : Qualitative Analysis As A Circular Process ............................ 56
Gambar 3.2 : Qualitative Analysis As An Interactive Spiral ......................... 58
Gambar 3.3 : Model Interaksi Analisis Data.................................................. 59
xii
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Pedoman Dokementasi ............................................................... 98
Lampiran 2 Pedoman Wawancara MTs Negeri ............................................. 84
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Mts Masyhudiyah ................................... 85
xiii
ABSTRAK
Luqman Hakim, 03370003. “Analisis Pemantauan Outcome Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) Di Madrasah Tsanawiyah Gresik”. Program
Studi Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Malang. Drs. Dwi Priyo Utomo, M.Pd.1)
, Dra. Yuni
Pantiwati, MM. 2)
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang selama ini diberikan kepada
siswa SD/MI dan SMP/MTS ternyata mempunyai dampak positif dan juga dampak
negatif. Untuk itu perlu di lihat outcome dari program BOS tersebut, agar dapat
diketahui tingkat keberhasilan dari program itu, serta dapat diambil langkah-langkah
kebijakan dan pengembangan guna perbaikan dari program tersebut.
Penelitian ini berjudul “Analisis Pemantauan Outcome Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) Di Madrasah Tsanawiyah Gresik” yang mempunyai
tujuan untuk mengetahui outcome dari program BOS yang indikatornya dapat
diketahui dari; Nilai Hasil Ujian Nasional (UAN), jumlah siswa yang mendaftar dan
yang diterima, angka putus sekolahatau Droop out (DO), serta partisipasi masarakat
terhadap lembaga pendidikan (MTS) dimana para siswanya menerima dana BOS.
Pendekatan penelitian yang dipergunakan adalah kwalitatif. Dengan metode
pencarian data secara dokumentasi dan wawancara. Sampel yang digunakan untuk
penelitian adalah seluruh sekolah MTs negeri dan swasta di Kabupaten Gresik, yang
datanya kami ambil dari ketua dan pengurus KKM Kabupaten Gresik. Sedang untuk
mengetahui partisipasi masarakat diambil sekolah sampling yang diwakili oleh dua
lembaga yaitu; MTs Negeri Gresik dan MTs Masyhudiyah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum outcome BOS sudah
baik, akan tetapi untuk partisipasi masarakat ada kecendrungan makin menurun. Ini
terjadi karena para pembuat kebijakan di hadapkan pada persoalan untuk
menuntaskan wajib belajar tetapi disisi lain tuntutan mutu pendidikan harus
ditingkatkan dan ini membutuhkan biaya yang cukup besar.
Upaya perbaikan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan program BOS
sangat diperlukan oleh para pembuat kebijakan guna lebih sempurnaya program ini.
xiv
ABSTRACT
Luqman Hakim, 03370003. Education Planning at Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Malang 1 (Based, Strategy, and Implementation). Post Graduet, Policy and
Educational Development. Muhammadiyah University of Malang. Drs. Dwi
Priyo Utomo, M.Pd.1)
. Drs. Hartono, M.Pd. 2)
Keyword: Planning, Educational Planning, Strategy, implementation, Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Malang 1
A good planning is very needed and important in education institution.
Because it can be effect the education progress run well, school will develop it, and
the purpose of the education will be achieve.
Beside education basic is neded, in education planning will also strategy to
determine to way that will be taken in order to face the problem that faced to achive
the purpose that has been planned. Than that education planning should be
implementated in education institution (school) as programs.
The purpose oh this research: (1) to know how the basic of education planning
in Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1, (2) to know how the strategy of Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Malang 1, and (3) to know how to implement the education
palnning in Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1.
This research used descriptive qualitative approach that belong to field
research, to collect the data in this research to writer use observation, interview, and
documentation.
The result of this research showed that the planning of education basic that
used as the basic in determining the planning of educational basic in Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Malang 1 consist of; law basic (ideology basic, constitutional basic,
and operational basic). The spesific basic such as vision and mission of Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Malang 1, the religion basic dalil Al qur’an that involves the
important of education. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1 makes education
planning used SWOT analysis, such as strength, weakness, oportunity, and threat.
Well, education strategy planning consist of stability strategy, expansion strategy,
refrenchment strategy, and combination strategy. The implementation of education
planning is done preparation steps, action, monitoring, implementation of the
program, and evaluation or assesment after the implementation.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diberlakukannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, kemudian disusul
dengan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom menunjukkan
adanya kemauan politik pemerintah pusat untuk mengurangi sentralisasi
kekuasaan yang berlebihan di masa lampau.
UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propenas), dinyatakan bahwa dunia pendidikan di Indonesia menghadapi
tantangan besar, di antaranya adalah sejalan dengan diberlakukannya otonomi
daerah, maka sistem pendidikan nasional dituntut untuk melakukan perubahan
dan penyesuaian sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih
demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah, sekolah dan
peserta didik serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat (Depdiknas,
2003).
Otonomi di bidang pendidikan dipahami sebagai pemberian kewenangan
yang luas, nyata dan bertanggung jawab secara profesional untuk mengambil
2
prakarsa dan merumuskan perencanaan pendidikan secara partisipatif, koordinatif
dengan memberdayakan segenap potensi sumber daya perencanaan yang dimiliki,
dalam hal ini berkenaan dengan keberadaan unit perencanaan pada struktur
organisasi dinas pendidikan (Depdiknas, 2002). Sejalan dengan hal tersebut, yang
dimaksud dengan otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan (Sonhadji, 2003).
Implikasi nyata diberlakukannya otonomi daerah di bidang pendidikan
antara lain terjadinya perubahan struktur dan fungsi kelembagaan dinas pendidi-
kan dengan segala perangkat di dalamnya termasuk unit perencanaan. Perubahan
tersebut jelas berdampak pada harmonisasi kerja, manajemen dan cara pembuatan
keputusan kebijakan pendidikan. Proses perubahan paradigma pendidikan secara
nyata telah dimulai sejak berlangsungnya reformasi sebagai suatu proses
perubahan, pembaharuan atau perbaikan yang menyeluruh dan berlangsung secara
bertahap, konstitusional, institusional dan demokratis sebagai suatu upaya menuju
perbaikan kegiatan yang dirasa tidak relevan lagi dengan kondisi dan tuntutan
yang berkembang.
Munculnya kebijakan pendidikan pada tahun 2004 yang berupa program
subsidi biaya minimal untuk pendidikan (PSBMP) dalam bentuk Bantuan
Kesejahtran Murid (BKM) dan dilanjutkan dengan program pegurangan subsidi
bahan bakar minyak (PKPS-BBM) yang merealokasikan sebagian dananya untuk
3
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang mulai dilaksanakan pada Juli 2005.
Program yang diberikan untuk sekolah-sekolah tingkat SD dan SMP ini
dimaksudkan untuk mengurangi beban masyarakat, khususnya masyarakat
miskin, dalam membiayai pendidikan setelah harga BBM meningkat. Berbeda
dengan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM) bidang
Pendidikan sebelumnya yang diberikan dalam bentuk beasiswa (Bantuan Khusus
Murid – BKM) kepada siswa yang dianggap miskin, BOS diberikan kepada
sekolah. Dana BOS dialokasikan berdasarkan jumlah murid Khusus untuk
wilayah Kabupaten Gresik ada tambahan dana BOS Pendamping dari Pemerintah
kabupaten Gresik sebesar Rp.12.500/siswa/bulan yang mulai diberikan pada
tahun 2006.
Beberapa alasan mendasar lahirnya program Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi
“kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasakan
kemerdekaan...”
2. Amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2, sebagai berikut; (1) setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan, (2) setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
4
3. Sedangkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal
5, ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”, dan pasal 11, ayat (1)
menyatakan “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan
dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu
bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi”. Dalam konteks ini, pada
prinsipnya program BOS dicetuskan sebagai upaya untuk meningkatkan akses
masyarakat, khususnya siswa dari keluarga miskin atau kurang mampu,
terhadap pendidikan yang berkualitas dalam rangka penuntasan wajib belajar
sembilan tahun.
4. Sebagai sarana penting dalam upaya mempercepat pengentasan wajib belajar
9 tahun.
5. Diharapkan tidak ada siswa miskin yang putus sekolah karena alasan biaya
pendidikan. Diharapkan semua lulusan SD/MI dapat melanjutkan ke
SMP/MTs.
Berdasarkan alasan-alasan di atas, lahirnya program BOS dapat
disimpulkan oleh adanya kekhawatiran bahwa peningkatan harga BBM, yang
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat, juga akan berdampak negatif
terhadap akses masyarakat miskin untuk mendapat pendidikan serta menghambat
pencapaian wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Lebih lanjut, terdapat dualisme pandangan mengenai tujuan utama
Program BOS. Di satu sisi ada pandangan bahwa program ditujukan untuk
5
menyediakan sekolah gratis bagi semua anak yang bersekolah di tingkat SD dan
SMP karena semua rakyat mempunyai hak yang sama untuk mendapat
pendidikan. Di sisi lain ada pandangan bahwa program ini ditujukan untuk
memberikan subsidi bagi siswa miskin, karena mereka mempunyai akses yang
lebih kecil untuk mendapat pendidikan. Perbedaan pandangan ini tercermin dalam
tujuan program yang secara eksplisit dituliskan dalam Buku Petunjuk Pelaksanaan
bantuan operasional sekolah yang tertulis dalam Buku Panduan versi 2005,
sebagaimana berikut.
”Program bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk
memberikan bantuan kepada sekolah dalam rangka membebaskan
iuran siswa, tetapi sekolah tetap dapat mempertahankan mutu
pelayanan pendidikan kepada masyarakat”.
Tujuan Program BOS menurut Buku Panduan 2006:
”Program bantuan Opearsional sekolah (BOS) bertujuan untuk
membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan
meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh
layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam
rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun”.
Melalui program ini, pemerintah pusat memberikan dana ke sekolah-
sekolah setingkat SD dan SMP yang bersedia memenuhi ketentuan yang telah
ditetapkan dalam persyaratan peserta program. Sekolah yang dicakup dalam
program ini adalah SD/MI/SDLB/Salafiyah setingkat SD dan
SMP/MTS/SMPLB/Salafiyah setingkat SMP, baik negeri maupun swasta.
Program ini mulai dilaksanakan pada Juli 2005 bersamaan dengan awal tahun
ajaran (TA) 2005/2006. Tetapi sebelum itu ada program PKPS-BBM ( Program
6
Kebijakan Pengurangan Subsidi – Bahan Bakar Minyak ) dengan BKM nya dan
PSBMP ( Program Subsidi Biaya Pendidikan Minimal ) yang dilaksanakan pada
tahun 2002-2004.
Menurut Dyer (Smith, 2003) bahwa jika kebijakan dilaksanakan dengan
benar, dengan sendirinya akan menghasilkan resistansi yang kuat dan hasil di luar
perkiraan. Hal ini berhubungan dengan pandangan bahwa pelaksanaan kebijakan
merupakan suatu hal yang memegang peranan penting dalam siklus kebijakan.
Pendapat ini memberikan petunjuk bahwa impelementasi kebijakan kebijakan
bagi setiap organisasi merupakan hal yang sangat mendasar, yang perlu
diperhatikan dengan serius oleh para pembuat kebijakan (policy maker).
Latar belakang yang dikemukakan di atas memberikan indikasi bahwa
pelaksanaan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), khususnya
pemantauan dan evaluasi masih menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan
dan kenyataan yang dialami oleh dunia pendidikan selama ini, sehingga perlu
dilakukan pengkajian secara mendalam melalui penelitian ilmiah. Kegiatan
penelitian dalam rangka penulisan tesis ini merupakan salah satu wujud nyata
keikutsertaan peneliti dalam mengkaji fenomena yang terjadi dalam dunia
pendidikan terutama menyangkut proses pelaksanaan produk kebijakan
pendidikan di sekolah.
Berdasarkan pada alasan-alasan tersebut, maka penelitian tentang
Kebijakan Pendidikan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terutama
menyangkut pemantauan dan evaluasinya dalam kaitannya dengan outcome
7
pendidikan masih sangat aktual sehingga menarik untuk diteliti. Untuk itu,
permasalahan tersebut, sangat relevan dan layak untuk diteliti secara ilmiah
sehingga dijadikan fokus utama dalam penelitian ini.
Bertolak dari latar belakang yang diuraikan di muka, peneliti bermaksud
mengkaji tentang outcome program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dengan
asumsi bahwa jika pemantauan dan evaluasi BOS dilakukan melalui prosedur
yang jelas dan berdasarkan data empirik serta mengacu pada teori dan konsep
yang kuat, maka dengan sendirinya produk kebijakan tersebut (BOS) diyakini
memenuhi tuntutan dan kebutuhan sekolah dan masyarakat.
B. Fokus Penelitian
Bertolak dari uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
fokus penelitian, yakni pemantauan dan evaluasi kebijakan pelaksanaan program
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), terutama tentang outcome sesudah
menerima dana BOS di Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Gresik. Adapun fokus
penelitian yang dimaksud adalah sebagi berikut;
1. Bagaimana deskripsi hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) Madrasah
Tsanawiyah di Kabupaten Gresik?
2. Bagaimana deskripsi jumlah siswa yang mendaftar dan yang diterima di
Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Gresik?
3. Bagaimana deskripsi siswa putus sekolah/Drop Out (DO) Madrasah
Tsanawiyah di Kabupaten Gresik?
8
4. Bagaimana deskripsi partisipasi masyarakat terhadap Madrasah Tsanawiyah
sesudah menerima dana BOS di Kabupaten Gresik?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur outcome setelah menerima
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Adapun secara rinci sesuai dengan
fokus penelitian di atas adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) Madrasah Tsanawiyah di
Kabupaten Gresik.
2. Mendeskripsikan jumlah siswa yang mendaftar Madrasah Tsanawiyah di
Kabupaten Gresik.
3. Mendeskripsikan siswa putus sekolah/Drop Out (DO) Madrasah Tsanawiyah
di Kabupaten Gresik.
4. Mendeskripsikan partisipasi masyarakat terhadap madrasah Tsanawiyah di
Kabupaten Gresik.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan kiranya dapat memberikan manfaat yang
berarti bagi beberapa kepentingan, di antaranya:
1. Pengembangan ilmu kebijakan pendidikan terutama berkenaan dengan
masalah prosedur pemantauan dan evaluasi kebijakan pendidikan pada di
9
Kabupaten Gresik, yang memberikan implikasi praktis bagi penyelenggaraan
pendidikan di sekolah-sekolah, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
secara efisien, efektif dan produktif.
2. Madrasah Tsanawiyah, terutama yang berkaitan dengan prosedur pemantauan
dan evaluasi kebijakan pendidikan dalam hal ini Bantuan Operasional Sekolah
(BOS), sehingga menampilkan produk kebijakan yang dapat diadaptasikan,
dapat dikerjakan, dapat diukur dan dapat bersaing. Dan pada gilirannya
berdampak pada peningkatan mutu pendidikan untuk menjawab tuntutan dan
kebutuhan sekolah dan masyarakat (stakeholders).
3. Peneliti, untuk memperluas wawasan, pengetahuan dan ketrampilan dalam
kaitan dengan pemantauan dan evaluasi kebijakan pendidikan untuk
melengkapi peneliti selaku praktisi pendidikan yang bergelut di bidang
pendidikan dasar.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi persepsi yang beragam tentang istilah yang dijadikan
fokus dalam penelitian ini, maka diberikan batasan dalam bentuk definisi
konseptual, sebagai berikut:
1. Kebijakan adalah suatu keputusan yang dibuat oleh seorang atau sekelompok
orang pelaku pendidikan dalam usaha memilih alternatif untuk memecahkan
masalah guna mencapai tujuan yang diinginkan.
10
2. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah salah satu program pendidikan
yang diperoleh dari program pengurangan subsidi BBM yang diberikan
kepada siswa-siswi sekolah dasar/madrsah ibtidaiyah dan sekolah menengah
pertama/madrsah tsanawiyah dan di hitung persiswa/i.
3. Pemantauan kebijakan adalah prosedur analisis kebijakan guna menghasilkan
informasi tentang penyebab dan konsekuensi dari kebijakan-kebijakan publik.
Pemantauan memungkinkan analis untuk menjelaskan hubungan operasi
program kebijakan dan hasil-hasilnya (Dunn, 2000).
4. Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah unit pelaksana kegiatan persekolahan di
tingkat satuan pendidikan dasar yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan kegiatan pendidikan di bawah nauangan departemen agama
kabupaten.
5. Output pendidikan adalah hasil atau akibat dari adanya proses pendidikan,
baik proses manajerial maupun proses pengajaran merupakan kinerja sekolah
(Suryadi, 1999). Output pendidikan salah satunya dapat dilhat dari hasil
UAN/UN.
6. Outcome pendidikan adalah hasil pendidikan yang tidak secara langsung
dapat diketahui setelah proses pendidikan selesai. Untuk mengetahui outcome
pendidikan perlu ditunggu beberapa periode waktu tertentu setelah lulusan
pendidikan terjun ke dalam masyarakat, dunia kerja, atau setelah menempuh
pendidikan lebih lanjut. Dampak pendidikan selalu dikaitkan secara eksternal
11
dengan sistem-sistem lain, seperti sistem ekonomi, ketenagakerjaan, sosial-
budaya, dan politik (Djohar, 2003).
7. Outcame BOS terkait dengan tujuan dari program BOS yaitu tercapainya
program wajib belajar sembilan tahun dan mutu pendidikan yang baik (out put
pendidikan) setelah beberapa kali program tersebut dilaksanakan. Sedangkan
outcome dalam penelitian ini adalah: (1) Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN),
(2) Jumlah siswa yang mendaftar dan yang diterima, (3) Angka Putus
sekolah/Drop Out (DO), dan (4) Partisipasi masyarakat. Untuk APK dan APH
diabaikan
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sebelum dilakukan pembahasan dan penelitian lebih lanjut, ada beberapa
konsep dan kerangka berpikir yang perlu dikembangkan menggunakan basis teori
pendukung, agar bila memungkinkan maka hasil temuan dan analisis data dari
penelitian ini dapat dirumuskan menjadi suatu konsep pemikiran baru yang berangkat
dari konsep pemikiran atau teori tertentu yang sudah ada, atau setidaknya bersifat
menguatkannya. Bagian ini memuat kajian pustaka pilihan yang menurut peneliti
dapat mendukung pokok pikiran penelitian.
Hal-hal yang memerlukan dukungan teori meliputi : (1) landasan berpikir
yang digunakan sebagai sarana untuk membangun kerangka penelitian, mengingat
objek penelitiannya difokuskan pada salah satu bagian dari sistem pendidikan
Madrasah Tsanawiyah (MTS) tertentu khususnya mengenai dampak kebijakan
pemerintah dalam BOS; (2) produk kebijakan pemerintah tentang PKPS-BBM di
bidang pendidikan khususnya BOS; (3) Gambaran umum BOS, prinsip industri yang
tidak bisa lepas dari kegiatan investasi, menjadikan pendidikan sebagai suatu kegiatan
investasi SDM. Karena kegiatan BOS tidak terlepas dari tujuan diadakannya BOS,
mekanisme pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dan pelaporan (akuntabilitas); (4)
teori yang menjelaskan pengertian pemantauan dan evaluasi; dan (5) teori yang
menjelaskan pemantauan dan evaluasi program Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
13
dan (6) pengukuran kinerja outcome. Teori ini digunakan karena penelitian ini
dibatasi pada outcome pendidikan sebagai dampak kebijakan pemerintah tentang
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
A. Pendidikan Sebagai Sistem
Menurut Tatang M. Amirin (1992), sistem dapat didefinisikan sebagai
suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau terorganisir yang saling
berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem
merupakan suatu kesatuan yang berstruktur. Kesatuan tersebut terdiri dari
sejumlah komponen yang berpengaruh, dan masing-masing komponen
mempunyai fungsi tertentu dan secara bersama-sama melaksanakan fungsi
struktur, yaitu mengarah pada pencapaian tujuan dari sistem.
Komponen-komponen yang menunjang sistem meliputi : (1) Masukan
mentah (raw input), (2) Masukan instrumental (instrumental input), dan (3)
Masukan lingkungan (environmental input). Komponen-komponen penunjang
sistem yang disebut sebagai model terbuka tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut.
14
Gambar 2.1 Model Sistem Terbuka (Sumber: Tirtarahardja & Sula, 2000:60)
Gambar 2.1 disebut sebagai model sistem terbuka karena model tersebut
menggambarkan model sistem pada umumnya yang berlaku atau digunakan di
berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan.
Suatu komponen dapat berubah menjadi sistem, apabila komponen
tersebut dilihat secara tersendiri sehingga terdiri dari sejumlah subsistem. Jadi
sistem dapat dilihat dalam ruang lingkup mikro dan makro. Pendidikan sebagai
suatu sistem juga terdiri dari sejumlah komponen, yang oleh Toffler (dalam
Tirtarahardja, 2000) dianalogikan sebagai sebuah pabrik dengan komponen
penunjang yang meliputi :
a. Masukan mentah (raw input), yaitu siswa baru yang akan diproses menjadi
lulusan (output);
b. Masukan instrumental (instrumental input) yang memungkinkan
dilaksanakannya pemrosesan masukan mentah menjadi lulusan, terdiri dari
INSTRUMENTAL INPUT
PROSES
ENVIROMENTAL INPUT
RAW INPUT OUTPUT
Outcome
15
guru dan tenaga non guru, administrasi sekolah, kurikulum, anggaran,
prasarana dan sarana;
c. Masukan lingkungan (environmental input) yang secara langsung maupun
tidak langsung berpengaruh terhadap berperannya masukan instrumental
dalam pemrosesan masukan mentah, meliputi corak budaya, kondisi sosial,
ekonomi, kependudukan, situasi politik, dan keamanan.
Apabila sistem tersebut dirinci, maka akan tampak seperti gambar berikut:
Gambar 2.2 Sistem Pendidikan (Sumber: Tirtarahardja, 2000:61)
Sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.2 diatas, lulusan (output)
pendidikan juga menjadi bagian dari sistem pendidikan. Karena hasil proses
PROSES PENDIDIKAN
Tenaga guru dan
Non guru
Kurikulum Prasarana dan
Sarana
Administrasi Anggaran/BOS
Sosial Budaya Kependudukan Politik
Keamanan Ekonomi
SISWA LULUSAN
PUTUS
SEKOLAH
16
pendidikan tidak hanya berupa output melainkan juga outcome, maka studi
mengenai lulusan yang dipandang sebagai outcome proses pendidikan dapat
dilakukan sepanjang masih dalam koridor sistem pendidikan.
Hasil pendidikan adalah suatu dimensi pendidikan yang tidak mungkin
atau tidak boleh dikendalikan oleh para pengambil keputusan atau pengelola
pendidikan (Suryadi, 1999). Hasil pendidikan adalah akibat dari adanya proses
pendidikan, baik proses manajerial maupun proses pengajaran. Hasil pendidikan
secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keluaran pendidikan
(educational output), dan dampak pendidikan (educational outcome). Keluaran
pendidikan adalah hasil yang secara langsung dapat dicapai setelah
berlangsungnya suatu sistem pendidikan pada suatu jenis atau jenjang pendidikan
tertentu.
Keluaran pendidikan selalu dikaitkan secara internal di dalam sistem
pendidikan itu sendiri yang dapat diketahui melalui pengukuran, baik pengukuran
langsung maupun tidak langsung. Keluaran pendidikan sebagai hasil pengukuran
langsung antara lain adalah jumlah lulusan, jumlah lulusan yang melanjutkan
sekolah, dan sejenisnya. Sedangkan hasil dari pengukuran tidak langsung adalah
nilai ujian akhir. Kedua jenis keluaran pendidikan tersebut sangat penting diukur
untuk mengetahui apakah sistem pendidikan secara internal berjalan efisien atau
tidak.
17
Dampak pendidikan adalah hasil pendidikan yang tidak secara langsung
dapat diketahui setelah proses pendidikan selesai. Untuk mengetahui dampak
pendidikan perlu ditunggu beberapa periode waktu tertentu setelah lulusan
pendidikan terjun ke dalam masyarakat, dunia kerja, atau setelah menempuh
pendidikan lebih lanjut. Dampak pendidikan selalu dikaitkan secara eksternal
dengan sistem-sistem lain, seperti sistem ekonomi, ketenagakerjaan, sosial-
budaya, dan politik.
Pembahasan mengenai outcome pendidikan, salah satunya didasarkan
pada kompetensi lulusan masing-masing jenjang pendidikan. Dalam sistem
pendidikan kita, kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan tidak dijabarkan
dengan jelas, sehingga hampir semua sekolah, penyelenggaraan pendidikan hanya
diorientasikan kepada Nilai Evaluasi Akhir (Djohar, 2003).
Tiap jenjang pendidikan memiliki kedudukannya masing-masing terhadap
kebutuhan masyarakat. Taman kanak-kanak memiliki kedudukan dianjurkan,
artinya anak-anak usia TK apabila kondusif di suatu daerah, maka dianjurkan
untuk mengikuti pendidikan di TK. SD dan SLTP sebagai pendidikan dasar
memiliki kedudukan wajib belajar, artinya anak-anak usia SD dan SLTP
diwajibkan untuk mengikuti pendidikan dasar. SLTA memiliki kedudukan
didorong, artinya apabila orang tua memiliki kekuatan ekonomi dan anak
memiliki kekuatan intelejensi memadai, maka orang tua memiliki tanggung jawab
moral untuk mendorong anaknya mengikuti pendidikan di jenjang SLTA.
18
Perguruan tinggi memiliki kedudukan diberi kesempatan, artinya kesempatan ini
dapat dimanfaatkan oleh siapapun yang memiliki dorongan belajar tinggi dan
telah mencapai tingkat individu belajar, dengan sendirinya disertai kekuatan
ekonomi untuk mendukung pemanfaatan kesempatan itu.
Berdasarkan PP.27/1990, pendidikan di TK bertujuan “membantu
meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, daya
cipta …” dan seterusnya. Meskipun tidak jelas kompetensi apa yang diharapkan,
tetapi bila diperhatikan dari kedudukannya, maka anak yang telah menyelesaikan
pendidikan TK diharapkan memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan dasar,
dari segi keterampilan sosial, keterampilan fisik dan reaksi emosional. Begitu
juga pada pendidikan dasar, PP.28/1990 tidak menjelaskan kompetensi yang
diharapkan dari lulusannya. Dalam peraturan tersebut hanya dijelaskan tujuannya
yaitu untuk “memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara dan umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan menengah”.
Sesuai kompetensi yang dimiliki serta tujuan pendidikan, pendidikan dasar
(SD dan SLTP) memang tidak mempersiapkan lulusannya untuk bekerja,
melainkan untuk memberi bekal bagi pendidikan selanjutnya pada jenjang yang
lebih tinggi. Tetapi kenyataannya banyak anak usia sekolah tidak dapat
melanjutkan pendidikannya dikarenakan masalah ekonomi, lebih-lebih setelah
19
kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Sehingga pemerintah mengeluarkan
Program Kebijakan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM)
bidang pendidikan diantaranya adalah Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Lahirnya program BOS dilatar belakangi oleh adanya kekhawatiran bahwa
peningkatan harga BBM, yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat,
juga akan berdampak negatif terhadap akses masyarakat miskin untuk mendapat
pendidikan serta menghambat pencapaian wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Sedangkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5,
ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”, dan pasal 11, ayat (1) menyatakan
“Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi”.
Dalam konteks ini, pada prinsipnya program BOS dicetuskan sebagai
upaya untuk meningkatkan akses masyarakat, khususnya siswa dari keluarga
miskin atau kurang mampu, terhadap pendidikan yang berkualitas dalam rangka
penuntasan wajib belajar sembilan tahun. Namun dalam perencanaan program
terdapat dualisme pandangan mengenai tujuan utama Program BOS. Di satu sisi
ada pandangan bahwa program ditujukan untuk menyediakan sekolah gratis bagi
semua anak yang bersekolah di tingkat SD dan SMP karena semua rakyat
mempunyai hak yang sama untuk mendapat pendidikan, dimana program ini
20
ditujukan untuk memberikan subsidi bagi siswa miskin, karena mereka
mempunyai akses yang lebih kecil untuk mendapat pendidikan. Disisi lain
tantangan globalisasi melahirkan tuntutan peningkatan mutu pendidikan yang
butuh biaya besar.
B. Landasan Hukum PKPS-BBM
Landasan hukum dalam pelaksanaan Program Kebijakan Pengurangan
Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM) bidang pendidikan didasarkan pada
perundang-undangan yang berlaku. Perundang-undangan yang dimaksud antara
lain:
1. Pasal 4 ayat 1 UUD 1945
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 1965 tentang pembentukan Badan
pemeriksaan keuangan.
3. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 43 Tahun 1999.
4. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
5. Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Bendaharawan wajib
memungut Pajak Penghasilan.
6. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
7. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
8. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
21
9. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksanaan, Pengelolaan,
dan Tanggungjawab Keuangan Negara.
10. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
11. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
12. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1998.
13. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 1998.
14. Peraturan Pemerintah No. 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawbaan Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan.
15. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan dan
Kewenangan Proponsi sebagai Daerah Otonom.
16. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
17. Keputusan Presiden No. 24 Tahun 2000. tentang Perubahan Tarif Biaya
Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang dikenai Biaya
Materai.
18. Keputusan Menteri Pendiidkan dan Kebudayaan Kepmen/ 036/U/1995
tentang pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Daasar.
22
19. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 tentang Dewan
pendidikan dan Komite Sekolah.
20. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 060/U/2002 tentang Pedoman
Pendirian Sekolah.
21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 11 Tahun 2005 tentang Buku
Teks Pelajaran.
22. Keputusan Mendiknas No. 053/U/2001 tentang Pedoman Penyusunan
Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang
Pendidikan Dasar dan Menengah.
C. Gambaran Umum Bantuan Operasional Sekolah
1. Pengertian BOS
Agar pelaksanaan program PKPS-BBM dan masyarakat memahami
program BOS dengan benar, maka sebaiknya dipahami tentang definisi biaya
pendidikan dan terminologi BOS.
Biaya Satuan Pendidikan (BSP) adalah besarnya biaya yang
diperlukan rata-rata tiap siswa tiap tahun, sehigga mampu menunjang proses
belajar mengajar sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan.
Dilihat dari cara penggunaanya, BSP dibedakan menjadi BSP investasi dan
BSP Operasional.
BSP investasi adalah biaya yang dikeluarkan per siswa per tahun
untuk menyediyakan sumber daya yang tidak habis pakai yang digunakan
23
dalam waktu lebih dari satu tahun, misalnya untuk pengadaan tanah,
bangunan, buku, alat peraga, media, perabot dan alat kantor. Sedang BSP
operasional adalah biaya yang dikeluarkan persiswa per tahun untuk
menyediyakan sumber daya pendidikan habis pakai yang digunakan satu
tahun tau kurang. BSP operasional mencakup biaya operasional dan biaya non
operasional (Departemen Agama. 2006).
Biaya operasional meliputi biaya untuk kesejahtraan (honor kelebihan
jam mengajar, guru tidak tetap, pegawai tidak tetap, uang lembur dan
pengembangan profesi guru, msawarah guru mata pelajaran, musawarah kerja
kepala sekolah, kelompok kerja kepala sekolah, kelompok kerja guru, dan
lain-lain). Biaya non operasional adalah biaya untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar (KBM) evaluasi penilaian, perawatan/pemeliharaan, daya
dan jasa, pembinaan kesiswaan, rumah tangga sekolah dan supervisi. Bantuan
operasional sekolah (BOS) yang dimaksud dalam PKPS-BBM bidang
pendidikan ini secara konsep mencakup komponen untuk biaya operasional
dan non operasional hasil studi badan penelitian dan pengembangan
departemen pendidikan nasional (Balitbang Depdiknas), namun karena biaya
satuan yang digunakan adalah biaya rata-rata nasional maka penggunan BOS
dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong dalam
biaya personil dan biaya investasi. Secara detail beberapa jenis kegiatan yang
boleh dibiayai oleh dana BOS sangat banyak namun diperioritaskan untuk
biaya operasional non personil bagi sekolah.
24
Dilihat dari sejarahnya, pada tahun 2004 muncul sebuah kebijakan
berupa program subsidi biaya minimal untuk pendidikan (PSBMP) dalam
bentuk Bantuan Kesejahtran Murid (BKM) dan dilanjutkan dengan program
pegurangan subsidi bahan bakar minyak (PKPS-BBM) yang merealokasikan
sebagian dananya untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang mulai
dilaksanakan pada Juli 2005. Program yang diberikan untuk sekolah-sekolah
tingkat SD dan SMP ini, dimaksudkan untuk mengurangi beban masyarakat,
khususnya masyarakat miskin, dalam membiayai pendidikan setelah harga
BBM meningkat. Berbeda dengan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi
BBM (PKPS-BBM) bidang Pendidikan sebelumnya yang diberikan dalam
bentuk beasiswa Bantuan Khusus Murid (BKM) kepada siswa yang dianggap
miskin, BOS diberikan kepada sekolah. Dana BOS dialokasikan berdasarkan
jumlah murid, dengan dengan jumlah Rp. 324.500 per murid per tahun untuk
tingkat SMP. Alokasi APBN untuk dana BOS periode Juli–Desember 2005
sebesar 5,136 trilyun rupiah, yaitu meningkat sekitar delapan kali lipat
dibanding anggaran BKM untuk SD dan SMP periode Januari-Juni 2005
(Istijoso, 2006). Pada tahun pelajaran 2006 periode (Juli-Desember 2006)
dana BOS untuk tingkat SMP/MTs periode (Juli-Desember 2006) sebesar Rp.
165.000/siswa/6 bulan, sedang untuk priode (Januari-Juni 2007) Rp.
177.000/siswa/6 bulan. Disamping itu ada dana BOS buku yang pada tahun
2006 sebesar Rp. 20.000 dan pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp. 22.000
untuk siswa SD/MI/SMP/MTs.
25
Walaupun demikian karena biaya pendidikan sangat besar, maka dana
dari pusat masih dirasakan sangat kurang seiring dengan tuntutan peningkatan
mutu pendidikan. Oleh karena itu Pemerintah daerah dan partisipasi
masarakat sangat diharapkan guna keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan.
2. Tujuan BOS
Tujuan Program BOS menurut Buku Petunjuk Pelaksanaan
2005:”Program bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk
memberikan bantuan kepada sekolah dalam rangka membebaskan iuran
siswa,tetapi sekolah tetap dapat mempertahankan mutu pelayanan pendidikan
kepada masyarakat”. Sedangkan tujuan program BOS menurut Buku
Panduan 2006:”Program bantuan Opearsional sekolah (BOS) bertujuan
untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan
meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan
pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan
wajib belajar 9 tahun”
3. Penyerapan dan Pemanfaatan Dana
Umumnya penyaluran dana telah dilakukan sesuai dengan alur yang
ditetapkan dalam juklak. Kebijakan untuk menyalurkan dana BOS langsung
ke rekening sekolah juga dinilai cukup tepat karena pada umumnya berjalan
lancar dan dana diterima secara utuh. Namun keterlambatan penyaluran dana,
bahkan pada semester 2 Tapel.2005/2006, membuat banyak sekolah
26
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya dan
menunda pembayaran guru honor atau terpaksa berhutang ke berbagai pihak.
Selain itu, terdapat beberapa perbedaan mekanisme penyaluran dana BOS,
cara penunjukan lembaga penyalur dan kebijakan lain berkenaan dengan
pengaturan rekening sekolah, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja
penyaluran dana. Di kebanyakan propinsi penunjukan lembaga penyalur tidak
dilakukan secara terbuka. Di beberapa propinsi, penunjukan lembaga penyalur
dan pembatasan tempat rekening sekolah, yang tidak mempertimbangkan
kemudahan layanan dan aksesibilitas sekolah, cenderung menambah beban
biaya dan waktu bagi sekolah dalam mencairkan dana.
4. Mekanisme Pelaksanaan BOS
Ada beberapa persoalan dalam pengelolaan dana BOS oleh sekolah,
khususnya berkaitan dengan kapasitas sekolah dalam penyusunan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), pengaturan
pengambilan dana dari rekening sekolah, penggunaan dana, dan
ketidakjelasan aturan mengenai bunga bank dan pembayaran pajak. Pada
beberapa sekolah, peran kepala sekolah dalam memutuskan penggunaan dana
BOS dan penyusunan RAPBS sangat dominan. Di beberapa propinsi satuan
kerja membuat persyaratan tambahan untuk pencairan dana dari rekening
sekolah, di luar juklak dan juknis, dengan alasan perlunya pengawasan.
Persyaratan tersebut dalam pelaksanaanya menambah birokrasi prosedur
pemanfaatan dana BOS oleh sekolah. Selain itu, banyak sekolah menghadapi
27
masalah ketidakjelasan ketentuan tentang bunga tabungan dan rumitnya
prosedur pembayaran pajak atas penggunaan dana BOS.
Penilaian berbagai pihak terhadap ketentuan 11 jenis penggunaan dana
berbeda-beda, namun umumnya menganggap ketentuan tersebut cenderung
terlalu sempit (terbatas) karena tidak dapat mengakomodasi seluruh
kebutuhan masing-masing sekolah. Oleh karenanya, realisasi penggunaan
dana BOS tidak selalu sesuai dengan RAPBS dan ketentuan 11 jenis
penggunaan menurut juklak 2005 atau 2006. Berdasarkan laporan
pertanggungjawaban dana BOS di sekolah-sekolah sampel, realisasi
penggunaan dana BOS yang terbesar adalah untuk pembayaran honor guru,
kegiatan belajar mengajar, pembelian alat tulis kantor, dan pembelian buku
pelajaran pokok.
5. Monitoring, Evaluasi, dan Penanganan Pengaduan
Secara umum terdapat beberapa kelemahan dalam sistem dan
pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev) yang telah dibangun untuk
mengamankan program BOS. Kualitas pelaksanaan monev internal masih
dipertanyakan dan lebih terkesan dilaksanakan sebagai formalitas saja.
Sedangkan monev eksternal justru terlalu terbuka sehingga dapat dilakukan
oleh terlalu banyak pihak, termasuk pihak-pihak yang kurang kompeten dan
kurang bertanggungjawab. Disamping itu juga belum ada suatu sistem yang
dapat mensinergikan monev internal dan eksternal agar hasilnya dapat secara
efektif mengawal dan memberi masukan untuk perbaikan program secara
28
berkelanjutan. Banyak pihak mempertanyakan efektivitas kegiatan monev
internal maupun eksternal, karena minimnya umpan balik yang dapat
memperbaiki pelaksanaan program. Bahkan, di beberapa daerah kegiatan
monev justru dimanfaatkan untuk mengambil keuntungan pribadi pihak-pihak
yang tidak bertanggungjawab.
Kelemahan dalam sistem monitoring dan evaluasi juga berdampak
pada lemahnya sistem penanganan pengaduan, yang menjadi salah satu tugas
monev internal dan eksternal. Sistem penerimaan dan penanganan pengaduan
masih belum terorganisir dengan baik, walaupun banyak pihak yang telah ikut
berperanserta. Kurang efektifnya sistem penanganan pengaduan antara lain
disebabkan kurangnya sosialisasi mengenai saluran pengaduan, statusnya
yang melekat pada satker dapat menimbulkan konflik kepentingan, dan
sulitnya mengakses fasilitas email dan telepon yang tersedia. Akibatnya,
jumlah pengaduan mengenai pelaksanaan program BOS tergolong sedikit.
Pengungkapan dugaan penyimpangan pelaksanaan program lebih
banyak disampaikan oleh media lokal dan lembaga swadaya masyarakat,
tanpa ada jaminan pelaksanaan tindak lanjutnya. Selain oleh unit satker,
penanganan pengaduan di beberapa daerah juga mendapat perhatian dari
instansi lain, seperti DPRD dan Bawasda. Umumnya penyelesaiannya
dilakukan oleh lembaga tempat mengadu, tetapi baik pengaduan maupun
proses penanganannya tidak didokumentasikan secara tertulis. Format-format
pendokumentasian pengaduan tidak digunakan.
29
6. Prosedur Pelaporan BOS
Umumnya laporan yang sudah ada adalah: laporan penerima bantuan,
khususnya mengenai pengalokasian dana dan data jumlah siswa serta jumlah
sekolah penerima BOS, dan laporan persiapan program yang meliputi
kegiatan-kegiatan dalam rangka sosialisasi. Laporan hasil monitoring dan
evaluasi dan laporan penggunaan/pemanfaatan bantuan dari kabupaten/kota ke
propinsi belum ada. Pelaporan penggunaan dana dilakukan secara berjenjang
dari sekolah ke Satker Kabupaten/Kota, dan rekapitulasinya diserahkan ke
Satker Propinsi. Untuk madrasah, laporan harus dikirim ke Satker
Kabupaten/Kota dan ke Kantor Departemen Agama. Cara ini dinilai
mengurangi arti kesepakatan pendekatan joint management antara Dinas
Pendidikan dan jajaran Departemen Agama dalam pengelolaan program. Pada
umumnya sekolah mengalami kesulitan dalam penyusunan laporan
pertanggungjawaban penggunaan dana, karena keterbatasan kemampuan dan
fasilitas serta adanya upaya untuk mengatur agar laporan penggunaan sesuai
dengan ketentuan penggunaan dana dalam juklak. Di hampir semua sekolah
laporan pertanggungjawaban penggunaan dana hanya disampaikan ke satker
kabupaten/kota tanpa disampaikan kepada orang tua murid, sehingga
mengabaikan unsur transparansi dan akuntabilitas kepada publik.
30
D. Monitoring dan Evaluasi
Agar program PKPS BBM dapat berjalan dengan baik, maka perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi (monev). Melalui kegiatan monev dapat
diketahui sejauh mana pelaksanaan program PKPS BBM hususnya program
dibidang pendidikan (BOS) berjalan sesuai dengan yang direncanakan, apa yang
telah dikerjakan, apa yang tidak/belulm dikerjakan, hambatan apa yang terjadi
dan mengapa hal tersubut dapat terjadi, serta upaya apa yang perlu dilakukan
untuk mengatasi hal tersebut.
Monitoring adalah suatu upaya pengumpulan informasi tentang
kenyataan pelaksanaan program dalam rangka membantu mengelola program
untuk menjawab segala pertanyaan berkaitan dengan kegiatan yang dilakuakn.
hasil dari monitoring ini digunakan sebagai bahan dalam menyususn laporan
pelaksanaan program, disamping juga sebagai masukan mengevaluasi program.
Evaluasi adalah suatu upaya untuk melakukan analisis dan penilaian
terhadap pelaksanaan suatu program berdasarkan pada informasi yang diperoleh
dari hasil monitoring maupun dari sumber lain. Analisa dan penilaian yang
dimaksud meliputi
a. Apakah program tersebut diperlukan, atau perlu disempur-nakan/diperbaruhi.
?
b. Apakah sesuai dengan sasaran.?
31
c. Apakah pelaksanaan sesuai dengan yang direncanakan. Evaluasi juga
mencakup rekomendasi perubahan yang harus dilakukan untuk perbaikan
program.?
Misi monitoring dan evaluasi adalah untuk membantu meningkatkan
kwalitas pelayanan masarakat. Dengan demikian, monitoring dan evaluasi dalam
PKPS BBM bertujuan sebagai ”feed back” dalam rangka membantu mengelola
program dalam mengurai hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan dan
pelaksanaan program, dan untuk menyempurnakan pelaksaan program yang
masih belum dikerjakan, serta sebagai masukan dalam perencanaan program di
masa yang akan datang.
Selain itu dengan adanya monev diharapkan dapat meningkatkan
motivasi semangat transparansi dan akuntabilitas, serta memacu peningkatan
kwalitas personil disemua tingkat (pusat, propensi, kabupaten/kota, dan sekolah)
Pada dasarnya monev terhadap suatu program dapat dilaksanakan secara
mandiri oleh pengelola program, atau dilaksanakan oleh fihak luar. Monitoring
dan evaluasi yang dilakukan secara mandiri oleh pengelola program (internal),
lebih berfungsi sebagai pembinaan dan untuk evaluasi diri. Sedang monitoring
dan evaluasi yang dilakuakan oleh pihak luar lebih berfungsi sebagai pengawasan
dan menjamian akuntabilitas program (Buku Panduan BOS, 2006)
1. Internal Monitoring dan Evaluasi
Internal monev dilaksanakan oleh pelaksana program diberbagai tingkatan
sebagai berikut:
32
a. Di Tingkat Pusat
Penanggung jawab Monev adalah satker PKPS-BBM Pusat, yang dalam
pelaksanaanya dibantu oleh Seksi Monev dan Penyelesaian Masalah
Tingkat Pusat.
b. Di Tingkat propensi
Penanggung jawab Monev adalah satker PKPS BBM Propensi yang dalam
pelaksanaanya dibantu oleh Seksi Monevdan Penyelesaian Maslah
Tingkat Propensi.
c. Di Tingkat Kabupaten/Kota
penanggung jawab Monev adalah Manager PKPS_BBM kab./Kota, yang
dalam pelaksanaanya dibantu oleh Seksi Monev Dan Penyelesaian
Masalah Tingkat Kabupaten/Kota.
2. Eksternal Monitoring dan Evaluasi.
Eksternal monitoring dan evaluasi PKPS-BBM ini dapat dilakukan oleh
berbagai pihak sebagai berikut: Instansi pengawasan : BPK, BPKP,
Inspektorat Jendral, dan Bawasda
E. Prosedur Pemantauan dan Kebijakan Pendidikan
1. Pemantauan kebijakan pendidikan.
Pemantauan merupakan prosedur analisis kebijakan yang digunakan
untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari kebijakan publik.
Karena memungkinkan analis mendeskripsikan hubungan antara operasi
33
program kebijakan dan hasilnya, maka pemantauan merupakan sumber
informasi utama tentang implementasi kebijakan. Pemantauan sebagai cara
untuk membuat pernyataan yang sifatnya penjelasan tentang tindakan
kebijakan di waktu lalu maupun sekarang ini. Pemantauan terutama
bermaksud untuk menetapkan premis faktual tentang kebijakan publik.
Pemantauan menghasilkan kesimpulan yang jelas selama dan setelah
kebijakan diadopsi serta diimplementasikan (Dunn, 2000).
Sehubungan dengan implementasi kebijakan pendidikan tentang
Program BOS Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten gresik, maka pemantauan
merupakan sumber informasi utama tentang implementasi kebijakan
Departemen Pendidikan Kabupaten, dan sebagai cara untuk membuat
pernyataan yang sifatnya penjelasan tentang tindakan kebijakan pendidikan di
waktu lalu dan sekarang ini, dan bermaksud untuk menetapkan premis faktual
tentang kebijakan Departemen Agama Kabupaten, dan pada gilirannya
menghasilkan kesimpulan yang jelas selama dan setelah kebijakan pendidikan
itu dterapkan.
(1) Fungsi Pemantauan
Dalam pelaksanaannya, menurut Dunn (2000) pemantauan setidaknya
berfungsi dalam hal:
34
(a) Kepatuhan, artinya bermanfaat untuk menentukan apakah tindakan
dari para administrator program, staf dan pelaku lain sesuai dengan
standar dan prosedur yang telah ditetapkan.
(b) Pemeriksaan, artinya membantu menentukan apakah sumber daya dan
pelayanan yang dimaksudkan untuk kelompok sasaran maupun
konsumen tertentu memang telah sampai kepada mereka.
(c) Akuntansi, artinya menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk
mela-kukan akuntansi atas perubahan sosial yang terjadi setelah
dilaksanakan-nya sejumlah kebijakan pendidikan dari waktu ke waktu.
(d) Eksplanasi, artinya menghimpun informasi yang dapat menjelaskan
mengapa hasil-hasil kebijakan pendidikan dan program berbeda.
(2) Pendekatan Pemantauan
Di samping fungsi pemantauan tersebut, pemantauan dapat dipilah
menjadi lima pendekatan, sebagai berikut: Pertama, setiap pendekatan
pemantauan kebijakan pendidikan berupaya untuk memantau hasil
kebijakan pendidikan yang relevan. Kedua, setiap pendekatan pemantauan
kebijakan pendidikan adalah berfokus pada tujuan yang hendak dicapai.
Ketiga, setiap pendekatan pemantauan kebijakan pendidikan berorientasi
pada perubahan. Keempat, setiap pendekatan pemantauan kebijakan
pendidikan memungkinkan klasifikasi silang atas keluaran dan dampak
dengan variabel lain, termasuk variabel yang dipakai untuk meman-tau
35
masukan serta proses kebijakan pendidikan. Kelima, setiap pendekatan
peman-tauan kebijakan pendidikan mengukur tindakan dan hasil kebijakan
pendidikan secara obyektif maupun subyektif (Dunn, 2000; Turang,
2001).
(3) Teknik Pemantauan
Kegiatan pemantauan berkenaan dengan proses implementasi kebijakan
pendidikan dilakukan dengan teknik-teknik tertentu. Menurut Turang
(2001) bahwa teknik-teknik pemantauan meliputi:
(a) Survei Sosial, teknik ini menggunakan angket atau kuesioner yang
diedarkan kepada seluruh pelaku kebijakan pendidikan dan masyarakat
sekitarnya. Selain kuesioner juga digunakan teknik wawancara dan
observasi pelaksanaan kebijakan pendidikan. Ketiga teknik ini saling
melengkapi se-hingga data yang diperoleh benar-benar meyakinkan.
(b) Studi Kasus, teknik ini ditujukan pada suatu kasus yang terjadi akibat
pelaksanaan kebijakan pendidikan pada suatu wilayah tertentu.
(c) Studi Dokumentasi, teknik ini ditujukan pada sejumlah dokumen
kebijakan pendidikan, dan laporan hasil pelaksanaan kebijakan
pendidikan.
(d) Kaji-Tindak, teknik ini digunakan untuk memantau hasil pemecahan
suatu masalah dengan suatu tindakan kebijakan pendidikan.
36
2. Evaluasi kebijakan pendidikan.
Evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen pendidikan yang
dilakukan untuk mengetahui sejauhmana tujuan telah tercapai. Evaluasi dalam
rangka tindakan kebijakan pendidikan memberikan gambaran yang dinamik
mengenai keadaan seperti apa adanya sebagai titik keberangkatan, dan
antisipasi terhadap keadaan yang diinginkan sebagai titik pencapaian. Kondisi
obyektif pada saat evaluasi dilakukan selalu dimaknai berdasarkan analisis
dan rumusan kebijakan pendidikan.
Dye (dalam Turang, 2001) mengemukakan bahwa evaluasi kebijakan
dimaksudkan mempelajari konsekuensi-konsekuensi kebijakan. Evaluasi
kebijakan adalah penilaian efektivitas yang menyeluruh daripada suatu
program dalam men-capai sasaran-sasarannya. Dalam mengevaluasi kebijakan
diperlukan indikator-indikator kinerja kebijakan, hasil capaian (output) dan
hasil perolehan (outcome) serta dampak terhadap para pelaksana dan
lingkungannya.
Menurut Supandi dan Sanusi (1988) evaluasi kebijakan secara
sederhana dapat diartikan sebagai upaya analisis nilai dari fakta-fakta
kebijakan. Evaluasi bukan sekedar mengumpulkan data tentang sesuatu, tetapi
harus mampu menun-jukkan sesuatu itu mempunyai harga atau nilai
dibandingkan dengan kriteria atau acuan yang menjadi pegangan. Evaluasi
37
kebijakan itu bukan hal yang mudah, tetapi menuntut kehati-hatian dan
kecermatan dalam rancangannya.
Evaluasi merupakan persoalan fakta dan logika dan lebih penting dari
yang terpenting. Evaluasi terutama menekankan pada penciptaan premis-
premis nilai yang diperlukan untuk menghasilkan informasi mengenai kinerja
kebijakan. Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran
(appraisal, pemberian angka (rating), dan penilaian (assessment), kata-kata
yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan
nilainya (Dunn, 2000). Ini berarti, ketika hasil kebijakan pendidikan pada
kenyataannya memiliki nilai, hal ini disebabkan karena hasil kebijakan
tersebut memberi sumbangan yang positif terhadap tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai, dan dapat dikatakan bahwa kebijakan pendidikan telah
mencapai tingkat kinerja yang bermakna, yang berarti bahwa masalah
kebijakan pendidikan telah dibuat secara jelas dan atau teratasi.
a. Sifat Evaluasi Kebijakan Pendidikan
Dalam melakukan evaluasi kebijakan pendidikan hendaknya
didasarkan atas karakteristik evaluasi. Ada empat karakteristik evaluasi
kebijakan menurut pendapat Dunn (2000), yakni:
(1) Berfokus pada nilai. Evaluasi sebagai usaha untuk menentukan manfaat
kebijakan pendidikan dan mencakup prosedur untuk mengevaluasi tujuan
dan sasaran kebijakan itu sendiri.
38
(2) Interdependensi Fakta-Nilai. Tuntutan evaluasi kebijakan pendidikan ter-
gantung baik “fakta” maupun “nilai”. Untuk menyatakan bahwa kebijakan
pendidikan telah mencapai tingkat kinerja yang tinggi atau rendah, harus
didukung oleh bukti bahwa hasil-hasil kebijakan pendidikan secara aktual
merupakan konsekuensi dari tindakan-tindakan yang dilakukan untuk me-
mecahkan masalah pendidikan.
(3) Orientasi Masa Kini dan Masa Depan. Evaluasi bersifat retrospektif yang
setelah tindakan-tindakan kebijakan pendidikan dilakukan, dan prospektif
yang dibuat sebelum tindakan kebijakan pendidikan dilakukan.
(4) Dualitas Nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi kebijakan
pendidikan memiliki kualitas ganda, karena dipandang sebagai tujuan dan
se-kaligus cara, yang dapat dianggap sebagai intrinsik karena diperlukan
bagi dirinya, dan ekstrinsik karena mempengaruhi pencapaian tujuan-
tujuan lain.
b. Fungsi Evaluasi Kebijakan Pendidikan
Pelaksanaan evaluasi kebijakan pendidikan hendaknya mengacu pada
fungsi-fungsi evaluasi. Ada tiga fungsi utama evaluasi kebijakan yang
dikemukan oleh Dunn (2000), sebagai berikut: Pertama, evaluasi memberi
informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu
seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui
tindakan stakeholders. Artinya, seberapa jauh tujuan-tujuan atau target
39
kebijakan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, evaluasi memberi
sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari
pemilihan tujuan dan target yang akan dicapai melalui kebijakan pendidikan
yang telah diputuskan. Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi
metode-metode analisis kebijakan lainnya. Di samping itu, evaluasi dapat
pula memberi sumbangan pada revisi atau kebijakan baru sesuai dengan
hasil evaluasi tersebut.
c. Pendekatan Evaluasi Kebijakan Pendidikan
Terdapat tiga bentuk pendekatan evaluasi menurut Dunn (2000), yang dapat
digunakan dalam evaluasi kebijakan pendidikan. Ketiga pendekatan evaluasi
yang dimaksud adalah: (1) Evaluasi semu, menggunakan metode deskriptif
untuk menghasilkan informasi yang valid tentang hasil kebijakan
pendidikan, dengan asumsi bahwa ukuran manfaat atau nilai terbukti dengan
sendirinya atau tidak kontroversial, (2) Evaluasi formal, menggunakan
metode deskriptif untuk meng-hasilkan informasi yang terpercaya dan valid
mengenai hasil kebijakan pendidikan secara formal diumumkan sebagai
tujuan program kebijakan dengan asumsi bahwa tujuan dan sasaran dari
pembuat kebijakan pendidikan dan administrator yang secara resmi
diumumkan merupakan ukuran yang tepat dari manfaat atau nilai, (3)
Evaluasi keputusan teoritis, menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi terpercaya dan valid mengenai hasil kebijakan
40
pendidikan yang secara eksplisit diinginkan oleh berbagai pelaku kebijakan
pendidikan, dengan asumsi bahwa tujuan dan sasaran dari berbagai pelaku
yang diumumkan secara formal ataupun diam-diam merupakan ukuran yang
tepat dari manfaat atau nilai.
d. Jenis-jenis Evaluasi Kebijakan Pendidikan
Nachmias (dalam Supandi & Sanusi, 1988) membedakan evaluasi
kebijakan itu menjadi dua jenis, yaitu: Pertama, evaluasi proses yang
berkenaan dengan masalah sampai di manakah suatu kebijakan dilaksanakan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Kedua, evaluasi dampak yang
berkenaan dengan masalah berapa jauh suatu kebijakan itu menyebabkan
perubahan sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan.Sedangkan
Anderson (dalam Supandi & Sanusi, 1988). membedakan evaluasi kebijakan
ke dalam tiga jenis, yakni: Pertama, impresionistik jika penilaian kebijakan
didasarkan atas bukti-bukti yang fragmentaris atau anekdotal dan
dipengaruhi oleh ideologi, kepentingan diri atau kriteria penilaian lainnya.
Kedua, operasional jika penilaian kebijakan itu dipusatkan kepada masalah-
masalah penerapannya. Ketiga, sistematik jika penilaian kebijakan itu
dirancang secara sistematik dan obyektif dan mengukur seberapa jauh
program itu telah mencapai tujuan yang ditetapkan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dan dikaitkan dengan hasil
pengamatan, peneliti berkesimpulan bahwa prosedur pemantauan dan evaluasi
41
kebijakan pendidiakan dilakukan melalui tahapan berikut ini: (a) mengadakan
observasi, (b) mengadakan wawancara, (c) pemeriksaan dokumen, (d) pengisian
kuesioner, dan (e) pelaporan. Kegiatan observasi dilakukan guna menggali
berbagai fenomena yang berkembang dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan.
Kegiatan wawancara dilakukan guna memperoleh kejelasan informasi yang
terkait dengan pelaksanaan kebijakan pendidikan. Pemeriksaan dokumen
dilakukan untuk memperoleh informasi tertulis berkenaan dengan pelaksanaan
kebijakan pendidikan yang telah dicapai. Pelaporan dimaksudkan memberikan
informasi baik lisan maupun tertulis tentang hasil-hasil capaian pelaksanaan
kebijakan pen-didikan kepada pihak yang berkepentingan dalam hal ini pembuat
kebijakan.
Bertolak dari teori yang telah dipaparkan di muka peneliti berkesimpulan
bahwa prosedur pemantauan dan evaluasi kebijakan pendidikan kaitannya dengan
implementasi kebijakan pendididkan tentang program Bantuan Operasional
Sekolah sebagai alat untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan,
memperoleh informasi hasil-hasil yang telah dicapai sementara dan sesudah
pelaksanaan kebijakan. Topik-topik kajian teori memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap permasalahan dalam penelitian ini, karena kajiannya telah
disesuaikan dengan fokus penelitian.
F. Pengukuran Kinerja Outcome
Kinerja adalah prestasi atau kemampuan kerja yang dapat dicapai. Untuk
mengukur kinerja suatu program diperlukan indikator-indikator yang sesuai yang
42
disebut indikator kinerja. Unutk menilai PKPS-BBM (BOS), kriteria yang
digunakan adalah keberhasilan pengelola program dalam melaksanakan semua
kegiatan ditinjau dari aspek input, proses, output, dan outcome, serta impact
(Buku Panduan BOS, 2006).
Idealnya, sebelum menetapkan indikator perlu didaftar semua indikator
yang mampu menjelaskan kinerja PKPS-BBM. Mengingat penelitian ini hanya
dibatasi pada outcome, maka yang menjadi indikator kinerja PKPS-BBM menurut
Buku Panduan BOS (2006), adalah sebagai berikut.
1. Ujian Akhir Nasional (UAN)
Menurut Mardapi dkk. (2002) UAN merupakan salah satu bentuk
evaluasi hasil belajar yang dilakukan setelah peserta didik mengikuti proses
pembelajaran dalam satu jenjang pendidikan. Evaluasi pada dasarnya
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang multi dimensi.
Ada unsur kognitif, afektif. dan psikomotorik.
Pada tahun ajaran 2003/2004 Ebtanas diganti UAN. SK Mendiknas
No. 114/2001 tentang penilaian hasil belajar secara nasional. dan SK
Mendiknas No.0153/2003 yang memutuskan bahwa penilaian akhir belajar
siswa SMP/ MTs dan SMA/SMK berupa ujian akhir nasional.Tujuan UAN
menurut Badrun KW (2003) adalah untuk : (1) mengukur pencapaian hasil
belajar siswa, (2) mengukur mutu pendidikan tingkat nasional, propinsi,
kabupaten/kota, dan sekolah, (3) mempertanggungjawabkan penyelenggaraan
43
pendidikan secara nasional, propinsi, kabupaten/kota, sekolah, dan kepada
masyarakat.
2. Jumlah siswa yang mendaftar
Jumlah siswa yang mendaftar atau angka pendaftaran siswa Baru
(APBS) adalah angka yang menunjukkan berapa jumlah siswa baru yang
mendaftar dibandingkan dengan 100 orang siswa yang diterima (Depdiknas,
2001). Untuk menghitung APK dengan menggunakan rumus berikut.
APSB= %100xditerimayangsiswaJumlah
pelajarantahunawalpadamendaftaryangsiswaJumlah
3. Putus sekolah/Drop Out (DO)
Drop Out (DO) atau Angka Putus Sekolah (APS) adalah jumlah siswa
yang putus sekolah (tidak melanjutkan sekolah ke kelas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan 100 orang siswa di sekolah (Depdiknas, 2001). Untuk
menghitung APK dengan menggunakan rumus berikut.
APS = %100/
xsekolahkelasdiyangsiswaJumlah
sekolahputusyangsiswaJumlah
4. Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan dikaitkan dengan
penggunaan istilah komite sekolah. Sebagaimana tertuang dalam
Kepmendiknas No. 044/U/2002, Komite Sekolah sebagai stakeholder dapat
memainkan peranannya (1) sebagai pemberi pertimbangan terhadap
kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh kepala sekolah, hal ini dapat
44
diterjemahkan bahwa Komite Sekolah merupakan mitra kerja Kepala Sekolah
dalam menentukan dan memutuskan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh
oleh sekolah ke depan dengan memberikan gambaran objektif, kondisi
sekolah melalui evaluasi diri, sehingga program sekolah akan di dukung oleh
masyarakat. (2) sebagai pendukung kebijakan yang berupa finansial,
pemikiran, dan tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan, hal ini dapat
diartikan bahwa jika stekeholders telah dilibatkan dalam pengambilan
keputusan dalam musyawarah besar tingkat satuan sekolah, transparansi
penyelenggaraan sekolah sudah jelas, maka keikutsertaan masyarakat dalam
memberdayakan seluruh potensi yang dimiliki sekolah akan dapat diwujutkan
dalam bentuk partisipasi aktif baik berupa finansial material, maupun berupa
moril spritual sebagai wujud nyata kepedulian masyarakat dan rasa memiliki
yang dalam terhadap pendidikan, justru hal ini yang akan memperkuat posisi
sekolah menghadapi tantangan mutu pendidikan. Berikutnya (3) sebagai
pengontrol dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi, hal ini dapat
diartikan bahwa komite sekolah sebagai wakil masyarakat dapat berfungsi
sebagai ”pengawas internal” terhadap pelaksanaan program sekolah, sehingga
kendala-kendala yang memungkinkan menghambat program sekolah dapat
diantisipasi lebih dini, dan (4) sebagai mediator antara pihak
sekolah/pemerintah dengan masyarakat, hal ini dapat terjadi apabila pihak
sekolah dan komite sekolah sudah terjalin hubungan yang harmonis dalam arti
45
bahwa visi, misi, dan tujuan yang dibawa oleh komite sekolah secara
transparan disampaikan kepada berbagai pihak (seperti : pemerintah kota/
kabupaten, tokoh-tokoh masyarakat, para alumni yang telah berhasil,
pengusaha-pengusaha, industri, pihak legislatif, dan aparat pemerintah
lainnya) adalah visi, misi, dan tujuan yang sudah instan untuk kepentingan
penyelenggaraan pendidikan semata yang mengarah kepada peningkatan mutu
pendidikan.
Dalam Penelitian hubungan komete sekolah dengan peran serta
masarakat sangat penting. Bab XV pasal 54, UU No. 20 Th. 2003
menyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi
perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
pelayanan pendidikan (Pasal 54 Ayat 1). Bahkan pada Pasal 55 Ayat (1)
disebutkan bahwa masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis
masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan
agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.
Masyarakat dapat berperan serta dalam meningkatkan mutu
pendidikan melalui organisasi atau wadah yang disebut Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah/Madrasah. Bidang peran serta tersebut meliputi
perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan (Pasal 56 Ayat
46
1). Ayat 2 menyebutkan bahwa Dewan Pendidikan sebagai lembaga mandiri
dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan
dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan
prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat Nasional, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkhi. Komite
Sekolah/Madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasara, serta pengawasan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan (Pasal 56 Ayat 3).
Undang-Undang kita telah mengakomodasi peran komite sekolah
dalam Komite Sekolah sebagai perwujudan peran serta masyarakat untuk turut
memberikan turut berperan serta untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Di
setiap sekolah telah terbentuk dukungan kepada sekolah dalam meningkatkan
kualitas penyelenggaraan dan hasil pendidikan. Namun, mereka masih
berjuang khusus untuk sekolahnya masing-masing. Belum ada wadah
koordinatif yang mempertemukan antara Komite Sekolah satu dengan Komite
sekolah yang lain.
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003, peranan Komite
Sekolah/Madrasah adalah:
1. Meningkatkan mutu pelayanan pendidikan
47
2. Memberikan pertimbangan kepada satuan pendidikan
3. Memberikan arahan dan dukungan tenaga kepada satuan pendidikan
4. Memberikan sarana dan prasarana pendidikan kepada satuan pendidikan
5. Memberikan pengawasan pendidikan kepada tingkat satuan pendidikan
Pada Keputusan Menteri Diknas No. 044/U/2002 itu juga ditetapkan fungsi
Komite Sekolah adalah sebagai berikut:
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/ organisasi/ dunia
usaha/ dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu.
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan mengenai:
a. Kebijakan dan program pendidikan
b. RAPBS
c. Kriteria kinerja satuan pendidikan
d. Kriteria tenaga pendidikan
e. Kriteria fasilitas pendidikan
48
5. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan.
7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini berturut-turut diuraikan hal-hal sebagai berikut: (1) Pendekatan
dan Rancangan penelitian; (2) Kehadiran peneliti; (3) Lokasi Penelitian, (4) Data dan
sumber data, (5) Variabel dan indikator, (6) Prosedur Pengumpulan Data penelitian;
(7) Analisis Data penelitian; (8) Pengecekan Keabsahan Data penelitian; dan (9)
Tahap-tahap Penelitian.
A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih
karena yang ingin dipaparkan oleh peneliti bukan hanya terbatas pada terbuktinya
suatu hipotesis oleh suatu angka signifikansi hasil uji tertentu, melainkan suatu
interpretasi data dan deskripsi mendalam terhadap suatu fenomena yang berkaitan
dengan fokus penelitian, untuk mencari makna dibalik suatu keadaan yang sedang
berlangsung dan menggambarkan realitas yang kompleks. Desain penelitian
dengan pendekatan kualitatif dianggap lebih sesuai karena bersifat umum,
fleksibel, berkembang dan tampil dalam proses penelitian (Nasution, 1988).
Penelitian ini menggunakan rancangan berupa studi kasus yang dilakukan
pada MTS di Kabupaten Gresik yaitu kajian yang rinci dan mendalam atas satu
50
kasus terutama masalah outcome program BOS sesudah menerima dana BOS,
sehingga dapat diketahui outcome dari kebijakan tersebut.
B. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian studi kasus ini, peneliti lebih banyak untuk melakukan
pengumpulan data (dokumentasi) dan wawancara terkait masalah outcome BOS
yang meliputi: (1) Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN), (2) Jumlah siswa yang
mendaftar, (3) Putus sekolah/Drop Out (DO), dan (4) Partisipasi masyarakat,
selama belangsungnya penelitian. Teknik Wawancara digunakan hanya untuk
melengkapi data pada outcome terutama mengenai partisipasi masyarakat.
Sedangkan peran peneliti adalah sebagai partisipan aktif untuk
pengumpulan data dengan teknik wawancara, dan partisipan pasif pada saat
melakukan observasi dan menganalisis dokumen yang didapat pada saat turun di
lapangan.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti sebelum memasuki latar
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan awal sebelum memasuki lapangan, peneliti melakukan survei di
lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran umum tentang aktivitas
implementasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
2. Kegiatan selanjutnya peneliti menghadap ke kepala madrasah untuk
menyampaikan maksud kedatangan sambil menyerahkan surat permohonan
51
ijin penelitian dari Direktur PPs UMM, kemudian meminta ijin secara formal
untuk melakukan penelitian.
3. Melakukan pengamatan lapangan untuk memahami latar penelitian yang
sesungguhnya.
4. Melakukan pertemuan dengan informan kunci untuk membuat jadwal
kegiatan penelitian yang disepakati bersama, namun sifatnya tentatif sebab
bisa berubah sesuai situasi dan kondisi yang berkembang.
5. Selanjutnya peneliti terjun ke lapangan untuk melakukan pengumpulan data
berdasarkan jadwal yang telah disepakati oleh peneliti dengan informan
penelitian.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi MTs Negeri dan swasta
di Kabupaten Gresik dengan bidang kajian utamanya adalah masalah outcome
Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Selain itu penelitian juga ditetapkan di
sekolah sampling yaitu 1 (satu) Madrasah Tsanawiyah Negeri dan 1 (satu)
Madrasah Tsanawiyah swasta. Madrasah Tsanawiyah Negeri yang dimaksud
adalah Madrasah Tsanawiyah Negeri Metatu yang berada di Kecamatan Benjeng
Kabupaten Gresik, sedangkan madrasah Tsanawiyah swasta yang diambil sebagai
sekolah sampling adalah Madrasah Tsanawiyah Masyhudiyah yang berada di
Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.
52
D. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian kualitatif merupakan hasil dari kegiatan
pengumpulan data baik dengan teknik dokumentasi, wawancara, dan kuisioner.
Untuk kegiatan analisis dokumen, peneliti lebih banyak menggunakan data
kuantitatif, yang berupa dokumen dan data statistik resmi. Data diambil 3 tahun
yaitu sejak program ini berjalan (mulai Juli 2004 yang waktu itu bernama PSBMP
dengan BKM-nya) hingga sekarang (berubah nama menjadi PKPS-BBM dengan
program BOS). Data yang dikumpulkan antara lain meliputi data mengenai: (1)
Ujian Akhir Nasional (UAN), (2) Jumlah siswa yang mendaftar, (3) Putus
sekolah/Drop Out (DO), dan (4) Partisipasi masyarakat. Data dari hasil dokumen
bersumber dari Departemen Agama Kabupaten Gresik, beberapa Kepala Sekolah
Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Gresik; Kelompok Kerja Madrasah (KKM),
dan beberapa sekolah sampel.
Data hasil wawancara dan kuisoner diperoleh dari sekolah samplel yang
terdiri dari kepala sekolah, guru, wali siswa, dan komite sekolah yang diharapkan
dapat memberikan informasi yang diperlukan selama penelitian. Informan
tersebut dipilih dalam kapasitasnya untuk memberikan data pelengkap dari
dokumen sehingga dapat dipantau kebijakan outcome program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) khususnya partisipasi masyarakatnya.
53
E. Variabel dan Indikator
Variabel dan indikator yang menjadi fokus dari penelitian (analisis sistem
pendidikan) ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 : Variabel dan indikator untuk mengetahui outcome BOS
Aspek Variabel Indikator Sumber
data
Metode
Pengumpulan
Data
Frekuensi
Pengumpulan
Data
Persentase
kelulusan
KKM/
Depag Dokumentasi 3 tahun
UAN Rata-rata
nilai UAN KKM/
Depag Dokumentasi 3 tahun
Jumlah
pendaftar KKM/
Depag Dokumentasi 3 tahun Pendaftaran
dan
Penerimaan Jumlah yang
diterima KKM/
Depag Dokumentasi 3 tahun
Jumlah
siswa KKM/
Depag Dokumentasi 3 tahun
DO Jumlah
siswa putus
sekolah
KKM/
Depag Dokumentasi 3 tahun
Sumbangan
barang
Sekolah
sampel Wawancara 3 tahun
Sumbangan
tenaga Sekolah
sampel Wawancara 3 tahun
Sumbangan
dana Sekolah
sampel Wawancara 3 tahun
Sumbangan
pemikiran Sekolah
sampel Wawancara 3 tahun
OUTCOME
Partisipasi
masyarakat
Sumbangan
moral Sekolah
sampel Wawancara 3 tahun
Sumber: (Buku Panduan BOS, 2006 yang telah dimodifikasi)
54
Sedangkan untuk variabel APK dan AMP diabaikan dengan alasan sudah
terwakili oleh aspek indikator yang lain, mengingat obyek yang diteliti hanya
lingkup madrasah.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teknik pengumpulan data utama
yang dipilih oleh peneliti adalah teknik dokumentasi. Teknik ini dipilih sebab data
yang hendak diperoleh bersumber dari Kelompok Kerja Madrasah (KKM) dan
dari sekolah sampling (MTs Negeri Gresik dan MTs Masyhudiyah). Untuk
melengkapi data hasil dokumentasi peneliti menggunakan teknik wawancara yang
berhubungan dengan pemantauan kebijakan outcome program BOS khsususnya
partisipasi masyarakat.
Jadi, prosedur pengumpulan data penelitian dilakukan melalui teknik yang
lazim digunakan dalam penelitian kualitatif menurut Mantja (1998) adalah
dokumentasi dan wawancara.
1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan dokumen utama yang dikaji dalam penelitian
ini berupa dokumen dan data dari Kelompok Kerja Madrasah (KKM), dan
beberapa sekolah sampel (Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Gresik). Data
yang dikumpulkan antara lain meliputi data mengenai: (1) Ujian Akhir
Nasional (UAN), (2) Jumlah siswa yang mendaftar, (3) Putus sekolah/Drop
Out (DO), dan (4) Partisipasi masyarakat.
55
Secara rinci data-data tersebut di atas di dapat dari berikut:
1. Data yang dikumpulkan dari Kelompok Kerja Madrasah (KKM) antara
lain meliputi: (1) Ujian Akhir Nasional (UAN), (2) Jumlah siswa yang
mendaftar, dan (3) (Putus sekolah/Drop Out (DO),
2. Data yang dikumpulkan dari sekolah sampling adalah partisipasi
masyarakat.
2. Wawancara Mendalam (indepth interviewing)
Peneliti melakukan wawancara untuk melengkapi teknik dokumentasi
tentang pemantauan kebijakan outcome program Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) khususnya partisipasi masyarakat.
Mengingat penelitian ini adalah pemantauan kebijakan outcome
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) khususnya adalah partisipasi masyarakat,
maka fokus wawancara dalam penelitian ini adalah: (1) Sumbangan
masyarakat dalam bentuk barang, (2) Sumbangan masyarakat dalam bentuk
tenaga, (3) Sumbangan masyarakat dalam bentuk saran, (4) Sumbangan
masyarakat dalam bentuk moral.
Dalam wawancara diharapkan dapat menjawab pertanyaan tentang
bagaimana pembayaran SPP sebelum dan sesudah menerima BOS, apakah
sekolah masih menetapkan tarikan lain (pungutan) selain dari SPP, apakah
sekolah sudah tertib dalam melaksanakan RAPBS, khsusnya jika dibandingkan
56
dengan sebelum menerima BOS . Adapun yang menjadi informan kunci
penelitian guna pengambilan data di atas adalah komite sekolah atau wali
siswa, kepala sekolah, dan bendahara sekolah sekolah sampling.
G. Analisis Data Penelitian
Analisis data yang digunakan adalah amenggunakan the constant
comparative method. Metode komparatif konstan ini dimaksudkan adalah
rangkaian tahapan-tahapan yang berlangsung secara serempak dan analisisnya
senantiasa berbalik ke tahap pengumpulan data.
Dalam Penelitian ini, peneliti akan mengkomparasikan temuan-temuan
yang terdapat pada fokus penelitian untuk memperoleh gambaran persamaan dan
perbedaan tentang pemantauan kebijakan outcome program Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) pendidikan selama 3 tahun sesudah menerima dana BOS yang
difokuskan pada empat pertanyaan penelitian yang meliputi: (1) Bagaimana
deskripsi hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten
Gresik?, (2) Bagaimana deskripsi jumlah siswa yang mendaftar Madrasah
Tsanawiyah di Kabupaten Gresik?, (3) Bagaimana deskripsi siswa putus
sekolah/Drop Out (DO) Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Gresik?, dan (4)
Bagaimana deskripsi partisipasi masyarakat Madrasah Tsanawiyah sebelum dan
sesudah menerima dana BOS di Kabupaten Gresik?
57
Mengingat penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi sebagai data
utama, maka kegiatan pengumpulan data dan analisis data dapat berlangsung
secara serempak atau simultan. Analisis data pada fokus penelitian satu sampai
dengan enam menggunakan dua model seperti dikemukakan oleh Dey, Marshall,
Gretchen, dan Mulyana (dalam Rahardjo, 2003) memperlihatkan dua model
analisis penelitian kualitatif, yakni: (1) qualitative analysis as a circular process,
dan (2) qualitative analysis as a interactive spiral. Kedua model tersebut
memperkuat bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung selama
proses penelitian itu terjadi. Model pertama dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
Gambar 3.1. Qualitative analysis as a circular process
Sumber: Diadopsi dari Pendapat Dey (dalam Rahardjo, 2003). Metoda Riset
Kualitatif. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
58
Model ini memberi petunjuk bahwa analisis data dalam penelitian
kualitatif tidak lepas dari tiga kegiatan yang saling terkait satu dengan yang lain.
Setelah data terkumpul dideskripsikan kemudian diklasifikasikan selanjutnya
dihubung-hubungkan. Kegiatan ini bisa berlangsung secara berulang hingga
menemukan hasil akhir yang dijadikan sebagai temuan penelitian. Sedangkan
model kedua dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.2 Qualitative analysis as an interactive spiral
Sumber: Diadopsi dari Pendapat Dey (dalam Rahardjo, 2003). Metode
Riset Kualitatif. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
59
Penyajian
Pengumpulan
Penarikan
Kesimpulan :
Temuan
Sementara
Reduksi
Penarikan
Kesimpulan Akhir
Sebagai Temuan
Penelitian
Sedangkan data yang berhubungan dengan pemantauan kebijakan
outcome program BOS tentang partsisipasi masyarakat menggunakan teknik
wawancara, maka analisis data dikembangkan dari model interaksi menurut Miles
dan Huberman (1992). Model tersebut sebagaimana gambar berikut ini:
Gambar 3.3. Model Interaksi Analisis Data
Sumber: Diadaptasi dari model Miles & Huberman, (1992:23) Qualitative
Data Analysis. Beverly Hills: Sage Publications, Inc.
60
Reduksi data yang dimaksud dalam penelitian ini hanya dibatasi pada data
yang berasal dari sekolah sampling yaitu berupa data partisipasi masyarakat.
Reduksi data merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk memilih,
menyederhanakan, mengabstraksi sekaligus mentransformasi data lapangan ke
dalam format yang telah disiapkan baik format catatan lapangan hasil observasi,
format catatan lapangan hasil wawancara, dan format catatan lapangan hasil studi
dokumentasi.
Penyajian data, merupakan suatu cara untuk memaparkan data secara
rinci dan sistematis setelah dianalisis ke dalam format yang disiapkan untuk itu.
Namun data yang disajikan ini masih dalam bentuk sementara untuk kepentingan
peneliti dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut secara cermat hingga diperoleh
tingkat keabsahannya. Jika ternyata data yang disajikan telah teruji kebenarannya
dan telah sesuai, maka dapat dilanjutkan pada tahap penarikan kesimpulan-
kesimpulan se-mentara. Namun jika ternya data yang disajikan belum sesuai,
maka konsekuensi-nya belum dapat ditarik kesimpulan, melainkan dilakukan
reduksi kembali bahkan tidak menutup kemungkinan untuk menjaring data baru.
Penarikan kesimpulan/temuan sementara, sejak awal proses pengumpulan
data di lapangan peneliti dimungkinkan untuk menarik kesimpulan. Pada saat
peneliti memberi arti atau memaknai data-data yang diperoleh baik melalui
observasi, wawancara maupun studi dokumentasi berarti peneliti telah menarik
61
kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan ini masih bersifat sementara, sebab pada
awalnya belum jelas, dan masih berpeluang untuk berubah sesuai kondisi yang
berkem-bang di lapangan.
Melakukan verifikasi, setelah dilakukan reduksi data secara berulang dan
diperoleh kesesuaian dengan penyajian data, kemudian kesimpulan-kesimpulan
sementara disempurnakan melalui verifikasi, maka dapat ditarik kesimpulan akhir
yang merupakan temuan-temuan penelitian.
Penarikan kesimpulan/temuan akhir, setelah temuan-temuan sementara
dilakukan verifikasi melalui teknik-teknik pengecekan keabsahan temuan
penelitian, selanjut dirumuskan simpulan temuan-temuan yang merupakan hasil-
hasil penelitian, kemudian diabstraksikan ke dalam proposisi-proposisi.
H. Pengecekan Keabsahan Temuan
Ada empat kriteria yang dijadikan dasar agar diperoleh temuan-temuan
yang meyakinkan, sebagai berikut: kredibilitas, transferabilitas, dipendabilitas,
dan konfirmabilitas (Lincoln & Guba, 1985; Nasution, 1998; Irfan, dkk., 2001;
dan Moleong, 2002).
1. Kredibilitas
Agar diperoleh temuan-temuan yang dapat dijamin tingkat
keterpercayaan-nya, maka peneliti berupaya dengan menempuh cara yang
62
disarankan oleh Lincoln dan Guba (1985) dan Moleong, (2002), sebagai
berikut:
a. Perpanjangan waktu penelitian. Cara ini dilakukan oleh peneliti dengan
maksud untuk meyakinkan bahwa temuan yang diperoleh benar-benar telah
memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.
b. Melakukan observasi secara tekun. Cara ini dilakukan oleh peneliti secara
terus menerus terhadap subjek untuk mempertajam dan memperdalam
pemahaman peneliti tentang data yang diperoleh melalui peristiwa yang
terjadi. Observasi peneliti lakukan bersamaan dengan pengumpulan data
melalui wawancara dengan mengamati keadaan prasarana dan sarana
perkantoran dan aktivitas kantor, terutama yang dilakukan oleh informan
kunci.
c. Pengujian melalui trianggulasi. Cara ini dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya untuk membandingkan dan mengecek derajat keterpercayaan temu-
an melalui trianggulasi sumber dan peneliti. Trianggulasi sumber peneliti
lakukan dengan membandingkan temuan-temuan yang diperoleh dalam
penelitian ini dengan sumber-sumber lain untuk permasalahan sejenis
melalui buku-buku dan hasil-hasil penelitian yang mengkaji tentang
kebijakan pendidikan.
d. Pengecekan anggota/ member check. Cara ini dilakukan oleh peneliti
dengan mendatangi setiap informan untuk memeriksa secara bersama
63
temuan yang telah dirumuskan guna menyamakan persepsi terhadap
temuan yang diperoleh..
e. Diskusi dengan teman sejawat/peer debriefing. Cara ini dilakukan oleh
peneliti dengan maksud untuk mendapatkan kesamaan pendapat dan
penafsiran mengenai temuan-temuan yang diperoleh melalui penelitian ini.
2. Transferabilitas
Mendeskripsikan secara rinci dan sistematis temuan-temuan yang
dipeoleh di lapangan ke dalam format yang telah disiapkan. Cara ini dilakukan
oleh peneliti dengan maksud untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang
temuan-temuan dalam penelitian ini, sehingga peneliti dan para pembimbing
serta pem-baca lainnya tidak meragukannya.
3. Dipendabilitas
Pemeriksaan kualitas proses penelitian. Cara ini dilakukan oleh peneliti
dengan maksud untuk mengetahui sejauhmana kualitas proses penelitian yang
di-kerjakan oleh peneliti mulai dari mengkonseptualisasi penelitian, menjaring
data penelitian, mengadakan interpretasi temuan-temuan penelitian hingga
pada pelaporan hasil penelitian.
4. Konfirmabilitas
Pemeriksaan hasil penelitian. Cara ini dilakukan oleh peneliti untuk
melihat tingkat kesesuaian antara temuan-temuan dengan data yang telah
64
terkumpul sebagai pendukung. Jika hasilnya menunjukkan ada kesesuaian,
maka dengan sendirinya temuan-temuan tersebut dapat diterima, namun jika
ternyata tidak ada kesesuaian, maka temuan tersebut dengan sendirinya gugur.
Konsekuensinya adalah peneliti harus turun lapangan untuk memperoleh data
yang sesungguhnya. Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah memeriksa
kembali data lapangan baik catatan lapangan maupun data yang telah
direduksi, kemudian mencocokkan data tersebut dengan temuan-temuan yang
telah dirumuskan. Ternyata hasilnya menunjukkan bahwa antara data
lapangan dengan temuan-temuan penelitian ada kesesuaian.
I. Tahap-tahap Penelitian
Menurut Nasution (1988), tahap-tahap penelitian kualitatif meliputi: (a)
tahap persiapan atau orientasi, (b) tahap eksplorasi, (c) tahap pengecekan hasil atau
temuan dan penulisan laporan hasil penelitian. Sedangkan menurut Moleong
(2002), tahap-tahap penelitian kualitatif dilakukan melalui: (1) tahap pra lapangan,
(2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, dan (4) tahap pelaporan hasil
penelitian. Kedua pendapat ini pada dasarnya ada kesesuaian dalam penerapannya
sehingga peneliti akan mengkaitkan kedua pendapat tersebut dalam penelitian ini.
Pertama, tahap persiapan atau orientasi terkait dengan tahap pra lapangan.
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah mencari isu-isu aktual, unik dan
menarik dalam lingkup kebijakan pendidikan, kemudian dirumuskan ide-ide pokok
yang dikembangkan dalam mengajukan judul penelitian dengan mengacu pada
65
telaah pustaka yang relevan. Selanjutnya dikembangkan dalam penulisan proposal
penelitian dengan mengkaji sejumlah sumber pendukung yang diperlukan, dan di-
lengkapi dengan studi pendahuluan terhadap subjek penelitian untuk memperoleh
informasi umum. Kegiatan ini diakhiri dengan berkonsultasi pada dosen-dosen
pembimbing guna mendapatkan saran-saran perbaikan dan persetujuan proposal
yang diajukan peneliti.
Kedua, tahap eksplorasi terkait dengan tahap pekerjaan lapangan. Kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti diawali dengan mengurus perijinan pada pihak-pihak
terkait sebagai dasar mengadakan studi lapangan, melakukan eksplorasi terhadap
subjek penelitian dengan cara mengamati, mewawancarai dan studi dokumentasi.
Kemudian mengadakan telaah pustaka lebih intensif guna memantapkan fokus
penelitian yang telah ditetapkan terlebih dahulu, melakukan diskusi dengan pihak-
pihak terkait untuk memperoleh masukan yang berarti bagi proses penelitian,
berkonsultasi secara intensif dengan para dosen pembimbing guna mendapatkan
ara-han demi kelancaran proses penelitian mulai dari penjaringan data, analisis
data hingga penulisan laporan penelitian.
Ketiga, tahap analisis data, pengecekan temuan dan penulisan laporan hasil
penelitian. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah memeriksa kembali
paparan data dan temuan penelitian sebelum membuat laporan akhir penelitian.
Jika hasilnya telah mantap dan memenuhi kriteria yang dipersyaratkan, kemudian
dilanjutkan dengan penulisan laporan penelitian dan diakhiri dengan pelaporan
66
hasil penelitian kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk diajukan sebagai
bahan ujian tesis untuk mengakhiri seluruh rangkaian kegiatan studi.
Melalui tahap-tahap penelitian tersebut, peneliti berkeyakinan bahwa
proses penelitian ini akan berjalan dengan baik, lancar dan pada gilirannya akan
diperoleh hasil-hasil penelitian sesuai harapan yang kemudian dipaparkan dalam
penulisan tesis.
67
BAB IV
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. PAPARAN DATA
1. Gambaran Umum MTs di Kabupaten Gresik
Madrasah Tsanawiyah (MTs) termasuk lembaga pendidikan yang
setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berciri khas ke-
Islaman. Berbeda dengan SMP yang berada dibawah naungan Diknas,
lembaga ini berada di bawah naungan Departemen Agama (Depag).
Di lihat dari proses kegiatan belajar mengajarnya, madrasah
Tsanawiyah menggunakan kurikulum yang sama dengan sekolah menengah
pertama, hanya saja pada kurikulum di madrasah Tsanawiyah ada tambahan
pelajaran agama seperti pelajaran aqidah ahlak, alquran hadis, bahasa arab,
dan lain-lain.
Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Gresik berjumlah 118 buah
madrasah, yang terdiri atas 1 (satu) madrasah negeri dan 117 (seratus tujuh
belas) madrasah swasta. Semua madrasah Tsanawiyah tersebut tersebar
diwilayah Kabupaten Gresik mulai dari Kecamatan Kebomas sampai dengan
kecamatan Sangkapura yang berada di wilayah pulau Bawean.
Untuk meningkatkan kinerja dan komunikasi antar madrasah
Tsanawiyah, dibentuklah KKM (Kelompok Kerja Madrasah) dengan tujuan
68
memudahkan hubungan antar sekolah dengan sekolah, atau antara sekolah
dengan pihak Departemen Agama.
Kelompok kerja madrasah di kota Gresik di pimpin oleh satu ketua
KKM, wakil ketua, satu sekretaris, dan tiga bendahara. Semua pengurus KKM
adalah kepala sekolah yang berada di kota Gresik.
Pada Tahun 2004 pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan
pemberian bantuan kepada seluruh siswa SMP/MTs yang berupa Program
Subsidi Biaya Minimal Pendidikan (PSBMP) yang berupa Bantuan
Kesejahtran Murid (BKM) dimana semua siswa mendapat bantuan biaya
minimal untuk pendidikan sebesar Rp. 12.000/siswa/bulan. Kemudian pada
bulan Juli 2005 pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengubah PSBMP
menjadi PKPS-BBM (Program Kebijakan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar
Minyak) yang kemudian diikuti dengan pengubahan nama BKM menjadi
BOS.
Madrasah Tsanawiyah di kabupaten Gresik, baik madrasah
Tsanawiyah negeri atau Tsanawiyah swasta, mereka semua menerima dana
bantuan operasional sekolah (BOS). Jumlah dana BOS yang diterima
madrasah Tsnawiayah negeri atau madrasah Tsnawiyah swasta adalah sama
yaitu Rp. 27.000/siswa/bulan.
Pada tahun pelajaran 2006 periode (Juli-Desember 2006) dana BOS
untuk tingkat SMP/MTs sebesar Rp. 165.000/siswa/6 bulan dan untuk priode
(Januari-Juni 2007) Rp. 177.000/siswa/6 bulan. Disamping itu ada dana BOS
69
buku yang pada tahun 2006 sebesar Rp. 20.000/siswa/tahun dan pada tahun
2007 meningkat menjadi Rp. 22.000/siswa/tahun.
Di Kabupaten Gresik ada tambahan dana BOS pendampin yang
diberikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Gresik kepada seluruh siswa
SMP/MTs sebesar Rp.12.500/siswa/bulan yang mulai diberikan pada tahun
2006 hingga sekarang.
Pada madrasah Tsanawiyah negeri dana BOS banyak dipakai untuk
membiayai kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan, PBM, dll. sedang
pada madrasah Tsanawiyah swasta dana BOS banyak habis dipakai untuk
membiayai gaji guru dan karyawan.
2. Paparan Data Hasil UAN MTs. Kabupaten Gresik
Pelaksanaan ujian nasional madrasah Tsawaiyah di Kota Gresik sama
tiga tahun terahir sama dengan ujian nasional lain di wilayah Indonesia. Tiga
mata pelajaran yang diujikan adalah; matematika, bahasa indonesia, dan
bahasa inggris. Untuk lebih jelasnya kita lihat tabel sebagai berikut;
Tabel 4.1
Hasil UAN MTs. Negeri dan swasta se-Kabupaten Gresik
Jumlah Tahun Ajaran Indikator
2004-2005 2005-2006 2006-2007
Persentase kelulusan
99,77 %
99,85 % 99,91 %
Rata-rata nilai UAN B. Indo = 6,20
Mmt = 6,21
B. Ing. = 5,25
B. Indo = 7,20
Mmt = 6,41
B. Ing. = 5,25
B. Indo = 7,80
Mmt = 6,75
B. Ing. = 6,01
Sumber: (KKM MTs Kab. Gresik, 2007)
70
Pada tabel di atas terlihat bahwa dengan adanya program BOS,
persentase kelulusan rata-rata nilai UAN MTs Kabupaten Gresik mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat pada tahun ajaran 2004-2005 persentase
kelulusan 99,77% dan tahun ajaran 2005-2006 sebanyak 99,85%, sedangkan
persentase kelulusan rata-rata nilai UAN tahun ajaran 2006-2007 sebanyak
99,91.
Nilai rata-rata yang diperoleh selama ujian terdapat peningkatan yang
cukup berarti yakni dari 5,887 tahun 2004-2005 menjadi 6,287 pada tahun
2005-2006. Standar kelulusan yang ditetapkan, mulai dari minimal 4,00 pada
tahun 2004-2005 dinaikan menjadi 4,25 pada tahun 2005-2006 dari skala 10.
3. Paparan Data Jumlah Siswa yang mendaftar dan yang diterima di MTs
Kabupaten Gresik.
Madrasah Tsanawiyah di kota Gresik, baik madrsah Tsanawiyah
negeri atau madrasah Tsanawiyah swasta setiap tahun menerima murid baru.
Semua madrasah Tsanawiyah melakukan pendaftaran, menyeleksi serta
menentukan siswa yang diterima. Data jumlah siswa yang mendaftar dan yang
diterima kemudian di serahkan ke KKM sebagai arsip. Secara lengkap jumlah
daftar siswa yang mendaftar dan diterima di madrasah Tsanawiayah
kabupaten Gresik adalah sebagai berikut;
71
Tabel 4.2
Jumlah Siswa yang mendaftar dan yang diterima
di MTs negeri dan swasta se-Kabupaten Gresik
Jumlah Tahun Ajaran Indikator
2004-2005 2005-2006 2006-2007
Jumlah pendaftar 6882 6927 7092
Jumlah yang diterima 6631 6750 6923
Sumber: (KKM Kab. Gresik tahun, 2007)
Pada tabel di atas terlihat bahwa setelah adanya program BOS,
persentase jumlah pendaftar yang diterima di MTs Kabupaten Gresik
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada tahun ajaran 2004-2005
persentase jumlah pendaftar yang diterima 6631, tahun ajaran 2005-2006
sebanyak 6750, sedangkan persentase jumlah siswa yang diterima pada tahun
ajaran 2006-2007 sebanyak 6923.
4. Paparan Data Jumlah Siswa Putus Sekolah di MTS. Kabupaten Gresik.
Setelah dana BOS di berikan oleh pemerintah maka Madrasah
Tsanawiyah di Kabupaten Gresik mengalami penurunan jumlah siswa yang
putus sekolah. Secara lengkap data siswa yang putus sekolah adalah sebagai
berikut;
72
Tabel 4.3
Jumlah Siswa Drop Out di MTS. Negeri dan swasta se-Kabupaten Gresik
Jumlah Tahun Ajaran Indikator
2004-2005 2005-2006 2006-2007
Jumlah siswa 6631 6750 6923
Jumlah siswa
putus sekolah 27 18 16
Persentase 0,42% 0,27 % 0,23%
Sumber: (KKM Kab. Gresik, 2007)
Pada tabel di atas terlihat bahwa dengan adanya program BOS,
persentase jumlah siswa yang putus sekolah mengalami penurunan. Hal ini
terlihat pada tahun ajaran 2004-2005 jumlah siswa yang putus sekolah
sebanyak 27 (0,42%), tahun ajaran 2005-2006 sebanyak 18 (0.27%), dan
tahun ajaran 2006-2007 sebanyak 16 (0,23%).
5. Partisipasi Masyarakat
a. Paparan Data Wawancara Dengan Kepala Sekolah.
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan kepala sekolah MTs Negeri
dan MTs swasta (Masyhudiyah), dapat di rangkum sebagai berikut;
73
Tabel 4.4
Ringkasan Paparan Data Wawancara Dengan Kepala Sekolah.
Uraian Jawaban
No Pertanyaan Kepala MTs
Negeri
Kepala MTs
Masyhudiyah
1.
2.
3.
4.
5.
Apakah RAPBS dapat dilaksanakan
dengan baik terutama sesudah
diterimanya dana BOS?
Apakah sekolah menarik sumbangan
lain di luar SPP bila ada kegiatan yang
insidental terutama setelah
diterimanya dana BOS?
Bagaimana gambaran pembayaran
SPP siswa 3 tahun sebelum dan
sesudah menerima program BOS?
Apakah wali murid sering memberi
pertimbangan/masukan guna kemajuan
sekolah, terutama setelah diterimanya
dana BOS?
Jika Ya. Bentuk
pertimbangan/masukan/rekomendasi
apa yang pernah diberikan oleh wali
murid kepada sekolah terutama setelah
diterimanya dana BOS?
Dapat. RAPBS
dapat dilaksa-
nakan dengan
baik setelah
adanya dana
BOS
Tidak. Tidak
menerik
sumbangan lain
karena dana
BOS sebenarnya
sudah cukup
Sebelum ada
BOS
pembayaran
agak terlambat.
Tetapi sesudah
menerima BOS
pembayaran
siswa lebih
lancar
Ya. Kadang-
kadang ada tapi
jumlahnya kecil.
Pertimbangan
agar sarana dan
prasarana terus
di tambah
Dapat. Tapi agak
tersendat-sendat.
Bila dana BOS
terlambat atau ada
siswa yang telat
membayar SPP
maka operasional
sekolah terganggu
Ya. Karena dana
BOS tidak cukup
Sesudah
menerima BOS
pembayaran SPP
siswa lebih lancar
dibandingkan
dengan sebelum
adanyadan BOS
Tidak pernah.
Mereka tidak
pernah memberi
masukan apapun
-
74
6.
7.
8.
9.
Dalam setiap kegiatan yang
melibatkan wali murid apakah mereka
selalu hadir di kegiatan tersebut?
Berapa persen kira-kira yang hadir
dlm kegitan tersebut?
Berapa persen wali murid yang
menyumbang berupa barang kepada
sekolah, terutama setelah diterimanya
dana BOS?
Bentuk sumbangan barang apa yang
pernah diberikan oleh wali murid
kepada sekolah, berupa apa, dan
berapa jumlahnya, terutama setelah
diterimanya dana BOS?
Berapa persen wali murid yang
menyumbang berupa uang kepada
sekolah, terutama setelah diterimanya
dana BOS?
Hadir, Kira-kira
90 %, seperti
saat
pengambilan
rapor
0 % . tidak ada
Tidak ada. Tidak
ada sama sekali
yang
menyumbang.
0 %. Tidak ada
satupun wali
murid yang
menyumbangkan
dana BOS atau
yang lain kepada
sekolah.
Mungkin karena
mereka dari
Sebagian, kira-
kira 60 - 80 %
seperti ketika
mengambil rapor
0 % . mereka tidak
pernah
menyumbang
sama sekali.
Mungkin
beranggapan
setelah ada BOS
sekolah menjadi
gratis
Tidak ada. Mereka
juga tidak pernah
menyumbang
barang apaun
kepada sekolah
walaupun tahu
sekolah sedang
membangun
gedung baru.
0 %. mereka tidak
pernah
menyumbang
dana sama sekali.
Mungkin mereka
beranggapan
setelah ada dana
BOS berarti
sekolah gratis
75
10.
11.
Dalam pembuatan dan perumusan
program kerja sekolah dan RAPBS
apakah pihak sekolah mengajak serta
anggota komite sekolah terutama
setelah diterimanya dana BOS?
Apakah menurut Bapak, wali murid
sudah sangat mendukung semua
program dan kebijakan yang
ditetapkan sekolah?
warga menengah
kebawah atau
karena kurang
perhatianya
terhadap dunia
pendidikan.
Ya. Kami selalu
mengundang
mereka dalam
rapat awal tahun
untuk membuat
dan merumuskan
RAPBS tetapi
mereka tidak
semuanya hadir.
Atau kalu hadir
mereka
cenderung pasif
saja.
Sebagian besar
Ya. Tapi
partisipasinya
masih kurang,
terutama dalam
kesadaran dan
kebersamaan
untuk
meningkatkan
mutu sekolah.
Ya. Kadang-
kadang hadir atau
sebagian kecil
yang hadir
Belum. Mereka
belum sepenuhnya
Mendukung
program sekolah,
sehingg kemajuan
sekolah ini
menjadi agak
lambat
Sumber: (Kep. MTs Negeri dan Kep. MTs. Masyhudiyah Kab. Gresik, 2007)
76
Dari data di atas dapat diketahui bahwa sekolah swasta masih menarik
biaya SPP lagi ke siswa, sementara sekolah negeri tidak sama sekali.
Sementara sumbangan lain yang berupa uang atau barang yang diberikan
kepada sekolah hampir tidak ada (0%). Menurut kepala sekolah para wali
murid jarang memberi saran kepada sekolah guna peningkatan mutu
pendidikan.
Pengurus komite sekolah negeri hadir, pada kegiatan rapat atau
pembuatan RAPBS, sedang pada sekolah swasta sebagian kecil pengurus
komite yang hadir ketika di ajakrapat membahas RAPBS.
Untuk kegiatan yang melibatkan wali murid sekolah negeri yang hadir
90 %, sedang sekolah swasta hanya 60 – 80 %.
b. Paparan Data Wawancara Dengan komite sekolah.
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan komite sekolah MTs Negeri
dan MTs swasta (Masyhudiyah), dapat di rangkum sebagai berikut;
77
Tabel 4.5
Ringkasan Paparan Data Wawancara Dengan Pengurus Komite Sekolah.
Uraian Jawaban
No Pertanyaan Komite MTs
Negeri
Komite MTs
Masyhudiyah
1.
2.
3.
4.
Selama Bapak
menjadi pengurus
komite sekolah,
apakah Bapak
pernah memberi
masukan kepada
sekolah terutama
3 tahun sesudah
diterimanya dana
BOS?
Bapak selalu
hadir dalam rapat
dan perumusan
program kerja
sekolah atau
pembuatan
RAPBS?
Menurut Bapak,
apakah sekolah
sudah
melaksanakan
RAPBS dengan
baik, terutama
sesudah
diterimanya dana
BOS?
Menurut Bapak
Pernah. beberapa kali.
Kadang-kadang kadang
kadang tidak. Tergantung
dari kesempatan dan
kesibukan pekerjaan yang
saya alami
Sudah, Buktinya tidak
menarik biaya lagi. Berarti
sudah bagus. Walupun ada
sarana dan prasara dan
belum punya
Tidak perlu. Karena dana
Pernah. Hanya 2 kali
mungkin
Kadang-kadang hadir
tetapi banyak tidak
hadirnya karena saya
seorang pengusaha agak
yang sibuk.
Sudah. Buktinya tarikan
biaya SPP hanya sedikit.
Jadi RABPS sudah jalan
78
5.
6.
7.
apakah masih
perlu
tarikan/tambahan
biaya dari wali
murid setelah
diterimanya dana
BOS?
Apakah Bapak
pernah memberi
saran-saran
kepada sekolah?
Jika Ya. Tolong
tulislah saran-
saran yang
pernah Bapak
berikan tersebut
(Jika Tidak,
kosongi isian
ini).
Apakah Bapak
pernah memberi
dukungan moral
kepada sekolah
ini?
BOS sudah cukup. Tetapi
memang sarana dan
prasaran sekolah masih
sangat kurang karena tidak
ada dana.
Kadang-kadang pernah
Hendaknya kepala sekolah
melaksanakan program
yang telah ditentukan dan
membangun sarana dan
prasarana lebi lengkap.
Pernah.
Masih perlu sekali,
karena biaya operasional
sekolah tiap tahun lebih
besar dari dana BOS
yang diterima.
Tidak
-
Pernah. ada kegitan
sesekali saya datang
79
8.
9.
10.
Jika Ya. tulis
bentuk dukungan
moral tersebut.
(Jika Tidak,
kosongi isian ini)
Apakah Komite
sekolah
mempunyai
program kerja
komite?
Jika Ya. Tolong
tuliskan secara
singkat program
kerja komite
sekolah itu.
(Jika Tidak,
kosongi isian ini)
Supaya meningkatkan
sarana prasarana
Punya. Yaitu program
kerja komite yang
dibuatkan kepala sekolah
- Mewadahi dan
menyalurkan aspirasi
bersama masarakat
untuk melahirkan
kebijakan operasional.
- Menciptakan suasana
kondusif transparan,
akuntabilitas, dalam
pelayan pendidikan yang
bermutu.
Supaya meningkatkan
kwalitas pendidikan
Tidak punya. Kami tidak
punya program kerja
komite sekolah. Tapi
kami ikuti saja program
kerja kepala sekolah
-
Sumber: (Komite. MTs Negeri dan Komite. MTs. Masyhudiyah
Kab. Gresik, 2007)
Dari data diatas diketahui bahwa komite sekolah negeri pernah
memberi masukan dan saran. Mereka juga punya program kerja komite
80
sekolah, sementara pada sekolah swasta tidak mempunyai program kerja
komite sekolah.
Menurut pengurus komite sekolah negeri, sekolah tidak perlu menarik
biaya lagi kesiswa karena sudah ada dana BOS, sementara di sekolah swasta
masih diperlukan tarikan tambahan biaya kepada siswa.
c. Paparan Data Wawancara Dengan Wali Murid.
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan wali murid MTs Negeri dan
MTs swasta (Masyhudiyah), dapat di rangkum sebagai berikut:
Tabel 4.6
Ringkasan Paparan Data Wawancara Dengan Wali Murid
Uraian Jawaban
No Pertanyaan Wali Murid MTs
Negeri
Wali Murid MTs
Masyhudiyah
1.
2.
Apakah
Bapak/Ibu Wali
murid pernah
diundang rapat
ke sekolah untuk
membicarakan
dana BOS
Dari mana
Bapak/Ibu tahu
tentang dana
BOS
Pernah
Sekolah, TV, Radio,koran
koran, teman-teman, dan
lain-lain
Tidak pernah. Dulu tahun
2005 pernah ada
undangan tapi saya tidak
datang
Dari TV, radio, tetangga
81
3.
4.
5.
6.
7.
Apa yang
Bapak/Ibu
ketahuhui tentang
dana BOS
Setelah di
berikan dana
BOS. Apakah
Bapak pernah
memberi
sumbangan
kepada sekolah?
Jika Ya. Berupa
apakah
sumbangan itu
dan berapa
besarnya.(Jika
Tidak.Kosongi
isian ini).
Apakah Bapak
pernah memberi
dukungan moral
pada sekolah ini?
Sebutkan bentuk
dukungan moral
yang telah Bapak
berikan kepada
sekolah ini,
terutama setelah
diterimanya dana
BOS. (Jika
Tidak, kosongi
isian ini).
Dana bantuan untuk
menggeratiskan SPP siswa,
sehingga kami tidak usah
bayar sekolah lagi seperti
dulu.
Tidak pernah
-
Kadang-kadang
Mendukung semua semua
program dan kebijakan
yang ditetapkan madrasah.
Sekolah gratis/tidak usah
bayar SPP lagi. karena
biaya sekolah sudah
ditanggung sepenuhnya
oleh pemerintah karena
adanya dana BOS
Tidak pernah . Kami
tidak pernah memberi
sumbangan kepada
sekolah. Kan sudah ada
dana BOS.
-
Kadang-kadang. Bila ada
acara lomba kami nonton
Semoga dana BOS selalu
lanca, sehingga dapat
membantu proses belajar.
82
8.
9.
10.
11.
12.
Walaupun sudah
ada program
BOS, apakah
masih ada tarikan
diluar biaya SPP
untuk membiayai
operasional
sekolah?
Apakah Bapak
pernah memberi
saran-saran
kepada sekolah?
Jika Ya. Tulislah
saran-saran
tersebut untuk
sekolah ini. (Jika
Tidak, kosongi
isian ini)
Apakah Bapak
tahu tentang
program kerja
sekolah dan
RAPBS?
Bagaimana
pendapat Bapak
tentang program
kerja sekolah,
terutama setelah
diterima program
BOS di lembaga
ini.
Tidak ada sama sekali
Tidak
–
Tidak tahu. Apa itu
RAPBS ya....?
Baik-baik saja. Buktinya
kami tidak ditarik biaya
lagi
Ada Besarnya Rp. 8000
per bulan
Tidak
–
Tidak tahu. Apa itu
RAPBS ya.... apa tarikan
biaya SPP?
Tidak tahu
Sumber: (Wali murid. MTs Negeri dan MTs. Masyhudiyah
Kab. Gresik, 2007)
83
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sekolah negeri sudah pernah
melakukan sosialisasi BOS sedang sekolah swasta belum. informasi BOS ke
wali murid pada sekoalah swasta diperoleh dari luar sekolah.
Para wali murid mengganggap bahwa setelah sekolah mendapatkan
dana BOS maka semua menjadi gratis, Sehingga mereka tidak pernah lagi
menyumbang ke sekolah baik berupa dana, tenaga.
Disekolah negeri tidak ditarik biaya lagi setelah diterimanya dana
BOS, tetapi disekolah MTs swasta ternyata masih ditarik biaya SPP lagi.
Saran, usul atau pertimbangan kepada sekolah juga tidak pernah
mereka berikan, hanya ketika ada kegiatan lomba sekolah mereka
mendukungnya (dukungan moral). Mereka juga tidak tahu tentang RAPBS
yang merupakan landasan dalam mewujutkan program sekolah.
B. PEMBAHASAN
Semenjak subsidi BBM dikurangi dan dialihkan untuk program yang
lain, pemerintah merancang mekanisme transfer subsidi untuk bidang
Pendidikan dan Kesehatan. Maka, lahirlah kebijakan BOS yang ditujukan
untuk mengurangi biaya pendidikan yang ditanggung orang tua murid.
Keberhasilan program ini tergantung dari pengetahuan orang tua murid akan
dana BOS.
Setelah di keluarkan kebijakan pemerintah tentang pemberian dana
operasional sekolah untuk siswa madrasah Tsanawiyah, maka persentase
84
kelulusan rata-rata nilai UAN MTs Kabupaten Gresik mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat pada tahun ajaran 2004-2005 persentase
kelulusan 99,77% dan tahun ajaran 2005-2006 sebanyak 99,85% sedangkan
persentase kelulusan rata-rata nilai UAN tahun ajaran 2006-2007 belum
terlihat, mengingat Nilai Ujian Nasional (UAN) belum pengumuman
kelulusan pada saat penelitian berlangsungDari kelulusan yang cenderung
menngkat tersebut maka dapat di katkan bahwa indikator program BOS untuk
kelulusan dapat dikatan berhasil.
Untuk nilai rata-rata yang diperoleh selama ujian nasional juga
mengalami peningkatan yang cukup berarti yakni dari 5,887 tahun 2004-2005
menjadi 6,287 pada tahun 2005-2006. Standar kelulusan yang ditetapkan,
mulai dari minimal 4,00 pada tahun 2004-2005 dinaikan menjadi 4,25 pada
tahun 2005-2006 dari skala 10. tetapi siswa dapat mengalami peningkatan
nilai UAN yang menandakan berhasilnya program BOS. Siswa madrasah
Tsanawiyah yang mengalami peningkatan nilai ujian nasional disebabkan
karena adanyaa tambahan pendanaan dari program BOS. Secara umum,
Program BOS sangat membantu penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
di sekolah, dan dalam batas-batas tertentu telah mengurangi beban biaya
pendidikan yang ditangung orang tua murid..
Untuk jumlah siswa yang mendaftar dan diterima di sekolah
Tsanawiyah ternyata mengalami peningkatan yang berarti. Setelah adanya
85
program BOS, jumlah pendaftar yang ingin bersekolah di MTs Kabupaten
Gresik mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada tahun ajaran 2004-2005
jumlah pendaftar yang diterima 6631, tahun ajaran 2005-2006 sebanyak 6750,
sedangkan jumlah siswa yang diterima pada tahun ajaran 2006-2007
sebanyak 6923. Ini juga bisa diartikan minat untuk melanjutkan ke madrasah
Tsanawiyah semakin tinggi setelah program BOS di laksanakan.
Sedangkan untuk siswa yang putus sekolah atau droop out siswa di
madrasah Tsanawiyah mengalami penurunan yang cukup tajam. Penurunan
jumlah siswa yang putus sekolah dikarenakan terbantunya kebutuan biaya
sekolah oleh adanya dana BOS. Kondisi diatas menandakan bahwa program
BOS dapat berhasil dengan baik karena satu tujuan program BOS adalah
membebaskan biaya pendididkan bagi siswa yang tidak mampu dan
meringankan biaya sekolah bagi siswa yang lain sehingga mereka
memperoleh layanan pendidikan dasar yan lebih bermutu dalam rangka
menuntaskan wajib belajar 9 tahun.
Data penelitian hasil wawancara menunjukkan bahwa hanya sebagian
kecil saja orang tua murid yang mengetahui kebijakan pemerintah mengenai
dana BOS. Kebanyakan orang tua mengetahui sumber informasi kebijakan
BOS berasal dari lingkungan luar sekolah. Ini menandakan sosialisasi secara
langsung oleh kepala sekolah dan guru untuk menginformasikan keberadaan
program BOS masih belum merata.
86
Akibatnya partisipasi orang tua menjadi sangat menurun. Ini dapat dilihat dari
tidak adanya sumbangan dari wali murid baik yang berupa saran, barang atau
jasa.
Wali Murid juga cenderung pasif terhadap sekolah. Mereka
mempunyai anggapan bahwa setelah di berikanya dana BOS berarti semua
biaya pendidikan disekolah tersebut sudah gratis, pada hal kalau kita mau
meningkatkan mutu pendidikan maka partisipasi orang tua baik berupa
sumbangan dana, tenaga dan pikiran mutlak diperlukan. Dana BOS hanya
cukupuntuk membiayai kebutuhan minimal pendidikan, sementara untuk
peningkatan mutu masih membutuhkan dana yang lebih besar lagi. Disini
diharapkan semua fihak untuk lebih berperan aktif dalam membantu sekolah.
Adanya dualisme pandangan mengenai tujuan BOS pada buku
panduan versi tahun 2005 dan 2006 yang menyebabkan menurunya parti-
sipasi masarakat terhadap dunia pendidikan. Para orang tua sudah terlanjur
beranggapan bahwa siswa yang bersekolah di tinggkat SD/MI atau SMP/MTs
dibebaskan dari semua biaya pendidikan. Kondisi ini menyulitkan sekolah-
sekolah swasta yang kebutuhan pembiayaanya lebih besar dibandingkan
dengan sekolah negeri. Hal ini di akibatkan pada sekolah negeri gaji guru
sudah di tanggung oleh pusat sedang disekolah swasta harus ditanggung
sendiri.
Dalam Juklak BOS PKPM-BBM dijelaskan bahwa sekolah yang
mendapatkan dana BOS tidak dibolehkan memungut beberapa pungutan
87
seperti yang formulir pendaftaran masuk sekolah, uang buku pelajaran pokok
dan buku penunjang untuk perpustakaan, uang pemeliharaan sekolah, uang
ujian, uang ulangan umum bersana dan ulangan umum harian, honor guru dan
tenaga kependidikan honorer dan kegiatan kesiswaan dari murid yang ada
disekolahnya. Kondisi diatas dapat dilaksanakan hanya pada sekolah negeri
saja, sedang pada sekolah swasta RAPBS sebagian besar dikuluarkan untuk
membiayai gaji guru.
Walaupun demikian, kajian ini juga menemukan beberapa
permasalahan yang cenderung mengurangi peran serta partisipasi masarakat
atau menyebabkan kurang optimalnya manfaat program bagi peningkatan
akses masyarakat, khususnya dari golongan non miskin, terhadap pendidikan
yang berkualitas. Ini terlihat dari kurangnya peranan komite sekolah dan
tidak adanya program kerja komite atau tidak berjalanya program kerja
komite.
Tidak dilibatkanya komite sekolah dan wali murid dalam pembuatan
RAPBS merupakan salah satu indikator menurunya partisipasi masarakat.
Begitu pentingya RAPBS dalam sekolah karena RAPBS merupakan acuan
keberhasilan tujuan belajar serta pencapaian visi dan misi sekolah. Akibatnya
para orang tua cenderung menjadi pasif. Ini terlihat dari tidak adanya
sumbangan sama sekali terhadap sekolah, baik sumbangan berupa saran,
barang atau dukungan moral kepada sekolah
88
Hasil kajian ini juga memperlihatkan posisi strategis sekolah sebagai
ujung tombak pelaksanaan program, sehingga peningkatan kapasitas
kelembagaan sekolah, baik dalam bidang administrasi maupun mekanisme
kontrol internal (check and balances) juga akan sangat menentukan efektivitas
program. Komite sekolah yang ada di kota Gresik belum berjalan secara
efektif. Dibeberapa sekolah swasta bahkan peran komite sekolah tidak
berjalan dengan baik. Dari data yang kami peroleh, para pengurus komite
sekolah hanya dibentuk secara formalitas belaka, padahal sebenarnya mereka
mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan dan
mengembangkan mutu pendidikan. Di Madrasah Tsanawiyah swasta, komite
sekolah cuma menjadi “stempel” dari kepentingan pengelola sekolah. Komite
sekolah di madrsah Tsanawiyah swasta tidak mempunyai program kerja
komite yang jelas, tidak tahu tugas dan fungsi komite, tidak secara aktif
memberikan saran dan sumbangan guna peningkatan mutu pendidikan.
Karena komite sekolah swasta tidak dilibatkan dalam proses pembuatan
RAPBS maka komite sekolah sebagai wakil dari wali murid, menjadi pasif
dan orang tua siswa menjadi tidak punya partisipasi aktif dalam
pengembangkan mutu pendidikan.
Komite sekolah di madrasah Tsanawiyah negeri di kabupaten Gresik
lebih baik dari komite sekolah madrasah Tsanawiyah swasta. Ini terlihat dari
sudah adanya program kerja komite. Tetapi meskipun demikian mereka masih
belum berfungsi secara optimal. Ini terlihat ketika sekolah sedang membuat
89
RAPBS, partisipasi mereka masih sangat kurang. Mereka hanya kadang-
kadang hadir atau kadang-kadang saja memberi pertimbangan dan saran.
Dengan mempertimbangkan manfaat yang telah terwujud dan potensi
manfaat program di masa depan, disarankan agar Program BOS terus
dilanjutkan dengan berbagai penyempurnaan konseptual dan teknis. Saran-
saran untuk penyempurnaan teknis dalam berbagai tahapan pelaksanaan
program sangat diperlukan khususnya berkaitan dengan: (i) perdebatan antara
“sekolah gratis” dan “subsidi bagi siswa miskin”, dan (ii) mekanisme
pelaksanaan program dari pusat ke daerah.
Secara kopseptual, Program BOS yang dilaksanakan saat ini berupaya
untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pendidikan dengan
cara membebaskan biaya pendidikan. Untuk melaksanakan maksud tersebut,
dibuat ketentuan bahwa sekolah yang iurannya lebih kecil dibanding dana
BOS harus membebaskan iurannya, sedangkan yang lebih tinggi masih boleh
menarik iuran.
Jika dikaitkan dengan mandat UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 5 dan
Pasal 11 ketentuan ini cenderung bertentangan dengan UU tersebut karena
“memaksakan” adanya perbedaan penyediaan biaya antar sekolah. Secara
langsung ketentuan ini akan berdampak pada adanya diskriminasi atau
perbedaan mutu pelayanan antar sekolah. Hal ini diperburuk lagi dengan
adanya anggapan bahwa seolah-olah sekolah yang membebaskan uang
sekolah, atau melaksanakan “sekolah gratis”, tidak boleh melakukan pungutan
90
apapun juga dan tidak memerlukan bantuan dari pihak lain (di luar
pemerintah). Padahal dana yang diberikan melalui program BOS tidak
akan mencukupi untuk memberikan pelayanan pendidikan yang berkwalitas
dan bermutu, karena dana BOS hanya dihitung berdasarkan kebutuhan
minimal pendidikan.
91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai ujian akhir nasional (UAN) siswa penerima BOS di Kabupaten Gresik
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
2. Jumlah siswa yang mendaftar dan yang diterima di Madrasah Tsanawiyah di
Kabupaten Gresik mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
3. Ada penurunan angka siswa yang putus sekolah (drop out) dari tahun ke
tahun.
4. Partisipasi orang tua dan masarakat terutama melalui komite sekolah ternyata
mengalami penurunan. Ini dapat dilihat dari semakin sedikitnya sumbangan
yang bisa diberikan kepada sekolah, baik yang berupa dana, saran dan tenaga.
B. Saran-saran
Berdasarkan dari temuan hasil penelitian ini, maka disarankan beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian terutama dari para pelaku pendidikan, yang
antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Pengelola Sekolah
a. Perlu peningkatkan partisipasi masarakat melalui pemberdayaan komite
sekolah dan seluruh pengelola sekolah agar tercipta peningkatan mutu
pendidikan.
92
b. Dalam pembuatan dan penyusunan RAPBS sendaknya melibatkan semua
unsur pendidkan termasuk komite sekolah sehingga semua program
sekolah mendapat dukungan dari masarakat.
2. Bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan
a. Program BOS yang sudah dilaksanakan hendaknya dapat terus
dilanjutkan tetapi tetap dengan mempertimbangkan upaya peningkatan
partisipasi masarakat.
b. Petunjuk teknis tentang pengunaan dana Program BOS hendaknya lebih
disempurnakan sehingga tercipta partisipasi yang tinggi masalah
pendidikan dan pendanaan dari masarakat tetapi tetap berkeadilan sosial.
93
DAFTAR PUSTAKA
Badrun, Dkk. (2003). Deteksi Bias Pada Soal UAN SLTP. Laporan Penelitian,
Yogyakarta : Lembaga Penelitian UNY
Bogdan, R.C., & Biklen, S.K., 1982. Qualitative Research For Education: An
Introduction to Theory and Methodes. Needham Heights, MA: Allyn
Bacon, Inc.
Bogdan, R.C., 1992. Pengantar Penelitian Kualitatif. (Alih Bahasa: Arief
Furchan). Surabaya: Usaha Nasional.
Depdiknas & Depag, 2006. Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
dalam rangka Wajib Belajar 9 Tahun. Jakarta: Depdiknas.
Dunn, W. William, 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Isdijoso, W., 2006. Kajian Cepat PKPS-BBM Pendidikan Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) 2005. Malang: Lembaga Penelitian Semeru.
Islamy, M. Irfan. 2000. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta:
Bumi Aksara.
Irfan, M.I., Suryono, A., Nirman, U., & Kertahadi., 2001. Metodologi Penelitian
Administrasi. Malang: UM Press.
Jalal, F., & Supriadi D., (Ed.). 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Lengkong, J.S.J., 2004. Strategi Perbaikan Sekolah Berdasarkan Perspektif Guru
(Studi Multi-Kasus Pada Tiga SLTP Di Kabupaten Minahasa. Disertasi,
Tidak Dipublikasikan, PPs UM.
Lincoln, Y.S., & Guba, E.G., 1985. Naturalistic Inquiry. London: Sage
Publications.
94
Mantja, W. 2003. Etnografi: Disain Penelitian dan Manajemen Pendidikan.
Malang: Wineka Media.
Mantja, W., 2002. Manajemen Pendidikan Dan Supervisi Pengajaran (Kumpulan
Karya Tulis Terpublikasi). Malang: Wineka Media.
Mardapi, D. 2000. Peningkatan Kualitas Pendidikan yang Berkelanjutan.
Makalah seminar. Jakarta: Puslitbang Sisjian Depdiknas.
Marshall, J., & Peters, M., (Ed.). 1999. Educational Policy.Northampton,
Massachusetts, USA: Edward Elgar Publishing, Inc.
Marshall, C., Mitchell, D., & Wirt F., 1989. Culture and Educational Policy in the
American States. New York: The Falmer Press.
Miles, M.B., & Huberman, A.M. 1984. Qualitative Data Analysis. Beverly Hills:
Sage Publications, Inc.
Miles, .M.B., & Huberman, A.M. 1992. Analisa Data Kualitatif. (Penerjemah:
Rohidi, R. T.). Jakarta: UI-Press.
Mulyana, D. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya. 2001. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik – Kualitatif. 1988. Bandung: Tarsito
Patton, C.V., & Sawicki, D.S., 1986. Basic Methodes of Policy Analysis and
Planning. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc.
Patton, M.Q., 1990. Qualitatif Evaluation and Research Methods. Newbury Park:
CA Sage Publication.
Patton, Q.M., 1987. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods.
Beverly Hills: Sage Publication.
Rahardjo, M.P., 2003. Metoda Riset Kualitatif. Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga.
Seidman, I.E., 1991. Interviewing As Qualitative Research: A Guide for
Researchers in Education and the Social Sciences. New York: Teachers
College Press.
Sonhadji K.H.H.A., 1995. Misi, Strategi, dan Kendala Penelitian Kualitatif.
Makalah dalam Lokakarya. LP-IKIP Malang.
95
Sonhadji K.H.H.A., 1996. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data dalam
Penelitian Kualitatif. Dalam Arifin. Penelitian Kualitatif. Malang:
Kalimasada Press.
Spradley, P.J., 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and
Winston.
Susetyo, B. 2006. BOS (Bantan Operasional Sekolah) dan Penuntasan Wajar 9
Tahun. Buletin Pelangi Pendiidkan. Edisi IV/April 2006.
Suryadi, A. 1999. Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan : Isu, Teori, dan
Aplikasi. Jakarta: Balai Pustaka
Turang, J., 2001. Pengembangan Kebijakan Pendidikan Dan Sosio-Ekonomi
Tingkat Kabupaten/Kota. Universitas Negeri Manado.
Turang, J., 2002. Pengembangan Kebijakan Pendidikan Tingkat Kabupaten/Kota.
Tomohon: Yayasan Mapalus Matuari Minaesa (YM3).
Wahab, Solihin Abdul. 1997. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Perundang-Undangan dan Peraturan Pemerintah:
Pasal 4 ayat 1 UUD 1945
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta:
Sinar Grafika.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999. Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pusat dan Pemerintahan Daerah. Jakarta: Sinar Grafika.
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta,
Depdiknas.
Undang-Undang No. 17 Tahun 1965 tentang pembentukan Badan pemeriksaan
keuangan.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No. 43 Tahun 1999.
96
Undnag-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Undnag-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Bendaharawan wajib memungut Pajak
Penghasilan.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Unang-Undand No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-Undnag No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksanaan, Pengelolaan, dan
Tanggungjawab Keuangan Negara.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Udnang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1998.
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 1998.
Peraturan Pemerintah No. 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawbaan Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan dan Kewenangan
Proponsi sebagai Daerah Otonom.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Keputusan Presiden No. 24 Tahun 2000. tentang Perubahan Tarif Biaya Materai dan
Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang dikenai Biaya Materai.
Keputusan Menteri Pendiidkan dan Kebudayaan Kepmen/ 036/U/1995 tentang
pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Daasar.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 tentang Dewan pendidikan
dan Komite Sekolah.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 060/U/2002 tentang Pedoman Pendirian
Sekolah.
97
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks
Pelajaran.
Keputusan Mendiknas No. 053/U/2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar
Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar
dan Menengah.
98
Lampiran 1
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA DOKUMENTASI,NILAI
UN, JUMLAH PENDAFTAR DAN PENERIMAAN, SISWA-
SISWI YANG DROUP OUT TAHUN 2004-2005
Aspek Variabel Indikator Sumber
data Jumlah Keterangan
Persentase
kelulusan
KKM/
Depag
99,77 %
Yang tidak
lulus 13 siswa
Jumlah
peserta =
5602
Lulus = 5589
UAN
Rata-rata nilai
UAN
KKM/
Depag
B. Indo = 6,20
Mmt = 6,21
B. Ing. = 5,25
Rata-rata 3
mapel. =
5,88
Jumlah
pendaftar
KKM/
Depag 6682
Pendaftaran
dan
Penerimaan
Jumlah yang
diterima
KKM/
Depag 6631
Jumlah siswa
KKM/
Depag 6631
DO
Jumlah siswa
putus sekolah
KKM/
Depag 27 0, 42 %
99
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA DOKUMENTASI,NILAI
UN, JUMLAH PENDAFTAR DAN PENERIMAAN, SISWA-
SISWI YANG DROUP OUT TAHUN 2005-2006
Aspek Variabel Indikator Sumber
data Jumlah Keterangan
Persentase
kelulusan
KKM/
Depag 99,85 %
Jumlah
peserta =
6128
Lulus =
6118 UAN
Rata-rata nilai
UAN
KKM/
Depag
B. Indo = 7,20
Mmt = 6,41
B. Ing. = 5,25
6,63
Jumlah
pendaftar
KKM/
Depag 6927
Pendaftaran
dan
Penerimaan
Jumlah yang
diterima
KKM/
Depag 6750
Jumlah siswa
KKM/
Depag 6750
DO
Jumlah siswa
putus sekolah
KKM/
Depag 18 0,27 %
100
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA DOKUMENTASI,NILAI
UN, JUMLAH PENDAFTAR DAN PENERIMAAN, SISWA-
SISWI YANG DROUP OUT TAHUN 2006-2007
Aspek Variabel Indikator Sumber
data Jumlah Keterangan
Persentase
kelulusan
KKM/
Depag
Jumlah
peserta =
6464
Lulus =
UAN
Rata-rata nilai
UAN
KKM/
Depag
Jumlah
pendaftar
KKM/
Depag 7092
Pendaftaran
dan
Penerimaan
Jumlah yang
diterima
KKM/
Depag 6923
Jumlah siswa
KKM/
Depag 6923
DO
Jumlah siswa
putus sekolah
KKM/
Depag 16
Data diambil
sampai
bulan
Januari 2007
101
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK KEPALA SEKOLAH
Peneliti : Luqman Hakim
Sumber Data/Informan :
Lokasi :
Tanggal :
1. Apakah RAPBS dapat dilaksanakan dengan baik terutama sesudah
diterimanya dana BOS?
2.Apakah sekolah menarik sumbangan lain di luar SPP bila ada kegiatan yang
insidental terutama setelah diterimanya dana BOS?
3.Bagaimana gambaran pembayaran SPP siswa 3 tahun sebelum dan sesudah
menerima program BOS?
4.Apakah wali murid sering memberi pertimbangan/masukan guna kemajuan
sekolah, terutama setelah diterimanya dana BOS?
5.Jika Ya. Bentuk pertimbangan/masukan/rekomendasi apa yang pernah diberikan
oleh wali murid kepada sekolah terutama setelah diterimanya dana BOS?
6.Dalam setiap kegiatan yang melibatkan wali murid apakan mereka selalu hadir
di kegiatan tersebut? Berapa persen kira-kira yang hadir dlm kegitan
tersebut?
7.Berapa persen wali murid yang menyumbang berupa barang kepada sekolah,
terutama setelah diterimanya dana BOS?
8.Bentuk sumbangan barang apa yang pernah diberikan oleh wali murid kepada
sekolah, berupa apa, dan berapa jumlahnya, terutama setelah diterimanya dana
BOS?
9.Berapa persen wali murid yang menyumbang berupa uang kepada sekolah,
terutama setelah diterimanya dana BOS?
102
10. Dalam pembuatan dan perumusan program kerja sekolah dan RAPBS apakah
pihak sekolah mengajak serta anggota komite sekolah terutama setelah
diterimanya dana BOS?
11. Apakah menurut Bapak, wali murid sudah sangat mendukung semua program
dan kebijakan yang ditetapkan sekolah?
103
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK KEPALA SEKOLAH
Peneliti : Luqman Hakim
Sumber Data/Informan : Kepala MTs Negeri Gresik/ h. Abd. Munif M. Pd
Lokasi : Jln. Raya metatu Gresik
Tanggal : 9 April 2007
1. Dapat.
2. Tidak menerik sumbangan lain
3. Sebelum ada BOS pembayaran agak terlambat. Tetappi sesudah menerima
BOS pembayaran siswa lebih lancar
4. Ya. Kadang-kadang
5. pertimbangan agar sarana dan prasarana terus di tambah
6. Hadir, Kira-kira 90 %
7. 0 % . tidak ada
8. Tidak ada
9. 0 %
10. Ya.
11. Sebagian besar Ya. Tapi partisipasinya masih kurang, terutama dalam
kesadaran dan kebersamaan untuk meningkatkan mutu sekolah.
104
PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK KOMITE MADRASAH)
Peneliti : Luqman Hakim
Sumber Data/Informan : komite MTs negeri/ Mujtahid M. Pd
Lokasi : Jln. Raya metatu Gresik
Tanggal : 9 April 2007
1. Selama Bapak menjadi pengurus komite sekolah, apakah Bapak pernah
memberi masukan kepada sekolah terutama 3 tahun sesudah diterimanya
dana BOS?
.............................................................................................................................
.......................................................................................................... ...............
2. Apakah Bapak selalu hadir dalam rapat dan perumusan program kerja sekolah
atau pembuatan RAPBS?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
3. Menurut Bapak, apakah sekolah sudah melaksanakan RAPBS dengan baik,
terutama sesudah diterimanya dana BOS?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
4. Menurut Bapak apakah masih perlu tarikan/tambahan biaya dari wali murid
setelah diterimanya dana BOS?
.............................................................................................................................
5. Apakah Bapak pernah memberi saran-saran kepada sekolah?
.............................................................................................................................
6. Jika Ya. Tolong tulislah saran-saran yang pernah Bapak berikan tersebut (Jika
Tidak, kosongi isian ini).
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
7. Apakah Bapak pernah memberi dukungan moral kepada sekolah ini?
.............................................................................................................................
8. Jika Ya. tulis bentuk dukungan moral tersebut. (Jika Tidak, kosongi isian ini)
.........................................................................................................
.........................................................................................................
9. Apakah Komete sekolah mempunyai program kerja komite?
.........................................................................................................
.........................................................................................................
10. Jika Ya. Tolong tuliskan secara singkat program kerja komite sekolah itu.
105
PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK KOMITE MADRASAH)
Peneliti : Luqman Hakim
Sumber Data/Informan : komite MTs negeri/ Mujtahid M. Pd
Lokasi : Jln. Raya metatu Gresik
Tanggal : 9 April 2007
1. Pernah
2. Kadang-kadang
3. Sudah
4. Tidak perlu
5. Kadang-kadang
6. Hendaknya kepala sekolah melaksanakan program yang telah ditentukan.
7. Pernah
8. Supaya meningkatkan sarana prasarana
9. Punya
10. - Mewadahi dan menyalurkan aspirasi bersama masarakat untuk melahirkan
kebijakan operasional.
- Menciptakan suasana kondusif transparan, akuntabilitas, dalam pelayan
pendidikan yang bermutu.
106
PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK WALI MURID)
Peneliti : Luqman Hakim
Sumber Data/Informan : Wali murid MTs negeri Kls VIII / Sunarto
Lokasi : MTs negeri Gresik
Tanggal : 7 april 2007
1. Setelah di berikan dana BOS. Apakah Bapak pernah memberi sumbangan
kepada sekolah?
......................................................................................................................
2. Jika Ya. Berupa apakah sumbangan itu dan berapa besarnya.(Jika Tidak.
Kosongi isian ini).
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
3. Apakah Bapak pernah memberi dukungan moral pada sekolah ini?
..........................................................................................................
4. Sebutkan bentuk dukungan moral yang telah Bapak berikan kepada sekolah
ini. Terutama setelah diterimanya dana BOS. (Jika Tidak, kosongi isian ini).
..........................................................................................................................
......................................................................................................... ................
..........................................................................................................................
5. Walaupun sudah ada program BOS, apakah masih ada tarikan diluar biaya
SPP untuk membiayai operasional sekolah?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
6. Apakah Bapak pernah memberi saran-saran kepada sekolah ?
..................................................................................................
7. Jika Ya. Tulislah saran-saran tersebut untuk sekolah ini. (Jika Tidak, kosongi
isian ini)
......................................................................................................... ...............
......................................................................................................... ...............
8. Apakah Bapak tahu tentang program kerja sekolah dan RAPBS?
107
.........................................................................................................
9. Bagaimana pendapat Bapak tentang program kerja sekolah, terutama setelah
diterima program BOS di lembaga ini.
..........................................................................................................................
......................................................................................................... ................
PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK WALI MURID)
Peneliti : Luqman Hakim
Sumber Data/Informan : Wali murid MTs negeri Kls VIII / Sunarto
Lokasi : MTs negeri
Tanggal : 7 april 2007
1. Tidak pernah
2. -
3. Kadang-kadang
4. Mendukung semua semua program dan kebijakan yang ditetapkan madrasah.
5. Tidak
6. Tidak
7. –
8. Tidak
9. Baik
108
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK KEPALA SEKOLAH
Peneliti : Luqman Hakim
Sumber Data/Informan :
Lokasi :
Tanggal :
1. Apakah RAPBS dapat dilaksanakan dengan baik terutama sesudah
diterimanya dana BOS?
2.Apakah sekolah menarik sumbangan lain di luar SPP bila ada kegiatan yang
insidental terutama setelah diterimanya dana BOS?
3.Bagaimana gambaran pembayaran SPP siswa 3 tahun sebelum dan sesudah
menerima program BOS?
4.Apakah wali murid sering memberi pertimbangan/masukan guna kemajuan
sekolah, terutama setelah diterimanya dana BOS?
5.Jika Ya. Bentuk pertimbangan/masukan/rekomendasi apa yang pernah diberikan
oleh wali murid kepada sekolah terutama setelah diterimanya dana BOS?
6.Dalam setiap kegiatan yang melibatkan wali murid apakan mereka selalu hadir
di kegiatan tersebut? Berapa persen kira-kira yang hadir dlm kegitan
tersebut?
7.Berapa persen wali murid yang menyumbang berupa barang kepada sekolah,
terutama setelah diterimanya dana BOS?
8.Bentuk sumbangan barang apa yang pernah diberikan oleh wali murid kepada
sekolah, berupa apa, dan berapa jumlahnya, terutama setelah diterimanya dana
BOS?
9.Berapa persen wali murid yang menyumbang berupa uang kepada sekolah,
terutama setelah diterimanya dana BOS?
109
10. Dalam pembuatan dan perumusan program kerja sekolah dan RAPBS apakah
pihak sekolah mengajak serta anggota komite sekolah terutama setelah
diterimanya dana BOS?
11. Apakah menurut Bapak, wali murid sudah sangat mendukung semua program
dan kebijakan yang ditetapkan sekolah?
110
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK KEPALA SEKOLAH
Peneliti : Luqman Hakim
Sumber Data/Informan : Kepala MTs Masyhudiyah Gresik/ H. Aunur Rohim
Lokasi : Jln. Sunan Giri 18 F Gresik
Tanggal : 5 April 2007
1. Dapat. Tapi agak tersendat-sendat
2. Ya
3. Sesudah menerima BOS pembayaran siswa lebih lancar
4. Tidak
5.
6. Sebagian, Kira-kira 60 %
7. 0 % .
8. Tidak ada
9. 0 %
10. Ya. Sebagian kecil yang hadir
11. Ya. Mendukung program sekolah
111
PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK KOMITE MADRASAH)
Peneliti : Luqman Hakim
Sumber Data/Informan : Wali Murid MTs masyhudiyah Kls. VIII/Nur Asia W
Lokasi : Jln. Sunan Giri 18 F Gresik
Tanggal : 7 April 2007
1. Selama Bapak menjadi pengurus komite sekolah, apakah Bapak pernah
memberi masukan kepada sekolah terutama 3 tahun sesudah diterimanya
dana BOS?
.............................................................................................................................
...................................................................................................... .....................
2. Apakah Bapak selalu hadir dalam rapat dan perumusan program kerja sekolah
atau pembuatan RAPBS?
....................................................................................................... .....................
.............................................................................................................................
3. Menurut Bapak, apakah sekolah sudah melaksanakan RAPBS dengan baik,
terutama sesudah diterimanya dana BOS?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
4. Menurut Bapak apakah masih perlu tarikan/tambahan biaya dari wali murid
setelah diterimanya dana BOS?
.............................................................................................................................
5. Apakah Bapak pernah memberi saran-saran kepada sekolah?
.............................................................................................................................
6. Jika Ya. Tolong tulislah saran-saran yang pernah Bapak berikan tersebut (Jika
Tidak, kosongi isian ini).
.............................................................................................................................
..................................................................................................... ......................
7. Apakah Bapak pernah memberi dukungan moral kepada sekolah ini?
.............................................................................................................................
8. Jika Ya. tulis bentuk dukungan moral tersebut. (Jika Tidak, kosongi isian ini)
.........................................................................................................
.........................................................................................................
9. Apakah Komete sekolah mempunyai program kerja komite?
.........................................................................................................
.........................................................................................................
10. Jika Ya. Tolong tuliskan secara singkat program kerja komite sekolah itu.
112
PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK KOMITE MADRASAH)
Peneliti : Luqman Hakim
Sumber Data/Informan : Wali Murid MTs masyhudiyah Kls. VIII/Nur Asia W
Lokasi : Jln. Sunan Giri 18 F Gresik
Tanggal : 7 April 2007
1. Pernah
2. Kadang-kadang
3. Sudah
4. Masih perlu
5. Tidak
6. -
7. Pernah
8. Supaya meningkatkan kwalitas pendidikan
9. Tidak punya
10. -
.
113
PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK WALI MURID)
Peneliti : Luqman Hakim
Sumber Data/Informan :
Lokasi :
Tanggal :
1. Setelah di berikan dana BOS. Apakah Bapak pernah memberi sumbangan
kepada sekolah?
......................................................................................................................
2. Jika Ya. Berupa apakah sumbangan itu dan berapa besarnya.(Jika Tidak.
Kosongi isian ini).
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
3. Apakah Bapak pernah memberi dukungan moral pada sekolah ini?
..........................................................................................................
10. Sebutkan bentuk dukungan moral yang telah Bapak berikan kepada sekolah
ini. Terutama setelah diterimanya dana BOS. (Jika Tidak, kosongi isian ini).
..........................................................................................................................
......................................................................................................... ................
..........................................................................................................................
11. Walaupun sudah ada program BOS, apakah masih ada tarikan diluar biaya
SPP untuk membiayai operasional sekolah?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
12. Apakah Bapak pernah memberi saran-saran kepada sekolah ?
..................................................................................................
13. Jika Ya. Tulislah saran-saran tersebut untuk sekolah ini. (Jika Tidak, kosongi
isian ini)
......................................................................................................... ...............
......................................................................................................... ...............
114
14. Apakah Bapak tahu tentang program kerja sekolah dan RAPBS?
.........................................................................................................
15. Bagaimana pendapat Bapak tentang program kerja sekolah, terutama setelah
diterima program BOS di lembaga ini.
..........................................................................................................................
......................................................................................................... ................
PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK WALI MURID)
Peneliti : Luqman Hakim
Sumber Data/Informan : Wali murid MTs Masyhudiyah Kls. VIII / M. Toyib
Lokasi : MTs Masyhudiyah Gresik
Tanggal : 6 April 2007
1. Tidak pernah
2. -
3. Kadang-kadang
4. Semoga dana BOS selalu lanca, sehingga dapat membantu proses belajar.
5. Ada
6. Tidak
7. –
8. Tidak
9. tidak tahu
115