100
ANALISIS PENOLAKAN INDIA TERHADAP AMERIKA SERIKAT SEBAGAI MEDIATOR KONFLIK KASHMIR TAHUN 2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.SOS) Oleh: Adinda Nur Layla Ahmad 11151130000037 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

ANALISIS PENOLAKAN INDIA TERHADAP AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...9. Keluarga besar AIESEC South Tangerang, HIMAHI UIN Jakarta periode 2015,

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

ANALISA PENOLAKAN INDIA TERHADAP

AMERIKA SERIKAT SEBAGAI MEDIATOR KONFLIK KASHMIR TAHUN 2017

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Juni 2019

Adinda Nur Layla Ahmad

ii

ANALISIS PENOLAKAN INDIA

TERHADAP AMERIKA SERIKAT

SEBAGAI MEDIATOR KONFLIK

KASHMIR TAHUN 2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.SOS)

Oleh:

Adinda Nur Layla Ahmad

11151130000037

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

ii

iii

iv

v

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang melatar

belakangi penolakan India terhadap Amerika Serikat (AS) sebagai

mediator konflik Kashmir tahun 2017. Duta besar AS untuk

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa AS akan

mencari tempatnya dalam upaya menurunkan ketegangan antara

India dengan Pakistan dalam konflik Kashmir, tawaran mediasi ini

diterima dan didukung oleh Perdana Menteri (PM) Pakistan.

Namun, India menolak tawaran mediasi yang diajukan oleh AS

tersebut. Metode kualitatif dan deskriptif merupakan metode

penelitian yang digunakan dalam skripsi ini. Teknik pengumpulan

data dilakukan melalui pencarian data yang berasal dari buku,

artikel dalam jurnal, laporan resmi berita daring, dan wawancara.

Melalui bantuan Teori Kebijakan Luar Negeri untuk

memperhitungkan faktor internal dan eksternal India dalam

keputusan kebijakan luar negerinya untuk menolak Amerika Serikat

sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017. Dan dengan

menggunakan Konsep Kepentingan Nasional untuk membedah apa

saja kepentingan nasional India yang ingin dicapai atau

dipertahankan dalam keputusan kebijakan luar negerinya. Pertama,

faktor internal dapat dilihat dari upaya yang dilakukan oleh politik

domestik India untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya

yaitu menjadikan konflik Kashmir sebagai konflik internal negara

dan mempertahankan wilayah Kashmir yang sudah dianggap ke

dalam territorial India. Kedua, faktor eksternal dapat dilihat dari

India yang meragukan kredibilitas Amerika Serikat untuk menjadi

mediator konflik Kashmir berdasarkan pertimbangan India dalam

melihat dinamika hubungan luar negeri antara India dengan

Amerika Serikat dan Pakistan dan politik luar negeri AS di bawah

rezim Trump.

Kata kunci: Mediasi Konflik Kashmir, India, Amerika Serikat, Teori

Kebijakan Luar Negeri, Konsep Kepentingan Nasional.

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, puji dan syukur selalu penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam

tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad

SAW beserta dengan seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau.

Penulis merasa perlu untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada

beberapa pihak berikut yang telah memberikan dukungan moril kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Dengan segenap rasa hormat dan kerendahan hati, penulis sangat ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Keluarga Penulis, Ayahanda Ahmadi, Ibunda Rukmiati, Kak Annisa

Fitria, dan Afif Abiyyu yang senantiasa telah mendidik, memotivasi,

menginspirasi, menemani dan selalu mendoakan penulis.

2. Bapak Irfan Hutagalung SH, LLM, sebagai dosen pembimbing, terima

kasih atas bimbingan, masukan dan kesabaran yang telah

didedikasikan.

3. Segenap jajaran dosen dan staf di FISIP UIN Jakarta yang telah

memberikan ilmu kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, Ma, CBE dan Bapak Taufik Rigo

MA, atas kebesaran hatinya untuk menyempatkan waktunya kepada

penulis untuk melakukan wawancara singkat guna menyelesaikan

penelitian skripsi penulis.

5. Kak Zahra Yusuf dan Kak Zsahwa Maula yang telah memberikan

bantuan dalam menyelesaikan penelitian skripsi penulis.

6. Sahabat-sahabat penulis yang dari dulu senantiasa menemani penulis

sampai penulis menyelesaikan studi strata 1 nya, yaitu kepada Bian

Rosadita, Nafla Nabila, Salwah Nur Afifah, Nabila Nur Sabrina,

Jihan Putri, Adlia Khalisha, Alissa Shafia, Nadhifa Amani, Devita

Astasia, dan Nurul Izzah Kasuba.

7. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah menemani penulis

selama menempuh pendidikan di FISIP UIN Jakarta, yaitu Ruella

Salsabilla, Audy Saphira, Syahnaz Risfa, Nurul Fazriah, Baiq Tiara,

Nur Asmarani, Malida Awwalia, Annisa Nurul Husna, Annisa Asti,

Nabilla Rizky, Hani Syifa, Karin Gusti, Damara Alvadea, Faradilla

Meiliza, Intan Suci Utari, Vivien Sevira, Ismi Azizah, Halida

Maulidia, Kharisma Anissa, Nuzia Quita, Nabila Febrina, Muthia

Aljufri, Firsty Nabila, Achmad Zulfani, Sultan Rivandi, Hasanul

Banna, Firman Ihsan, Oka Pangestu, Fathi Rizki, Fadhly Nurman,

Gebryan Dwivandrio, Nabil Rahdiga, dan Kevin Distira.

8. Keluarga besar “the Dank A Team” sebagai kelas Hubungan

Internasional

vii

angkatan 2015 yang paling solid dan terbaik dari semester satu

sampai semester delapan.

9. Keluarga besar AIESEC South Tangerang, HIMAHI UIN Jakarta

periode 2015, dan rekan seperuangan HI UIN Jakarta angkatan 2015.

10. Delegasi Kelompok KKN Internasional UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015 dan kepada teman-teman yang telah menjadi rekan baru

pada Multi Stage Negotiation Simulation (MSNS) Kementerian Luar

Negeri Republik Indonesia 2018.

Penulis berharap bahwa semoga semua bentuk dukungan dan kebaikan

tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan

dan jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran dari berbagai pihak

tentu akan sangat membantu penulis sebagai bahan pertimbangan perbaikan

penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih yang

besar ke depannya dalam ranah kajian penelitian pada bidang Ilmu

Hubungan Internasional.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 3 Juli 2019

Adinda Nur Layla Ahmad

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .………………………………………………………………I

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................................. II

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................................................... III

PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI ...................................................................... VI

ABSTRAK ................................................................................................................... V

KATA PENGANTAR ............................................................................................... VI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... VIII

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... X

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. XI

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ XII

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ XIII

BAB I

PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 A. PERNYATAAN MASALAH ..................................................................................... 1

B. PERTANYAAN PENELITIAN ................................................................................... 7

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................................................... 7

D. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 8

E. KERANGKA TEORITIS ........................................................................................... 10

1. Teori Kebijakan Luar Negeri......................................................................... 10

2. Konsep Kepentingan Nasional ...................................................................... 13

F. METODE PENELITIAN ......................................................................................... 16

G. SISTEMATIKA PENELITIAN ................................................................................. 19

BAB II

DINAMIKA HUBUNGAN POLITIK KASHMIR DENGAN NEGARA

INDIA DAN PAKISTAN ........................................................................................... 21 A. LATAR BELAKANG KONFLIK KASHMIR ............................................................. 21

B. DINAMIKA HUBUNGAN POLITIK KASHMIR DENGAN INDIA DAN PAKISTAN ........ 24

BAB III

DINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL INDIA – AMERIKA SERIKAT ........ 31 A. KERJA SAMA DALAM BIDANG PERDAGANGAN BARANG ................................... 31

B. TANTANGAN KERJA SAMA DALAM BIDANG PERDAGANGAN BARANG .............. 35

C. KERJA SAMA DALAM BIDANG NUKLIR SIPIL ..................................................... 38

D. KERJA SAMA DALAM BIDANG KEAMANAN DAN PERTAHANAN ......................... 43

ix

BAB IV

ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN INDIA TERHADAP AS SEBAGAI

MEDIATOR KONFLIK KASHMIR TAHUN 2017 .............................................. 46 A. FAKTOR POLITIK DOMESTIK .............................................................................. 46

1. Perspektif Pemimpin ...……………………………………………… .42

2. Partai yang Berkuasa..……………………………………………………. 46

3. Konsensus Politik India..………………………………….………………48

4. Kepentingan Nasional India..……………………………………………. 50

B. Dinamika Hubungan Luar Negeri India dengan AS dan Pakistan………….57

1. Upaya Pakistan Dalam Konflik Kashmir ...................................................... 58

2. Hubungan Bilateral AS - Pakistan..…………………………………………….54

3. Politik Luar Negeri AS di bawah Rezim Donald Trump .............................. 63

BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 67

A. KESIMPULAN ...................................................................................................... 67

B. SARAN……………..……………………………………………………………..67

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... LXIII

LAMPIRAN – LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel III.1. Perdagangan Barang AS dengan India Tahun 2016……………32

Tabel III.2. Perdagangan Barang AS dengan India Tahun 2017……………34

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Peta Letak Geografis Jammu dan Kashmir……..22

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Wawancara dengan Taufik Rigo, MA………………..…….…..Ixix

Lampiran II: Wawancara dengan Prof. Dr Azyumardi Azra, Ma, CBE...…..Ixxvi

xiii

DAFTAR SINGKATAN

OHCHR Office of the United Nation High Commissioner for

Human Rights

AS Amerika Serikat

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

HTCG High Technology Cooperation Group

BJP Bharatiya Janata Party

IDSA the Institute for Defence Studies and Analyses

LEMOA Logistics Exchange Memorandum of Agreement

COMCASA Communications Compatibility and Security

Agreement

BECA Basic Exchange and Cooperation Agreement for

Geospatial Cooperation

HAM Hak Asasi Manusia

PM Perdana Menteri

JWG Join Working Group

BRICS Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan

NPT Non-Proliferation

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Pasca dibaginya wilayah Negara India oleh kolonialisme Inggris menjadi

dua negara yaitu India dan Pakistan pada tahun 1947 memicu banyak sekali

konflik salah satunya adalah terjadinya perebutan wilayah antara India dengan

Pakistan, wilayah yang diperebutkan tersebut adalah wilayah Kashmir. Semenjak

saat itu Kashmir menjadi wilayah yang disengketakan. Konflik Kashmir yang

berkelanjutan menyebabkan Perang Kashmir terjadi pada tahun 1947-1949, ketika

Maharaja Kashmir memilih bergabung dengan India. Pakistan tidak menerima

keputusan tersebut karena rakyat Kashmir bermayoritas muslim sedangkan

Maharajanya beragama Hindu, seharusnya Kashmir masuk ke Pakistan,

sedangkan India menganggap bahwa Kashmir telah masuk kebagian negaranya.

Tahun 1965 terjadi Perang Kashmir II yang mengakibatkan baku tembak antar

kedua negara.1

Letak geografis wilayah Kashmir berada di antara perbatasan utara India

dan Pakistan timur laut. Bagian barat laut dikendalikan oleh Pakistan, sebagian

besar membentuk negara bagian Azad Kashmir, sementara sisanya dimasukkan ke

dalam negara bagian India Jammu dan Kashmir.2 Konflik sengketa perbatasan ini

menjadi konflik yang berkelanjutan dan menimbulkan banyak sekali berbagai

macam masalah lain salah satunya seperti pelanggaran Hak Asasi Manusia

1 Monica Krisna Ayunda dan Rhoma Dwi Aria Y, M.Pd, “Konflik India dan Pakistan Mengenai

Wilayah Kashmir Beserta Dampaknya (1947-1970),” Universitas Negeri Yogyakarta, 917 [jurnal on-line];

tersedia di http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/risalah/article/download/9991/9583, diunduh pada 1

Oktober 2018. 2 Oxford English Dictionary, “definition Kashmir” [buku on-line] tersedia di

https://en.oxforddictionaries.com/definition/kashmir, diunduh pada 1 Oktober 2018.

2

(HAM). Dengan ini maka dapat dikatakan tempat paling berbahaya di dunia saat

ini adalah sub-benua India dan garis kontrol di Kashmir. Konflik Kashmir adalah

hasil dari suatu proses penelantaran, diskriminasi, penindasan terhadap identitas

Kashmir, serta keunggulan dari pendekatan kekuasaan sentris yang dipegang oleh

rezim silih berganti dari India dan Pakistan.3

Pelanggaran HAM terjadi akibat bentrokan antara India – Kashmir – Pakistan

yang sudah semakin parah. Para demonstran dianggap menjadi ancaman

keamanan tersendiri bagi India sehingga India melawan para demonstran tesebut

menggunakan kekuatan militer mereka (hard power). Para demonstran melakukan

demo untuk menuntut hak-haknya namun bukannya hak mereka yang mereka

dapatkan, mereka malah mendapatkan penyiksaan dan pembunuhan. Seperti yang

terjadi pada 1 April 2018, setidaknya 13 militan Kashmir dan tiga tentara tewas

dalam serangkaian baku tembak, lima warga sipil tewas dan puluhan lainnya

terluka ketika pasukan keamanan menindak unjuk rasa yang terjadi.4 Pelanggaran

HAM dilakukan tentara India dengan penembakan peluru kepada para

demonstran, aksi itu menyebabkan 1.000 orang cacat fisik, kebutaan bahkan

meninggal dunia.5

Kemudian kondisi konflik pelanggaran HAM semakin parah ketika salah satu

militan Kashmir Burhan Muzaffar Wani dibunuh oleh tentara keamanan India di

3 Hilal Wani, “Understanding Kashmir Conflict: Looking for its Resolution,” ResearchGate, (Januari

2013),179-180 [jurnal on-line]; tersedia di

https://www.researchgate.net/publication/312146603_Understanding_Kashmir_Conflict_Looking_for_its_Re

solution; Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018. 4 Human Rights Watch, 6 April 2018, [jurnal on-line] tersedia di https://www.hrw.or

g/id/news/2018/04/06/316916; Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018. 5 Rmol.co, “Pakistan Beberkan Pelanggaran HAM di Kashmir,” 8 Februari 2018 [ berita on-line]

tersedia di https://dunia.rmol.co/read/2017/02/08/279722/Pakistan-Beberkan-Pelanggaran-HAM-Di-Kashmir-

; Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018.

3

desa Bumdoora, Kokernag di negara bagian India Jammu dan Kashmir pada 8 Juli

2016.6 Wani merupakan komandan Hizbul Mujahideen yaitu sebuah kelompok

militan Kashmir. Peristiwa ini membuat para warga Kashmir marah dan

melakukan demonstrasi besar-besaran sehari setelah Wani meninggal yaitu pada

tanggal 9 Juli 2016. Seperti pemberitaan yang dimuat oleh media berita online

New York Times bahwa ribuan demonstran memadati jalan di kota-kota lembah

Kashmir pada 9 Juli 2016, dan terjadi bentrokan antara demonstran Kashmir

dengan petugas keamanan India. Bentrokan ini termasuk yang terburuk yang

pernah terjadi di wilayah ini selama bertahun-tahun, dan menyebabkan lebih dari

30 orang tewas, termasuk seorang perwira polisi, dan ribuan lainnya terluka.7

Sebagian besar korban tewas adalah pengunjuk rasa yang ditembak oleh pasukan

keamanan, dan rumah sakit penuh dengan warga sipil yang terluka. Para

pengunjuk rasa menyerang kendaraan polisi, pos keamanan dan properti

pemerintah lainnya.8

Gerakan demonstrasi semakin memuncak dan bentrokan semakin sering

terjadi semenjak meninggalnya Wani. Hal ini tercatat dalam laporan dari OHCHR

yang menyatakan bahwa;

On 8 July 2016, Burhan Wani, the 22-year old leader of the Hizbul

Mujahidin, an armed group, was killed by Indian security forces during an

armed clash in Bumdoora village in Kokernag area in the Indian state of

Jammu and Kashmir. This triggered protests against his killing on a very

large and unprecedented scale throughout the Kashmir Valley and in

districts of Jammu. Indian security forces responded to protests with force,

6 New York Times, “How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir”, 15 Juni 2018

[berita on-line] tersedia di https://www.nytimes.com/2016/07/17/world/asia/how-killing-of-prominent-

separatist-set-off-turmoil-in-kashmir.html; Internet; diunduh pada tanggal 1 Oktober 2018. 7New York Times, How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir, 15 Juni 2018. 8 New York Times, How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir, 15 Juni 2018.

4

which led to casualties and a wide range of alleged related human rights

violations throughout the summer of 2016 and into 2018.9

Jika konflik Kashmir tidak ditangani dengan cepat maka jumlah korban jiwa

karena pelanggaran HAM akan bertambah setiap tahunnya bahkan setiap harinya.

Perlunya mediator yang mampu menjadi pihak ketiga (netral) dalam Kasus

Kashmir untuk memberikan solusi yang baik dan tepat agar segala dampak dari

masalah ini bisa diminimalisir bahkan dihilangkan.

PM Pakistan Nawaz Sharif menyatakan “With regards to Kashmir, America

can play a very critical role, which it has not done. We wish to see progress

towards the resolution of the Kashmir dispute, which is the biggest hurdle in

the way of peace and development in the region and the whole world, including

the US, is fully aware of this reality”.10

Selain itu PM Sharif juga menyatakan bahwa Pakistan ingin melihat melihat

kemajuan dalam penyelesaian sengketa Kashmir, yang merupakan rintangan

terbesar di jalan perdamaian dan pembangunan di kawasan itu.11

Pernyataan PM Pakistan mendapatkan tanggapan oleh Duta Besar AS untuk

PBB Nikki Haley mengatakan AS akan mencoba dan menemukan tempatnya

dalam upaya untuk mengurangi ketegangan India – Pakistan dan tidak menunggu

lama lagi sampai suatu hal buruk akan terjadi.

Haley menyatakan “It's absolutely right that this administration is concerned

about the relationship between India and Pakistan and very much wants to see

how we de-escalate any sort of conflict going forward”.12

9 Office of the United Nation High Commissioner for Human Rights (OHCHR), “Report on the

Situation of Human Rights in Kashmir: Developments in the Indian State of Jammu and Kashmir from June

2016 to April 2018, and General Human Rights Concerns in Azad Jammu and Kashmir and Gilgit-Baltistan”,

14 Juni 2018, 4 [jurnal on-line] tersedia di

https://www.ohchr.org/Documents/Countries/IN/DevelopmentsInKashmirJune2016ToApril2018.pdf;

Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018. 10 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says

Pakistan PM Nawaz Sharif,“ 12 April 2017 [berita on-line] tersedia di

https://www.indiatoday.in/world/story/pakistan-nawaz-sharif-kashmir-dispute-america-trump-india-971075-

2017-04-12; Internet; diunduh pada 2 Oktober 2018. 11 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says

Pakistan PM Nawaz Sharif,” 12 April 2017.

5

Duta Besar Pakistan untuk AS Aizaz Ahmad Chaudhry telah menyambut baik

tawaran AS dan mengatakan bahwa setiap peran positif yang dilakukan oleh AS

untuk membawa perdamaian dan stabilitas di Asia Selatan dapat melayani

kawasan ini dengan baik.13

Namun respon yang diberikan oleh pihak India malah sebaliknya, pihak India

menolak penawaran AS sebagai mediator konflik Kashmir, tepat setelah beberapa

jam pihak Pakistan menerima tawaran Haley, India dengan cepat menolak peran

AS dalam menyelesaikan masalah India – Pakistan.14

India secara konsisten

mengesampingkan mediasi pihak ketiga, juru bicara kementerian ursuan luar

negeri India, Gopal Baglay mengutuk Haley karena mengisyaratkan bahwa AS

siap untuk menengahi konflik Kashmir. Dia meminta komunitas internasional

untuk membujuk Pakistan saja agar menghentikan serangan teroris lintas

perbatasan, dibandingkan ingin menjadi mediator dalam konflik Kashmir ini.15

Baglay meyampaikan “We of course expect the international community and

organisations to enforce international mechanisms and mandates

concerning terrorism emanating from Pakistan, which continues to be the

single biggest threat to peace and stability in our region and beyond”.16

Keputusan India untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir ini

menjadi menarik ketika mengingat pada dasarnya hubungan antara negara India –

12 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says

Pakistan PM Nawaz Sharif,” 12 April 2017. 13 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says

Pakistan PM Nawaz Sharif,” 12 April 2017. 14 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says

Pakistan PM Nawaz Sharif,” 12 April 2017. 15 Live mint, “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it,” 5 April 2017 [berita on-line]

tersedia di https://www.livemint.com/Politics/1fQbPwhZQXV1sArP3xRjJK/Pakistan-welcomes-US-

mediation-after-India-rejects-it.html; Internet; diunduh pada 2 Oktober 2018. 16 The Times of India, “India rejects US offer to mediate with Pakistan on Kashmir issue,” 5 April

2017, tersedia di https://timesofindia.indiatimes.com/india/india-rejects-us-offer-to-mediate-with-pakistan-

on-kashmir-issue/articleshow/58018616.cms, pada tanggal 2 Oktober 2018; Internet; diunduh pada 2 Oktober

2018.

6

AS dalam keadaan yang baik-baik saja, sehingga seharusnya dengan AS yang

ingin menjadi mediator konflik Kashmir, India menjadi senang akan keterlibatan

AS bukan malah merasa ragu atas keterlibatan AS dalam konflik Kashmir ini.

Keputusan India untuk menolak AS mengundang pertanyaan besar mengapa India

menolak AS sebagai mediator dalam konflik Kashmir, ketika Pakistan justru

memberikan respon yang sangat positif dan terbuka.

Jika dilihat kembali bagaimana kerjasama yang terjalin antara India – AS

salah satunya adalah kerjasama dalam bidang militer yaitu Logistics Exchange

Memorandum of Agreement (LEMOA) dapat berjalan dengan baik antara kedua

negara tersebut maka seharusnya dengan kerjasama LEMOA yang terjalin dengan

baik,17

India tidak menolak AS dalam niat baiknya menjadi mediator di konflik

Kashmir tersebut. Sehingga, seharusnya dengan hubungan baik yang terjalin

antara India – AS seharusnya India merasa senang jika AS ingin menjadi mediator

dalam konflik Kashmir dan tidak memberikan respon negatif berupa penolakan

atas tawaran dari AS tersebut.

Berangkat dari pemikiran tersebut maka peneliti berasumsi bahwa India

memiliki faktor lain yang mampu membuat India menjadi ragu atas kredibilitas

AS untuk menjadi mediator konflik Kashmir, sehingga peneliti ingin melihat

faktor apa yang menjadi pertimbangan bagi India untuk memutuskan kebijakan

luar negerinya menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017.

17 The Hindu, “What is LEMOA?,” 18 Oktober 2016 [berita on-line] tersedia di

https://www.thehindu.com/news/national/What-is-LEMOA/article15604647.ece; Internet; diunduh pada 2

Oktober 2018.

7

B. Pertanyaan Penelitian

Agar penelitian skripsi ini tidak terlalu meluas dari inti permasalahan yang

ingin dikaji, penulis memberikan pembatasan pada pertanyaan penelitian, yaitu:

“Apa faktor yang melatarbelakangi keputusan India untuk menolak AS

sebagai mediator konflik Kashmir pada tahun 2017?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi berjudul Analisis

Penolakan India Terhadap Amerika Serikat Sebagai Mediator Konflik Kashmir

Tahun 2017:

1. Menganalisis faktor dibalik kebijakan luar negeri India dalam menolak

Amerika Serikat sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017.

2. Mengaplikasikan teori serta konsep dalam studi ilmu Hubungan

Internasional sebagai alat analisis terhadap pertanyaan penelitian di skripsi

ini.

Kemudian, hasil penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat berupa:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

perkembangan studi ilmu Hubungan Internasional, khususnya terkait

konflik di Kashmir.

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan analisis terkait konflik di

Kashmir, khususnya terkait kepentingan nasional India terkait konflik

Kashmir periode 2015-2018.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang komprehensif bagi

penelitian yang relevan.

8

D. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa karya ilmiah yang digunakan sebagai tinjauan pustaka

dalam skripsi ini, tinjauan pustaka tersebut sekiranya telah menjelaskan seputar

beberapa bidang hubungan kerjasama AS – India, dinamika strategi hubungan

kerjasama AS – India, dan hubungan antara India – AS – Pakistan seperti hasil

penelitian dibawah ini:

Tinjauan pustaka pertama adalah Jurnal dari Dr Saroj Bishoyi yang bekerja

di North American Centre at the Institute for Defence Studies and Analyses

(IDSA). Jurnal tersebut berjudul “Defence Diplomacy in AS – India Strategic

relationship Vol 5. No 1” dipublikasikan pada Januari 2011. Bishoyi berupaya

untuk memaparkan sejarah kerjasama antara AS – India. Fokus penelitian Bishoyi

adalah melihat bagaimana strategi AS – India dalam diplomasi mereka dibidang

pertahanan sejak tahun 1992 – 2011. Komponen yang membedakan jurnal ini

adalah fokus bahasannya yang hanya membicarakan bagaimana sesungguhnya

proses transformasi kerjasama antara AS – India dalam bidang pertahanan, dan

memberikan bukti bahwa hubungan kerjasama antara AS – India selalu

mengalami perkembangan. Seperti pada tahun 2000 AS – India bergabung dan

melakukan Join Working Group (JWG) untuk melakukan kerjasama dalam

counter terrorism, pada tahun 2002 mereka juga membuat High Technology

Cooperation Group (HTCG) dan selalu berkembang kerjasama lainnya dalam

bidang pertahanan sampai tahun 2011.18

18 Saroj Bishoyi, “Defence Diplomacy in US India Strategic Relationship,” Journal of Defence

Studies, Vol. 5, No. 1, (Januari 2011), 83 [jurnal on-line] tersedia di

https://www.researchgate.net/publication/312146603_Understanding_Kashmir_Conflict_Looking_for_its_Re

solution; Internet; diunduh pada 2 Oktober 2018.

9

Tinjauan pustaka kedua adalah Jurnal karya K. Alan Konstadt, Paul K. Kerr,

Michael F. Martin dan Bruce Vaughn yang berjudul “India: Domestic Issues,

Strategic Dynamics, and U.S. Relations” dipublikasikan pada 1 September 2011

oleh lembaga Congressional Research Service. Fokus penelitian ini adalah

melihat sejauh mana hubungan bilateral antara AS – India itu berkembang sampai

tahun 2011. Komponen yang membedakan jurnal ini adalah mengenai fokus

bahasannya yang lebih membahas secara luas bagaimana hubungan bilateral yang

terjalin antara AS – India dalam banyak bidang secara signifikan diantaranya

kerja sama dalam bidang perdagangan barang dan tantangannya, kerja sama

dalam bidang nuklir sipil dan kerja sama dalam bidang keamanan dan

pertahanan.19

Beberapa data yang dikumpulkan dalam penelitian cukup valid

karena diambil dari dokumen akademik dan berdasarkan penelitian yang sudah

lebih dahulu dilakukan oleh penulis-penulis sebelumnya.

Tinjauan pustaka ketiga adalah “The Role of India and Pakistan Leadership

in Kashmir Conflict” oleh Gulraze Shafiq dipublikasikan pada tahun 2017 oleh

United States International University – Africa. Fokus penelitian ini adalah untuk

mengeksplorasi perkmbangan sub-konflik Kashmir atas konflik antar negara yang

lebih luas antara India dan Pakistan. Tujuan penelitian ini lebih bersifat untuk

memetakan peran kepemimpinan Pakistan dan India dalam penyelesaian konflik

19 K. Alan Kronstadt, Paul K. Kerr, Michael F. Martin dan Bruce Vaughn, India: Domestic Issues,

Strategic Dynamics and U.S. Relations, [buku on-line] Congressional Research Service (1 September 2011),

75-92; tersedia di https://www.hsdl.org/?view&did=719130; Internet; diunduh pada 2 Oktober 2018.

10

Kashmir.20

Beberapa data ang dikumpulka dalam penelitian ini valid karena

diambil dari dokumen akademik.

Peneliti telah membaca beberapa literatur yang memiliki keterkaitan dengan

tema dari skripsi seperti seputar konflik Kashmir dan hubungan antara negara

India – AS. Namun, peneliti belum dapat menemukan literatur yang membahas

mengenai alasan yang sebenarnya mengenai kebijakan luar negeri India dalam

menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir dan belum ada juga yang

membahas mengenai faktor-faktor yang menjadi landasan dasar India

mengeluarkan kebijakan tersebut. Sehingga, peneliti akan melakukan penelitian

lebih dalam dengan membaca sejarah hubungan India – AS – Pakistan, dan

informasi terbaru mengenai hubungan antara ketiga negara tersebut dan juga

mengenai konflik Kashmir untuk menjadikanya beberapa acuan dalam menjawab

pertanyaan penelitian dalam skripsi ini.

E. Kerangka Teoritis

1. Teori Kebijakan Luar Negeri

Dalam memahami pengambilan keputusan kebijakan luar negeri suatu

negara dapat dianalisa dengan menggunakan teori kebijakan luar negeri yaitu

dengan menganalisis proses dan dinamika yang mengarah pada keputusan

kebijakan luar negeri tersebut. Kebijakan luar negeri yaitu kebijakan atau interaksi

yang diberikan oleh suatu negara terhadap negara lain di luar batas wilayahnya.21

20 Gulraze Shafiq, “The Role of India and Pakistan Leadership in Kashmir Conflict”, [Jurnal on-line]

Digital Repository from United States International University – Africa (2017), teredia di

http://erepo.usiu.ac.ke/bitstream/handle/11732/3600/GULRAZE%20SHAFIQ%20MAIR%202017.pdf?seque

nce=1&isAllowed=y; Internet; diunduh pada 22 Juli 2019. 21 Marijke Breuning, “Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction”, New York: Palgrave

MacMillan, 2007, Chapter. 1.

11

Menurut Alex Mintz dan Karl DeRouen kebijakan luar negeri merupakan

sekumpulan pilihan yang diputuskan oleh individu, kelompok atau koalisi dan

keputusan kebijakan tersebut memengaruhi interaksi antar negara dalam interaksi

di lingkungan internasional.22

Sehingga kebijakan luar negeri dapat diartikan

sebagai upaya untuk merancang, mengelola dan mengendalikan hubungan luar

negeri negara tersebut yang didasari oleh kepentingan nasional negara atau respon

dari suatu kejadian/kebijakan luar negeri dari negara lain di luar wilayah negara

tersebut.23

Terdapat dua aspek yang berkaitan erat dalam proses pembuatan

keputusan kebijakan luar negeri yaitu resiko dan ketidak pastian.24

Mengingat

setiap keputusan kebijakan luar negeri suatu negara akan memengaruhi

interkasinya dengan negara lain sehingga keputusan kebijakan luar negeri

berdasar pada pertimbangan konsekuensi yang mungkin akan didapat di

lingkungan internasional, dan dalam proses pembuatannya harus dilakukan

dengan perhitungan yang sangat baik.25

Hal ini guna meminimalisir segala resiko

yang didapat dan memastikan bahwa kebijakan luar negeri yang dibuat dapat

mencapai kepentingan nasional negara.

22 Alex Mintz dan Karl DeRouen. “Understanding Foreign Policy Decision Making”. Cambridge University

Press, 2010. Hal. 3 [buku on-line] tersedia di

https://pdfs.semanticscholar.org/0c7a/42d12a3710ba23fea4459fa2515728d0683f.pdf; Internet; diunduh pada

22 Juli 2019. 23 Mark Webber dan Michael Smith, “Foreign Policy in a Transformed World”, United Kingdom:

Pearson Education, 2002, hal. 9-10.

24 Alex Mintz dan Karl DeRouen. “Understanding Foreign Policy Decision Making”. Cambridge

University Press, 2010. Hal. 3 25 Valerie M. Hudson, “Foreign Policy Analysis: Actor Specific Theory and The Ground of

International Relations”, International Studies Association, Blackwell Publishing, 2005. Hal. 2

12

Menurut K. J. Holsti, tujuan dibuatnya kebijakan luar negeri dalam politik

internasional adalah untuk mencapai, mempertahankan atau mengubah suatu hal

atau keadaan guna mencapai kepentingan nasionalnya.26

Menurut K. J. Holsti

terdapat tiga kategori tujuan dari kebijakan luar negeri yaitu tujuan jangka pendek,

menengah dan panjang. 27

Perbedaan dari ketiga tujuan tersebut adalah, jika tujuan

kebijakan luar negeri tersebut bersifat jangka pendek maka kepentingan dan nilai

inti dalam mencapai kepentingan nasional dalam mencapainya aktor negara

menyanggupkan untuk melakukan pengorbanan sebesar-besarnya untuk mencapai

kepentingan tersebut.

Tujuan jangka menengah memiliki tiga tipe yaitu yang pertama upaya

yang dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan untuk

perbaikan ekonomi, kemudian yang kedua meningkatkan prestise negara dalam

sistemnya di mana prestise dapat diukur dari tingkat perkembangan industri dan

keterampilan ilmiah dan teknologi. Dan yang ketiga adalah upaya untuk perluasan

diri atau imperialsime. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah rencana, impian

dan pandangan mengenai organisasi politik dan ideologi sistem internasional,

hubungan antar negara dan peran negara.

Sehingga K. J. Holsti menyimpulkan bahwa kebijakan luar negeri suatu

negara merupakan perilaku yang dilakukan oleh suatu negara untuk mendapatkan

keuntungan dan mencapai atau mempertahankan kepentingan nasionalnya. Untuk

mencapai hasil atau keputusan kebijakan luar negeri, suatu negara harus melalui

26 K. J., Holsti, “International Politics: A Framework for Analysis, 6th edition”, New Jersey:

Pretince-Hall International, 1992, hal 269. 27 K. J., Holsti, “International Politics: A Framework for Analysis, 6th edition”, hal 145 – 147.

13

proses pembuatan kebijakan, di mana kebijakan ini telah dipertimbangkan,

dirumuskan dan ditentukan oleh pemerintah negara.

Menurut K. J. Holsti dalam membuat keputusan kebijakan luar negeri,

negara dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.28

Faktor internal yaitu meliputi pemimpin negara, pemerintahan atau lembaga

negara, kondisi internal yang meliputi sejarah, politik, sosial, budaya dan

ekonomi.29

Selain itu faktor internal juga dipengaruhi oleh pertimbangan

kepentingan nasional negara.30

Sedangkan faktor eksternal meliputi struktur

sistem internasional, baik karakteristik, kejadian atau kebijakan dari suatu negara

yang memengaruhi negara lain, sehingga negara yang terkena dampak dari

kebijakan tersebut memberikan respon.31

Terkait dengan fenomena yang ingin dianalisa dalam penelitian ini maka

teori kebijakan luar negeri menjadi landasan berpikir yang digunakan untuk pisau

analisis dalam menjawab pertanyaan penelitian yaitu apa faktor yang melatar

belakangi keputusan India untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir

tahun 2017.

2. Konsep Kepentingan Nasional

Scott Burchill dalam bukunya menyatakan bahwa kepentingan nasional

merupaan kunci atau landasan dari politik luar negeri, sehingga segala bentuk

28 K. J., Holsti, “International Politics: A Framework for Analysis, 6th edition”, hal 269. 29 Marijke Breuning, “Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction”, New York: Palgrave

Macmillan, 2007, hal 12 – 13.

30 Daniel S. Papp, “Contemporary International Relations: Framework for Understanding, 2nd

edition”, New York: MacMillan Publishing Company, 1988, hal 29. 31 K. J., Holsti, “International Politics: A Framework for Analysis, 6th edition”, hal 269.

14

keputusan kebijakan luar negeri didasarkan atas berbagai macam ideologi atau

pertimbangan kepentingan nasional negara.32

Dalam merumuskan kebijakan luar

negeri, para pembuat keputusan kebijakan dipandu oleh perspektif kepentingan

nasional mereka yang bertujuan untuk mencapai, mempertahankan atau melindugi

kepentingan nasional negara.33

Pemikiran Hans J. Morgentau didasarkan oleh

premis bahwa strategi politik luar negeri harus didasarkan pada kepentingan

nasional, bukan hanya dilihat dari alasan-alasan moral dan ideologi yang dianggap

utopis, legal atau berbahaya.34

Selain itu, menurut Hans J. Morgenthau, kepentingan nasional dibagi

menjadi dua dimensi yaitu kepentingan nasional vital dan sekunder. Perbedaan

dari kepentingan nasional vital dan sekunder adalah, jika kepentingan nasional

vital merupakan kepentingan yang berkenaan dengan kedaulatan negara, sehingga

kepentingan nasional vital memiliki tujuan untuk memertahankan identitas

nasional, keamanan negara, dan sistem politik. Sedangkan kepentingan nasional

sekunder adalah kepentingan nasional yang berkaitan dengan berbagai macam

kepentingan di luar aspek kedaulatan dan keamanan negara, salah satu contohnya

32 Scott Burchill, “Theories of International Relations”, New York: Palgrave, 1996, hal 106.

33 VK. Malhotra, “International Relations”, New Delhi: Anmol Publications Pvt Ltd, 2002, hal. 79.

34 Kiyono Ken, “A Study on The Concept of The National Interest of Hans Morgenthau: As a

Standard of American Foreign Policy,” Nagasaki University‟s Academic Output Site, 経営と経済, 49(3),

pp.1-20; 1969, 31 Oktober 1995 [jurnal online]; tersedia di

http://naosite.lb.nagasakiu.ac.jp/dspace/bitstream/10069/27783/1/keieikeizai49_03_04.pdf; Internet; diunduh

pada 26 Juli 2019.

15

seperti memberikan perlidungan terhadap warga negara yang tinggal di luar

negeri. 35

Kemudian, Hans J. Morgenthau juga membagi sifat kebijakan luar negeri

menjadi dua yaitu kepentingan nasional yang bersifat spesifik dan general.

Perbedaan dari kedua sifat tersebut adalah, jika kepentingan nasional yang bersifat

spesifik merupakan kepentingan yang sifatnya khusus bagi negara tersebut yang

ingin dicapai dalam hal politik, sosial budaya atau ekonomi. Sedangkan,

kepentingan nasional yang bersifat general adalah pencapaian negara pada

umumnya seperti menjaga kedaulatan negara.36

Selain membagi sifat kepentingan

nasional menjadi dua seperti penjelasan sebelumnya, Hans J. Morgenthau juga

membedakan jenis-jenis kepentingan nasional. Menurutnya, jenis-jenis

kepentingan nasional adalah kepentingan nasional yang berkaitan dengan

keamanan nasional, kepentingan kekuatan nasional, kepentingan citra nasional

dan kepentingan pengembangan ekonomi nasioal.37

Kemudian dari rangkaian pemikiran Hans J. Morgenthau di atas mengenai

pengertian kepentingan nasional, dimensi kepentingan nasional, sifat dari

kepentingan nasional, dan jenis kepentingan nasional maka konsep yang

digunakan untuk menganalisa penelitian ini adalah konsep kepentingan nasional

35 Michael G. Roskin, “National Interest: From Abstraction to Strategy”, 20 Mei 1994 [laporan on-

line]; tersedia di https://www.globalsecurity.org/military/library/report/1994/ssi_roskin.pdf; Internet; diunduh

pada 26 Juli 2019.

36 Michael G. Roskin, “National Interest: From Abstraction to Strategy”

37 Michael G. Roskin, “National Interest: From Abstraction to Strategy”

16

dari Hans J. Morgenthau. Dalam kasus penolakan India terhadap AS sebagai

mediator konflik Kashmir ini terdapat faktor kepentingan nasional yang melatar

belakangi keputusan kebijakan luar negeri India. Sehingga, konsep kepentingan

nasional dari Hans J. Morgenthau dapat membantu untuk menganalisa apa faktor

kepentingan nasional India yang membuat keputusan kebijakan luar negeri India

menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017.

F. Metode Penelitian

Pada skripsi ini peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif. Penggunaan metode kualitaif deskriptif ini dianggap tepat bagi peneliti

untuk digunakan dalam menganalisa rumusan masalah dalam skripsi ini. Metode

Kualitatif adalah metode yang mencakup berbagai pendekatan, namun bukan

dengan pendekatan yang bergantung pada pendekatan numerik.38

Metode ini akan

membantu dalam menafsirkan dan menuturkan data yang berkaitan dengan situasi

yang sedang berlangsung dengan perspektif yang ada di masyarakat.

Metode kualitatif cenderung berfokus pada satu atau sejumlah kecil kasus,

untuk menggunakan wawancara intensif atau analisis mendalam dari bahan

sejarah, untuk menjadi diskursif dalam metode, dan secara komprehensif fokus

pada beberapa peristiwa atau unit yang bersangkutan dengan topik penelitian.39

Seperti yang dikatakan oleh Lincoln dan Denzin bahwa kualitatif berarti metode

yang digunakan untuk melihat atau meneliti satu peristiwa secara mendetail dan

mendalam, daripada harus menggambarkan bagian permukaan dari sampel yang

38 Gary King, Designing Social Inquiry: Scientific Inference in Qualitative Research, Princeton

University Press, William Street,Princeton, New Jersey 08540, 1994, 4. 39 King, Designing Social Inquiry: Scientific Inference in Qualitative Research, 4.

17

besar dari sebuah populasi. Tujuan peneliti menggunakan metode penelitian

kualiatatif adalah peneliti ingin memahami obyek yang diteliti melalui dengan

obeservasi dan penelitian yang mendalam sebelum nantinya akan dianalisa oleh

peneliti.

Singkatnya penelitian kualitatif deskriptif merupakan metode yang

mempunyai tujuan untuk menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan

dengan sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat melalui observasi,

situasi yang sedang terjadi melalui penelitian terlebih dahulu, menganalisa

hubungan antar variabel seperti pengaruh terhadap suatu kondisi, dan

sebagainya.40

Peneliti akan mencoba untuk mengembangkan konsep sensitivitas

dari konflik yang akan dibahas, memaparkan realitas yang juga berkaitan dari

penelusruan teori dan mengembangkan pemahaman dari hasil analisa tersebut.

Didalam studi ilmu politik penggunaan metode penelitian kualitatif harus

dilakukan dengan proses analisis yang kuat, mendalam dan detail. Karena, hasil

dari analisis tersebut selain akan menjadi sebuah narasi yang menjawab rumusan

masalah tetapi juga akan menjadi sebuah rujukan dalam permasalahan sosial

tertentu yang bersangkutan nantinya.41

Seperti pernyataan dari Cresswell bahwa terdapat empat asumsi dalam

pendekatan kualitatif, diantaranya adalah yang pertama yaitu penelitian kualitatif

cenderung lebih memerhatikan proses dari pada hasil. Asumsi kedua adalah

40 Haifa Karimah Mufidah, “Penelitian Kualitatif Deskriptif “, Prezi.com (10 November 2015) [jurnal

on-line] tersedia di https://prezi.com/pmtmgzfh8vyf/penelitian-kualitatif-deskriptif/; Internet; diunduh pada

19 Oktober 2018. 41 Audie Klotz, Qualitative Methods in International Relations, Palgrave MacMillan, (New York:

2008), 211 – 212.

18

penelitian kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Asumsi ketiga adalah alat

utama dalam penelitian kualitatif adalah pengumpulan data, analisis data,

melakukan observasi dan asumsi keempat adalah peneliti terlibat langsung dalam

proses penelitian, interpretasi data dan pencapaian pemahaman penelitian.

Kemudian terdapat dua jenis data yang akan digunakan dalam metode

penelitian kualitatif ini yang pertama adalah data primer dan data sekunder. Data

primer merupakan sekumpulan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

narasumber yang dianggap ahli dan menguasai mengenai bidang yang

bersangkutan dengan tema skripsi seperti Duta Besar India dan para peniliti kasus

Kashmir dan peneliti politik luar negeri. Data sekunder akan diperoleh dari

beberapa data yang didapat dari bacaan beberapa buku, jurnal, karya ilmiah, dan

sumber lain dari internet yang terpercaya yang membahas mengenai isu serupa.42

Karena, terdapat beberapa kendala seperti kendala jarak dan tempat yang

berjauhan antara negara peniliti dengan negara yang diteliti atau tempat terjadinya

konflik maka data primer akan didapat dengan cara mewawancarai beberapa

narasumber yang dianggap mampu menjadi narasumber yang tepat, yaitu:

1. Taufik Rigo MA., sebagai diplomat muda yang bertugas di Kedutaan

Besar Republik Indonesia di India pada Juni 2014 sampai dengan Februari

2018. Kapabilitasnya sebagai pengamat politik luar negeri India dan isu

konflik perbatasan wilayah Kashmir.

42 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009). 137.

19

2. Prof. Dr. Azyumardi Azra Ma, CBE., sebagai akademisi, pengamat politik

luar negeri dan isu-isu kontemporer. Kapabilitasnya adalah sebagai

pengamat politik luar negeri kawasan Asia Selatan.

Hasil dari wawancara tersebut akan dijadikan sumber primer untuk bahan

dalam menganalisa masalah penelitian, dan sebagai bahan untuk dihubungkan

kembali dengan teori yang dipakai dalam penelitian ini. Kumpulan data primer

dan sekunder yang sudah didapat nantinya akan dijadikan peneliti dalam

memperoleh rumusan yang bersifat integratif dan juga konkret. Sehingga data-

data tersebut harus bisa menjadi landasan dasar peneliti, agar mampu membantu

peneliti dalam menganalisa rumusan masalah dalam skripsi ini.

G. Sistematika Penelitian

Agar penelitian ini dapat dipahami secara komprehensif, maka skripsi ini

disusun dalam enam bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai pendahuluan penelitian. Secara

lebih mendetail, pendahuluan penelitian terdiri dari pernyataan masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat, kerangka teoritis, dan metode

penelitian, termasuk sistematika penelitian.

BAB II: Dinamika Hubungan Politik Kashmir dengan Negara India dan

Pakistan

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai dinamika hubungan politik yang

terjalin antara Kashmir dengan negara India dan Pakistan. Dalam bab II ini juga

akan sedikit dibahas mengenai latar belakang konflik Kashmir untuk memberikan

20

gambaran singkat mengenai konflik Kashmir yang masih berlanjut hingga AS

menawarkan diri untuk memediasi konflik Kashmir tahun 2017.

BAB III: Dinamika Hubungan Bilatera India - Amerika Serikat

Pada bab ini akan ditinjau dari berbagai aspek mengenai bagaimana

hubungan politik luar negeri yang terjalin antara India dengan AS, bagaimana

kondisi hubungan mereka dilihat dari jejak sejarahnya hingga keadaan terbaru

mengenai hubungan India – AS, sampai pada saat kebijakan penolakan AS

sebagai mediator dinyatakan oleh India.

BAB IV: Analisis Faktor Penolakan India terhadap Amerika Serikat

Pada bab ini akan memaparkan hasil penelitian dengan menjawab

pertanyaan penelitian. Pembahasan pada Bab IV akan di bagi menjadi dua sub bab

bahasan yaitu yang pertama upaya politik domestik India dan kedua adalah

dinamika hubungan politik luar negeri India dengan AS – Pakistan dan politik

luar negeri AS di bawah rezim Trump.

BAB V: Kesimpulan dan Saran

Bagian ini merupakan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.

21

BAB II

Dinamika Hubungan Politik Kashmir

dengan Negara India dan Pakistan

Pada bab II ini akan memaparkan mengenai dinamika hubungan politik

yang terjalin antara Kashmir dengan negara India dan Pakistan. Sub bab pertama

menjelaskan mengenai latar belakang dari munculnya konflik di wilayah Kashmir.

Sub bab kedua menjelaskan mengenai dinamika hubungan politik Kashmir

dengan India dan Pakistan.

A. Latar Belakang Konflik Kashmir

Secara historis konflik Kashmir sudah mulai terjadi pada 1930-an dimana

mayoritas penduduk Kashmir sebanyak 93% merupakan muslim namun

pemimpin dari Kashmir sendiri beragama Hindu yaitu Maharaja Singh.43

Saat ini,

wilayah Kashmir secara geografis merupakan salah satu wilayah negara bagian

yang terletak di sebelah utara India. Selain Kashmir, wilayah lain yang terletak di

negara bagian utara India adalah Jammu dan Ladakh yang lebih sering disebut

dengan wilayah Jammu – Kashmir. Wilayah Jammu – Kashmir berbatasan

langsung dengan beberapa negara besar diantaranya dengan Negara India

dibagian selatan Kashmir, dengan Negara Pakistan dan Afghanistan dibagian

barat Kashmir, dengan Negara Tiongkok dan Rusia dibagian Utara dan Timur

Kashmir.44

43 Nadya Afiqma, “Konflik India-Pakistan dalam Persengketaan Kashmir Pasca Kemerdekaan Anak

Benua (Sub-Kontinen)” Academia.edu, Februari 2015, 6 [jurnal on-line] tersedia di

http://www.academia.edu/28297640/KONFLIK_INDIA-

PAKISTAN_DALAM_PERSENGKETAAN_KASHMIR_PASCA_KEMERDEKAAN_ANAK_BENUA_S

UB-KONTINEN; Internet; diunduh pada 7 Maret 2019. 44 “Kepentingan India atas Kashmir, ”Skrpsi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (2010), 21

[jurnal on-line] tersedia di

22

Seperti yang terdapat pada gambar II.A.1:45

Letak geografis Jammu – Kashmir yang terhitung sangat strategis ini

menjadikan alasan mengapa wilayah Kashmir sampai saat ini dikontrol oleh tiga

negara besar yaitu Negara India, Pakistan dan Tiongkok. Saat ini wilayah Jammu

– Kashmir bagian tengah dan selatan dikontrol oleh India 45%, bagian barat laut

dikontrol oleh Pakistan 35%, dan 20% dikontrol oleh Tiongkok pada bagian

Timur Laut.46

Letak geografis Jammu – Kashmir menjadi faktor krusial bagi

kepentingan negara-negara diatas, sehingga mereka ingin mengontrol wilayah

Jammu – Kashmir untuk mengetahui perkembangan keamanannya untuk

melindungi kepentingan mereka di wilayah tersebut.

Jika dilihat dari peta pada gambar 1.1, wilayah Kashmir berada dekat sekali

dengan wilayah perbatasan negara India – Pakistan. Faktor kedekatan wilayah

Kashmir dengan India – Pakistan ini, merupakan faktor utama terjadinya konflik

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4770/BAB%20II.pdf?sequence=2&isAllowed=y;

Internet; diunduh pada 7 Maret 2019. 45 “Kashmir Region”, Legacy [dokumen online] teredia di

https://legacy.lib.utexas.edu/maps/middle_east_and_asia/kashmir_region_2004.jpg; Internet; diunduh pada 7

Maret 2019. 46 Hilal Wani, “Understanding Kashmir Conflict: Looking for its Resolution,” ResearchGate, (Januari

2013), 182 [jurnal on-line]; tersedia di

https://www.researchgate.net/publication/312146603_Understanding_Kashmir_Conflict_Looking_for_its_Re

solution; Internet; diunduh pada 7 Maret 2019.

23

di Kashmir. Dapat dilihat dari akar konflik di wilayah Kashmir yaitu pasca

kolonialisme Inggris membagi negara India menjadi dua wilayah negara yaitu

India dan Pakistan dan telah disahkan didalam Undang-Undang Kemerdekaan

India (The Indian Independence Bill) oleh Parlemen Inggris, pada 1 Juli 1947.47

Wilayah Kashmir harus menentukan pilihan mengenai akan bergabung ke negara

mana mereka selanjutnya, mengingat letak geografis Kashmir yang terletak di

perbatasan. antara India dan Pakistan Walaupun pada awalnya Kashmir memilih

untuk menjadi negara yang bebas dan merdeka (independent) namun negara India

dan Pakistan yang selalu ingin mendapatkan wilayah Kashmir yang strategis ini

pada akhirnya menimbulkan konflik yang berkepanjangan.48

Pasca konflik Kashmir pada 1947 tersebut, kemudian muncul berbagai

konflik lain yang menyebabkan baku tembak dalam memperebutkan wilayah

Kashmir. Karena kemerdekaan negara India dan Pakistan yang membelah anak

benua India ini, membuat Kashmir menjadi wilayah yang masih diperebutkan

hingga saat ini.49

Terjadinya serangkaian baku tembak yang masih terjadi sampai

hari ini adalah karena tidak adanya konsistensi dalam mempertahankan

perdamaian antara negara dan wilayah yang terlibat sehingga bentrokan sering

terjadi.

47 Monica Krisna Ayunda dan Rhoma Dwi Aria Y, M.Pd, “Konflik India dan Pakistan Mengenai

Wilayah Kashmir Beserta Dampaknya (1947-1970),” Universitas Negeri Yogyakarta, 913 [jurnal on-line];

tersedia di http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/risalah/article/download/9991/9583, diunduh pada 7

Maret 2019. 48 Afiqma, Konflik India-Pakistan dalam Persengketaan Kashmir Pasca Kemerdekaan Anak Benua

(Sub-Kontinen), 7. 49 Heri Kurniawan, “Konflik India – Pakistan Pasca Kemerdekaan (Studi Kasus Kashmir 1947 – 2012

M)”, Skripsi UIN Sunan Kalijaga (2013), 7 [jurnal on-line]; tersedia di http://digilib.uin-

suka.ac.id/8967/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf; Internet; diunduh pada 7

Maret 2019.

24

Konflik ini kemudian melahirkan isu-isu lain selain isu perbatasan wilayah,

seperti isu terorisme, pelanggaran HAM, agama dan lain sebagainya. Pada kasus

pelanggaran HAM sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1980 di wilayah Kashmir,

dimana para pasukan bersenjata dari India sudah mulai beroperasi di kawasan

Kashmir. Sejak tahun 1980 warga Kashmir juga sudah mengalami banyak sekali

kekerasan seperti penculikan, kekerasan seksual, sampai pembunuhan.50

Namun

kekerasan pelanggaran HAM tersebut belum juga berakhir sampai sekarang. Pada

Januari 2016 jumlah pelanggaran HAM di Kashmir semakin meningkat sampai

dengan April 2018.51

B. Dinamika Hubungan Politik Kashmir dengan India dan Pakistan

Pada sub bab ini akan difokuskan pada dinamika hubungan politik Kashmir

dengan negara India dan Pakistan. Konflik Kashmir masih belum terselesaikan,

hal ini karena India dan Pakistan masih bersitegang untuk merebut wilayah

Kashmir menjadi bagian dari negara mereka, mengingat Kashmir memiliki

wilayah yang sangat strategis.

Jika dilihat secara geografisnya, Kashmir merupakan wilayah yang dikenal

dengan pemandangan alamnya. Kashmir kaya akan sumber daya alamnya

sehingga Kashmir memiliki daya tarik yang besar bagi wisatawan karena terdiri

dari gunung-gunung yang diselimuti salju tinggi, lembah yang indah, sungai,

danau dan mata air yang menarik dan ladang yang selalu hijau, hutan lebat, resor

50 OHCHR (Office of the United Nation High Commissioner for Human Rights), “Report on the

Situation of Human Rights in Kashmir: Developments in the Indian State of Jammu and Kashmir from June

2016 to April 2018, and General Human Rights Concerns in Azad Jammu and Kashmir and Gilgit-Baltistan”,

4 [jurnal on-line] tersedia di

https://www.ohchr.org/Documents/Countries/IN/DevelopmentsInKashmirJune2016ToApril2018.pdf;

Internet; diunduh pada 7 Maret 2019. 51 OHCHR, Report on the Situation of Human Rights in Kashmir, 4.

25

kesehatan yang indah, dan terdapat kuil-kuil agama Hindu dan Muslim yang

terkenal menjadikan Kashmir sebagai objek wisata yang hebat. Selain itu,

Kashmir juga menghasilkan berbagai jenis produk pertanian, seperti: buah,

sayuran, kunyit, jamu, mineral, kerajinan batu mulia seperti karpet wol, syal, dan

jenis bordir terbaik pada pakaian.52

Dengan demikian, wajar saja jika sampai saat ini India dan Pakistan saling

mengerahkan kekuatan (power) mereka untuk mendapatkan wilayah Kashmir.

Seperti yang sudah sedikit disinggung pada bab 1 mengenai kasus yang terjadi di

wilayah Kashmir pada tahun 2016 – 2018 menyebabkan pasang surut hubungan

politik antara Kashmir dengan India. Konflik Kashmir pada tahun 2016 ini

tergolong memiliki aspek yang berbeda dengan konflik yang sebelumnya sudah

terjadi pada tahun 1980an. Karena konflik Kashmir saat ini dipelopori oleh

militansi muda Kashmir yang melakukan pemberontakan untuk menuntut HAM

mereka. Dengan berlalunya waktu, konflik Kashmir mengalami perubahan

karakter yang awalnya hanya mengenai sengketa wilayah kemudian meluas

menjadi kasus HAM, terorisme, isu agama dan sebagainya.

Akar konflik yang terjadi pada tahun 2016 di Kashmir yaitu ketika pasukan

keamanan India menembak mati Burhan Wani pada bulan Juni 2016. Burhan

Wani merupakan pemimpin kelompok militan dari warga Kashmir dalam

memperjuangkan HAM mereka terhadap pemerintahan India, kelompok militant

Kashmir ini bernama “Hizbul Mujahidin”.53

Perkiraan dari pemerintah India

bahwa langkah mereka untuk menembak mati Burhan Wani adalah tindakan yang

52 A. N. Raina, “Geography Jammu and Kashmir State”, koausa.org, 3 [jurnal on-line] tersedia di

https://koausa.org/geography/doc/geography.pdf; Internet; diunduh pada 19 Maret 2019. 53 OHCHR, “Report on the Situation of Human Rights in Kashmir”, Hlm. 4

26

tepat untuk membuat warga Kashir berhenti melakukan demonstrasi ternyata

salah besar karena kematian Wani ternyata bukan hanya memancing kemarahan

dari anggota Hizbul Mujahidin tetapi juga memancing kemarahan dari warga

Kashmir yang lain.54

Warga Kashmir merasa pemerintah India tidak seharusnya

meminta para penjaga keamanan India untuk menembak mati Wani, karena apa

yang sudah dilakukan oleh penjaga keamanan India tersebut merupakan tindakan

yang melanggar HAM dan juga sudah sangat melukai hati warga Kashmir.

Pasca kematian Wani tersebut, hubungan politik antara India dengan

Kashmir memiliki hubungan yang sangat buruk. Seperti pemberitaan yang dimuat

oleh media berita on line, New York Times bahwa terdapat ribuan demonstran

yang memadati jalan di beberapa kota di lembah Kashmir pada 9 Juli, hari

pertama bentrokan dengan petugas keamanan. Dan tercatat bawha kekerasan

tersebut termasuk yang terburuk di wilayah ini selama bertahun-tahun,

menyebabkan lebih dari 30 orang tewas, termasuk seorang perwira polisi, dan

ribuan lainnya terluka. Sebagian besar korban tewas adalah pengunjuk rasa yang

ditembak oleh pasukan keamanan, dan rumah sakit penuh dengan warga sipil

yang terluka.55

Para pengunjuk rasa menyerang kendaraan polisi, pos keamanan

dan properti pemerintah lainnya.56

Hubungan yang semakin memanas antara India dan Kashmir ini juga dapat dilihat

dari laporan yang ditulis oleh OHCHR juga menyatakan pernyataan yang sama

bahwa gerakan demonstrasi semakin memuncak dan bentrokan semakin sering

54 Nida Najar, “How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir”, New York Times,

15 Juni 2018. [berita on-line] tersedia di https://www.nytimes.com/2016/07/17/world/asia/how-killing-of-

prominent-separatist-set-off-turmoil-in-kashmir.html; Internet; diunduh pada 19 Maret 2019. 55Najar, “How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir”, 15 Juni 2018. 56 Najar, “How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir”, 15 Juni 2018.

27

terjadi semenjak meninggalnya Wani. Hal ini tercatat dalam laporan dari OHCHR

bahwa protes terhadap pembunuhannya (Wani dan warga Kashmir lainnya) pada

skala yang sangat besar dan belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh Lembah

Kashmir. Pasukan keamanan India menanggapi protes dengan kekerasan, yang

menyebabkan korban jiwa dan berbagai macam dugaan pelanggaran Hak Asasi

Manusia yang terkait sepanjang musim panas 2016 dan ke tahun 2018.57

Seperti

yang terjadi pada 1 April 2016, terdapat sebanyak 13 militansi Kashmir, 3

tentara tewas dan puluhan lainnya terluka akibat dari terjadinya serangkaian baku

tembak ketika warga Kashmir sedang melakukan demonstrasi dan ditindak oleh

para penjanga keamanan dari India.58

Ketegangan hubungan antara India dan Pakistan pasca kematian Wani

sepertinya tidak membuat pemerintah India mempunyai itikad baik untuk

menyudahi perang yang berlangsung antara India dengan Pakistan. Pemerintah

India cenderung tidak menghiraukan para aktivis, dan para akademisi mengenai

hal-hal yang dituntut oleh warga Kashmir, selain itu pemerintah India cenderung

menyalahkan Pakistan sebagai dalang dari penyerangan yang dilakukan oleh

Kashmir terhadap India, hal ini karena Pakistan dianggap yang ikut menyumbang

persenjataan dan pelatihan terhadap para demonstran Kashmir.59

Dengan respon

dari pemerintah India yang seperti itu telah membaut warga Kashmir semakin

marah karena pemerintah India tidak benar-benar memfokuskan perhatiannya

pada ketidak adilan yang terjadi di Kashmir sehingga warga Kashmir melakukan

57 OHCHR, Report on the Situation of Human Rights in Kashmir, 6. 58 Meenakshi Ganguly, “For Peace in Kashmir, India Must Address Rights Abuses by Security

Forces”, Human Rights Watch, 6 April 2018 [berita on-line] tersedia di https://www.hrw.or

g/id/news/2018/04/06/316916; Internet; diunduh pada 19 Maret 2019. 59Ganguly, “For Peace in Kashmir, India Must Address Rights Abuses by Security Forces”.

28

kekerasan seperti melempar batu ke arah pasukan kemanan India dan pasukan

keamanan tersebut memberikan gotri dan menembaki warga Kashmir dengan

senapan.60

Hubungan antara India – Pakistan juga ikut memburuk pasca pemerintahan

India merespon dengan pernyataan tersebut. PM India Narenda Modi, juga

menyatakan hal yang serupa saat di wawancarai oleh media berita India, di depan

para pemimipin negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) dalam

pertemuan di kawasan wisata Goa.61

PM Modi menyatakan bahwa;

“Di kawasan kami, terorisme memberikan ancaman nyata terhadap

perdamaian, keamanan, dan pembangunan. Tragisnya, induk dari terorisme

itu adalah negeri tetangga India, semua modul terorisme di dunia terkait

dengan induk ini. Negara ini melindungi tak hanya teroris. Negara ini juga

berpikir bahwa terorisme dibenarkan demi keuntungan politik”.62

Walaupun Modi tidak menyebutkan bahwa negara “ibu terorisme” yang

dimaksud adalah negara Pakistan namun Modi tetap meminta kepada pemimpin

negara-negara BRICS tersebut untuk memasukkan sebuah kelompok militan

Pakistan ke dalam daftar sanksi PBB.Tetapi India tidak mendapatkan respon yang

baik dari BRICS karena Beijing memblokir permintaan India untuk memasukan

militan Pakistan kedalam daftar sanksi PBB, selain itu Presiden Tiongkok Xi

Jinping juga tidak memberikan komitmen apa pun tentang terorisme kepada Modi

dalam pertemuan bilateral keduanya.63

Jika dianalisa dari respon negara-negara

BRICS tersebut secara implisit terlihat bahwa negara-negara BRICS tidak

60Ganguly, “For Peace in Kashmir, India Must Address Rights Abuses by Security Forces”. 61 Arun Sankar, “PM India Sebut Negara Tetangganya sebagai „Ibu Terorisme‟”, kompas

internasional, 16 Oktober 2016. [berita on-line] tersedia di

https://internasional.kompas.com/read/2016/10/16/16382391/pm.india.sebut.negara.tetangganya.sebagai.ibu.t

erorisme; Internet; diunduh pada 19 Maret 2019. 62 Arun Sankar, “PM India Sebut Negara Tetangganya sebagai „Ibu Terorisme‟”, kompas

internasional, 16 Oktober 2016. 63Sankar, PM India Sebut Negara Tetangganya sebagai "Ibu Terorisme”, 16 Oktober 2016.

29

mendukung keputusan India. Sehingga, hubungan India dan Pakistan semakin

memanas karena India tidak mendapat dukungan untuk memerangi terorisme

yang dianggap India didalangi oleh Pakistan.

Dari pemaparan singkat diatas mengenai sejarah singkat konflik Kashmir,

geografi wilayah Kashmir sampai dengan dinamika hubungan politik Kashmir

dengan negara-negara besar yang mengelilinginya, dapat ditarik benang merahnya

bahwa Kashmir yang merupakan wilayah strategis yang memiliki banyak konflik

karena negara-negara besar seperti India, Pakistan dan Tiongkok masih

mengontrol negara Kashmir untuk melindungi kepentingan mereka masing-

masing. Dengan adanya kontrol dari tiga negara tersebut, Kashmir menjadi

wilayah yang rawan dengan berbagai macam konflik karena terdapat banyak

gesekan konflik yang timbul. Namun konflik yang ada di Kashmir tidak bisa

dibiarkan terus menerus, mengigat laporan yang ditulis oleh OHCHR mengenai

peningkatan jumlah korban jiwa di Kashmir akibat adanya perang yang terus

memanas antara Kashmir dengan India dan Pakistan.

Dalam menyelesaikan konflik Kashmir dibutuhkan pihak mediator untuk

memediasi konflik ini agar dapat terselesaikan segera dengan cara yang baik. Pada

tahun 2017 lalu, Amerika Serikat melalui Duta Besar AS untuk Nikki Haley

menawarkan dirinya untuk memediasi konflik Kashmir, namun nyatanya tawaran

tersebut ditolak oleh pihak India. India secara konsisten mengesampingkan

mediasi pihak ketiga, juru bicara kementerian ursuan luar negeri India, Gopal

Baglay mengutuk Haley karena mengisyaratkan bahwa AS siap untuk menengahi

konflik Kashmir. Dia meminta komunitas internasional untuk membujuk Pakistan

30

saja agar menghentikan serangan teroris lintas perbatasan, dibandingkan ingin

menjadi mediator dalam konflik Kashmir ini.64

Kemudian di sisi lain, Pakistan menerima adanya mediasi tersebut dan

mendukung tawaran AS untuk menjadi mediator antara India – Pakistan dalam

menyelesaikan konflik Kashmir tersebut. Fenomena penolakan India kepada AS

ini menjadi menarik untuk diteliti mengingat India pada dasarnya memiliki

hubungan yang cukup dekat dengan AS, sehingga dalam bab selanjutnya akan

membahas mengenai dinamika hubungan bilateral antara India dengan Amerika

Serikat.

64 Live mint, “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it,” 5 April 2017 [berita on-line]

tersedia di https://www.livemint.com/Politics/1fQbPwhZQXV1sArP3xRjJK/Pakistan-welcomes-US-

mediation-after-India-rejects-it.html; diunduh pada 19 Maret 2019.

31

BAB III

Dinamika Hubungan Bilateral India – Amerika Serikat

Pada bab III ini akan membahas tentang dinamika hubungan bilateral yang

terjalin antara negara India dengan Amerika Serikat (AS). Seperti yang sempat

disinggung pada latar belakang masalah dalam pendahuluan di bab I bahwa pada

dasarnya India – AS memiliki hubungan kerja sama bilateral dalam berbagai

bidang, sehingga dalam bab ini akan memaparkan kerja sama dalam bidang-

bidang tersebut yang akan dibagi menjadi 4 sub bab bahasan.

Pada sub bab pertama membahas tentang hubungan kerja sama India – AS

dalam bidang perdagangan barang. Kemudian sub bab kedua yaitu tantangan kerja

sama dalam bidang perdagangan barang antara India – AS. Selanjutnya, pada sub

bab ketiga adalah bahasan kerja sama nuklir sipil yang akan memaparkan

mengenai hubungan bilateral India – AS dalam perdagangan senjata dan

pengembangan senjata nuklir. Kemudian sub bab keempat adalah kerja sama

keamanan dan pertahanan yang akan menjelaskan bagaimana India – AS dalam

menjalin hubungan di bidang keamanan.

A. Kerja Sama dalam Bidang Perdagangan Barang

Secara historis, India – AS memiliki hubungan bilateral yang baik dalam

bidang perdagangan barang. Sejak tahun 2005, AS sudah mendukung kebijakan

reformasi ekonomi India yang berkelanjutan. Pada tahun 2005, India – AS

mengadakan suatu Forum Kebijakan Perdagangan (Trade Policy Forum) dalam

rangka memperluas kegiatan ekonomi bilateral dan menyediakan tempat untuk

32

membahas perdagangan multilateral.65

Nyatanya dengan dibentuknya Forum

Kebijakan Perdagangan tersebut membuat hubungan perdagangan barang antara

India – AS dapat terjalin dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari tabel

perdagangan barang AS dengan India pada tahun 2016, berikut:

Tabel III.A.1: Perdagangan Barang AS dengan India 2016.66

Month Exports Imports Balance

January 2016 1,485.8 3,693.1 -2,207.3

February 2016 1,526.3 3,660.3 -2,134.1

March 2016 1,834.5 3,996.9 -2,162.3

April 2016 1,772.7 3,677.8 -1,905.1

May 2016 1,586.1 4,124.8 -2,538.7

June 2016 1,740.6 3,536.3 -1,795.7

July 2016 1,631.6 3,803.8 -2,172.2

August 2016 1,889.8 3,906.7 -2,016.9

September 2016 1,888.0 4,103.1 -2,215.1

October 2016 2,128.5 4,542.1 -2,413.6

November 2016 2,061.0 3,541.8 -1,480.7

December 2016 2,090.8 3,441.1 -1,350.3

TOTAL 2016 21,635.7 46,027.8 -24,392.1

65 K. Alan Kronstadt, Paul K. Kerr, Michael F. Martin dan Bruce Vaughn, India: Domestic Issues,

Strategic Dynamics and U.S. Relations, [buku on-line] Congressional Research Service (1 September 2011),

74; tersedia di https://www.hsdl.org/?view&did=719130; Internet; diunduh pada 3 April 2019. 66 CATATAN: Semua angka dalam jutaan dolar AS secara nominal, tidak disesuaikan

secara musiman kecuali ditentukan lain. Detail mungkin tidak sama dengan total karena

pembulatan. Tabel hanya mencerminkan bulan-bulan di mana ada perdagangan. United States

Census Bureau, “2016: U.S Trade in Goods with India” [database on-line] tersedia di

https://www.census.gov/foreign-trade/balance/c5330.html; Internet; diunduh pada 3 April 2019.

33

Jika dilihat dari data perdagangan barang antara India – AS pada tabel di

atas, maka dapat terlihat bagaimana hubungan perdagangan barang antara India –

AS dapat terjalin dengan baik, di mana AS mengekspor barang ke India pada

tahun 2016 dengan jumlah USD $21,635.7 M dan impor dari India berjumlah

USD $46,027.8 M, dengan defisit perdagangan bilateral sebesar USD $24,392.1

M dengan total perdagangan USD $70,419.9 M. Semenjak tahun 2010 India

menjadi mitra dagang tersbesar ke 12 untuk AS,67

dan pada akhir tahun 2016

India naik ke posisi 9 sebagai mitra dagang terbesar AS.68

Kemudian, jika dilihat dari data kerja sama perdagangan barang India – AS

pada tahun 2017, hubungan perdagangan antara India – AS mengalami

pergerakan yang fluktuatif di mana dalam data tersebut India selalu mendapat

keuntungan dari surplus impor dan ekspor dengan AS, hal ini dapat dilihat dari

tabel perdagangan barang, berikut:69

Tabel III.A.2: Perdagangan Barang AS dengan India 2017

Month Exports Imports Balance

January 2017 1,666.3 3,789.7 -2,123.4

February 2017 1,933.4 3,470.5 -1,537.1

March 2017 2,110.1 4,143.6 -2,033.5

April 2017 1,991.9 3,762.1 -1,770.2

May 2017 2,061.7 4,499.2 -2,437.5

67 Kronstadt, India: Domestic Issues, Strategic Dynamics and U.S. Relations, 74. 68 United States Census Bureau, “TOP Trading Partner US in 2016” [database on-line] tersedia di

https://www.census.gov/foreign-trade/statistics/highlights/top/top1612yr.html; Internet; diunduh pada 3 April

2019. 69 CATATAN: Semua angka dalam jutaan dolar AS secara nominal, tidak disesuaikan

secara musiman kecuali ditentukan lain. Detail mungkin tidak sama dengan total karena

pembulatan. Tabel hanya mencerminkan bulan-bulan di mana ada perdagangan.United States Census

Bureau, “2017: U.S Trade in Goods with India” [database on-line]; Internet; diunduh pada 3 April 2019.

34

June 2017 2,338.6 4,017.5 -1,678.9

July 2017 2,186.6 4,196.6 -2,010.0

August 2017 2,512.2 4,214.8 -1,702.5

September 2017 2,293.0 4,347.2 -2,054.3

October 2017 2,188.9 4,551.9 -2,363.1

November 2017 2,036.3 4,007.5 -1,971.1

December 2017 2,369.9 3,602.5 -1,232.6

TOTAL 2017 25,688.9 48,602.9 -22,914.1

Dari tabel data perdagangan barang di atas, maka lintas perdagangan (cross-

trade) yang terjalin antara India – AS memperlihatkan bahwa India bisa

mendapatkan banyak keuntungan dalam menjalin hubungan perdagangan barang

ini. Dan dengan berjalannya hubungan tersebut dengan baik, juga memberikan

dampak yang sangat baik bagi perindustrian kedua negara tersebut. Salah satu

contohnya adalah India mempunyai peran sebagai pemasok global utama permata

dan batu mulia, dan AS yang merupakan mitra dagang terbesarnya memiliki peran

sebagai pemasok utama perhiasan yang sudah jadi.70

Hubungan timbal-balik

(interrelationship) tersebut secara implisit menggambarkan bagaimana India – AS

bisa menjalankan hubungan perdagangan barang ini dengan sangat baik, sehingga

dapat disimpulkan bahwa dalam menjalin hubungan perdagangan barang, baik

India maupun AS sama-sama mendapat posisi yang saling menguntungkan satu

sama lain.

70 Kronstadt, India: Domestic Issues, Strategic Dynamics and U.S. Relations, hal 74.

35

B. Tantangan Kerja Sama dalam Bidang Perdagangan Barang

Pada sub bab pertama telah dibahas mengenai kerja sama yang terjalin

antara India – AS dalam bidang perdagangan barang, terlihat bagaimana India –

AS dapat menjalin hubungan kerja sama dalam bidang tersebut dengan sangat

baik. Hal ini terbukti dari data yang telah disajikan dalam sub bab pertama.

Namun ternyata dibalik hubungan mereka yang terjalin dengan baik, India – AS

mempunyai beberapa isu lain selama menjalani hubungan kerja sama dalam

bidang perdagangan barang, dan isu tersebut akan dibahas dalam sub bab ini.

Pada tahun 2016, India dianggap tidak memiliki partisipasi dalam beberapa

hal yang menjadi fokus dalam kebijakan AS selama pemerintahan Obama di

antaranya adalah Perjanjian Perdagangan Mega-Regional (Trans-Pacific

Partnership), negosiasi Transatlantik Perdagangan dan Investasi Kemitraan

(Translantic Trade Investment Partnership) dan negosiasi Perjanjian

Perdangangan Jasa (Trade in Services Agreement), jika India tetap mengabaikan

hal tersebut maka akan berdampak buruk pada integritas hubungan perdagangan

India – AS kedepannya.71

Kemudian, AS juga memiliki tantangan tersendiri yaitu dalam mengakses

pasar India yang masih bersifat selektif, seperti perihal perlindungan hak

kekayaan Intelektual India, dan India cenderung menggunakan cara-cara

“tradisional” mereka sendiri atau dalam kata lain kurang terbukanya India dalam

melakukan negosiasi perdagangan dan hal ini membuat India dianggap kurang

kooperatif untuk melakukan kerja sama dengan negara-negara lain. Kemudian, hal

71 Joshua P. Meltzer, “(Report) India – US: Economic and Trade Relations,” Brookings.edu, 4 Juni

2016 [jurnal on-line] tersedia di https://www.brookings.edu/research/india-u-s-economic-and-trade-relations/;

Internet; diunduh pada 3 April 2019.

36

tersebut mengakibatkan pemerintahan AS, dan konstituen bisnis lain menjadi

kurang tertarik untuk melanjutkan kerja sama dengan India dan menjadi ragu

untuk memasukkan India dalam negosiasi perdagangan Mega-Regional Baru, hal

ini karena India dianggap tidak akan dapat memenuhi standar tinggi yang dicari

dalam perjanjian ini.72

Selanjutnya, pada masa pemerintahan Trump di tahun 2017 juga masih

terdapat gesekan antara India – AS yaitu pada aspek neraca perdagangan. Trump

yang menjadikan neraca perdagangan bilateral sebagai patokan indikator

kesehatan hubungan perdagangan, menyatakan bahwa terdapat masalah pada

defisit perdagangan India – AS di mana, Trump menyatakan bahwa terdapat

defisit USD $27 M dalam perdagangan barang dan jasa pada tahun 2017, dan

Trump telah mengkritik India yang dianggap melakukan praktik perdagangan

"tidak adil".73

Kemudian, permasalahan lain muncul saat pemerintahan Trump

memberlakukan kebijakan-kebijakan baru dalam perdagangan bebas yang

dianggap memberatkan negara lain yang memiliki hubungan perdagangan dengan

AS. Namun, India tidak menanggapi kebijakan Trump secara agresif sebagaimana

Tiongkok yang langsung memberikan respon agresif dengan memberikan tarif

khusus bagi barang-barang dari AS yang ingin masuk ke Tiongkok.74

72 Meltzer, “(Report) India – US: Economic and Trade Relations”, Brookings.edu, 4 Juni 2016. 73 Shayerah Ilias Akhtar dan K. Alan Kronstadt, “U.S.-India Trade Relations”, Congressional

Research Service, 24 Oktober 2018 [artikel on-line] tersedia di https://fas.org/sgp/crs/row/IF10384.pdf;

Internet; diunduh pada 2 April 2019. 74 Aprillia Ika, “Balas Perang Dagang AS, China Juga Kenakan Tarif Impor ke Produk AS”,

Kompas.com, 23 Maret 2018 [berita on-line] tersedia di

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/23/131955126/balas-perang-dagang-as-china-juga-kenakan-tarif-

impor-ke-produk-as; Internet; diunduh pada 3 April 2019.

37

India memiliki anggapan bahwa dalam menanggapi kebijakan agresif dari

Trump, akan lebih baik jika India mengadopsi taktik dari Meksiko dan Kanada

yaitu melalui negosiasi atau perundingan (soft diplomacy) mereka dengan cara

melakukan negosiasi ulang perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara.75

India

lebih mengutamakan soft diplomacy untuk mempertahankan pertumbuhan tingkat

perdagangan barang dengan AS, karena India mempunyai kepentingan dan

kebutuhan lain yang bisa India dapat dari hubungan kerja sama dengan AS.76

Baik dari pihak India maupun AS memiliki tantangannya masing-masing

dalam bidang perdangan barang ini, namun dari masing-masing pihak

memberikan kebijakan yang tepat dalam menangani kasus ini. Dengan adanya

beberapa tantangan dalam bidang perdagangan barang antara India – AS ternyata

tidak menghalangi hubungan kerja sama perdagangan barang mereka. Seperti

yang pernah dikatakan oleh Trump bahwa India merupakan “a true friend” bagi

AS, pernyataan dari Trump tersebut secara implisit menjelaskan bahwa hubungan

bilateral perdagangan barang antara India – AS mempunyai hubungan yang saling

terikat satu sama lain.77

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa bagaimanapun kebijakan

perdagangan AS yang sekiranya akan merugikan India, India akan lebih

mengutamakan pendekatan melalui soft diplomacy terhadap AS, begitu juga

75Frank F. Islam, “US-India trade relations: India should keep cool, keep calm, and carry on”,

Hindustan Times, 2 November 2018 [berita on-line] tersedia di https://www.hindustantimes.com/analysis/us-

india-trade-relations-india-should-keep-cool-keep-calm-and-carry-on/story-

qnd8dZe54NOgNqTBXqqc2H.html; Internet; diunduh pada 3 April 2019. 76Frank F. Islam, “US-India trade relations: India should keep cool, keep calm, and carry on”,

Hindustan Times, 2 November 2018. 77 Economic Times India, “Donald Trump calls India a true friend: US Official”, 14 Desember 2018

[berita on-line] tersedia di https://economictimes.indiatimes.com/news/politics-and-nation/donald-trump-

calls-india-a-true-friend-us-official/articleshow/67088476.cms; Internet; diunduh pada 3 April 2019.

38

dengan AS terhadap India. Mengingat India sebagian besar bekerja di belakang

layar dengan para pejabat AS. Sehingga dari isu-isu tersebut tidak memberikan

dampak yang buruk pada pertumbuhan perdagangan bilateral India – AS.

C. Kerja Sama dalam Bidang Nuklir Sipil

Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai hubungan bilateral India – AS

dalam bidang persenjataan nuklir. India yang pada dasarnya adalah negara yang

tidak ikut menandatangani Non-Proliferation Treaty (NPT) membuat India

merasa bahwa India perlu untuk mengembangkan nuklirnya agar mendapatkan

kemampuan pengembangan senjata demi keamanan Negara India sendiri dan juga

mengembangkan nuklir untuk mencukupi kebutuhan negaranya, hal ini dapat

disimpulkan bahwa tujuan dari pengembangan nuklir yang dilakukan oleh India

adalah untuk bertahan (defensive) bukan untuk menyerang (offensive).

Pada dasarnya, AS memberikan perlakuan yang berbeda terhadap India

dengan Iran. Iran merupakan negara yang ikut menandatangani NPT namun AS

justru melakukan pengecaman terhadap Iran terkait semua hal yang bersangkutan

dengan senjata nuklir, padahal Iran sudah terikat dengan peraturan-peraturan yang

ada di NPT. Hal ini berbanding terbalik dengan perlakuan AS terhadap India.

India yang tidak ikut menandatangani NPT justru mendapatkan kelonggaran dari

AS dalam mengembangkan senjata nuklirnya dan AS cenderung melakukan kerja

sama dengan India dalam perdagangan senjata. Penyebab tindakan tersebut adalah

karena AS menganggap Iran sebagai ancaman bagi kepentingan nasional

(national interest) AS, hal ini karena pada dasarnya AS – Iran memiliki

kesensitifan dalam hal “terorisme” AS menganggap Iran lebih memiliki potensi

39

yang besar untuk melawan kebijakan-kebijakan AS dibandingkan dengan India.

Sehingga AS yang merasa takut atau tidak aman (insecure) akan Iran, cenderung

menyikapi Iran dengan cara hard diplomacy.78

Sedangkan, AS dalam menyikapi India lebih dengan menggunakan soft

diplomacy di mana, AS merasa bahwa India dapat digunakan oleh AS untuk

menancapkan hegemoninya di kasawasan Asia Selatan.79

Kepentingan AS di

kawasan Asia Selatan ini sudah terlihat sejak tahun 2008, AS memberikan

keleluasaan pada India untuk mengembangkan persenjataan nuklirnya pasca India

mendapatkan sanksi dari AS pada tahun 1998 karena telah melakukan uji coba

senjata nuklir yang dikenal dengan Operasi Shakti80

tanpa diketahui oleh intelijen

dari AS pada saat itu. Karena, peristiwa tersebut akhirnya AS memberikan

batasan pada India untuk mengakses bahan nuklir dan teknologi, sebagaimana

tertera dalam sanksi tindakan proliferasi nuklir pada tahun 1994 (the 1994 nuclear

proliferation act).81

Kemudian, saat Bush memiliki keinginan untuk memperbaiki hubungan

bilateral dengan India, pada tahun 2001 Bush mencabut sanksi the 1994 nuclear

proliferation act terhadap India.82

Kemudian pada tahun 2005, Parlemen India

melegalkan proliferasi teknologi nuklir. Selanjutnya, pada tahun 2005 India – AS

78 Rina Septiana, “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap India – Iran Mengenai Program

Nuklir Pada Masa Periode Kedua George W. Bush (2005 - 2009)”, Skripsi Universitas Airlangga (September

2016), 15 [jurnal on-line] tersedia di http://repository.unair.ac.id/16949/; Internet; diunduh pada 12 April

2019. 79 Septiana, “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap India – Iran..”, 15. 80 Okezone, “Operasi Shakti”, yakni Shakti 1 (11 Mei 1998) hingga Shakti 5 (13 Mei 1998), karena

diprovokasi oleh peluncuran rudal-percobaan Ghauri oleh Pakistan tgl 6 April 1998. [berita on-line] tersedia

di http://suar.okezone.com/read/2011/01/26/58/418016/siasat; Internet; diunduh pada 12 April 2019. 81 Nuclearfiles, “Amerika memberikan sanksi terhadap india”, [artikel on-line] tersedia di

http://www.nuclearfiles.org/menu/keyissues/nuclear; Internet; diunduh pada 12 April 2019. 82 The Encyclopedia of Earth,“Nuclear PoliferationAct”, tersedia di

http://www.eoearth.org/article/Nuclear_Proliferation_Prevention_Act_of_1994,_United_States; Internet;

diunduh pada 12 April 2019.

40

membuat pernyataan bersama yang menegaskan bahwa AS sebagai negara yang

mengemban tanggung jawab dalam teknologi nuklir menyatakan India juga harus

mendapatkan keuntungan dan manfaat yang sama seperti negara lain dalam upaya

mencapai kerja sama energi nuklir.83

Setelah pernyataan di atas, pada tahun 2006, AS menandatangani perjanjian

dengan India yang memungkinkan terjalinnya hubungan perdagangan senjata

nuklir antara India –AS. Kemudian, pada Juli 2007 perjanjian kerja sama nuklir

India – AS telah disepakati dan dengan ini maka membuka jalan bagi

perdagangan nuklir India – AS. Selanjutnya pada tahun 2008, kesepakatan kerja

sama nuklir India – AS diratifikasi oleh kongres AS dan dimasukkan dalam

undang-undang AS, sebagai kesepakatan kerja sama pemanfaatan energi nuklir

AS – India.84

Hubungan perdagangan senjata nuklir antara India – AS ini mendapat

kecaman dari banyak pihak di mana warga sayap kiri India merasa bahwa dengan

adanya perjanjian perdagangan senjata nuklir ini, maka AS akan dapat

menancapkan hegemoninya di India dan kemudian AS dapat melakukan

intervensi terhadap politik India. Selain pihak internal dari India yang mengecam

perjanjian ini, sebagian pihak AS maupun negara lain juga mengecam perjanjian

ini karena India bukan merupakan negara yang menandatangani NPT, itu berarti

83 Kronstadt, India: Domestic Issues, Strategic Dynamics and U.S. Relations, 80. 84 “Kongres AS meloloskan undang – undang perdagangan nuklir india” [artikel on-line] tersedia di

http://www.world-nuclear.org/info/Safety-and-Security/Non-Proliferation/Safeguards-to-PreventNuclear-

Proliferation/; Internet; diunduh pada 12 April 2019.

41

dengan perjanjian ini maka India dapat mengembangkan senjata nuklirnya tanpa

ada peraturan NPT yang mengikatnya.85

Namun, India – AS dalam hubungan bilateralnya juga sempat mengalami

beberapa ketegangan. Salah satunya adalah pada tahun 2018, India telah membeli

5 sistem pencegat rudal S-400 Triumf produksi Rusia dan hal ini mendapat

kecaman dari AS yaitu Trump memberikan sanksi terhadap Rusia sebesar USD

$6M atas perdagangan senjata antara India dan Rusia.86

Dengan terjalinnya

perdagangan tersebut membuat pemerintahan Trump juga harus memberikan

tindakan yang tegas pada India, dimana Trump harus memilih antara memberikan

kesempatan atau memberikan sanksi kepada India.87

Walaupun India sempat mengabaikan arahan dari AS untuk tidak membeli

pencegat rudal S-400 buatan Rusia. Namun pada akhirnya AS memilih

menggunakan soft diplomacy untuk menjaga hubungan baik dengan India dan

kembali membuat kerja sama dengan India pada 6 September 2018, yaitu saat

Menteri Pertahanan India Nirmala Sitharaman dengan Menteri Pertahanan AS

James Mattis, membuat kesepakatan untuk melangsungkan pelatihan gabungan

militer India – AS di daerah pantai timur India pada tahun 2019.88

Pertemuan ini

85 “India energised by nuclear pacts” [artikel onlie] tersedia di

http://afp.google.com/article/ALeqM5geN2RWjoN4oJhPibc7rhkyxMXfzg; Internet; diunduh pada 12 April

2019. 86 Maria Abi Habib, “India is Close to Buying a Russian Missile System, Despite U.S. Sanctions,”

New York Times [berita on-line] tersedia di https://www.nytimes.com/2018/04/05/world/asia/india-russia-s-

400-missiles.html; Internet; diunduh pada 12 April 2019. 87 Maria Abi Habib, “India is Close to Buying a Russian Missile System Despite U.S. Sanctions”,

New York Times. 88 Mukhlison S Widodo, “Kerjasama Militer India – AS, Upaya Menutup Ekspor Minyak Iran”,

gatra.com, 7 September 2018 [berita on-line] tersedia di https://www.gatra.com/rubrik/internasional/asia-

oseania/343212-Kerjasama-Militer-Amerika-India-Upaya-Menutup-Ekspor-Minyak-Iran-; Internet; diunduh

pada 12 April 2019.

42

dinamakan ”2+2 Dialogue”89,

perjanjian ini membicarakan mengenai salah satu

dari ketiga perjanjian pertahanan dasar India – AS yaitu COMCASA di mana

perjanjian ini memberikan sarana untuk bertukar informasi mengenai isu militer

yang sensitif secara cepat dan aman. Selain itu dengan COMCASA, mampu

mempererat hubungan poitik luar negeri antara India – AS. Karena AS berjanji

untuk memperketat dalam menjaga keamanan India dan AS, hal ini sebagai

bentuk komitmen AS dalam isu kontra terorisme seperti yang sudah dinyatakan

oleh AS sebelumnya.90

Jika ditarik kesimpulan dari penjelasan di atas mengenai hubungan bilateral

perdagangan senjata nuklir yang terjalin antara India – AS menggambarkan

bahwa AS menawarkan posisi yang cukup menguntungkan untuk India. Hal ini

dapat dilihat dari bagaimana AS yang mengizinkan India mengakses senjata dan

mengembangkan persenjataan nuklirnya walaupun India tidak menandatangani

perjanjian NPT. Jika dilihat dari fenomena ini, AS melakukan hal tersebut

terhadap India dengan latar belakang karena India merupakan salah satu negara di

kawasan Asia Selatan yang memiliki senjata nuklir memadai. Selain itu,

walaupun India cenderung mengabaikan perintah AS namun pada akhirnya, AS

lebih mengutamakan menggunakan soft diplomacy dalam menyikapi masalah-

masalah yang ada demi menjaga hubungan baik dengan India.

89 The EconomicTimes, “Seven Reasons Why COMCASA Important to India?” 7 September 2018

[berita on-line] tersedia di https://economictimes.indiatimes.com/news/defence/seven-reasons-why-comcasa-

is-so-important-for-india/articleshow/65707682.cms; Internet; diunduh pada 12 April 2019. 90 GK Today,“COMCASA: US experts to discuss key military agreement with India”, 18 Juni 2018

[berita on-line] tersedia di currentaffairs.gktoday.in/comcasa-experts-discuss-key-military-agreement-india-

06201856234.html; Internet; diunduh pada 12 April 2019.

43

D. Kerja Sama dalam Bidang Keamanan dan Pertahanan

Dalam bidang keamanan dan pertahanan, India – AS memiliki salah satu

perjanjian dalam bidang militer yaitu Logistics Exchange Memorandum

of Agreement atau yang biasa disebut LEMOA.91

LEMOA merupakan kerja sama

militer yang dibentuk berdasarkan sebuah perjanjian antara India – AS. Selain

LEMOA terdapat dua perjanjian lain yang telah dibentuk yaitu Communications

Compatibility and Security Agreement (COMCASA)92

dan Basic Exchange and

Cooperation Agreement for Geo-spatial Cooperation (BECA) yang memiliki

tujuan untuk memfasilitasi pertukaran informasi geospasial antara India dan AS

untuk keperluan militer dan sipil.93

Tujuan dari dibentuknya tiga perjanjian

tersebut adalah agar hubungan politik luar negeri antara India – AS dapat terjalin

dengan baik karena India – AS menjalin kerja sama dalam bidang keamanan, dan

juga dengan terjalinnya hubungan yang baik tersebut maka akan diperoleh

kemudahan dalam mencapai tujuan dari kerja sama ini yaitu untuk membuat AS

memiliki kerja sama dalam bidang teknologi yang canggih di sektor pertahanan

dengan negara lain.94

Sehingga perjanjian ini biasa disebut dengan perjanjian

dasar pertahanan (foundational defence agreements).95

Seperti yang sudah dibahas dalam sub bab kerja sama dalam bidang nuklir

sipil bahwa pada 6 September 2018, selain ditandatanganinya perjanjian

91 Dinakar Peri, “What is LEMOA?”, The Hindu News, 18 Oktober 2016 [berita on-line] tersedia di

https://www.thehindu.com/news/national/What-is-LEMOA/article15604647.ece; Internet; diunduh pada 18

April 2019. 92 GK Today,“COMCASA: US experts to discuss key military agreement with India”, 18 Juni 2018. 93 Manjeet Sehgal, “India – US Likely to Sign Agreements on Information Security, Geospatial

Cooperation”, India Today, 28 Agustus 2018 [berita on-line] tersedia di

https://www.indiatoday.in/india/story/india-us-likely-to-sign-agreements-on-information-security-geospatial-

cooperation-1325585-2018-08-28; Internet; diunduh pada 18 April 2019. 94 GK Today,“COMCASA: US experts to discuss key military agreement with India”, 18 Juni 2018. 95 Peri, “What is LEMOA?”, The Hindu News, 18 Oktober 2016.

44

COMCASA, India – AS dalam “2+2 Dialogue” menghasilkan perjanjian lain, di

antaranya adalah:96

“Kerja sama yang maju antara Unit Inovasi Pertahanan AS dan

Organisasi Inovasi Pertahanan India. Tetapkan hotline antara Sekretaris

Negara AS dan Menteri Luar Negeri India dan antara Menteri Pertahanan

AS dan Menteri Pertahanan India. Posisikan atase angkatan laut India

dengan Komando Pusat AS di Bahrain, dan mengadakan latihan militer

tri-layanan bilateral baru pada tahun 2019.”

Jika dilihat dari kepentingan yang terdapat di dalam perjanjian yang telah

dibentuk dan disepakti oleh India – AS maka tergambar jelas bagaimana

hubungan India – AS ini terjalin dengan baik. Bagi India, dengan adanya

perjanjian ini India dapat mempertahankan eksistensinya di Asia khususnya Asia

Selatan, karena perjanjian ini memiliki andil yang cukup penting dalam strategi

India melawan Tiongkok,97

sudah bukan rahasia lagi jika Tiongkok juga ingin

menancapkan hegemoninya di kawasan Asia Selatan. Selanjutnya, PM Pertahanan

India dalam siaran persnya juga pernah mengatakan bahwa "2 + 2 Diologue akan

membahas berbagai masalah bilateral, regional dan global yang menjadi perhatian

bersama, dengan tujuan untuk memperkuat hubungan strategis dan keamanan

antara kedua negara".98

Pernyataan tersebut secara implisit memperlihatkan

bahwa India – AS ingin menjalin hubungan kerja sama dalam bidang keamanan

dan pertahanan ini dengan serius.

Dengan demikian, penjelasan mengenai dinamika hubungan bilateral yang

terjalin antara India – AS telah dijabarkan dalam bab ini. Selain memaparkan

mengenai bagaimana hubungan kerja sama dalam berbagai bidang diatas dapat

96 Jeff Smith, “COMCASA: Another Step Forward for the United States and India”, The Diplomat, 11

September 2018 [berita on-line] tersedia di https://thediplomat.com/2018/09/comcasa-another-step-forward-

for-the-united-states-and-india/; Internet; diunduh pada 18 April 2019. 97 The EconomicTimes, “Seven Reasons Why COMCASA Important to India?” 7 September 2018. 98 Manjeet Sehgal, “India – US Likely to Sign Agreements on Information Security, Geospatial

Cooperation”, India Today, 28 Agustus 2018.

45

terjalin, dijelaskan juga latar belakang dari terjalinnya hubungan kerja sama antara

India – AS. Selain itu juga sudah dijelaskan beberapa tantangan yang muncul dan

sempat membuat tegang hubungan bilateral India – AS beserta bagaimana India –

AS menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

Sehingga kesimpulan dalam bab ini adalah, India – AS menjalin kerja sama

dalam beberapa bidang di atas dengan tujuan untuk mengembangkan aspek

ekonomi dan pertahanan mereka masing-masing. Interrelationship yang terjalin

antara India – AS dapat dikatakan sebuah hubungan yang bersifat simbiosis

mutualisme, di mana kedua pihak sama-sama mendapat keuntungan. Sehingga

ketika ada masalah lain yang mengganggu jalannya kerja sama tersebut, baik dari

pihak India maupun AS cenderung menggunakan soft diplomacy dibandingkan

menggunakan cara-cara yang agresif.

Hal ini menandakan bahwa India – AS walaupun sering mengalami

ketegangan dalam menjalani kerja sama yang telah disepakati namun India – AS

memiliki sifat ketergantungan antara satu dengan yang lainnya sehingga keduanya

cenderung untuk menjaga hubungan baik tersebut. Kemudian, berangkat dari

informasi di atas mengenai hubungan kerja sama mereka yang dapat berjalan

dengan baik maka pertanyaan selanjutnya muncul yaitu ketika India menolak AS

sebagai mediator konflik Kashmir pada tahun 2017. Maka, dalam bab selanjutnya

akan membahas mengenai faktor apa saja yang akhirnya membuat India menolak

tawaran AS untuk menjadi mediator konflik Kashmir sedangkan Pakistan

menerima tawaran AS tersebut.

46

BAB IV

Analisis Faktor Penolakan India Terhadap AS Sebagai

Mediator Konflik Kashmir Tahun 2017

Pada BAB IV ini akan memaparkan mengenai faktor-faktor yang

mendorong keputusan India untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir

pada tahun 2017. Beberapa faktor tersebut akan dibagi menjadi dua sub bab

bahasan yang pertama yaitu sub bab mengenai faktor politik domestik India dalam

sub-bab ini akan dibagi lagi menjadi beberapa poin yakni perspektif pemimpin,

partai yang sedang berkuasa, konsensus politik India, dan kepentingan nasional

India. Kemudian dalam sub bab kedua akan membahas mengenai faktor dinamika

hubungan luar negeri antara India dengan AS dan Pakistan, di mana dalam

menganalisa sub bab ini akan dibagi lagi menjadi beberapa poin bahasan yaitu

upaya Pakistan dalam konflik Kashmir, hubungan bilateral AS – Pakistan, dan

politik luar negeri AS di bawah Rezim Trump.

A. Faktor Politik Domestik

1. Perspektif Pemimpin

Pada tahun 2014, kandidat Perdana Menteri India Narendra Modi dari partai

BJP (Bharatiya Janata Party) berhasil memenangkan pemilihan umum di India

mengalahkan partai Kongres yang sudah berkuasa di India selama 10 tahun.99

Modi mulai bergabung dengan BJP sejak tahun 1985 dan pada tahun 1991 Modi

mendapat kepercayaan untuk menjadi Dewan Eksekutif Nasional BJP, sejak itu

99 Ericssen, “BJP Menang Telak di Pemilu India”, Kompas Internasional, 16 April 2014 [berita on-

line] tersedia di

https://internasional.kompas.com/read/2014/05/16/1955131/BJP.Menang.Telak.di.Pemilu.India; Internet;

diunduh pada 23 April 2019.

47

karir politik Modi semakin meroket sampai akhirnya pada tahun 2001 Modi

dipercaya menjabat sebagai Menteri Besar Gujarat selama 13 tahun.100

Selama

Modi menjabat sebagai Menteri Besar Gujarat, Modi berhasil membuat ekonomi

Gujarat naik pesat, hal ini yang menjadikan rakyat India kemudian memilih Modi

sebagai PM India yang baru.101

Dalam kampanye pemilihan umum tahun 2014,

PM Modi menjanjikan kepada rakyat India bahwa dalam masa kepemimpinannya

PM Modi akan memperbaiki perekonomian India yang sedang menurun, dan PM

Modi berhasil menepati janji tersebut. Selama kepemimpinan PM Modi mampu

membawa perekonomian India naik sebanyak 7 persen, hal ini membuat PM

Modi mendapat banyak pujian dalam menerapkan kebijakan ekonominya.102

Selain kebijakan ekonominya yang mampu membuat ekonomi India naik

pesat, kebijakan PM Modi pada wilayah Kashmir juga menuai berbagai macam

respon dari para pemimpin politik Kashmir dan penduduk muslim di wilayah

Kashmir, kebijakan PM Modi tersebut adalah untuk menghapus pasal 35 A

konstitusi India.103

Isi dari pasal 35 A Konstitusi India adalah "Saving of laws with

respect to permanent residents and their rights” yang ditujukan kepada warga

Kashmir,104

pasal ini memuat poin-poin mengenai perlindungan dan hak-hak

100 Riva Dessthania Suastha, “Narendra Modi Mantan Penjual Teh di Stasiun Kini PM India”, CNN

Indonesia, 30 Mei 2018 [berita on-line] tersedia di

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180530065631-106-302121/narendra-modi-mantan-penjual-

teh-di-stasiun-kini-pm-india; Internet; diunduh pada 23 April 2019. 101 Ericssen, “BJP Menang Telak di Pemilu India”, Kompas Internasional, 16 April 2014. 102 Ervan Hardoko, “900 Juta Orang, Pemilu India Jadi yang Terbesar di Dunia”, Kompas

Internasional, 9 April 2019 [berita on-line] tersedia di

https://internasional.kompas.com/read/2019/04/09/17014421/diikuti-900-juta-orang-pemilu-india-jadi-yang-

terbesar-di-dunia?page=all; Internet; diunduh pada 23 April 2019. 103 Kamran Dikarma, “Narendra Modi Ingin Hapus Status Kashmir”, Republika.co.id, 8 April 2019

[berita on-line] tersedia di https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/asia/ppn7d5382/narendra-

modi-ingin-hapus-status-khusus-kashmir; Internet; diunduh pada 23 April 2019. 104 “Menjaga hukum sehubungan dengan menghormati penduduk tetap dan hak-hak mereka”, Dikutip

melalui Economic Times, “Explained: Kashmir‟s Article 35A Conundrum”, 25 Februari 2019 [berita on-line]

48

khusus bagi warga Kashmir dan warga asing yang berasal dari luar wilayah

Kashmir tidak bisa memasuki wilayah Kashmir tanpa izin.105

Pasal 35 A

ditetapkan menjadi pasal konstitusi India di tahun 1954 atas perintah dari Presiden

India Rajendra Prasad sesuai dengan kesepakatan pada tahun 1952 yang telah

dibuat antara Kabinet Jawaharlal Nehru dan Perdana Menteri Jammu dan Kashmir

Sheikh Abdullah.106

Kemudian, Modi dalam kampanyenya saat pemilihan umum 2019

menyatakan akan menghapuskan Pasal 35 A Konstitusi India karena dianggap

menjadi penghalang bagi perkembangan negara India.107

Dari langkah kebijakan

yang dilakukan oleh PM Modi tersebut terlihat bahwa PM Modi

mengkhawatirkan segala bentuk pemberontakan yang dilakukan oleh warga

Kashmir belakangan ini akan berujung pada tindakan separatisme dari pihak

Kashmir terhadap India sehingga PM Modi akan melakukan strategi apapun untuk

mempertahankan status kepemilikan India atas wilayah Kashmir, salah satunya

dengan menghapus pasal 35 A. Sehingga wajar saja jika India di bawah

kepemimpinan PM Modi menolak penawaran AS yang ingin menjadi mediator

konflik Kashmir di tahun 2017, hal ini karena jika India menerima AS atau aktor

lain dari luar India sebagai mediator konflik Kashmir maka India secara tidak

langsung mengakui bahwa saat ini isu Kashmir merupakan isu internasional,

tersedia di https://m.economictimes.com/news/et-explains/trouble-brewing-over-

35a/amp_articleshow/65252273.cms; Internet; diunduh pada 23 April 2019. 105 India Today, “BJP Manifesto 2019: No to Article 370 and Article 35 A”, 8 April 2019 [berita o-

line] tersedia di https://www.indiatoday.in/elections/lok-sabha-2019/story/bjp-manifesto-2019-no-article-370-

article-35a-1496655-2019-04-08; Internet; diunduh pada 23 April 2019. 106 Krishnadas Rajagopal, “What is Article 35 A?”, The Hindu, 3 November 2017 [berita on-line]

tersedia di https://www.thehindu.com/news/national/what-is-article-35a/article19567213.ece; Internet;

diunduh pada 23 April 2019. 107 India Today, “BJP Manifesto 2019: No to Article 370 and Article 35 A”, 8 April 2019.

49

sehingga akan lebih sulit bagi PM Modi untuk membuat kebijakan-kebijakannya

sendiri dalam mempertahankan status kepemilikan India di sebagian wilayah

Kashmir.

Selain itu, jika dalam menyelesaikan konflik Kashmir menggunakan

mediasi pihak lain maka segala bentuk upaya penyelesaian konflik akan melalui

beberapa proses kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat guna memutuskan

sebuah kebijakan dalam menangani konflik tersebut, proses mediasi ini akan lebih

menghambat upaya India untuk mempertahankan wilayah Kashmir karena proses

mediasi lebih bersifat politis.108

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penolakan India terhadap AS sebagai

mediator konflik Kashmir merupakan salah satu upaya dan strategi politik

domestik India (PM Modi) untuk melancarkan strategi PM Modi dalam

mempertahankan wilayah Kashmir. Itu sebabnya PM Modi bersikeras

menyatakan bahwa isu Kashmir ini merupakan isu internal India dan tidak ingin

pihak manapun mengintervensi isu Kashmir, selain pihak internal India. Hal ini

terlihat dari respon yang diberikan oleh India dalam menanggapi penawaran AS

sebagai mediator melalui Nikki Halley yang saat itu menjabat sebagai Duta Besar

AS untuk PBB.109

Setelah Duta Besar Pakistan untuk AS menerima tawaran Nikki Halley

untuk menjadikan AS sebagai mediator konflik Kashmir di tahun 2017 dan

108 Nesita Anggraini, “Penyelesaian Sengketa Internasional”, Academia.edu (2016), 12 [jurnal on-

line] tersedia di https://www.academia.edu/25542895/PENYELESAIAN_SENGKETA_INTERNASIONAL;

Internet; diunduh pada 29 April 2019.

109 Live mint, “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it”, 5 April 2017 [berita on-line]

tersedia di https://www.livemint.com/Politics/1fQbPwhZQXV1sArP3xRjJK/Pakistan-welcomes-US-

mediation-after-India-rejects-it.html; Internet; diunduh pada 29 April 2019.

50

menyatakan bahwa AS mampu memainkan peran yang sangat penting di Asia

Selatan jika mampu menangani kasus ini. Tanggapan India terhadap penawaran

Nikki Halley justru sebaliknya, walaupun India tidak secara jelas menyatakan

bahwa India menolak AS sebagai mediator, namun pesan penolakan ini dapat

dilihat dari respon yang diberikan oleh Kementerian Luar Negeri India, Gopal

Baglay dengan menyatakan bahwa India mengharapkan komunitas dan organisasi

internasional untuk menegakkan mekanisme dan mandat internasional mengenai

terorisme yang menurut India berasal dari Pakistan, dan hal ini terus menjadi

ancaman terbesar bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan India dan di luarnya

(wilayah Kashmir).110

Dengan pernyataan tersebut pesan yang ingin disampaikan

India adalah bahwa India meminta komunitas dan organisasi internasional lebih

baik memfokuskan penyidikannya pada isu terorisme di Pakistan, bukan pada

konflik Kashmir. Hal ini karena India merasa bahwa akar permasalahan dari

konflik Kashmir adalah para terorisme yang dikirim oleh Pakistan ke wilayah

Kashmir sehingga terjadi bentrokan terus menerus antara pasukan tentara India

dan pemberontak di Kashmir.

Dari pemaparan di atas, maka kesimpulan yang didapat pada sub bab ini

adalah India menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir di tahun 2017 karena

adanya faktor kesengajaan dari pihak politik domestik India yang dipengaruhi

oleh perspektif pemimpin untuk menjadikan isu Kashmir sebagai isu internal

India dan menganggap bahwa kekuatan dari luar tidak mempunyai hak untuk

mengintervensi urusan internal India. Karena India menganggap wilayah Kashmir

110 The Times of India, “India rejects US offer to mediate with Pakistan on Kashmir issue”, 5 April

2017 [berita on-line] tersedia di https://timesofindia.indiatimes.com/india/india-rejects-us-offer-to-mediate-

with-pakistan-on-kashmir-issue/articleshow/58018616.cms; Internet; Diunduh pada 29 April 2019.

51

masih berada dalam territorial India111

sehingga isu ini merupakan isu internal

India, dan yang berhak menangani konflik Kashmir adalah pihak internal India

sendiri. Ini merupakan salah satu strategi politik domestik India untuk

mempertahankan status kepemilikan India terhadap sebagian wilayah Kashmir

tanpa harus berkompromi dengan pihak lain. Karena sebab itu, politik domestik

India merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi India untuk menolak AS

sebagai mediator konflik Kashmir.

2. Partai yang Sedang Berkuasa

Bharatiya Janata Party (BJP) merupakan partai yang sedang berkuasa di negara

India saat ini, karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa BJP

merupakan partai yang mengusung Modi menjadi PM India. BJP merupakan

partai fundamentalis hindu112

di India. Sebelumnya, BJP juga menuntut hal yang

sama di tahun 1990-an BJP menyatakan bahwa BJP ingin melakukan perubahan

pada kebijakan konstitusional khusus Kashmir yang dianggap menghalangi

kepentingan India pada Kashmir, sehingga BJP menyatakan bahwa konstitusional

khusus Kashmir lebih baik di tiadakan dengan cara menghapus Pasal 370

Konstitusi India,113

pasal 370 memiliki kesamaan tujuan dengan pasal 35 A.

111 Ministry of Law and Justice, “The Constitution of India”, Legislative Depatment of India, 31 Juli

2018, 164. 112 Gino Battaglia, “Neo-Hindu Fundamentalism Challenging the Secular and Pluraralistic Indian

State”, Molecular Diversity Preservation International (MDPI) Journal, Oktober 2017 [artikel on-line]

tersedia di https://www.researchgate.net/publication/320208280_Neo-

Hindu_Fundamentalism_Challenging_the_Secular_and_Pluralistic_Indian_State ; Internet; diunduh pada 24

Juli 2019. 113 Skripsi Universitas Gajah Mada, “Mengapa BJP Menang dalam Pemilu Parlemen India tahun

2014”, 2016, 3 [jurnal on-line] tersedia di https://

etd.repository.ugm.ac.id%2Fdownloadfile%2F96802%2Fpotongan%2FS1-2016-329927-

introduction.pdf&usg=AOvVaw1KaCRFYwLCPYc4IGjsdJiB; Internet; diunduh pada 29 April 2019.

52

Ketentuan yang ada dalam pasal 35 A merupakan turunan dari ketentuan

yang sudah diatur sebelumnya berdasarkan pasal 370 Konstitusi India.114

Pasal

370 tersebut adalah “Temporary provisions with respect to the State of Jammu

and Kashmir notwithstanding anything contained in this Constitution”, pasal ini

berisi mengenai ketentuan sementara yang mengikat wilayah Kashmir.115

Pasal

370 menyangkal hak kepemilikan atas orang luar di wilayah Kashmir dan

memungkinkan Kashmir memiliki konstitusi sendiri dan sebuah bendera terpisah

sehingga pasal ini memungkinkan Kashmir memiliki konstitusinya sendiri.116

Walaupun sebenarnya jika dikaji lagi lebih dalam, apabila pasal 35 A

dihapus maka nantinya akan menyebabkan bentrokan antara warga Kashmir dan

petugas keamanan India semakin sering terjadi karena warga Kashmir tentu tidak

akan terima jika kontitusional khusus Kashmir dihapuskan.117

Upaya partai BJP

dalam mempertahankan Kashmir sebagai wilayah India juga dapat terlihat dari

pernyataan Presiden Amit Shah selaku ketua dari partai BJP dan Menteri Dalam

Negeri India yang juga berasal dari partai BJP menyatakan bahwa Kashmir

merupakan bagian integral dari India dan tidak akan dapat melakukan separatisme

selama pekerja dari partai BJP masih ada terlepas BJP sedang berkuasa ataupun

tidak.118

114 Sanjay Sapru, “J&K State: Accession, Article 370 and Article 35 A”, Greater Kashmir, 20

Agustus 2017 [berita on-line] tersedia di https://www.greaterkashmir.com/news/opinion/jk-state-accession-

article-370-and-35a/; Internet; diunduh pada 23 April 2019. 115 Ministry of Law and Justice, “The Constitution of India”, Legislative Depatment of India, 31 Juli

2018, 149 [database on-line] tersedia di http://legislative.gov.in/sites/default/files/COI-updated-as-

31072018.pdf; Internet; diunduh pada 23 April 2019; Internet; diundudh pada 29 April 2019. 116 Sapru, “J&K State: Accession, Article 370 and Article 35 A”, Greater Kashmir, 20 Agustus 2017. 117 Dikarma, “Narendra Modi Ingin Hapus Status Kashmir”, Republika.co.id, 8 April 2019. 118 Raigarh, “Kashmir Integral Part of India, Can‟t be Separated: Amit Shah”, The Times of India, 18

April 2019 [berita on-line] tersedia di https://timesofindia.indiatimes.com/elections/news/kashmir-integral-

part-of-india-cant-be-separated-amit-shah/articleshow/68937557.cms; Internet; diunduh pada 29 April 2019.

53

Dari penjelasan singkat di atas, gambaran yang didapat adalah bahwa

partai BJP sudah memiliki tekad sejak tahun 1990-an untuk menghapus pasal 370

yang melindungi hak warga Kashmir dalam ketentuan Konstitusi India. Karena

BJP merasa bahwa pasal tersebut menghalangi kepentingan nasional India

terhadap Kashmir. Sehingga dalam keputusan kebijakan luar negeri India untuk

menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir juga mendapat pengaruh dari

partai politik yang sedang menguasai India yaitu partai BJP. Sikap yang dilakukan

oleh BJP terlihat jelas bahwa India ingin memertahankan wilayah Kashmir karena

mereka sudah menganggap bahwa Kashmir termasuk dalam territorial India, dan

proses mediasi hanya akan mempermudah Kashmir dalam melakukan separatisme

dan mendatangkan kerugian bagi India.

3. Konsensus Politik India

Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan kebijakan luar negeri

India untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017 adalah

konsensus politik India. Hal ini selaras dengan pernyataan yang dinyatakan oleh

Bapak Taufik Rigo sebagai salah satu narasumber dalam penelitian ini, bahwa:

“Ketika persoalan Jammu – Kashmir mendapat perhatian internasional

nampaknya mendapat semacam konsensus politik untuk tidak

menginternasionalkan Jammu – Kashmir di antara partai-partai besar”119

Hal ini juga dapat dilihat dari sikap yang diberikan oleh Manmohan Singh

sebagai Perdana Menteri India sebelum PM Modi. Pada April 2010 pasca serangan

besar-besaran oleh Maois di negara bagian Chhattisgarh India Tengah, Manmohan

menyatakan bahwa esktremisme di wilayah Kashmir merupakan ancaman bagi

119 Taufik Rigo, M.A di Pusdiklat Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, tanggal 8 April

2019.

54

keamanan internal yang paling parah yang dihadapi oleh India.120

Dari pernyataan

Manmohan tersebut terlihat bahwa terdapat kesamaan persepsi antara Manmohan

dan PM Modi dalam mengartikan ancaman utama bagi keamanan nasional India.

Walaupun notabenenya Manmohan berasal dari partai yang berbeda dengan PM

Modi yaitu Partai Kongress, di mana partai Kongress mempunyai ideologi yang

berbeda juga dengan BJP, Kongress terkenal dengan ideologi sekulernya

Selain itu partai-partai lain di India juga mempunyai persamaan persepsi

dalam penyelesaian konflik Kashmir malalui mediasi atau pihak ketiga. India

beranggapan bahwa kekuatan asing yang ingin menjadi pihak ketiga dalam

penyelesaian konflik Kashmir merupakan pihak yang bersedia menggunakan

Pakistan untuk memajukan kepentingan mereka sendiri.121

India juga membenci

implikasi bahwa pihak ketiga akan diperlukan atau terlibat dalam menyelesaikan

perselisihan di perbatasannya.122

Hal ini karena India merasa bahwa proses mediasi yang diusulkan tersebut

tidak menguntungkan bagi pihak India dalam menyelesaikan masalahnya, karena

mediator merupakan aktor politik yang dalam menyelesaikan konflik memiliki

harapan lain yaitu untuk mendapatkan sesuatu hal yang menguntungkan dari

posisinya sendiri sebagai mediator tersebut. Namun, jika proses mediasi ini di

usulkan untuk mengatasi masalah India maka tidak menutup kemungkinan jika

120 Centre for Humanitarian Dialogue, “Conflict Resolution: Learning Lessons From Dialogue

Processes in India”, July 2011, hal 18 [jurnal on-line] teredia di

https://www.files.ethz.ch/isn/131093/Conflict%20resolution%20in%20India.pdf; internet; diunduh pada 23

Juli 2019. 121 Sehila Rajan, “The Prospect of Thrid-Party Meditation of the Kashmir Dispute: Is There a Way to

Re-Engage India in a Facilitated Discussion?”, King Scholar Thesis Paper, 2005, hal 21 [artikel on-line]

tersedia di http://www.law.msu.edu/king/2005/2005_Rajan.pdf; Internet; diunduh pada 24 Juli 2019. 122 Sehila Rajan, “The Prospect of Thrid-Party Meditation of the Kashmir Dispute: Is There a Way to

Re-Engage India in a Facilitated Discussion?”, King Scholar Thesis Paper, 2005, hal 21

55

India dapat menerima fasilitas mediasi dari pihak ketiga, tetapi India tetap

memiliki kekhawatirannya sendiri dalam menentukan pihak ketiga mana yang

benar-benar netral dan tidak memihak,123

selain itu juga terdapat faktor

kepentingan nasional yang memengaruhi keputusan India. Hal ini selaras dengan

yang dinyatakan oleh Prof. Azyumardi Azra sebagai salah satu narasumber

penulis, bahwa;

“Jika partai Kongres secara teoritis ada kemungkinan menerima AS

(sebagai mediator) karena keijakan dari partai Kongres tidak sekeras

partai BJP, tetapi kalau dilihat dari sudut kepentingan politik

domestiknya lumayan susah juga.”124

Sehingga penolakan India terhadap AS sebagai mediator konflik Kashmir

mendapat dipengaruhi oleh konsensus dari partai politik di India, keraguan akan

kenetralan dari pihak ketiga sebagai mediator membuat partai-partai di India

merasa bahwa menerima mediasi adalah bentuk ketidak pastian dari penyelesaian

konflik Kashmir, dan memberikan kerugian bagi India. Konsensus dari partai

politik India juga didasari oleh kepentingan nasional India yaitu untuk

mempertahankan wilayah Kashmir agar tidak melakukan separatisme karena

dalam Konstitusi India, India sudah menganggap wilayah Kashmir sebagai

wilayah territorialnya.125

4. Kepentingan Nasional India

Pada poin terakhir yang akan dibahas dalam faktor internal India yaitu

mengenai adanya faktor kepentingan nasional India. Dari tiga sub bab yang sudah

123 Sehila Rajan, “The Prospect of Thrid-Party Meditation of the Kashmir Dispute: Is There a Way to

Re-Engage India in a Facilitated Discussion?”, King Scholar Thesis Paper, 2005, hal 22 124 Prof. Azyumardi Azra M.A. CBE di Komplek Puri Laras, tanggal 17 April 2019. 125 Ministry of Law and Justice, “The Constitution of India”, Legislative Depatment of India, 31 Juli

2018, hal 164.

56

dipaparkan sebelumnya terlihat bahwa langkah-langkah yang diambil dari tiga

aktor di atas bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional India. Seperti

langkah PM Modi untuk menghapus pasal 35 A, partai BJP sebagai partai yang

sedang menguasai India juga sudah lama meminta agar pasal 370 Konstitusi India

dihapuskan, begitu juga dengan konsensus politik dari partai-partai besar di India

yang berusaha untuk mempertahankan wilayah Kashmir dengan cara menolak

mediasi pihak ketiga, sehingga sudah sangat jelas bahwa kepentingan nasional

India adalah agar wilayah Jammu dan Kashmir menjadi wilayah yang bersatu

dengan India, dan bukan sebagai wilayah negara bagian lagi.

Kepentingan nasional India terhadap wilayah Jammu dan Kashmir

merupakan kepentingan nasional vital, karena bertujuan untuk mempertahankan

keamanan negara126

dengan melakukan upaya-upaya agar Kashmir tidak

melakukan separatism terhadap India maka India sudah melakukan strategi untuk

mempertahankan keamanan negara dan kepentingan nasional. Wilayah Kashmir

merupakan wilayah yang secara geografis terletak pada wilayah menguntungkan

dan strategis. Wilayah ini terus menerus diperebutkan dan menjadi klaim atas

India Kashmir, sepertiga Kashmir kemudian dikuasai Pakistan sedangkan

separuhnya menjadi milik India. Dalam hal ini kedua negara terus berusaha untuk

126 Michael G. Roskin, “National Interest: From Abstraction to Strategy”, 20 Mei 1994 [laporan on-

line]; tersedia di https://www.globalsecurity.org/military/library/report/1994/ssi_roskin.pdf; Internet; diunduh

pada 24 Juli 2019.

57

melakukan tindakan – tindakan dengan tujuan memenangkan konflik Kashmir

tersebut.127

India memilih untuk tetap mendahulukan kepentingan nasionalnya di

Kashmir dan menolak mediasi yang ditawarkan oleh AS. Keputusan India

tersebut selaras dengan kepentingan nasional India yang ingin dicapai, langkah

India ini juga mempertegas bahwa India tidak memiliki pengecualian untuk

berkompromi dan menyelesaikan kasus Kashmir secara internasional.

B. Dinamika Hubungan Luar Negeri India dengan AS dan Pakistan

Sebelum India mengeluarkan kebijakan untuk menolak AS sebagai

mediator konflik Kashmir pada tahun 2017, PM Modi sebagai pemimpin India

pada saat itu pasti sudah memperhitungkan berbagai macam resiko atau

konsekuensi yang mungkin akan didapat oleh India jika India menerima atau

menolak penawaran AS tersebut. Jika pada akhirnya India memutuskan untuk

menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir, itu berarti India memilih untuk

menghindari adanya konsekuensi buruk yang mungkin akan didapat oleh India

nantinya, jika India menerima AS sebagai mediator konflik Kashmir.

Pada sub bab sebelumnya sudah dibahas mengenai faktor internal apa saja

yang mempengaruhi keputusan India untuk menolak AS, maka pada sub bab ini

akan membahas faktor eksternal yang diperhitungkan oleh India dalam keputusan

India untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017. Beberapa

faktor yang dianggap sebagai faktor eksternal yang diperhitungkan oleh India

127 Dayus Wati, “Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi India dalam mengeluarkan kebijakan

pemukiman Hindu di Kashmir?”, Universitas Muhamadiyah Malang, 2018 [jurnal on-line] tersedia di

http://eprints.umm.ac.id/37692/2/jiptummpp-gdl-dewiayusep-50948-2-babi.pdf; Internet; diunduh pada 24

Juli 2019.

58

sebelum India menyatakan untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir

pada 2017 adalah upaya Pakistan dalam konflik Kashmir, hubungan bilateral AS

– Pakistan, dan politik luar negeri AS di bawah rezim Trump.

1. Upaya Pakistan Dalam Konflik Kashmir

Pada bab II di skripsi ini sebelumnya sudah dibahas bahwa Pakistan di

tahun 1947 sudah melakukan upaya-upaya agar Kashmir dapat bergabung dengan

Pakistan atau menjadikan wilayah Kashmir sebagai negara yang independen.

Upaya Pakistan tersebut terus berlanjut hingga saat ini, hal ini dapat dilihat saat

PM Pakistan Nawaz Sharif meminta agar komunitas internasional melakukan

upaya-upaya dalam penyelesaian konflik Kashmir yang dianggap semakin parah

dengan meningkatnya jumlah pelanggaran HAM bagi warga Kashmir dan

menyatakan bahwa AS dapat memainkan peran yang sangat penting dalam

penyelesaian konflik Kashmir.128

Pernyataan dari PM Nawaz Sahrif tersebut

memberikan gambaran bahwa Kashmir saat ini sedang mengalami masa kritis dan

Pakistan memberikan sinyal kepada komunitas internasional bahwa konflik

Kashmir harus dimediasi oleh pihak ketiga, di mana proses mediasi ini bersifat

politis dan mengancam kepentingan nasional India untuk mempertahankan

wilayah Kashmir sebagai wilayah negara bagian India.

Upaya yang dilakukan Pakistan ini disebabkan karena wilayah Kashmir

merupakan wilayah yang penting dalam bidang perekonomian dan kemakmuran

bagi Pakistan, hal ini karena Kashmir berdekatan dengan wilayah Pakistan

128 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says

Pakistan PM Nawaz Sharif”, 12 April 2017 [berita on-line] tersedia di

https://www.indiatoday.in/world/story/pakistan-nawaz-sharif-kashmir-dispute-america-trump-india-971075-

2017-04-12; Internet; diunduh pada 29 April 2019.

59

Barat.129

Letak wilayah Kashmir sangat strategis bagi Pakistan, di mana sumber-

sumber sungai di Pakistan terletak di Kashmir, ini berarti bangunan pengairan

Pakistan tergantung dari sumber air di Kashmir.130

Wilayah Kashmir yang

mendatangkan banyak sekali keuntungan bagi Pakistan sehingga wilayah Kashmir

juga merupakan kepentingan nasional bagi Pakistan.

Pada tahun 1963, Zulfikar Ali Bhutto sebagai Perdana Menteri Pakistan

ke-9 (1973 – 1977), menyatakan “Kashmir is to Pakistan what Berlin is

to the West, and without a fair and proper settlement of this issue the

people of Pakistan will not consider the crusade for Pakistan as

complete.” 131

Pernyataan dari Zulfiqar Ali Bhutto tersebut menggambarkan bahwa

Pakistan akan mengupayakan segala cara untuk mendapatkan wilayah Kashmir,

salah satunya dengan dengan menggunakan strategi kebijakan luar negeri subversi

yaitu mendukung pejuang kebebasan Kashmir dan mendukung organisasi teroris

Lashkar-e-Tayyaba (LET) dalam berhadapan dengan India.132

Di tahun 2016,

terjadi serangan di pangkalan tentara India yang berada di wilayah Kashmir,

pemerintah India menyatakan bahwa dalang dari penyerangan ini adalah LeT di

mana organisasi LeT merupakan organisasi yang didukung oleh Pakistan.133

129 Alvina Rahmwati dan Bagus Wahyu Priyamono. “Konflik India – Pakistan dalam Persengketaan

Kashmir Pasca Kemerdekaan Anak Benua (Sub-Kontunen), Universitas Negeri Malang, 2015, hal 5 [jurnal

on-line] tersedia di https://www.academia.edu/28297640/KONFLIK_INDIA-

PAKISTAN_DALAM_PERSENGKETAAN_KASHMIR_PASCA_KEMERDEKAAN_ANAK_BENUA_S

UB-KONTINEN; Internet; diunduh pada 24 Juli 2019. 130 Alvina Rahmwati dan Bagus Wahyu Priyamono. “Konflik India – Pakistan dalam Persengketaan

Kashmir Pasca Kemerdekaan Anak Benua (Sub-Kontunen), Universitas Negeri Malang, 2015, hal 5. 131 Chad W. Ensley, “Dangerous Liaisons: Is the U.S. – Pakistan Alliance a Cause of Indo – Pakistani

Conflict?” Thesis of Georgetown University, April 2011, hal 1. 132 Muhammad Habib, “Usaha Pakistan Mendapatkan Kashmir Kembali VIS-À-VIS Kesenjangan

Power dengan India”, Universitas Indonesia, Desember 2015, hal 4 [jurnal on-line] tersedia di

https://www.researchgate.net/publication/288166145_USAHA_PAKISTAN_MENDAPATKAN_KASHMIR

_KEMBALI_VIS-A-VIS_KESENJANGAN_POWER_DENGAN_INDIA Internet; diunduh pada 25 Juni

2019. 133 Hanna Azarya Samosir, “India Tangkap Merpati yang Bawa Pesan Ancaman untuk Modi”, 3

Oktober 2016. [berita on-line] tersedia di https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161003174123-113-

163028/india-tangkap-merpati-yang-bawa-pesan-ancaman-untuk-modi; Intener; diunduh pada 25 Juni 2019.

60

Selian itu, China yang dianggap India sebagai sekutu Pakistan juga

memblokir permintaan India untuk mengategorikan ulama Masood Azhar sebagai

teroris di PBB, di mana Masood Azhar dilaporkan bermakas di kawasan

Bahawalpur di Provinsi Pujab, Pakistan.134

Permintaan India tersebut berangkat

dari peristiwa di tahun 2000 – 2001 di mana Ulama Masood Azhar dituding

sebagai dalang dari serangkaian insiden kekerasan di wilayah India termasuk

serangan ke gedung parlemen India.135

Jika dilihat dari penjelasan singkat mengenai upaya Pakistan dalam

konflik Kashmir memberikan gambaran bahwa upaya-upaya yang dilakukan

Pakistan tersebut mampu mengancam kepentingan nasional India dan mengancam

keamanan nasional India sendiri dengan serangan-serangan yang dilakukan oleh

Pakistan. Dari hubungan bilateral yang tidak baik antara India – Pakistan dalam

penyelesaian konflik Kashmir ini membuat India menutup segala kemungkinan

yang bisa memberikan celah bagi Pakistan untuk memenangkan konflik Kashmir.

2. Hubungan Bilateral AS – Pakistan

Hubungan politik luar negeri setiap negara memang tidak akan pernah

dapat ditebak bagaimana kedepannya. Banyak faktor yang mempengaruhi ketika

kawan menjadi lawan di panggung politik internasional, begitupun sebaliknya.

Salah satunya adalah hubungan bilateral AS dengan Pakistan. Pada masa perang

dingin, Pakistan memiliki hubungan bilateral yang baik dengan AS, Pakistan

134BBC News, “Bom di Kashmir: 40 Polisi Tewas, India Salahkan Kelopmok Muslinm di Pakistan”,

15 Februari 2019 [berita on-line] tersedia di https://www.bbc.com/indonesia/dunia-47248432; Internet;

diunduh pada 25 Juni 2019. 135 BBC News, “Bom di Kashmir: 40 Polisi Tewas, India Salahkan Kelopmok Muslinm di Pakistan”,

15 Februari 2019

61

menjadikan AS sebagai patron poitiknya walaupun Pakistan adalah negara non-

blok tapi Pakistan memiliki banyak hubungan kerja sama dengan AS.

Sama hal nya dengan India, Pakistan sebagai negara less power (lemah)

juga memiliki keinginan untuk memperluas hubungan kerja sama dengan negara

lain yang memiliki super power (kekuatan besar) seperti AS guna mendapat

keuntungan dan mencapai kepentingan nasional Pakistan. Terlebih lagi, AS juga

telah memberikan bantuan kepada Pakistan pada tahun 2010 memberikan bantuan

sebesar $ 20 M USD untuk kebutuhan pertahanan Pakistan dan pada tahun 2009 –

2015, AS juga memberikan bantuan militer kepada Pakistan.136

Walaupun

kehadiran AS bagi Pakistan tidak untuk mendukung Pakistan dalam

memenangkan konflik Kashmir namun secara implisit AS juga hadir dan

memberikan dukungan kepada Pakistan dalam hal pertahanan negara. Mungkin

ini juga menjadi perhitungan Pakistan mengapa pada akhirnya Pakistan menerima

AS sebagai mediator konflik Kashmir pada tahun 2017.

Kehadiran AS yang memberikan bantuan terhadap Pakistan membuat India

menjadi ragu di mana posisi AS sebenarnya dalam penyelesaian konflik Kashmir

ini. Mengingat PM Pakistan Nawaz Sharif menyatakan bahwa AS dapat

memainkan peran penting dalam konflik Kashmir ini dan menerima AS sebagai

mediator konflik Kashmir, ini juga menjadi pertimbangan bagi India untuk

menerima AS sebagai mediator konflik Kashmir.137

136 Cahya Fauzi, “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Pakistan dalam Kasus Perebutan

Wilayah Kashmir antara India dan Pakistan (2009 – 2013)”, Academia.edu, 2-3 [jurnal on-line] tersedia di

https://www.academia.edu/31386162/Kepentingan_Amerika_Serikat_Mendukung_Pakistan_dalam_Kasus_P

erebutan_Wilayah_Kashmir_antara_India_dan_Pakistan; Internet; diunduh pada 29 April 2019. 137 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says

Pakistan PM Nawaz Sharif”, 12 April 2017 [berita on-line] tersedia di

62

Kashish Parpiani sebagai peneliti politik luar negeri di Asia Selatan, juga

menyatakan bahwa India merasa ragu dengan sifat ambivalensi AS terhadap

Pakistan, sikap AS tersebut kemudian menimbulkan keengganan bagi India.138

India menganggap AS tahu benar bahwa Pakistan menyembunyikan organisasi-

organisasi teroris di Pakistan, contohnya adalah jaringan Haqqani.139

Namun, AS

tetap memberikap sikap pengampunan terhadap Pakistan bahkan AS tetap

memberikan dana bantuan kepada Pakistan di bawah ketentuan Dana Bantuan

Koalisi (Coalition Support Fund / CSF), sikap AS terhadap Pakistan tersebut

menimbulkan kecemasan besar tersendiri bagi India.140

Dari penjelasan singkat di

atas dapat dilihat bahwa AS yang seharusnya dapat bersifat netral justru

cenderung memiliki keberpihakan pada Pakistan terlihat dari upaya AS dalam

membantu Pakistan setiap tahunnya dari tahun 2009 – 2015 seperti yang sudah

dibahas secara singkat di atas. Selain itu sikap AS terhadap Pakistan membuat

India merasa cemas dan tidak mempercayai AS sepenuhnya, sehingga dari sisi

hubungan bilateral AS – Pakistan ini dapat menjadi salah satu faktor yang melatar

belakangi keputusan India untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir

tahun 2017.141

https://www.indiatoday.in/world/story/pakistan-nawaz-sharif-kashmir-dispute-america-trump-india-971075-

2017-04-12; Internet; diunduh pada 29 April 2019. 138 Kashish Parpiani, “Trump‟s South Asia Policy: India, Pakistan and China”, Obeserver Research

Foundation, 26 Oktober 2016 [artikel on-line] tersedia di https://www.orfonline.org/research/trump-south-

asia-policy-india-pakistan-china/; Internet; diunduh pada 26 Juli 2019. 139 Kashish Parpiani, “Trump‟s South Asia Policy: India, Pakistan and China”, Obeserver Research

Foundation, 26 Oktober 2016. 140 Kashish Parpiani, “Trump‟s South Asia Policy: India, Pakistan and China”, Obeserver Research

Foundation, 26 Oktober 2016. 141 Fauzi, “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Pakistan”, 1.

63

3. Politik Luar Negeri AS di bawah Rezim Donald Trump

Pada dasarnya hubungan bilateral India – AS dalam bidang ekonomi dan

pertahanan berjalan dengan baik namun faktor hubungan bilateral ini tidak bisa

dijadikan faktor yang membuat India menerima tawaran AS sebagai mediator. AS

di bawah kepemimpinan Trump, telah melahirkan kebijakan-kebijakan baru yang

membuat kaget sekutu-sekutu AS sendiri salah satunya adalah kebijakan-

kebijakan AS terhadap Eropa yang membuat Eropa sulit menghadapi kebijakan

luar negeri AS saat ini.142

Berkaca dari peristiwa tersebut, India pasti akan

membuat kebijakan yang sangat hati-hati kepada AS dalam hal ini berarti India

juga harus memperhitungkan dalam berbagai aspek jika India menerima AS

sebagai mediator konflik Kashmir. Karena ternyata, kedekatan hubungan bilateral

yang terjalin antara AS dan sekutu sudah tidak dapat dijadikan tolak ukur untuk

ke loyalitasan AS pada negara lain yang memiliki hubugan bilateral yang baik

dengan AS.

Ketidak pastian rezim Trump membuat India merasa ragu untuk menerima

tawaran mediasi AS di bawah rezim Trump. Trump menyatakan bahwa Politik

Luar Negeri AS di masanya harus bersifat tidak dapat diprediksi dengan mudah:

As candidate Trump said in 2016: "We must as a nation be more

unpredictable. We are totally predictable. We tell everything. We're sending

troops? We tell them. We're sending something else? We have a news

conference. We have to be unpredictable," And we have to be unpredictable

starting now."143

142 Hafit Yudi Suprobo, “Prancis: Eropa Bersatu Lawan Kebijakan Perdagangan Trump”, Warta

Ekonomi.co.id, 9 Juli 2018 [berita on-line] tersedia di https://www.wartaekonomi.co.id/read186832/prancis-

eropa-bersatu-lawan-kebijakan-perdagangan-trump.html; Internet; diunduh pada 29 April 2019. 143 Jeffrey Prescott, ”Trump Doesn‟t Deserve Any Credit for His Disruptive Foreign Policy”, Foreign

Policy News, 14 Maret 2019 [berita on-line] https://foreignpolicy.com/2019/03/14/trump-doesnt-deserve-any-

credit-for-his-disruptive-foreign-policy/ tersedia di Internet; diunduh pada 29 April 2019.

64

Pernyataan Trump tersebut semakin menegaskan ketidakpastian arah

kebijakan Luar Negeri AS di bawah rezim Trump. Menurut pandangan dari para

politikus negara, Politik Luar Negeri AS di bawah rezim Trump akan berbeda

dengan pola politik luar negeri yang selama ini diikuti oleh AS, sehingga

kebijakan Trump akan berbeda dari presiden AS sebelum-sebelumnya.144

Arah

kebijakan Luar Negeri AS yang cenderung tidak dapat diprediksi merupakan salah

satu aspek yang melatar belakangi penolakan India terhadap AS, karena hal ini

dapat menimbulkan resiko dan konsekuensi bagi India.

Selaras dengan pernyataan dari Bapak Taufik Rigo, bahwa; “Negara sudah

mengalami trust deficit pada politik luar negeri AS direzim Trump. Karena

dianggap hanya mementingkan national interest AS saja.”145

Dan juga pernyataan dari Bapak Prof. Azyumardi Azra, bahwa; “Secara

hipotetis, politik luar negeri Obama lebih bersifat soft dan bisa diterima

dibandingkan Trump yang bersifat konfrontatif dan fundamentalis

Kristen.”146

Dari faktor-faktor di atas maka jelas sekali bahwa kebijakan AS yang ingin

memediatori konflik Kashmir di bawah rezim Trump tidak selaras dengan

kepentingan nasional India, karena hal-hal yang tidak dapat diprediksi dalam

politik luar negeri AS kedepannya mampu menghalangi kepentingan nasional

India dalam mempertahankan status kepemilikan India terhadap sebagian wilayah

Kashmir.

Dari penjelasan yang sudah dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa keputusan penolakan India terhadap AS sebagai mediator konflik Kashmirt

144 Dwi Ardiyanti, “Imprediktabilitas Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat; Tantangan dan

Ancaman Rezim Donald Trump Terhadap ASEAN”. Research Gate, Oktober 2017, 114 [jurnal on-line]

https://www.researchgate.net/publication/320875493_Imprediktibilitas_Kebijakan_Luar_Negeri_Amerika_S

erikat_Tantangan_dan_Ancaman_Rezim_Donald_Trump_Terhadap_ASEAN tersedia di Internet; diunduh

pada 29 April 2019. 145 Taufik Rigo, MA. Di Pusdiklat Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, tanggal 8 April

2019. 146 Prof. Azyumardi Azra MA. CBE,. di Komplek Puri Laras, tanggal 17 April 2019.

65

ahun 2017 dilatar belakangi oleh adanya faktor politik domestik India dan adanya

kekhawatiran dari pihak India jika dilihat dari dinamika hubungan luar negeri

India dengan AS dan Pakistan. Poin-poin penting yang dapat diambil dari

penjelasan di atas adalah, perama adanya upaya-upaya dari politik domestik India

baik dari sikap PM Modi sebagai PM India saat ini, sikap-sikap dari elite politik

India dan juga sikap dari partai yang sedang berkuasa yaitu partai BJP untuk

menjadikan isu Kashmir menjadi isu internal India saja, hal ini merupakan salah

satu bentuk strategi India untuk dapat menguasai wilayah Kashmir dengan mudah.

Kedua, upaya Pakistan dalam konflik Kashmir seperti serangan-serangan

terhadap India, membuat India harus memperhitungkan kembali segala resiko

terburuk jika India membuka mediasi pihak ketiga dalam menyelesaikan konflik

Kashmir. Hubungan bilateral yang terjalin antara AS – Pakistan dan bentuk

dukungan yang diberikan oleh AS terhadap Pakistan dengan memberikan bantuan

terhadap tim pertahanan Pakistan membuat India merasa ragu akan posisi

kenetralan AS jika AS dijadikan sebagai mediator konflik Kashmir. Selain ragu

dengan kenetralan AS, India juga merasa cemas dengan hubungan bilateral yang

terjalin antara AS dan Pakistan. Ketiga, keputusan India untuk menolak AS

sebagai mediator konflik Kashmir merupakan keputusan yang tepat bagi India

karena selaras dengan kepentingan nasional India yaitu untuk mempertahankan

status kepemilikan India pada sebagian wilayah Kashmir tanpa harus melakukan

proses mediasi dengan pihak luar, karena proses mediasi yang bersifat politis

hanya membuat India mendapatkan kerugian saja.

66

Kemudian proses pertimbangan yang dilakukan oleh India sebelum

membuat keputusan untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir, selaras

dengan konsep teori kebijakan luar negeri, di mana setiap keputusan kebijakan

politik luar negeri India bertujuan untuk mempertahankan kepentingan

nasionalnya, hal ini juga selaras dengan konsep kepentingan nasional. Keputusan

kebijakan luar negeri India dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Dalam kasus ini, India memperhitungkan segala keuntungan,

resiko ataupun konsekuensi yang akan diterima oleh India baik dari aspek politik

domestik India (faktor internal) dan dari aspek hubungan bilateral yang terjalin

antara India dengan AS dan Pakistan (faktor eksternal). India memperhitungkan

kedua faktor tersebut sebelum akhirnya memutuskan untuk menolak AS sebagai

mediator konflik Kashmir tahun 2017. Sehingga pada akhirnya India bisa

mendapatkan kebijakan yang tepat dan dianggap tidak mengancam kepentingan

nasionalnya.

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada April 2017, PM Pakistan Nawaz Sharif menyatakan bahwa AS dapat

memainkan peran yang sangat penting dalam menyelesaikan konflik yang terjadi

di wilayah Kashmir di bawah pemerintahan Trump.147

Pernyataan dari PM Sharif

ini kemudian ditanggapi oleh Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley bahwa

pemerintahan AS merasa khawatir dengan konflik berkepanjangan yang terjadi di

wilayah Kashmir, karena itu AS akan mencoba untuk menemukan tempatnya

dalam upaya untuk mengurangi ketegangan India dengan Pakistan dalam

penyelesaian konflik Kashmir.148

Pernyataan dari Haley tersebut kemudian

mendapat tanggapan yang positif dari Duta Besar Pakistan untuk AS Aizaz

Ahmad Chaudry menyatakan bahwa Pakistan menerima tawaran AS sebagai

mediator konflik Kashmir, dan AS dianggap mampu membawa peran positif

untuk membawa perdamaian dan stabilitas Asia Selatan.149

Namun berbeda dengan pihak dari India, Juru Bicara urusan Menteri Luar

Negeri India Gopal Baglay menanggapi tawaran AS dengan menyatakan bahwa

komunitas internasional lebih baik membujuk Pakistan agar segera menghentikan

serangan teroris lintas perbatasan dari pada menjadi mediator dalam konflik

147 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says

Pakistan PM Nawaz Sharif,“ 12 April 2017 [berita on-line] tersedia di

https://www.indiatoday.in/world/story/pakistan-nawaz-sharif-kashmir-dispute-america-trump-india-971075-

2017-04-12; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019. 148 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says

Pakistan PM Nawaz Sharif,“ 12 April 2017 149 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says

Pakistan PM Nawaz Sharif,“ 12 April 2017

68

Kashmir.150

Pernyataan dari perwakilan India tersebut secara tidak langsung

memberikan pesan bahwa India menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir,

selain itu India secara implisit menyatakan bahwa konflik yang terjadi di Kashmir

didalangi oleh Pakistan yang dengan sengaja mengirim pasukan teroris melalui

lintas perbatasan kepada pihak pemberontak di Kashmir dan juga memberikan

pasokan senjata kepada pemberontak di Kashmir.151

Walaupun jika dilihat dari hubungan bilateral India – AS sendiri, dua negara

tersebut memiliki hubungan kerja sama yang sangat baik dalam bidang ekonomi

perdagangan barang dan senjata, juga dalam bidang pertahanan seperti pelatihan

militer besama.152

India – AS juga memiliki tiga perjanjian dasar pertahanan yaitu

LEMOA, COMCASA dan BECA, tiga perjanjian tersebut bertujuan agar

hubungan politik luar negeri antara India – AS dapat berjalan dengan baik karena

India – AS sudah menjalin kerja sama dalam bidang pertahanan dan keamanan

negara.153

Kemudian, jika dilihat dari data kerja sama perdagangan barang India –

AS pada tahun 2017, hubungan perdagangan antara India – AS mengalami

pergerakan yang fluktuatif di mana dalam data tersebut India selalu mendapat

keuntungan (surplus) dari hubungan impor dan ekspor barang dengan AS, hal ini

150 Live mint, “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it,” 5 April 2017 [berita on-line]

tersedia di https://www.livemint.com/Politics/1fQbPwhZQXV1sArP3xRjJK/Pakistan-welcomes-US-

mediation-after-India-rejects-it.html; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019. 151 Meenakshi Ganguly, “For Peace in Kashmir, India Must Address Rights Abuses by Security

Forces”, Human Rights Watch, 6 April 2018 [berita on-line] tersedia di https://www.hrw.or

g/id/news/2018/04/06/316916; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019. 152 The EconomicTimes, “Seven Reasons Why COMCASA Important to India?” 7 September 2018

[berita on-line] tersedia di https://economictimes.indiatimes.com/news/defence/seven-reasons-why-comcasa-

is-so-important-for-india/articleshow/65707682.cms; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019. 153 Manjeet Sehgal, “India – US Likely to Sign Agreements on Information Security, Geospatial

Cooperation”, India Today, 28 Agustus 2018 [berita on-line] tersedia di

https://www.indiatoday.in/india/story/india-us-likely-to-sign-agreements-on-information-security-geospatial-

cooperation-1325585-2018-08-28; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019.

69

dapat dilihat dari tabel perdagangan barang antara India – AS di tahun 2017.154

Ini

berarti India – AS memiliki hubungan bilateral yang baik, walaupun dalam

menjalani hubungan kerja sama tersebut terdapat beberapa halangan dan masalah

namun India dan AS sama-sama menerapkan kebijakan yang bersifat soft

diplomacy sehingga India – AS bisa melanjutkan kembali hubungan kerja sama

mereka.

Berangkat dari hubungan bilateral India – AS yang terjalin dengan baik

maka seharusnya tawaran AS sebagai mediator konflik Kashmir menjadi peluang

yang baik bagi India untuk dapat memenangkan kasus Kashmir. Namun, India

justru menolak tawaran AS tersebut seperti yang sudah dijelaskan dalam paragraf

sebelumnya, sehingga ini menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dianalisa.

Teori kebijakan luar negeri dianggap mampu menganalisis keputusan India untuk

menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir. Di mana dalam teori kebijakan

luar negeri, suatu negara sebelum mengeluarkan kebijakan politik luar negerinya

memperhitungkan dengan baik keuntungan, resiko dan ketidak pastian apa yang

akan didapat oleh negara tersebut jika mengeluarkan suatu kebijakan luar negeri.

Untuk menemukan jawabannya maka dapat diukur dari melihat faktor internal dan

faktor eksternalnya seperti teori yang digunakan dalam mengkaji keputusan

kebijakan luar negeri suatu negara yaitu teori kebijakan luar negeri .155

Faktor internal yang diperhitungkan oleh India adalah faktor politik

domestik India di mana politik domestik India mendapat pengaruh dari perspektif

154 United States Census Bureau, “2017: U.S Trade in Goods with India” [database on-line] tersedia

di https://www.census.gov/foreign-trade/balance/c5330.html; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019. 155 K. J., Holsti, “International Politics: A Framework for Analysis, 6th edition”, New Jersey:

Pretince-Hall International, 1992, hal 269.

70

pemimpin PM Modi, partai yang sedang berkuasa yaitu partai BJP, konsensus

politik India dan kepentingan nasional India. Semenjak Modi menjabat sebagai

PM India, Modi menerapkan kebijakan-kebijakan yang tergolong keras dalam

upayanya mempertahankan status kepemilikan India atas sebagian wilayah

Kashmir. Salah satu upaya dari PM Modi adalah dengan menghapus pasal 35 A

yang memuat mengenai pernyataan bahwa Kashmir merupakan daerah khusus,

penghapusan pasal ini sendiri mendapat respon yang beragam dari warga India

dan Kashmir, sebagian menganggap bahwa dengan menghapus pasal 35 A maka

akan memicu lahirnya konflik baru antara India dan Kashmir.156

Sebelumnya di

tahun 1990-an, BJP sebagai partai fundamentalis Hindu sudah meminta agar pasal

370 Konstitusi India di hapuskan, pasal 370 merupakan pasal terdahulu dari pasal

35 A di mana dalam pasal ini berisikan tentang ketentuan hak yang di dapat oleh

warga Kashmir. Bukan hanya itu saja, namun presiden partai BJP Amit Shah juga

menyatakan bahwa selama BJP masih ada di India maka Kashmir selamanya tidak

akan dapat melakukan separatisme.157

Selain itu juga terdapat pengaruh dari konsensus politik India di mana

terdapat kesamaan perspesi mengenai ancaman utama keamanan nasional India

yaitu ekstrimis dari wilayah Kashmir. Kemudian, konsensus politik dari partai

India menyatakan ketidak percayaan mereka atas kenetralan dan kredibilitas dari

pihak ketiga yang akan memediasi konflik Kashmir, karena mereka menganggap

bahwa pihak ketiga tersebut hanya akan mengambil manfaat untuk kepentingan

156 Kamran Dikarma, “Narendra Modi Ingin Hapus Status Kashmir”, Republika.co.id, 8 April 2019

[berita on-line] tersedia di https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/asia/ppn7d5382/narendra-

modi-ingin-hapus-status-khusus-kashmir; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019. 157 Raigarh, “Kashmir Integral Part of India, Can‟t be Separated: Amit Shah”, The Times of India, 18

April 2019 [berita on-line] tersedia di https://timesofindia.indiatimes.com/elections/news/kashmir-integral-

part-of-india-cant-be-separated-amit-shah/articleshow/68937557.cms; Internet; diunduh pada 29 April 2019.

71

nasional mereka sendiri. Dari tindakan yang dilakukan oleh PM Modi, partai BJP

dan konsensus politik dari partai-partai di India terlihat bahwa wilayah Kashmir

merupakan kepentingan nasional vital yang akan selalu dipertahankan oleh India,

dan akan menolak adanya mediasi dari pihak ketiga karena meragukan kenetralan

pihak ketiga dalam penyelesaian konflik Kashmir dan akan mengganggu

kelancaran India dalam mempertahankan wilayah Kashmir. Sehingga mediasi

hanya akan membawa kerugian bagi India.

Penolakan India secara tidak langsung juga memberikan pesan bahwa

konflik Kashmir merupakan konflik internal India dan yang berhak

mengintervensi konflik Kashmir hanya pihak internal India sendiri, karena India

menganggap bahwa Kashmir masih merupakan territorial India dan yang berhak

menangani konflik Kashmir adalah pihak internal India sendiri. Ini termasuk

upaya dari politik domestik India agar aktor dari luar seperti AS atau negara lain

dan organisasi internasional tidak dapat mengintervensi konflik Kashmir. Hal ini

juga terlihat dari pernyataan Baglay saat menanggapi tawaran Halley, Baglay

meminta komunitas internasional lebih fokus pada kasus terorisme dibandingkan

ingin menjadi mediator konflik Kashmir. 158

Kemudian, fator eksternal yang menjadi aspek yang diperhitungkan oleh

India sebelum memutuskan kebijakan menolak AS sebagai mediator konflik

Kashmir, diantaranya yaitu dilihat dari dinamika hubungan luar negeri India

dengan AS dan Pakistan, dan politik luar negeri AS di bawah rezim Trump.

Tindakan Pakistan seperti serangan terhadap pasukan keamanan India dalam

158 Live mint, “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it,” 5 April 2017.

72

upaya mendapatkan wilayah Kashmir merupakan bentuk ancaman bagi keamanan

India, jika dilihat dari hubungan bilateral yang tidak baik antara India – Pakistan

maka India tidak ingin memberikan peluang bagi Pakistan untuk mendapatkan

wilayah Kashmir dengan cara menerima mediasi dari pihak ketiga.

Selain itu hubungan antara AS – Pakistan juga membuat India merasa

enggan dan cemas, di mana Pakistan sebagai negara less power, mendapatkan

banyak bantuan dana dan militer dari AS, di tahun 2010 AS memberikan dana

bantuan kepada Pakistan sebesar $ 20 M USD untuk kebutuhan pertahanan

Pakistan dan pada tahun 2009 – 2015, AS juga memberikan bantuan militer

kepada Pakistan.159

Walaupun Pakistan saat ini juga memiliki kedekatan

hubungan kerja sama ekonomi perdagangan barang dan jasa dengan Tiongkok

namun Pakistan juga memperluas hubungan kerjasamanya dengan AS. Ini berarti

hubungan bilateral antara negara satu dengan negara yang lain selalu bersifat

dinamis dalam panggung politik internasional. Dari bantuan yang diberikan

kepada AS terhadap Pakistan untuk pertahanan negaranya tersebut memberikan

gambaran bahwa AS juga ingin memiliki hubungan bilateral yang baik dengan

Pakistan, dan sikap ambivalensi AS membuat India cemas dan merasa bahwa AS

tidak bersifat netral.

Kemudian, Donald Trump di masa kampanye nya juga menyatakan bahwa

Politik Luar Negeri AS di bawah rezim Trump harus bersifat tidak mudah

159 Cahya Fauzi,“Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Pakistan dalam Kasus Perebutan Wilayah

Kashmir antara India dan Pakistan (2009 – 2013)”, Academia.edu, 2-3 [jurnal on-line] tersedia di

https://www.academia.edu/31386162/Kepentingan_Amerika_Serikat_Mendukung_Pakistan_dalam_Kasus_P

erebutan_Wilayah_Kashmir_antara_India_dan_Pakistan; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019.

73

diprediksi oleh negara-negara lain.160

Hal ini selaras dengan pernyataan dari

Bapak Taufik Rigo sebagai pengamat politik luar negeri Asia Selatan bahwa

negara-negara sudah mengalami trust deficit terhadap AS di bawah rezim Trump

karena politik luar negeri di masa Trump hanya membawa keuntungan bagi AS

sendiri. Para politikus negara juga menyatakan hal yang serupa, bahwa politik luar

negeri AS di masa Trump berbeda sifatnya dengan presiden-presiden AS

sebelumnya.161

Ketidak pastian ini menjadi pertimbangan bagi India dalam

mengukur keuntungan dan resiko membuat keputusan kebijakan luar negerinya

terhadap AS. Karena, hal-hal yang sulit di prediksi kedepannya mampu

mengancam kepentingan nasional India dalam mempertahankan status

kepemilihan India atas sebagian wilayah Kashmir.

Dari faktor politik domestik India, dinamika hubungan politik luar negeri

India dengan AS dan Pakistan, juga politik luar negeri AS di bawah rezim Trump

merupakan beberapa hal yang diperhitungkan oleh India sebelum India

memutuskan untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir di tahun 2017.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah keputusan kebijakan luar negeri

India terhadap AS sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017, didasari oleh

faktor internal seperti perspektif pemimpin, partai yang berkuasa, konsensus

politik domestik India dan kepentingan nasional India di wilayah Kashmir yaitu

India ingin memeperthanakan kepentingan nasional vitalnya agar Kashmir tidak

160 Jeffrey Prescott, ”Trump Doesn‟t Deserve Any Credit for His Disruptive Foreign Policy”, Foreign Policy

News, 14 Maret 2019 [berita on-line] https://foreignpolicy.com/2019/03/14/trump-doesnt-deserve-any-credit-

for-his-disruptive-foreign-policy/ tersedia di Internet; diunduh pada 29 April 2019 161 Dwi Ardiyanti, “Imprediktabilitas Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat; Tantangan dan Ancaman

Rezim Donald Trump Terhadap ASEAN”. Research Gate, Oktober 2017, 114 [jurnal on-line]

https://www.researchgate.net/publication/320875493_Imprediktibilitas_Kebijakan_Luar_Negeri_Amerika_S

erikat_Tantangan_dan_Ancaman_Rezim_Donald_Trump_Terhadap_ASEAN tersedia di Internet; diunduh

pada 29 April 2019.

74

melakukan separatisme dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang selaras

dengan kepentingan nasional India . Selain itu, faktor eksternal juga memberikan

pengaruh bagi India karena India akan mendapatkan resiko dan kerugian yang

lebih besar dan mengancam kepentingan nasional India terhadap Kashmir jika

India menerima mediasi dari phiak ketiga seperti AS.

Walaupun India memiliki hubungan yang sangat intens dengan AS, hal ini

tidak bisa menjadi pengecualian bagi India dalam mempertahankan kepentingan

nasionalnya pada wilayah Kashmir. Penolakan India terhadap AS juga selaras

dengan kepentingan nasional India yaitu untuk mempertahankan wilayah Kashmir

tanpa adanya mediasi dari pihak luar karena proses mediasi lebih bersifat politis

dan dapat merugikan India.162

B. Saran

Penelitian ini membahas mengenai faktor yang melatar belakangi keputusan

kebijakan luar negeri India terhadap tawaran AS untuk menjadi mediator konflik

Kashmir tahun 2017. Penelitian ini diharapkan mampu untuk dijadikan bahan

referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin membahas mengenai isu Kashmir,

dinamika politik luar negeri India, Pakistan dan AS atau bahasan yang berkaitan

dengan konflik di kawasan Asia Selatan. Kemudian, penelusuran yang dapat

dilakukan untuk periode selanjutnya dari peristiwa ini adalah diperlukannya

penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana implikasi dari konflik Kashmir yang

berkepanjangan terhadap stabilitas kawasan di Asia Selatan.

162 Nesita Anggraini, “Penyelesaian Sengketa Internasional”, Academia.edu (2016), 12 [jurnal on-

line] tersedia di https://www.academia.edu/25542895/PENYELESAIAN_SENGKETA_INTERNASIONAL;

Internet; diunduh pada 29 April 2019.

lxiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Burchill, Scott. Theories of International Relations, 1st edition. New York: Palgrave

Macmillan. 1996.

Breuning, Marijke. Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction. New York:

Palgrave MacMillan, 2007, Chapter. 1.

Holsti, K. J. International Politics: A Framework for Analysis, 6th

edition. New Jersey:

Pretince-Hall International, 1992.

Hudson, Valerie M. Foreign Policy Analysis: Actor Specific Theory and the Ground of

International Relations, International Studies Association, Blackwell

Publishing, 2005.

King, Gary. Designing Social Inquiry: Scientific Inference in Qualitative Research.

Princeton University Press: William Street, Princeton, New Jersey 08540, 1994.

Klotz, Audie. Qualitative Methods in International Relations. New York: Palgrave

MacMillan, 2008.

Kronstsdt, K. Alan, Paul K. Kerr, Michael F. Martin dan Bruce Vaughn. India: Domestic

Issues, Strategic Dynamics and U.S. Relations [buku on-line] Congressional

Research Service (1 September 2011); tersedia di

https://www.hsdl.org/?view&did=719130; Internet; diunduh pada 2 Oktober

2018.

Malhotra, VK. International Relations. New Delhi: Anmol Publications Pvt Ltd, 2002

Mintz, Alex dan Karl DeRouen. Understanding Foreign Policy Decision Making.

Cambridge University Press, 2010. [buku on-line] tersedia di

https://pdfs.semanticscholar.org/0c7a/42d12a3710ba23fea4459fa2515728d0683

f.pdf; Internet; diunduh pada 22 Juli 2019.

Papp, Daniel S. Contemporary International Relations: Framework for Understanding,

2nd

edition. New York: MacMillan Publishing Company. 1988.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.

Webber, Mark dan Michael Smith. Foreign Policy in a Transformed World, United

Kingdom: Pearson Education, 2002.

Artikel, Jurnal dan Skripsi

Afiqma, Nadya, “Konflik India – Pakistan dalam Persengketaan Kashmir Pasca

Kemerdekaan Anak Benua (Sub-Kontinen).” Academia.edu, Februari 2015

[jurnal on-line] tersedia di

http://www.academia.edu/28297640/KONFLIK_INDIA-

PAKISTAN_DALAM_PERSENGKETAAN_KASHMIR_PASCA_KEMERD

EKAAN_ANAK_BENUA_SUB-KONTINEN; Internet; diunduh pada 7 Maret

2019.

Akhtar, Shayerah Ilias dan K. Alan Kronstadt, “U.S.-India Trade Relations”,

Congressional Research Service, 24 Oktober 2018 [artikel on-line] tersedia di

https://fas.org/sgp/crs/row/IF10384.pdf; Internet; diunduh pada 2 April 2019.

Anggraini, Nesita “Penyelesaian Sengketa Internasional”, Academia.edu (2016), 12

[jurnal on-line] tersedia di

https://www.academia.edu/25542895/PENYELESAIAN_SENGKETA_INTER

NASIONAL; Internet; diunduh pada 29 April 2019.

Ardiyanti, Dwi “Imprediktabilitas Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat; Tantangan

dan Ancaman Rezim Donald Trump Terhadap ASEAN (Oktober 2017)”.

Research Gate, [jurnal on-line]; tersedia di

lxiv

https://www.researchgate.net/publication/320875493_Imprediktibilitas_Kebijak

an_Luar_Negeri_Amerika_Serikat_Tantangan_dan_Ancaman_Rezim_Donald_

Trump_Terhadap_ASEAN; Internet; diunduh pada 29 April 2019.

Ayunda, Monica Krisna Ayunda dan Rhoma Dwi Aria Y. “Konflik India dan Pakistan

Mengenai Wilayah Kashmir Beserta Dampaknya (1947-1970).” Universitas

Negeri Yogyakarta [jurnal on-line]; tersedia di

(http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/risalah/article/download/9991/95

83); Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018.

Bishoyi, Saroj. 2011. “Defence Diplomacy in US India Strategic Relationship.” Journal

of Defence Studies, Vol. 5, No. 1. Diunduh 2 Oktober 2018.

(https://www.researchgate.net/publication/312146603_Understanding_Kashmir

_Conflict_Looking_for_its_Resolution) Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018.

Centre for Humanitarian Dialogue, “Conflict Resolution: Learning Lessons From

Dialogue Processes in India”, July 2011 [jurnal on-line] teredia di

https://www.files.ethz.ch/isn/131093/Conflict%20resolution%20in%20India.pd

f; internet; diunduh pada 23 Juli 2019.

Ensley, Chad. “Dangerous Liaisons: Is the U.S. – Pakistan Alliance a Cause of Indo –

Pakistani Conflict?” Thesis of Georgetown University, April 2001.

Fauzi, Cahya. “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Pakistan dalam Kasus

Perebutan Wilayah Kashmir antara India dan Pakistan (2009 – 2013)”,

Academia.edu, 2-3 [jurnal on-line] tersedia di

https://www.academia.edu/31386162/Kepentingan_Amerika_Serikat_Menduku

ng_Pakistan_dalam_Kasus_Perebutan_Wilayah_Kashmir_antara_India_dan_Pa

kistan; Internet; diunduh pada 29 April 2019.

Ganguly, Meenakshi. “For Peace in Kashmir, India Must Address Rights Abuses by

Security Forces.” Human Rights Watch (2018). [jurnal on-line] tersedia di

(https://www.hrw.or g/id/journal/2018/04/06/316916); Internet; diunduh pada

19 Maret 2019.

Habib, Muhammad. “Usaha Pakistan Mendapatkan Kashmir Kembali VIS-À-VIS

Kesenjangan Power dengan India”, Universitas Indonesia, Desember 2015

[jurnal on-line] tersedia di

https://www.researchgate.net/publication/288166145_USAHA_PAKISTAN_M

ENDAPATKAN_KASHMIR_KEMBALI_VIS-A-

VIS_KESENJANGAN_POWER_DENGAN_INDIA Internet; diunduh pada 25

Juni 2019.

Ken, Kiyono. “A Study on The Concept of The National Interest of Hans Morgenthau: As

a Standard of American Foreign Policy,” Nagasaki University‟s Academic

Output Site, 経営と経済, 49(3), pp.1-20; 1969, 31 Oktober 1995 [jurnal

online]; tersedia di

http://naosite.lb.nagasakiu.ac.jp/dspace/bitstream/10069/27783/1/keieikeizai49_

03_04.pdf; Internet; diunduh pada 26 Juli 2019.

Kurniawan, Heri. “Konflik India – Pakistan Pasca Kemerdekaan (Studi Kasus Kashmir

1947 – 2012 M).” Skripsi UIN Sunan Kalijaga (2013) [jurnal on-line] tersedia

di http://digilib.uin-

suka.ac.id/8967/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

; Internet; diunduh pada 7 Maret 2019.

Mastanduno, Michael, David A. Lake dan John Ikenberry. “Toward a Realist Theory of

State Action.” International Studies Qurterly, Vol. 42, No. 3. (Summer, 1988).

Meltzer, Joshua P. “(Report) India – US: Economic and Trade Relations,”

Brookings.edu, 4 Juni 2016 [jurnal on-line] tersedia di

lxv

https://www.brookings.edu/research/india-u-s-economic-and-trade-relations/;

Internet; diunduh pada 3 April 2019.

Mufidah, Haifa Karimah. “Penelitian Kualitatif Deskriptif”, Prezi.com (10 November

2015) [jurnal on-line] tersedia di https://prezi.com/pmtmgzfh8vyf/penelitian-

kualitatif-deskriptif/; Internet; diunduh pada 19 Oktober 2018.

Office of the United Nation High Commissioner for Human Rights (OHCHR). “Report on

the Situation of Human Rights in Kashmir: Developments in the Indian State of

Jammu and Kashmir from June 2016 to April 2018, and General Human Rights

Concerns in Azad Jammu and Kashmir and Gilgit-Baltistan, 14 Juni 2018.”

[jurnal onl-line] tersedia di

(https://www.ohchr.org/Documents/Countries/IN/DevelopmentsInKashmirJune

2016ToApril2018.pdf); Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018.

Oxford English Dictionary, “Definition Kashmir” [buku on-line], tersedia di

https://en.oxforddictionaries.com/definition/kashmir; Internet; diunduh

pada 1 Oktober 2018.

Putnam, Robert D. “Diplomacy and Domestic Politics: The Logic of Two-Level Games.”

International Organization, Vol. 42, No. 3. (Summer, 1988).

Rahmwati, Alvina dan Bagus Wahyu Priyamono. “Konflik India – Pakistan dalam

Persengketaan Kashmir Pasca Kemerdekaan Anak Benua (Sub-Kontunen),

Universitas Negeri Malang, 2015, hal 5 [jurnal on-line] tersedia di

https://www.academia.edu/28297640/KONFLIK_INDIA-

PAKISTAN_DALAM_PERSENGKETAAN_KASHMIR_PASCA_KEMERD

EKAAN_ANAK_BENUA_SUB-KONTINEN; Internet; diunduh pada 24 Juli

2019.

Raina, A. N. “Geography Jammu and Kashmir State”, koausa.org {jurnal on-line] tesedia

di https://koausa.org/geography/doc/geography.pdf; Internet; diunduh pada 19

Maret 2019.

Raigarh, “Kashmir Integral Part of India, Can‟t be Separated: Amit Shah”, The Times of

India, 18 April 2019 [berita on-line] tersedia di

https://timesofindia.indiatimes.com/elections/news/kashmir-integral-part-of-

india-cant-be-separated-amit-shah/articleshow/68937557.cms; Internet; diunduh

pada 29 April 2019.

Rajan, Sehila “The Prospect of Thrid-Party Meditation of the Kashmir Dispute: Is There a

Way to Re-Engage India in a Facilitated Discussion?”, King Scholar Thesis

Paper, 2005, hal 21 [artikel on-line] tersedia di

http://www.law.msu.edu/king/2005/2005_Rajan.pdf; Internet; diunduh pada 24

Juli 2019.

Rothermund, Dietmar “The Annals of the American Academy of Political and Social

Science” Vol. 386, Protagonists, Power, and the Third World: Essays on the

Changing International System (November 1969), 78 [jurnal on-line] tersedia di

https://www.jstor.org/stable/1037616?seq=1#page_scan_tab_contents; Internet;

diunduh pada 29 April 2019

Shafiq, Gulraze “The Role of India and Pakistan Leadership in Kashmir Conflict”,

[Jurnal on-line] Digital Repository from United States International University

– Africa (2017), teredia di

http://erepo.usiu.ac.ke/bitstream/handle/11732/3600/GULRAZE%20SHAFIQ%

20MAIR%202017.pdf?sequence=1&isAllowed=y; Internet; diunduh pada 22

Juli 2019.

Septiana, Rina. “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap India – Iran Mengenai

Program Nuklir Pada Masa Periode Kedua George W. Bush (2005 - 2009)”,

lxvi

Skripsi Universitas Airlangga (September 2016), 15 [jurnal on-line] tersedia di

http://repository.unair.ac.id/16949/; Internet; diunduh pada 12 April 2019.

The Times of India, “India rejects US offer to mediate with Pakistan on Kashmir issue”,

5 April 2017 [berita on-line] tersedia di

https://timesofindia.indiatimes.com/india/india-rejects-us-offer-to-mediate-

with-pakistan-on-kashmir-issue/articleshow/58018616.cms; Internet; Diunduh

pada 29 April 2019.

Universitas Gajah Mada, “Mengapa BJP Menang dalam Pemilu Parlemen India tahun

2014”, 2016, 3 [jurnal on-line] tersedia di https://

etd.repository.ugm.ac.id%2Fdownloadfile%2F96802%2Fpotongan%2FS1-

2016-329927-introduction.pdf&usg=AOvVaw1KaCRFYwLCPYc4IGjsdJiB;

Internet; diunduh pada 29 April 2019.

Univeristas Muhammadiyah Yogyakarta. “Kepentingan India atas Kashmir.” Maret 2019

[jurnal on-line]; tersedia di

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4770/BAB%20II.pdf?s

equence=2&isAllowed=y; Internet; diunduh pada 7 Maret 2019.

Wani, Hilal. “Understanding Kashmir Conflict: Looking for its Resolution.”

ResearchGate, Januari 2013 [jurnal on-line]; tersedia di

(https://www.researchgate.net/publication/312146603_Understanding_Kashmir

_Conflict_Looking_for_its_Resolution); Internet; diunduh pada 1 Oktober

2018.

Wati, Dayus “Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi India dalam mengeluarkan

kebijakan pemukiman Hindu di Kashmir?”, Universitas Muhamadiyah Malang,

2018 [jurnal on-line] tersedia di http://eprints.umm.ac.id/37692/2/jiptummpp-

gdl-dewiayusep-50948-2-babi.pdf; Internet; diunduh pada 24 Juli 2019.

Berita

BBC News, “Pakistani PM hails China as his coutry‟s „best friend‟”, 17 Mei 2011 [berita

on-line] tersedia di https://www.bbc.com/news/world-south-asia-13418957;

Internet; diunduh pada 29April 2019.

BBC News, “Bom di Kashmir: 40 Polisi Tewas, India Salahkan Kelopmok Muslinm di

Pakistan”, 15 Februari 2019 [berita on-line] tersedia di

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-47248432; Internet; diunduh pada 25

Juni 2019.

Abi Habib, Maria. “India is Close to Buying a Russian Missile System, Despite U.S.

Sanctions”, New York Times [berita on-line] tersedia di

https://www.nytimes.com/2018/04/05/world/asia/india-russia-s-400-

missiles.html; Internet; diunduh pada 12 April 2019.

Dessthania Suastha, Riva. “Narendra Modi Mantan Penjual Teh di Stasiun Kini PM

India”, CNN Indonesia, 30 Mei 2018 [berita on-line] tersedia di

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180530065631-106-

302121/narendra-modi-mantan-penjual-teh-di-stasiun-kini-pm-india; Internet;

diunduh pada 23 Mei 2019.

Dikarma, Kamran. “Narendra Modi Ingin Hapus Status Kashmir”, Republika.co.id, 8

April 2019 [berita on-line] tersedia di

https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/asia/ppn7d5382/narendr

a-modi-ingin-hapus-status-khusus-kashmir; Internet; diunduh pada 23 April

2019.

lxvii

Economic Times India, “Donald Trump calls India a true friend: US Official”, 14

Desember 2018 [berita on-line] tersedia di

https://economictimes.indiatimes.com/news/politics-and-nation/donald-trump-

calls-india-a-true-friend-us-official/articleshow/67088476.cms; Internet;

diunduh pada 3 April 2019.

Economic Times, “Explained: Kashmir‟s Article 35A Conundrum”, 25 Februari 2019

[berita on-line] tersedia di https://m.economictimes.com/news/et-

explains/trouble-brewing-over-35a/amp_articleshow/65252273.cms; Internet;

diunduh pada 23 April 2019.

Ericssen, “BJP Menang Telak di Pemilu India”, Kompas Internasional, 16 April 2014

[berita on-line] tersedia di

https://internasional.kompas.com/read/2014/05/16/1955131/BJP.Menang.Telak.

di.Pemilu.India; Internet; diunduh pada 23 April 2019.

F. Islam, Frank. “US-India trade relations: India should keep cool, keep calm, and carry

on”, Hindustan Times, 2 November 2018 [berita on-line] tersedia di

https://www.hindustantimes.com/analysis/us-india-trade-relations-india-should-

keep-cool-keep-calm-and-carry-on/story-qnd8dZe54NOgNqTBXqqc2H.html;

Internet; diunduh pada 3 April 2019.

Ganguly, Meenakshi. “For Peace in Kashmir, India Must Address Rights Abuses by

Security Forces”, Human Rights Watch, 6 April 2018 [berita on-line] tersedia di

https://www.hrw.or g/id/news/2018/04/06/316916; Internet; diunduh pada 19

Maret 2019.

GK Today, “COMCASA: US experts to discuss key military agreement with India”, 18

Juni 2018 [berita on-line] tersedia di currentaffairs.gktoday.in/comcasa-experts-

discuss-key-military-agreement-india-06201856234.html; Internet; diunduh

pada 12 April 2019.

Hardoko, Ervan. “900 Juta Orang, Pemilu India Jadi yang Terbesar di Dunia”, Kompas

Internasional, 9 April 2019 [berita on-line] tersedia di

https://internasional.kompas.com/read/2019/04/09/17014421/diikuti-900-juta-

orang-pemilu-india-jadi-yang-terbesar-di-dunia?page=all; Internet; diunduh

pada 23 April 2019.

Ika, Aprilia. “Balas Perang Dagang AS, China Juga Kenakan Tarif Impor ke Produk AS”,

Kompas.com, 23 Maret 2018 [berita on-line] tersedia di

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/23/131955126/balas-perang-dagang-

as-china-juga-kenakan-tarif-impor-ke-produk-as; Internet; diunduh pada 3 April

2019.

India Today. “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India,

says Pakistan PM Nawaz Sharif,” 12 April 2017 [berita on-line]; tersedia di

https://www.indiatoday.in/world/story/pakistan-nawaz-sharif-kashmir-dispute-

america-trump-india-971075-2017-04-12; Internet; diunduh pada 2 Oktober

2018.

India Today, “BJP Manifesto 2019: No to Article 370 and Article 35 A”, 8 April 2019

[berita o-line] tersedia di https://www.indiatoday.in/elections/lok-sabha-

2019/story/bjp-manifesto-2019-no-article-370-article-35a-1496655-2019-04-08;

Internet; diunduh pada 23 April 2019.

India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India,

says Pakistan PM Nawaz Sharif”, 12 April 2017 [berita on-line] tersedia di

https://www.indiatoday.in/world/story/pakistan-nawaz-sharif-kashmir-dispute-

america-trump-india-971075-2017-04-12; Internet; diunduh pada 29 April

2019.

lxviii

Live Mint. “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it,” 5 April 2017 [berita

on-line]; tersedia di

https://www.livemint.com/Politics/1fQbPwhZQXV1sArP3xRjJK/Pakistan-

welcomes-US-mediation-after-India-rejects-it.html; Internet; diunduh pada 2

Oktober 2018.

Live mint, “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it”, 5 April 2017 [berita

on-line] tersedia di

https://www.livemint.com/Politics/1fQbPwhZQXV1sArP3xRjJK/Pakistan-

welcomes-US-mediation-after-India-rejects-it.html; Internet; diunduh pada 29

April 2019.

Najar, Nida. “How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir”, New

York Times, 15 Juni 2018. [berita on-line] tersedia di

https://www.nytimes.com/2016/07/17/world/asia/how-killing-of-prominent-

separatist-set-off-turmoil-in-kashmir.html; Internet; diunduh pada 19 Maret

2019.

New York Times. “How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir,” 15

Juni 2018 [berita on-line] tersedia di

https://www.nytimes.com/2016/07/17/world/asia/how-killing-of-prominent-

separatist-set-off-turmoil-in-kashmir.html; Internet; diunduh pada 1 Oktober

2018.

Okezone, “Operasi Shakti”, 6 April 1998. [berita on-line] tersedia di

http://suar.okezone.com/read/2011/01/26/58/418016/siasat; Internet; diunduh

pada 12 April 2019

Parpiani, Kashish. “Trump‟s South Asia Policy: India, Pakistan and China”, Obeserver

Research Foundation, 26 Oktober 2016 [artikel on-line] tersedia di

https://www.orfonline.org/research/trump-south-asia-policy-india-pakistan-

china/; Internet; diunduh pada 26 Juli 2019.

Peri, Dinakar. “What is LEMOA?”, The Hindu News, 18 Oktober 2016 [berita on-line]

tersedia di https://www.thehindu.com/news/national/What-is-

LEMOA/article15604647.ece; Internet; diunduh pada 18 April 2019.

Prescott, Jeffrey.”Trump Doesn‟t Deserve Any Credit for His Disruptive Foreign Policy”,

Foreign Policy News, 14 Maret 2019 [berita on-line] tersedia di

https://foreignpolicy.com/2019/03/14/trump-doesnt-deserve-any-credit-for-his-

disruptive-foreign-policy/ ; Internet; diunduh pada 29 April 2019

Rajagopal, Krishnadas. “What is Article 35 A?”, The Hindu, 3 November 2017 [berita

on-line] tersedia di https://www.thehindu.com/news/national/what-is-article-

35a/article19567213.ece; Internet; diunduh pada 23 April 2019.

Rmol.co. Pakistan Beberkan Pelanggaran HAM di Kashmir, 8 Februari 2018 [berita on-

line] tersedia di https://dunia.rmol.co/read/2017/02/08/279722/Pakistan-

Beberkan-Pelanggaran-HAM-Di-Kashmir-; Internet; diunduh pada 1 Oktober

2018.

Samosir, Hana Azarya. “India Tangkap Merpati yang Bawa Pesan Ancaman untuk

Modi”, 3 Oktober 2016. [berita on-line] tersedia di

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161003174123-113-

163028/india-tangkap-merpati-yang-bawa-pesan-ancaman-untuk-modi; Intener;

diunduh pada 25 Juni 2019.

Sankar, Arun. “PM India Sebut Negara Tetangganya sebagai „Ibu Terorisme‟”, kompas

internasional, 16 Oktober 2016. [berita on-line] tersedia di

https://internasional.kompas.com/read/2016/10/16/16382391/pm.india.sebut.ne

gara.tetangganya.sebagai.ibu.terorisme; Internet; diunduh pada 19 Maret 2019.

lxix

Sapru, Sanjay. “J&K State: Accession, Article 370 and Article 35 A”, Greater Kashmir,

20 Agustus 2017 [berita on-line] tersedia di

https://www.greaterkashmir.com/news/opinion/jk-state-accession-article-370-

and-35a/ ; Internet; diunduh pada 23 April 2019.

Sehgal, Manjeet. “India – US Likely to Sign Agreements on Information Security,

Geospatial Cooperation”, India Today, 28 Agustus 2018 [berita on-line]

tersedia di https://www.indiatoday.in/india/story/india-us-likely-to-sign-

agreements-on-information-security-geospatial-cooperation-1325585-2018-08-

28; Internet; diunduh pada 18 April 2019.

Smith, Jeff. “COMCASA: Another Step Forward for the United States and India”, The

Diplomat, 11 September 2018 [berita on-line] tersedia di

https://thediplomat.com/2018/09/comcasa-another-step-forward-for-the-united-

states-and-india/; Internet; diunduh pada 18 April 2019.

Suprobo, Hafit Yudi. “Prancis: Eropa Bersatu Lawan Kebijakan Perdagangan Trump”,

Warta Ekonomi.co.id, 9 Juli 2018 [berita on-line] tersedia di

https://www.wartaekonomi.co.id/read186832/prancis-eropa-bersatu-lawan-

kebijakan-perdagangan-trump.html; Internet; diunduh pada 29 April 2019.

The EconomicTimes, “Seven Reasons Why COMCASA Important to India?” 7

September 2018 [berita on-line] tersedia di

https://economictimes.indiatimes.com/news/defence/seven-reasons-why-

comcasa-is-so-important-for-india/articleshow/65707682.cms; Internet;

diunduh pada 12 April 2019.

The Hindu. “What is LEMOA?,” 18 Oktober 2016 [berita on-line] tersedia di

https://www.thehindu.com/news/national/What-is-

LEMOA/article15604647.ece, pada 2 Oktober 2018; Internet; diunduh pada 2

Oktober 2018.

The Times of India. “India rejects US offer to mediate with Pakistan on Kashmir issue,” 5

April 2017 [berita on-line] tersedia di

https://timesofindia.indiatimes.com/india/india-rejects-us-offer-to-mediate-

with-pakistan-on-kashmir-issue/articleshow/58018616.cms; Internet; diunduh

pada 2 Oktober 2018.

Widodo, Mukhlison S. “Kerjasama Militer India – AS, Upaya Menutup Ekspor Minyak

Iran”, gatra.com, 7 September 2018 [berita on-line] tersedia di

https://www.gatra.com/rubrik/internasional/asia-oseania/343212-Kerjasama-

Militer-Amerika-India-Upaya-Menutup-Ekspor-Minyak-Iran-; Internet;

diunduh pada 12 April 2019.

Basis Data Online

Legacy, “Kashmir Region” [dokumen online] tersedia di

https://legacy.lib.utexas.edu/maps/middle_east_and_asia/kashmir_region_2004.

jpg; Internet; diunduh pada 7 Maret 2019.

Ministry of Law and Justice, “The Constitution of India”, Legislative Depatment of India,

31 Juli 2018, 149 [database on-line] tersedia di

http://legislative.gov.in/sites/default/files/COI-updated-as-31072018.pdf;

Internet; diunduh pada 23 April 2019.

Nuclearfiles, “Amerika memberikan sanksi terhadap india”, [artikel on-line] tersedia di

http://www.nuclearfiles.org/menu/keyissues/nuclear; Internet; diunduh pada 12

April 2019.

Roskin, Michael G. “National Interest: From Abstraction to Strategy”, 20 Mei 1994

[laporan on-line]; tersedia di

lxx

https://www.globalsecurity.org/military/library/report/1994/ssi_roskin.pdf;

Internet; diunduh pada 26 Juli 2019.

The Encyclopedia of Earth,“Nuclear PoliferationAct”, tersedia di

http://www.eoearth.org/article/Nuclear_Proliferation_Prevention_Act_of_1994,

_United_States; Internet; diunduh pada 12 April 2019.

United States Census Bureau, “2016-2017: U.S Trade in Goods with India” [database on-

line] tersedia di https://www.census.gov/foreign-trade/balance/c5330.html;

Internet; diunduh pada 3 April 2019.

United States Census Bureau, “TOP Trading Partner US in 2016” [database on-line]

tersedia di https://www.census.gov/foreign-

trade/statistics/highlights/top/top1612yr.html; Internet; diunduh pada 3 April

2019.

lxxi

Lampiran – lampiran

Lampiran I : Wawancara dengan Taufik Rigo, MA,.

Hasil Wawancara

Wawancara dengan Bapak Taufik Rigo MA,. sebagai diplomat muda yang

bertugas di Kedutaan Besar Republik Indonesia pada Juni 2014 – Februari 2018. Beliau

adalah pengamat politik luar negeri Asia Selatan khususnya pada isu konflik Kashmir.

Proses Wawancara dilakukan di Pusdiklat Kementerian Luar Negeri, Jakarta pada Senin,

8 April 2019, pukul 14:02 WIB.

1. Dari hasil observasi atau pengamatan Bapak, apa pendapat Bapak Rigo

mengenai kasus Jammu Kashmir yang semakin mengalami peningkatan jumlah

pelanggaran HAM nya pada 2015 sd 2018 ini?

Saya beruntung karena sejak bertugas di New Delhi saya mengamati dan

mengobservasi perkembangan India di bawah kepemimpinan Bapak PM Narendra Modi.

Yang berhasil menggusur partai yang dominan yaitu partai Kongress dari tampu

kekuasaan politik di India melalui partai yang beliau usung yaitu partai BJP (Bharatiya

Janata Party). Yaitu partai Hindu yang di gadang-gadang garis keras.

Kenapa ini relevan untuk kita sampaikan? Karena kita akan paham politik luar

negerinya dan wilayahnya dari platform partai itu. Jammu Kashmir adalah alat politik

luar negeri BJP dibawah Bapak PM Narendra Modi untuk meyakinkan konstituen

domestik, bahwa kami mendahulukan kepentiungan nasional dalam konteks itu artinya

sentiment politik keagamaan Hindu yang merupakan konstituen politik dia dan Hindunya

adalah Hindu garis keras. Dia ingin bicara ke sekema dia sendiri, bukan ke seluruhan

rakyat India terhadap kasus Jammu Kashmir. Itu sebabnya sejak 2015, terjadi sejumlah

pelanggaran-pelanggaran dan operasi militer yang lebih banyak volumenya disbanding

partai-partai sebelumnya. Partai Kongress yang dia gusur itu sekuler nasionalis patriot,

walaupun pemilihnya banyak yang Hindu tetapi Hindunya Hindu Sekuler. Dari situ kita

akan punya frame kerangka berpikir mengenai tindak tanduk politik nasional, regional,

dan internasional BJP yang berkuasa di bawah kepemimpinan PM Narendra Modi

Dalam konteks itu maka the Jammu Kashmir Question, persoalan Jammu

Kashmir bukanlah persoalan yang benar-benar menyelesaikan silang sengketa hukum

dekolonisasi terhadap status Jammu Kashmir, tetapi yang jumlah penduduknya secara

politik tidak relevan diantara 1,3 Milyar penduduk India yang memiliki 900 juta pemilih,

mereka sedang pemilu sekarang pemilu tingkat pusat dan pemilu federal negara bagian.

lxxii

Jadi tentu saja menjelang pemilihan umum tentu harus ada pesan-pesan politik termasuk

military operation, atau pernyataan politik yang benar-benar firm dari kelompok berkuasa

BJP dan koalisinya kepada calon pemilih agar pada saat mereka memilih yang akan

dimulai pada 11 april ini mereka semakin yakin bahwa kepentingan nasional India dalam

konteks ini adalah Hindu ekstrim garis keras mendapatkan wadah.

2. Kenapa kasus Jammu Kashmir menjadi masalah yang bernuansa politik domesik

India?

Disitulah partai berbasis Hindu garis keras mempunyai alat menyatakan

patriotism bahwa mereka bukan berpikir Hindu garis keras sempit tetapi berpikir

patriotik. Jadi mereka mengangkat martabak pikirian sempit mereka persis Donald Trump

“let‟s make America great again” padahal tidak, kamuflase bahwa dia berpikir sempit

white supremacist, anti wanita muslimah yang pakai jilbab. Dia bunhkus seakan-akan

bermartabat, Jammu-Kashmir nasibnya sama dan itu kita sedih, masyarakat menderita

berharap diselesaikan masalahnya tetapi dijadikan permen karet, ditelan tidak dibuang

tidak untuk mengangkat drajat orang berpikiran sempit dalam Hindu garis keras seakan-

akan mereka patriot pembela keutuhan wilayahnya, territorial dia.

Pak PM Narendra Modi dan partainya BJP dikecam masyarakat internasional,

pada saat itu menjadi seorang gubernur sedikit diatas gubernur di tingkat kekuasaan,

mendapat perhatian internasional karena eksekusinya terlalu banyak, sering dan itu hanya

menerima tipikal hanya minoritas muslim. Berartikan karena well targeted emang di

bidik harus perempuan pakai jilbab, sementara muslimah yang tidak pakai jilbab tidak di

bidik jadi memang karena benci muslimah yang berjilbab. Jadi memang sudah di desain

dengan sentiment dan cara berpikir dia bahwa Islam tidak boleh di praktekan dalam

pemahaman yang beragam tapi harus satu yaitu yang sekuler saja yang tidak sekuler tidak

boleh. India adalah Negara demokrasi terbesar di seluruh alam semesta dengan sekitar

900 juta pemilih dari 1,3 milyar penduduk, untuk menunjukan bahwa demokerasi bisa

kompatibel dengan Hindu, nilai-nilai hinduisme harus kompatibel dengan demokrasi.

Dan Negara demokrasi terbesar kedua adalah AS, dengan sekitar 280 atau 300 juta

pemilih dari 450 juta penduduk, menunjukan kompabilitas demokrasi dengan Kristen.

3. Mengapa konflik Jammu Kashmir ini seolah sulit sekali untuk di

internasionalisasi?

Terkait dengan upaya internasional untuk terlibat dalam penyelesaian Jammu

Kashmir, jadi kira-kira begini petanya India ketika persoalan Jammu Kashmir mendapat

perhatian internasional nampaknya mendapat semacam consensus politik nasional untuk

lxxiii

tidak meng-internasionalisasi Jammu Kashmir di antara partai2 besar. Tolong dilacak the

principle of non-internalization of the Jammu Kashmir question, ada beberapa

rujukannya tapi saya lupa tepatnya sudah lama sekali mungkin sekitar 80 atau 70-an

ketika mereka menolak non-internasionalisasi itu. Sehingga setiap upaya internasional

insyaAllah oleh partai-partai yang berkuasa di dalamnya insyaAllah sih di tolak.

Apa perbedaanya? Sedikit saja, partai Congress menolak campur tangan

internasional terhadap persoalan Jammu Kashmir tetapi tidak menolak bicara mengenai

keluhan-keluhan mereka. BJP bukan hanya menolak, bahkan mendengar keluh kesah

mereka saja tidak mau. Namun tetap siapapun yang berkuasa mereka sudah sepakat tidak

akan membiarkan internasionalisasi masalah ini, hal itu juga yang membuat Indonesia

dulu di provinsi paling terakhir yaitu Timor Timor, tidak meninginkan internasionalisasi

masalah ini, dianggap sebagai persoalan domestik menganut prinsip principle of non-

intervention. Yang dapat dilakukan masyarakat internasional adalah melaporkan

pelanggaran-pelanggaran HAM tapi bukan menyelesaikan masalahnya itu sendiri.

4. Karena India sudah swing ke AS bukankah ini seharusnya menjadi golden

opportunity bagi India untuk menyelesaikan kasus Jammu Kashmir? Karena AS

bisa berpihak kepada India dalam penyelesaian kasus ini?

Mengapa itu bukan golden opportunity? Karena AS hari ini yang dulu patron

Pakistan, dimusuhi Pakistan tidak dapat dipresepsikan sebagai seorang mediator yang

hatinya tulus tanpa potensi apapun, semua sudah ilfeel, dan sudah mengalami trust deficit

kepada AS. Karena AS hari ini tidak peduli kepada yang lain kecuali dirinya sendiri,

ketika kita bilang “diri mereka sendiri” adalah diri Pak Trump dan partainya sendiri.

Begitu sempitnya kepentingan golongan sehingga Pak Modi melakukan hitungan

matematika disitu, kalau saya iyakan tawarannya hari ini dipimpin Pak Trump lalu ganti

kabinet ke Demokrat semua sekutu Trump dianggap musuh bagi kabinet yang baru, bisa

mati saya.”

lxxiv

Lampiran II : Wawancara dengan Prof. Dr.Azyumardi Azra

Hasil Wawancara

Wawancara dengan Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, CBE. Beliau adalah

pengamat politik luar negeri dan isu-isu kontemporer, dan cendekiawan muslim. Proses

Wawancara dilakukan di Komplek Puri Laras, Tangerang Selatan pada Rabu, 17 April

2019, pukul 18:32 WIB.

1. Dari hasil observasi atau pengamatan Bapak, apa pendapat Bapak mengenai

alasan India menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir pada tahun 2017?

Sejak perang dunia ke 2, India kan lebih condong kepada sosialis dan Pakistan

lebih terseret ke orbitnya AS. India sepertinya tidak pernah masuk orbitnya AS, karena

itu India menganggap AS tidak netral masalah Kashmir.

2. Apakah ada kemungkinan India menolak AS karena saat ini AS sedang dipimpin

oleh Trump? Apakah kalau AS menawarkan diri sebagai mediator saat masa

kepemimpinan Obama itu lebih memungkinkan untuk diterima oleh India?

Secara hipotetis, Obama lebih soft lebih bisa diterima dibandingkan Trump yang

konfrontatitf dan lebih fundamentalis juga Kristennya. Sementara di India orang Kristen

juga menjadi masalah, orang-orang paling bawah yang pindah Kristen. Misionaris AS itu

agresif di India, sementara India sedang dikuasai oleh partai BJP, dan BJP itu

fundamentalis Hindu jadi tambah tidak cocok saja itu.

3. Berarti seperti yang Bapak bilang bahwa adanya faktor BJP dalam penolakan

ini, jadi keputusan ini juga dipengaruhi oleh politik domestik India?

Tidak nyaman saja, ada dua hal utama yaitu; Yang pertama secara ideologis,

timnya Pakistan yang ribut dengan india dalam soal Kashmir lebih berada di orbit AS ,

sementara India engga, india dulu lebih di blok sosialis, dulu.

Alasan kedua, kalo dengan Trump sekarang, Trump memberikan momentum bagi

misionaris AS untuk memberikan kristenisasi, karena Trump kan mendorong

fundamentalis Kristen, sementara BJP partai fundamentalis Hindu sangat memusuhi

orang Muslim sama Kristen, makanya orang2 partai Muslim dan Kristen aktifnya di

partai Kongress.

4. Dengan India menolak hasil penyidikan dari PBB mengenai pelanggaran HAM di

Kashmir, India juga menolak PBB untuk masuk wilayah India itu berarti India

tidak mau masalah Kashmir ini di internasionalisasi?

lxxv

Ohiya itu pasti, karena India menganggap bahwa wilayah Kashmir merupakan

wilayah integral dari India. Prinsip dasar itu, sama kayak Indonesia dan Papua, Indonesia

pasti juga gamau kalo isu Papua di internasionalisasi, tapi kalo masalah Kashmir kan

dibagi lagi ada wilayah Kashmir yang masuk India, ada Kashmir yang Pakistan.

5. Itu berarti siapapun partai BJP maupun Kongress yang sedang menguasai India,

India tetap menolak masalah Kashmir ini di internasionalisasi?

Kalau partai Kongress secara teoritis ada kemungkinan menerima AS (sebagai

mediator), tetapi kalau dilihat dari sudut kepentingan politik domestiknya agak susah

juga. Karena kalau partai Kongress kan partai sekuler, partai yang tidak berdasarkan

agama, cuma kalau dari kepentingan politik domestik ga mungkin (masalah Kashmir di

internasionalisasi).

6. Namun jika dilihat dari hubungan bilateral AS – India, hubungan bilateral

mereka bisa dibilang sangat baik dalam hubungan kerjasama ekonomi

perdagangan barang dan senjata, kemarin saat AS mengecam India karena

membeli senjata nuklir ke Rusia, India pada akhirnya juga ngikutin kemauan AS,

itu berarti sebetulnya hubungan mereka kan baik-baik saja?

Itu karena kepentingan ekonomi, kalau dalam isu ekonomi India, India berkeras

gitu ya rugi India dan disamping itu tenaga kerja India juga banyak yang ada di AS,

kemudian juga kerja sama dalam bidang IT di Bangalor banyak perusahaan AS yang buat

perusahaannya di Bangalor, India. Jadi kalo sudah menyangkut isu Kashmir, India tidak

bisa kompromi, mungkin isu-isu lain lebih bisa kompromi seperti isu dagang, tenaga

kerja, bisa kompromi karena memang kepentingan India lebih besar terhadap AS.