Upload
vubao
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
SIMPOSIUM NASIONAL PENDIDIKAN 2009SIMPOSIUM NASIONAL PENDIDIKAN 2009PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI INDONESIA UNTUK DAYA SAING GLOBAL
(STUDI KASUS DI KOTA MEDAN)
Oleh : Azizul Kholis, SE, M.Si
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri MedanContact : Campus (061) 6625973 / Fax (061) 6614002 Home ( 061) 77740650
Mobile phone 081370919293 e-mail : [email protected] web. : http://azizulkholis.wordpres.com
Kepada Yth :Panitia Simposium NasionalHasil Penelitian Pendidikan tahun 2009Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (Puslitjaknov) Balitbang Depdiknas RIDi Jakarta
Prihal : Pendaftaran makalah
Dengan hormat, berkenaan dengan adanya informasi undangan makalah (call for Paper) acara Simposium Nasional Hasil Penelitian Pendidikan tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (Puslitjaknov) Balitbang Departemen pendidikan Nasional Republik Indonesia, maka dengan ini saya :
Nama : Azizul Kholis, SE, M.SiNip : 132300535Jabatan : Dosen dan PenelitiUnit Kerja : Jurusan Akuntansi Fakultas : EkonomiPerguruan Tinggi : Universiatas Negeri Medan
Dengan ini menyatakan bersedia mengikuti Simposium dimaksud, untuk memaparkan hasil penelitian saya tahun 2008 yang berkenaan dengan pengembangan program pendidikan profesi akuntan di Indonesia (makalah terlampir).
Demikianlah pendaftaran ini saya sampaikan, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan, diucapkan terimakasih.
Medan, 15 Mei 2009Pemakalah
Azizul Kholis, SE, M.SiNIP.132 300 535
Cc :1. Ketua Lemlit Unimed2. Dekan Fak.Ekonomi3. Ketua Jurusan Akuntansi4. Arsip
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 2
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI INDONESIA UNTUK DAYA SAING GLOBAL )*
(STUDI KASUS DI KOTA MEDAN)**
Azizul Kholis, SE, M.Si )***
Abtract
The purposes of this study are main objective to analyzed strategics development of Program of Professional Accounting Education in Indonesia. Research design’s is a case study in accountant based on perceived Accountant in Medan City, North Sumatera Province. The used convinience sampling and get 40 (Fourty) person respondent as sampel. Time study has taken during June to December 2008. Quantitative tehcnique is using multiple regresion to examined hypotesys wich variables of strategics development factors as competitived advancedtages to acces global market. This study test bestfit model with statistic adjusted R Square value. The finding result evidences are institutional partnership, quality assurance, and Certification are significant influenced factors to strategic development Program of Profesional Accounting education. The implication of this research are Program of profesional education in Indonesia must be integritied of internasional certified and profession policy in dicipline fields.
Keywords : Strategic, Development, Education, Profesional
Abstraksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi pengembangan Program pendidikan profesi di Indonesia. Desain penelitian adalah studi kasus pada profesi akuntan berdasarkan persepsi Profesi Akuntan di Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. Pengambilan sampel menggunakan Teknik Purposive dengan jumlah responden sebanyak 40 (empat puluh) orang. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) Bulan sejak Juni s/d Desember 2008. Teknik kuantitatif yang digunakan adalah analisis Regresi berganda untuk menguji skor nilai koefisien dari variabel yang menjadi strategi pengembangan sebagai keunggulan kompetitif untuk memasuki pasar kerja global. Penelitian ini juga menguji ketepatan model dengan menggunakan Nilai hitung statistik R2. Hasil penelitian membuktikan bahwa Kemitraan institusi (Patnership), Jaminan mutu (Quality Assurance), dan Sertifikasi (Certified) merupakan faktor signifikan untuk strategi pengembangan pendidikan profesi. Implikasi penelitian adalah program pendidikan profesi Indonesia harus terintegritas dengan sertifikasi dan kebijakan profesi internasional sesuai bidang akuntansi masing-masing.
Kata Kunci : Strategi, Pengembangan, Pendidikan, Profesi
)* Makalah diajukan kepada Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (Puslitjaknov) Balitbang Depdiknas dalam Simposium Nasional hasil penelitian pendidikan tahun 2009)** Penelitian ini didanai oleh Program Kajian Pengembangan Profesi SIKAP Indonesia Foundation , 2008)*** Dosen dan Peneliti pada Jurusan Akuntansi, Fakultas .Ekonomi Universitas Negeri Medan
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 3
BAB – I . PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang Masalah
Pada saat ini, para sarjana ekonomi jurusan akuntansi sangat diminati oeh
dunia usaha yang akan dipekerjakan sebagai akuntan di perusahaan. Namun
kekhususan profesi akuntansi mensyaratkan seorang sarjana ekonomi Akuntansi
harus mengikuti pendidikan profesi untuk menjadi seorang Akuntan. Pendidikan
profesi tersebut diharapkan berdampak baik dan mempengaruhi pasar kerja tenaga
akuntan (Ritonga, 2007).
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 179/U/2001 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi, pada
Pasal 1 yaitu, Pendidikan profesi akuntansi adalah pendidikan tambahan pada
pendidikan tinggi setelah program sarjana Ilmu Ekonomi pada program studi
akuntansi.
Pada tahapan awal dampak baik pendidikan profesi yang diharapkan adalah
berkenaan dengan permintaan tenaga kerja yang sesuai pada bidangnya berdasarkan
kebutuhan dunia usaha dan profesi, kemudian pada tahapan berikutnya pada tuntutan
kompetensi (competence), jaminan mutu (quality assurance), dan keunggulan
kompetitif (competitived advantage) untuk bersaing, bekerja dan berkarir pada
perusahaan multi nasional/global.
Tuntutan karir sebagai akuntan global sejalan dengan liberalisasi profesi
penyedia jasa dibidang keuangan. Hal ini tidak dapat dihindari lagi oleh profesi
akuntan di Indonesia sebagai konsekuensi logis era globalisasi. Dengan adanya issue
ini, menjadi bahan pemikiran dan kajian yang cukup serius dalam dunia pendidikan
dan profesi akuntan di Indonesia dengan prinsip utamanya adalah kesiapan
menghadapi hal tersebut, khususnya Sertifikasi akuntan dalam kawasan regional
maupun global (Kompas, 2005).
Dari permasalahan pemberlakuan liberalisasi jasa akuntan di atas, maka
diperlukan piranti yang menjamin bahwa liberalisasi jasa akuntan akan berjalan
dengan fair, sebab mekanisme pasar bebas yang diarahkan oleh AFTA dan WTO
adalah market acces liberalization dimana pasar dibuka seluas-luasnya dan perlakuan
nasional (national treatment) berlaku bagi pihak asing.
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 4
Jadi dengan kondisi tersebut, maka mekanisme pasar akan berlaku dimana
siapa yang lebih tangguh dan profesional akan mampu mempertahankan
eksistensinya dan yang kurang profesional akan tergilas dengan sendirinya
berdasarkan seleksi persaingan profesi. Berkaitan dengan itu, peningkatan kualitas
nampaknya harus menjadi perhatian utama bagi dunia pendidikan dan organisasi
akuntan di Indonesia. Hal itu dapat dilakukan tidak hanya melalui peningkatan skill
yang memadai, namun juga pemahaman terhadap perkembangan isu profesi yang
berskala internasional.
Sebagai contoh dibidang standar akuntansi dan standar auditing adanya
kecenderungan banyak negara menerapkan Internasional Accounting Standar
(IAS) /Internasional Financial Reporting Standar (IFRS) dan Internasional Standar
of Auditing (ISA), selain itu banyak lagi peraturan pasar modal yang berkaitan
dengan masalah disclosure, legal dan Market Infrastructure yang kesemuanya itu
harus dikuasi jika akuntan Indonesia ingin berkiprah di level regional atau
internasional.
Namun, kondisi objektif profesi akuntan di Indonesia berdasarkan temuan
penelitian Sri Wahyuni (2004) menyebutkan bahwa adanya keraguan dunia usaha
atas keandalan pendidikan tinggi akuntansi dalam menghasilkan tenaga akuntan yang
profesional. Tentunya pendidikan tinggi akuntansi yang tidak menghasilkan seorang
profesionalisme sebagai akuntan tidak akan laku dipasaran tenaga kerja (Sundem,
1993) dan Machfoed (1998). Data lain dari Dewan Kehormatan Ikatan Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) Sukrisno Agoes (2008) menyebutkan bahwa profesi akuntan
publik tidak diminati kalangan muda dan fresh graduate (sarjana baru). " Dari 430
kantor akuntan publik (KAP) dan 2 koperasi jasa audit (KJA) di Indonesia, sebagian
besar personilnya didominasi kalangan orang tua," .
Padahal kebutuhan tenaga akuntan menurut Ritonga (2007) di Indonesia saat
ini masih kekurangan dalam berbagai bidang dan khusus akuntan pemerintahan,
setidaknya pemerintah membutuhkan minimal 34.700 tenaga akuntan, dan diprediksi
pula terdapat sekitar 19.670 satuan kerja departemen dan lembaga non departemen
serta 15 ribu satuan kerja (Satker) daerah dan Pemerintah Daerah yang sangat
membutuhkan tenaga akuntansi. Kemudian pada saat ini, dari 197 KAP dan 374
patner yang ini terdaftar di BAPEPAM tahun 2008, akuntan yang bisa dikatakan
aktif memberikan jasa kepada kliennya yang terdaftar (listed) hanya berjumlah
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 5
kurang dari 20 %, sehingga dari peta tersebut hanya big player yang mendominasi
pasar, untuk mendorong kebutuhan tersebut agar tidak terjadinya oligopolitik dalam
jasa audit sangat dibutuhkan pertumbuhan baru akuntan-akuntan Publik di Indonesia
yang barang tentu akan menyerap sarjana akuntansi baru yang berkarir di kantor
Akuntan.
Sarjana Akuntansi Indonesia bahkan harus mempersiapkan diri untuk berkarir
di bursa kerja pasar global, mengingat saat ini begitu banyak kekurangan tenaga
profesional dalam profesi akuntan, dimana para akuntan yang berkualitas sangat
dibutuhkan oleh banyak negara khususnya Amerika Serikat, India dan China.
Bahkan dikawasan ASEAN termasuk Malaysia, Singapura dan Filipina telah
mengajukan draft liberalisasi akuntansi yang mencakup pembuatan lembaga baru
sebagai otoritas untuk industri akuntansi di tingkat ASEAN. Sangatlah disayangkan
jika Indonesia tidak dapat ikut berpartisipasi dalam persaingan pasar kerja akuntan
global, sebab dengan adanya liberalisasi profesi, maka akuntan asing dimungkinkan
masuk dan berpraktik di Indonesia.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ersa (2009), bahwa Universitas di
Indonesia perlu belajar dari Malaysia dalam menyiapkan mahasiswanya untuk
mampu menjadi akuntan yang bisa bekerja secara global. Banyak program studi
akuntansi di universitas-universitas Malaysia yang telah terakreditasi oleh badan
Profesi Internasional seperti Certified Public Accountant (CPA), Certified Internal
Management Accountant (CIMA) atau Certified Council of Accountant (CCA). Hal
ini dapat mendorong lulusan Malaysia untuk mendapatkan sertifikat profesi
internasional yang kemudian menjadi kartu masuk bekerja diluar negeri.
Jik program sertifikasi profesi sesuai standar internasional yang komprehensif
tersebut dapat juga diterapka oleh perguruan tinggi di Indonesia, maka akan sangat
berarti terhadap peluang karir profesi akuntan dan peluang sarjana akuntansi
Indonesia untuk bekerja di pasar kerja global/negara asing.
Untuk itu program strategi pengembangan pendidikan profesi di Indonesia
harus dianalisis secara tepat dengan melibatkan para profesi akuntan itu sendiri,
sehingga para akuntan dapat mengetahui perlunya beberapa konsep untuk
pengembangan Pendidikan profesi Akuntansi. Secara khusus penelitian ini akan
mengkaji secara umum tentang strategi pengembangan yang berbasis pada fakta
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 6
lapangan serta kondisi pendidikan profesi yang ada saat ini. Pada tahapan awal
analisis akan dikaji berdasarkan persepsi para akuntan.
I.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan dan latar belakang Masalah diatas maka
perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
“ Apakah kemitraan institusi, jaminan mutu, dan sertifikasi merupakan
faktor Strategi yang harus dikembangkan oleh pendidikan profesi akuntan
Indonesia dalam menghadapi persaingan global “
I.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengembangkan strategi pendidikan profesi akuntan indonesia dalam
menghadapi persaingan global
Sedangkan Manfaat penelitian ini adalah :
a. Manfaat akademis penelitian ini untuk perbaikan mutu pendidikan profesi di
Indonesia khususnya pendidikan akuntansi yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi dengan berorientasi pada kebutuhan pasar kerja global baik
dari sisi kurikulum, metode pengajaran dan orientasi lulusan
b. Manfaat praktis penelitian ini bagi organisasi Ikatan akuntan Indonesia (IAI)
diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam menyikapi perkembangan
liberalisasi jasa akuntan
Adapaun kerangka dan struktur pemikiran penelitian ini dapat di uraikan pada
Gambar 1 berikut ini :
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 7
PERGURUAN TINGGI STAKE
HOLDER
PROFESI :
1. AKUNTAN PUBLIK
2. AKUNTAN MANAJEMENAKUNTAN PEMERINTAH
3. AKUNTAN PENDIDIK
PPAk
Gambar 1Kerangka dan Struktur Penelitian
Pengembangan Pendidikan Profesi Akuntan
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 8
Mahasiswa
Sarjana Akuntansi
Dunia Usaha
Organisasi Profesi
PERSAINGAN GLOBAL PROFESI
AKUNTAN
KompetensiDaya saing
Hard dan Soft Skill
RegulasiProteksiAdaptasi
STRATEGI PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN PROFESI
Jaminan Mutu (Quality Assurance)
2. Kemitraan (Patrnership)
3. Sertifikasi(certified)
BAB - II. TELAAH LITERATUR
2.1. Profesi Akuntan
Menurut kamus Bahasa Indonesia, profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan
yang dilandasi pendidikan keahlian ketrampilan, kejujuran, dan kode etik tertentu.
Profesi akuntan merupakan profesi yang dijalankan oleh orang-orang yang telah
mendapatkan gelar BAP (Bersertifikat Akuntan Publik) atau CPA (Certified Public
Accountant). Para profesional yang telah mendapat gelar tersebut, dapat mengajukan
izin untuk membuka praktek akuntan publik.
Dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No. 423/KMK 06/2002, yang
dimaksud dengan Akuntan Publik adalah Akuntan yang telah memperoleh izin dari
Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri ini.
Seseorang baru dapat menjadi Akuntan Publik jika telah melewati proses pendidikan
profesi dan sertifikasi profesi terlebih dahulu. Pendidikan yang disyaratkan untuk
dapat menjadi seorang Akuntan Publik adalah sarjana Strata–1 Akuntansi, Fakultas
Ekonomi yang kemudian dilanjutkan dengan Pendidikan Profesi Akuntan ( PPAk ).
Sementara itu, untuk proses sertifikasi diwajibkan untuk lulus Ujian
Sertifikasi Akuntan Publik (USAP). Setelah menjadi Akuntan Publik pun
pendidikan masih tetap dilanjutkan dengan Pendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL)
serta kursus dan pelatihan di KAP masing-masing.
Perubahan aturan ini sudah mulai dilaksanakan sejak tanggal 5 Februari 2008
melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan
Publik. Peraturan tersebut merupakan penyempurnaan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 423/KMK.06/2002 dan 359/KMK.06/2006 yang dianggap sudah tidak
memadai.
2.2. Pendidikan Profesi Akuntan
Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) merupakan pendidikan yang
diselenggarakan setelah menempuh pendidikan strata satu ekonomi jurusan akuntansi
dengan tujuan untuk mendapatkan gelar Akuntan (Ak). Hal ini sesuai dengan isi SK
Mendiknas No. 179/U/2001, perihal pemberian gelar akuntan (AK), yaitu sejak
tanggal 31 Agustus 2004 seluruh lulusan S1 jurusan akuntansi tidak lagi bergelar
Akuntan (Ak). Dasar hukum dari pelaksanaan PPA adalah:
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 9
a. Naskah Kerjasama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Dirjen Pendidikan
Tinggi (DIKTI)
b. SK Mendikans 179/U/2001 tentang penyelenggaran Pendidikan Profesi
Akuntansi.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 179/U/2001 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi.
Pasal 1 . Pendidikan profesi akuntansi adalah pendidikan tambahan pada pendidikan tinggi setelah program sarjana Ilmu Ekonomi pada program studi akuntansi.
Pasal 21) Pendidikan profesi akuntansi diselenggarakan di perguruan tinggi sesuai
dengan persyaratan, tata cara dan kurikulum yang diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
2) Penyelenggaraan pendidikan profesi akuntansi di perguruan tinggi dilakukan setelah mendapatkan izin dari Direktur Jenderal Perguruan Tinggi.
3) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diberikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi atas dasar rekomendasi dari Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan.
Perjanjian kerja sama antara Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Ketua Umum Ikatan Akuntan Indonesia Nomor 565/D/T2002 dan 2460/MOU/III/02 tentang pengelolaan sistem dan penyelenggaraan pendidikan profesi akuntansi.
Pasal 11. Maksud perjanjian kerja sama ini adalah untuk menjabarkanpengelolaan
sistem dan penyelenggaraan pendidikan profesi akuntansi.2. Tujuan perjanjian kerja sama ini adalah untuk mengatur wewenang dan
tanggung jawab masing-masing pihak dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan profesi akuntansi.
Pasal 2Lingkup perjanjian kerja sama meliputi:1. Penyelenggaraan pendidikan profesi akuntansi.2. Pembukaan dan penutupan pendidikan profesi akuntansi.3. Penetapan kurikulum pendidikan profesi akuntansi.4. Evaluasi dan ujian.5. Sertifikasi.Pasal 3Departemen Pendidikan Nasional mempunyai wewenang dantanggung jawab atas:1. Pembinaan akademik penyelenggaraan pendidikan profesi.2. Pembukaan dan penutupan pendidikan profesi akuntansi atas rekomendasi
Panitia Ahli Pertimbangan Ijazah Akuntan atas usul
Gambar Alur Pemikiran dan proses pendidikan Akuntansi di Indonesia dapat
dilihat pada gambar 2 berikut ini :
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 10
Gambar 2Diagram Alur Pemikiran dan Proses Pendidikan Akuntansi di Indonesia
Sumber : Bawono, 2007
Data Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sampai dengan akhir tahun 2008 menjelaskan perguruan tinggi pelaksana PPAk adalah :
Tabel.1Daftar Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Profesi Akuntan
No Perguruan Tinggi Negeri/Swasta No Perguruan Tinggi Negeri/Swasta
1 Universitas Diponegoro 2 Universitas Jenderal Soedirman
3 Universitas Brawijaya 4 Universitas Sumatera Utara
5 Universitas Airlangga 6 STIE Tridharma Bandung
7 Universitas Indonesia 8 STIE YKPN Yogyakarta
9 Universitas Riau 10 Universitas Widyatama
11 Universitas Gadjah Mada 12 STIE IBII
13 Universitas Sebelas Maret 14 STIESIA Surabaya
15 Universitas Udayana 16 Universitas Lambung Mangkurat
17 Universitas Padjajaran 18 Universitas Stikubank
19 Universitas Hasanudin 20 Universitas Sriwijaya
21 Universitas Sam Ratulangi 22 Universitas Islam Bandung
23 Universitas Lampung 24 Universitas Trisakti
25 Universitas Andalas 26 Universitas Surabaya
27 Universitas Maranatha 28 STIE Supra Jakarta
29 Universitas Teknologi Yogyakarta 30 Universitas Tarumanegara
31 Universitas Mulawarman 32 Universitas Parahyangan
33 Universitas Malangkucecwara 34 Universitas Syahkuala
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 11
35 Universitas Gajayana 36 Universitas Mercu Buana
37 Universitas Sanata Dharma
Sumber : www.iai.or.id
2.3. Bidang Profesi dan Kompetensi Akuntan
Akuntan sebagai suatu profesi, perlu mengetahui syarat-syarat dari profesi itu
sendiri, yaitu:
1. Didasarkan pada disiplin
2. Diperlukan proses pendidikan tertentu untuk memperoleh pengetahuan.
3. Ada standar kualifikasi yang mengatur jika mau memasukinya dan harus ada
pengakuan format mengenai statusnya.
4. Ada norma prilaku yang mengatur antara profesional dengan kliennya, teman
sejawat dan publik. Tanggung jawab yang tercakup dalam suatu pekerjaan
untuk melayani kepentingan umum.
5. Ada organisasi yang mengabdikan diri untuk menunjukkan kewajiban-
kewajibannya terhadap masyarakat dan untuk kepentingan kelompok itu.
6. Kebebasan bertindak dan berpendapat sesuai dengan norma dan etika
profesinya.
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan secara terus menerus
berhadapan dengan dilema etik yang melibatkan pilihan diantara nilai-nilai yang
bertentangan. Profesi akuntan di Indonesia terbagi menjadi:
1. Akuntan publik
2. Akuntan manajemen
3. Akuntan pendidik
4. Akuntan pemerintah
Sebutan untuk Kelompok Profesi Akuntan tersebut diatas antara lain adalah
Akuntan Publik (AP), Akuntan Sektor Publik (ASP), Akuntan Manajemen (AM),
dan Akuntan Pendidik (APd). Profesi dan Kompetensi Akuntan juga identik dengan
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 12
audit, oleh karena itu perlu juga diuraikan tentang batasan dan ruang lingkup antara
audit internal dan audit eksternal sebagai berikut :
Tabel 2.
Perbandingan Ruang lingkup Audit Profesi Akuntan
URAIAN EKSTERN INTERN1. Tujuan Utama Memberikan pendapat terhadap
kelayakan suatu pertanggung jawaban
Membantu manajemen untuk menjamin terwujudnya efisiensi dan efektifitas
2. Pemakai (user)
Stakeholders (DPR, Rakyat, Kreditur ,dll )
Majanemen pemerintah
3. Jenis Pemeriksaan
1. Pertanggungjawaban keuangan, 2Pengelolan keuangan,3 Pemeriksaan keuangan dengan tujuan tertentu.
Pengelolan keuangan, Pemeriksaan Kinerja, Pemeriksaan Tertentu
4. KriteriaYang Digunakan
(1) Standar akuntansi dan pelaporan yang berlaku, (2) Peraturan perundang-undangan yang berlaku (3) Standar profesi audit Independen
1. Key performance Indicator dan akuntansi Manajemen,2 Peraturan perundang-undangan yang berlaku, 3.Standar profesi audit Internal
5. Kualitas Auditor
Memiliki kompetensi dalam audit ketaatan dan audit keuangan.
Memiliki kompetensi dalam evaluasi efektifitas dan kualitas manajemen.
6. Data Waktu lampau Waktu sekarang dan yang akan datang
7. Media Audit Utama
Laporan keuangan 1.Laporan akuntanbilitas,2 Sistem pengendalian intern
8. Frekuensi berkala Berkala dan sesuai dengan kebutuhan
9. Output 1.Pendapat tentang kesepadanan, 2 Rekomendasi
1.Rekomendasi,2. Tindakan penyempurnaan sistem, prosedur,dll.
Akuntan sebagai suatu profesi menghasilkan beberapa jasa yang diantaranya
jasa Atestasi, jasa Assurance, dan jasa Non Assurance yang kesemuanya mengarah
kepada pengambilan keputusan yang harus diambil oleh seorang akuntan.
1. Jasa Atestasi
Audit, mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan
keuangan historis suatu entitas yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut.
Pemeriksaan, istilah ini digunakan untuk jasa lain yang dihasilkan oleh
profesi akuntan publik yang berupa pernyataan suatu pendapat atas
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 13
kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Review, berupa permintaan keterangan dan prosedur analitik
terhadap informasi keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan
keyakinan negatif atas asersi yang terkandung dalam informasi keuangan
tersebut.
Prosedur yang disepakati. Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat
dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan prosedur yang disepakati antar
klien dengan akuntan publik.
2. Jasa Assurance
Jasa Assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambilan keputusan.
3. Jasa Non Assurance
Jasa Non Assurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang
didalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan
atau bentuk lain keyakinan.
2.4. Globalisasi Profesi Akuntan
Globalisasi dan pasar bebas (free market) juga masuk pada profesi akuntan,
bahkan dikawasan ASEAN termasuk Malaysia, Singapura dan Filipina telah
mengajukan draft liberalisasi akuntansi yang mencakup pembuatan lembaga baru
sebagai otoritas untuk industri akuntansi di tingkat ASEAN. Sangatlah disayangkan
jika Indonesia tidak dapat ikut berpartisipasi dalam persaingan pasar kerja akuntan
global, sebab dengan adanya liberalisasi profesi, maka akuntan asing dimungkinkan
masuk dan berpraktik di Indonesia. Di Singapura, Malaysia, Hongkong, dan
beberapa negara Asia lainnya, banyak perusahaan yang telah mensyaratkan tenaga
akuntansinya untuk memiliki sertifikasi ACCA karena dipicu oleh tuntutan legalitas
kompetensi tenaga akuntansinya.
Standar pendidikan yang dikeluarkan International Federation of Accountant
(IFAC) menjadi panduan bagi seluruh stakeholder yang terkait yaitu: Asosiasi
profesi, dunia pendidikan, dunia usaha dan industri serta pemerintah, untuk bersama-
sama berinteraksi dalam membentuk seorang akuntan yang profesional. Perguruan
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 14
tinggi dan asosiasi profesi harus bekerja sama dalam mengimplementasikan
International Education Standar (IES) dalam hal:
a. penentuan persyaratan masuk program pendidikan profesional akuntansi
b. penyusunan kurikulum dan silabus yang berisikan muatan pengetahuan,
keahlian, nilai, etika dan sikap profesional yang dipersyaratkan bagi calon
akuntan;
c. proses penilaian kapabilitas dan kompetensi calon akuntan Dunia kerja dan
asosiasi harus bekerja sama dalam mengimplementasikan IES dalam hal:
pemantauan pengalaman praktis calon akuntan profesional;
d. proses penilaian kapabilitas dan kompetensi calon akuntan di tempat kerja; serta
e. mendorong akuntan profesional di tempat kerjanya untuk senantiasa
mengembangkan pendidikannya secara berkelanjutan.
Bahkan International Federation of Accountants (IFAC) pada bulan Oktober
2003 yang lalu telah mengeluarkan 7 (tujuh) standar pendidikan internasional
(International Education Standards/IES) yang seharusnya berlaku efektif mulai 1
Januari 2005. Standar yang dikeluarkan IFAC ini merupakan panduan global untuk
membentuk akuntan yang profesional. Namun pemahaman mengenai isi dan rencana
implementasi standar ini di Indonesia belum begitu luas. Adapun 7 (tujuh) standar
yang dimaksudkan adalah :
IES 1, Entry Requirement to a Program of Professional Accounting Education
Secara fundamental, kualitas suatu profesi tidak dapat dijaga dan
dikembangkan apabila seseorang yang akan memasuki profesi tersebut adalah orang
yang tidak siap untuk memenuhi standar yang diwajibkan. Itu sebabnya profesi harus
menentukan kualitas terbaik bagi seseorang yang akan memasuki pendidikan
akuntansi. Dalam IES 1, diuraikan persyaratan awal untuk memasuki pendidikan
profesional akuntansi sebaiknya paling tidak setara dengan persyaratan untuk
memasuki program tingkat universitas atau ekuivalennya. Beberapa program dimulai
pada post graduate level, program yang lain dimulai pada immediate post-secondary
level, atau sebagian lagi pada higher education level dibawah undergraduate degree.
Apapun rute yang dipilih, persyaratan awal yang diadopsi harus sesuai dan konsisten
dengan keseluruhan program pendidikan profesional akuntansi yang ditetapkan oleh
profesi.Lamanya tingkatan program ini dapat bervariasi. Sebagai contoh 29 negara
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 15
Eropa pada tahun 1999 menandatangani deklarasi Bologna yang mendukung
penerapan 2 tipe utama tingkatan, yaiitu undergraduete dan graduete,dimana
undergraduete degree diperkirakan paling tidak selama 3 tahun.
IES 2, Content Of Professional Accounting Education Programs
Tujuan IES 2 ini adalah untuk meyakinkan bahwa calon akuntan profesional
memiliki pengetahuan profesional akuntansi yang cukup untuk dapat menjalankan
fungsinya sebagai Akuntan yang kompeten dalam menghadapi lingkungan yang
kompleks dan berubah. Standar ini menentukan muatan pengetahuan yang
dipersyaratkan, yang terdiri dari 3 bidang pengetahuan utama, yaitu:
1. accounting, finance and related knowledge
2. organizational and business knowledge; dan
3. information technology knowledge and competences.
Studi profesional akuntansi sebaiknya merupakan bagian dari program pre
kualifikasi Akuntan profesional. Studi ini sebaiknya cukup panjang dan cukup
intensif sehingga calon Akuntan mendapatkan pengetahuan profesional yang
dipersyaratkan untuk memenuhi kompetensinya.Komponen pengetahuan profesional
akuntansi pada program pre kualifikasi ini sebaiknya terdiri dari paling tidak 2 tahun
full-time study.Komponen akuntansi, keuangan dan pengetahuan terkait, sebaiknya
meliputi materi berikut:
1. financial accounting and reporting;
2. management accounting and control;
3. taxation;
4. business and commercial law;
5. audit and assurance;
6. finance and financial management; dan
7. professional values and ethics.
Komponen organisasi dan bisnis meliputi materi berikut:
1. economics;
2. business environment;
3. corporate governance;
4. business ethics;
5. financial markets;
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 16
6. quantitative methods;
7. organizational behavior;
8. management and strategic decision making;
9. marketing; dan
10. international business and globalization.
Komponen tekhnologi informasi seharusnya meliputi materi dan kompetensi berikut:
1. general knowledge of IT;
2. IT control knowledge;
3. IT control competences;
4. IT user competences; dan
5. salah satu atau gabungan dari kompetensi dan tanggung jawab manajer,
evaluator atau designer sistem informasi.
IES 3, Professional Skills Contents
IES 3 mengatur tentang keahlian profesional serta pendidikan umum bagi Akuntan
profesional. Seseorang yang berminat untuk menjadi Akuntan yang profesional
sebaiknya memperoleh keahlian sebagai berikut:
1. intellectual skills;
2. technical and functional skills;
3. personal skills;
4. interpersonal and communication skills; dan
5. organizational and business management skills.Selain keahlian profesional,
program pendidikan profesional sebaiknya juga meliputi pendidikan umum.
IES 4, Professional Values, Ethics and Attitudes
IES 4 menentukan nilai profesional, etika dan sikap akuntan profesional yang
seharusnya diperoleh selama pendidikan supaya memenuhi kualifikasi sebagai
akuntan profesional. Program pendidikan akuntansi sebaiknya memberikan kerangka
nilai, etika, dan sikap profesional untuk melatih judgment profesional calon Akuntan
sehingga dapat bertindak secara etis ditengah kepentingan profesi dan
masyarakat.Nilai, etika dan sikap Akuntan profesional yang diwajibkan termasuk
komitmen untuk memenuhi kode etik lokal yang relevan yang seharusnya sesuai
dengan kode etik IFAC.Cakupan nilai dan sikap yang diajarkan sebaiknya meliputi
komitmen bagi kepentingan publik dan sensitivitas atas tanggung jawab sosial,
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 17
pengembangan berkelanjutan dan belajar seumur hidup, kepercayaan,
tanggungjawab, ketepatan waktu, respek dan kehormatan serta hukum dan
regulasi.Semua program minimal meliputi antara lain: sifat dasar etika; ketaatan
terhadap prinsip fundamental etika yaitu integritas, objektivitas, komitmen kepada
kompetensi profesional, dan kerahasiaan; ketaatan kepada standar tekhnis; etika
dalam hubungannya dengan bisnis dan good governance.
IES 5, Practical Experience Requirements.
IES 5 mempersyaratkan suatu periode pengalaman praktis dalam melaksanakan
pekerjaan sebagai bagian dari program pre kualifikasi Akuntan profesional. Periode
ini sebaiknya cukup panjang dan intensif sehingga calon Akuntan dapat
menunjukkan bahwa mereka telah mendapat pengetahuan, keahlian, nilai, etika dan
sikap profesional yang dipersyaratkan dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai
seorang Akuntan yang kompeten. Sebaiknya pengalaman praktis ini diperoleh
minimal 3 tahun. Suatu periode tertentu yang didapat melalui pendidikan yang sesuai
dengan muatan aplikasi akuntansi praktis yang kuat, dapat diakui maksimal 12 bulan
sebagai bagian dari pengalaman praktis. Pengawasan dan monitoring pengalaman
praktis dilakukan oleh profesi dan/atau regulator untuk memastikan bahwa
pengalaman praktis yang didapat calon Akuntan dapat diterima. Kepastian
pengalaman sebagai akuntan profesional sebaiknya diselenggarakan dibawah
pengawasan langsung seorang mentor yang berpengalaman yang merupakan anggota
profesi. Suatu catatan pelaksanaan program pengalaman praktis ini sebaiknya
direview secara periodik oleh mentor.
IES 6, Assessment of Professional Capabilities and Competence.
IES 6 menjelaskan persyaratan penilaian akhir kapabilitas dan kompetensi calon
Akuntan sebelum dinyatakan sebagai Akuntan yang memenuhi kualifikasi yang
dipersyaratkan.Kapabilitas dan kompetensi calon Akuntan seharusnya secara formal
dinilai oleh asosiasi profesi atau regulator (dengan masukan dari profesi) memiliki
pengetahuan teknis memadai secara khusus sesuai dengan kurikulum pendidikan
1. dapat mengaplikasikan pengetahuan teknis secara analitis dan praktis.
2. dapat menggabungkan berbagai pengetahuan yang diwajibkan untuk
memecahkan permasalahan yang kompleks
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 18
3. dapat memecahkan masalah khusus melalui pembedaan informasi yang
relevan dan irelevant berdasarkan data yang diberikan
4. dalam sutuasi multi masalah, dapat mengidentifikasi permasalahan dan
mengurutkannya sehingga dapat menentukan prioritas penyelesaian
5. dapat mengintegrasikan keragaman bidang pengetahuan dan keahlian
6. dapat berkomunikasi secara efektif dengan user dan memberikan
rekomendasi yang tepat.
IES 7, Continuing Professional Development: A Program of Lifelong Learning and Continuing Development of Professional CompetenceIES 7 dipublikasi pada bulan Mei 2004. Standar ini berlaku efektif mulai 1 Januari
2006. Dalam IES 7, profesi diharuskan untuk mempromosikan pentingnya
pengembangan berkelanjutan kompetensi akuntan dan komitmen untuk belajar
seumur hidup bagi seluruh akuntan profesional. Seluruh akuntan profesional, yang
bekerja disektor apapun, diwajibkan untuk mengembangkan dan menjaga
kompetensi profesional mereka sesuai dengan pekerjaan dan tanggungjawab
profesionalnya. Dalam hal ini profesi seharusnya memfasilitasi akuntan untuk
mendapatkan kesempatan pengembangan profesional berkelanjutan agar dapat
memenuhi kewajibannya. Pengembangan profesional berkelanjutan ini harus relevan
untuk pengembangan aspek keprofesiannya, dapat dinilai dari unsur jumlah waktu
yang diikutinya dan diverifikasi oleh profesi untuk menilai ketaatan akuntan. Profesi
juga harus membangun proses yang sistemastis untuk memantau hal ini, termasuk
menentukan sanksi apabila ada pelanggaran dalam hal pelaporan maupun
pelaksanaannya. Pelaksanaan pengembangan profesional berkelanjutan ini dapat
dilakukan melalui 3 jenis pendekatan, yaitu:
1. Input based approach, dengan menentukan jumlah tertentu aktivitas
pembelajaran yang dipertimbangkan secara tepat untuk dapat
mengembangkan dan menjaga kompetensi Akuntan. Akuntan diwajibkan
untuk: a. memenuhi paling tidak 120 jam atau unit pembelajaran yang setara
dari aktivitas pengembangan profesional yang relevan setiap periode 3
tahunan, dimana 60 jam harus dapat diverifikasi, b. memenuhi paling tidak 20
jam unit pembelajaran yang setara setiap tahun
2. Output based approach, dengan mewajibkan Akuntan untuk menunjukkan
bahwa mereka telah mengembangkan dan menjaga kompetensinya. Dalam
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 19
hal ini secara periodik Akuntan menunjukkan bukti secara objektif bahwa
telah diverifikasi oleh sumber yang kompeten dengan menggunakan metode
penilaian kompetensi,
3. Combination approach. Merupakan kombinasi dua pendekatan di atas.
IES 8, Competence Requirements for Audit Professionals
Pada bulan April 2005, IFAC telah mengeluarkan Exposure Draft IES 8 khusus
ditujukan bagi audit professional. Adapun jabatan audit professionals yang diatur
dalam draft standar ini meliputi: (a) Audit Seniors, (b) Audit Supervisors, (c) Audit
Managers (biasanya terbagi atas Assistant Manager, Manager dan Senior Manager),
(d) Audit Partners, Directors and Principals, dan (e) Engagement Partners. Standar
spesifik dibutuhkan tidak hanya karena pengetahuan dan keahlian khusus yang
dipersyaratkan untuk memenuhi kompetensi pada area audit, tetapi juga untuk
menjaga kepercayaan publik dan pihak ketiga lainnya terhadap audit laporan
keuangan. Namun tentu saja audit professional tersebut harus memenuhi IES 1-7
yang telah dijabarkan diatas.Standar ini akan mengatur pengetahuan khusus bagi
audit professional sebagai tambahan IES 2 yang dipersyaratkan bagi Akuntan secara
keseluruhan. Tambahan pengetahuan tersebut meliputi 3 bidang, yaitu:
1. financial statement audit;
2. financial accounting and reporting; dan
3. information technology.
Standar ini juga direncanakan akan mengatur aplikasi dan pengembangan
keahlian professional khusus dalam audit laporan keuangan sebagaimana pada IES
3 bagi keseluruhan Akuntan. Begitupun pengalaman praktis, akan dipersyaratkan
secara khusus sebelum terlibat dalam penugasan audit laporan keuangan
2.5. Hipotesis Penelitian
Adapun Hipotesis penelitian ini adalah :
Ho: Faktor Kemitraan institusi, Jaminan mutu, dan Sertifikasi mempengaruhi
Strategi pengembangan pendidikan profesi akuntan indonesia
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 20
Independen Variabel Dedependen Variabel
2.6. Kerangka Konseptual
Hubungan antar variabel secara Kerangka Konseptual (Conceptual
Framework) dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2Kerangka Konseptual Pengujian Hipotesis
Ho
Ket:
Y = a+bX1+ bX2+bX3+e
BAB - III. METODE PENELITIAN
3.1. Desain dan waktu Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian kajian konseptual yaitu penelitian yang
bertujuan untuk pengembangan konsep dalam pemecahan sebuah masalah yang
dapat diterapkan pada pendidikan profesi akuntan. Kegiatan Penelitian ini
dilaksanakan di Kota Medan Propinsi Sumatera Utara, dengan waktu penelitian
selama 6 (enam) bulan sejak bulan Juni 2008 sampai bulan Desember tahun 2008.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah profesional akuntansi dari berbagai kelompok
profesi di Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Jumlah Populasi tidak diketahui
secara pasti karena tidak tersedianya sumber data yang valid tentang jumlah personil
Akuntan di Kota Medan.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel non acak
(Non-probability Sampling). Penggunaan metode ini didasarkan pada rekomendasi
Sekaran (1992) bahwa pada data populasi yang tidak tersedia secara pasti sebaiknya
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 21
X1 Kemitraan
X2 Jaminan Mutu
X3 Sertifikasi
Y Strategi Pengembangan
digunakan sampel non acak dengan teknik sampel kemudahan (Convinence
sampling). Dengan demikian kerangka sampel dapat dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 3 Kerangka Sampel Target Responden
No Target
Jumlah
Kategori Responden
1 30 Dosen Akuntansi/Akuntan Pendidik
2 30 Auditor/Akuntan Publik
3 30 Manager Akuntansi/Akuntan Manajemen
4 10 Pegawai BPK/BPKP/Akuntan Sektor Publik
100 Orang Responden
3.3. Operasionalisasi Variabel dan skala pengukuran
Variabel penelitian di ekplorasi dari berbagai isue tentang pengembangan
program pendidikan profesi (lebih rinci pada tabel 4) berikut ini :
Tabel 4Skala Pengukuran Variabel
No Variabel Definisi Operasional
SkalaPengukuran
Indikator
1 Y = Strategi Pengembangan
Perencanaan dan program pengembangan
Interval 1. Rencana Induk2. Kebijakan Umum 3. Program dan Rencana
Aksi4. Anggaran5. Pengendalian dan
Pengawasan2 X1 = Kemitraan
InstitusiJalinan dan jaringan Kerjasama
Interval 1. Kerjasama Internasional
2. Kerjasama Pemerintahan
3. Kerjasama Stakeholder lainnya
3 X2 = Jaminan Mutu
Proses pengawasan terhadap mutu dan jaminan standar mutu
Interval 1. Standar mutu2. Audit mutu internal3. Pelaksanaan Audit
mutu4. Audit mutu eksternal
4 X3 = Sertifikasi Keikutsertaan dalam program sertifikasi Profesi
Interval 1. Pelaksanaan ujian sertifikasi profesi nasional
2. Keterlibatan dalam program sertifikasi tingkat internasional
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 22
3.4. Teknis analisis data dan uji Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kuantitatif dengan alat uji statistik.
3.4.1. Uji Kualitas Data
Pengujian dan analisis data dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Uji Kualitas data mencakup uji instrumen penelitian dengan pilot test,
kemudian uji validitas dengan analisis matriks correlation dan keandalan
reliabilitas dengan pengujian Cronbach Alpha diatas 0,05 (Nunally, 1995)
dalam Ghozali (2002). Kemudian dilakukan uji normalitas data berdasarkan
pengujian visual
b. Statistik Deskriptif menjelaskan aspek demografi responden berdasarkan
Jenis kelamin dan latar belakang pendidikan
c. Uji kekuatan Model terhadap gangguan asumsi klasik persamaan regresi
dengan uji Multikolineritas, Deteksi multikolinearitas model regresi
dikatakan terbebas dari multikolinearitas jika nilai VIF (Variance Inflation
Factor) nya tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1.
Semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance (Ghozali,2002)
d. Uji Heterokedasititas ini menggunakan analisis visual pada gambar
Scatterplot yang menyatakan suatu model terbebas dari heteroskesdastisitas
dimana penyebaran data tidak membentuk suatu pola bergelombang melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali
3.4.2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dengan model persamaan regresi berganda (multiple regression)
dengan formulasi model :
Y1 = a + bx1 + bx2 + bx3 + e.....................................................................(1)
Dimana; Y = Strageti Pengembangana = Intercept/Konstantab = koefisien regresiX1 = Kemitraan InstitusiX2 = Jaminan MutuX3 = Sertifikasi e = error
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 23
BAB – IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Data
Untuk teknik tabulasi data digunakan program aplikasi Microsof Excel dan
untuk teknik pengolahan/analisis data digunakan program aplikasi Software
Statistical Program For Social Science (SPSS) versi 13
4.1.1. Hasil Uji Kualitas data
Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa korelasi antara masing-masing
skor butir pertanyaan terhadap total skor variable menunjukkan hasil yang signifikan
(pada level 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing butir pertanyaan
pada variable konstruk penelitian adalah valid
Tabel 5Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian
Variabel Item Pearson Corelation Status
Y = Strategi Pengembangan SP1SP2SP3SP4SP4
0.7060.5790.6900.6660.671
ValidValidValidValidValid
X1 = Kerjasama Institusi KI1KI2KI3
0.6870.6870.7660.871
ValidValidValidValid
X2 = Jaminan Mutu JM1JM2JM3JM4
0.6840.5800.6660.699
ValidValidValidValid
X3 = Sertifikasi SF1SF2
0.7760.821
ValidValid
Sumber Data : Diolah 2008
Nilai cronbach alpha masing-masing instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini menunjukkan nilai 0,7568 yaitu diatas > 0,60 yang mengisyaratkan
bahwa data yang dikumpulkan dengan menggunakan instrumen tersebut reliabel.
Kemudian Untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, yang dilihat
dari nilai R dapat dilihat pada tabel 6 berikut :
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 24
Tabel 6 .Hasil Analisis Korelasi Ganda
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .768(a) .722 .199 2.312
a Predictors: (Constant), X1, X2, X3, b.Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel diatas diperoleh angka R Square sebesar 0,722 (Best Fit
Model), hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang erat antara variabel
Independen untuk memprediksi variabel Dependen. Sedangkan untuk Grafik Visual
normalitas data dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini
Gambar 7. Grafik Histogram
Hasil Uji Normalitas
Hasil uji Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance
inflationfactor (VIF). Menurut Ghozali (2001) apabila nilai VIF kurang dari 10 atau
nilai tolerance lebih dari 0,1, maka tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas
yang diteliti. Tabel menunjukkan tidak satupun variabel bebas yang memiliki nilai
VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 sehingga disimpulkan bahwa
tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi ini.
Tabel 7Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel VIF ToleranceY = Strategi Pengembangan 1.565 0,639X1 = Kerjasama Institusi 1.411 0,709X2 = Jaminan Mutu 1.079 0,927X3 = Sertifikasi 1.187 0,842
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 25
Regression Studentized Residual210-1-2-3
Reg
ress
ion
Stan
dard
ized
Pre
dict
ed
Valu
e
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: Y
Untuk mengetahui adanya kondisi heterokedastisitas pada data penelitian ini,
maka digunakan grafik scatterplot. Berdasarkan data primer yang diolah diperoleh
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa grafik scatterplot untuk regresi menyebar
secara acak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.
Gambar 5Grafik Scatterplot Hasil Uji Heterokedastisitas
4.1.2. Demografi Responden
Dari 100 jumlah kuisioner yang disebarkan, hanya 46 kuesioner yang
kembali, dan dari 46 tersebut hanya 40 kuesioner yang dapat dilah lebih lanjut.
Rendahnya respon rate penelitian ini, diprediksi karena pengiriman kuesioner
melalui surat-menyurat kantor pos, sehingga para responden tidak mengirimkan
kembali jawabannya. Untuk penelitian lanjutan disarankan untuk menjumpai secara
langsung responden agar dapat lebih meningkatkan respon penelitian. Rincian
Demografi Responden Berdasarkan jenis kelamin sbb,
Tabel 8Demografi Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 28 Orang 70%
Perempuan 12 Orang 30%Jumlah 40 Orang 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa jumlah responden yang berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 28 responden (70%), sedangkan yang berjenis kelamin
perempuan berjumlah 12 responden (30%). Maka dengan demikian bahwa jenis
kelamin laki-laki lebih mendominasi dalam penelitian ini.
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 26
Tabel 9 Demografi Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah Persentase S2 8 Orang 20%S1 (SE) 18 Orang 45%D3 2 Orang 5%S1 (SE,Ak) 12 Orang 30%S3 - 0%Jumlah 40 orang 100%
Sumber : Data primer diolah 2008
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa jumlah responden yang
berpendidikan S2 berjumlah 8 responden (20%), berpendidikan S1 Sarjana Ekonomi
Non Register Ak 18 responden (45%), berpendidikan D3 berjumlah 2 responden
(5%), berpendidikan S1 dengan Register Akuntan (Ak) berjumlah 12 orang
responden (30%), dan yang berpendidikan S3 0 responden (0%). Maka responden
yang berpendidikan S1 lebih mendominasi dalam penelitian ini.
4.1.3. Deskriptif Variabel Penelitian
Uraian tentang statistik deskriptif variabel penelitian dapat dilihat pada tabel
10 berikut ini:
Tabel 10Statistik Deskriptif Variabel
Item Pertanyaan
Skor Jawaban RespondenMean Median Modus Standar
DeviasiNilai
Absolutn f n f n f n f n f
Y 40 12 40 12,5 40 15 40 0,145 40 100%X1 40 8 40 7,5 40 11 40 0,293 40 100%X2 40 10 40 5 40 9 40 0,572 40 100%X3 40 5 40 2,5 40 7 40 0,375 40 100%
Sumber : Data primer diolah 2008
4.1.4. Hasil Uji Hipotesis
Hasil perhitungan model regresi berganda untuk pengujian hipotesis
penelitian berdasarkan tabulasi data dengan total skor masing-masing konstruk dan
nilai setiap variabel baik independen maupun variabel dependen dapat dilihat pada
tabel 11 sebagai berikut:
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 27
Tabel 11Hasil Pengujian Persamaan Regresi
Coefficients(a)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .419 5.044 .083 .034
Kemitraan Institusi .127 .177 -.128 -.715 .000
Jaminan Mutu .437 .386 .193 1.132 .006
Sertifikasi .108 .254 .005 .031 .005
a Dependent Variable: Y
Kemudian hasil kalkulasi derivatif persamaan regresi juga memunculkan nilai sebgai berikut :
F = 56,16 Sig : 0,035R = 0,768R square = 0,722Adj. R Square = 0,199
Berdasarkan hasil perhitungan yang tampak pada tabel 11, maka dapat dibuat
model persamaan regresi linier berganda yaitu:
Y1 = 0,319+0,127X1 + 0,437X2 + 0,108X3 + e
Koefisien regresi X1, X2, dan X3 semuanya bertanda positif, yang berarti, bahwa
semua variabel tersebut berpengaruh positif terhadap strategi Pengembangan PPAk,
Nilai R Square hasil penelitian adalah 0.722, artinya 72,2 % variasi strategi
pengembangan dapat dijelaskan dari tiga variabel independen Kemitraan, jaminan
mutu,dan sertifikasi. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar
model, 3) Hasil uji F menunjukkan angka 56,16 dengan p-value 0,035 pada variabel
dependen, hal ini berarti bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
program pengembangan PPAk dengan faktor penentu kemitraan, jaminan mutu dan
sertifikasi. Berdasarkan hasil pengujian regresi pada tabel 11, maka dapat pengujian
hipotesis dapat disimpulkan pada tabel 12 berikut:
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 28
Tabel 12Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel p Kesimpulan PengaruhX1 0,127 .000 Diterima Positif, SignifikanX2 0,437 006 Diterima Positif SignifikanX3 108 .005 Diterima Positif Signifikan
Hipotesis menyatakan bahwa Kemitraan institusi, jaminan mutu, dan
sertifikasi memepengaruhi Strategi pengembangan pendidikan profesi akuntan
indonesia dengan demikian Hipotesis dapat diterima, sehingga variabel ini harus
menjadi perhatian penting bagi perguruan tinggi pelaksana program PPAk dalam
menganalisa rencana pengembangan program pendidikan profesi .
4.2. Pembahasan
Berdasarkan perkembangan profesi akuntan yang ada saat ini, dapat diketahui
bahwa kebutuhan tenaga akuntansi sangat diminati oeh dunia usaha baik secara lokal
maupun global. Sangatlah disayangkan jika Indonesia tidak dapat ikut berpartisipasi
dalam persaingan pasar kerja akuntan global, sebab dengan adanya liberalisasi
profesi, maka akuntan asing dimungkinkan masuk dan berpraktik di Indonesia.
Berdasarkan hasil temuan lapangan dapat dianalisis bahwa untuk
pengembangan pendidikan profesi akuntan di Indonesia dipengaruhi oleh banyak
faktor dan 3 (tiga) faktor signifikan utama adalah perlunya Rencana Program
pengembangan dibidang:
1. Program Pengembangan Kemitraan institusi, yaitu setiap perguruan tinggi
yang membuka program pendidikan profesi akuntansi diharapkan dapat
membuka akses kerjasama kemitraan dengan berbagai institusi yang
berkenaan dengan profesi akuntan, baik dalam maupun luar negeri
2. Program Pengembangan Penjaminan mutu, yaitu setiap perguruan tinggi
penyelenggara pendidikan diharapkan memiliki Satuan pengendalian
mutu dan memiliki standar mutu yang terus disempurnakan seiring
dengan perkembangan dan tuntutan profesional akuntan
3. Program Pengembangan Sertifikasi, yaitu setiap perguruan tinggi
penyelenggara pendidikan profesi akuntan diharapkan mendorong para
lulusan PPAk untuk mengikuti Sertifikasi baik dalam negeri seperti Ujian
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 29
Sertifikasi Akuntan Publik (USAP), maupun sertifikat profesional
internasional.
Strategi yang ada saat ini yang telah dilakukan oleh dunia akuntansi
Indonesia melalui wadah organisasi IAI melalui Pendidikan Profesi Akuntan
merupakan sebuah tahapan awal dan terobosan dalam upaya peningkatan kualitas
profesional. Penerapan standar pendidikan profesional Internasional yang diadopsi
dalam kurikulum PPA juga sebagai upaya peningkatan strategi untuk daya saing
global lulusan PPA. Namun kedepan perlu adanya terobosan program
pengembangan.
Kemudian Program PPA yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi di
Indonesia dapat juga melihat perbandingan dari program pendidikan akuntansi
negara Malaysia dalam menyiapkan mahasiswanya untuk mampu menjadi akuntan
yang bisa bekerja secara global. Banyak program studi akuntansi di universitas-
universitas Malaysia yang telah terakreditasi oleh badan Profesi Internasional seperti
Certified Public Accountant (CPA), Certified Internal Management Accountant
(CIMA) atau Certified Council of Accountant (CCA).
Hal ini dapat mendorong lulusan Malaysia untuk mendapatkan sertifikat
profesi internasional yang kemudian menjadi kartu masuk bekerja diluar negeri.
Dengan adanya sertifikasi yang komprehensif di Indonesia akan menjadi wacana
hingga implementasinya, ini berarti peluang karir dan peluang sarjana akuntansi
Indonesia untuk bekerja lebih terbuka lebar. Jika PPAk mengikuti program sertifikasi
Internasional maka standar pendidikan juga harus mengacu kepada standar
internasional.
Perlu diketahui bahwa International Federation of Accountants (IFAC) pada
bulan Oktober 2003 yang lalu telah mengeluarkan 7 (tujuh) standar pendidikan
internasional (International Education Standards/IES) yang seharusnya berlaku
efektif mulai 1 Januari 2005. Standar yang dikeluarkan IFAC ini merupakan panduan
global untuk membentuk akuntan yang profesional. Namun pemahaman mengenai isi
dan rencana implementasi standar ini di Indonesia belum begitu luas, sehingga
temuan penelitian ini semakin menguatkan perlunya program jaminan mutu dan
sertifikasi yang harus diterapkan oleh Perguruan Tinggi pelaksana PPAk.
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 30
Pada tahapan awal orientasi kemitraan, jaminan mutu dan sertifikasi dapat
terjuju pada tuntutan kompetensi (competence), dan keunggulan kompetitif
(competitive advandtage) para akuntan Indonesia untuk bersaing, bekerja dan
berkarir pada perusahaan multi nasional/global sehingga dapat diakui secara standar
dan sejajar dengan berbagai program pendidikan akuntansi di beberapa negara
seperti di negara Filipina, Cina dan Malaysia, bahkan Australia, Amerika dan
Inggeris.
BAB – V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. PPA adalah suatu usaha yang bertujuan untuk menghasilkan akuntan
profesional dengan standarisasi kualitas akuntan di Indonesia. Kurikulum
dan silabus PPA sudah didesain untuk memenuhi persyaratan untuk
menjadi akuntan profesional yang ditentukan oleh International Financial
Accounting Commitee (IFAC).
2. Adanya PPAk diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya akuntansi.
3. Kemitraan institusi, Jaminan mutu, dan Sertifikasi merupakan faktor
strategis yang harus dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap perguruan
tinggi penyelenggara pendidikan profesi akuntan indonesia untuk dapat
menghasilkan akuntan profesional yang mampu bekerja dalam menghadapi
persaingan global.
4. Mengacu pada pendidikan profesi akuntan, maka profesi-profesi lainnya di
Indonesia juga dapat mengikuti pola pengembangan Kemitraan institusi,
jaminan mutu, dan sertifikasi dalam meningkatkan daya saing profesional
Indonesia untuk dapat mengakses bursa kerja multinasional dan global
5. Pengembangan pendidikan profesional di Indonesia yang berskala
internasional diharapkan dapat menjadikan peningkatan daya saing
Indonesia di dunia Internasional
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 31
5.2. Rekomendasi
Penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
5.2.1. Rekomendasi Kebijakan
1. Peningkatan kualitas melalui pemutahiran Kurikulum dan Silabus
Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA) yang mengacu pada standar
pendidikan profesi Internasional harus menjadi perhatian utama bagi
dunia pendidikan dan organisasi akuntan di Indonesia.
2. Program pendidikan profesi Indonesia harus terintegritas dengan Program
sertifikasi dan mengikuti setiap perubahan program kebijakan profesi
internasional sesuai masing-masing bidang Profesi Akuntan.
3. Setiap Penyelenggara Program Pendidikan profesi wajib memiliki Satuan
Penjaminan Mutu dan wajib juga menjalin kerjasama dengan berbagai
stakeholder profesi akuntan dalam skala nasional dan skala internasional
5.2.2. Rekomendasi Penelitian Lanjutan
Untuk penelitian lanjutan disarankan memperbanyak responden,
memperluas cakupan wilayah penelitian di Indonesia, menambahkan
variabel kebijakan, dan menganalisis dari perspektif dunia usaha,
khususnya perusahaan asing, kemudian lebih baik jika dilakukan studi
komparatif pendidikan profesi dengan negara lain.
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 32
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Rika, 2004, Persepsi Akuntan dan mahasiswa akuntansi terhadap akrir di KAP,Skripsi S1 Universitas Bung Hata Padang
Badudu, J.S. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi Pertama, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Bawono, 2007, faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir dan mengikuti pendidikan profesi akuntan Indonesia, SNA VIII, Makasar
Buku panduan Penyelenggaraan PPA, 2009, Komite Evaluasi dan Rekomendasi Pendidikan Profesi Akuntan,IAI, Jakarta
Cooper, Donald R dan C.W. Emory, 1998, Metodologi Penelitian Bisnis, Widyono S, Uka W, Erlangga, Jakarta.
Djarwanto. 1993. Statistik Sosial Ekonomi, Edisi Kedua BPFE, Yogakarta.
Djarwanto PS dan Pangestu S. 2000. Statistik Induktif, Edisi Keempat, Cetakan Kelima, BPFE, Yogakarta.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS, Universitas Diponegoro, Semarang.
Joel G. Siegel dan Jae K Shim. 1999. Kamus Istilah Akuntansi. Cetakan Ketiga, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Keputusan Mendikbud RI No 179/U/2001 tertanggal 21 November 2001 tentang penyelenggaraan pendidikan Profesi Akuntan di Indonesia
Keputusan Menkeu RI No 43/KMK.017/2001 tahun 2001 tentang penyelenggaraan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik
Machfoeddz, Mas’ud, 1998, Strategi pendidikan akuntansi menyiapkan lulusan menghadapi perubahan lingkungan menyongsong abad 21, Visi Kajian dan Jurnal Ekonomi Soegiyopranata
___________________,1998, Survey minat mahasiswa untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntan publik (USAP), Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Volume 13 No 4
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Peneltian Bisnis, Cetakan
Pertama, BPFE, Yogyakarta
Ritonga Jhon Thafbu, 2007, berita, USU buka pendaftaran Pendidikan Profesi Akuntan Indonesia, Harian Analisa, Medan,
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 33
Rahayu, Wahyudi. 2003. IAI : Implikasi dari Era Globalisasi terhadap Pendidikan Akuntan dan Prospek Kerja, Makalah dalam Seminar “Perspektif Pendidikan Akuntan dan Prospek Kerja” oleh HMJA, UNSOED, 11 Oktober 2003, Purwokerto
Sukrisno Agoes ,2008, Makalah, Tuntutan profesional Akuntan dalam era globalisasi, pada Seminar Akuntan
Widyaastuti, Suryaningrum dan Juliana, 2004, Pengaruh Motivasi terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntan, Simposium Nasional Akuntansi VII
www.iai.or.id
www.kompas-online.co.id
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 34
LAMPIRAN _1
CURRICULUM VITAE PENELITI
A. BIODATA
1. Nama Lengkap Azizul Kholis, SE. M. Si2. Tempat /Tanggal Lahir Tanah Merah, 27 Pebruari 19753. Agama Islam4. Pekerjaan/Institusi Dosen dan Peneliti/Universitas Negeri Medan5. NIP/Pangkat Golongan/Ruang 132300535/Penata muda Tkt I/ IIIb6. Alamat Rumah Perumahan Taman Marindal Mas Blok G No 19 Jl.
Roso Desa Marindal I Kec. Patumbak7. Telp/Hp 061.77740650 / 081370919293
B. RIWAYAT PENDIDIKANNo Pendidikan Gelar Perguruan
Tinggi Kota Tahun lulus
1. Strata 1 SE Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Medan 1997
2. Strata 2 M.Si Universiti Diponegoro Semarang 2002
C. RIWAYAT PEKERJAANNo Jabatan Institusi Tahun1. Staf Auditor Kantor Akuntan Publik Drs.Syahelmi,
AK Medan1997 s/d 1999
2 Staf Auditor Kantor Akuntan Publik Drs Zikri Rahman, AK Medan
1999 s/d 2000
3 Chief Accounting PT.Warta Buana Anugerah 2000 s/d 20014 Asisten Auditor KAP.Drs. Sugeng Pamudji Semarang 2001 s/d 20025 Manager Akuntansi BMT Yayasan ISMI Medan 2002 s/d 20036 Staf pengajar dan Peneliti Jurusan Akuntansi Fak.Ekonomi
Universitas Negeri Medan2002 - sekarang
7 Staf Ahli Pembantu Rektor V
Unimed 2003 - 2005
8 Staf Ahli Bidang Ekonomi Balitbang Pempropsu 2004 – 20069 Ketua Lembaga Kajian Manajemen Publik
STIM Medan2006 - 2007
10 Peneliti Yayasan Bitra Indonesia 2006 – 200711 Konsultan dan Peneliti SIKAP Indonesia Fondation 2007 s/d sekarang12 Konsultan Bernas Indonesia Consultant 2008 s/d sekarang
D. PENGALAMAN KEGIATAN PENELITIAN
NO
Thn Penelitian StatusKeterlibatan
Instansi Tempat
1 2002 Analisis Penggunaan Komputer bagi perusahaan Kecil dan Menengah di kota Medan dengan Model TAM
Ketua Peneliti PPS. Undip Medan
2 2002 Pengembangan Pendidikan Profesi Akuntan Indonesia
Ketua Peneliti Ikatan Akuntan Indonesia
Jakarta
3 2003 Penelitian tentang Penggunaan Komputer bagi Lembaga Keuangan Mikro Syariah di Kota Medan
Ketua Peneliti Dana Rutin LP-Unimed
Medan
4 2003 Kajian Obligasi Daerah sebagai aternatif pembiayaan daerah
Anggota Tim Balitbang Sumut
Medan
5 2003 Kajian evaluasi otonomi daerah dan Kabupaten pemekaran di Propinsi Sumut
Anggota Tim Balitbang Sumut
Medan
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 35
NO
Thn Penelitian StatusKeterlibatan
Instansi Tempat
6 2003 Kajian Peluang dan Potensi pelaku UKM di Propinsi Sumut
Anggota Tim Balitbang Sumut
Medan
7 2003 Survey Indeks Harga Properti Anggota Tim Bank Indonesia Medan
Medan
8 2004 Survey Indek Harga Eceran Angota Tim Bank Indonesia Medan
Medan
9 2004 Kajian Reksadana sebagai sumber PAD Sumatera Utara
Anggota Tim Balitbang Sumut
Medan
10 2004 Analisis penerapan Social Accounting dan Good Governance di Sumut
Anggota Tim STIE Harapan Medan
Medan
11 2003 Kajian tentang kesesuaian Tema-Tema Matakuliah Akuntansi yang digunakan oleh perusahaan dan yang diajarkan diperguruan Tinggi
Ketua Peneliti Dana Rutin Lemlit Unimed
Medan
12 2005 Analisis Hak Kekayaan Intelektual Bagi pelaku UKM di Kota Medan
Ketua Peneliti Dana Rutin Lemlit Unimed
Medan
13 2006 Pengembangan Ekonomi Syariah masyarakat Pesisir
Ketua Peneliti Bappeda Pemkab Sergai
Serdang Bedagai
14 2006 Studi tentang Kebijakan UKM di Kabupaten Serdang Bedagai
Anggota Tim Eed Project litbang Bitra Indonesia
Serdang Bedagai
15 2007 Perluasan Kesempatan Kerja dalam mengatasi pengangguran
Ketua Peneliti Bappeda Sergai
Sda
16 2007 Kajian Potensi Seni dan Budaya Anggota Peneliti Bappeda Sergai
Sda
17 2007 Kajian Pengembangan BUMD Anggota Peneliti Bappeda Asahan
Asahan
18 2007 Analisis kemiskinan Kota Medan Berdasarkan karakteristik sosial
Ketua Tim Peneliti
Penelitian Dosen Muda Dikti Depdiknas
Medan
19 2007 Studi Eksplorasi Pemahaman i akuntan tentang Akuntansi Konsep Akuntansi Islam
Ketua Peneliti Sikap Indonesia Foundation
Medan
20 2008 Kajian tentang Potensi Investasi Anggota Peneliti Bappeda Aceh Tenggara
Aceh Tenggara
21 2008 Kajian tentang potensi pariwisata Kab. Aceh Tenggara
Ketua Peneliti Bappeda Aceh Tenggara
Aceh Tenggara
22 2008 Pengembangan Model Pembelajaran Akuntansi Sektor Publik berbasis kompetensi bagi mahasiswa dan dosen di Sumut
Anggota Peneliti Penelitian Hibah Bersaing Dikti Depdiknas
Medan
23 2008 Analisis Strategi Pengembangan Pendidikan Profesi Akuntansi di Indonesia untuk Daya saing Global : (Studi Kasus di Kota Medan)
Ketua Peneliti SIKAP Indonesia Foundation
Medan
24 2009 Pemanfataan media Internet Bagi perusahaan skala Kecil dan Menengah di Kawasan Mebidang (Medan Binjai dan Deli Serdang)
Ketua Peneliti Bernas Indonesia Consultant
Medan
Medan, 15 Mei 2009
Azizul Kholis, SE, M.Si
2009 | Simposium Nasional Pendidikan 36