Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
ANALISA PENOLAKAN INDIA TERHADAP
AMERIKA SERIKAT SEBAGAI MEDIATOR KONFLIK KASHMIR TAHUN 2017
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Juni 2019
Adinda Nur Layla Ahmad
ii
ANALISIS PENOLAKAN INDIA
TERHADAP AMERIKA SERIKAT
SEBAGAI MEDIATOR KONFLIK
KASHMIR TAHUN 2017
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.SOS)
Oleh:
Adinda Nur Layla Ahmad
11151130000037
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
v
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang melatar
belakangi penolakan India terhadap Amerika Serikat (AS) sebagai
mediator konflik Kashmir tahun 2017. Duta besar AS untuk
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa AS akan
mencari tempatnya dalam upaya menurunkan ketegangan antara
India dengan Pakistan dalam konflik Kashmir, tawaran mediasi ini
diterima dan didukung oleh Perdana Menteri (PM) Pakistan.
Namun, India menolak tawaran mediasi yang diajukan oleh AS
tersebut. Metode kualitatif dan deskriptif merupakan metode
penelitian yang digunakan dalam skripsi ini. Teknik pengumpulan
data dilakukan melalui pencarian data yang berasal dari buku,
artikel dalam jurnal, laporan resmi berita daring, dan wawancara.
Melalui bantuan Teori Kebijakan Luar Negeri untuk
memperhitungkan faktor internal dan eksternal India dalam
keputusan kebijakan luar negerinya untuk menolak Amerika Serikat
sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017. Dan dengan
menggunakan Konsep Kepentingan Nasional untuk membedah apa
saja kepentingan nasional India yang ingin dicapai atau
dipertahankan dalam keputusan kebijakan luar negerinya. Pertama,
faktor internal dapat dilihat dari upaya yang dilakukan oleh politik
domestik India untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya
yaitu menjadikan konflik Kashmir sebagai konflik internal negara
dan mempertahankan wilayah Kashmir yang sudah dianggap ke
dalam territorial India. Kedua, faktor eksternal dapat dilihat dari
India yang meragukan kredibilitas Amerika Serikat untuk menjadi
mediator konflik Kashmir berdasarkan pertimbangan India dalam
melihat dinamika hubungan luar negeri antara India dengan
Amerika Serikat dan Pakistan dan politik luar negeri AS di bawah
rezim Trump.
Kata kunci: Mediasi Konflik Kashmir, India, Amerika Serikat, Teori
Kebijakan Luar Negeri, Konsep Kepentingan Nasional.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, puji dan syukur selalu penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad
SAW beserta dengan seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau.
Penulis merasa perlu untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada
beberapa pihak berikut yang telah memberikan dukungan moril kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Dengan segenap rasa hormat dan kerendahan hati, penulis sangat ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Keluarga Penulis, Ayahanda Ahmadi, Ibunda Rukmiati, Kak Annisa
Fitria, dan Afif Abiyyu yang senantiasa telah mendidik, memotivasi,
menginspirasi, menemani dan selalu mendoakan penulis.
2. Bapak Irfan Hutagalung SH, LLM, sebagai dosen pembimbing, terima
kasih atas bimbingan, masukan dan kesabaran yang telah
didedikasikan.
3. Segenap jajaran dosen dan staf di FISIP UIN Jakarta yang telah
memberikan ilmu kepada penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, Ma, CBE dan Bapak Taufik Rigo
MA, atas kebesaran hatinya untuk menyempatkan waktunya kepada
penulis untuk melakukan wawancara singkat guna menyelesaikan
penelitian skripsi penulis.
5. Kak Zahra Yusuf dan Kak Zsahwa Maula yang telah memberikan
bantuan dalam menyelesaikan penelitian skripsi penulis.
6. Sahabat-sahabat penulis yang dari dulu senantiasa menemani penulis
sampai penulis menyelesaikan studi strata 1 nya, yaitu kepada Bian
Rosadita, Nafla Nabila, Salwah Nur Afifah, Nabila Nur Sabrina,
Jihan Putri, Adlia Khalisha, Alissa Shafia, Nadhifa Amani, Devita
Astasia, dan Nurul Izzah Kasuba.
7. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah menemani penulis
selama menempuh pendidikan di FISIP UIN Jakarta, yaitu Ruella
Salsabilla, Audy Saphira, Syahnaz Risfa, Nurul Fazriah, Baiq Tiara,
Nur Asmarani, Malida Awwalia, Annisa Nurul Husna, Annisa Asti,
Nabilla Rizky, Hani Syifa, Karin Gusti, Damara Alvadea, Faradilla
Meiliza, Intan Suci Utari, Vivien Sevira, Ismi Azizah, Halida
Maulidia, Kharisma Anissa, Nuzia Quita, Nabila Febrina, Muthia
Aljufri, Firsty Nabila, Achmad Zulfani, Sultan Rivandi, Hasanul
Banna, Firman Ihsan, Oka Pangestu, Fathi Rizki, Fadhly Nurman,
Gebryan Dwivandrio, Nabil Rahdiga, dan Kevin Distira.
8. Keluarga besar “the Dank A Team” sebagai kelas Hubungan
Internasional
vii
angkatan 2015 yang paling solid dan terbaik dari semester satu
sampai semester delapan.
9. Keluarga besar AIESEC South Tangerang, HIMAHI UIN Jakarta
periode 2015, dan rekan seperuangan HI UIN Jakarta angkatan 2015.
10. Delegasi Kelompok KKN Internasional UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2015 dan kepada teman-teman yang telah menjadi rekan baru
pada Multi Stage Negotiation Simulation (MSNS) Kementerian Luar
Negeri Republik Indonesia 2018.
Penulis berharap bahwa semoga semua bentuk dukungan dan kebaikan
tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran dari berbagai pihak
tentu akan sangat membantu penulis sebagai bahan pertimbangan perbaikan
penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih yang
besar ke depannya dalam ranah kajian penelitian pada bidang Ilmu
Hubungan Internasional.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 3 Juli 2019
Adinda Nur Layla Ahmad
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .………………………………………………………………I
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................................. II
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................................................... III
PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI ...................................................................... VI
ABSTRAK ................................................................................................................... V
KATA PENGANTAR ............................................................................................... VI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... VIII
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... X
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. XI
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ XII
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ XIII
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 A. PERNYATAAN MASALAH ..................................................................................... 1
B. PERTANYAAN PENELITIAN ................................................................................... 7
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................................................... 7
D. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 8
E. KERANGKA TEORITIS ........................................................................................... 10
1. Teori Kebijakan Luar Negeri......................................................................... 10
2. Konsep Kepentingan Nasional ...................................................................... 13
F. METODE PENELITIAN ......................................................................................... 16
G. SISTEMATIKA PENELITIAN ................................................................................. 19
BAB II
DINAMIKA HUBUNGAN POLITIK KASHMIR DENGAN NEGARA
INDIA DAN PAKISTAN ........................................................................................... 21 A. LATAR BELAKANG KONFLIK KASHMIR ............................................................. 21
B. DINAMIKA HUBUNGAN POLITIK KASHMIR DENGAN INDIA DAN PAKISTAN ........ 24
BAB III
DINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL INDIA – AMERIKA SERIKAT ........ 31 A. KERJA SAMA DALAM BIDANG PERDAGANGAN BARANG ................................... 31
B. TANTANGAN KERJA SAMA DALAM BIDANG PERDAGANGAN BARANG .............. 35
C. KERJA SAMA DALAM BIDANG NUKLIR SIPIL ..................................................... 38
D. KERJA SAMA DALAM BIDANG KEAMANAN DAN PERTAHANAN ......................... 43
ix
BAB IV
ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN INDIA TERHADAP AS SEBAGAI
MEDIATOR KONFLIK KASHMIR TAHUN 2017 .............................................. 46 A. FAKTOR POLITIK DOMESTIK .............................................................................. 46
1. Perspektif Pemimpin ...……………………………………………… .42
2. Partai yang Berkuasa..……………………………………………………. 46
3. Konsensus Politik India..………………………………….………………48
4. Kepentingan Nasional India..……………………………………………. 50
B. Dinamika Hubungan Luar Negeri India dengan AS dan Pakistan………….57
1. Upaya Pakistan Dalam Konflik Kashmir ...................................................... 58
2. Hubungan Bilateral AS - Pakistan..…………………………………………….54
3. Politik Luar Negeri AS di bawah Rezim Donald Trump .............................. 63
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 67
A. KESIMPULAN ...................................................................................................... 67
B. SARAN……………..……………………………………………………………..67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... LXIII
LAMPIRAN – LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel III.1. Perdagangan Barang AS dengan India Tahun 2016……………32
Tabel III.2. Perdagangan Barang AS dengan India Tahun 2017……………34
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I: Wawancara dengan Taufik Rigo, MA………………..…….…..Ixix
Lampiran II: Wawancara dengan Prof. Dr Azyumardi Azra, Ma, CBE...…..Ixxvi
xiii
DAFTAR SINGKATAN
OHCHR Office of the United Nation High Commissioner for
Human Rights
AS Amerika Serikat
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
HTCG High Technology Cooperation Group
BJP Bharatiya Janata Party
IDSA the Institute for Defence Studies and Analyses
LEMOA Logistics Exchange Memorandum of Agreement
COMCASA Communications Compatibility and Security
Agreement
BECA Basic Exchange and Cooperation Agreement for
Geospatial Cooperation
HAM Hak Asasi Manusia
PM Perdana Menteri
JWG Join Working Group
BRICS Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan
NPT Non-Proliferation
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Pasca dibaginya wilayah Negara India oleh kolonialisme Inggris menjadi
dua negara yaitu India dan Pakistan pada tahun 1947 memicu banyak sekali
konflik salah satunya adalah terjadinya perebutan wilayah antara India dengan
Pakistan, wilayah yang diperebutkan tersebut adalah wilayah Kashmir. Semenjak
saat itu Kashmir menjadi wilayah yang disengketakan. Konflik Kashmir yang
berkelanjutan menyebabkan Perang Kashmir terjadi pada tahun 1947-1949, ketika
Maharaja Kashmir memilih bergabung dengan India. Pakistan tidak menerima
keputusan tersebut karena rakyat Kashmir bermayoritas muslim sedangkan
Maharajanya beragama Hindu, seharusnya Kashmir masuk ke Pakistan,
sedangkan India menganggap bahwa Kashmir telah masuk kebagian negaranya.
Tahun 1965 terjadi Perang Kashmir II yang mengakibatkan baku tembak antar
kedua negara.1
Letak geografis wilayah Kashmir berada di antara perbatasan utara India
dan Pakistan timur laut. Bagian barat laut dikendalikan oleh Pakistan, sebagian
besar membentuk negara bagian Azad Kashmir, sementara sisanya dimasukkan ke
dalam negara bagian India Jammu dan Kashmir.2 Konflik sengketa perbatasan ini
menjadi konflik yang berkelanjutan dan menimbulkan banyak sekali berbagai
macam masalah lain salah satunya seperti pelanggaran Hak Asasi Manusia
1 Monica Krisna Ayunda dan Rhoma Dwi Aria Y, M.Pd, “Konflik India dan Pakistan Mengenai
Wilayah Kashmir Beserta Dampaknya (1947-1970),” Universitas Negeri Yogyakarta, 917 [jurnal on-line];
tersedia di http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/risalah/article/download/9991/9583, diunduh pada 1
Oktober 2018. 2 Oxford English Dictionary, “definition Kashmir” [buku on-line] tersedia di
https://en.oxforddictionaries.com/definition/kashmir, diunduh pada 1 Oktober 2018.
2
(HAM). Dengan ini maka dapat dikatakan tempat paling berbahaya di dunia saat
ini adalah sub-benua India dan garis kontrol di Kashmir. Konflik Kashmir adalah
hasil dari suatu proses penelantaran, diskriminasi, penindasan terhadap identitas
Kashmir, serta keunggulan dari pendekatan kekuasaan sentris yang dipegang oleh
rezim silih berganti dari India dan Pakistan.3
Pelanggaran HAM terjadi akibat bentrokan antara India – Kashmir – Pakistan
yang sudah semakin parah. Para demonstran dianggap menjadi ancaman
keamanan tersendiri bagi India sehingga India melawan para demonstran tesebut
menggunakan kekuatan militer mereka (hard power). Para demonstran melakukan
demo untuk menuntut hak-haknya namun bukannya hak mereka yang mereka
dapatkan, mereka malah mendapatkan penyiksaan dan pembunuhan. Seperti yang
terjadi pada 1 April 2018, setidaknya 13 militan Kashmir dan tiga tentara tewas
dalam serangkaian baku tembak, lima warga sipil tewas dan puluhan lainnya
terluka ketika pasukan keamanan menindak unjuk rasa yang terjadi.4 Pelanggaran
HAM dilakukan tentara India dengan penembakan peluru kepada para
demonstran, aksi itu menyebabkan 1.000 orang cacat fisik, kebutaan bahkan
meninggal dunia.5
Kemudian kondisi konflik pelanggaran HAM semakin parah ketika salah satu
militan Kashmir Burhan Muzaffar Wani dibunuh oleh tentara keamanan India di
3 Hilal Wani, “Understanding Kashmir Conflict: Looking for its Resolution,” ResearchGate, (Januari
2013),179-180 [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.researchgate.net/publication/312146603_Understanding_Kashmir_Conflict_Looking_for_its_Re
solution; Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018. 4 Human Rights Watch, 6 April 2018, [jurnal on-line] tersedia di https://www.hrw.or
g/id/news/2018/04/06/316916; Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018. 5 Rmol.co, “Pakistan Beberkan Pelanggaran HAM di Kashmir,” 8 Februari 2018 [ berita on-line]
tersedia di https://dunia.rmol.co/read/2017/02/08/279722/Pakistan-Beberkan-Pelanggaran-HAM-Di-Kashmir-
; Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018.
3
desa Bumdoora, Kokernag di negara bagian India Jammu dan Kashmir pada 8 Juli
2016.6 Wani merupakan komandan Hizbul Mujahideen yaitu sebuah kelompok
militan Kashmir. Peristiwa ini membuat para warga Kashmir marah dan
melakukan demonstrasi besar-besaran sehari setelah Wani meninggal yaitu pada
tanggal 9 Juli 2016. Seperti pemberitaan yang dimuat oleh media berita online
New York Times bahwa ribuan demonstran memadati jalan di kota-kota lembah
Kashmir pada 9 Juli 2016, dan terjadi bentrokan antara demonstran Kashmir
dengan petugas keamanan India. Bentrokan ini termasuk yang terburuk yang
pernah terjadi di wilayah ini selama bertahun-tahun, dan menyebabkan lebih dari
30 orang tewas, termasuk seorang perwira polisi, dan ribuan lainnya terluka.7
Sebagian besar korban tewas adalah pengunjuk rasa yang ditembak oleh pasukan
keamanan, dan rumah sakit penuh dengan warga sipil yang terluka. Para
pengunjuk rasa menyerang kendaraan polisi, pos keamanan dan properti
pemerintah lainnya.8
Gerakan demonstrasi semakin memuncak dan bentrokan semakin sering
terjadi semenjak meninggalnya Wani. Hal ini tercatat dalam laporan dari OHCHR
yang menyatakan bahwa;
On 8 July 2016, Burhan Wani, the 22-year old leader of the Hizbul
Mujahidin, an armed group, was killed by Indian security forces during an
armed clash in Bumdoora village in Kokernag area in the Indian state of
Jammu and Kashmir. This triggered protests against his killing on a very
large and unprecedented scale throughout the Kashmir Valley and in
districts of Jammu. Indian security forces responded to protests with force,
6 New York Times, “How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir”, 15 Juni 2018
[berita on-line] tersedia di https://www.nytimes.com/2016/07/17/world/asia/how-killing-of-prominent-
separatist-set-off-turmoil-in-kashmir.html; Internet; diunduh pada tanggal 1 Oktober 2018. 7New York Times, How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir, 15 Juni 2018. 8 New York Times, How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir, 15 Juni 2018.
4
which led to casualties and a wide range of alleged related human rights
violations throughout the summer of 2016 and into 2018.9
Jika konflik Kashmir tidak ditangani dengan cepat maka jumlah korban jiwa
karena pelanggaran HAM akan bertambah setiap tahunnya bahkan setiap harinya.
Perlunya mediator yang mampu menjadi pihak ketiga (netral) dalam Kasus
Kashmir untuk memberikan solusi yang baik dan tepat agar segala dampak dari
masalah ini bisa diminimalisir bahkan dihilangkan.
PM Pakistan Nawaz Sharif menyatakan “With regards to Kashmir, America
can play a very critical role, which it has not done. We wish to see progress
towards the resolution of the Kashmir dispute, which is the biggest hurdle in
the way of peace and development in the region and the whole world, including
the US, is fully aware of this reality”.10
Selain itu PM Sharif juga menyatakan bahwa Pakistan ingin melihat melihat
kemajuan dalam penyelesaian sengketa Kashmir, yang merupakan rintangan
terbesar di jalan perdamaian dan pembangunan di kawasan itu.11
Pernyataan PM Pakistan mendapatkan tanggapan oleh Duta Besar AS untuk
PBB Nikki Haley mengatakan AS akan mencoba dan menemukan tempatnya
dalam upaya untuk mengurangi ketegangan India – Pakistan dan tidak menunggu
lama lagi sampai suatu hal buruk akan terjadi.
Haley menyatakan “It's absolutely right that this administration is concerned
about the relationship between India and Pakistan and very much wants to see
how we de-escalate any sort of conflict going forward”.12
9 Office of the United Nation High Commissioner for Human Rights (OHCHR), “Report on the
Situation of Human Rights in Kashmir: Developments in the Indian State of Jammu and Kashmir from June
2016 to April 2018, and General Human Rights Concerns in Azad Jammu and Kashmir and Gilgit-Baltistan”,
14 Juni 2018, 4 [jurnal on-line] tersedia di
https://www.ohchr.org/Documents/Countries/IN/DevelopmentsInKashmirJune2016ToApril2018.pdf;
Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018. 10 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says
Pakistan PM Nawaz Sharif,“ 12 April 2017 [berita on-line] tersedia di
https://www.indiatoday.in/world/story/pakistan-nawaz-sharif-kashmir-dispute-america-trump-india-971075-
2017-04-12; Internet; diunduh pada 2 Oktober 2018. 11 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says
Pakistan PM Nawaz Sharif,” 12 April 2017.
5
Duta Besar Pakistan untuk AS Aizaz Ahmad Chaudhry telah menyambut baik
tawaran AS dan mengatakan bahwa setiap peran positif yang dilakukan oleh AS
untuk membawa perdamaian dan stabilitas di Asia Selatan dapat melayani
kawasan ini dengan baik.13
Namun respon yang diberikan oleh pihak India malah sebaliknya, pihak India
menolak penawaran AS sebagai mediator konflik Kashmir, tepat setelah beberapa
jam pihak Pakistan menerima tawaran Haley, India dengan cepat menolak peran
AS dalam menyelesaikan masalah India – Pakistan.14
India secara konsisten
mengesampingkan mediasi pihak ketiga, juru bicara kementerian ursuan luar
negeri India, Gopal Baglay mengutuk Haley karena mengisyaratkan bahwa AS
siap untuk menengahi konflik Kashmir. Dia meminta komunitas internasional
untuk membujuk Pakistan saja agar menghentikan serangan teroris lintas
perbatasan, dibandingkan ingin menjadi mediator dalam konflik Kashmir ini.15
Baglay meyampaikan “We of course expect the international community and
organisations to enforce international mechanisms and mandates
concerning terrorism emanating from Pakistan, which continues to be the
single biggest threat to peace and stability in our region and beyond”.16
Keputusan India untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir ini
menjadi menarik ketika mengingat pada dasarnya hubungan antara negara India –
12 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says
Pakistan PM Nawaz Sharif,” 12 April 2017. 13 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says
Pakistan PM Nawaz Sharif,” 12 April 2017. 14 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says
Pakistan PM Nawaz Sharif,” 12 April 2017. 15 Live mint, “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it,” 5 April 2017 [berita on-line]
tersedia di https://www.livemint.com/Politics/1fQbPwhZQXV1sArP3xRjJK/Pakistan-welcomes-US-
mediation-after-India-rejects-it.html; Internet; diunduh pada 2 Oktober 2018. 16 The Times of India, “India rejects US offer to mediate with Pakistan on Kashmir issue,” 5 April
2017, tersedia di https://timesofindia.indiatimes.com/india/india-rejects-us-offer-to-mediate-with-pakistan-
on-kashmir-issue/articleshow/58018616.cms, pada tanggal 2 Oktober 2018; Internet; diunduh pada 2 Oktober
2018.
6
AS dalam keadaan yang baik-baik saja, sehingga seharusnya dengan AS yang
ingin menjadi mediator konflik Kashmir, India menjadi senang akan keterlibatan
AS bukan malah merasa ragu atas keterlibatan AS dalam konflik Kashmir ini.
Keputusan India untuk menolak AS mengundang pertanyaan besar mengapa India
menolak AS sebagai mediator dalam konflik Kashmir, ketika Pakistan justru
memberikan respon yang sangat positif dan terbuka.
Jika dilihat kembali bagaimana kerjasama yang terjalin antara India – AS
salah satunya adalah kerjasama dalam bidang militer yaitu Logistics Exchange
Memorandum of Agreement (LEMOA) dapat berjalan dengan baik antara kedua
negara tersebut maka seharusnya dengan kerjasama LEMOA yang terjalin dengan
baik,17
India tidak menolak AS dalam niat baiknya menjadi mediator di konflik
Kashmir tersebut. Sehingga, seharusnya dengan hubungan baik yang terjalin
antara India – AS seharusnya India merasa senang jika AS ingin menjadi mediator
dalam konflik Kashmir dan tidak memberikan respon negatif berupa penolakan
atas tawaran dari AS tersebut.
Berangkat dari pemikiran tersebut maka peneliti berasumsi bahwa India
memiliki faktor lain yang mampu membuat India menjadi ragu atas kredibilitas
AS untuk menjadi mediator konflik Kashmir, sehingga peneliti ingin melihat
faktor apa yang menjadi pertimbangan bagi India untuk memutuskan kebijakan
luar negerinya menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017.
17 The Hindu, “What is LEMOA?,” 18 Oktober 2016 [berita on-line] tersedia di
https://www.thehindu.com/news/national/What-is-LEMOA/article15604647.ece; Internet; diunduh pada 2
Oktober 2018.
7
B. Pertanyaan Penelitian
Agar penelitian skripsi ini tidak terlalu meluas dari inti permasalahan yang
ingin dikaji, penulis memberikan pembatasan pada pertanyaan penelitian, yaitu:
“Apa faktor yang melatarbelakangi keputusan India untuk menolak AS
sebagai mediator konflik Kashmir pada tahun 2017?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi berjudul Analisis
Penolakan India Terhadap Amerika Serikat Sebagai Mediator Konflik Kashmir
Tahun 2017:
1. Menganalisis faktor dibalik kebijakan luar negeri India dalam menolak
Amerika Serikat sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017.
2. Mengaplikasikan teori serta konsep dalam studi ilmu Hubungan
Internasional sebagai alat analisis terhadap pertanyaan penelitian di skripsi
ini.
Kemudian, hasil penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat berupa:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
perkembangan studi ilmu Hubungan Internasional, khususnya terkait
konflik di Kashmir.
2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan analisis terkait konflik di
Kashmir, khususnya terkait kepentingan nasional India terkait konflik
Kashmir periode 2015-2018.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang komprehensif bagi
penelitian yang relevan.
8
D. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa karya ilmiah yang digunakan sebagai tinjauan pustaka
dalam skripsi ini, tinjauan pustaka tersebut sekiranya telah menjelaskan seputar
beberapa bidang hubungan kerjasama AS – India, dinamika strategi hubungan
kerjasama AS – India, dan hubungan antara India – AS – Pakistan seperti hasil
penelitian dibawah ini:
Tinjauan pustaka pertama adalah Jurnal dari Dr Saroj Bishoyi yang bekerja
di North American Centre at the Institute for Defence Studies and Analyses
(IDSA). Jurnal tersebut berjudul “Defence Diplomacy in AS – India Strategic
relationship Vol 5. No 1” dipublikasikan pada Januari 2011. Bishoyi berupaya
untuk memaparkan sejarah kerjasama antara AS – India. Fokus penelitian Bishoyi
adalah melihat bagaimana strategi AS – India dalam diplomasi mereka dibidang
pertahanan sejak tahun 1992 – 2011. Komponen yang membedakan jurnal ini
adalah fokus bahasannya yang hanya membicarakan bagaimana sesungguhnya
proses transformasi kerjasama antara AS – India dalam bidang pertahanan, dan
memberikan bukti bahwa hubungan kerjasama antara AS – India selalu
mengalami perkembangan. Seperti pada tahun 2000 AS – India bergabung dan
melakukan Join Working Group (JWG) untuk melakukan kerjasama dalam
counter terrorism, pada tahun 2002 mereka juga membuat High Technology
Cooperation Group (HTCG) dan selalu berkembang kerjasama lainnya dalam
bidang pertahanan sampai tahun 2011.18
18 Saroj Bishoyi, “Defence Diplomacy in US India Strategic Relationship,” Journal of Defence
Studies, Vol. 5, No. 1, (Januari 2011), 83 [jurnal on-line] tersedia di
https://www.researchgate.net/publication/312146603_Understanding_Kashmir_Conflict_Looking_for_its_Re
solution; Internet; diunduh pada 2 Oktober 2018.
9
Tinjauan pustaka kedua adalah Jurnal karya K. Alan Konstadt, Paul K. Kerr,
Michael F. Martin dan Bruce Vaughn yang berjudul “India: Domestic Issues,
Strategic Dynamics, and U.S. Relations” dipublikasikan pada 1 September 2011
oleh lembaga Congressional Research Service. Fokus penelitian ini adalah
melihat sejauh mana hubungan bilateral antara AS – India itu berkembang sampai
tahun 2011. Komponen yang membedakan jurnal ini adalah mengenai fokus
bahasannya yang lebih membahas secara luas bagaimana hubungan bilateral yang
terjalin antara AS – India dalam banyak bidang secara signifikan diantaranya
kerja sama dalam bidang perdagangan barang dan tantangannya, kerja sama
dalam bidang nuklir sipil dan kerja sama dalam bidang keamanan dan
pertahanan.19
Beberapa data yang dikumpulkan dalam penelitian cukup valid
karena diambil dari dokumen akademik dan berdasarkan penelitian yang sudah
lebih dahulu dilakukan oleh penulis-penulis sebelumnya.
Tinjauan pustaka ketiga adalah “The Role of India and Pakistan Leadership
in Kashmir Conflict” oleh Gulraze Shafiq dipublikasikan pada tahun 2017 oleh
United States International University – Africa. Fokus penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi perkmbangan sub-konflik Kashmir atas konflik antar negara yang
lebih luas antara India dan Pakistan. Tujuan penelitian ini lebih bersifat untuk
memetakan peran kepemimpinan Pakistan dan India dalam penyelesaian konflik
19 K. Alan Kronstadt, Paul K. Kerr, Michael F. Martin dan Bruce Vaughn, India: Domestic Issues,
Strategic Dynamics and U.S. Relations, [buku on-line] Congressional Research Service (1 September 2011),
75-92; tersedia di https://www.hsdl.org/?view&did=719130; Internet; diunduh pada 2 Oktober 2018.
10
Kashmir.20
Beberapa data ang dikumpulka dalam penelitian ini valid karena
diambil dari dokumen akademik.
Peneliti telah membaca beberapa literatur yang memiliki keterkaitan dengan
tema dari skripsi seperti seputar konflik Kashmir dan hubungan antara negara
India – AS. Namun, peneliti belum dapat menemukan literatur yang membahas
mengenai alasan yang sebenarnya mengenai kebijakan luar negeri India dalam
menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir dan belum ada juga yang
membahas mengenai faktor-faktor yang menjadi landasan dasar India
mengeluarkan kebijakan tersebut. Sehingga, peneliti akan melakukan penelitian
lebih dalam dengan membaca sejarah hubungan India – AS – Pakistan, dan
informasi terbaru mengenai hubungan antara ketiga negara tersebut dan juga
mengenai konflik Kashmir untuk menjadikanya beberapa acuan dalam menjawab
pertanyaan penelitian dalam skripsi ini.
E. Kerangka Teoritis
1. Teori Kebijakan Luar Negeri
Dalam memahami pengambilan keputusan kebijakan luar negeri suatu
negara dapat dianalisa dengan menggunakan teori kebijakan luar negeri yaitu
dengan menganalisis proses dan dinamika yang mengarah pada keputusan
kebijakan luar negeri tersebut. Kebijakan luar negeri yaitu kebijakan atau interaksi
yang diberikan oleh suatu negara terhadap negara lain di luar batas wilayahnya.21
20 Gulraze Shafiq, “The Role of India and Pakistan Leadership in Kashmir Conflict”, [Jurnal on-line]
Digital Repository from United States International University – Africa (2017), teredia di
http://erepo.usiu.ac.ke/bitstream/handle/11732/3600/GULRAZE%20SHAFIQ%20MAIR%202017.pdf?seque
nce=1&isAllowed=y; Internet; diunduh pada 22 Juli 2019. 21 Marijke Breuning, “Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction”, New York: Palgrave
MacMillan, 2007, Chapter. 1.
11
Menurut Alex Mintz dan Karl DeRouen kebijakan luar negeri merupakan
sekumpulan pilihan yang diputuskan oleh individu, kelompok atau koalisi dan
keputusan kebijakan tersebut memengaruhi interaksi antar negara dalam interaksi
di lingkungan internasional.22
Sehingga kebijakan luar negeri dapat diartikan
sebagai upaya untuk merancang, mengelola dan mengendalikan hubungan luar
negeri negara tersebut yang didasari oleh kepentingan nasional negara atau respon
dari suatu kejadian/kebijakan luar negeri dari negara lain di luar wilayah negara
tersebut.23
Terdapat dua aspek yang berkaitan erat dalam proses pembuatan
keputusan kebijakan luar negeri yaitu resiko dan ketidak pastian.24
Mengingat
setiap keputusan kebijakan luar negeri suatu negara akan memengaruhi
interkasinya dengan negara lain sehingga keputusan kebijakan luar negeri
berdasar pada pertimbangan konsekuensi yang mungkin akan didapat di
lingkungan internasional, dan dalam proses pembuatannya harus dilakukan
dengan perhitungan yang sangat baik.25
Hal ini guna meminimalisir segala resiko
yang didapat dan memastikan bahwa kebijakan luar negeri yang dibuat dapat
mencapai kepentingan nasional negara.
22 Alex Mintz dan Karl DeRouen. “Understanding Foreign Policy Decision Making”. Cambridge University
Press, 2010. Hal. 3 [buku on-line] tersedia di
https://pdfs.semanticscholar.org/0c7a/42d12a3710ba23fea4459fa2515728d0683f.pdf; Internet; diunduh pada
22 Juli 2019. 23 Mark Webber dan Michael Smith, “Foreign Policy in a Transformed World”, United Kingdom:
Pearson Education, 2002, hal. 9-10.
24 Alex Mintz dan Karl DeRouen. “Understanding Foreign Policy Decision Making”. Cambridge
University Press, 2010. Hal. 3 25 Valerie M. Hudson, “Foreign Policy Analysis: Actor Specific Theory and The Ground of
International Relations”, International Studies Association, Blackwell Publishing, 2005. Hal. 2
12
Menurut K. J. Holsti, tujuan dibuatnya kebijakan luar negeri dalam politik
internasional adalah untuk mencapai, mempertahankan atau mengubah suatu hal
atau keadaan guna mencapai kepentingan nasionalnya.26
Menurut K. J. Holsti
terdapat tiga kategori tujuan dari kebijakan luar negeri yaitu tujuan jangka pendek,
menengah dan panjang. 27
Perbedaan dari ketiga tujuan tersebut adalah, jika tujuan
kebijakan luar negeri tersebut bersifat jangka pendek maka kepentingan dan nilai
inti dalam mencapai kepentingan nasional dalam mencapainya aktor negara
menyanggupkan untuk melakukan pengorbanan sebesar-besarnya untuk mencapai
kepentingan tersebut.
Tujuan jangka menengah memiliki tiga tipe yaitu yang pertama upaya
yang dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan untuk
perbaikan ekonomi, kemudian yang kedua meningkatkan prestise negara dalam
sistemnya di mana prestise dapat diukur dari tingkat perkembangan industri dan
keterampilan ilmiah dan teknologi. Dan yang ketiga adalah upaya untuk perluasan
diri atau imperialsime. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah rencana, impian
dan pandangan mengenai organisasi politik dan ideologi sistem internasional,
hubungan antar negara dan peran negara.
Sehingga K. J. Holsti menyimpulkan bahwa kebijakan luar negeri suatu
negara merupakan perilaku yang dilakukan oleh suatu negara untuk mendapatkan
keuntungan dan mencapai atau mempertahankan kepentingan nasionalnya. Untuk
mencapai hasil atau keputusan kebijakan luar negeri, suatu negara harus melalui
26 K. J., Holsti, “International Politics: A Framework for Analysis, 6th edition”, New Jersey:
Pretince-Hall International, 1992, hal 269. 27 K. J., Holsti, “International Politics: A Framework for Analysis, 6th edition”, hal 145 – 147.
13
proses pembuatan kebijakan, di mana kebijakan ini telah dipertimbangkan,
dirumuskan dan ditentukan oleh pemerintah negara.
Menurut K. J. Holsti dalam membuat keputusan kebijakan luar negeri,
negara dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.28
Faktor internal yaitu meliputi pemimpin negara, pemerintahan atau lembaga
negara, kondisi internal yang meliputi sejarah, politik, sosial, budaya dan
ekonomi.29
Selain itu faktor internal juga dipengaruhi oleh pertimbangan
kepentingan nasional negara.30
Sedangkan faktor eksternal meliputi struktur
sistem internasional, baik karakteristik, kejadian atau kebijakan dari suatu negara
yang memengaruhi negara lain, sehingga negara yang terkena dampak dari
kebijakan tersebut memberikan respon.31
Terkait dengan fenomena yang ingin dianalisa dalam penelitian ini maka
teori kebijakan luar negeri menjadi landasan berpikir yang digunakan untuk pisau
analisis dalam menjawab pertanyaan penelitian yaitu apa faktor yang melatar
belakangi keputusan India untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir
tahun 2017.
2. Konsep Kepentingan Nasional
Scott Burchill dalam bukunya menyatakan bahwa kepentingan nasional
merupaan kunci atau landasan dari politik luar negeri, sehingga segala bentuk
28 K. J., Holsti, “International Politics: A Framework for Analysis, 6th edition”, hal 269. 29 Marijke Breuning, “Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction”, New York: Palgrave
Macmillan, 2007, hal 12 – 13.
30 Daniel S. Papp, “Contemporary International Relations: Framework for Understanding, 2nd
edition”, New York: MacMillan Publishing Company, 1988, hal 29. 31 K. J., Holsti, “International Politics: A Framework for Analysis, 6th edition”, hal 269.
14
keputusan kebijakan luar negeri didasarkan atas berbagai macam ideologi atau
pertimbangan kepentingan nasional negara.32
Dalam merumuskan kebijakan luar
negeri, para pembuat keputusan kebijakan dipandu oleh perspektif kepentingan
nasional mereka yang bertujuan untuk mencapai, mempertahankan atau melindugi
kepentingan nasional negara.33
Pemikiran Hans J. Morgentau didasarkan oleh
premis bahwa strategi politik luar negeri harus didasarkan pada kepentingan
nasional, bukan hanya dilihat dari alasan-alasan moral dan ideologi yang dianggap
utopis, legal atau berbahaya.34
Selain itu, menurut Hans J. Morgenthau, kepentingan nasional dibagi
menjadi dua dimensi yaitu kepentingan nasional vital dan sekunder. Perbedaan
dari kepentingan nasional vital dan sekunder adalah, jika kepentingan nasional
vital merupakan kepentingan yang berkenaan dengan kedaulatan negara, sehingga
kepentingan nasional vital memiliki tujuan untuk memertahankan identitas
nasional, keamanan negara, dan sistem politik. Sedangkan kepentingan nasional
sekunder adalah kepentingan nasional yang berkaitan dengan berbagai macam
kepentingan di luar aspek kedaulatan dan keamanan negara, salah satu contohnya
32 Scott Burchill, “Theories of International Relations”, New York: Palgrave, 1996, hal 106.
33 VK. Malhotra, “International Relations”, New Delhi: Anmol Publications Pvt Ltd, 2002, hal. 79.
34 Kiyono Ken, “A Study on The Concept of The National Interest of Hans Morgenthau: As a
Standard of American Foreign Policy,” Nagasaki University‟s Academic Output Site, 経営と経済, 49(3),
pp.1-20; 1969, 31 Oktober 1995 [jurnal online]; tersedia di
http://naosite.lb.nagasakiu.ac.jp/dspace/bitstream/10069/27783/1/keieikeizai49_03_04.pdf; Internet; diunduh
pada 26 Juli 2019.
15
seperti memberikan perlidungan terhadap warga negara yang tinggal di luar
negeri. 35
Kemudian, Hans J. Morgenthau juga membagi sifat kebijakan luar negeri
menjadi dua yaitu kepentingan nasional yang bersifat spesifik dan general.
Perbedaan dari kedua sifat tersebut adalah, jika kepentingan nasional yang bersifat
spesifik merupakan kepentingan yang sifatnya khusus bagi negara tersebut yang
ingin dicapai dalam hal politik, sosial budaya atau ekonomi. Sedangkan,
kepentingan nasional yang bersifat general adalah pencapaian negara pada
umumnya seperti menjaga kedaulatan negara.36
Selain membagi sifat kepentingan
nasional menjadi dua seperti penjelasan sebelumnya, Hans J. Morgenthau juga
membedakan jenis-jenis kepentingan nasional. Menurutnya, jenis-jenis
kepentingan nasional adalah kepentingan nasional yang berkaitan dengan
keamanan nasional, kepentingan kekuatan nasional, kepentingan citra nasional
dan kepentingan pengembangan ekonomi nasioal.37
Kemudian dari rangkaian pemikiran Hans J. Morgenthau di atas mengenai
pengertian kepentingan nasional, dimensi kepentingan nasional, sifat dari
kepentingan nasional, dan jenis kepentingan nasional maka konsep yang
digunakan untuk menganalisa penelitian ini adalah konsep kepentingan nasional
35 Michael G. Roskin, “National Interest: From Abstraction to Strategy”, 20 Mei 1994 [laporan on-
line]; tersedia di https://www.globalsecurity.org/military/library/report/1994/ssi_roskin.pdf; Internet; diunduh
pada 26 Juli 2019.
36 Michael G. Roskin, “National Interest: From Abstraction to Strategy”
37 Michael G. Roskin, “National Interest: From Abstraction to Strategy”
16
dari Hans J. Morgenthau. Dalam kasus penolakan India terhadap AS sebagai
mediator konflik Kashmir ini terdapat faktor kepentingan nasional yang melatar
belakangi keputusan kebijakan luar negeri India. Sehingga, konsep kepentingan
nasional dari Hans J. Morgenthau dapat membantu untuk menganalisa apa faktor
kepentingan nasional India yang membuat keputusan kebijakan luar negeri India
menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017.
F. Metode Penelitian
Pada skripsi ini peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif. Penggunaan metode kualitaif deskriptif ini dianggap tepat bagi peneliti
untuk digunakan dalam menganalisa rumusan masalah dalam skripsi ini. Metode
Kualitatif adalah metode yang mencakup berbagai pendekatan, namun bukan
dengan pendekatan yang bergantung pada pendekatan numerik.38
Metode ini akan
membantu dalam menafsirkan dan menuturkan data yang berkaitan dengan situasi
yang sedang berlangsung dengan perspektif yang ada di masyarakat.
Metode kualitatif cenderung berfokus pada satu atau sejumlah kecil kasus,
untuk menggunakan wawancara intensif atau analisis mendalam dari bahan
sejarah, untuk menjadi diskursif dalam metode, dan secara komprehensif fokus
pada beberapa peristiwa atau unit yang bersangkutan dengan topik penelitian.39
Seperti yang dikatakan oleh Lincoln dan Denzin bahwa kualitatif berarti metode
yang digunakan untuk melihat atau meneliti satu peristiwa secara mendetail dan
mendalam, daripada harus menggambarkan bagian permukaan dari sampel yang
38 Gary King, Designing Social Inquiry: Scientific Inference in Qualitative Research, Princeton
University Press, William Street,Princeton, New Jersey 08540, 1994, 4. 39 King, Designing Social Inquiry: Scientific Inference in Qualitative Research, 4.
17
besar dari sebuah populasi. Tujuan peneliti menggunakan metode penelitian
kualiatatif adalah peneliti ingin memahami obyek yang diteliti melalui dengan
obeservasi dan penelitian yang mendalam sebelum nantinya akan dianalisa oleh
peneliti.
Singkatnya penelitian kualitatif deskriptif merupakan metode yang
mempunyai tujuan untuk menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan
dengan sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat melalui observasi,
situasi yang sedang terjadi melalui penelitian terlebih dahulu, menganalisa
hubungan antar variabel seperti pengaruh terhadap suatu kondisi, dan
sebagainya.40
Peneliti akan mencoba untuk mengembangkan konsep sensitivitas
dari konflik yang akan dibahas, memaparkan realitas yang juga berkaitan dari
penelusruan teori dan mengembangkan pemahaman dari hasil analisa tersebut.
Didalam studi ilmu politik penggunaan metode penelitian kualitatif harus
dilakukan dengan proses analisis yang kuat, mendalam dan detail. Karena, hasil
dari analisis tersebut selain akan menjadi sebuah narasi yang menjawab rumusan
masalah tetapi juga akan menjadi sebuah rujukan dalam permasalahan sosial
tertentu yang bersangkutan nantinya.41
Seperti pernyataan dari Cresswell bahwa terdapat empat asumsi dalam
pendekatan kualitatif, diantaranya adalah yang pertama yaitu penelitian kualitatif
cenderung lebih memerhatikan proses dari pada hasil. Asumsi kedua adalah
40 Haifa Karimah Mufidah, “Penelitian Kualitatif Deskriptif “, Prezi.com (10 November 2015) [jurnal
on-line] tersedia di https://prezi.com/pmtmgzfh8vyf/penelitian-kualitatif-deskriptif/; Internet; diunduh pada
19 Oktober 2018. 41 Audie Klotz, Qualitative Methods in International Relations, Palgrave MacMillan, (New York:
2008), 211 – 212.
18
penelitian kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Asumsi ketiga adalah alat
utama dalam penelitian kualitatif adalah pengumpulan data, analisis data,
melakukan observasi dan asumsi keempat adalah peneliti terlibat langsung dalam
proses penelitian, interpretasi data dan pencapaian pemahaman penelitian.
Kemudian terdapat dua jenis data yang akan digunakan dalam metode
penelitian kualitatif ini yang pertama adalah data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan sekumpulan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
narasumber yang dianggap ahli dan menguasai mengenai bidang yang
bersangkutan dengan tema skripsi seperti Duta Besar India dan para peniliti kasus
Kashmir dan peneliti politik luar negeri. Data sekunder akan diperoleh dari
beberapa data yang didapat dari bacaan beberapa buku, jurnal, karya ilmiah, dan
sumber lain dari internet yang terpercaya yang membahas mengenai isu serupa.42
Karena, terdapat beberapa kendala seperti kendala jarak dan tempat yang
berjauhan antara negara peniliti dengan negara yang diteliti atau tempat terjadinya
konflik maka data primer akan didapat dengan cara mewawancarai beberapa
narasumber yang dianggap mampu menjadi narasumber yang tepat, yaitu:
1. Taufik Rigo MA., sebagai diplomat muda yang bertugas di Kedutaan
Besar Republik Indonesia di India pada Juni 2014 sampai dengan Februari
2018. Kapabilitasnya sebagai pengamat politik luar negeri India dan isu
konflik perbatasan wilayah Kashmir.
42 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009). 137.
19
2. Prof. Dr. Azyumardi Azra Ma, CBE., sebagai akademisi, pengamat politik
luar negeri dan isu-isu kontemporer. Kapabilitasnya adalah sebagai
pengamat politik luar negeri kawasan Asia Selatan.
Hasil dari wawancara tersebut akan dijadikan sumber primer untuk bahan
dalam menganalisa masalah penelitian, dan sebagai bahan untuk dihubungkan
kembali dengan teori yang dipakai dalam penelitian ini. Kumpulan data primer
dan sekunder yang sudah didapat nantinya akan dijadikan peneliti dalam
memperoleh rumusan yang bersifat integratif dan juga konkret. Sehingga data-
data tersebut harus bisa menjadi landasan dasar peneliti, agar mampu membantu
peneliti dalam menganalisa rumusan masalah dalam skripsi ini.
G. Sistematika Penelitian
Agar penelitian ini dapat dipahami secara komprehensif, maka skripsi ini
disusun dalam enam bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan
Pada bagian ini akan dibahas mengenai pendahuluan penelitian. Secara
lebih mendetail, pendahuluan penelitian terdiri dari pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat, kerangka teoritis, dan metode
penelitian, termasuk sistematika penelitian.
BAB II: Dinamika Hubungan Politik Kashmir dengan Negara India dan
Pakistan
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai dinamika hubungan politik yang
terjalin antara Kashmir dengan negara India dan Pakistan. Dalam bab II ini juga
akan sedikit dibahas mengenai latar belakang konflik Kashmir untuk memberikan
20
gambaran singkat mengenai konflik Kashmir yang masih berlanjut hingga AS
menawarkan diri untuk memediasi konflik Kashmir tahun 2017.
BAB III: Dinamika Hubungan Bilatera India - Amerika Serikat
Pada bab ini akan ditinjau dari berbagai aspek mengenai bagaimana
hubungan politik luar negeri yang terjalin antara India dengan AS, bagaimana
kondisi hubungan mereka dilihat dari jejak sejarahnya hingga keadaan terbaru
mengenai hubungan India – AS, sampai pada saat kebijakan penolakan AS
sebagai mediator dinyatakan oleh India.
BAB IV: Analisis Faktor Penolakan India terhadap Amerika Serikat
Pada bab ini akan memaparkan hasil penelitian dengan menjawab
pertanyaan penelitian. Pembahasan pada Bab IV akan di bagi menjadi dua sub bab
bahasan yaitu yang pertama upaya politik domestik India dan kedua adalah
dinamika hubungan politik luar negeri India dengan AS – Pakistan dan politik
luar negeri AS di bawah rezim Trump.
BAB V: Kesimpulan dan Saran
Bagian ini merupakan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.
21
BAB II
Dinamika Hubungan Politik Kashmir
dengan Negara India dan Pakistan
Pada bab II ini akan memaparkan mengenai dinamika hubungan politik
yang terjalin antara Kashmir dengan negara India dan Pakistan. Sub bab pertama
menjelaskan mengenai latar belakang dari munculnya konflik di wilayah Kashmir.
Sub bab kedua menjelaskan mengenai dinamika hubungan politik Kashmir
dengan India dan Pakistan.
A. Latar Belakang Konflik Kashmir
Secara historis konflik Kashmir sudah mulai terjadi pada 1930-an dimana
mayoritas penduduk Kashmir sebanyak 93% merupakan muslim namun
pemimpin dari Kashmir sendiri beragama Hindu yaitu Maharaja Singh.43
Saat ini,
wilayah Kashmir secara geografis merupakan salah satu wilayah negara bagian
yang terletak di sebelah utara India. Selain Kashmir, wilayah lain yang terletak di
negara bagian utara India adalah Jammu dan Ladakh yang lebih sering disebut
dengan wilayah Jammu – Kashmir. Wilayah Jammu – Kashmir berbatasan
langsung dengan beberapa negara besar diantaranya dengan Negara India
dibagian selatan Kashmir, dengan Negara Pakistan dan Afghanistan dibagian
barat Kashmir, dengan Negara Tiongkok dan Rusia dibagian Utara dan Timur
Kashmir.44
43 Nadya Afiqma, “Konflik India-Pakistan dalam Persengketaan Kashmir Pasca Kemerdekaan Anak
Benua (Sub-Kontinen)” Academia.edu, Februari 2015, 6 [jurnal on-line] tersedia di
http://www.academia.edu/28297640/KONFLIK_INDIA-
PAKISTAN_DALAM_PERSENGKETAAN_KASHMIR_PASCA_KEMERDEKAAN_ANAK_BENUA_S
UB-KONTINEN; Internet; diunduh pada 7 Maret 2019. 44 “Kepentingan India atas Kashmir, ”Skrpsi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (2010), 21
[jurnal on-line] tersedia di
22
Seperti yang terdapat pada gambar II.A.1:45
Letak geografis Jammu – Kashmir yang terhitung sangat strategis ini
menjadikan alasan mengapa wilayah Kashmir sampai saat ini dikontrol oleh tiga
negara besar yaitu Negara India, Pakistan dan Tiongkok. Saat ini wilayah Jammu
– Kashmir bagian tengah dan selatan dikontrol oleh India 45%, bagian barat laut
dikontrol oleh Pakistan 35%, dan 20% dikontrol oleh Tiongkok pada bagian
Timur Laut.46
Letak geografis Jammu – Kashmir menjadi faktor krusial bagi
kepentingan negara-negara diatas, sehingga mereka ingin mengontrol wilayah
Jammu – Kashmir untuk mengetahui perkembangan keamanannya untuk
melindungi kepentingan mereka di wilayah tersebut.
Jika dilihat dari peta pada gambar 1.1, wilayah Kashmir berada dekat sekali
dengan wilayah perbatasan negara India – Pakistan. Faktor kedekatan wilayah
Kashmir dengan India – Pakistan ini, merupakan faktor utama terjadinya konflik
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4770/BAB%20II.pdf?sequence=2&isAllowed=y;
Internet; diunduh pada 7 Maret 2019. 45 “Kashmir Region”, Legacy [dokumen online] teredia di
https://legacy.lib.utexas.edu/maps/middle_east_and_asia/kashmir_region_2004.jpg; Internet; diunduh pada 7
Maret 2019. 46 Hilal Wani, “Understanding Kashmir Conflict: Looking for its Resolution,” ResearchGate, (Januari
2013), 182 [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.researchgate.net/publication/312146603_Understanding_Kashmir_Conflict_Looking_for_its_Re
solution; Internet; diunduh pada 7 Maret 2019.
23
di Kashmir. Dapat dilihat dari akar konflik di wilayah Kashmir yaitu pasca
kolonialisme Inggris membagi negara India menjadi dua wilayah negara yaitu
India dan Pakistan dan telah disahkan didalam Undang-Undang Kemerdekaan
India (The Indian Independence Bill) oleh Parlemen Inggris, pada 1 Juli 1947.47
Wilayah Kashmir harus menentukan pilihan mengenai akan bergabung ke negara
mana mereka selanjutnya, mengingat letak geografis Kashmir yang terletak di
perbatasan. antara India dan Pakistan Walaupun pada awalnya Kashmir memilih
untuk menjadi negara yang bebas dan merdeka (independent) namun negara India
dan Pakistan yang selalu ingin mendapatkan wilayah Kashmir yang strategis ini
pada akhirnya menimbulkan konflik yang berkepanjangan.48
Pasca konflik Kashmir pada 1947 tersebut, kemudian muncul berbagai
konflik lain yang menyebabkan baku tembak dalam memperebutkan wilayah
Kashmir. Karena kemerdekaan negara India dan Pakistan yang membelah anak
benua India ini, membuat Kashmir menjadi wilayah yang masih diperebutkan
hingga saat ini.49
Terjadinya serangkaian baku tembak yang masih terjadi sampai
hari ini adalah karena tidak adanya konsistensi dalam mempertahankan
perdamaian antara negara dan wilayah yang terlibat sehingga bentrokan sering
terjadi.
47 Monica Krisna Ayunda dan Rhoma Dwi Aria Y, M.Pd, “Konflik India dan Pakistan Mengenai
Wilayah Kashmir Beserta Dampaknya (1947-1970),” Universitas Negeri Yogyakarta, 913 [jurnal on-line];
tersedia di http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/risalah/article/download/9991/9583, diunduh pada 7
Maret 2019. 48 Afiqma, Konflik India-Pakistan dalam Persengketaan Kashmir Pasca Kemerdekaan Anak Benua
(Sub-Kontinen), 7. 49 Heri Kurniawan, “Konflik India – Pakistan Pasca Kemerdekaan (Studi Kasus Kashmir 1947 – 2012
M)”, Skripsi UIN Sunan Kalijaga (2013), 7 [jurnal on-line]; tersedia di http://digilib.uin-
suka.ac.id/8967/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf; Internet; diunduh pada 7
Maret 2019.
24
Konflik ini kemudian melahirkan isu-isu lain selain isu perbatasan wilayah,
seperti isu terorisme, pelanggaran HAM, agama dan lain sebagainya. Pada kasus
pelanggaran HAM sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1980 di wilayah Kashmir,
dimana para pasukan bersenjata dari India sudah mulai beroperasi di kawasan
Kashmir. Sejak tahun 1980 warga Kashmir juga sudah mengalami banyak sekali
kekerasan seperti penculikan, kekerasan seksual, sampai pembunuhan.50
Namun
kekerasan pelanggaran HAM tersebut belum juga berakhir sampai sekarang. Pada
Januari 2016 jumlah pelanggaran HAM di Kashmir semakin meningkat sampai
dengan April 2018.51
B. Dinamika Hubungan Politik Kashmir dengan India dan Pakistan
Pada sub bab ini akan difokuskan pada dinamika hubungan politik Kashmir
dengan negara India dan Pakistan. Konflik Kashmir masih belum terselesaikan,
hal ini karena India dan Pakistan masih bersitegang untuk merebut wilayah
Kashmir menjadi bagian dari negara mereka, mengingat Kashmir memiliki
wilayah yang sangat strategis.
Jika dilihat secara geografisnya, Kashmir merupakan wilayah yang dikenal
dengan pemandangan alamnya. Kashmir kaya akan sumber daya alamnya
sehingga Kashmir memiliki daya tarik yang besar bagi wisatawan karena terdiri
dari gunung-gunung yang diselimuti salju tinggi, lembah yang indah, sungai,
danau dan mata air yang menarik dan ladang yang selalu hijau, hutan lebat, resor
50 OHCHR (Office of the United Nation High Commissioner for Human Rights), “Report on the
Situation of Human Rights in Kashmir: Developments in the Indian State of Jammu and Kashmir from June
2016 to April 2018, and General Human Rights Concerns in Azad Jammu and Kashmir and Gilgit-Baltistan”,
4 [jurnal on-line] tersedia di
https://www.ohchr.org/Documents/Countries/IN/DevelopmentsInKashmirJune2016ToApril2018.pdf;
Internet; diunduh pada 7 Maret 2019. 51 OHCHR, Report on the Situation of Human Rights in Kashmir, 4.
25
kesehatan yang indah, dan terdapat kuil-kuil agama Hindu dan Muslim yang
terkenal menjadikan Kashmir sebagai objek wisata yang hebat. Selain itu,
Kashmir juga menghasilkan berbagai jenis produk pertanian, seperti: buah,
sayuran, kunyit, jamu, mineral, kerajinan batu mulia seperti karpet wol, syal, dan
jenis bordir terbaik pada pakaian.52
Dengan demikian, wajar saja jika sampai saat ini India dan Pakistan saling
mengerahkan kekuatan (power) mereka untuk mendapatkan wilayah Kashmir.
Seperti yang sudah sedikit disinggung pada bab 1 mengenai kasus yang terjadi di
wilayah Kashmir pada tahun 2016 – 2018 menyebabkan pasang surut hubungan
politik antara Kashmir dengan India. Konflik Kashmir pada tahun 2016 ini
tergolong memiliki aspek yang berbeda dengan konflik yang sebelumnya sudah
terjadi pada tahun 1980an. Karena konflik Kashmir saat ini dipelopori oleh
militansi muda Kashmir yang melakukan pemberontakan untuk menuntut HAM
mereka. Dengan berlalunya waktu, konflik Kashmir mengalami perubahan
karakter yang awalnya hanya mengenai sengketa wilayah kemudian meluas
menjadi kasus HAM, terorisme, isu agama dan sebagainya.
Akar konflik yang terjadi pada tahun 2016 di Kashmir yaitu ketika pasukan
keamanan India menembak mati Burhan Wani pada bulan Juni 2016. Burhan
Wani merupakan pemimpin kelompok militan dari warga Kashmir dalam
memperjuangkan HAM mereka terhadap pemerintahan India, kelompok militant
Kashmir ini bernama “Hizbul Mujahidin”.53
Perkiraan dari pemerintah India
bahwa langkah mereka untuk menembak mati Burhan Wani adalah tindakan yang
52 A. N. Raina, “Geography Jammu and Kashmir State”, koausa.org, 3 [jurnal on-line] tersedia di
https://koausa.org/geography/doc/geography.pdf; Internet; diunduh pada 19 Maret 2019. 53 OHCHR, “Report on the Situation of Human Rights in Kashmir”, Hlm. 4
26
tepat untuk membuat warga Kashir berhenti melakukan demonstrasi ternyata
salah besar karena kematian Wani ternyata bukan hanya memancing kemarahan
dari anggota Hizbul Mujahidin tetapi juga memancing kemarahan dari warga
Kashmir yang lain.54
Warga Kashmir merasa pemerintah India tidak seharusnya
meminta para penjaga keamanan India untuk menembak mati Wani, karena apa
yang sudah dilakukan oleh penjaga keamanan India tersebut merupakan tindakan
yang melanggar HAM dan juga sudah sangat melukai hati warga Kashmir.
Pasca kematian Wani tersebut, hubungan politik antara India dengan
Kashmir memiliki hubungan yang sangat buruk. Seperti pemberitaan yang dimuat
oleh media berita on line, New York Times bahwa terdapat ribuan demonstran
yang memadati jalan di beberapa kota di lembah Kashmir pada 9 Juli, hari
pertama bentrokan dengan petugas keamanan. Dan tercatat bawha kekerasan
tersebut termasuk yang terburuk di wilayah ini selama bertahun-tahun,
menyebabkan lebih dari 30 orang tewas, termasuk seorang perwira polisi, dan
ribuan lainnya terluka. Sebagian besar korban tewas adalah pengunjuk rasa yang
ditembak oleh pasukan keamanan, dan rumah sakit penuh dengan warga sipil
yang terluka.55
Para pengunjuk rasa menyerang kendaraan polisi, pos keamanan
dan properti pemerintah lainnya.56
Hubungan yang semakin memanas antara India dan Kashmir ini juga dapat dilihat
dari laporan yang ditulis oleh OHCHR juga menyatakan pernyataan yang sama
bahwa gerakan demonstrasi semakin memuncak dan bentrokan semakin sering
54 Nida Najar, “How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir”, New York Times,
15 Juni 2018. [berita on-line] tersedia di https://www.nytimes.com/2016/07/17/world/asia/how-killing-of-
prominent-separatist-set-off-turmoil-in-kashmir.html; Internet; diunduh pada 19 Maret 2019. 55Najar, “How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir”, 15 Juni 2018. 56 Najar, “How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir”, 15 Juni 2018.
27
terjadi semenjak meninggalnya Wani. Hal ini tercatat dalam laporan dari OHCHR
bahwa protes terhadap pembunuhannya (Wani dan warga Kashmir lainnya) pada
skala yang sangat besar dan belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh Lembah
Kashmir. Pasukan keamanan India menanggapi protes dengan kekerasan, yang
menyebabkan korban jiwa dan berbagai macam dugaan pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang terkait sepanjang musim panas 2016 dan ke tahun 2018.57
Seperti
yang terjadi pada 1 April 2016, terdapat sebanyak 13 militansi Kashmir, 3
tentara tewas dan puluhan lainnya terluka akibat dari terjadinya serangkaian baku
tembak ketika warga Kashmir sedang melakukan demonstrasi dan ditindak oleh
para penjanga keamanan dari India.58
Ketegangan hubungan antara India dan Pakistan pasca kematian Wani
sepertinya tidak membuat pemerintah India mempunyai itikad baik untuk
menyudahi perang yang berlangsung antara India dengan Pakistan. Pemerintah
India cenderung tidak menghiraukan para aktivis, dan para akademisi mengenai
hal-hal yang dituntut oleh warga Kashmir, selain itu pemerintah India cenderung
menyalahkan Pakistan sebagai dalang dari penyerangan yang dilakukan oleh
Kashmir terhadap India, hal ini karena Pakistan dianggap yang ikut menyumbang
persenjataan dan pelatihan terhadap para demonstran Kashmir.59
Dengan respon
dari pemerintah India yang seperti itu telah membaut warga Kashmir semakin
marah karena pemerintah India tidak benar-benar memfokuskan perhatiannya
pada ketidak adilan yang terjadi di Kashmir sehingga warga Kashmir melakukan
57 OHCHR, Report on the Situation of Human Rights in Kashmir, 6. 58 Meenakshi Ganguly, “For Peace in Kashmir, India Must Address Rights Abuses by Security
Forces”, Human Rights Watch, 6 April 2018 [berita on-line] tersedia di https://www.hrw.or
g/id/news/2018/04/06/316916; Internet; diunduh pada 19 Maret 2019. 59Ganguly, “For Peace in Kashmir, India Must Address Rights Abuses by Security Forces”.
28
kekerasan seperti melempar batu ke arah pasukan kemanan India dan pasukan
keamanan tersebut memberikan gotri dan menembaki warga Kashmir dengan
senapan.60
Hubungan antara India – Pakistan juga ikut memburuk pasca pemerintahan
India merespon dengan pernyataan tersebut. PM India Narenda Modi, juga
menyatakan hal yang serupa saat di wawancarai oleh media berita India, di depan
para pemimipin negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) dalam
pertemuan di kawasan wisata Goa.61
PM Modi menyatakan bahwa;
“Di kawasan kami, terorisme memberikan ancaman nyata terhadap
perdamaian, keamanan, dan pembangunan. Tragisnya, induk dari terorisme
itu adalah negeri tetangga India, semua modul terorisme di dunia terkait
dengan induk ini. Negara ini melindungi tak hanya teroris. Negara ini juga
berpikir bahwa terorisme dibenarkan demi keuntungan politik”.62
Walaupun Modi tidak menyebutkan bahwa negara “ibu terorisme” yang
dimaksud adalah negara Pakistan namun Modi tetap meminta kepada pemimpin
negara-negara BRICS tersebut untuk memasukkan sebuah kelompok militan
Pakistan ke dalam daftar sanksi PBB.Tetapi India tidak mendapatkan respon yang
baik dari BRICS karena Beijing memblokir permintaan India untuk memasukan
militan Pakistan kedalam daftar sanksi PBB, selain itu Presiden Tiongkok Xi
Jinping juga tidak memberikan komitmen apa pun tentang terorisme kepada Modi
dalam pertemuan bilateral keduanya.63
Jika dianalisa dari respon negara-negara
BRICS tersebut secara implisit terlihat bahwa negara-negara BRICS tidak
60Ganguly, “For Peace in Kashmir, India Must Address Rights Abuses by Security Forces”. 61 Arun Sankar, “PM India Sebut Negara Tetangganya sebagai „Ibu Terorisme‟”, kompas
internasional, 16 Oktober 2016. [berita on-line] tersedia di
https://internasional.kompas.com/read/2016/10/16/16382391/pm.india.sebut.negara.tetangganya.sebagai.ibu.t
erorisme; Internet; diunduh pada 19 Maret 2019. 62 Arun Sankar, “PM India Sebut Negara Tetangganya sebagai „Ibu Terorisme‟”, kompas
internasional, 16 Oktober 2016. 63Sankar, PM India Sebut Negara Tetangganya sebagai "Ibu Terorisme”, 16 Oktober 2016.
29
mendukung keputusan India. Sehingga, hubungan India dan Pakistan semakin
memanas karena India tidak mendapat dukungan untuk memerangi terorisme
yang dianggap India didalangi oleh Pakistan.
Dari pemaparan singkat diatas mengenai sejarah singkat konflik Kashmir,
geografi wilayah Kashmir sampai dengan dinamika hubungan politik Kashmir
dengan negara-negara besar yang mengelilinginya, dapat ditarik benang merahnya
bahwa Kashmir yang merupakan wilayah strategis yang memiliki banyak konflik
karena negara-negara besar seperti India, Pakistan dan Tiongkok masih
mengontrol negara Kashmir untuk melindungi kepentingan mereka masing-
masing. Dengan adanya kontrol dari tiga negara tersebut, Kashmir menjadi
wilayah yang rawan dengan berbagai macam konflik karena terdapat banyak
gesekan konflik yang timbul. Namun konflik yang ada di Kashmir tidak bisa
dibiarkan terus menerus, mengigat laporan yang ditulis oleh OHCHR mengenai
peningkatan jumlah korban jiwa di Kashmir akibat adanya perang yang terus
memanas antara Kashmir dengan India dan Pakistan.
Dalam menyelesaikan konflik Kashmir dibutuhkan pihak mediator untuk
memediasi konflik ini agar dapat terselesaikan segera dengan cara yang baik. Pada
tahun 2017 lalu, Amerika Serikat melalui Duta Besar AS untuk Nikki Haley
menawarkan dirinya untuk memediasi konflik Kashmir, namun nyatanya tawaran
tersebut ditolak oleh pihak India. India secara konsisten mengesampingkan
mediasi pihak ketiga, juru bicara kementerian ursuan luar negeri India, Gopal
Baglay mengutuk Haley karena mengisyaratkan bahwa AS siap untuk menengahi
konflik Kashmir. Dia meminta komunitas internasional untuk membujuk Pakistan
30
saja agar menghentikan serangan teroris lintas perbatasan, dibandingkan ingin
menjadi mediator dalam konflik Kashmir ini.64
Kemudian di sisi lain, Pakistan menerima adanya mediasi tersebut dan
mendukung tawaran AS untuk menjadi mediator antara India – Pakistan dalam
menyelesaikan konflik Kashmir tersebut. Fenomena penolakan India kepada AS
ini menjadi menarik untuk diteliti mengingat India pada dasarnya memiliki
hubungan yang cukup dekat dengan AS, sehingga dalam bab selanjutnya akan
membahas mengenai dinamika hubungan bilateral antara India dengan Amerika
Serikat.
64 Live mint, “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it,” 5 April 2017 [berita on-line]
tersedia di https://www.livemint.com/Politics/1fQbPwhZQXV1sArP3xRjJK/Pakistan-welcomes-US-
mediation-after-India-rejects-it.html; diunduh pada 19 Maret 2019.
31
BAB III
Dinamika Hubungan Bilateral India – Amerika Serikat
Pada bab III ini akan membahas tentang dinamika hubungan bilateral yang
terjalin antara negara India dengan Amerika Serikat (AS). Seperti yang sempat
disinggung pada latar belakang masalah dalam pendahuluan di bab I bahwa pada
dasarnya India – AS memiliki hubungan kerja sama bilateral dalam berbagai
bidang, sehingga dalam bab ini akan memaparkan kerja sama dalam bidang-
bidang tersebut yang akan dibagi menjadi 4 sub bab bahasan.
Pada sub bab pertama membahas tentang hubungan kerja sama India – AS
dalam bidang perdagangan barang. Kemudian sub bab kedua yaitu tantangan kerja
sama dalam bidang perdagangan barang antara India – AS. Selanjutnya, pada sub
bab ketiga adalah bahasan kerja sama nuklir sipil yang akan memaparkan
mengenai hubungan bilateral India – AS dalam perdagangan senjata dan
pengembangan senjata nuklir. Kemudian sub bab keempat adalah kerja sama
keamanan dan pertahanan yang akan menjelaskan bagaimana India – AS dalam
menjalin hubungan di bidang keamanan.
A. Kerja Sama dalam Bidang Perdagangan Barang
Secara historis, India – AS memiliki hubungan bilateral yang baik dalam
bidang perdagangan barang. Sejak tahun 2005, AS sudah mendukung kebijakan
reformasi ekonomi India yang berkelanjutan. Pada tahun 2005, India – AS
mengadakan suatu Forum Kebijakan Perdagangan (Trade Policy Forum) dalam
rangka memperluas kegiatan ekonomi bilateral dan menyediakan tempat untuk
32
membahas perdagangan multilateral.65
Nyatanya dengan dibentuknya Forum
Kebijakan Perdagangan tersebut membuat hubungan perdagangan barang antara
India – AS dapat terjalin dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari tabel
perdagangan barang AS dengan India pada tahun 2016, berikut:
Tabel III.A.1: Perdagangan Barang AS dengan India 2016.66
Month Exports Imports Balance
January 2016 1,485.8 3,693.1 -2,207.3
February 2016 1,526.3 3,660.3 -2,134.1
March 2016 1,834.5 3,996.9 -2,162.3
April 2016 1,772.7 3,677.8 -1,905.1
May 2016 1,586.1 4,124.8 -2,538.7
June 2016 1,740.6 3,536.3 -1,795.7
July 2016 1,631.6 3,803.8 -2,172.2
August 2016 1,889.8 3,906.7 -2,016.9
September 2016 1,888.0 4,103.1 -2,215.1
October 2016 2,128.5 4,542.1 -2,413.6
November 2016 2,061.0 3,541.8 -1,480.7
December 2016 2,090.8 3,441.1 -1,350.3
TOTAL 2016 21,635.7 46,027.8 -24,392.1
65 K. Alan Kronstadt, Paul K. Kerr, Michael F. Martin dan Bruce Vaughn, India: Domestic Issues,
Strategic Dynamics and U.S. Relations, [buku on-line] Congressional Research Service (1 September 2011),
74; tersedia di https://www.hsdl.org/?view&did=719130; Internet; diunduh pada 3 April 2019. 66 CATATAN: Semua angka dalam jutaan dolar AS secara nominal, tidak disesuaikan
secara musiman kecuali ditentukan lain. Detail mungkin tidak sama dengan total karena
pembulatan. Tabel hanya mencerminkan bulan-bulan di mana ada perdagangan. United States
Census Bureau, “2016: U.S Trade in Goods with India” [database on-line] tersedia di
https://www.census.gov/foreign-trade/balance/c5330.html; Internet; diunduh pada 3 April 2019.
33
Jika dilihat dari data perdagangan barang antara India – AS pada tabel di
atas, maka dapat terlihat bagaimana hubungan perdagangan barang antara India –
AS dapat terjalin dengan baik, di mana AS mengekspor barang ke India pada
tahun 2016 dengan jumlah USD $21,635.7 M dan impor dari India berjumlah
USD $46,027.8 M, dengan defisit perdagangan bilateral sebesar USD $24,392.1
M dengan total perdagangan USD $70,419.9 M. Semenjak tahun 2010 India
menjadi mitra dagang tersbesar ke 12 untuk AS,67
dan pada akhir tahun 2016
India naik ke posisi 9 sebagai mitra dagang terbesar AS.68
Kemudian, jika dilihat dari data kerja sama perdagangan barang India – AS
pada tahun 2017, hubungan perdagangan antara India – AS mengalami
pergerakan yang fluktuatif di mana dalam data tersebut India selalu mendapat
keuntungan dari surplus impor dan ekspor dengan AS, hal ini dapat dilihat dari
tabel perdagangan barang, berikut:69
Tabel III.A.2: Perdagangan Barang AS dengan India 2017
Month Exports Imports Balance
January 2017 1,666.3 3,789.7 -2,123.4
February 2017 1,933.4 3,470.5 -1,537.1
March 2017 2,110.1 4,143.6 -2,033.5
April 2017 1,991.9 3,762.1 -1,770.2
May 2017 2,061.7 4,499.2 -2,437.5
67 Kronstadt, India: Domestic Issues, Strategic Dynamics and U.S. Relations, 74. 68 United States Census Bureau, “TOP Trading Partner US in 2016” [database on-line] tersedia di
https://www.census.gov/foreign-trade/statistics/highlights/top/top1612yr.html; Internet; diunduh pada 3 April
2019. 69 CATATAN: Semua angka dalam jutaan dolar AS secara nominal, tidak disesuaikan
secara musiman kecuali ditentukan lain. Detail mungkin tidak sama dengan total karena
pembulatan. Tabel hanya mencerminkan bulan-bulan di mana ada perdagangan.United States Census
Bureau, “2017: U.S Trade in Goods with India” [database on-line]; Internet; diunduh pada 3 April 2019.
34
June 2017 2,338.6 4,017.5 -1,678.9
July 2017 2,186.6 4,196.6 -2,010.0
August 2017 2,512.2 4,214.8 -1,702.5
September 2017 2,293.0 4,347.2 -2,054.3
October 2017 2,188.9 4,551.9 -2,363.1
November 2017 2,036.3 4,007.5 -1,971.1
December 2017 2,369.9 3,602.5 -1,232.6
TOTAL 2017 25,688.9 48,602.9 -22,914.1
Dari tabel data perdagangan barang di atas, maka lintas perdagangan (cross-
trade) yang terjalin antara India – AS memperlihatkan bahwa India bisa
mendapatkan banyak keuntungan dalam menjalin hubungan perdagangan barang
ini. Dan dengan berjalannya hubungan tersebut dengan baik, juga memberikan
dampak yang sangat baik bagi perindustrian kedua negara tersebut. Salah satu
contohnya adalah India mempunyai peran sebagai pemasok global utama permata
dan batu mulia, dan AS yang merupakan mitra dagang terbesarnya memiliki peran
sebagai pemasok utama perhiasan yang sudah jadi.70
Hubungan timbal-balik
(interrelationship) tersebut secara implisit menggambarkan bagaimana India – AS
bisa menjalankan hubungan perdagangan barang ini dengan sangat baik, sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam menjalin hubungan perdagangan barang, baik
India maupun AS sama-sama mendapat posisi yang saling menguntungkan satu
sama lain.
70 Kronstadt, India: Domestic Issues, Strategic Dynamics and U.S. Relations, hal 74.
35
B. Tantangan Kerja Sama dalam Bidang Perdagangan Barang
Pada sub bab pertama telah dibahas mengenai kerja sama yang terjalin
antara India – AS dalam bidang perdagangan barang, terlihat bagaimana India –
AS dapat menjalin hubungan kerja sama dalam bidang tersebut dengan sangat
baik. Hal ini terbukti dari data yang telah disajikan dalam sub bab pertama.
Namun ternyata dibalik hubungan mereka yang terjalin dengan baik, India – AS
mempunyai beberapa isu lain selama menjalani hubungan kerja sama dalam
bidang perdagangan barang, dan isu tersebut akan dibahas dalam sub bab ini.
Pada tahun 2016, India dianggap tidak memiliki partisipasi dalam beberapa
hal yang menjadi fokus dalam kebijakan AS selama pemerintahan Obama di
antaranya adalah Perjanjian Perdagangan Mega-Regional (Trans-Pacific
Partnership), negosiasi Transatlantik Perdagangan dan Investasi Kemitraan
(Translantic Trade Investment Partnership) dan negosiasi Perjanjian
Perdangangan Jasa (Trade in Services Agreement), jika India tetap mengabaikan
hal tersebut maka akan berdampak buruk pada integritas hubungan perdagangan
India – AS kedepannya.71
Kemudian, AS juga memiliki tantangan tersendiri yaitu dalam mengakses
pasar India yang masih bersifat selektif, seperti perihal perlindungan hak
kekayaan Intelektual India, dan India cenderung menggunakan cara-cara
“tradisional” mereka sendiri atau dalam kata lain kurang terbukanya India dalam
melakukan negosiasi perdagangan dan hal ini membuat India dianggap kurang
kooperatif untuk melakukan kerja sama dengan negara-negara lain. Kemudian, hal
71 Joshua P. Meltzer, “(Report) India – US: Economic and Trade Relations,” Brookings.edu, 4 Juni
2016 [jurnal on-line] tersedia di https://www.brookings.edu/research/india-u-s-economic-and-trade-relations/;
Internet; diunduh pada 3 April 2019.
36
tersebut mengakibatkan pemerintahan AS, dan konstituen bisnis lain menjadi
kurang tertarik untuk melanjutkan kerja sama dengan India dan menjadi ragu
untuk memasukkan India dalam negosiasi perdagangan Mega-Regional Baru, hal
ini karena India dianggap tidak akan dapat memenuhi standar tinggi yang dicari
dalam perjanjian ini.72
Selanjutnya, pada masa pemerintahan Trump di tahun 2017 juga masih
terdapat gesekan antara India – AS yaitu pada aspek neraca perdagangan. Trump
yang menjadikan neraca perdagangan bilateral sebagai patokan indikator
kesehatan hubungan perdagangan, menyatakan bahwa terdapat masalah pada
defisit perdagangan India – AS di mana, Trump menyatakan bahwa terdapat
defisit USD $27 M dalam perdagangan barang dan jasa pada tahun 2017, dan
Trump telah mengkritik India yang dianggap melakukan praktik perdagangan
"tidak adil".73
Kemudian, permasalahan lain muncul saat pemerintahan Trump
memberlakukan kebijakan-kebijakan baru dalam perdagangan bebas yang
dianggap memberatkan negara lain yang memiliki hubungan perdagangan dengan
AS. Namun, India tidak menanggapi kebijakan Trump secara agresif sebagaimana
Tiongkok yang langsung memberikan respon agresif dengan memberikan tarif
khusus bagi barang-barang dari AS yang ingin masuk ke Tiongkok.74
72 Meltzer, “(Report) India – US: Economic and Trade Relations”, Brookings.edu, 4 Juni 2016. 73 Shayerah Ilias Akhtar dan K. Alan Kronstadt, “U.S.-India Trade Relations”, Congressional
Research Service, 24 Oktober 2018 [artikel on-line] tersedia di https://fas.org/sgp/crs/row/IF10384.pdf;
Internet; diunduh pada 2 April 2019. 74 Aprillia Ika, “Balas Perang Dagang AS, China Juga Kenakan Tarif Impor ke Produk AS”,
Kompas.com, 23 Maret 2018 [berita on-line] tersedia di
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/23/131955126/balas-perang-dagang-as-china-juga-kenakan-tarif-
impor-ke-produk-as; Internet; diunduh pada 3 April 2019.
37
India memiliki anggapan bahwa dalam menanggapi kebijakan agresif dari
Trump, akan lebih baik jika India mengadopsi taktik dari Meksiko dan Kanada
yaitu melalui negosiasi atau perundingan (soft diplomacy) mereka dengan cara
melakukan negosiasi ulang perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara.75
India
lebih mengutamakan soft diplomacy untuk mempertahankan pertumbuhan tingkat
perdagangan barang dengan AS, karena India mempunyai kepentingan dan
kebutuhan lain yang bisa India dapat dari hubungan kerja sama dengan AS.76
Baik dari pihak India maupun AS memiliki tantangannya masing-masing
dalam bidang perdangan barang ini, namun dari masing-masing pihak
memberikan kebijakan yang tepat dalam menangani kasus ini. Dengan adanya
beberapa tantangan dalam bidang perdagangan barang antara India – AS ternyata
tidak menghalangi hubungan kerja sama perdagangan barang mereka. Seperti
yang pernah dikatakan oleh Trump bahwa India merupakan “a true friend” bagi
AS, pernyataan dari Trump tersebut secara implisit menjelaskan bahwa hubungan
bilateral perdagangan barang antara India – AS mempunyai hubungan yang saling
terikat satu sama lain.77
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa bagaimanapun kebijakan
perdagangan AS yang sekiranya akan merugikan India, India akan lebih
mengutamakan pendekatan melalui soft diplomacy terhadap AS, begitu juga
75Frank F. Islam, “US-India trade relations: India should keep cool, keep calm, and carry on”,
Hindustan Times, 2 November 2018 [berita on-line] tersedia di https://www.hindustantimes.com/analysis/us-
india-trade-relations-india-should-keep-cool-keep-calm-and-carry-on/story-
qnd8dZe54NOgNqTBXqqc2H.html; Internet; diunduh pada 3 April 2019. 76Frank F. Islam, “US-India trade relations: India should keep cool, keep calm, and carry on”,
Hindustan Times, 2 November 2018. 77 Economic Times India, “Donald Trump calls India a true friend: US Official”, 14 Desember 2018
[berita on-line] tersedia di https://economictimes.indiatimes.com/news/politics-and-nation/donald-trump-
calls-india-a-true-friend-us-official/articleshow/67088476.cms; Internet; diunduh pada 3 April 2019.
38
dengan AS terhadap India. Mengingat India sebagian besar bekerja di belakang
layar dengan para pejabat AS. Sehingga dari isu-isu tersebut tidak memberikan
dampak yang buruk pada pertumbuhan perdagangan bilateral India – AS.
C. Kerja Sama dalam Bidang Nuklir Sipil
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai hubungan bilateral India – AS
dalam bidang persenjataan nuklir. India yang pada dasarnya adalah negara yang
tidak ikut menandatangani Non-Proliferation Treaty (NPT) membuat India
merasa bahwa India perlu untuk mengembangkan nuklirnya agar mendapatkan
kemampuan pengembangan senjata demi keamanan Negara India sendiri dan juga
mengembangkan nuklir untuk mencukupi kebutuhan negaranya, hal ini dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari pengembangan nuklir yang dilakukan oleh India
adalah untuk bertahan (defensive) bukan untuk menyerang (offensive).
Pada dasarnya, AS memberikan perlakuan yang berbeda terhadap India
dengan Iran. Iran merupakan negara yang ikut menandatangani NPT namun AS
justru melakukan pengecaman terhadap Iran terkait semua hal yang bersangkutan
dengan senjata nuklir, padahal Iran sudah terikat dengan peraturan-peraturan yang
ada di NPT. Hal ini berbanding terbalik dengan perlakuan AS terhadap India.
India yang tidak ikut menandatangani NPT justru mendapatkan kelonggaran dari
AS dalam mengembangkan senjata nuklirnya dan AS cenderung melakukan kerja
sama dengan India dalam perdagangan senjata. Penyebab tindakan tersebut adalah
karena AS menganggap Iran sebagai ancaman bagi kepentingan nasional
(national interest) AS, hal ini karena pada dasarnya AS – Iran memiliki
kesensitifan dalam hal “terorisme” AS menganggap Iran lebih memiliki potensi
39
yang besar untuk melawan kebijakan-kebijakan AS dibandingkan dengan India.
Sehingga AS yang merasa takut atau tidak aman (insecure) akan Iran, cenderung
menyikapi Iran dengan cara hard diplomacy.78
Sedangkan, AS dalam menyikapi India lebih dengan menggunakan soft
diplomacy di mana, AS merasa bahwa India dapat digunakan oleh AS untuk
menancapkan hegemoninya di kasawasan Asia Selatan.79
Kepentingan AS di
kawasan Asia Selatan ini sudah terlihat sejak tahun 2008, AS memberikan
keleluasaan pada India untuk mengembangkan persenjataan nuklirnya pasca India
mendapatkan sanksi dari AS pada tahun 1998 karena telah melakukan uji coba
senjata nuklir yang dikenal dengan Operasi Shakti80
tanpa diketahui oleh intelijen
dari AS pada saat itu. Karena, peristiwa tersebut akhirnya AS memberikan
batasan pada India untuk mengakses bahan nuklir dan teknologi, sebagaimana
tertera dalam sanksi tindakan proliferasi nuklir pada tahun 1994 (the 1994 nuclear
proliferation act).81
Kemudian, saat Bush memiliki keinginan untuk memperbaiki hubungan
bilateral dengan India, pada tahun 2001 Bush mencabut sanksi the 1994 nuclear
proliferation act terhadap India.82
Kemudian pada tahun 2005, Parlemen India
melegalkan proliferasi teknologi nuklir. Selanjutnya, pada tahun 2005 India – AS
78 Rina Septiana, “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap India – Iran Mengenai Program
Nuklir Pada Masa Periode Kedua George W. Bush (2005 - 2009)”, Skripsi Universitas Airlangga (September
2016), 15 [jurnal on-line] tersedia di http://repository.unair.ac.id/16949/; Internet; diunduh pada 12 April
2019. 79 Septiana, “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap India – Iran..”, 15. 80 Okezone, “Operasi Shakti”, yakni Shakti 1 (11 Mei 1998) hingga Shakti 5 (13 Mei 1998), karena
diprovokasi oleh peluncuran rudal-percobaan Ghauri oleh Pakistan tgl 6 April 1998. [berita on-line] tersedia
di http://suar.okezone.com/read/2011/01/26/58/418016/siasat; Internet; diunduh pada 12 April 2019. 81 Nuclearfiles, “Amerika memberikan sanksi terhadap india”, [artikel on-line] tersedia di
http://www.nuclearfiles.org/menu/keyissues/nuclear; Internet; diunduh pada 12 April 2019. 82 The Encyclopedia of Earth,“Nuclear PoliferationAct”, tersedia di
http://www.eoearth.org/article/Nuclear_Proliferation_Prevention_Act_of_1994,_United_States; Internet;
diunduh pada 12 April 2019.
40
membuat pernyataan bersama yang menegaskan bahwa AS sebagai negara yang
mengemban tanggung jawab dalam teknologi nuklir menyatakan India juga harus
mendapatkan keuntungan dan manfaat yang sama seperti negara lain dalam upaya
mencapai kerja sama energi nuklir.83
Setelah pernyataan di atas, pada tahun 2006, AS menandatangani perjanjian
dengan India yang memungkinkan terjalinnya hubungan perdagangan senjata
nuklir antara India –AS. Kemudian, pada Juli 2007 perjanjian kerja sama nuklir
India – AS telah disepakati dan dengan ini maka membuka jalan bagi
perdagangan nuklir India – AS. Selanjutnya pada tahun 2008, kesepakatan kerja
sama nuklir India – AS diratifikasi oleh kongres AS dan dimasukkan dalam
undang-undang AS, sebagai kesepakatan kerja sama pemanfaatan energi nuklir
AS – India.84
Hubungan perdagangan senjata nuklir antara India – AS ini mendapat
kecaman dari banyak pihak di mana warga sayap kiri India merasa bahwa dengan
adanya perjanjian perdagangan senjata nuklir ini, maka AS akan dapat
menancapkan hegemoninya di India dan kemudian AS dapat melakukan
intervensi terhadap politik India. Selain pihak internal dari India yang mengecam
perjanjian ini, sebagian pihak AS maupun negara lain juga mengecam perjanjian
ini karena India bukan merupakan negara yang menandatangani NPT, itu berarti
83 Kronstadt, India: Domestic Issues, Strategic Dynamics and U.S. Relations, 80. 84 “Kongres AS meloloskan undang – undang perdagangan nuklir india” [artikel on-line] tersedia di
http://www.world-nuclear.org/info/Safety-and-Security/Non-Proliferation/Safeguards-to-PreventNuclear-
Proliferation/; Internet; diunduh pada 12 April 2019.
41
dengan perjanjian ini maka India dapat mengembangkan senjata nuklirnya tanpa
ada peraturan NPT yang mengikatnya.85
Namun, India – AS dalam hubungan bilateralnya juga sempat mengalami
beberapa ketegangan. Salah satunya adalah pada tahun 2018, India telah membeli
5 sistem pencegat rudal S-400 Triumf produksi Rusia dan hal ini mendapat
kecaman dari AS yaitu Trump memberikan sanksi terhadap Rusia sebesar USD
$6M atas perdagangan senjata antara India dan Rusia.86
Dengan terjalinnya
perdagangan tersebut membuat pemerintahan Trump juga harus memberikan
tindakan yang tegas pada India, dimana Trump harus memilih antara memberikan
kesempatan atau memberikan sanksi kepada India.87
Walaupun India sempat mengabaikan arahan dari AS untuk tidak membeli
pencegat rudal S-400 buatan Rusia. Namun pada akhirnya AS memilih
menggunakan soft diplomacy untuk menjaga hubungan baik dengan India dan
kembali membuat kerja sama dengan India pada 6 September 2018, yaitu saat
Menteri Pertahanan India Nirmala Sitharaman dengan Menteri Pertahanan AS
James Mattis, membuat kesepakatan untuk melangsungkan pelatihan gabungan
militer India – AS di daerah pantai timur India pada tahun 2019.88
Pertemuan ini
85 “India energised by nuclear pacts” [artikel onlie] tersedia di
http://afp.google.com/article/ALeqM5geN2RWjoN4oJhPibc7rhkyxMXfzg; Internet; diunduh pada 12 April
2019. 86 Maria Abi Habib, “India is Close to Buying a Russian Missile System, Despite U.S. Sanctions,”
New York Times [berita on-line] tersedia di https://www.nytimes.com/2018/04/05/world/asia/india-russia-s-
400-missiles.html; Internet; diunduh pada 12 April 2019. 87 Maria Abi Habib, “India is Close to Buying a Russian Missile System Despite U.S. Sanctions”,
New York Times. 88 Mukhlison S Widodo, “Kerjasama Militer India – AS, Upaya Menutup Ekspor Minyak Iran”,
gatra.com, 7 September 2018 [berita on-line] tersedia di https://www.gatra.com/rubrik/internasional/asia-
oseania/343212-Kerjasama-Militer-Amerika-India-Upaya-Menutup-Ekspor-Minyak-Iran-; Internet; diunduh
pada 12 April 2019.
42
dinamakan ”2+2 Dialogue”89,
perjanjian ini membicarakan mengenai salah satu
dari ketiga perjanjian pertahanan dasar India – AS yaitu COMCASA di mana
perjanjian ini memberikan sarana untuk bertukar informasi mengenai isu militer
yang sensitif secara cepat dan aman. Selain itu dengan COMCASA, mampu
mempererat hubungan poitik luar negeri antara India – AS. Karena AS berjanji
untuk memperketat dalam menjaga keamanan India dan AS, hal ini sebagai
bentuk komitmen AS dalam isu kontra terorisme seperti yang sudah dinyatakan
oleh AS sebelumnya.90
Jika ditarik kesimpulan dari penjelasan di atas mengenai hubungan bilateral
perdagangan senjata nuklir yang terjalin antara India – AS menggambarkan
bahwa AS menawarkan posisi yang cukup menguntungkan untuk India. Hal ini
dapat dilihat dari bagaimana AS yang mengizinkan India mengakses senjata dan
mengembangkan persenjataan nuklirnya walaupun India tidak menandatangani
perjanjian NPT. Jika dilihat dari fenomena ini, AS melakukan hal tersebut
terhadap India dengan latar belakang karena India merupakan salah satu negara di
kawasan Asia Selatan yang memiliki senjata nuklir memadai. Selain itu,
walaupun India cenderung mengabaikan perintah AS namun pada akhirnya, AS
lebih mengutamakan menggunakan soft diplomacy dalam menyikapi masalah-
masalah yang ada demi menjaga hubungan baik dengan India.
89 The EconomicTimes, “Seven Reasons Why COMCASA Important to India?” 7 September 2018
[berita on-line] tersedia di https://economictimes.indiatimes.com/news/defence/seven-reasons-why-comcasa-
is-so-important-for-india/articleshow/65707682.cms; Internet; diunduh pada 12 April 2019. 90 GK Today,“COMCASA: US experts to discuss key military agreement with India”, 18 Juni 2018
[berita on-line] tersedia di currentaffairs.gktoday.in/comcasa-experts-discuss-key-military-agreement-india-
06201856234.html; Internet; diunduh pada 12 April 2019.
43
D. Kerja Sama dalam Bidang Keamanan dan Pertahanan
Dalam bidang keamanan dan pertahanan, India – AS memiliki salah satu
perjanjian dalam bidang militer yaitu Logistics Exchange Memorandum
of Agreement atau yang biasa disebut LEMOA.91
LEMOA merupakan kerja sama
militer yang dibentuk berdasarkan sebuah perjanjian antara India – AS. Selain
LEMOA terdapat dua perjanjian lain yang telah dibentuk yaitu Communications
Compatibility and Security Agreement (COMCASA)92
dan Basic Exchange and
Cooperation Agreement for Geo-spatial Cooperation (BECA) yang memiliki
tujuan untuk memfasilitasi pertukaran informasi geospasial antara India dan AS
untuk keperluan militer dan sipil.93
Tujuan dari dibentuknya tiga perjanjian
tersebut adalah agar hubungan politik luar negeri antara India – AS dapat terjalin
dengan baik karena India – AS menjalin kerja sama dalam bidang keamanan, dan
juga dengan terjalinnya hubungan yang baik tersebut maka akan diperoleh
kemudahan dalam mencapai tujuan dari kerja sama ini yaitu untuk membuat AS
memiliki kerja sama dalam bidang teknologi yang canggih di sektor pertahanan
dengan negara lain.94
Sehingga perjanjian ini biasa disebut dengan perjanjian
dasar pertahanan (foundational defence agreements).95
Seperti yang sudah dibahas dalam sub bab kerja sama dalam bidang nuklir
sipil bahwa pada 6 September 2018, selain ditandatanganinya perjanjian
91 Dinakar Peri, “What is LEMOA?”, The Hindu News, 18 Oktober 2016 [berita on-line] tersedia di
https://www.thehindu.com/news/national/What-is-LEMOA/article15604647.ece; Internet; diunduh pada 18
April 2019. 92 GK Today,“COMCASA: US experts to discuss key military agreement with India”, 18 Juni 2018. 93 Manjeet Sehgal, “India – US Likely to Sign Agreements on Information Security, Geospatial
Cooperation”, India Today, 28 Agustus 2018 [berita on-line] tersedia di
https://www.indiatoday.in/india/story/india-us-likely-to-sign-agreements-on-information-security-geospatial-
cooperation-1325585-2018-08-28; Internet; diunduh pada 18 April 2019. 94 GK Today,“COMCASA: US experts to discuss key military agreement with India”, 18 Juni 2018. 95 Peri, “What is LEMOA?”, The Hindu News, 18 Oktober 2016.
44
COMCASA, India – AS dalam “2+2 Dialogue” menghasilkan perjanjian lain, di
antaranya adalah:96
“Kerja sama yang maju antara Unit Inovasi Pertahanan AS dan
Organisasi Inovasi Pertahanan India. Tetapkan hotline antara Sekretaris
Negara AS dan Menteri Luar Negeri India dan antara Menteri Pertahanan
AS dan Menteri Pertahanan India. Posisikan atase angkatan laut India
dengan Komando Pusat AS di Bahrain, dan mengadakan latihan militer
tri-layanan bilateral baru pada tahun 2019.”
Jika dilihat dari kepentingan yang terdapat di dalam perjanjian yang telah
dibentuk dan disepakti oleh India – AS maka tergambar jelas bagaimana
hubungan India – AS ini terjalin dengan baik. Bagi India, dengan adanya
perjanjian ini India dapat mempertahankan eksistensinya di Asia khususnya Asia
Selatan, karena perjanjian ini memiliki andil yang cukup penting dalam strategi
India melawan Tiongkok,97
sudah bukan rahasia lagi jika Tiongkok juga ingin
menancapkan hegemoninya di kawasan Asia Selatan. Selanjutnya, PM Pertahanan
India dalam siaran persnya juga pernah mengatakan bahwa "2 + 2 Diologue akan
membahas berbagai masalah bilateral, regional dan global yang menjadi perhatian
bersama, dengan tujuan untuk memperkuat hubungan strategis dan keamanan
antara kedua negara".98
Pernyataan tersebut secara implisit memperlihatkan
bahwa India – AS ingin menjalin hubungan kerja sama dalam bidang keamanan
dan pertahanan ini dengan serius.
Dengan demikian, penjelasan mengenai dinamika hubungan bilateral yang
terjalin antara India – AS telah dijabarkan dalam bab ini. Selain memaparkan
mengenai bagaimana hubungan kerja sama dalam berbagai bidang diatas dapat
96 Jeff Smith, “COMCASA: Another Step Forward for the United States and India”, The Diplomat, 11
September 2018 [berita on-line] tersedia di https://thediplomat.com/2018/09/comcasa-another-step-forward-
for-the-united-states-and-india/; Internet; diunduh pada 18 April 2019. 97 The EconomicTimes, “Seven Reasons Why COMCASA Important to India?” 7 September 2018. 98 Manjeet Sehgal, “India – US Likely to Sign Agreements on Information Security, Geospatial
Cooperation”, India Today, 28 Agustus 2018.
45
terjalin, dijelaskan juga latar belakang dari terjalinnya hubungan kerja sama antara
India – AS. Selain itu juga sudah dijelaskan beberapa tantangan yang muncul dan
sempat membuat tegang hubungan bilateral India – AS beserta bagaimana India –
AS menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Sehingga kesimpulan dalam bab ini adalah, India – AS menjalin kerja sama
dalam beberapa bidang di atas dengan tujuan untuk mengembangkan aspek
ekonomi dan pertahanan mereka masing-masing. Interrelationship yang terjalin
antara India – AS dapat dikatakan sebuah hubungan yang bersifat simbiosis
mutualisme, di mana kedua pihak sama-sama mendapat keuntungan. Sehingga
ketika ada masalah lain yang mengganggu jalannya kerja sama tersebut, baik dari
pihak India maupun AS cenderung menggunakan soft diplomacy dibandingkan
menggunakan cara-cara yang agresif.
Hal ini menandakan bahwa India – AS walaupun sering mengalami
ketegangan dalam menjalani kerja sama yang telah disepakati namun India – AS
memiliki sifat ketergantungan antara satu dengan yang lainnya sehingga keduanya
cenderung untuk menjaga hubungan baik tersebut. Kemudian, berangkat dari
informasi di atas mengenai hubungan kerja sama mereka yang dapat berjalan
dengan baik maka pertanyaan selanjutnya muncul yaitu ketika India menolak AS
sebagai mediator konflik Kashmir pada tahun 2017. Maka, dalam bab selanjutnya
akan membahas mengenai faktor apa saja yang akhirnya membuat India menolak
tawaran AS untuk menjadi mediator konflik Kashmir sedangkan Pakistan
menerima tawaran AS tersebut.
46
BAB IV
Analisis Faktor Penolakan India Terhadap AS Sebagai
Mediator Konflik Kashmir Tahun 2017
Pada BAB IV ini akan memaparkan mengenai faktor-faktor yang
mendorong keputusan India untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir
pada tahun 2017. Beberapa faktor tersebut akan dibagi menjadi dua sub bab
bahasan yang pertama yaitu sub bab mengenai faktor politik domestik India dalam
sub-bab ini akan dibagi lagi menjadi beberapa poin yakni perspektif pemimpin,
partai yang sedang berkuasa, konsensus politik India, dan kepentingan nasional
India. Kemudian dalam sub bab kedua akan membahas mengenai faktor dinamika
hubungan luar negeri antara India dengan AS dan Pakistan, di mana dalam
menganalisa sub bab ini akan dibagi lagi menjadi beberapa poin bahasan yaitu
upaya Pakistan dalam konflik Kashmir, hubungan bilateral AS – Pakistan, dan
politik luar negeri AS di bawah Rezim Trump.
A. Faktor Politik Domestik
1. Perspektif Pemimpin
Pada tahun 2014, kandidat Perdana Menteri India Narendra Modi dari partai
BJP (Bharatiya Janata Party) berhasil memenangkan pemilihan umum di India
mengalahkan partai Kongres yang sudah berkuasa di India selama 10 tahun.99
Modi mulai bergabung dengan BJP sejak tahun 1985 dan pada tahun 1991 Modi
mendapat kepercayaan untuk menjadi Dewan Eksekutif Nasional BJP, sejak itu
99 Ericssen, “BJP Menang Telak di Pemilu India”, Kompas Internasional, 16 April 2014 [berita on-
line] tersedia di
https://internasional.kompas.com/read/2014/05/16/1955131/BJP.Menang.Telak.di.Pemilu.India; Internet;
diunduh pada 23 April 2019.
47
karir politik Modi semakin meroket sampai akhirnya pada tahun 2001 Modi
dipercaya menjabat sebagai Menteri Besar Gujarat selama 13 tahun.100
Selama
Modi menjabat sebagai Menteri Besar Gujarat, Modi berhasil membuat ekonomi
Gujarat naik pesat, hal ini yang menjadikan rakyat India kemudian memilih Modi
sebagai PM India yang baru.101
Dalam kampanye pemilihan umum tahun 2014,
PM Modi menjanjikan kepada rakyat India bahwa dalam masa kepemimpinannya
PM Modi akan memperbaiki perekonomian India yang sedang menurun, dan PM
Modi berhasil menepati janji tersebut. Selama kepemimpinan PM Modi mampu
membawa perekonomian India naik sebanyak 7 persen, hal ini membuat PM
Modi mendapat banyak pujian dalam menerapkan kebijakan ekonominya.102
Selain kebijakan ekonominya yang mampu membuat ekonomi India naik
pesat, kebijakan PM Modi pada wilayah Kashmir juga menuai berbagai macam
respon dari para pemimpin politik Kashmir dan penduduk muslim di wilayah
Kashmir, kebijakan PM Modi tersebut adalah untuk menghapus pasal 35 A
konstitusi India.103
Isi dari pasal 35 A Konstitusi India adalah "Saving of laws with
respect to permanent residents and their rights” yang ditujukan kepada warga
Kashmir,104
pasal ini memuat poin-poin mengenai perlindungan dan hak-hak
100 Riva Dessthania Suastha, “Narendra Modi Mantan Penjual Teh di Stasiun Kini PM India”, CNN
Indonesia, 30 Mei 2018 [berita on-line] tersedia di
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180530065631-106-302121/narendra-modi-mantan-penjual-
teh-di-stasiun-kini-pm-india; Internet; diunduh pada 23 April 2019. 101 Ericssen, “BJP Menang Telak di Pemilu India”, Kompas Internasional, 16 April 2014. 102 Ervan Hardoko, “900 Juta Orang, Pemilu India Jadi yang Terbesar di Dunia”, Kompas
Internasional, 9 April 2019 [berita on-line] tersedia di
https://internasional.kompas.com/read/2019/04/09/17014421/diikuti-900-juta-orang-pemilu-india-jadi-yang-
terbesar-di-dunia?page=all; Internet; diunduh pada 23 April 2019. 103 Kamran Dikarma, “Narendra Modi Ingin Hapus Status Kashmir”, Republika.co.id, 8 April 2019
[berita on-line] tersedia di https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/asia/ppn7d5382/narendra-
modi-ingin-hapus-status-khusus-kashmir; Internet; diunduh pada 23 April 2019. 104 “Menjaga hukum sehubungan dengan menghormati penduduk tetap dan hak-hak mereka”, Dikutip
melalui Economic Times, “Explained: Kashmir‟s Article 35A Conundrum”, 25 Februari 2019 [berita on-line]
48
khusus bagi warga Kashmir dan warga asing yang berasal dari luar wilayah
Kashmir tidak bisa memasuki wilayah Kashmir tanpa izin.105
Pasal 35 A
ditetapkan menjadi pasal konstitusi India di tahun 1954 atas perintah dari Presiden
India Rajendra Prasad sesuai dengan kesepakatan pada tahun 1952 yang telah
dibuat antara Kabinet Jawaharlal Nehru dan Perdana Menteri Jammu dan Kashmir
Sheikh Abdullah.106
Kemudian, Modi dalam kampanyenya saat pemilihan umum 2019
menyatakan akan menghapuskan Pasal 35 A Konstitusi India karena dianggap
menjadi penghalang bagi perkembangan negara India.107
Dari langkah kebijakan
yang dilakukan oleh PM Modi tersebut terlihat bahwa PM Modi
mengkhawatirkan segala bentuk pemberontakan yang dilakukan oleh warga
Kashmir belakangan ini akan berujung pada tindakan separatisme dari pihak
Kashmir terhadap India sehingga PM Modi akan melakukan strategi apapun untuk
mempertahankan status kepemilikan India atas wilayah Kashmir, salah satunya
dengan menghapus pasal 35 A. Sehingga wajar saja jika India di bawah
kepemimpinan PM Modi menolak penawaran AS yang ingin menjadi mediator
konflik Kashmir di tahun 2017, hal ini karena jika India menerima AS atau aktor
lain dari luar India sebagai mediator konflik Kashmir maka India secara tidak
langsung mengakui bahwa saat ini isu Kashmir merupakan isu internasional,
tersedia di https://m.economictimes.com/news/et-explains/trouble-brewing-over-
35a/amp_articleshow/65252273.cms; Internet; diunduh pada 23 April 2019. 105 India Today, “BJP Manifesto 2019: No to Article 370 and Article 35 A”, 8 April 2019 [berita o-
line] tersedia di https://www.indiatoday.in/elections/lok-sabha-2019/story/bjp-manifesto-2019-no-article-370-
article-35a-1496655-2019-04-08; Internet; diunduh pada 23 April 2019. 106 Krishnadas Rajagopal, “What is Article 35 A?”, The Hindu, 3 November 2017 [berita on-line]
tersedia di https://www.thehindu.com/news/national/what-is-article-35a/article19567213.ece; Internet;
diunduh pada 23 April 2019. 107 India Today, “BJP Manifesto 2019: No to Article 370 and Article 35 A”, 8 April 2019.
49
sehingga akan lebih sulit bagi PM Modi untuk membuat kebijakan-kebijakannya
sendiri dalam mempertahankan status kepemilikan India di sebagian wilayah
Kashmir.
Selain itu, jika dalam menyelesaikan konflik Kashmir menggunakan
mediasi pihak lain maka segala bentuk upaya penyelesaian konflik akan melalui
beberapa proses kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat guna memutuskan
sebuah kebijakan dalam menangani konflik tersebut, proses mediasi ini akan lebih
menghambat upaya India untuk mempertahankan wilayah Kashmir karena proses
mediasi lebih bersifat politis.108
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penolakan India terhadap AS sebagai
mediator konflik Kashmir merupakan salah satu upaya dan strategi politik
domestik India (PM Modi) untuk melancarkan strategi PM Modi dalam
mempertahankan wilayah Kashmir. Itu sebabnya PM Modi bersikeras
menyatakan bahwa isu Kashmir ini merupakan isu internal India dan tidak ingin
pihak manapun mengintervensi isu Kashmir, selain pihak internal India. Hal ini
terlihat dari respon yang diberikan oleh India dalam menanggapi penawaran AS
sebagai mediator melalui Nikki Halley yang saat itu menjabat sebagai Duta Besar
AS untuk PBB.109
Setelah Duta Besar Pakistan untuk AS menerima tawaran Nikki Halley
untuk menjadikan AS sebagai mediator konflik Kashmir di tahun 2017 dan
108 Nesita Anggraini, “Penyelesaian Sengketa Internasional”, Academia.edu (2016), 12 [jurnal on-
line] tersedia di https://www.academia.edu/25542895/PENYELESAIAN_SENGKETA_INTERNASIONAL;
Internet; diunduh pada 29 April 2019.
109 Live mint, “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it”, 5 April 2017 [berita on-line]
tersedia di https://www.livemint.com/Politics/1fQbPwhZQXV1sArP3xRjJK/Pakistan-welcomes-US-
mediation-after-India-rejects-it.html; Internet; diunduh pada 29 April 2019.
50
menyatakan bahwa AS mampu memainkan peran yang sangat penting di Asia
Selatan jika mampu menangani kasus ini. Tanggapan India terhadap penawaran
Nikki Halley justru sebaliknya, walaupun India tidak secara jelas menyatakan
bahwa India menolak AS sebagai mediator, namun pesan penolakan ini dapat
dilihat dari respon yang diberikan oleh Kementerian Luar Negeri India, Gopal
Baglay dengan menyatakan bahwa India mengharapkan komunitas dan organisasi
internasional untuk menegakkan mekanisme dan mandat internasional mengenai
terorisme yang menurut India berasal dari Pakistan, dan hal ini terus menjadi
ancaman terbesar bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan India dan di luarnya
(wilayah Kashmir).110
Dengan pernyataan tersebut pesan yang ingin disampaikan
India adalah bahwa India meminta komunitas dan organisasi internasional lebih
baik memfokuskan penyidikannya pada isu terorisme di Pakistan, bukan pada
konflik Kashmir. Hal ini karena India merasa bahwa akar permasalahan dari
konflik Kashmir adalah para terorisme yang dikirim oleh Pakistan ke wilayah
Kashmir sehingga terjadi bentrokan terus menerus antara pasukan tentara India
dan pemberontak di Kashmir.
Dari pemaparan di atas, maka kesimpulan yang didapat pada sub bab ini
adalah India menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir di tahun 2017 karena
adanya faktor kesengajaan dari pihak politik domestik India yang dipengaruhi
oleh perspektif pemimpin untuk menjadikan isu Kashmir sebagai isu internal
India dan menganggap bahwa kekuatan dari luar tidak mempunyai hak untuk
mengintervensi urusan internal India. Karena India menganggap wilayah Kashmir
110 The Times of India, “India rejects US offer to mediate with Pakistan on Kashmir issue”, 5 April
2017 [berita on-line] tersedia di https://timesofindia.indiatimes.com/india/india-rejects-us-offer-to-mediate-
with-pakistan-on-kashmir-issue/articleshow/58018616.cms; Internet; Diunduh pada 29 April 2019.
51
masih berada dalam territorial India111
sehingga isu ini merupakan isu internal
India, dan yang berhak menangani konflik Kashmir adalah pihak internal India
sendiri. Ini merupakan salah satu strategi politik domestik India untuk
mempertahankan status kepemilikan India terhadap sebagian wilayah Kashmir
tanpa harus berkompromi dengan pihak lain. Karena sebab itu, politik domestik
India merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi India untuk menolak AS
sebagai mediator konflik Kashmir.
2. Partai yang Sedang Berkuasa
Bharatiya Janata Party (BJP) merupakan partai yang sedang berkuasa di negara
India saat ini, karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa BJP
merupakan partai yang mengusung Modi menjadi PM India. BJP merupakan
partai fundamentalis hindu112
di India. Sebelumnya, BJP juga menuntut hal yang
sama di tahun 1990-an BJP menyatakan bahwa BJP ingin melakukan perubahan
pada kebijakan konstitusional khusus Kashmir yang dianggap menghalangi
kepentingan India pada Kashmir, sehingga BJP menyatakan bahwa konstitusional
khusus Kashmir lebih baik di tiadakan dengan cara menghapus Pasal 370
Konstitusi India,113
pasal 370 memiliki kesamaan tujuan dengan pasal 35 A.
111 Ministry of Law and Justice, “The Constitution of India”, Legislative Depatment of India, 31 Juli
2018, 164. 112 Gino Battaglia, “Neo-Hindu Fundamentalism Challenging the Secular and Pluraralistic Indian
State”, Molecular Diversity Preservation International (MDPI) Journal, Oktober 2017 [artikel on-line]
tersedia di https://www.researchgate.net/publication/320208280_Neo-
Hindu_Fundamentalism_Challenging_the_Secular_and_Pluralistic_Indian_State ; Internet; diunduh pada 24
Juli 2019. 113 Skripsi Universitas Gajah Mada, “Mengapa BJP Menang dalam Pemilu Parlemen India tahun
2014”, 2016, 3 [jurnal on-line] tersedia di https://
etd.repository.ugm.ac.id%2Fdownloadfile%2F96802%2Fpotongan%2FS1-2016-329927-
introduction.pdf&usg=AOvVaw1KaCRFYwLCPYc4IGjsdJiB; Internet; diunduh pada 29 April 2019.
52
Ketentuan yang ada dalam pasal 35 A merupakan turunan dari ketentuan
yang sudah diatur sebelumnya berdasarkan pasal 370 Konstitusi India.114
Pasal
370 tersebut adalah “Temporary provisions with respect to the State of Jammu
and Kashmir notwithstanding anything contained in this Constitution”, pasal ini
berisi mengenai ketentuan sementara yang mengikat wilayah Kashmir.115
Pasal
370 menyangkal hak kepemilikan atas orang luar di wilayah Kashmir dan
memungkinkan Kashmir memiliki konstitusi sendiri dan sebuah bendera terpisah
sehingga pasal ini memungkinkan Kashmir memiliki konstitusinya sendiri.116
Walaupun sebenarnya jika dikaji lagi lebih dalam, apabila pasal 35 A
dihapus maka nantinya akan menyebabkan bentrokan antara warga Kashmir dan
petugas keamanan India semakin sering terjadi karena warga Kashmir tentu tidak
akan terima jika kontitusional khusus Kashmir dihapuskan.117
Upaya partai BJP
dalam mempertahankan Kashmir sebagai wilayah India juga dapat terlihat dari
pernyataan Presiden Amit Shah selaku ketua dari partai BJP dan Menteri Dalam
Negeri India yang juga berasal dari partai BJP menyatakan bahwa Kashmir
merupakan bagian integral dari India dan tidak akan dapat melakukan separatisme
selama pekerja dari partai BJP masih ada terlepas BJP sedang berkuasa ataupun
tidak.118
114 Sanjay Sapru, “J&K State: Accession, Article 370 and Article 35 A”, Greater Kashmir, 20
Agustus 2017 [berita on-line] tersedia di https://www.greaterkashmir.com/news/opinion/jk-state-accession-
article-370-and-35a/; Internet; diunduh pada 23 April 2019. 115 Ministry of Law and Justice, “The Constitution of India”, Legislative Depatment of India, 31 Juli
2018, 149 [database on-line] tersedia di http://legislative.gov.in/sites/default/files/COI-updated-as-
31072018.pdf; Internet; diunduh pada 23 April 2019; Internet; diundudh pada 29 April 2019. 116 Sapru, “J&K State: Accession, Article 370 and Article 35 A”, Greater Kashmir, 20 Agustus 2017. 117 Dikarma, “Narendra Modi Ingin Hapus Status Kashmir”, Republika.co.id, 8 April 2019. 118 Raigarh, “Kashmir Integral Part of India, Can‟t be Separated: Amit Shah”, The Times of India, 18
April 2019 [berita on-line] tersedia di https://timesofindia.indiatimes.com/elections/news/kashmir-integral-
part-of-india-cant-be-separated-amit-shah/articleshow/68937557.cms; Internet; diunduh pada 29 April 2019.
53
Dari penjelasan singkat di atas, gambaran yang didapat adalah bahwa
partai BJP sudah memiliki tekad sejak tahun 1990-an untuk menghapus pasal 370
yang melindungi hak warga Kashmir dalam ketentuan Konstitusi India. Karena
BJP merasa bahwa pasal tersebut menghalangi kepentingan nasional India
terhadap Kashmir. Sehingga dalam keputusan kebijakan luar negeri India untuk
menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir juga mendapat pengaruh dari
partai politik yang sedang menguasai India yaitu partai BJP. Sikap yang dilakukan
oleh BJP terlihat jelas bahwa India ingin memertahankan wilayah Kashmir karena
mereka sudah menganggap bahwa Kashmir termasuk dalam territorial India, dan
proses mediasi hanya akan mempermudah Kashmir dalam melakukan separatisme
dan mendatangkan kerugian bagi India.
3. Konsensus Politik India
Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan kebijakan luar negeri
India untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017 adalah
konsensus politik India. Hal ini selaras dengan pernyataan yang dinyatakan oleh
Bapak Taufik Rigo sebagai salah satu narasumber dalam penelitian ini, bahwa:
“Ketika persoalan Jammu – Kashmir mendapat perhatian internasional
nampaknya mendapat semacam konsensus politik untuk tidak
menginternasionalkan Jammu – Kashmir di antara partai-partai besar”119
Hal ini juga dapat dilihat dari sikap yang diberikan oleh Manmohan Singh
sebagai Perdana Menteri India sebelum PM Modi. Pada April 2010 pasca serangan
besar-besaran oleh Maois di negara bagian Chhattisgarh India Tengah, Manmohan
menyatakan bahwa esktremisme di wilayah Kashmir merupakan ancaman bagi
119 Taufik Rigo, M.A di Pusdiklat Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, tanggal 8 April
2019.
54
keamanan internal yang paling parah yang dihadapi oleh India.120
Dari pernyataan
Manmohan tersebut terlihat bahwa terdapat kesamaan persepsi antara Manmohan
dan PM Modi dalam mengartikan ancaman utama bagi keamanan nasional India.
Walaupun notabenenya Manmohan berasal dari partai yang berbeda dengan PM
Modi yaitu Partai Kongress, di mana partai Kongress mempunyai ideologi yang
berbeda juga dengan BJP, Kongress terkenal dengan ideologi sekulernya
Selain itu partai-partai lain di India juga mempunyai persamaan persepsi
dalam penyelesaian konflik Kashmir malalui mediasi atau pihak ketiga. India
beranggapan bahwa kekuatan asing yang ingin menjadi pihak ketiga dalam
penyelesaian konflik Kashmir merupakan pihak yang bersedia menggunakan
Pakistan untuk memajukan kepentingan mereka sendiri.121
India juga membenci
implikasi bahwa pihak ketiga akan diperlukan atau terlibat dalam menyelesaikan
perselisihan di perbatasannya.122
Hal ini karena India merasa bahwa proses mediasi yang diusulkan tersebut
tidak menguntungkan bagi pihak India dalam menyelesaikan masalahnya, karena
mediator merupakan aktor politik yang dalam menyelesaikan konflik memiliki
harapan lain yaitu untuk mendapatkan sesuatu hal yang menguntungkan dari
posisinya sendiri sebagai mediator tersebut. Namun, jika proses mediasi ini di
usulkan untuk mengatasi masalah India maka tidak menutup kemungkinan jika
120 Centre for Humanitarian Dialogue, “Conflict Resolution: Learning Lessons From Dialogue
Processes in India”, July 2011, hal 18 [jurnal on-line] teredia di
https://www.files.ethz.ch/isn/131093/Conflict%20resolution%20in%20India.pdf; internet; diunduh pada 23
Juli 2019. 121 Sehila Rajan, “The Prospect of Thrid-Party Meditation of the Kashmir Dispute: Is There a Way to
Re-Engage India in a Facilitated Discussion?”, King Scholar Thesis Paper, 2005, hal 21 [artikel on-line]
tersedia di http://www.law.msu.edu/king/2005/2005_Rajan.pdf; Internet; diunduh pada 24 Juli 2019. 122 Sehila Rajan, “The Prospect of Thrid-Party Meditation of the Kashmir Dispute: Is There a Way to
Re-Engage India in a Facilitated Discussion?”, King Scholar Thesis Paper, 2005, hal 21
55
India dapat menerima fasilitas mediasi dari pihak ketiga, tetapi India tetap
memiliki kekhawatirannya sendiri dalam menentukan pihak ketiga mana yang
benar-benar netral dan tidak memihak,123
selain itu juga terdapat faktor
kepentingan nasional yang memengaruhi keputusan India. Hal ini selaras dengan
yang dinyatakan oleh Prof. Azyumardi Azra sebagai salah satu narasumber
penulis, bahwa;
“Jika partai Kongres secara teoritis ada kemungkinan menerima AS
(sebagai mediator) karena keijakan dari partai Kongres tidak sekeras
partai BJP, tetapi kalau dilihat dari sudut kepentingan politik
domestiknya lumayan susah juga.”124
Sehingga penolakan India terhadap AS sebagai mediator konflik Kashmir
mendapat dipengaruhi oleh konsensus dari partai politik di India, keraguan akan
kenetralan dari pihak ketiga sebagai mediator membuat partai-partai di India
merasa bahwa menerima mediasi adalah bentuk ketidak pastian dari penyelesaian
konflik Kashmir, dan memberikan kerugian bagi India. Konsensus dari partai
politik India juga didasari oleh kepentingan nasional India yaitu untuk
mempertahankan wilayah Kashmir agar tidak melakukan separatisme karena
dalam Konstitusi India, India sudah menganggap wilayah Kashmir sebagai
wilayah territorialnya.125
4. Kepentingan Nasional India
Pada poin terakhir yang akan dibahas dalam faktor internal India yaitu
mengenai adanya faktor kepentingan nasional India. Dari tiga sub bab yang sudah
123 Sehila Rajan, “The Prospect of Thrid-Party Meditation of the Kashmir Dispute: Is There a Way to
Re-Engage India in a Facilitated Discussion?”, King Scholar Thesis Paper, 2005, hal 22 124 Prof. Azyumardi Azra M.A. CBE di Komplek Puri Laras, tanggal 17 April 2019. 125 Ministry of Law and Justice, “The Constitution of India”, Legislative Depatment of India, 31 Juli
2018, hal 164.
56
dipaparkan sebelumnya terlihat bahwa langkah-langkah yang diambil dari tiga
aktor di atas bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional India. Seperti
langkah PM Modi untuk menghapus pasal 35 A, partai BJP sebagai partai yang
sedang menguasai India juga sudah lama meminta agar pasal 370 Konstitusi India
dihapuskan, begitu juga dengan konsensus politik dari partai-partai besar di India
yang berusaha untuk mempertahankan wilayah Kashmir dengan cara menolak
mediasi pihak ketiga, sehingga sudah sangat jelas bahwa kepentingan nasional
India adalah agar wilayah Jammu dan Kashmir menjadi wilayah yang bersatu
dengan India, dan bukan sebagai wilayah negara bagian lagi.
Kepentingan nasional India terhadap wilayah Jammu dan Kashmir
merupakan kepentingan nasional vital, karena bertujuan untuk mempertahankan
keamanan negara126
dengan melakukan upaya-upaya agar Kashmir tidak
melakukan separatism terhadap India maka India sudah melakukan strategi untuk
mempertahankan keamanan negara dan kepentingan nasional. Wilayah Kashmir
merupakan wilayah yang secara geografis terletak pada wilayah menguntungkan
dan strategis. Wilayah ini terus menerus diperebutkan dan menjadi klaim atas
India Kashmir, sepertiga Kashmir kemudian dikuasai Pakistan sedangkan
separuhnya menjadi milik India. Dalam hal ini kedua negara terus berusaha untuk
126 Michael G. Roskin, “National Interest: From Abstraction to Strategy”, 20 Mei 1994 [laporan on-
line]; tersedia di https://www.globalsecurity.org/military/library/report/1994/ssi_roskin.pdf; Internet; diunduh
pada 24 Juli 2019.
57
melakukan tindakan – tindakan dengan tujuan memenangkan konflik Kashmir
tersebut.127
India memilih untuk tetap mendahulukan kepentingan nasionalnya di
Kashmir dan menolak mediasi yang ditawarkan oleh AS. Keputusan India
tersebut selaras dengan kepentingan nasional India yang ingin dicapai, langkah
India ini juga mempertegas bahwa India tidak memiliki pengecualian untuk
berkompromi dan menyelesaikan kasus Kashmir secara internasional.
B. Dinamika Hubungan Luar Negeri India dengan AS dan Pakistan
Sebelum India mengeluarkan kebijakan untuk menolak AS sebagai
mediator konflik Kashmir pada tahun 2017, PM Modi sebagai pemimpin India
pada saat itu pasti sudah memperhitungkan berbagai macam resiko atau
konsekuensi yang mungkin akan didapat oleh India jika India menerima atau
menolak penawaran AS tersebut. Jika pada akhirnya India memutuskan untuk
menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir, itu berarti India memilih untuk
menghindari adanya konsekuensi buruk yang mungkin akan didapat oleh India
nantinya, jika India menerima AS sebagai mediator konflik Kashmir.
Pada sub bab sebelumnya sudah dibahas mengenai faktor internal apa saja
yang mempengaruhi keputusan India untuk menolak AS, maka pada sub bab ini
akan membahas faktor eksternal yang diperhitungkan oleh India dalam keputusan
India untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017. Beberapa
faktor yang dianggap sebagai faktor eksternal yang diperhitungkan oleh India
127 Dayus Wati, “Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi India dalam mengeluarkan kebijakan
pemukiman Hindu di Kashmir?”, Universitas Muhamadiyah Malang, 2018 [jurnal on-line] tersedia di
http://eprints.umm.ac.id/37692/2/jiptummpp-gdl-dewiayusep-50948-2-babi.pdf; Internet; diunduh pada 24
Juli 2019.
58
sebelum India menyatakan untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir
pada 2017 adalah upaya Pakistan dalam konflik Kashmir, hubungan bilateral AS
– Pakistan, dan politik luar negeri AS di bawah rezim Trump.
1. Upaya Pakistan Dalam Konflik Kashmir
Pada bab II di skripsi ini sebelumnya sudah dibahas bahwa Pakistan di
tahun 1947 sudah melakukan upaya-upaya agar Kashmir dapat bergabung dengan
Pakistan atau menjadikan wilayah Kashmir sebagai negara yang independen.
Upaya Pakistan tersebut terus berlanjut hingga saat ini, hal ini dapat dilihat saat
PM Pakistan Nawaz Sharif meminta agar komunitas internasional melakukan
upaya-upaya dalam penyelesaian konflik Kashmir yang dianggap semakin parah
dengan meningkatnya jumlah pelanggaran HAM bagi warga Kashmir dan
menyatakan bahwa AS dapat memainkan peran yang sangat penting dalam
penyelesaian konflik Kashmir.128
Pernyataan dari PM Nawaz Sahrif tersebut
memberikan gambaran bahwa Kashmir saat ini sedang mengalami masa kritis dan
Pakistan memberikan sinyal kepada komunitas internasional bahwa konflik
Kashmir harus dimediasi oleh pihak ketiga, di mana proses mediasi ini bersifat
politis dan mengancam kepentingan nasional India untuk mempertahankan
wilayah Kashmir sebagai wilayah negara bagian India.
Upaya yang dilakukan Pakistan ini disebabkan karena wilayah Kashmir
merupakan wilayah yang penting dalam bidang perekonomian dan kemakmuran
bagi Pakistan, hal ini karena Kashmir berdekatan dengan wilayah Pakistan
128 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says
Pakistan PM Nawaz Sharif”, 12 April 2017 [berita on-line] tersedia di
https://www.indiatoday.in/world/story/pakistan-nawaz-sharif-kashmir-dispute-america-trump-india-971075-
2017-04-12; Internet; diunduh pada 29 April 2019.
59
Barat.129
Letak wilayah Kashmir sangat strategis bagi Pakistan, di mana sumber-
sumber sungai di Pakistan terletak di Kashmir, ini berarti bangunan pengairan
Pakistan tergantung dari sumber air di Kashmir.130
Wilayah Kashmir yang
mendatangkan banyak sekali keuntungan bagi Pakistan sehingga wilayah Kashmir
juga merupakan kepentingan nasional bagi Pakistan.
Pada tahun 1963, Zulfikar Ali Bhutto sebagai Perdana Menteri Pakistan
ke-9 (1973 – 1977), menyatakan “Kashmir is to Pakistan what Berlin is
to the West, and without a fair and proper settlement of this issue the
people of Pakistan will not consider the crusade for Pakistan as
complete.” 131
Pernyataan dari Zulfiqar Ali Bhutto tersebut menggambarkan bahwa
Pakistan akan mengupayakan segala cara untuk mendapatkan wilayah Kashmir,
salah satunya dengan dengan menggunakan strategi kebijakan luar negeri subversi
yaitu mendukung pejuang kebebasan Kashmir dan mendukung organisasi teroris
Lashkar-e-Tayyaba (LET) dalam berhadapan dengan India.132
Di tahun 2016,
terjadi serangan di pangkalan tentara India yang berada di wilayah Kashmir,
pemerintah India menyatakan bahwa dalang dari penyerangan ini adalah LeT di
mana organisasi LeT merupakan organisasi yang didukung oleh Pakistan.133
129 Alvina Rahmwati dan Bagus Wahyu Priyamono. “Konflik India – Pakistan dalam Persengketaan
Kashmir Pasca Kemerdekaan Anak Benua (Sub-Kontunen), Universitas Negeri Malang, 2015, hal 5 [jurnal
on-line] tersedia di https://www.academia.edu/28297640/KONFLIK_INDIA-
PAKISTAN_DALAM_PERSENGKETAAN_KASHMIR_PASCA_KEMERDEKAAN_ANAK_BENUA_S
UB-KONTINEN; Internet; diunduh pada 24 Juli 2019. 130 Alvina Rahmwati dan Bagus Wahyu Priyamono. “Konflik India – Pakistan dalam Persengketaan
Kashmir Pasca Kemerdekaan Anak Benua (Sub-Kontunen), Universitas Negeri Malang, 2015, hal 5. 131 Chad W. Ensley, “Dangerous Liaisons: Is the U.S. – Pakistan Alliance a Cause of Indo – Pakistani
Conflict?” Thesis of Georgetown University, April 2011, hal 1. 132 Muhammad Habib, “Usaha Pakistan Mendapatkan Kashmir Kembali VIS-À-VIS Kesenjangan
Power dengan India”, Universitas Indonesia, Desember 2015, hal 4 [jurnal on-line] tersedia di
https://www.researchgate.net/publication/288166145_USAHA_PAKISTAN_MENDAPATKAN_KASHMIR
_KEMBALI_VIS-A-VIS_KESENJANGAN_POWER_DENGAN_INDIA Internet; diunduh pada 25 Juni
2019. 133 Hanna Azarya Samosir, “India Tangkap Merpati yang Bawa Pesan Ancaman untuk Modi”, 3
Oktober 2016. [berita on-line] tersedia di https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161003174123-113-
163028/india-tangkap-merpati-yang-bawa-pesan-ancaman-untuk-modi; Intener; diunduh pada 25 Juni 2019.
60
Selian itu, China yang dianggap India sebagai sekutu Pakistan juga
memblokir permintaan India untuk mengategorikan ulama Masood Azhar sebagai
teroris di PBB, di mana Masood Azhar dilaporkan bermakas di kawasan
Bahawalpur di Provinsi Pujab, Pakistan.134
Permintaan India tersebut berangkat
dari peristiwa di tahun 2000 – 2001 di mana Ulama Masood Azhar dituding
sebagai dalang dari serangkaian insiden kekerasan di wilayah India termasuk
serangan ke gedung parlemen India.135
Jika dilihat dari penjelasan singkat mengenai upaya Pakistan dalam
konflik Kashmir memberikan gambaran bahwa upaya-upaya yang dilakukan
Pakistan tersebut mampu mengancam kepentingan nasional India dan mengancam
keamanan nasional India sendiri dengan serangan-serangan yang dilakukan oleh
Pakistan. Dari hubungan bilateral yang tidak baik antara India – Pakistan dalam
penyelesaian konflik Kashmir ini membuat India menutup segala kemungkinan
yang bisa memberikan celah bagi Pakistan untuk memenangkan konflik Kashmir.
2. Hubungan Bilateral AS – Pakistan
Hubungan politik luar negeri setiap negara memang tidak akan pernah
dapat ditebak bagaimana kedepannya. Banyak faktor yang mempengaruhi ketika
kawan menjadi lawan di panggung politik internasional, begitupun sebaliknya.
Salah satunya adalah hubungan bilateral AS dengan Pakistan. Pada masa perang
dingin, Pakistan memiliki hubungan bilateral yang baik dengan AS, Pakistan
134BBC News, “Bom di Kashmir: 40 Polisi Tewas, India Salahkan Kelopmok Muslinm di Pakistan”,
15 Februari 2019 [berita on-line] tersedia di https://www.bbc.com/indonesia/dunia-47248432; Internet;
diunduh pada 25 Juni 2019. 135 BBC News, “Bom di Kashmir: 40 Polisi Tewas, India Salahkan Kelopmok Muslinm di Pakistan”,
15 Februari 2019
61
menjadikan AS sebagai patron poitiknya walaupun Pakistan adalah negara non-
blok tapi Pakistan memiliki banyak hubungan kerja sama dengan AS.
Sama hal nya dengan India, Pakistan sebagai negara less power (lemah)
juga memiliki keinginan untuk memperluas hubungan kerja sama dengan negara
lain yang memiliki super power (kekuatan besar) seperti AS guna mendapat
keuntungan dan mencapai kepentingan nasional Pakistan. Terlebih lagi, AS juga
telah memberikan bantuan kepada Pakistan pada tahun 2010 memberikan bantuan
sebesar $ 20 M USD untuk kebutuhan pertahanan Pakistan dan pada tahun 2009 –
2015, AS juga memberikan bantuan militer kepada Pakistan.136
Walaupun
kehadiran AS bagi Pakistan tidak untuk mendukung Pakistan dalam
memenangkan konflik Kashmir namun secara implisit AS juga hadir dan
memberikan dukungan kepada Pakistan dalam hal pertahanan negara. Mungkin
ini juga menjadi perhitungan Pakistan mengapa pada akhirnya Pakistan menerima
AS sebagai mediator konflik Kashmir pada tahun 2017.
Kehadiran AS yang memberikan bantuan terhadap Pakistan membuat India
menjadi ragu di mana posisi AS sebenarnya dalam penyelesaian konflik Kashmir
ini. Mengingat PM Pakistan Nawaz Sharif menyatakan bahwa AS dapat
memainkan peran penting dalam konflik Kashmir ini dan menerima AS sebagai
mediator konflik Kashmir, ini juga menjadi pertimbangan bagi India untuk
menerima AS sebagai mediator konflik Kashmir.137
136 Cahya Fauzi, “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Pakistan dalam Kasus Perebutan
Wilayah Kashmir antara India dan Pakistan (2009 – 2013)”, Academia.edu, 2-3 [jurnal on-line] tersedia di
https://www.academia.edu/31386162/Kepentingan_Amerika_Serikat_Mendukung_Pakistan_dalam_Kasus_P
erebutan_Wilayah_Kashmir_antara_India_dan_Pakistan; Internet; diunduh pada 29 April 2019. 137 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says
Pakistan PM Nawaz Sharif”, 12 April 2017 [berita on-line] tersedia di
62
Kashish Parpiani sebagai peneliti politik luar negeri di Asia Selatan, juga
menyatakan bahwa India merasa ragu dengan sifat ambivalensi AS terhadap
Pakistan, sikap AS tersebut kemudian menimbulkan keengganan bagi India.138
India menganggap AS tahu benar bahwa Pakistan menyembunyikan organisasi-
organisasi teroris di Pakistan, contohnya adalah jaringan Haqqani.139
Namun, AS
tetap memberikap sikap pengampunan terhadap Pakistan bahkan AS tetap
memberikan dana bantuan kepada Pakistan di bawah ketentuan Dana Bantuan
Koalisi (Coalition Support Fund / CSF), sikap AS terhadap Pakistan tersebut
menimbulkan kecemasan besar tersendiri bagi India.140
Dari penjelasan singkat di
atas dapat dilihat bahwa AS yang seharusnya dapat bersifat netral justru
cenderung memiliki keberpihakan pada Pakistan terlihat dari upaya AS dalam
membantu Pakistan setiap tahunnya dari tahun 2009 – 2015 seperti yang sudah
dibahas secara singkat di atas. Selain itu sikap AS terhadap Pakistan membuat
India merasa cemas dan tidak mempercayai AS sepenuhnya, sehingga dari sisi
hubungan bilateral AS – Pakistan ini dapat menjadi salah satu faktor yang melatar
belakangi keputusan India untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir
tahun 2017.141
https://www.indiatoday.in/world/story/pakistan-nawaz-sharif-kashmir-dispute-america-trump-india-971075-
2017-04-12; Internet; diunduh pada 29 April 2019. 138 Kashish Parpiani, “Trump‟s South Asia Policy: India, Pakistan and China”, Obeserver Research
Foundation, 26 Oktober 2016 [artikel on-line] tersedia di https://www.orfonline.org/research/trump-south-
asia-policy-india-pakistan-china/; Internet; diunduh pada 26 Juli 2019. 139 Kashish Parpiani, “Trump‟s South Asia Policy: India, Pakistan and China”, Obeserver Research
Foundation, 26 Oktober 2016. 140 Kashish Parpiani, “Trump‟s South Asia Policy: India, Pakistan and China”, Obeserver Research
Foundation, 26 Oktober 2016. 141 Fauzi, “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Pakistan”, 1.
63
3. Politik Luar Negeri AS di bawah Rezim Donald Trump
Pada dasarnya hubungan bilateral India – AS dalam bidang ekonomi dan
pertahanan berjalan dengan baik namun faktor hubungan bilateral ini tidak bisa
dijadikan faktor yang membuat India menerima tawaran AS sebagai mediator. AS
di bawah kepemimpinan Trump, telah melahirkan kebijakan-kebijakan baru yang
membuat kaget sekutu-sekutu AS sendiri salah satunya adalah kebijakan-
kebijakan AS terhadap Eropa yang membuat Eropa sulit menghadapi kebijakan
luar negeri AS saat ini.142
Berkaca dari peristiwa tersebut, India pasti akan
membuat kebijakan yang sangat hati-hati kepada AS dalam hal ini berarti India
juga harus memperhitungkan dalam berbagai aspek jika India menerima AS
sebagai mediator konflik Kashmir. Karena ternyata, kedekatan hubungan bilateral
yang terjalin antara AS dan sekutu sudah tidak dapat dijadikan tolak ukur untuk
ke loyalitasan AS pada negara lain yang memiliki hubugan bilateral yang baik
dengan AS.
Ketidak pastian rezim Trump membuat India merasa ragu untuk menerima
tawaran mediasi AS di bawah rezim Trump. Trump menyatakan bahwa Politik
Luar Negeri AS di masanya harus bersifat tidak dapat diprediksi dengan mudah:
As candidate Trump said in 2016: "We must as a nation be more
unpredictable. We are totally predictable. We tell everything. We're sending
troops? We tell them. We're sending something else? We have a news
conference. We have to be unpredictable," And we have to be unpredictable
starting now."143
142 Hafit Yudi Suprobo, “Prancis: Eropa Bersatu Lawan Kebijakan Perdagangan Trump”, Warta
Ekonomi.co.id, 9 Juli 2018 [berita on-line] tersedia di https://www.wartaekonomi.co.id/read186832/prancis-
eropa-bersatu-lawan-kebijakan-perdagangan-trump.html; Internet; diunduh pada 29 April 2019. 143 Jeffrey Prescott, ”Trump Doesn‟t Deserve Any Credit for His Disruptive Foreign Policy”, Foreign
Policy News, 14 Maret 2019 [berita on-line] https://foreignpolicy.com/2019/03/14/trump-doesnt-deserve-any-
credit-for-his-disruptive-foreign-policy/ tersedia di Internet; diunduh pada 29 April 2019.
64
Pernyataan Trump tersebut semakin menegaskan ketidakpastian arah
kebijakan Luar Negeri AS di bawah rezim Trump. Menurut pandangan dari para
politikus negara, Politik Luar Negeri AS di bawah rezim Trump akan berbeda
dengan pola politik luar negeri yang selama ini diikuti oleh AS, sehingga
kebijakan Trump akan berbeda dari presiden AS sebelum-sebelumnya.144
Arah
kebijakan Luar Negeri AS yang cenderung tidak dapat diprediksi merupakan salah
satu aspek yang melatar belakangi penolakan India terhadap AS, karena hal ini
dapat menimbulkan resiko dan konsekuensi bagi India.
Selaras dengan pernyataan dari Bapak Taufik Rigo, bahwa; “Negara sudah
mengalami trust deficit pada politik luar negeri AS direzim Trump. Karena
dianggap hanya mementingkan national interest AS saja.”145
Dan juga pernyataan dari Bapak Prof. Azyumardi Azra, bahwa; “Secara
hipotetis, politik luar negeri Obama lebih bersifat soft dan bisa diterima
dibandingkan Trump yang bersifat konfrontatif dan fundamentalis
Kristen.”146
Dari faktor-faktor di atas maka jelas sekali bahwa kebijakan AS yang ingin
memediatori konflik Kashmir di bawah rezim Trump tidak selaras dengan
kepentingan nasional India, karena hal-hal yang tidak dapat diprediksi dalam
politik luar negeri AS kedepannya mampu menghalangi kepentingan nasional
India dalam mempertahankan status kepemilikan India terhadap sebagian wilayah
Kashmir.
Dari penjelasan yang sudah dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa keputusan penolakan India terhadap AS sebagai mediator konflik Kashmirt
144 Dwi Ardiyanti, “Imprediktabilitas Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat; Tantangan dan
Ancaman Rezim Donald Trump Terhadap ASEAN”. Research Gate, Oktober 2017, 114 [jurnal on-line]
https://www.researchgate.net/publication/320875493_Imprediktibilitas_Kebijakan_Luar_Negeri_Amerika_S
erikat_Tantangan_dan_Ancaman_Rezim_Donald_Trump_Terhadap_ASEAN tersedia di Internet; diunduh
pada 29 April 2019. 145 Taufik Rigo, MA. Di Pusdiklat Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, tanggal 8 April
2019. 146 Prof. Azyumardi Azra MA. CBE,. di Komplek Puri Laras, tanggal 17 April 2019.
65
ahun 2017 dilatar belakangi oleh adanya faktor politik domestik India dan adanya
kekhawatiran dari pihak India jika dilihat dari dinamika hubungan luar negeri
India dengan AS dan Pakistan. Poin-poin penting yang dapat diambil dari
penjelasan di atas adalah, perama adanya upaya-upaya dari politik domestik India
baik dari sikap PM Modi sebagai PM India saat ini, sikap-sikap dari elite politik
India dan juga sikap dari partai yang sedang berkuasa yaitu partai BJP untuk
menjadikan isu Kashmir menjadi isu internal India saja, hal ini merupakan salah
satu bentuk strategi India untuk dapat menguasai wilayah Kashmir dengan mudah.
Kedua, upaya Pakistan dalam konflik Kashmir seperti serangan-serangan
terhadap India, membuat India harus memperhitungkan kembali segala resiko
terburuk jika India membuka mediasi pihak ketiga dalam menyelesaikan konflik
Kashmir. Hubungan bilateral yang terjalin antara AS – Pakistan dan bentuk
dukungan yang diberikan oleh AS terhadap Pakistan dengan memberikan bantuan
terhadap tim pertahanan Pakistan membuat India merasa ragu akan posisi
kenetralan AS jika AS dijadikan sebagai mediator konflik Kashmir. Selain ragu
dengan kenetralan AS, India juga merasa cemas dengan hubungan bilateral yang
terjalin antara AS dan Pakistan. Ketiga, keputusan India untuk menolak AS
sebagai mediator konflik Kashmir merupakan keputusan yang tepat bagi India
karena selaras dengan kepentingan nasional India yaitu untuk mempertahankan
status kepemilikan India pada sebagian wilayah Kashmir tanpa harus melakukan
proses mediasi dengan pihak luar, karena proses mediasi yang bersifat politis
hanya membuat India mendapatkan kerugian saja.
66
Kemudian proses pertimbangan yang dilakukan oleh India sebelum
membuat keputusan untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir, selaras
dengan konsep teori kebijakan luar negeri, di mana setiap keputusan kebijakan
politik luar negeri India bertujuan untuk mempertahankan kepentingan
nasionalnya, hal ini juga selaras dengan konsep kepentingan nasional. Keputusan
kebijakan luar negeri India dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Dalam kasus ini, India memperhitungkan segala keuntungan,
resiko ataupun konsekuensi yang akan diterima oleh India baik dari aspek politik
domestik India (faktor internal) dan dari aspek hubungan bilateral yang terjalin
antara India dengan AS dan Pakistan (faktor eksternal). India memperhitungkan
kedua faktor tersebut sebelum akhirnya memutuskan untuk menolak AS sebagai
mediator konflik Kashmir tahun 2017. Sehingga pada akhirnya India bisa
mendapatkan kebijakan yang tepat dan dianggap tidak mengancam kepentingan
nasionalnya.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada April 2017, PM Pakistan Nawaz Sharif menyatakan bahwa AS dapat
memainkan peran yang sangat penting dalam menyelesaikan konflik yang terjadi
di wilayah Kashmir di bawah pemerintahan Trump.147
Pernyataan dari PM Sharif
ini kemudian ditanggapi oleh Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley bahwa
pemerintahan AS merasa khawatir dengan konflik berkepanjangan yang terjadi di
wilayah Kashmir, karena itu AS akan mencoba untuk menemukan tempatnya
dalam upaya untuk mengurangi ketegangan India dengan Pakistan dalam
penyelesaian konflik Kashmir.148
Pernyataan dari Haley tersebut kemudian
mendapat tanggapan yang positif dari Duta Besar Pakistan untuk AS Aizaz
Ahmad Chaudry menyatakan bahwa Pakistan menerima tawaran AS sebagai
mediator konflik Kashmir, dan AS dianggap mampu membawa peran positif
untuk membawa perdamaian dan stabilitas Asia Selatan.149
Namun berbeda dengan pihak dari India, Juru Bicara urusan Menteri Luar
Negeri India Gopal Baglay menanggapi tawaran AS dengan menyatakan bahwa
komunitas internasional lebih baik membujuk Pakistan agar segera menghentikan
serangan teroris lintas perbatasan dari pada menjadi mediator dalam konflik
147 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says
Pakistan PM Nawaz Sharif,“ 12 April 2017 [berita on-line] tersedia di
https://www.indiatoday.in/world/story/pakistan-nawaz-sharif-kashmir-dispute-america-trump-india-971075-
2017-04-12; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019. 148 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says
Pakistan PM Nawaz Sharif,“ 12 April 2017 149 India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India, says
Pakistan PM Nawaz Sharif,“ 12 April 2017
68
Kashmir.150
Pernyataan dari perwakilan India tersebut secara tidak langsung
memberikan pesan bahwa India menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir,
selain itu India secara implisit menyatakan bahwa konflik yang terjadi di Kashmir
didalangi oleh Pakistan yang dengan sengaja mengirim pasukan teroris melalui
lintas perbatasan kepada pihak pemberontak di Kashmir dan juga memberikan
pasokan senjata kepada pemberontak di Kashmir.151
Walaupun jika dilihat dari hubungan bilateral India – AS sendiri, dua negara
tersebut memiliki hubungan kerja sama yang sangat baik dalam bidang ekonomi
perdagangan barang dan senjata, juga dalam bidang pertahanan seperti pelatihan
militer besama.152
India – AS juga memiliki tiga perjanjian dasar pertahanan yaitu
LEMOA, COMCASA dan BECA, tiga perjanjian tersebut bertujuan agar
hubungan politik luar negeri antara India – AS dapat berjalan dengan baik karena
India – AS sudah menjalin kerja sama dalam bidang pertahanan dan keamanan
negara.153
Kemudian, jika dilihat dari data kerja sama perdagangan barang India –
AS pada tahun 2017, hubungan perdagangan antara India – AS mengalami
pergerakan yang fluktuatif di mana dalam data tersebut India selalu mendapat
keuntungan (surplus) dari hubungan impor dan ekspor barang dengan AS, hal ini
150 Live mint, “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it,” 5 April 2017 [berita on-line]
tersedia di https://www.livemint.com/Politics/1fQbPwhZQXV1sArP3xRjJK/Pakistan-welcomes-US-
mediation-after-India-rejects-it.html; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019. 151 Meenakshi Ganguly, “For Peace in Kashmir, India Must Address Rights Abuses by Security
Forces”, Human Rights Watch, 6 April 2018 [berita on-line] tersedia di https://www.hrw.or
g/id/news/2018/04/06/316916; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019. 152 The EconomicTimes, “Seven Reasons Why COMCASA Important to India?” 7 September 2018
[berita on-line] tersedia di https://economictimes.indiatimes.com/news/defence/seven-reasons-why-comcasa-
is-so-important-for-india/articleshow/65707682.cms; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019. 153 Manjeet Sehgal, “India – US Likely to Sign Agreements on Information Security, Geospatial
Cooperation”, India Today, 28 Agustus 2018 [berita on-line] tersedia di
https://www.indiatoday.in/india/story/india-us-likely-to-sign-agreements-on-information-security-geospatial-
cooperation-1325585-2018-08-28; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019.
69
dapat dilihat dari tabel perdagangan barang antara India – AS di tahun 2017.154
Ini
berarti India – AS memiliki hubungan bilateral yang baik, walaupun dalam
menjalani hubungan kerja sama tersebut terdapat beberapa halangan dan masalah
namun India dan AS sama-sama menerapkan kebijakan yang bersifat soft
diplomacy sehingga India – AS bisa melanjutkan kembali hubungan kerja sama
mereka.
Berangkat dari hubungan bilateral India – AS yang terjalin dengan baik
maka seharusnya tawaran AS sebagai mediator konflik Kashmir menjadi peluang
yang baik bagi India untuk dapat memenangkan kasus Kashmir. Namun, India
justru menolak tawaran AS tersebut seperti yang sudah dijelaskan dalam paragraf
sebelumnya, sehingga ini menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dianalisa.
Teori kebijakan luar negeri dianggap mampu menganalisis keputusan India untuk
menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir. Di mana dalam teori kebijakan
luar negeri, suatu negara sebelum mengeluarkan kebijakan politik luar negerinya
memperhitungkan dengan baik keuntungan, resiko dan ketidak pastian apa yang
akan didapat oleh negara tersebut jika mengeluarkan suatu kebijakan luar negeri.
Untuk menemukan jawabannya maka dapat diukur dari melihat faktor internal dan
faktor eksternalnya seperti teori yang digunakan dalam mengkaji keputusan
kebijakan luar negeri suatu negara yaitu teori kebijakan luar negeri .155
Faktor internal yang diperhitungkan oleh India adalah faktor politik
domestik India di mana politik domestik India mendapat pengaruh dari perspektif
154 United States Census Bureau, “2017: U.S Trade in Goods with India” [database on-line] tersedia
di https://www.census.gov/foreign-trade/balance/c5330.html; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019. 155 K. J., Holsti, “International Politics: A Framework for Analysis, 6th edition”, New Jersey:
Pretince-Hall International, 1992, hal 269.
70
pemimpin PM Modi, partai yang sedang berkuasa yaitu partai BJP, konsensus
politik India dan kepentingan nasional India. Semenjak Modi menjabat sebagai
PM India, Modi menerapkan kebijakan-kebijakan yang tergolong keras dalam
upayanya mempertahankan status kepemilikan India atas sebagian wilayah
Kashmir. Salah satu upaya dari PM Modi adalah dengan menghapus pasal 35 A
yang memuat mengenai pernyataan bahwa Kashmir merupakan daerah khusus,
penghapusan pasal ini sendiri mendapat respon yang beragam dari warga India
dan Kashmir, sebagian menganggap bahwa dengan menghapus pasal 35 A maka
akan memicu lahirnya konflik baru antara India dan Kashmir.156
Sebelumnya di
tahun 1990-an, BJP sebagai partai fundamentalis Hindu sudah meminta agar pasal
370 Konstitusi India di hapuskan, pasal 370 merupakan pasal terdahulu dari pasal
35 A di mana dalam pasal ini berisikan tentang ketentuan hak yang di dapat oleh
warga Kashmir. Bukan hanya itu saja, namun presiden partai BJP Amit Shah juga
menyatakan bahwa selama BJP masih ada di India maka Kashmir selamanya tidak
akan dapat melakukan separatisme.157
Selain itu juga terdapat pengaruh dari konsensus politik India di mana
terdapat kesamaan perspesi mengenai ancaman utama keamanan nasional India
yaitu ekstrimis dari wilayah Kashmir. Kemudian, konsensus politik dari partai
India menyatakan ketidak percayaan mereka atas kenetralan dan kredibilitas dari
pihak ketiga yang akan memediasi konflik Kashmir, karena mereka menganggap
bahwa pihak ketiga tersebut hanya akan mengambil manfaat untuk kepentingan
156 Kamran Dikarma, “Narendra Modi Ingin Hapus Status Kashmir”, Republika.co.id, 8 April 2019
[berita on-line] tersedia di https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/asia/ppn7d5382/narendra-
modi-ingin-hapus-status-khusus-kashmir; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019. 157 Raigarh, “Kashmir Integral Part of India, Can‟t be Separated: Amit Shah”, The Times of India, 18
April 2019 [berita on-line] tersedia di https://timesofindia.indiatimes.com/elections/news/kashmir-integral-
part-of-india-cant-be-separated-amit-shah/articleshow/68937557.cms; Internet; diunduh pada 29 April 2019.
71
nasional mereka sendiri. Dari tindakan yang dilakukan oleh PM Modi, partai BJP
dan konsensus politik dari partai-partai di India terlihat bahwa wilayah Kashmir
merupakan kepentingan nasional vital yang akan selalu dipertahankan oleh India,
dan akan menolak adanya mediasi dari pihak ketiga karena meragukan kenetralan
pihak ketiga dalam penyelesaian konflik Kashmir dan akan mengganggu
kelancaran India dalam mempertahankan wilayah Kashmir. Sehingga mediasi
hanya akan membawa kerugian bagi India.
Penolakan India secara tidak langsung juga memberikan pesan bahwa
konflik Kashmir merupakan konflik internal India dan yang berhak
mengintervensi konflik Kashmir hanya pihak internal India sendiri, karena India
menganggap bahwa Kashmir masih merupakan territorial India dan yang berhak
menangani konflik Kashmir adalah pihak internal India sendiri. Ini termasuk
upaya dari politik domestik India agar aktor dari luar seperti AS atau negara lain
dan organisasi internasional tidak dapat mengintervensi konflik Kashmir. Hal ini
juga terlihat dari pernyataan Baglay saat menanggapi tawaran Halley, Baglay
meminta komunitas internasional lebih fokus pada kasus terorisme dibandingkan
ingin menjadi mediator konflik Kashmir. 158
Kemudian, fator eksternal yang menjadi aspek yang diperhitungkan oleh
India sebelum memutuskan kebijakan menolak AS sebagai mediator konflik
Kashmir, diantaranya yaitu dilihat dari dinamika hubungan luar negeri India
dengan AS dan Pakistan, dan politik luar negeri AS di bawah rezim Trump.
Tindakan Pakistan seperti serangan terhadap pasukan keamanan India dalam
158 Live mint, “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it,” 5 April 2017.
72
upaya mendapatkan wilayah Kashmir merupakan bentuk ancaman bagi keamanan
India, jika dilihat dari hubungan bilateral yang tidak baik antara India – Pakistan
maka India tidak ingin memberikan peluang bagi Pakistan untuk mendapatkan
wilayah Kashmir dengan cara menerima mediasi dari pihak ketiga.
Selain itu hubungan antara AS – Pakistan juga membuat India merasa
enggan dan cemas, di mana Pakistan sebagai negara less power, mendapatkan
banyak bantuan dana dan militer dari AS, di tahun 2010 AS memberikan dana
bantuan kepada Pakistan sebesar $ 20 M USD untuk kebutuhan pertahanan
Pakistan dan pada tahun 2009 – 2015, AS juga memberikan bantuan militer
kepada Pakistan.159
Walaupun Pakistan saat ini juga memiliki kedekatan
hubungan kerja sama ekonomi perdagangan barang dan jasa dengan Tiongkok
namun Pakistan juga memperluas hubungan kerjasamanya dengan AS. Ini berarti
hubungan bilateral antara negara satu dengan negara yang lain selalu bersifat
dinamis dalam panggung politik internasional. Dari bantuan yang diberikan
kepada AS terhadap Pakistan untuk pertahanan negaranya tersebut memberikan
gambaran bahwa AS juga ingin memiliki hubungan bilateral yang baik dengan
Pakistan, dan sikap ambivalensi AS membuat India cemas dan merasa bahwa AS
tidak bersifat netral.
Kemudian, Donald Trump di masa kampanye nya juga menyatakan bahwa
Politik Luar Negeri AS di bawah rezim Trump harus bersifat tidak mudah
159 Cahya Fauzi,“Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Pakistan dalam Kasus Perebutan Wilayah
Kashmir antara India dan Pakistan (2009 – 2013)”, Academia.edu, 2-3 [jurnal on-line] tersedia di
https://www.academia.edu/31386162/Kepentingan_Amerika_Serikat_Mendukung_Pakistan_dalam_Kasus_P
erebutan_Wilayah_Kashmir_antara_India_dan_Pakistan; Internet; diunduh pada 5 Mei 2019.
73
diprediksi oleh negara-negara lain.160
Hal ini selaras dengan pernyataan dari
Bapak Taufik Rigo sebagai pengamat politik luar negeri Asia Selatan bahwa
negara-negara sudah mengalami trust deficit terhadap AS di bawah rezim Trump
karena politik luar negeri di masa Trump hanya membawa keuntungan bagi AS
sendiri. Para politikus negara juga menyatakan hal yang serupa, bahwa politik luar
negeri AS di masa Trump berbeda sifatnya dengan presiden-presiden AS
sebelumnya.161
Ketidak pastian ini menjadi pertimbangan bagi India dalam
mengukur keuntungan dan resiko membuat keputusan kebijakan luar negerinya
terhadap AS. Karena, hal-hal yang sulit di prediksi kedepannya mampu
mengancam kepentingan nasional India dalam mempertahankan status
kepemilihan India atas sebagian wilayah Kashmir.
Dari faktor politik domestik India, dinamika hubungan politik luar negeri
India dengan AS dan Pakistan, juga politik luar negeri AS di bawah rezim Trump
merupakan beberapa hal yang diperhitungkan oleh India sebelum India
memutuskan untuk menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir di tahun 2017.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah keputusan kebijakan luar negeri
India terhadap AS sebagai mediator konflik Kashmir tahun 2017, didasari oleh
faktor internal seperti perspektif pemimpin, partai yang berkuasa, konsensus
politik domestik India dan kepentingan nasional India di wilayah Kashmir yaitu
India ingin memeperthanakan kepentingan nasional vitalnya agar Kashmir tidak
160 Jeffrey Prescott, ”Trump Doesn‟t Deserve Any Credit for His Disruptive Foreign Policy”, Foreign Policy
News, 14 Maret 2019 [berita on-line] https://foreignpolicy.com/2019/03/14/trump-doesnt-deserve-any-credit-
for-his-disruptive-foreign-policy/ tersedia di Internet; diunduh pada 29 April 2019 161 Dwi Ardiyanti, “Imprediktabilitas Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat; Tantangan dan Ancaman
Rezim Donald Trump Terhadap ASEAN”. Research Gate, Oktober 2017, 114 [jurnal on-line]
https://www.researchgate.net/publication/320875493_Imprediktibilitas_Kebijakan_Luar_Negeri_Amerika_S
erikat_Tantangan_dan_Ancaman_Rezim_Donald_Trump_Terhadap_ASEAN tersedia di Internet; diunduh
pada 29 April 2019.
74
melakukan separatisme dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang selaras
dengan kepentingan nasional India . Selain itu, faktor eksternal juga memberikan
pengaruh bagi India karena India akan mendapatkan resiko dan kerugian yang
lebih besar dan mengancam kepentingan nasional India terhadap Kashmir jika
India menerima mediasi dari phiak ketiga seperti AS.
Walaupun India memiliki hubungan yang sangat intens dengan AS, hal ini
tidak bisa menjadi pengecualian bagi India dalam mempertahankan kepentingan
nasionalnya pada wilayah Kashmir. Penolakan India terhadap AS juga selaras
dengan kepentingan nasional India yaitu untuk mempertahankan wilayah Kashmir
tanpa adanya mediasi dari pihak luar karena proses mediasi lebih bersifat politis
dan dapat merugikan India.162
B. Saran
Penelitian ini membahas mengenai faktor yang melatar belakangi keputusan
kebijakan luar negeri India terhadap tawaran AS untuk menjadi mediator konflik
Kashmir tahun 2017. Penelitian ini diharapkan mampu untuk dijadikan bahan
referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin membahas mengenai isu Kashmir,
dinamika politik luar negeri India, Pakistan dan AS atau bahasan yang berkaitan
dengan konflik di kawasan Asia Selatan. Kemudian, penelusuran yang dapat
dilakukan untuk periode selanjutnya dari peristiwa ini adalah diperlukannya
penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana implikasi dari konflik Kashmir yang
berkepanjangan terhadap stabilitas kawasan di Asia Selatan.
162 Nesita Anggraini, “Penyelesaian Sengketa Internasional”, Academia.edu (2016), 12 [jurnal on-
line] tersedia di https://www.academia.edu/25542895/PENYELESAIAN_SENGKETA_INTERNASIONAL;
Internet; diunduh pada 29 April 2019.
lxiii
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Burchill, Scott. Theories of International Relations, 1st edition. New York: Palgrave
Macmillan. 1996.
Breuning, Marijke. Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction. New York:
Palgrave MacMillan, 2007, Chapter. 1.
Holsti, K. J. International Politics: A Framework for Analysis, 6th
edition. New Jersey:
Pretince-Hall International, 1992.
Hudson, Valerie M. Foreign Policy Analysis: Actor Specific Theory and the Ground of
International Relations, International Studies Association, Blackwell
Publishing, 2005.
King, Gary. Designing Social Inquiry: Scientific Inference in Qualitative Research.
Princeton University Press: William Street, Princeton, New Jersey 08540, 1994.
Klotz, Audie. Qualitative Methods in International Relations. New York: Palgrave
MacMillan, 2008.
Kronstsdt, K. Alan, Paul K. Kerr, Michael F. Martin dan Bruce Vaughn. India: Domestic
Issues, Strategic Dynamics and U.S. Relations [buku on-line] Congressional
Research Service (1 September 2011); tersedia di
https://www.hsdl.org/?view&did=719130; Internet; diunduh pada 2 Oktober
2018.
Malhotra, VK. International Relations. New Delhi: Anmol Publications Pvt Ltd, 2002
Mintz, Alex dan Karl DeRouen. Understanding Foreign Policy Decision Making.
Cambridge University Press, 2010. [buku on-line] tersedia di
https://pdfs.semanticscholar.org/0c7a/42d12a3710ba23fea4459fa2515728d0683
f.pdf; Internet; diunduh pada 22 Juli 2019.
Papp, Daniel S. Contemporary International Relations: Framework for Understanding,
2nd
edition. New York: MacMillan Publishing Company. 1988.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.
Webber, Mark dan Michael Smith. Foreign Policy in a Transformed World, United
Kingdom: Pearson Education, 2002.
Artikel, Jurnal dan Skripsi
Afiqma, Nadya, “Konflik India – Pakistan dalam Persengketaan Kashmir Pasca
Kemerdekaan Anak Benua (Sub-Kontinen).” Academia.edu, Februari 2015
[jurnal on-line] tersedia di
http://www.academia.edu/28297640/KONFLIK_INDIA-
PAKISTAN_DALAM_PERSENGKETAAN_KASHMIR_PASCA_KEMERD
EKAAN_ANAK_BENUA_SUB-KONTINEN; Internet; diunduh pada 7 Maret
2019.
Akhtar, Shayerah Ilias dan K. Alan Kronstadt, “U.S.-India Trade Relations”,
Congressional Research Service, 24 Oktober 2018 [artikel on-line] tersedia di
https://fas.org/sgp/crs/row/IF10384.pdf; Internet; diunduh pada 2 April 2019.
Anggraini, Nesita “Penyelesaian Sengketa Internasional”, Academia.edu (2016), 12
[jurnal on-line] tersedia di
https://www.academia.edu/25542895/PENYELESAIAN_SENGKETA_INTER
NASIONAL; Internet; diunduh pada 29 April 2019.
Ardiyanti, Dwi “Imprediktabilitas Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat; Tantangan
dan Ancaman Rezim Donald Trump Terhadap ASEAN (Oktober 2017)”.
Research Gate, [jurnal on-line]; tersedia di
lxiv
https://www.researchgate.net/publication/320875493_Imprediktibilitas_Kebijak
an_Luar_Negeri_Amerika_Serikat_Tantangan_dan_Ancaman_Rezim_Donald_
Trump_Terhadap_ASEAN; Internet; diunduh pada 29 April 2019.
Ayunda, Monica Krisna Ayunda dan Rhoma Dwi Aria Y. “Konflik India dan Pakistan
Mengenai Wilayah Kashmir Beserta Dampaknya (1947-1970).” Universitas
Negeri Yogyakarta [jurnal on-line]; tersedia di
(http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/risalah/article/download/9991/95
83); Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018.
Bishoyi, Saroj. 2011. “Defence Diplomacy in US India Strategic Relationship.” Journal
of Defence Studies, Vol. 5, No. 1. Diunduh 2 Oktober 2018.
(https://www.researchgate.net/publication/312146603_Understanding_Kashmir
_Conflict_Looking_for_its_Resolution) Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018.
Centre for Humanitarian Dialogue, “Conflict Resolution: Learning Lessons From
Dialogue Processes in India”, July 2011 [jurnal on-line] teredia di
https://www.files.ethz.ch/isn/131093/Conflict%20resolution%20in%20India.pd
f; internet; diunduh pada 23 Juli 2019.
Ensley, Chad. “Dangerous Liaisons: Is the U.S. – Pakistan Alliance a Cause of Indo –
Pakistani Conflict?” Thesis of Georgetown University, April 2001.
Fauzi, Cahya. “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Pakistan dalam Kasus
Perebutan Wilayah Kashmir antara India dan Pakistan (2009 – 2013)”,
Academia.edu, 2-3 [jurnal on-line] tersedia di
https://www.academia.edu/31386162/Kepentingan_Amerika_Serikat_Menduku
ng_Pakistan_dalam_Kasus_Perebutan_Wilayah_Kashmir_antara_India_dan_Pa
kistan; Internet; diunduh pada 29 April 2019.
Ganguly, Meenakshi. “For Peace in Kashmir, India Must Address Rights Abuses by
Security Forces.” Human Rights Watch (2018). [jurnal on-line] tersedia di
(https://www.hrw.or g/id/journal/2018/04/06/316916); Internet; diunduh pada
19 Maret 2019.
Habib, Muhammad. “Usaha Pakistan Mendapatkan Kashmir Kembali VIS-À-VIS
Kesenjangan Power dengan India”, Universitas Indonesia, Desember 2015
[jurnal on-line] tersedia di
https://www.researchgate.net/publication/288166145_USAHA_PAKISTAN_M
ENDAPATKAN_KASHMIR_KEMBALI_VIS-A-
VIS_KESENJANGAN_POWER_DENGAN_INDIA Internet; diunduh pada 25
Juni 2019.
Ken, Kiyono. “A Study on The Concept of The National Interest of Hans Morgenthau: As
a Standard of American Foreign Policy,” Nagasaki University‟s Academic
Output Site, 経営と経済, 49(3), pp.1-20; 1969, 31 Oktober 1995 [jurnal
online]; tersedia di
http://naosite.lb.nagasakiu.ac.jp/dspace/bitstream/10069/27783/1/keieikeizai49_
03_04.pdf; Internet; diunduh pada 26 Juli 2019.
Kurniawan, Heri. “Konflik India – Pakistan Pasca Kemerdekaan (Studi Kasus Kashmir
1947 – 2012 M).” Skripsi UIN Sunan Kalijaga (2013) [jurnal on-line] tersedia
di http://digilib.uin-
suka.ac.id/8967/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
; Internet; diunduh pada 7 Maret 2019.
Mastanduno, Michael, David A. Lake dan John Ikenberry. “Toward a Realist Theory of
State Action.” International Studies Qurterly, Vol. 42, No. 3. (Summer, 1988).
Meltzer, Joshua P. “(Report) India – US: Economic and Trade Relations,”
Brookings.edu, 4 Juni 2016 [jurnal on-line] tersedia di
lxv
https://www.brookings.edu/research/india-u-s-economic-and-trade-relations/;
Internet; diunduh pada 3 April 2019.
Mufidah, Haifa Karimah. “Penelitian Kualitatif Deskriptif”, Prezi.com (10 November
2015) [jurnal on-line] tersedia di https://prezi.com/pmtmgzfh8vyf/penelitian-
kualitatif-deskriptif/; Internet; diunduh pada 19 Oktober 2018.
Office of the United Nation High Commissioner for Human Rights (OHCHR). “Report on
the Situation of Human Rights in Kashmir: Developments in the Indian State of
Jammu and Kashmir from June 2016 to April 2018, and General Human Rights
Concerns in Azad Jammu and Kashmir and Gilgit-Baltistan, 14 Juni 2018.”
[jurnal onl-line] tersedia di
(https://www.ohchr.org/Documents/Countries/IN/DevelopmentsInKashmirJune
2016ToApril2018.pdf); Internet; diunduh pada 1 Oktober 2018.
Oxford English Dictionary, “Definition Kashmir” [buku on-line], tersedia di
https://en.oxforddictionaries.com/definition/kashmir; Internet; diunduh
pada 1 Oktober 2018.
Putnam, Robert D. “Diplomacy and Domestic Politics: The Logic of Two-Level Games.”
International Organization, Vol. 42, No. 3. (Summer, 1988).
Rahmwati, Alvina dan Bagus Wahyu Priyamono. “Konflik India – Pakistan dalam
Persengketaan Kashmir Pasca Kemerdekaan Anak Benua (Sub-Kontunen),
Universitas Negeri Malang, 2015, hal 5 [jurnal on-line] tersedia di
https://www.academia.edu/28297640/KONFLIK_INDIA-
PAKISTAN_DALAM_PERSENGKETAAN_KASHMIR_PASCA_KEMERD
EKAAN_ANAK_BENUA_SUB-KONTINEN; Internet; diunduh pada 24 Juli
2019.
Raina, A. N. “Geography Jammu and Kashmir State”, koausa.org {jurnal on-line] tesedia
di https://koausa.org/geography/doc/geography.pdf; Internet; diunduh pada 19
Maret 2019.
Raigarh, “Kashmir Integral Part of India, Can‟t be Separated: Amit Shah”, The Times of
India, 18 April 2019 [berita on-line] tersedia di
https://timesofindia.indiatimes.com/elections/news/kashmir-integral-part-of-
india-cant-be-separated-amit-shah/articleshow/68937557.cms; Internet; diunduh
pada 29 April 2019.
Rajan, Sehila “The Prospect of Thrid-Party Meditation of the Kashmir Dispute: Is There a
Way to Re-Engage India in a Facilitated Discussion?”, King Scholar Thesis
Paper, 2005, hal 21 [artikel on-line] tersedia di
http://www.law.msu.edu/king/2005/2005_Rajan.pdf; Internet; diunduh pada 24
Juli 2019.
Rothermund, Dietmar “The Annals of the American Academy of Political and Social
Science” Vol. 386, Protagonists, Power, and the Third World: Essays on the
Changing International System (November 1969), 78 [jurnal on-line] tersedia di
https://www.jstor.org/stable/1037616?seq=1#page_scan_tab_contents; Internet;
diunduh pada 29 April 2019
Shafiq, Gulraze “The Role of India and Pakistan Leadership in Kashmir Conflict”,
[Jurnal on-line] Digital Repository from United States International University
– Africa (2017), teredia di
http://erepo.usiu.ac.ke/bitstream/handle/11732/3600/GULRAZE%20SHAFIQ%
20MAIR%202017.pdf?sequence=1&isAllowed=y; Internet; diunduh pada 22
Juli 2019.
Septiana, Rina. “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap India – Iran Mengenai
Program Nuklir Pada Masa Periode Kedua George W. Bush (2005 - 2009)”,
lxvi
Skripsi Universitas Airlangga (September 2016), 15 [jurnal on-line] tersedia di
http://repository.unair.ac.id/16949/; Internet; diunduh pada 12 April 2019.
The Times of India, “India rejects US offer to mediate with Pakistan on Kashmir issue”,
5 April 2017 [berita on-line] tersedia di
https://timesofindia.indiatimes.com/india/india-rejects-us-offer-to-mediate-
with-pakistan-on-kashmir-issue/articleshow/58018616.cms; Internet; Diunduh
pada 29 April 2019.
Universitas Gajah Mada, “Mengapa BJP Menang dalam Pemilu Parlemen India tahun
2014”, 2016, 3 [jurnal on-line] tersedia di https://
etd.repository.ugm.ac.id%2Fdownloadfile%2F96802%2Fpotongan%2FS1-
2016-329927-introduction.pdf&usg=AOvVaw1KaCRFYwLCPYc4IGjsdJiB;
Internet; diunduh pada 29 April 2019.
Univeristas Muhammadiyah Yogyakarta. “Kepentingan India atas Kashmir.” Maret 2019
[jurnal on-line]; tersedia di
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4770/BAB%20II.pdf?s
equence=2&isAllowed=y; Internet; diunduh pada 7 Maret 2019.
Wani, Hilal. “Understanding Kashmir Conflict: Looking for its Resolution.”
ResearchGate, Januari 2013 [jurnal on-line]; tersedia di
(https://www.researchgate.net/publication/312146603_Understanding_Kashmir
_Conflict_Looking_for_its_Resolution); Internet; diunduh pada 1 Oktober
2018.
Wati, Dayus “Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi India dalam mengeluarkan
kebijakan pemukiman Hindu di Kashmir?”, Universitas Muhamadiyah Malang,
2018 [jurnal on-line] tersedia di http://eprints.umm.ac.id/37692/2/jiptummpp-
gdl-dewiayusep-50948-2-babi.pdf; Internet; diunduh pada 24 Juli 2019.
Berita
BBC News, “Pakistani PM hails China as his coutry‟s „best friend‟”, 17 Mei 2011 [berita
on-line] tersedia di https://www.bbc.com/news/world-south-asia-13418957;
Internet; diunduh pada 29April 2019.
BBC News, “Bom di Kashmir: 40 Polisi Tewas, India Salahkan Kelopmok Muslinm di
Pakistan”, 15 Februari 2019 [berita on-line] tersedia di
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-47248432; Internet; diunduh pada 25
Juni 2019.
Abi Habib, Maria. “India is Close to Buying a Russian Missile System, Despite U.S.
Sanctions”, New York Times [berita on-line] tersedia di
https://www.nytimes.com/2018/04/05/world/asia/india-russia-s-400-
missiles.html; Internet; diunduh pada 12 April 2019.
Dessthania Suastha, Riva. “Narendra Modi Mantan Penjual Teh di Stasiun Kini PM
India”, CNN Indonesia, 30 Mei 2018 [berita on-line] tersedia di
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180530065631-106-
302121/narendra-modi-mantan-penjual-teh-di-stasiun-kini-pm-india; Internet;
diunduh pada 23 Mei 2019.
Dikarma, Kamran. “Narendra Modi Ingin Hapus Status Kashmir”, Republika.co.id, 8
April 2019 [berita on-line] tersedia di
https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/asia/ppn7d5382/narendr
a-modi-ingin-hapus-status-khusus-kashmir; Internet; diunduh pada 23 April
2019.
lxvii
Economic Times India, “Donald Trump calls India a true friend: US Official”, 14
Desember 2018 [berita on-line] tersedia di
https://economictimes.indiatimes.com/news/politics-and-nation/donald-trump-
calls-india-a-true-friend-us-official/articleshow/67088476.cms; Internet;
diunduh pada 3 April 2019.
Economic Times, “Explained: Kashmir‟s Article 35A Conundrum”, 25 Februari 2019
[berita on-line] tersedia di https://m.economictimes.com/news/et-
explains/trouble-brewing-over-35a/amp_articleshow/65252273.cms; Internet;
diunduh pada 23 April 2019.
Ericssen, “BJP Menang Telak di Pemilu India”, Kompas Internasional, 16 April 2014
[berita on-line] tersedia di
https://internasional.kompas.com/read/2014/05/16/1955131/BJP.Menang.Telak.
di.Pemilu.India; Internet; diunduh pada 23 April 2019.
F. Islam, Frank. “US-India trade relations: India should keep cool, keep calm, and carry
on”, Hindustan Times, 2 November 2018 [berita on-line] tersedia di
https://www.hindustantimes.com/analysis/us-india-trade-relations-india-should-
keep-cool-keep-calm-and-carry-on/story-qnd8dZe54NOgNqTBXqqc2H.html;
Internet; diunduh pada 3 April 2019.
Ganguly, Meenakshi. “For Peace in Kashmir, India Must Address Rights Abuses by
Security Forces”, Human Rights Watch, 6 April 2018 [berita on-line] tersedia di
https://www.hrw.or g/id/news/2018/04/06/316916; Internet; diunduh pada 19
Maret 2019.
GK Today, “COMCASA: US experts to discuss key military agreement with India”, 18
Juni 2018 [berita on-line] tersedia di currentaffairs.gktoday.in/comcasa-experts-
discuss-key-military-agreement-india-06201856234.html; Internet; diunduh
pada 12 April 2019.
Hardoko, Ervan. “900 Juta Orang, Pemilu India Jadi yang Terbesar di Dunia”, Kompas
Internasional, 9 April 2019 [berita on-line] tersedia di
https://internasional.kompas.com/read/2019/04/09/17014421/diikuti-900-juta-
orang-pemilu-india-jadi-yang-terbesar-di-dunia?page=all; Internet; diunduh
pada 23 April 2019.
Ika, Aprilia. “Balas Perang Dagang AS, China Juga Kenakan Tarif Impor ke Produk AS”,
Kompas.com, 23 Maret 2018 [berita on-line] tersedia di
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/23/131955126/balas-perang-dagang-
as-china-juga-kenakan-tarif-impor-ke-produk-as; Internet; diunduh pada 3 April
2019.
India Today. “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India,
says Pakistan PM Nawaz Sharif,” 12 April 2017 [berita on-line]; tersedia di
https://www.indiatoday.in/world/story/pakistan-nawaz-sharif-kashmir-dispute-
america-trump-india-971075-2017-04-12; Internet; diunduh pada 2 Oktober
2018.
India Today, “BJP Manifesto 2019: No to Article 370 and Article 35 A”, 8 April 2019
[berita o-line] tersedia di https://www.indiatoday.in/elections/lok-sabha-
2019/story/bjp-manifesto-2019-no-article-370-article-35a-1496655-2019-04-08;
Internet; diunduh pada 23 April 2019.
India Today, “America can play 'very critical role' in resolving Kashmir issue with India,
says Pakistan PM Nawaz Sharif”, 12 April 2017 [berita on-line] tersedia di
https://www.indiatoday.in/world/story/pakistan-nawaz-sharif-kashmir-dispute-
america-trump-india-971075-2017-04-12; Internet; diunduh pada 29 April
2019.
lxviii
Live Mint. “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it,” 5 April 2017 [berita
on-line]; tersedia di
https://www.livemint.com/Politics/1fQbPwhZQXV1sArP3xRjJK/Pakistan-
welcomes-US-mediation-after-India-rejects-it.html; Internet; diunduh pada 2
Oktober 2018.
Live mint, “Pakistan welcomes US mediation after India rejects it”, 5 April 2017 [berita
on-line] tersedia di
https://www.livemint.com/Politics/1fQbPwhZQXV1sArP3xRjJK/Pakistan-
welcomes-US-mediation-after-India-rejects-it.html; Internet; diunduh pada 29
April 2019.
Najar, Nida. “How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir”, New
York Times, 15 Juni 2018. [berita on-line] tersedia di
https://www.nytimes.com/2016/07/17/world/asia/how-killing-of-prominent-
separatist-set-off-turmoil-in-kashmir.html; Internet; diunduh pada 19 Maret
2019.
New York Times. “How Killing of Prominent Separaist Set Off Turmoil in Kashmir,” 15
Juni 2018 [berita on-line] tersedia di
https://www.nytimes.com/2016/07/17/world/asia/how-killing-of-prominent-
separatist-set-off-turmoil-in-kashmir.html; Internet; diunduh pada 1 Oktober
2018.
Okezone, “Operasi Shakti”, 6 April 1998. [berita on-line] tersedia di
http://suar.okezone.com/read/2011/01/26/58/418016/siasat; Internet; diunduh
pada 12 April 2019
Parpiani, Kashish. “Trump‟s South Asia Policy: India, Pakistan and China”, Obeserver
Research Foundation, 26 Oktober 2016 [artikel on-line] tersedia di
https://www.orfonline.org/research/trump-south-asia-policy-india-pakistan-
china/; Internet; diunduh pada 26 Juli 2019.
Peri, Dinakar. “What is LEMOA?”, The Hindu News, 18 Oktober 2016 [berita on-line]
tersedia di https://www.thehindu.com/news/national/What-is-
LEMOA/article15604647.ece; Internet; diunduh pada 18 April 2019.
Prescott, Jeffrey.”Trump Doesn‟t Deserve Any Credit for His Disruptive Foreign Policy”,
Foreign Policy News, 14 Maret 2019 [berita on-line] tersedia di
https://foreignpolicy.com/2019/03/14/trump-doesnt-deserve-any-credit-for-his-
disruptive-foreign-policy/ ; Internet; diunduh pada 29 April 2019
Rajagopal, Krishnadas. “What is Article 35 A?”, The Hindu, 3 November 2017 [berita
on-line] tersedia di https://www.thehindu.com/news/national/what-is-article-
35a/article19567213.ece; Internet; diunduh pada 23 April 2019.
Rmol.co. Pakistan Beberkan Pelanggaran HAM di Kashmir, 8 Februari 2018 [berita on-
line] tersedia di https://dunia.rmol.co/read/2017/02/08/279722/Pakistan-
Beberkan-Pelanggaran-HAM-Di-Kashmir-; Internet; diunduh pada 1 Oktober
2018.
Samosir, Hana Azarya. “India Tangkap Merpati yang Bawa Pesan Ancaman untuk
Modi”, 3 Oktober 2016. [berita on-line] tersedia di
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161003174123-113-
163028/india-tangkap-merpati-yang-bawa-pesan-ancaman-untuk-modi; Intener;
diunduh pada 25 Juni 2019.
Sankar, Arun. “PM India Sebut Negara Tetangganya sebagai „Ibu Terorisme‟”, kompas
internasional, 16 Oktober 2016. [berita on-line] tersedia di
https://internasional.kompas.com/read/2016/10/16/16382391/pm.india.sebut.ne
gara.tetangganya.sebagai.ibu.terorisme; Internet; diunduh pada 19 Maret 2019.
lxix
Sapru, Sanjay. “J&K State: Accession, Article 370 and Article 35 A”, Greater Kashmir,
20 Agustus 2017 [berita on-line] tersedia di
https://www.greaterkashmir.com/news/opinion/jk-state-accession-article-370-
and-35a/ ; Internet; diunduh pada 23 April 2019.
Sehgal, Manjeet. “India – US Likely to Sign Agreements on Information Security,
Geospatial Cooperation”, India Today, 28 Agustus 2018 [berita on-line]
tersedia di https://www.indiatoday.in/india/story/india-us-likely-to-sign-
agreements-on-information-security-geospatial-cooperation-1325585-2018-08-
28; Internet; diunduh pada 18 April 2019.
Smith, Jeff. “COMCASA: Another Step Forward for the United States and India”, The
Diplomat, 11 September 2018 [berita on-line] tersedia di
https://thediplomat.com/2018/09/comcasa-another-step-forward-for-the-united-
states-and-india/; Internet; diunduh pada 18 April 2019.
Suprobo, Hafit Yudi. “Prancis: Eropa Bersatu Lawan Kebijakan Perdagangan Trump”,
Warta Ekonomi.co.id, 9 Juli 2018 [berita on-line] tersedia di
https://www.wartaekonomi.co.id/read186832/prancis-eropa-bersatu-lawan-
kebijakan-perdagangan-trump.html; Internet; diunduh pada 29 April 2019.
The EconomicTimes, “Seven Reasons Why COMCASA Important to India?” 7
September 2018 [berita on-line] tersedia di
https://economictimes.indiatimes.com/news/defence/seven-reasons-why-
comcasa-is-so-important-for-india/articleshow/65707682.cms; Internet;
diunduh pada 12 April 2019.
The Hindu. “What is LEMOA?,” 18 Oktober 2016 [berita on-line] tersedia di
https://www.thehindu.com/news/national/What-is-
LEMOA/article15604647.ece, pada 2 Oktober 2018; Internet; diunduh pada 2
Oktober 2018.
The Times of India. “India rejects US offer to mediate with Pakistan on Kashmir issue,” 5
April 2017 [berita on-line] tersedia di
https://timesofindia.indiatimes.com/india/india-rejects-us-offer-to-mediate-
with-pakistan-on-kashmir-issue/articleshow/58018616.cms; Internet; diunduh
pada 2 Oktober 2018.
Widodo, Mukhlison S. “Kerjasama Militer India – AS, Upaya Menutup Ekspor Minyak
Iran”, gatra.com, 7 September 2018 [berita on-line] tersedia di
https://www.gatra.com/rubrik/internasional/asia-oseania/343212-Kerjasama-
Militer-Amerika-India-Upaya-Menutup-Ekspor-Minyak-Iran-; Internet;
diunduh pada 12 April 2019.
Basis Data Online
Legacy, “Kashmir Region” [dokumen online] tersedia di
https://legacy.lib.utexas.edu/maps/middle_east_and_asia/kashmir_region_2004.
jpg; Internet; diunduh pada 7 Maret 2019.
Ministry of Law and Justice, “The Constitution of India”, Legislative Depatment of India,
31 Juli 2018, 149 [database on-line] tersedia di
http://legislative.gov.in/sites/default/files/COI-updated-as-31072018.pdf;
Internet; diunduh pada 23 April 2019.
Nuclearfiles, “Amerika memberikan sanksi terhadap india”, [artikel on-line] tersedia di
http://www.nuclearfiles.org/menu/keyissues/nuclear; Internet; diunduh pada 12
April 2019.
Roskin, Michael G. “National Interest: From Abstraction to Strategy”, 20 Mei 1994
[laporan on-line]; tersedia di
lxx
https://www.globalsecurity.org/military/library/report/1994/ssi_roskin.pdf;
Internet; diunduh pada 26 Juli 2019.
The Encyclopedia of Earth,“Nuclear PoliferationAct”, tersedia di
http://www.eoearth.org/article/Nuclear_Proliferation_Prevention_Act_of_1994,
_United_States; Internet; diunduh pada 12 April 2019.
United States Census Bureau, “2016-2017: U.S Trade in Goods with India” [database on-
line] tersedia di https://www.census.gov/foreign-trade/balance/c5330.html;
Internet; diunduh pada 3 April 2019.
United States Census Bureau, “TOP Trading Partner US in 2016” [database on-line]
tersedia di https://www.census.gov/foreign-
trade/statistics/highlights/top/top1612yr.html; Internet; diunduh pada 3 April
2019.
lxxi
Lampiran – lampiran
Lampiran I : Wawancara dengan Taufik Rigo, MA,.
Hasil Wawancara
Wawancara dengan Bapak Taufik Rigo MA,. sebagai diplomat muda yang
bertugas di Kedutaan Besar Republik Indonesia pada Juni 2014 – Februari 2018. Beliau
adalah pengamat politik luar negeri Asia Selatan khususnya pada isu konflik Kashmir.
Proses Wawancara dilakukan di Pusdiklat Kementerian Luar Negeri, Jakarta pada Senin,
8 April 2019, pukul 14:02 WIB.
1. Dari hasil observasi atau pengamatan Bapak, apa pendapat Bapak Rigo
mengenai kasus Jammu Kashmir yang semakin mengalami peningkatan jumlah
pelanggaran HAM nya pada 2015 sd 2018 ini?
Saya beruntung karena sejak bertugas di New Delhi saya mengamati dan
mengobservasi perkembangan India di bawah kepemimpinan Bapak PM Narendra Modi.
Yang berhasil menggusur partai yang dominan yaitu partai Kongress dari tampu
kekuasaan politik di India melalui partai yang beliau usung yaitu partai BJP (Bharatiya
Janata Party). Yaitu partai Hindu yang di gadang-gadang garis keras.
Kenapa ini relevan untuk kita sampaikan? Karena kita akan paham politik luar
negerinya dan wilayahnya dari platform partai itu. Jammu Kashmir adalah alat politik
luar negeri BJP dibawah Bapak PM Narendra Modi untuk meyakinkan konstituen
domestik, bahwa kami mendahulukan kepentiungan nasional dalam konteks itu artinya
sentiment politik keagamaan Hindu yang merupakan konstituen politik dia dan Hindunya
adalah Hindu garis keras. Dia ingin bicara ke sekema dia sendiri, bukan ke seluruhan
rakyat India terhadap kasus Jammu Kashmir. Itu sebabnya sejak 2015, terjadi sejumlah
pelanggaran-pelanggaran dan operasi militer yang lebih banyak volumenya disbanding
partai-partai sebelumnya. Partai Kongress yang dia gusur itu sekuler nasionalis patriot,
walaupun pemilihnya banyak yang Hindu tetapi Hindunya Hindu Sekuler. Dari situ kita
akan punya frame kerangka berpikir mengenai tindak tanduk politik nasional, regional,
dan internasional BJP yang berkuasa di bawah kepemimpinan PM Narendra Modi
Dalam konteks itu maka the Jammu Kashmir Question, persoalan Jammu
Kashmir bukanlah persoalan yang benar-benar menyelesaikan silang sengketa hukum
dekolonisasi terhadap status Jammu Kashmir, tetapi yang jumlah penduduknya secara
politik tidak relevan diantara 1,3 Milyar penduduk India yang memiliki 900 juta pemilih,
mereka sedang pemilu sekarang pemilu tingkat pusat dan pemilu federal negara bagian.
lxxii
Jadi tentu saja menjelang pemilihan umum tentu harus ada pesan-pesan politik termasuk
military operation, atau pernyataan politik yang benar-benar firm dari kelompok berkuasa
BJP dan koalisinya kepada calon pemilih agar pada saat mereka memilih yang akan
dimulai pada 11 april ini mereka semakin yakin bahwa kepentingan nasional India dalam
konteks ini adalah Hindu ekstrim garis keras mendapatkan wadah.
2. Kenapa kasus Jammu Kashmir menjadi masalah yang bernuansa politik domesik
India?
Disitulah partai berbasis Hindu garis keras mempunyai alat menyatakan
patriotism bahwa mereka bukan berpikir Hindu garis keras sempit tetapi berpikir
patriotik. Jadi mereka mengangkat martabak pikirian sempit mereka persis Donald Trump
“let‟s make America great again” padahal tidak, kamuflase bahwa dia berpikir sempit
white supremacist, anti wanita muslimah yang pakai jilbab. Dia bunhkus seakan-akan
bermartabat, Jammu-Kashmir nasibnya sama dan itu kita sedih, masyarakat menderita
berharap diselesaikan masalahnya tetapi dijadikan permen karet, ditelan tidak dibuang
tidak untuk mengangkat drajat orang berpikiran sempit dalam Hindu garis keras seakan-
akan mereka patriot pembela keutuhan wilayahnya, territorial dia.
Pak PM Narendra Modi dan partainya BJP dikecam masyarakat internasional,
pada saat itu menjadi seorang gubernur sedikit diatas gubernur di tingkat kekuasaan,
mendapat perhatian internasional karena eksekusinya terlalu banyak, sering dan itu hanya
menerima tipikal hanya minoritas muslim. Berartikan karena well targeted emang di
bidik harus perempuan pakai jilbab, sementara muslimah yang tidak pakai jilbab tidak di
bidik jadi memang karena benci muslimah yang berjilbab. Jadi memang sudah di desain
dengan sentiment dan cara berpikir dia bahwa Islam tidak boleh di praktekan dalam
pemahaman yang beragam tapi harus satu yaitu yang sekuler saja yang tidak sekuler tidak
boleh. India adalah Negara demokrasi terbesar di seluruh alam semesta dengan sekitar
900 juta pemilih dari 1,3 milyar penduduk, untuk menunjukan bahwa demokerasi bisa
kompatibel dengan Hindu, nilai-nilai hinduisme harus kompatibel dengan demokrasi.
Dan Negara demokrasi terbesar kedua adalah AS, dengan sekitar 280 atau 300 juta
pemilih dari 450 juta penduduk, menunjukan kompabilitas demokrasi dengan Kristen.
3. Mengapa konflik Jammu Kashmir ini seolah sulit sekali untuk di
internasionalisasi?
Terkait dengan upaya internasional untuk terlibat dalam penyelesaian Jammu
Kashmir, jadi kira-kira begini petanya India ketika persoalan Jammu Kashmir mendapat
perhatian internasional nampaknya mendapat semacam consensus politik nasional untuk
lxxiii
tidak meng-internasionalisasi Jammu Kashmir di antara partai2 besar. Tolong dilacak the
principle of non-internalization of the Jammu Kashmir question, ada beberapa
rujukannya tapi saya lupa tepatnya sudah lama sekali mungkin sekitar 80 atau 70-an
ketika mereka menolak non-internasionalisasi itu. Sehingga setiap upaya internasional
insyaAllah oleh partai-partai yang berkuasa di dalamnya insyaAllah sih di tolak.
Apa perbedaanya? Sedikit saja, partai Congress menolak campur tangan
internasional terhadap persoalan Jammu Kashmir tetapi tidak menolak bicara mengenai
keluhan-keluhan mereka. BJP bukan hanya menolak, bahkan mendengar keluh kesah
mereka saja tidak mau. Namun tetap siapapun yang berkuasa mereka sudah sepakat tidak
akan membiarkan internasionalisasi masalah ini, hal itu juga yang membuat Indonesia
dulu di provinsi paling terakhir yaitu Timor Timor, tidak meninginkan internasionalisasi
masalah ini, dianggap sebagai persoalan domestik menganut prinsip principle of non-
intervention. Yang dapat dilakukan masyarakat internasional adalah melaporkan
pelanggaran-pelanggaran HAM tapi bukan menyelesaikan masalahnya itu sendiri.
4. Karena India sudah swing ke AS bukankah ini seharusnya menjadi golden
opportunity bagi India untuk menyelesaikan kasus Jammu Kashmir? Karena AS
bisa berpihak kepada India dalam penyelesaian kasus ini?
Mengapa itu bukan golden opportunity? Karena AS hari ini yang dulu patron
Pakistan, dimusuhi Pakistan tidak dapat dipresepsikan sebagai seorang mediator yang
hatinya tulus tanpa potensi apapun, semua sudah ilfeel, dan sudah mengalami trust deficit
kepada AS. Karena AS hari ini tidak peduli kepada yang lain kecuali dirinya sendiri,
ketika kita bilang “diri mereka sendiri” adalah diri Pak Trump dan partainya sendiri.
Begitu sempitnya kepentingan golongan sehingga Pak Modi melakukan hitungan
matematika disitu, kalau saya iyakan tawarannya hari ini dipimpin Pak Trump lalu ganti
kabinet ke Demokrat semua sekutu Trump dianggap musuh bagi kabinet yang baru, bisa
mati saya.”
lxxiv
Lampiran II : Wawancara dengan Prof. Dr.Azyumardi Azra
Hasil Wawancara
Wawancara dengan Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, CBE. Beliau adalah
pengamat politik luar negeri dan isu-isu kontemporer, dan cendekiawan muslim. Proses
Wawancara dilakukan di Komplek Puri Laras, Tangerang Selatan pada Rabu, 17 April
2019, pukul 18:32 WIB.
1. Dari hasil observasi atau pengamatan Bapak, apa pendapat Bapak mengenai
alasan India menolak AS sebagai mediator konflik Kashmir pada tahun 2017?
Sejak perang dunia ke 2, India kan lebih condong kepada sosialis dan Pakistan
lebih terseret ke orbitnya AS. India sepertinya tidak pernah masuk orbitnya AS, karena
itu India menganggap AS tidak netral masalah Kashmir.
2. Apakah ada kemungkinan India menolak AS karena saat ini AS sedang dipimpin
oleh Trump? Apakah kalau AS menawarkan diri sebagai mediator saat masa
kepemimpinan Obama itu lebih memungkinkan untuk diterima oleh India?
Secara hipotetis, Obama lebih soft lebih bisa diterima dibandingkan Trump yang
konfrontatitf dan lebih fundamentalis juga Kristennya. Sementara di India orang Kristen
juga menjadi masalah, orang-orang paling bawah yang pindah Kristen. Misionaris AS itu
agresif di India, sementara India sedang dikuasai oleh partai BJP, dan BJP itu
fundamentalis Hindu jadi tambah tidak cocok saja itu.
3. Berarti seperti yang Bapak bilang bahwa adanya faktor BJP dalam penolakan
ini, jadi keputusan ini juga dipengaruhi oleh politik domestik India?
Tidak nyaman saja, ada dua hal utama yaitu; Yang pertama secara ideologis,
timnya Pakistan yang ribut dengan india dalam soal Kashmir lebih berada di orbit AS ,
sementara India engga, india dulu lebih di blok sosialis, dulu.
Alasan kedua, kalo dengan Trump sekarang, Trump memberikan momentum bagi
misionaris AS untuk memberikan kristenisasi, karena Trump kan mendorong
fundamentalis Kristen, sementara BJP partai fundamentalis Hindu sangat memusuhi
orang Muslim sama Kristen, makanya orang2 partai Muslim dan Kristen aktifnya di
partai Kongress.
4. Dengan India menolak hasil penyidikan dari PBB mengenai pelanggaran HAM di
Kashmir, India juga menolak PBB untuk masuk wilayah India itu berarti India
tidak mau masalah Kashmir ini di internasionalisasi?
lxxv
Ohiya itu pasti, karena India menganggap bahwa wilayah Kashmir merupakan
wilayah integral dari India. Prinsip dasar itu, sama kayak Indonesia dan Papua, Indonesia
pasti juga gamau kalo isu Papua di internasionalisasi, tapi kalo masalah Kashmir kan
dibagi lagi ada wilayah Kashmir yang masuk India, ada Kashmir yang Pakistan.
5. Itu berarti siapapun partai BJP maupun Kongress yang sedang menguasai India,
India tetap menolak masalah Kashmir ini di internasionalisasi?
Kalau partai Kongress secara teoritis ada kemungkinan menerima AS (sebagai
mediator), tetapi kalau dilihat dari sudut kepentingan politik domestiknya agak susah
juga. Karena kalau partai Kongress kan partai sekuler, partai yang tidak berdasarkan
agama, cuma kalau dari kepentingan politik domestik ga mungkin (masalah Kashmir di
internasionalisasi).
6. Namun jika dilihat dari hubungan bilateral AS – India, hubungan bilateral
mereka bisa dibilang sangat baik dalam hubungan kerjasama ekonomi
perdagangan barang dan senjata, kemarin saat AS mengecam India karena
membeli senjata nuklir ke Rusia, India pada akhirnya juga ngikutin kemauan AS,
itu berarti sebetulnya hubungan mereka kan baik-baik saja?
Itu karena kepentingan ekonomi, kalau dalam isu ekonomi India, India berkeras
gitu ya rugi India dan disamping itu tenaga kerja India juga banyak yang ada di AS,
kemudian juga kerja sama dalam bidang IT di Bangalor banyak perusahaan AS yang buat
perusahaannya di Bangalor, India. Jadi kalo sudah menyangkut isu Kashmir, India tidak
bisa kompromi, mungkin isu-isu lain lebih bisa kompromi seperti isu dagang, tenaga
kerja, bisa kompromi karena memang kepentingan India lebih besar terhadap AS.