18
URBAN & REGIONAL PLANNING ANALISIS ( TEORITIS DAN EMPIRIS ) PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN LAHAN DAN TERHADAP MIGRASI PENDUDUK AHMAD ROYHAN M HARAHAP 06 0404 105 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perubahan tata guna lahan

Citation preview

Page 1: ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

URBAN amp REGIONAL PLANNINGANALISIS ( TEORITIS DAN EMPIRIS ) PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN

LAHAN DAN TERHADAP MIGRASI PENDUDUK

AHMAD ROYHAN M HARAHAP 06 0404 105

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

ANALISIS (TEORITIS DAN EMPIRIS) PERUBAHAN

TATA GUNA LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN

LAHAN DAN TERHADAP MIGRASI PENDUDUK

I PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

A KEGUNAAN TATA GUNA LAHAN

Antar guna lahan yang berdekatan agar tidak saling menganggu (misal industri dekat permukiman tempat pembuangan sampah akhir dekat permukiman)

Guna lahan berdekatan dapat saling menunjang dan guna lahan tertentu berlokasi lebih tepat (misal perdagangan di pusat kota sedangkan permukiman di sekitarnya agar belanja sama dekatnya dari semua asal perjalanan)

Pengaturan sebaran guna lahan sedemikian rupa sehingga mempunyai pengaruh (beban) terbaik bagi transportasi

B SISTEM-SISTEM YANG MEMPENGARUHI TATA GUNA LAHAN

Sistem Kegiatan (guna lahan mencerminkan macam kegiatan yang berlangsung di atas lahan tsb) Macam guna lahan permukiman perdagangan perkantoran pendidikan rekreasi industri dsb

Sistem Pengembangan lahan (ada lahan yang belum dikembangkan untuk fungsi perkotaan dan ada yang sudah) Macam guna lahan pertanian hutan dan area terbangunSistem Lingkungan (lokasi sumberdaya yang perelu dilindungi dan lokasi pemakai sumberdaya) Macam guna lahan kawasan lindung kawasan budidaya

C TEORI EMPIRIS TATA GUNA LAHAN

Konsep Zona Konsentrik (Burgess 1923 model ini diangkat dari kasus kota

Chicago sbg kota radial berlapis-lapis)

Konsep SektorBusur daerah (Hoyt 1939 memperbaiki konsep Konsentrik

bahwa ada area kota yang berkembang secara busursektor karena factor

kebutuhan kedekatan antar guna lahan yang sama)

Konsep Pusat Ganda (McKenzie 1933 dan Harris amp Ullman 1945

berpendapat kota tdk selalu berkembang dari satu pusat kota tapi sering punya

banyak pusat kota makin besar kotanya makin banyak pusatnya)

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

D TEORI EKSPLANATORIS TATA GUNA LAHAN

Teori Klasik guna lahan (Alonso 1960) bersumber pada teori ekonomi yaitu interaksi nilai lahan dan penggunaan lahan (antara permintaan dan penyediaan)

Teori guna lahan yang berorientasi ke Transportasi (Wingo 1961) berbasis teori ekonomi yaitu keseimbangan antara kemampuan membayar transportasi dengan nilai lahan (akibat fungsi jarak ke pusat kota) Yang jauh nilai lahan murah tapi biaya angkutan mahal

Teori nilai sosial (Walter Firey 1947) bahwa lahan tdk hanya dilihat secara ekonomis tapi juga nilai sosial rasa (taste) dan simbol Meskipun jauh dari kota bisa mahal karena sudah jadi simbol perumahan orang kaya

CONTOH EMPIRIS ( KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO 1998 ndash 2004)

Pertambahan jumlah penduduk baik yang bersifat alami maupun migrasi merupakan salah satu penyebab meningkatnya jumlah penduduk membawa pengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan ruang Meningkatnya jumlah penduduk membawa pengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan akan permukiman fasilitas jalan fasilitas kesehatan fasilitas pendidikan dan fasilitas pelayanan umum dan lainnya Hal ini juga terjadi di Wilayah Kecamatan Sukoharjo disajikan pada tebel 11 berikut

Tabel 11 Data Jumlah Penduduk

Kecamatan Sukoharjo dirinci per kelurahan

Tahun 1998 amp 2004

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 12 Kecamatan yang terdiri dari 167 desakelurahan Luas wilayah Kabuaten Sukoharjo tercatat 46666 ha di mana Kecamatan terluas adalah Kecamatan Polokarto yaitu 6218 ha sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Kartasura yaitu seluas 1923 ha Adapun lebih jelasnya disajikan pada tabel 12 berikut

Tabel 12 Data Luas Wilayah Kabupaten SukoharjoDirinci per Kecamatan Tahun 1998 dan 2004

Kecamatan Sukoharjo merupakan pusat Kota Kabupaten Sukoharjo di mana berbagai jenis kegiatan berpusat di Kecamatan Sukoharjo Secara administratif di bagian Utara Kecamatan Sukoharjo berbatasan dengan Kecamatan Grogol di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nguter di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bendosari dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tawangsari dan Kabupaten Klaten

Berdasarkan pembagian wilayah administrasinya Kecamatan Sukoharjo dibagi menjadi 14 kelurahan adapun disajikan pada gambar 11 Dalam strategi pengembangannya Kota Kecamatan Sukoharjo dibagi menjadi 5 (lima) Bagian Wilayah Kota (BWK) Pembagian wilayah kota ini didasarkan pada struktur pelayanan yang direncanakan dan disesuaikan dengan kecenderungan perkembangan

Adapun arahan pembagian BWK adalah sebagai berikut

a) Bagian Wilayah Kota I (BWK I)BWK I meliputi Kelurahan Sukoharjo Jetis Joho Gayam dan mempunyai luas sekitar 1108 Ha BWK I ini merupakan pusat perkembangan Kota Kecamatan Sukoharjo dan dilalui oleh jalan utama kota dan merupakan jalan regional di samping sebagai pusat kegiatan pelayanan umum tingkat Kabupaten juga merupakan titik pertumbuhan kota dan pusat kegiatan utama Selain itu BWK I diperuntukan sebagai pusat pelayanan umum perkantoran tingkat Kabupaten perdagangan jasa permukiman fasilitas social dan umum campuran industri dan transportasi dengan dominasi fungsi kawasan sebagai pelayanan umum dan perkantoran tingkat kabupaten

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

b) Bagian Wilayah Kota II (BWK II)BWK II meliputi Kelurahan Mandan dan Begajah dengan luas wilayah sekitar 536 Ha Bagian Wilayah Kota II (BWK II) diperuntukan sebagai kawasan penunjang pusat kota permukiman pertanian fasilitas sosial dan umum transportasi dan fungsi campuran dengan dominasi fungsi kawasan sebagai pemukiman

c) Bagian Wilayah Kota III (BWK III)BWK III meliputi Kelurahan Bulakrejo dan Sonorejo dengan luas wilayah sekitar 859 ha Bagian Wilayah Kota III (BWK III ) diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan domonasi fungsi kawasan sebagai kawasan pemukiman

d) Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV)BWK IV meliputi wilayah Kelurahan Dukuh Bulakan Kriwen dengan luas wilayah sekitar 1009 ha Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV) diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman industri non polutan perdagangan jasa fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan dominasi sebagai kawasan industri non polutan perdagangan dan jasa

e) Bagian Wilayah Kota V (BWK V)BWK V meliputi wilayah Kelurahan Combongan Kenep dan Banmati dengan luas wilayah sekitar 964 ha Bagian Wilayah Kota V (BWK V) diperuntukkan sebagai kawasan permukiman industri non polutan fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan domonasi fungsi sebagai kawasan industri non polutan dan pertanian(RUTRK Kecamatan Sukoharjo tahun 2005)

II KETERSEDIAAN LAHAN BUDI DAYA

Pertambahan penduduk kota di Indonesia mendorong meningkatnya kegiatan kehidupan sosial dan ekonomi di kota yang selanjutnya menyebabkan kenaikan kebutuhan akan lahan Kebutuhan lahan wilayah perkotaan terutama berhubungan dengan perluasan ruang kota untuk digunakan bagi prasarana kota seperti perumahan jaringan air minum jaringan sanitasi taman-taman kota dan lapangan olah raga Penyediaan lahan yang sangat terbatas untuk mencukupi kebutuhankebutuhan tersebut cenderung mengakibatkan kenaikan harga lahan yang selanjutnya mendorong meluasnya spekulasi tanah sehingga menyebabkan pola penggunaan lahan yang kurang efisien di perkotaan selain itu perkembangan kota yang pesat akan cenderung menurunkan kualitas lingkungan kota seperti menurunnya kapasitas dan kualitas air terutama air tanah apabila tidak dikendalikan secara baik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Jumlah penduduk yang selalu mengalami perubahan mengakibatkan kebutuhan ruang sebagai wadah kegiatan perkotaan juga berubah terus menerus Ruang dalam hal ini adalah lahan keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kehidupan manusia karena lahan merupakan wadah tempat berlangsungnya berbagai aktivitas untuk menjamin kelangsungan hidup manusia Oleh karena itu dinamika kehidupan sejumlah pcnduduk di suatu daerah akan tercermin hubungan interaksi aktivitas penduduk dengan lingkungannya

Bertambahnya penghuni kota baik yang berasal dari penghuni kota maupun dari arus penduduk yang masuk dari luar kota mengakibatkan bertambahnya perumahan perumahan yang berarti berkurangnya daerah-daerah kosong di dalam kota (Bintarto 1977) Masalah-masalah yang ditimbulkan akibat pemekaran kota adalah masalah perumahan masalah sampah masalah bidang lalu-lintas masalah kekurangan gedung seko1ah masalah terdesaknya daerah persawahan di perbatasan luar kota dan masalah administratif pemerintahan (Bintarto 1980) Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan ruang-ruang kosong di dalam kota sehingga mengakibatkan bentuk penggunaan lahan tidak hanya mengalami perubahan dari lahan kosong saja tetapi juga dari lahan yang sudah terbangun Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat proses perubahan bentuk penggunaan lahan ini akan berlangsung terus-menerus secara berkesinambungan

Berbagai bentuk pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada saat ini terutama pembangunan yang bersifat fisik tidak luput dan kebutuhan akan lahan Pemenuhan kebutuhan lahan untuk pembangunan dan aktivitas manusia merupakan salah satu sebab terjadinya dinamika penggunaan lahan di atas disebabkan oleh faktor-faktor saling berpengaruh antara lain pertumbuhan penduduk pemekaran atau perkembangan daerah terutama daerah perkotaan ke daerah pedesaan dan kebijaksanaan pembangunan pusat maupun daerah (Hauser 1985 dalam Bintarto 1986)

A Klasifikasi bentuk penggunaan lahan perkotaan

Perumahan termasuk lapangan rekreasi dan kuburan Lahan perusahaan terdiri dari kantor-kantor non instansi pemerintahan

gudang Lahan industri Pabrik percetakan dll Lahan untuk jasa Rumah sakit instansi pemerintahan terminal pasar bank

dll Lahan kosong

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Ditinjau dari ruang dan waktu maka penggunaan lahan oleh manusia atas

wilayah yang sedemikian luas dan terbesar seperti Indonesia adalah sangat

komplit sehingga untuk mengadakan inventarisasi dan yang lebih penting untuk

memantaunya merupakan suatu tugas yang sangat besar bahkan ada periode

dimana pembangunan dan kerusakan lahan sedang berjalan dengan kecepatan

besar maka kebutuhan akan data penggunaan lahan yang mutakhir pada saat ini

dirasakan sangat penting (Malingreau 1978 dalam Sugiharto Budi S 1999)

Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya adalah peralihan fungsi

lahan yang tadinya untuk peruntukan tertentu berubah menjadi peruntukan

tertentu pula (yang lain) Dengan perubahan penggunaan lahan tersebut daerah

tersebut mengalami perkembangan terutama adalah perkembangan jumlah sarana

dan prasarana fisik baik berupa perekonomian jalan maupun prasarana yang lain

Dalam perkembangannya perubahan lahan tersebut akan terdistribusi pada tempat-

tempat tertentu yang mempunyai potensi yang baik Selain distribusi perubahan

penggunaan lahan akan mempunyai pola-pola perubahan penggunaan lahan

menurut Bintarto (1977) pada distribusi perubahan penggunaan lahan pada

dasarnya dikelompokkan menjadi

Pola memanjang mengikuti jalan Pola memanjang mengikuti sungai Pola radial Pola tersebar Pola memanjang mengikuti garis pantai Pola memanjang mengikuti garis pantai dan rel kereta api

T B Wadji Kamal (1987) menjelaskan pengertian perubahan penggunaan lahan yaitu Perubahan penggunaan lahan yang dimaksud adalah perubahan penggunaan lahan dari fungsi tertentu misalnya dari sawah berubah menjadi pemukiman atau tempat usaha dari sawah kering berubah menjadi sawah irigasi atau yang lainnya Faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga mendorong mereka untuk merubah lahan Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk memberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan lahan Perubahan lahan juga bisa disebabkan adanya kebijaksanaan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di suatu wilayah Selain itu pembangunan fasilitas sosial dan ekonomi seperti pembangunan pabrik juga membutuhkan lahan yang besar walaupun tidak diiringi dengan adanya pertumbuhan penduduk disuatu wilayah

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi perubahan penggunaan lahan tersebut pada dasarnya adalah topografi dan potensi yang ada di masing-masing daerah dan migrasi penduduk

III MIGRASI PENDUDUK

Ada tiga dimensi penting dalam pembahasan tentang migrasi yaitu dimensi spasial sektoral atau lapangan kerja (occupational) dan temporal Migrasi dilihat dari dimensi spasial adalah menerangkan perpindahan penduduk atau mobilitas penduduk yang melintasi batas teritorial (administratif) atau geografi (Sudarmo 1993) Salah satu bentuk migrasi secara spasial yang banyak terjadi adalah mobilitas penduduk desa-kota Terjadinya gerak penduduk atau mobilitas tenaga kerja dari desa ke kota menunjukkan adanya ketidak seimbangan kesempatan kerja dan pertumbuhan angkatan kerja antara desa dan kota

Migrasi dari dimensi sektoral melahirkan konsep mobilitas penduduk berdasarkan jenis pekerjaan (okupasi) baik yang sifatnya permanen atau musiman (Sumaryanto dan Pasaribu 1996) Selain dimensi spasial dan sektoral dimensi penting lainnya adalah dimensi temporal Dimensi waktu ini melahirkan konsep migrasi komutasi sirkulasi dan permanen Dalam kenyataannya sangatlah sulit membahas masalah migrasi dengan konsep dimensi secara terpisah karena antar dimensi tersebut saling terkait

A KONSEP DAN DEFENISI MIGRASI

Migrasi salah satu dari tiga komponen dasar dalam demografi Migrasi bersama dengan dua komponen lainnya kelahiran dan kematian mempengaruhi dinamika kependudukan di suatu wilayahTinjauan migrasi secara regional sangat penting dilakukan terutama terkait dengan kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merataMigrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politiknegara (migrasi internasional)Dengan kata lain migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain Ada dua dimensi penting dalam penalaahan migrasi yaitu dimensi ruangdaerah (spasial) dan dimensi waktu

Pendekatan kontekstual dalam analisis migrasi menekankan pentingnya factor kesempatan kerja tingkat upah serta aksessibilitas terhadap fasilitas sosial maupun ekonomi Sementara itu pendekatan expektasi dalam analisis migrasi menekankan pentingnya nilai dalam mempengaruhi niat bermigrasi seperti kemandirian affiliasi dan moralitas

B JENIS ndash JENIS MIGRASI

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

migrasi internasionalyaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainmigrasi internal perpindahan yang terjadi dalam satu negara misalnya antarpropinsi antar kotakabupaten migrasi perdesaan ke perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten seperti kecamatan kelurahan dan seterusnya Jenis migrasi yang terjadi antar unit administratif selama masih dalam satu Negara

Perhitungan angka migrasi biasanya didasarkan pada tiga kriteriaPertama life time migration(migrasi seumur hidup) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempa tinggal waktu lahirKedua recent migration yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survei Ketiga total migration(migrasi total) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila dia pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal waktu survei

C FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIGRASI

1 Faktor PendorongMakin berkurangnya sumber sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan menurunnya permintaan atas barang-barangt ertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang kayu atau bahan dari pertanianMenyempitnya lapangan pekerjaan ditempatasal (misalnya tanah untuk pertanian diperdesaan yang makin menyempit)Adanya tekanan-tekanan politik agama suku sehingga mengganggu hak azasi penduduk di daerah asalAlasan pendidikan pekerjaan atau perkawinanBencana alam seperti banjir kebakaran gempa bumi tsunami musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit

2 Faktor Penarik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidupAdanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baikKeadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim perumahan sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnyaAdanya aktivitas-aktivitas di kota besar tempat-tempat hiburan pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar tersebut

D CONTOH EMPIRIS (Pulau Jawa Jawa Barat Banten Bodetabek Banten Jateng DIY Jatim)

LATAR BELAKANGTantangan dan permasalahan kependudukan (besaran sebaran

struktur) Fenomena migrasi di Indonesia (ketimpangan motif ekonomi)1048774push amp pull factors (Skeldon 1990) keterkaitan migrasi dengan pembangunan Polamigrasi pulau JawandashJawaBarat+ Banten-Bodetabek Trend migrasirisen ke Jawa Baratter konsentrasi di Bodetabek 37 (2000) naik menjadi 49 (2005)

Trend Migrasi Masuk

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Trend Pengangguran

Gambaran Umum Wilayah BODETABEK

Distribusi Migrasi Masuk ke BODETABEK Berdasarkan Daerah Asal

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Distribusi Migran Riset Tenaga Kerja Menurut Daerah Asal Tahun 2005 Berdasarkan Kelompok Umur

Alasan Pindah Migran Asal Internal BODETABEK

Alasan Pindah Migran Asal Internal Jakarta

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Alasan Pindah Migran Asal Internal DIY Jateng Jatim

Page 2: ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

ANALISIS (TEORITIS DAN EMPIRIS) PERUBAHAN

TATA GUNA LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN

LAHAN DAN TERHADAP MIGRASI PENDUDUK

I PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

A KEGUNAAN TATA GUNA LAHAN

Antar guna lahan yang berdekatan agar tidak saling menganggu (misal industri dekat permukiman tempat pembuangan sampah akhir dekat permukiman)

Guna lahan berdekatan dapat saling menunjang dan guna lahan tertentu berlokasi lebih tepat (misal perdagangan di pusat kota sedangkan permukiman di sekitarnya agar belanja sama dekatnya dari semua asal perjalanan)

Pengaturan sebaran guna lahan sedemikian rupa sehingga mempunyai pengaruh (beban) terbaik bagi transportasi

B SISTEM-SISTEM YANG MEMPENGARUHI TATA GUNA LAHAN

Sistem Kegiatan (guna lahan mencerminkan macam kegiatan yang berlangsung di atas lahan tsb) Macam guna lahan permukiman perdagangan perkantoran pendidikan rekreasi industri dsb

Sistem Pengembangan lahan (ada lahan yang belum dikembangkan untuk fungsi perkotaan dan ada yang sudah) Macam guna lahan pertanian hutan dan area terbangunSistem Lingkungan (lokasi sumberdaya yang perelu dilindungi dan lokasi pemakai sumberdaya) Macam guna lahan kawasan lindung kawasan budidaya

C TEORI EMPIRIS TATA GUNA LAHAN

Konsep Zona Konsentrik (Burgess 1923 model ini diangkat dari kasus kota

Chicago sbg kota radial berlapis-lapis)

Konsep SektorBusur daerah (Hoyt 1939 memperbaiki konsep Konsentrik

bahwa ada area kota yang berkembang secara busursektor karena factor

kebutuhan kedekatan antar guna lahan yang sama)

Konsep Pusat Ganda (McKenzie 1933 dan Harris amp Ullman 1945

berpendapat kota tdk selalu berkembang dari satu pusat kota tapi sering punya

banyak pusat kota makin besar kotanya makin banyak pusatnya)

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

D TEORI EKSPLANATORIS TATA GUNA LAHAN

Teori Klasik guna lahan (Alonso 1960) bersumber pada teori ekonomi yaitu interaksi nilai lahan dan penggunaan lahan (antara permintaan dan penyediaan)

Teori guna lahan yang berorientasi ke Transportasi (Wingo 1961) berbasis teori ekonomi yaitu keseimbangan antara kemampuan membayar transportasi dengan nilai lahan (akibat fungsi jarak ke pusat kota) Yang jauh nilai lahan murah tapi biaya angkutan mahal

Teori nilai sosial (Walter Firey 1947) bahwa lahan tdk hanya dilihat secara ekonomis tapi juga nilai sosial rasa (taste) dan simbol Meskipun jauh dari kota bisa mahal karena sudah jadi simbol perumahan orang kaya

CONTOH EMPIRIS ( KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO 1998 ndash 2004)

Pertambahan jumlah penduduk baik yang bersifat alami maupun migrasi merupakan salah satu penyebab meningkatnya jumlah penduduk membawa pengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan ruang Meningkatnya jumlah penduduk membawa pengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan akan permukiman fasilitas jalan fasilitas kesehatan fasilitas pendidikan dan fasilitas pelayanan umum dan lainnya Hal ini juga terjadi di Wilayah Kecamatan Sukoharjo disajikan pada tebel 11 berikut

Tabel 11 Data Jumlah Penduduk

Kecamatan Sukoharjo dirinci per kelurahan

Tahun 1998 amp 2004

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 12 Kecamatan yang terdiri dari 167 desakelurahan Luas wilayah Kabuaten Sukoharjo tercatat 46666 ha di mana Kecamatan terluas adalah Kecamatan Polokarto yaitu 6218 ha sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Kartasura yaitu seluas 1923 ha Adapun lebih jelasnya disajikan pada tabel 12 berikut

Tabel 12 Data Luas Wilayah Kabupaten SukoharjoDirinci per Kecamatan Tahun 1998 dan 2004

Kecamatan Sukoharjo merupakan pusat Kota Kabupaten Sukoharjo di mana berbagai jenis kegiatan berpusat di Kecamatan Sukoharjo Secara administratif di bagian Utara Kecamatan Sukoharjo berbatasan dengan Kecamatan Grogol di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nguter di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bendosari dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tawangsari dan Kabupaten Klaten

Berdasarkan pembagian wilayah administrasinya Kecamatan Sukoharjo dibagi menjadi 14 kelurahan adapun disajikan pada gambar 11 Dalam strategi pengembangannya Kota Kecamatan Sukoharjo dibagi menjadi 5 (lima) Bagian Wilayah Kota (BWK) Pembagian wilayah kota ini didasarkan pada struktur pelayanan yang direncanakan dan disesuaikan dengan kecenderungan perkembangan

Adapun arahan pembagian BWK adalah sebagai berikut

a) Bagian Wilayah Kota I (BWK I)BWK I meliputi Kelurahan Sukoharjo Jetis Joho Gayam dan mempunyai luas sekitar 1108 Ha BWK I ini merupakan pusat perkembangan Kota Kecamatan Sukoharjo dan dilalui oleh jalan utama kota dan merupakan jalan regional di samping sebagai pusat kegiatan pelayanan umum tingkat Kabupaten juga merupakan titik pertumbuhan kota dan pusat kegiatan utama Selain itu BWK I diperuntukan sebagai pusat pelayanan umum perkantoran tingkat Kabupaten perdagangan jasa permukiman fasilitas social dan umum campuran industri dan transportasi dengan dominasi fungsi kawasan sebagai pelayanan umum dan perkantoran tingkat kabupaten

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

b) Bagian Wilayah Kota II (BWK II)BWK II meliputi Kelurahan Mandan dan Begajah dengan luas wilayah sekitar 536 Ha Bagian Wilayah Kota II (BWK II) diperuntukan sebagai kawasan penunjang pusat kota permukiman pertanian fasilitas sosial dan umum transportasi dan fungsi campuran dengan dominasi fungsi kawasan sebagai pemukiman

c) Bagian Wilayah Kota III (BWK III)BWK III meliputi Kelurahan Bulakrejo dan Sonorejo dengan luas wilayah sekitar 859 ha Bagian Wilayah Kota III (BWK III ) diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan domonasi fungsi kawasan sebagai kawasan pemukiman

d) Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV)BWK IV meliputi wilayah Kelurahan Dukuh Bulakan Kriwen dengan luas wilayah sekitar 1009 ha Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV) diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman industri non polutan perdagangan jasa fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan dominasi sebagai kawasan industri non polutan perdagangan dan jasa

e) Bagian Wilayah Kota V (BWK V)BWK V meliputi wilayah Kelurahan Combongan Kenep dan Banmati dengan luas wilayah sekitar 964 ha Bagian Wilayah Kota V (BWK V) diperuntukkan sebagai kawasan permukiman industri non polutan fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan domonasi fungsi sebagai kawasan industri non polutan dan pertanian(RUTRK Kecamatan Sukoharjo tahun 2005)

II KETERSEDIAAN LAHAN BUDI DAYA

Pertambahan penduduk kota di Indonesia mendorong meningkatnya kegiatan kehidupan sosial dan ekonomi di kota yang selanjutnya menyebabkan kenaikan kebutuhan akan lahan Kebutuhan lahan wilayah perkotaan terutama berhubungan dengan perluasan ruang kota untuk digunakan bagi prasarana kota seperti perumahan jaringan air minum jaringan sanitasi taman-taman kota dan lapangan olah raga Penyediaan lahan yang sangat terbatas untuk mencukupi kebutuhankebutuhan tersebut cenderung mengakibatkan kenaikan harga lahan yang selanjutnya mendorong meluasnya spekulasi tanah sehingga menyebabkan pola penggunaan lahan yang kurang efisien di perkotaan selain itu perkembangan kota yang pesat akan cenderung menurunkan kualitas lingkungan kota seperti menurunnya kapasitas dan kualitas air terutama air tanah apabila tidak dikendalikan secara baik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Jumlah penduduk yang selalu mengalami perubahan mengakibatkan kebutuhan ruang sebagai wadah kegiatan perkotaan juga berubah terus menerus Ruang dalam hal ini adalah lahan keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kehidupan manusia karena lahan merupakan wadah tempat berlangsungnya berbagai aktivitas untuk menjamin kelangsungan hidup manusia Oleh karena itu dinamika kehidupan sejumlah pcnduduk di suatu daerah akan tercermin hubungan interaksi aktivitas penduduk dengan lingkungannya

Bertambahnya penghuni kota baik yang berasal dari penghuni kota maupun dari arus penduduk yang masuk dari luar kota mengakibatkan bertambahnya perumahan perumahan yang berarti berkurangnya daerah-daerah kosong di dalam kota (Bintarto 1977) Masalah-masalah yang ditimbulkan akibat pemekaran kota adalah masalah perumahan masalah sampah masalah bidang lalu-lintas masalah kekurangan gedung seko1ah masalah terdesaknya daerah persawahan di perbatasan luar kota dan masalah administratif pemerintahan (Bintarto 1980) Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan ruang-ruang kosong di dalam kota sehingga mengakibatkan bentuk penggunaan lahan tidak hanya mengalami perubahan dari lahan kosong saja tetapi juga dari lahan yang sudah terbangun Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat proses perubahan bentuk penggunaan lahan ini akan berlangsung terus-menerus secara berkesinambungan

Berbagai bentuk pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada saat ini terutama pembangunan yang bersifat fisik tidak luput dan kebutuhan akan lahan Pemenuhan kebutuhan lahan untuk pembangunan dan aktivitas manusia merupakan salah satu sebab terjadinya dinamika penggunaan lahan di atas disebabkan oleh faktor-faktor saling berpengaruh antara lain pertumbuhan penduduk pemekaran atau perkembangan daerah terutama daerah perkotaan ke daerah pedesaan dan kebijaksanaan pembangunan pusat maupun daerah (Hauser 1985 dalam Bintarto 1986)

A Klasifikasi bentuk penggunaan lahan perkotaan

Perumahan termasuk lapangan rekreasi dan kuburan Lahan perusahaan terdiri dari kantor-kantor non instansi pemerintahan

gudang Lahan industri Pabrik percetakan dll Lahan untuk jasa Rumah sakit instansi pemerintahan terminal pasar bank

dll Lahan kosong

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Ditinjau dari ruang dan waktu maka penggunaan lahan oleh manusia atas

wilayah yang sedemikian luas dan terbesar seperti Indonesia adalah sangat

komplit sehingga untuk mengadakan inventarisasi dan yang lebih penting untuk

memantaunya merupakan suatu tugas yang sangat besar bahkan ada periode

dimana pembangunan dan kerusakan lahan sedang berjalan dengan kecepatan

besar maka kebutuhan akan data penggunaan lahan yang mutakhir pada saat ini

dirasakan sangat penting (Malingreau 1978 dalam Sugiharto Budi S 1999)

Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya adalah peralihan fungsi

lahan yang tadinya untuk peruntukan tertentu berubah menjadi peruntukan

tertentu pula (yang lain) Dengan perubahan penggunaan lahan tersebut daerah

tersebut mengalami perkembangan terutama adalah perkembangan jumlah sarana

dan prasarana fisik baik berupa perekonomian jalan maupun prasarana yang lain

Dalam perkembangannya perubahan lahan tersebut akan terdistribusi pada tempat-

tempat tertentu yang mempunyai potensi yang baik Selain distribusi perubahan

penggunaan lahan akan mempunyai pola-pola perubahan penggunaan lahan

menurut Bintarto (1977) pada distribusi perubahan penggunaan lahan pada

dasarnya dikelompokkan menjadi

Pola memanjang mengikuti jalan Pola memanjang mengikuti sungai Pola radial Pola tersebar Pola memanjang mengikuti garis pantai Pola memanjang mengikuti garis pantai dan rel kereta api

T B Wadji Kamal (1987) menjelaskan pengertian perubahan penggunaan lahan yaitu Perubahan penggunaan lahan yang dimaksud adalah perubahan penggunaan lahan dari fungsi tertentu misalnya dari sawah berubah menjadi pemukiman atau tempat usaha dari sawah kering berubah menjadi sawah irigasi atau yang lainnya Faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga mendorong mereka untuk merubah lahan Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk memberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan lahan Perubahan lahan juga bisa disebabkan adanya kebijaksanaan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di suatu wilayah Selain itu pembangunan fasilitas sosial dan ekonomi seperti pembangunan pabrik juga membutuhkan lahan yang besar walaupun tidak diiringi dengan adanya pertumbuhan penduduk disuatu wilayah

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi perubahan penggunaan lahan tersebut pada dasarnya adalah topografi dan potensi yang ada di masing-masing daerah dan migrasi penduduk

III MIGRASI PENDUDUK

Ada tiga dimensi penting dalam pembahasan tentang migrasi yaitu dimensi spasial sektoral atau lapangan kerja (occupational) dan temporal Migrasi dilihat dari dimensi spasial adalah menerangkan perpindahan penduduk atau mobilitas penduduk yang melintasi batas teritorial (administratif) atau geografi (Sudarmo 1993) Salah satu bentuk migrasi secara spasial yang banyak terjadi adalah mobilitas penduduk desa-kota Terjadinya gerak penduduk atau mobilitas tenaga kerja dari desa ke kota menunjukkan adanya ketidak seimbangan kesempatan kerja dan pertumbuhan angkatan kerja antara desa dan kota

Migrasi dari dimensi sektoral melahirkan konsep mobilitas penduduk berdasarkan jenis pekerjaan (okupasi) baik yang sifatnya permanen atau musiman (Sumaryanto dan Pasaribu 1996) Selain dimensi spasial dan sektoral dimensi penting lainnya adalah dimensi temporal Dimensi waktu ini melahirkan konsep migrasi komutasi sirkulasi dan permanen Dalam kenyataannya sangatlah sulit membahas masalah migrasi dengan konsep dimensi secara terpisah karena antar dimensi tersebut saling terkait

A KONSEP DAN DEFENISI MIGRASI

Migrasi salah satu dari tiga komponen dasar dalam demografi Migrasi bersama dengan dua komponen lainnya kelahiran dan kematian mempengaruhi dinamika kependudukan di suatu wilayahTinjauan migrasi secara regional sangat penting dilakukan terutama terkait dengan kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merataMigrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politiknegara (migrasi internasional)Dengan kata lain migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain Ada dua dimensi penting dalam penalaahan migrasi yaitu dimensi ruangdaerah (spasial) dan dimensi waktu

Pendekatan kontekstual dalam analisis migrasi menekankan pentingnya factor kesempatan kerja tingkat upah serta aksessibilitas terhadap fasilitas sosial maupun ekonomi Sementara itu pendekatan expektasi dalam analisis migrasi menekankan pentingnya nilai dalam mempengaruhi niat bermigrasi seperti kemandirian affiliasi dan moralitas

B JENIS ndash JENIS MIGRASI

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

migrasi internasionalyaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainmigrasi internal perpindahan yang terjadi dalam satu negara misalnya antarpropinsi antar kotakabupaten migrasi perdesaan ke perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten seperti kecamatan kelurahan dan seterusnya Jenis migrasi yang terjadi antar unit administratif selama masih dalam satu Negara

Perhitungan angka migrasi biasanya didasarkan pada tiga kriteriaPertama life time migration(migrasi seumur hidup) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempa tinggal waktu lahirKedua recent migration yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survei Ketiga total migration(migrasi total) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila dia pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal waktu survei

C FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIGRASI

1 Faktor PendorongMakin berkurangnya sumber sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan menurunnya permintaan atas barang-barangt ertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang kayu atau bahan dari pertanianMenyempitnya lapangan pekerjaan ditempatasal (misalnya tanah untuk pertanian diperdesaan yang makin menyempit)Adanya tekanan-tekanan politik agama suku sehingga mengganggu hak azasi penduduk di daerah asalAlasan pendidikan pekerjaan atau perkawinanBencana alam seperti banjir kebakaran gempa bumi tsunami musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit

2 Faktor Penarik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidupAdanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baikKeadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim perumahan sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnyaAdanya aktivitas-aktivitas di kota besar tempat-tempat hiburan pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar tersebut

D CONTOH EMPIRIS (Pulau Jawa Jawa Barat Banten Bodetabek Banten Jateng DIY Jatim)

LATAR BELAKANGTantangan dan permasalahan kependudukan (besaran sebaran

struktur) Fenomena migrasi di Indonesia (ketimpangan motif ekonomi)1048774push amp pull factors (Skeldon 1990) keterkaitan migrasi dengan pembangunan Polamigrasi pulau JawandashJawaBarat+ Banten-Bodetabek Trend migrasirisen ke Jawa Baratter konsentrasi di Bodetabek 37 (2000) naik menjadi 49 (2005)

Trend Migrasi Masuk

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Trend Pengangguran

Gambaran Umum Wilayah BODETABEK

Distribusi Migrasi Masuk ke BODETABEK Berdasarkan Daerah Asal

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Distribusi Migran Riset Tenaga Kerja Menurut Daerah Asal Tahun 2005 Berdasarkan Kelompok Umur

Alasan Pindah Migran Asal Internal BODETABEK

Alasan Pindah Migran Asal Internal Jakarta

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Alasan Pindah Migran Asal Internal DIY Jateng Jatim

Page 3: ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

D TEORI EKSPLANATORIS TATA GUNA LAHAN

Teori Klasik guna lahan (Alonso 1960) bersumber pada teori ekonomi yaitu interaksi nilai lahan dan penggunaan lahan (antara permintaan dan penyediaan)

Teori guna lahan yang berorientasi ke Transportasi (Wingo 1961) berbasis teori ekonomi yaitu keseimbangan antara kemampuan membayar transportasi dengan nilai lahan (akibat fungsi jarak ke pusat kota) Yang jauh nilai lahan murah tapi biaya angkutan mahal

Teori nilai sosial (Walter Firey 1947) bahwa lahan tdk hanya dilihat secara ekonomis tapi juga nilai sosial rasa (taste) dan simbol Meskipun jauh dari kota bisa mahal karena sudah jadi simbol perumahan orang kaya

CONTOH EMPIRIS ( KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO 1998 ndash 2004)

Pertambahan jumlah penduduk baik yang bersifat alami maupun migrasi merupakan salah satu penyebab meningkatnya jumlah penduduk membawa pengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan ruang Meningkatnya jumlah penduduk membawa pengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan akan permukiman fasilitas jalan fasilitas kesehatan fasilitas pendidikan dan fasilitas pelayanan umum dan lainnya Hal ini juga terjadi di Wilayah Kecamatan Sukoharjo disajikan pada tebel 11 berikut

Tabel 11 Data Jumlah Penduduk

Kecamatan Sukoharjo dirinci per kelurahan

Tahun 1998 amp 2004

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 12 Kecamatan yang terdiri dari 167 desakelurahan Luas wilayah Kabuaten Sukoharjo tercatat 46666 ha di mana Kecamatan terluas adalah Kecamatan Polokarto yaitu 6218 ha sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Kartasura yaitu seluas 1923 ha Adapun lebih jelasnya disajikan pada tabel 12 berikut

Tabel 12 Data Luas Wilayah Kabupaten SukoharjoDirinci per Kecamatan Tahun 1998 dan 2004

Kecamatan Sukoharjo merupakan pusat Kota Kabupaten Sukoharjo di mana berbagai jenis kegiatan berpusat di Kecamatan Sukoharjo Secara administratif di bagian Utara Kecamatan Sukoharjo berbatasan dengan Kecamatan Grogol di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nguter di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bendosari dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tawangsari dan Kabupaten Klaten

Berdasarkan pembagian wilayah administrasinya Kecamatan Sukoharjo dibagi menjadi 14 kelurahan adapun disajikan pada gambar 11 Dalam strategi pengembangannya Kota Kecamatan Sukoharjo dibagi menjadi 5 (lima) Bagian Wilayah Kota (BWK) Pembagian wilayah kota ini didasarkan pada struktur pelayanan yang direncanakan dan disesuaikan dengan kecenderungan perkembangan

Adapun arahan pembagian BWK adalah sebagai berikut

a) Bagian Wilayah Kota I (BWK I)BWK I meliputi Kelurahan Sukoharjo Jetis Joho Gayam dan mempunyai luas sekitar 1108 Ha BWK I ini merupakan pusat perkembangan Kota Kecamatan Sukoharjo dan dilalui oleh jalan utama kota dan merupakan jalan regional di samping sebagai pusat kegiatan pelayanan umum tingkat Kabupaten juga merupakan titik pertumbuhan kota dan pusat kegiatan utama Selain itu BWK I diperuntukan sebagai pusat pelayanan umum perkantoran tingkat Kabupaten perdagangan jasa permukiman fasilitas social dan umum campuran industri dan transportasi dengan dominasi fungsi kawasan sebagai pelayanan umum dan perkantoran tingkat kabupaten

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

b) Bagian Wilayah Kota II (BWK II)BWK II meliputi Kelurahan Mandan dan Begajah dengan luas wilayah sekitar 536 Ha Bagian Wilayah Kota II (BWK II) diperuntukan sebagai kawasan penunjang pusat kota permukiman pertanian fasilitas sosial dan umum transportasi dan fungsi campuran dengan dominasi fungsi kawasan sebagai pemukiman

c) Bagian Wilayah Kota III (BWK III)BWK III meliputi Kelurahan Bulakrejo dan Sonorejo dengan luas wilayah sekitar 859 ha Bagian Wilayah Kota III (BWK III ) diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan domonasi fungsi kawasan sebagai kawasan pemukiman

d) Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV)BWK IV meliputi wilayah Kelurahan Dukuh Bulakan Kriwen dengan luas wilayah sekitar 1009 ha Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV) diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman industri non polutan perdagangan jasa fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan dominasi sebagai kawasan industri non polutan perdagangan dan jasa

e) Bagian Wilayah Kota V (BWK V)BWK V meliputi wilayah Kelurahan Combongan Kenep dan Banmati dengan luas wilayah sekitar 964 ha Bagian Wilayah Kota V (BWK V) diperuntukkan sebagai kawasan permukiman industri non polutan fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan domonasi fungsi sebagai kawasan industri non polutan dan pertanian(RUTRK Kecamatan Sukoharjo tahun 2005)

II KETERSEDIAAN LAHAN BUDI DAYA

Pertambahan penduduk kota di Indonesia mendorong meningkatnya kegiatan kehidupan sosial dan ekonomi di kota yang selanjutnya menyebabkan kenaikan kebutuhan akan lahan Kebutuhan lahan wilayah perkotaan terutama berhubungan dengan perluasan ruang kota untuk digunakan bagi prasarana kota seperti perumahan jaringan air minum jaringan sanitasi taman-taman kota dan lapangan olah raga Penyediaan lahan yang sangat terbatas untuk mencukupi kebutuhankebutuhan tersebut cenderung mengakibatkan kenaikan harga lahan yang selanjutnya mendorong meluasnya spekulasi tanah sehingga menyebabkan pola penggunaan lahan yang kurang efisien di perkotaan selain itu perkembangan kota yang pesat akan cenderung menurunkan kualitas lingkungan kota seperti menurunnya kapasitas dan kualitas air terutama air tanah apabila tidak dikendalikan secara baik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Jumlah penduduk yang selalu mengalami perubahan mengakibatkan kebutuhan ruang sebagai wadah kegiatan perkotaan juga berubah terus menerus Ruang dalam hal ini adalah lahan keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kehidupan manusia karena lahan merupakan wadah tempat berlangsungnya berbagai aktivitas untuk menjamin kelangsungan hidup manusia Oleh karena itu dinamika kehidupan sejumlah pcnduduk di suatu daerah akan tercermin hubungan interaksi aktivitas penduduk dengan lingkungannya

Bertambahnya penghuni kota baik yang berasal dari penghuni kota maupun dari arus penduduk yang masuk dari luar kota mengakibatkan bertambahnya perumahan perumahan yang berarti berkurangnya daerah-daerah kosong di dalam kota (Bintarto 1977) Masalah-masalah yang ditimbulkan akibat pemekaran kota adalah masalah perumahan masalah sampah masalah bidang lalu-lintas masalah kekurangan gedung seko1ah masalah terdesaknya daerah persawahan di perbatasan luar kota dan masalah administratif pemerintahan (Bintarto 1980) Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan ruang-ruang kosong di dalam kota sehingga mengakibatkan bentuk penggunaan lahan tidak hanya mengalami perubahan dari lahan kosong saja tetapi juga dari lahan yang sudah terbangun Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat proses perubahan bentuk penggunaan lahan ini akan berlangsung terus-menerus secara berkesinambungan

Berbagai bentuk pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada saat ini terutama pembangunan yang bersifat fisik tidak luput dan kebutuhan akan lahan Pemenuhan kebutuhan lahan untuk pembangunan dan aktivitas manusia merupakan salah satu sebab terjadinya dinamika penggunaan lahan di atas disebabkan oleh faktor-faktor saling berpengaruh antara lain pertumbuhan penduduk pemekaran atau perkembangan daerah terutama daerah perkotaan ke daerah pedesaan dan kebijaksanaan pembangunan pusat maupun daerah (Hauser 1985 dalam Bintarto 1986)

A Klasifikasi bentuk penggunaan lahan perkotaan

Perumahan termasuk lapangan rekreasi dan kuburan Lahan perusahaan terdiri dari kantor-kantor non instansi pemerintahan

gudang Lahan industri Pabrik percetakan dll Lahan untuk jasa Rumah sakit instansi pemerintahan terminal pasar bank

dll Lahan kosong

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Ditinjau dari ruang dan waktu maka penggunaan lahan oleh manusia atas

wilayah yang sedemikian luas dan terbesar seperti Indonesia adalah sangat

komplit sehingga untuk mengadakan inventarisasi dan yang lebih penting untuk

memantaunya merupakan suatu tugas yang sangat besar bahkan ada periode

dimana pembangunan dan kerusakan lahan sedang berjalan dengan kecepatan

besar maka kebutuhan akan data penggunaan lahan yang mutakhir pada saat ini

dirasakan sangat penting (Malingreau 1978 dalam Sugiharto Budi S 1999)

Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya adalah peralihan fungsi

lahan yang tadinya untuk peruntukan tertentu berubah menjadi peruntukan

tertentu pula (yang lain) Dengan perubahan penggunaan lahan tersebut daerah

tersebut mengalami perkembangan terutama adalah perkembangan jumlah sarana

dan prasarana fisik baik berupa perekonomian jalan maupun prasarana yang lain

Dalam perkembangannya perubahan lahan tersebut akan terdistribusi pada tempat-

tempat tertentu yang mempunyai potensi yang baik Selain distribusi perubahan

penggunaan lahan akan mempunyai pola-pola perubahan penggunaan lahan

menurut Bintarto (1977) pada distribusi perubahan penggunaan lahan pada

dasarnya dikelompokkan menjadi

Pola memanjang mengikuti jalan Pola memanjang mengikuti sungai Pola radial Pola tersebar Pola memanjang mengikuti garis pantai Pola memanjang mengikuti garis pantai dan rel kereta api

T B Wadji Kamal (1987) menjelaskan pengertian perubahan penggunaan lahan yaitu Perubahan penggunaan lahan yang dimaksud adalah perubahan penggunaan lahan dari fungsi tertentu misalnya dari sawah berubah menjadi pemukiman atau tempat usaha dari sawah kering berubah menjadi sawah irigasi atau yang lainnya Faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga mendorong mereka untuk merubah lahan Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk memberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan lahan Perubahan lahan juga bisa disebabkan adanya kebijaksanaan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di suatu wilayah Selain itu pembangunan fasilitas sosial dan ekonomi seperti pembangunan pabrik juga membutuhkan lahan yang besar walaupun tidak diiringi dengan adanya pertumbuhan penduduk disuatu wilayah

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi perubahan penggunaan lahan tersebut pada dasarnya adalah topografi dan potensi yang ada di masing-masing daerah dan migrasi penduduk

III MIGRASI PENDUDUK

Ada tiga dimensi penting dalam pembahasan tentang migrasi yaitu dimensi spasial sektoral atau lapangan kerja (occupational) dan temporal Migrasi dilihat dari dimensi spasial adalah menerangkan perpindahan penduduk atau mobilitas penduduk yang melintasi batas teritorial (administratif) atau geografi (Sudarmo 1993) Salah satu bentuk migrasi secara spasial yang banyak terjadi adalah mobilitas penduduk desa-kota Terjadinya gerak penduduk atau mobilitas tenaga kerja dari desa ke kota menunjukkan adanya ketidak seimbangan kesempatan kerja dan pertumbuhan angkatan kerja antara desa dan kota

Migrasi dari dimensi sektoral melahirkan konsep mobilitas penduduk berdasarkan jenis pekerjaan (okupasi) baik yang sifatnya permanen atau musiman (Sumaryanto dan Pasaribu 1996) Selain dimensi spasial dan sektoral dimensi penting lainnya adalah dimensi temporal Dimensi waktu ini melahirkan konsep migrasi komutasi sirkulasi dan permanen Dalam kenyataannya sangatlah sulit membahas masalah migrasi dengan konsep dimensi secara terpisah karena antar dimensi tersebut saling terkait

A KONSEP DAN DEFENISI MIGRASI

Migrasi salah satu dari tiga komponen dasar dalam demografi Migrasi bersama dengan dua komponen lainnya kelahiran dan kematian mempengaruhi dinamika kependudukan di suatu wilayahTinjauan migrasi secara regional sangat penting dilakukan terutama terkait dengan kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merataMigrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politiknegara (migrasi internasional)Dengan kata lain migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain Ada dua dimensi penting dalam penalaahan migrasi yaitu dimensi ruangdaerah (spasial) dan dimensi waktu

Pendekatan kontekstual dalam analisis migrasi menekankan pentingnya factor kesempatan kerja tingkat upah serta aksessibilitas terhadap fasilitas sosial maupun ekonomi Sementara itu pendekatan expektasi dalam analisis migrasi menekankan pentingnya nilai dalam mempengaruhi niat bermigrasi seperti kemandirian affiliasi dan moralitas

B JENIS ndash JENIS MIGRASI

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

migrasi internasionalyaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainmigrasi internal perpindahan yang terjadi dalam satu negara misalnya antarpropinsi antar kotakabupaten migrasi perdesaan ke perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten seperti kecamatan kelurahan dan seterusnya Jenis migrasi yang terjadi antar unit administratif selama masih dalam satu Negara

Perhitungan angka migrasi biasanya didasarkan pada tiga kriteriaPertama life time migration(migrasi seumur hidup) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempa tinggal waktu lahirKedua recent migration yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survei Ketiga total migration(migrasi total) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila dia pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal waktu survei

C FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIGRASI

1 Faktor PendorongMakin berkurangnya sumber sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan menurunnya permintaan atas barang-barangt ertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang kayu atau bahan dari pertanianMenyempitnya lapangan pekerjaan ditempatasal (misalnya tanah untuk pertanian diperdesaan yang makin menyempit)Adanya tekanan-tekanan politik agama suku sehingga mengganggu hak azasi penduduk di daerah asalAlasan pendidikan pekerjaan atau perkawinanBencana alam seperti banjir kebakaran gempa bumi tsunami musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit

2 Faktor Penarik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidupAdanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baikKeadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim perumahan sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnyaAdanya aktivitas-aktivitas di kota besar tempat-tempat hiburan pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar tersebut

D CONTOH EMPIRIS (Pulau Jawa Jawa Barat Banten Bodetabek Banten Jateng DIY Jatim)

LATAR BELAKANGTantangan dan permasalahan kependudukan (besaran sebaran

struktur) Fenomena migrasi di Indonesia (ketimpangan motif ekonomi)1048774push amp pull factors (Skeldon 1990) keterkaitan migrasi dengan pembangunan Polamigrasi pulau JawandashJawaBarat+ Banten-Bodetabek Trend migrasirisen ke Jawa Baratter konsentrasi di Bodetabek 37 (2000) naik menjadi 49 (2005)

Trend Migrasi Masuk

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Trend Pengangguran

Gambaran Umum Wilayah BODETABEK

Distribusi Migrasi Masuk ke BODETABEK Berdasarkan Daerah Asal

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Distribusi Migran Riset Tenaga Kerja Menurut Daerah Asal Tahun 2005 Berdasarkan Kelompok Umur

Alasan Pindah Migran Asal Internal BODETABEK

Alasan Pindah Migran Asal Internal Jakarta

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Alasan Pindah Migran Asal Internal DIY Jateng Jatim

Page 4: ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 12 Kecamatan yang terdiri dari 167 desakelurahan Luas wilayah Kabuaten Sukoharjo tercatat 46666 ha di mana Kecamatan terluas adalah Kecamatan Polokarto yaitu 6218 ha sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Kartasura yaitu seluas 1923 ha Adapun lebih jelasnya disajikan pada tabel 12 berikut

Tabel 12 Data Luas Wilayah Kabupaten SukoharjoDirinci per Kecamatan Tahun 1998 dan 2004

Kecamatan Sukoharjo merupakan pusat Kota Kabupaten Sukoharjo di mana berbagai jenis kegiatan berpusat di Kecamatan Sukoharjo Secara administratif di bagian Utara Kecamatan Sukoharjo berbatasan dengan Kecamatan Grogol di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nguter di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bendosari dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tawangsari dan Kabupaten Klaten

Berdasarkan pembagian wilayah administrasinya Kecamatan Sukoharjo dibagi menjadi 14 kelurahan adapun disajikan pada gambar 11 Dalam strategi pengembangannya Kota Kecamatan Sukoharjo dibagi menjadi 5 (lima) Bagian Wilayah Kota (BWK) Pembagian wilayah kota ini didasarkan pada struktur pelayanan yang direncanakan dan disesuaikan dengan kecenderungan perkembangan

Adapun arahan pembagian BWK adalah sebagai berikut

a) Bagian Wilayah Kota I (BWK I)BWK I meliputi Kelurahan Sukoharjo Jetis Joho Gayam dan mempunyai luas sekitar 1108 Ha BWK I ini merupakan pusat perkembangan Kota Kecamatan Sukoharjo dan dilalui oleh jalan utama kota dan merupakan jalan regional di samping sebagai pusat kegiatan pelayanan umum tingkat Kabupaten juga merupakan titik pertumbuhan kota dan pusat kegiatan utama Selain itu BWK I diperuntukan sebagai pusat pelayanan umum perkantoran tingkat Kabupaten perdagangan jasa permukiman fasilitas social dan umum campuran industri dan transportasi dengan dominasi fungsi kawasan sebagai pelayanan umum dan perkantoran tingkat kabupaten

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

b) Bagian Wilayah Kota II (BWK II)BWK II meliputi Kelurahan Mandan dan Begajah dengan luas wilayah sekitar 536 Ha Bagian Wilayah Kota II (BWK II) diperuntukan sebagai kawasan penunjang pusat kota permukiman pertanian fasilitas sosial dan umum transportasi dan fungsi campuran dengan dominasi fungsi kawasan sebagai pemukiman

c) Bagian Wilayah Kota III (BWK III)BWK III meliputi Kelurahan Bulakrejo dan Sonorejo dengan luas wilayah sekitar 859 ha Bagian Wilayah Kota III (BWK III ) diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan domonasi fungsi kawasan sebagai kawasan pemukiman

d) Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV)BWK IV meliputi wilayah Kelurahan Dukuh Bulakan Kriwen dengan luas wilayah sekitar 1009 ha Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV) diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman industri non polutan perdagangan jasa fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan dominasi sebagai kawasan industri non polutan perdagangan dan jasa

e) Bagian Wilayah Kota V (BWK V)BWK V meliputi wilayah Kelurahan Combongan Kenep dan Banmati dengan luas wilayah sekitar 964 ha Bagian Wilayah Kota V (BWK V) diperuntukkan sebagai kawasan permukiman industri non polutan fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan domonasi fungsi sebagai kawasan industri non polutan dan pertanian(RUTRK Kecamatan Sukoharjo tahun 2005)

II KETERSEDIAAN LAHAN BUDI DAYA

Pertambahan penduduk kota di Indonesia mendorong meningkatnya kegiatan kehidupan sosial dan ekonomi di kota yang selanjutnya menyebabkan kenaikan kebutuhan akan lahan Kebutuhan lahan wilayah perkotaan terutama berhubungan dengan perluasan ruang kota untuk digunakan bagi prasarana kota seperti perumahan jaringan air minum jaringan sanitasi taman-taman kota dan lapangan olah raga Penyediaan lahan yang sangat terbatas untuk mencukupi kebutuhankebutuhan tersebut cenderung mengakibatkan kenaikan harga lahan yang selanjutnya mendorong meluasnya spekulasi tanah sehingga menyebabkan pola penggunaan lahan yang kurang efisien di perkotaan selain itu perkembangan kota yang pesat akan cenderung menurunkan kualitas lingkungan kota seperti menurunnya kapasitas dan kualitas air terutama air tanah apabila tidak dikendalikan secara baik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Jumlah penduduk yang selalu mengalami perubahan mengakibatkan kebutuhan ruang sebagai wadah kegiatan perkotaan juga berubah terus menerus Ruang dalam hal ini adalah lahan keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kehidupan manusia karena lahan merupakan wadah tempat berlangsungnya berbagai aktivitas untuk menjamin kelangsungan hidup manusia Oleh karena itu dinamika kehidupan sejumlah pcnduduk di suatu daerah akan tercermin hubungan interaksi aktivitas penduduk dengan lingkungannya

Bertambahnya penghuni kota baik yang berasal dari penghuni kota maupun dari arus penduduk yang masuk dari luar kota mengakibatkan bertambahnya perumahan perumahan yang berarti berkurangnya daerah-daerah kosong di dalam kota (Bintarto 1977) Masalah-masalah yang ditimbulkan akibat pemekaran kota adalah masalah perumahan masalah sampah masalah bidang lalu-lintas masalah kekurangan gedung seko1ah masalah terdesaknya daerah persawahan di perbatasan luar kota dan masalah administratif pemerintahan (Bintarto 1980) Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan ruang-ruang kosong di dalam kota sehingga mengakibatkan bentuk penggunaan lahan tidak hanya mengalami perubahan dari lahan kosong saja tetapi juga dari lahan yang sudah terbangun Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat proses perubahan bentuk penggunaan lahan ini akan berlangsung terus-menerus secara berkesinambungan

Berbagai bentuk pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada saat ini terutama pembangunan yang bersifat fisik tidak luput dan kebutuhan akan lahan Pemenuhan kebutuhan lahan untuk pembangunan dan aktivitas manusia merupakan salah satu sebab terjadinya dinamika penggunaan lahan di atas disebabkan oleh faktor-faktor saling berpengaruh antara lain pertumbuhan penduduk pemekaran atau perkembangan daerah terutama daerah perkotaan ke daerah pedesaan dan kebijaksanaan pembangunan pusat maupun daerah (Hauser 1985 dalam Bintarto 1986)

A Klasifikasi bentuk penggunaan lahan perkotaan

Perumahan termasuk lapangan rekreasi dan kuburan Lahan perusahaan terdiri dari kantor-kantor non instansi pemerintahan

gudang Lahan industri Pabrik percetakan dll Lahan untuk jasa Rumah sakit instansi pemerintahan terminal pasar bank

dll Lahan kosong

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Ditinjau dari ruang dan waktu maka penggunaan lahan oleh manusia atas

wilayah yang sedemikian luas dan terbesar seperti Indonesia adalah sangat

komplit sehingga untuk mengadakan inventarisasi dan yang lebih penting untuk

memantaunya merupakan suatu tugas yang sangat besar bahkan ada periode

dimana pembangunan dan kerusakan lahan sedang berjalan dengan kecepatan

besar maka kebutuhan akan data penggunaan lahan yang mutakhir pada saat ini

dirasakan sangat penting (Malingreau 1978 dalam Sugiharto Budi S 1999)

Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya adalah peralihan fungsi

lahan yang tadinya untuk peruntukan tertentu berubah menjadi peruntukan

tertentu pula (yang lain) Dengan perubahan penggunaan lahan tersebut daerah

tersebut mengalami perkembangan terutama adalah perkembangan jumlah sarana

dan prasarana fisik baik berupa perekonomian jalan maupun prasarana yang lain

Dalam perkembangannya perubahan lahan tersebut akan terdistribusi pada tempat-

tempat tertentu yang mempunyai potensi yang baik Selain distribusi perubahan

penggunaan lahan akan mempunyai pola-pola perubahan penggunaan lahan

menurut Bintarto (1977) pada distribusi perubahan penggunaan lahan pada

dasarnya dikelompokkan menjadi

Pola memanjang mengikuti jalan Pola memanjang mengikuti sungai Pola radial Pola tersebar Pola memanjang mengikuti garis pantai Pola memanjang mengikuti garis pantai dan rel kereta api

T B Wadji Kamal (1987) menjelaskan pengertian perubahan penggunaan lahan yaitu Perubahan penggunaan lahan yang dimaksud adalah perubahan penggunaan lahan dari fungsi tertentu misalnya dari sawah berubah menjadi pemukiman atau tempat usaha dari sawah kering berubah menjadi sawah irigasi atau yang lainnya Faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga mendorong mereka untuk merubah lahan Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk memberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan lahan Perubahan lahan juga bisa disebabkan adanya kebijaksanaan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di suatu wilayah Selain itu pembangunan fasilitas sosial dan ekonomi seperti pembangunan pabrik juga membutuhkan lahan yang besar walaupun tidak diiringi dengan adanya pertumbuhan penduduk disuatu wilayah

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi perubahan penggunaan lahan tersebut pada dasarnya adalah topografi dan potensi yang ada di masing-masing daerah dan migrasi penduduk

III MIGRASI PENDUDUK

Ada tiga dimensi penting dalam pembahasan tentang migrasi yaitu dimensi spasial sektoral atau lapangan kerja (occupational) dan temporal Migrasi dilihat dari dimensi spasial adalah menerangkan perpindahan penduduk atau mobilitas penduduk yang melintasi batas teritorial (administratif) atau geografi (Sudarmo 1993) Salah satu bentuk migrasi secara spasial yang banyak terjadi adalah mobilitas penduduk desa-kota Terjadinya gerak penduduk atau mobilitas tenaga kerja dari desa ke kota menunjukkan adanya ketidak seimbangan kesempatan kerja dan pertumbuhan angkatan kerja antara desa dan kota

Migrasi dari dimensi sektoral melahirkan konsep mobilitas penduduk berdasarkan jenis pekerjaan (okupasi) baik yang sifatnya permanen atau musiman (Sumaryanto dan Pasaribu 1996) Selain dimensi spasial dan sektoral dimensi penting lainnya adalah dimensi temporal Dimensi waktu ini melahirkan konsep migrasi komutasi sirkulasi dan permanen Dalam kenyataannya sangatlah sulit membahas masalah migrasi dengan konsep dimensi secara terpisah karena antar dimensi tersebut saling terkait

A KONSEP DAN DEFENISI MIGRASI

Migrasi salah satu dari tiga komponen dasar dalam demografi Migrasi bersama dengan dua komponen lainnya kelahiran dan kematian mempengaruhi dinamika kependudukan di suatu wilayahTinjauan migrasi secara regional sangat penting dilakukan terutama terkait dengan kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merataMigrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politiknegara (migrasi internasional)Dengan kata lain migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain Ada dua dimensi penting dalam penalaahan migrasi yaitu dimensi ruangdaerah (spasial) dan dimensi waktu

Pendekatan kontekstual dalam analisis migrasi menekankan pentingnya factor kesempatan kerja tingkat upah serta aksessibilitas terhadap fasilitas sosial maupun ekonomi Sementara itu pendekatan expektasi dalam analisis migrasi menekankan pentingnya nilai dalam mempengaruhi niat bermigrasi seperti kemandirian affiliasi dan moralitas

B JENIS ndash JENIS MIGRASI

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

migrasi internasionalyaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainmigrasi internal perpindahan yang terjadi dalam satu negara misalnya antarpropinsi antar kotakabupaten migrasi perdesaan ke perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten seperti kecamatan kelurahan dan seterusnya Jenis migrasi yang terjadi antar unit administratif selama masih dalam satu Negara

Perhitungan angka migrasi biasanya didasarkan pada tiga kriteriaPertama life time migration(migrasi seumur hidup) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempa tinggal waktu lahirKedua recent migration yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survei Ketiga total migration(migrasi total) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila dia pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal waktu survei

C FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIGRASI

1 Faktor PendorongMakin berkurangnya sumber sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan menurunnya permintaan atas barang-barangt ertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang kayu atau bahan dari pertanianMenyempitnya lapangan pekerjaan ditempatasal (misalnya tanah untuk pertanian diperdesaan yang makin menyempit)Adanya tekanan-tekanan politik agama suku sehingga mengganggu hak azasi penduduk di daerah asalAlasan pendidikan pekerjaan atau perkawinanBencana alam seperti banjir kebakaran gempa bumi tsunami musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit

2 Faktor Penarik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidupAdanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baikKeadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim perumahan sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnyaAdanya aktivitas-aktivitas di kota besar tempat-tempat hiburan pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar tersebut

D CONTOH EMPIRIS (Pulau Jawa Jawa Barat Banten Bodetabek Banten Jateng DIY Jatim)

LATAR BELAKANGTantangan dan permasalahan kependudukan (besaran sebaran

struktur) Fenomena migrasi di Indonesia (ketimpangan motif ekonomi)1048774push amp pull factors (Skeldon 1990) keterkaitan migrasi dengan pembangunan Polamigrasi pulau JawandashJawaBarat+ Banten-Bodetabek Trend migrasirisen ke Jawa Baratter konsentrasi di Bodetabek 37 (2000) naik menjadi 49 (2005)

Trend Migrasi Masuk

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Trend Pengangguran

Gambaran Umum Wilayah BODETABEK

Distribusi Migrasi Masuk ke BODETABEK Berdasarkan Daerah Asal

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Distribusi Migran Riset Tenaga Kerja Menurut Daerah Asal Tahun 2005 Berdasarkan Kelompok Umur

Alasan Pindah Migran Asal Internal BODETABEK

Alasan Pindah Migran Asal Internal Jakarta

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Alasan Pindah Migran Asal Internal DIY Jateng Jatim

Page 5: ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

b) Bagian Wilayah Kota II (BWK II)BWK II meliputi Kelurahan Mandan dan Begajah dengan luas wilayah sekitar 536 Ha Bagian Wilayah Kota II (BWK II) diperuntukan sebagai kawasan penunjang pusat kota permukiman pertanian fasilitas sosial dan umum transportasi dan fungsi campuran dengan dominasi fungsi kawasan sebagai pemukiman

c) Bagian Wilayah Kota III (BWK III)BWK III meliputi Kelurahan Bulakrejo dan Sonorejo dengan luas wilayah sekitar 859 ha Bagian Wilayah Kota III (BWK III ) diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan domonasi fungsi kawasan sebagai kawasan pemukiman

d) Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV)BWK IV meliputi wilayah Kelurahan Dukuh Bulakan Kriwen dengan luas wilayah sekitar 1009 ha Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV) diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman industri non polutan perdagangan jasa fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan dominasi sebagai kawasan industri non polutan perdagangan dan jasa

e) Bagian Wilayah Kota V (BWK V)BWK V meliputi wilayah Kelurahan Combongan Kenep dan Banmati dengan luas wilayah sekitar 964 ha Bagian Wilayah Kota V (BWK V) diperuntukkan sebagai kawasan permukiman industri non polutan fasilitas sosial dan umum campuran dan pertanian dengan domonasi fungsi sebagai kawasan industri non polutan dan pertanian(RUTRK Kecamatan Sukoharjo tahun 2005)

II KETERSEDIAAN LAHAN BUDI DAYA

Pertambahan penduduk kota di Indonesia mendorong meningkatnya kegiatan kehidupan sosial dan ekonomi di kota yang selanjutnya menyebabkan kenaikan kebutuhan akan lahan Kebutuhan lahan wilayah perkotaan terutama berhubungan dengan perluasan ruang kota untuk digunakan bagi prasarana kota seperti perumahan jaringan air minum jaringan sanitasi taman-taman kota dan lapangan olah raga Penyediaan lahan yang sangat terbatas untuk mencukupi kebutuhankebutuhan tersebut cenderung mengakibatkan kenaikan harga lahan yang selanjutnya mendorong meluasnya spekulasi tanah sehingga menyebabkan pola penggunaan lahan yang kurang efisien di perkotaan selain itu perkembangan kota yang pesat akan cenderung menurunkan kualitas lingkungan kota seperti menurunnya kapasitas dan kualitas air terutama air tanah apabila tidak dikendalikan secara baik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Jumlah penduduk yang selalu mengalami perubahan mengakibatkan kebutuhan ruang sebagai wadah kegiatan perkotaan juga berubah terus menerus Ruang dalam hal ini adalah lahan keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kehidupan manusia karena lahan merupakan wadah tempat berlangsungnya berbagai aktivitas untuk menjamin kelangsungan hidup manusia Oleh karena itu dinamika kehidupan sejumlah pcnduduk di suatu daerah akan tercermin hubungan interaksi aktivitas penduduk dengan lingkungannya

Bertambahnya penghuni kota baik yang berasal dari penghuni kota maupun dari arus penduduk yang masuk dari luar kota mengakibatkan bertambahnya perumahan perumahan yang berarti berkurangnya daerah-daerah kosong di dalam kota (Bintarto 1977) Masalah-masalah yang ditimbulkan akibat pemekaran kota adalah masalah perumahan masalah sampah masalah bidang lalu-lintas masalah kekurangan gedung seko1ah masalah terdesaknya daerah persawahan di perbatasan luar kota dan masalah administratif pemerintahan (Bintarto 1980) Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan ruang-ruang kosong di dalam kota sehingga mengakibatkan bentuk penggunaan lahan tidak hanya mengalami perubahan dari lahan kosong saja tetapi juga dari lahan yang sudah terbangun Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat proses perubahan bentuk penggunaan lahan ini akan berlangsung terus-menerus secara berkesinambungan

Berbagai bentuk pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada saat ini terutama pembangunan yang bersifat fisik tidak luput dan kebutuhan akan lahan Pemenuhan kebutuhan lahan untuk pembangunan dan aktivitas manusia merupakan salah satu sebab terjadinya dinamika penggunaan lahan di atas disebabkan oleh faktor-faktor saling berpengaruh antara lain pertumbuhan penduduk pemekaran atau perkembangan daerah terutama daerah perkotaan ke daerah pedesaan dan kebijaksanaan pembangunan pusat maupun daerah (Hauser 1985 dalam Bintarto 1986)

A Klasifikasi bentuk penggunaan lahan perkotaan

Perumahan termasuk lapangan rekreasi dan kuburan Lahan perusahaan terdiri dari kantor-kantor non instansi pemerintahan

gudang Lahan industri Pabrik percetakan dll Lahan untuk jasa Rumah sakit instansi pemerintahan terminal pasar bank

dll Lahan kosong

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Ditinjau dari ruang dan waktu maka penggunaan lahan oleh manusia atas

wilayah yang sedemikian luas dan terbesar seperti Indonesia adalah sangat

komplit sehingga untuk mengadakan inventarisasi dan yang lebih penting untuk

memantaunya merupakan suatu tugas yang sangat besar bahkan ada periode

dimana pembangunan dan kerusakan lahan sedang berjalan dengan kecepatan

besar maka kebutuhan akan data penggunaan lahan yang mutakhir pada saat ini

dirasakan sangat penting (Malingreau 1978 dalam Sugiharto Budi S 1999)

Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya adalah peralihan fungsi

lahan yang tadinya untuk peruntukan tertentu berubah menjadi peruntukan

tertentu pula (yang lain) Dengan perubahan penggunaan lahan tersebut daerah

tersebut mengalami perkembangan terutama adalah perkembangan jumlah sarana

dan prasarana fisik baik berupa perekonomian jalan maupun prasarana yang lain

Dalam perkembangannya perubahan lahan tersebut akan terdistribusi pada tempat-

tempat tertentu yang mempunyai potensi yang baik Selain distribusi perubahan

penggunaan lahan akan mempunyai pola-pola perubahan penggunaan lahan

menurut Bintarto (1977) pada distribusi perubahan penggunaan lahan pada

dasarnya dikelompokkan menjadi

Pola memanjang mengikuti jalan Pola memanjang mengikuti sungai Pola radial Pola tersebar Pola memanjang mengikuti garis pantai Pola memanjang mengikuti garis pantai dan rel kereta api

T B Wadji Kamal (1987) menjelaskan pengertian perubahan penggunaan lahan yaitu Perubahan penggunaan lahan yang dimaksud adalah perubahan penggunaan lahan dari fungsi tertentu misalnya dari sawah berubah menjadi pemukiman atau tempat usaha dari sawah kering berubah menjadi sawah irigasi atau yang lainnya Faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga mendorong mereka untuk merubah lahan Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk memberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan lahan Perubahan lahan juga bisa disebabkan adanya kebijaksanaan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di suatu wilayah Selain itu pembangunan fasilitas sosial dan ekonomi seperti pembangunan pabrik juga membutuhkan lahan yang besar walaupun tidak diiringi dengan adanya pertumbuhan penduduk disuatu wilayah

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi perubahan penggunaan lahan tersebut pada dasarnya adalah topografi dan potensi yang ada di masing-masing daerah dan migrasi penduduk

III MIGRASI PENDUDUK

Ada tiga dimensi penting dalam pembahasan tentang migrasi yaitu dimensi spasial sektoral atau lapangan kerja (occupational) dan temporal Migrasi dilihat dari dimensi spasial adalah menerangkan perpindahan penduduk atau mobilitas penduduk yang melintasi batas teritorial (administratif) atau geografi (Sudarmo 1993) Salah satu bentuk migrasi secara spasial yang banyak terjadi adalah mobilitas penduduk desa-kota Terjadinya gerak penduduk atau mobilitas tenaga kerja dari desa ke kota menunjukkan adanya ketidak seimbangan kesempatan kerja dan pertumbuhan angkatan kerja antara desa dan kota

Migrasi dari dimensi sektoral melahirkan konsep mobilitas penduduk berdasarkan jenis pekerjaan (okupasi) baik yang sifatnya permanen atau musiman (Sumaryanto dan Pasaribu 1996) Selain dimensi spasial dan sektoral dimensi penting lainnya adalah dimensi temporal Dimensi waktu ini melahirkan konsep migrasi komutasi sirkulasi dan permanen Dalam kenyataannya sangatlah sulit membahas masalah migrasi dengan konsep dimensi secara terpisah karena antar dimensi tersebut saling terkait

A KONSEP DAN DEFENISI MIGRASI

Migrasi salah satu dari tiga komponen dasar dalam demografi Migrasi bersama dengan dua komponen lainnya kelahiran dan kematian mempengaruhi dinamika kependudukan di suatu wilayahTinjauan migrasi secara regional sangat penting dilakukan terutama terkait dengan kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merataMigrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politiknegara (migrasi internasional)Dengan kata lain migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain Ada dua dimensi penting dalam penalaahan migrasi yaitu dimensi ruangdaerah (spasial) dan dimensi waktu

Pendekatan kontekstual dalam analisis migrasi menekankan pentingnya factor kesempatan kerja tingkat upah serta aksessibilitas terhadap fasilitas sosial maupun ekonomi Sementara itu pendekatan expektasi dalam analisis migrasi menekankan pentingnya nilai dalam mempengaruhi niat bermigrasi seperti kemandirian affiliasi dan moralitas

B JENIS ndash JENIS MIGRASI

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

migrasi internasionalyaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainmigrasi internal perpindahan yang terjadi dalam satu negara misalnya antarpropinsi antar kotakabupaten migrasi perdesaan ke perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten seperti kecamatan kelurahan dan seterusnya Jenis migrasi yang terjadi antar unit administratif selama masih dalam satu Negara

Perhitungan angka migrasi biasanya didasarkan pada tiga kriteriaPertama life time migration(migrasi seumur hidup) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempa tinggal waktu lahirKedua recent migration yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survei Ketiga total migration(migrasi total) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila dia pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal waktu survei

C FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIGRASI

1 Faktor PendorongMakin berkurangnya sumber sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan menurunnya permintaan atas barang-barangt ertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang kayu atau bahan dari pertanianMenyempitnya lapangan pekerjaan ditempatasal (misalnya tanah untuk pertanian diperdesaan yang makin menyempit)Adanya tekanan-tekanan politik agama suku sehingga mengganggu hak azasi penduduk di daerah asalAlasan pendidikan pekerjaan atau perkawinanBencana alam seperti banjir kebakaran gempa bumi tsunami musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit

2 Faktor Penarik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidupAdanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baikKeadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim perumahan sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnyaAdanya aktivitas-aktivitas di kota besar tempat-tempat hiburan pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar tersebut

D CONTOH EMPIRIS (Pulau Jawa Jawa Barat Banten Bodetabek Banten Jateng DIY Jatim)

LATAR BELAKANGTantangan dan permasalahan kependudukan (besaran sebaran

struktur) Fenomena migrasi di Indonesia (ketimpangan motif ekonomi)1048774push amp pull factors (Skeldon 1990) keterkaitan migrasi dengan pembangunan Polamigrasi pulau JawandashJawaBarat+ Banten-Bodetabek Trend migrasirisen ke Jawa Baratter konsentrasi di Bodetabek 37 (2000) naik menjadi 49 (2005)

Trend Migrasi Masuk

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Trend Pengangguran

Gambaran Umum Wilayah BODETABEK

Distribusi Migrasi Masuk ke BODETABEK Berdasarkan Daerah Asal

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Distribusi Migran Riset Tenaga Kerja Menurut Daerah Asal Tahun 2005 Berdasarkan Kelompok Umur

Alasan Pindah Migran Asal Internal BODETABEK

Alasan Pindah Migran Asal Internal Jakarta

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Alasan Pindah Migran Asal Internal DIY Jateng Jatim

Page 6: ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Jumlah penduduk yang selalu mengalami perubahan mengakibatkan kebutuhan ruang sebagai wadah kegiatan perkotaan juga berubah terus menerus Ruang dalam hal ini adalah lahan keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kehidupan manusia karena lahan merupakan wadah tempat berlangsungnya berbagai aktivitas untuk menjamin kelangsungan hidup manusia Oleh karena itu dinamika kehidupan sejumlah pcnduduk di suatu daerah akan tercermin hubungan interaksi aktivitas penduduk dengan lingkungannya

Bertambahnya penghuni kota baik yang berasal dari penghuni kota maupun dari arus penduduk yang masuk dari luar kota mengakibatkan bertambahnya perumahan perumahan yang berarti berkurangnya daerah-daerah kosong di dalam kota (Bintarto 1977) Masalah-masalah yang ditimbulkan akibat pemekaran kota adalah masalah perumahan masalah sampah masalah bidang lalu-lintas masalah kekurangan gedung seko1ah masalah terdesaknya daerah persawahan di perbatasan luar kota dan masalah administratif pemerintahan (Bintarto 1980) Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan ruang-ruang kosong di dalam kota sehingga mengakibatkan bentuk penggunaan lahan tidak hanya mengalami perubahan dari lahan kosong saja tetapi juga dari lahan yang sudah terbangun Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat proses perubahan bentuk penggunaan lahan ini akan berlangsung terus-menerus secara berkesinambungan

Berbagai bentuk pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada saat ini terutama pembangunan yang bersifat fisik tidak luput dan kebutuhan akan lahan Pemenuhan kebutuhan lahan untuk pembangunan dan aktivitas manusia merupakan salah satu sebab terjadinya dinamika penggunaan lahan di atas disebabkan oleh faktor-faktor saling berpengaruh antara lain pertumbuhan penduduk pemekaran atau perkembangan daerah terutama daerah perkotaan ke daerah pedesaan dan kebijaksanaan pembangunan pusat maupun daerah (Hauser 1985 dalam Bintarto 1986)

A Klasifikasi bentuk penggunaan lahan perkotaan

Perumahan termasuk lapangan rekreasi dan kuburan Lahan perusahaan terdiri dari kantor-kantor non instansi pemerintahan

gudang Lahan industri Pabrik percetakan dll Lahan untuk jasa Rumah sakit instansi pemerintahan terminal pasar bank

dll Lahan kosong

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Ditinjau dari ruang dan waktu maka penggunaan lahan oleh manusia atas

wilayah yang sedemikian luas dan terbesar seperti Indonesia adalah sangat

komplit sehingga untuk mengadakan inventarisasi dan yang lebih penting untuk

memantaunya merupakan suatu tugas yang sangat besar bahkan ada periode

dimana pembangunan dan kerusakan lahan sedang berjalan dengan kecepatan

besar maka kebutuhan akan data penggunaan lahan yang mutakhir pada saat ini

dirasakan sangat penting (Malingreau 1978 dalam Sugiharto Budi S 1999)

Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya adalah peralihan fungsi

lahan yang tadinya untuk peruntukan tertentu berubah menjadi peruntukan

tertentu pula (yang lain) Dengan perubahan penggunaan lahan tersebut daerah

tersebut mengalami perkembangan terutama adalah perkembangan jumlah sarana

dan prasarana fisik baik berupa perekonomian jalan maupun prasarana yang lain

Dalam perkembangannya perubahan lahan tersebut akan terdistribusi pada tempat-

tempat tertentu yang mempunyai potensi yang baik Selain distribusi perubahan

penggunaan lahan akan mempunyai pola-pola perubahan penggunaan lahan

menurut Bintarto (1977) pada distribusi perubahan penggunaan lahan pada

dasarnya dikelompokkan menjadi

Pola memanjang mengikuti jalan Pola memanjang mengikuti sungai Pola radial Pola tersebar Pola memanjang mengikuti garis pantai Pola memanjang mengikuti garis pantai dan rel kereta api

T B Wadji Kamal (1987) menjelaskan pengertian perubahan penggunaan lahan yaitu Perubahan penggunaan lahan yang dimaksud adalah perubahan penggunaan lahan dari fungsi tertentu misalnya dari sawah berubah menjadi pemukiman atau tempat usaha dari sawah kering berubah menjadi sawah irigasi atau yang lainnya Faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga mendorong mereka untuk merubah lahan Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk memberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan lahan Perubahan lahan juga bisa disebabkan adanya kebijaksanaan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di suatu wilayah Selain itu pembangunan fasilitas sosial dan ekonomi seperti pembangunan pabrik juga membutuhkan lahan yang besar walaupun tidak diiringi dengan adanya pertumbuhan penduduk disuatu wilayah

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi perubahan penggunaan lahan tersebut pada dasarnya adalah topografi dan potensi yang ada di masing-masing daerah dan migrasi penduduk

III MIGRASI PENDUDUK

Ada tiga dimensi penting dalam pembahasan tentang migrasi yaitu dimensi spasial sektoral atau lapangan kerja (occupational) dan temporal Migrasi dilihat dari dimensi spasial adalah menerangkan perpindahan penduduk atau mobilitas penduduk yang melintasi batas teritorial (administratif) atau geografi (Sudarmo 1993) Salah satu bentuk migrasi secara spasial yang banyak terjadi adalah mobilitas penduduk desa-kota Terjadinya gerak penduduk atau mobilitas tenaga kerja dari desa ke kota menunjukkan adanya ketidak seimbangan kesempatan kerja dan pertumbuhan angkatan kerja antara desa dan kota

Migrasi dari dimensi sektoral melahirkan konsep mobilitas penduduk berdasarkan jenis pekerjaan (okupasi) baik yang sifatnya permanen atau musiman (Sumaryanto dan Pasaribu 1996) Selain dimensi spasial dan sektoral dimensi penting lainnya adalah dimensi temporal Dimensi waktu ini melahirkan konsep migrasi komutasi sirkulasi dan permanen Dalam kenyataannya sangatlah sulit membahas masalah migrasi dengan konsep dimensi secara terpisah karena antar dimensi tersebut saling terkait

A KONSEP DAN DEFENISI MIGRASI

Migrasi salah satu dari tiga komponen dasar dalam demografi Migrasi bersama dengan dua komponen lainnya kelahiran dan kematian mempengaruhi dinamika kependudukan di suatu wilayahTinjauan migrasi secara regional sangat penting dilakukan terutama terkait dengan kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merataMigrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politiknegara (migrasi internasional)Dengan kata lain migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain Ada dua dimensi penting dalam penalaahan migrasi yaitu dimensi ruangdaerah (spasial) dan dimensi waktu

Pendekatan kontekstual dalam analisis migrasi menekankan pentingnya factor kesempatan kerja tingkat upah serta aksessibilitas terhadap fasilitas sosial maupun ekonomi Sementara itu pendekatan expektasi dalam analisis migrasi menekankan pentingnya nilai dalam mempengaruhi niat bermigrasi seperti kemandirian affiliasi dan moralitas

B JENIS ndash JENIS MIGRASI

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

migrasi internasionalyaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainmigrasi internal perpindahan yang terjadi dalam satu negara misalnya antarpropinsi antar kotakabupaten migrasi perdesaan ke perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten seperti kecamatan kelurahan dan seterusnya Jenis migrasi yang terjadi antar unit administratif selama masih dalam satu Negara

Perhitungan angka migrasi biasanya didasarkan pada tiga kriteriaPertama life time migration(migrasi seumur hidup) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempa tinggal waktu lahirKedua recent migration yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survei Ketiga total migration(migrasi total) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila dia pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal waktu survei

C FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIGRASI

1 Faktor PendorongMakin berkurangnya sumber sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan menurunnya permintaan atas barang-barangt ertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang kayu atau bahan dari pertanianMenyempitnya lapangan pekerjaan ditempatasal (misalnya tanah untuk pertanian diperdesaan yang makin menyempit)Adanya tekanan-tekanan politik agama suku sehingga mengganggu hak azasi penduduk di daerah asalAlasan pendidikan pekerjaan atau perkawinanBencana alam seperti banjir kebakaran gempa bumi tsunami musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit

2 Faktor Penarik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidupAdanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baikKeadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim perumahan sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnyaAdanya aktivitas-aktivitas di kota besar tempat-tempat hiburan pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar tersebut

D CONTOH EMPIRIS (Pulau Jawa Jawa Barat Banten Bodetabek Banten Jateng DIY Jatim)

LATAR BELAKANGTantangan dan permasalahan kependudukan (besaran sebaran

struktur) Fenomena migrasi di Indonesia (ketimpangan motif ekonomi)1048774push amp pull factors (Skeldon 1990) keterkaitan migrasi dengan pembangunan Polamigrasi pulau JawandashJawaBarat+ Banten-Bodetabek Trend migrasirisen ke Jawa Baratter konsentrasi di Bodetabek 37 (2000) naik menjadi 49 (2005)

Trend Migrasi Masuk

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Trend Pengangguran

Gambaran Umum Wilayah BODETABEK

Distribusi Migrasi Masuk ke BODETABEK Berdasarkan Daerah Asal

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Distribusi Migran Riset Tenaga Kerja Menurut Daerah Asal Tahun 2005 Berdasarkan Kelompok Umur

Alasan Pindah Migran Asal Internal BODETABEK

Alasan Pindah Migran Asal Internal Jakarta

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Alasan Pindah Migran Asal Internal DIY Jateng Jatim

Page 7: ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Ditinjau dari ruang dan waktu maka penggunaan lahan oleh manusia atas

wilayah yang sedemikian luas dan terbesar seperti Indonesia adalah sangat

komplit sehingga untuk mengadakan inventarisasi dan yang lebih penting untuk

memantaunya merupakan suatu tugas yang sangat besar bahkan ada periode

dimana pembangunan dan kerusakan lahan sedang berjalan dengan kecepatan

besar maka kebutuhan akan data penggunaan lahan yang mutakhir pada saat ini

dirasakan sangat penting (Malingreau 1978 dalam Sugiharto Budi S 1999)

Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya adalah peralihan fungsi

lahan yang tadinya untuk peruntukan tertentu berubah menjadi peruntukan

tertentu pula (yang lain) Dengan perubahan penggunaan lahan tersebut daerah

tersebut mengalami perkembangan terutama adalah perkembangan jumlah sarana

dan prasarana fisik baik berupa perekonomian jalan maupun prasarana yang lain

Dalam perkembangannya perubahan lahan tersebut akan terdistribusi pada tempat-

tempat tertentu yang mempunyai potensi yang baik Selain distribusi perubahan

penggunaan lahan akan mempunyai pola-pola perubahan penggunaan lahan

menurut Bintarto (1977) pada distribusi perubahan penggunaan lahan pada

dasarnya dikelompokkan menjadi

Pola memanjang mengikuti jalan Pola memanjang mengikuti sungai Pola radial Pola tersebar Pola memanjang mengikuti garis pantai Pola memanjang mengikuti garis pantai dan rel kereta api

T B Wadji Kamal (1987) menjelaskan pengertian perubahan penggunaan lahan yaitu Perubahan penggunaan lahan yang dimaksud adalah perubahan penggunaan lahan dari fungsi tertentu misalnya dari sawah berubah menjadi pemukiman atau tempat usaha dari sawah kering berubah menjadi sawah irigasi atau yang lainnya Faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga mendorong mereka untuk merubah lahan Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk memberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan lahan Perubahan lahan juga bisa disebabkan adanya kebijaksanaan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di suatu wilayah Selain itu pembangunan fasilitas sosial dan ekonomi seperti pembangunan pabrik juga membutuhkan lahan yang besar walaupun tidak diiringi dengan adanya pertumbuhan penduduk disuatu wilayah

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi perubahan penggunaan lahan tersebut pada dasarnya adalah topografi dan potensi yang ada di masing-masing daerah dan migrasi penduduk

III MIGRASI PENDUDUK

Ada tiga dimensi penting dalam pembahasan tentang migrasi yaitu dimensi spasial sektoral atau lapangan kerja (occupational) dan temporal Migrasi dilihat dari dimensi spasial adalah menerangkan perpindahan penduduk atau mobilitas penduduk yang melintasi batas teritorial (administratif) atau geografi (Sudarmo 1993) Salah satu bentuk migrasi secara spasial yang banyak terjadi adalah mobilitas penduduk desa-kota Terjadinya gerak penduduk atau mobilitas tenaga kerja dari desa ke kota menunjukkan adanya ketidak seimbangan kesempatan kerja dan pertumbuhan angkatan kerja antara desa dan kota

Migrasi dari dimensi sektoral melahirkan konsep mobilitas penduduk berdasarkan jenis pekerjaan (okupasi) baik yang sifatnya permanen atau musiman (Sumaryanto dan Pasaribu 1996) Selain dimensi spasial dan sektoral dimensi penting lainnya adalah dimensi temporal Dimensi waktu ini melahirkan konsep migrasi komutasi sirkulasi dan permanen Dalam kenyataannya sangatlah sulit membahas masalah migrasi dengan konsep dimensi secara terpisah karena antar dimensi tersebut saling terkait

A KONSEP DAN DEFENISI MIGRASI

Migrasi salah satu dari tiga komponen dasar dalam demografi Migrasi bersama dengan dua komponen lainnya kelahiran dan kematian mempengaruhi dinamika kependudukan di suatu wilayahTinjauan migrasi secara regional sangat penting dilakukan terutama terkait dengan kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merataMigrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politiknegara (migrasi internasional)Dengan kata lain migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain Ada dua dimensi penting dalam penalaahan migrasi yaitu dimensi ruangdaerah (spasial) dan dimensi waktu

Pendekatan kontekstual dalam analisis migrasi menekankan pentingnya factor kesempatan kerja tingkat upah serta aksessibilitas terhadap fasilitas sosial maupun ekonomi Sementara itu pendekatan expektasi dalam analisis migrasi menekankan pentingnya nilai dalam mempengaruhi niat bermigrasi seperti kemandirian affiliasi dan moralitas

B JENIS ndash JENIS MIGRASI

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

migrasi internasionalyaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainmigrasi internal perpindahan yang terjadi dalam satu negara misalnya antarpropinsi antar kotakabupaten migrasi perdesaan ke perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten seperti kecamatan kelurahan dan seterusnya Jenis migrasi yang terjadi antar unit administratif selama masih dalam satu Negara

Perhitungan angka migrasi biasanya didasarkan pada tiga kriteriaPertama life time migration(migrasi seumur hidup) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempa tinggal waktu lahirKedua recent migration yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survei Ketiga total migration(migrasi total) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila dia pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal waktu survei

C FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIGRASI

1 Faktor PendorongMakin berkurangnya sumber sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan menurunnya permintaan atas barang-barangt ertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang kayu atau bahan dari pertanianMenyempitnya lapangan pekerjaan ditempatasal (misalnya tanah untuk pertanian diperdesaan yang makin menyempit)Adanya tekanan-tekanan politik agama suku sehingga mengganggu hak azasi penduduk di daerah asalAlasan pendidikan pekerjaan atau perkawinanBencana alam seperti banjir kebakaran gempa bumi tsunami musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit

2 Faktor Penarik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidupAdanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baikKeadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim perumahan sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnyaAdanya aktivitas-aktivitas di kota besar tempat-tempat hiburan pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar tersebut

D CONTOH EMPIRIS (Pulau Jawa Jawa Barat Banten Bodetabek Banten Jateng DIY Jatim)

LATAR BELAKANGTantangan dan permasalahan kependudukan (besaran sebaran

struktur) Fenomena migrasi di Indonesia (ketimpangan motif ekonomi)1048774push amp pull factors (Skeldon 1990) keterkaitan migrasi dengan pembangunan Polamigrasi pulau JawandashJawaBarat+ Banten-Bodetabek Trend migrasirisen ke Jawa Baratter konsentrasi di Bodetabek 37 (2000) naik menjadi 49 (2005)

Trend Migrasi Masuk

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Trend Pengangguran

Gambaran Umum Wilayah BODETABEK

Distribusi Migrasi Masuk ke BODETABEK Berdasarkan Daerah Asal

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Distribusi Migran Riset Tenaga Kerja Menurut Daerah Asal Tahun 2005 Berdasarkan Kelompok Umur

Alasan Pindah Migran Asal Internal BODETABEK

Alasan Pindah Migran Asal Internal Jakarta

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Alasan Pindah Migran Asal Internal DIY Jateng Jatim

Page 8: ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi perubahan penggunaan lahan tersebut pada dasarnya adalah topografi dan potensi yang ada di masing-masing daerah dan migrasi penduduk

III MIGRASI PENDUDUK

Ada tiga dimensi penting dalam pembahasan tentang migrasi yaitu dimensi spasial sektoral atau lapangan kerja (occupational) dan temporal Migrasi dilihat dari dimensi spasial adalah menerangkan perpindahan penduduk atau mobilitas penduduk yang melintasi batas teritorial (administratif) atau geografi (Sudarmo 1993) Salah satu bentuk migrasi secara spasial yang banyak terjadi adalah mobilitas penduduk desa-kota Terjadinya gerak penduduk atau mobilitas tenaga kerja dari desa ke kota menunjukkan adanya ketidak seimbangan kesempatan kerja dan pertumbuhan angkatan kerja antara desa dan kota

Migrasi dari dimensi sektoral melahirkan konsep mobilitas penduduk berdasarkan jenis pekerjaan (okupasi) baik yang sifatnya permanen atau musiman (Sumaryanto dan Pasaribu 1996) Selain dimensi spasial dan sektoral dimensi penting lainnya adalah dimensi temporal Dimensi waktu ini melahirkan konsep migrasi komutasi sirkulasi dan permanen Dalam kenyataannya sangatlah sulit membahas masalah migrasi dengan konsep dimensi secara terpisah karena antar dimensi tersebut saling terkait

A KONSEP DAN DEFENISI MIGRASI

Migrasi salah satu dari tiga komponen dasar dalam demografi Migrasi bersama dengan dua komponen lainnya kelahiran dan kematian mempengaruhi dinamika kependudukan di suatu wilayahTinjauan migrasi secara regional sangat penting dilakukan terutama terkait dengan kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merataMigrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politiknegara (migrasi internasional)Dengan kata lain migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain Ada dua dimensi penting dalam penalaahan migrasi yaitu dimensi ruangdaerah (spasial) dan dimensi waktu

Pendekatan kontekstual dalam analisis migrasi menekankan pentingnya factor kesempatan kerja tingkat upah serta aksessibilitas terhadap fasilitas sosial maupun ekonomi Sementara itu pendekatan expektasi dalam analisis migrasi menekankan pentingnya nilai dalam mempengaruhi niat bermigrasi seperti kemandirian affiliasi dan moralitas

B JENIS ndash JENIS MIGRASI

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

migrasi internasionalyaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainmigrasi internal perpindahan yang terjadi dalam satu negara misalnya antarpropinsi antar kotakabupaten migrasi perdesaan ke perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten seperti kecamatan kelurahan dan seterusnya Jenis migrasi yang terjadi antar unit administratif selama masih dalam satu Negara

Perhitungan angka migrasi biasanya didasarkan pada tiga kriteriaPertama life time migration(migrasi seumur hidup) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempa tinggal waktu lahirKedua recent migration yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survei Ketiga total migration(migrasi total) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila dia pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal waktu survei

C FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIGRASI

1 Faktor PendorongMakin berkurangnya sumber sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan menurunnya permintaan atas barang-barangt ertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang kayu atau bahan dari pertanianMenyempitnya lapangan pekerjaan ditempatasal (misalnya tanah untuk pertanian diperdesaan yang makin menyempit)Adanya tekanan-tekanan politik agama suku sehingga mengganggu hak azasi penduduk di daerah asalAlasan pendidikan pekerjaan atau perkawinanBencana alam seperti banjir kebakaran gempa bumi tsunami musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit

2 Faktor Penarik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidupAdanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baikKeadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim perumahan sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnyaAdanya aktivitas-aktivitas di kota besar tempat-tempat hiburan pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar tersebut

D CONTOH EMPIRIS (Pulau Jawa Jawa Barat Banten Bodetabek Banten Jateng DIY Jatim)

LATAR BELAKANGTantangan dan permasalahan kependudukan (besaran sebaran

struktur) Fenomena migrasi di Indonesia (ketimpangan motif ekonomi)1048774push amp pull factors (Skeldon 1990) keterkaitan migrasi dengan pembangunan Polamigrasi pulau JawandashJawaBarat+ Banten-Bodetabek Trend migrasirisen ke Jawa Baratter konsentrasi di Bodetabek 37 (2000) naik menjadi 49 (2005)

Trend Migrasi Masuk

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Trend Pengangguran

Gambaran Umum Wilayah BODETABEK

Distribusi Migrasi Masuk ke BODETABEK Berdasarkan Daerah Asal

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Distribusi Migran Riset Tenaga Kerja Menurut Daerah Asal Tahun 2005 Berdasarkan Kelompok Umur

Alasan Pindah Migran Asal Internal BODETABEK

Alasan Pindah Migran Asal Internal Jakarta

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Alasan Pindah Migran Asal Internal DIY Jateng Jatim

Page 9: ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

migrasi internasionalyaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainmigrasi internal perpindahan yang terjadi dalam satu negara misalnya antarpropinsi antar kotakabupaten migrasi perdesaan ke perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten seperti kecamatan kelurahan dan seterusnya Jenis migrasi yang terjadi antar unit administratif selama masih dalam satu Negara

Perhitungan angka migrasi biasanya didasarkan pada tiga kriteriaPertama life time migration(migrasi seumur hidup) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempa tinggal waktu lahirKedua recent migration yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survei Ketiga total migration(migrasi total) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migran bila dia pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal waktu survei

C FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIGRASI

1 Faktor PendorongMakin berkurangnya sumber sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan menurunnya permintaan atas barang-barangt ertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang kayu atau bahan dari pertanianMenyempitnya lapangan pekerjaan ditempatasal (misalnya tanah untuk pertanian diperdesaan yang makin menyempit)Adanya tekanan-tekanan politik agama suku sehingga mengganggu hak azasi penduduk di daerah asalAlasan pendidikan pekerjaan atau perkawinanBencana alam seperti banjir kebakaran gempa bumi tsunami musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit

2 Faktor Penarik

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidupAdanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baikKeadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim perumahan sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnyaAdanya aktivitas-aktivitas di kota besar tempat-tempat hiburan pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar tersebut

D CONTOH EMPIRIS (Pulau Jawa Jawa Barat Banten Bodetabek Banten Jateng DIY Jatim)

LATAR BELAKANGTantangan dan permasalahan kependudukan (besaran sebaran

struktur) Fenomena migrasi di Indonesia (ketimpangan motif ekonomi)1048774push amp pull factors (Skeldon 1990) keterkaitan migrasi dengan pembangunan Polamigrasi pulau JawandashJawaBarat+ Banten-Bodetabek Trend migrasirisen ke Jawa Baratter konsentrasi di Bodetabek 37 (2000) naik menjadi 49 (2005)

Trend Migrasi Masuk

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Trend Pengangguran

Gambaran Umum Wilayah BODETABEK

Distribusi Migrasi Masuk ke BODETABEK Berdasarkan Daerah Asal

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Distribusi Migran Riset Tenaga Kerja Menurut Daerah Asal Tahun 2005 Berdasarkan Kelompok Umur

Alasan Pindah Migran Asal Internal BODETABEK

Alasan Pindah Migran Asal Internal Jakarta

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Alasan Pindah Migran Asal Internal DIY Jateng Jatim

Page 10: ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidupAdanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baikKeadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim perumahan sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnyaAdanya aktivitas-aktivitas di kota besar tempat-tempat hiburan pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar tersebut

D CONTOH EMPIRIS (Pulau Jawa Jawa Barat Banten Bodetabek Banten Jateng DIY Jatim)

LATAR BELAKANGTantangan dan permasalahan kependudukan (besaran sebaran

struktur) Fenomena migrasi di Indonesia (ketimpangan motif ekonomi)1048774push amp pull factors (Skeldon 1990) keterkaitan migrasi dengan pembangunan Polamigrasi pulau JawandashJawaBarat+ Banten-Bodetabek Trend migrasirisen ke Jawa Baratter konsentrasi di Bodetabek 37 (2000) naik menjadi 49 (2005)

Trend Migrasi Masuk

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Trend Pengangguran

Gambaran Umum Wilayah BODETABEK

Distribusi Migrasi Masuk ke BODETABEK Berdasarkan Daerah Asal

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Distribusi Migran Riset Tenaga Kerja Menurut Daerah Asal Tahun 2005 Berdasarkan Kelompok Umur

Alasan Pindah Migran Asal Internal BODETABEK

Alasan Pindah Migran Asal Internal Jakarta

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Alasan Pindah Migran Asal Internal DIY Jateng Jatim

Page 11: ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Trend Pengangguran

Gambaran Umum Wilayah BODETABEK

Distribusi Migrasi Masuk ke BODETABEK Berdasarkan Daerah Asal

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Distribusi Migran Riset Tenaga Kerja Menurut Daerah Asal Tahun 2005 Berdasarkan Kelompok Umur

Alasan Pindah Migran Asal Internal BODETABEK

Alasan Pindah Migran Asal Internal Jakarta

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Alasan Pindah Migran Asal Internal DIY Jateng Jatim

Page 12: ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Distribusi Migran Riset Tenaga Kerja Menurut Daerah Asal Tahun 2005 Berdasarkan Kelompok Umur

Alasan Pindah Migran Asal Internal BODETABEK

Alasan Pindah Migran Asal Internal Jakarta

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Alasan Pindah Migran Asal Internal DIY Jateng Jatim

Page 13: ANALISISPERUBAHANTATAGUNALAHAN

URBAN amp REGIONAL PLANNING 2010

Alasan Pindah Migran Asal Internal DIY Jateng Jatim