22
Anamnesis & Pemeriksaan Fisik FRAKTUR

Anamnesis & Pemeriksaan Fisik Fraktur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Anamnesis & Pemeriksaan Fisik Fraktur

Citation preview

Anamnesis & Pemeriksaan Fisik

FRAKTUR

Definisi Fraktur adalah rusaknya dan terputusnya

kontinuitas tulang (FKUI ,2000).

Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. (Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC , 2000).

Fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. (Back dan Marassarin , 1993).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price and Wilson, 1995 : 1183).

Gejala Klasik Fraktur Riwayat trauma Rasa nyeri dan bengkak dibagian tulang yang

patah Deformitas Nyeri tekan Krepitasi Gangguan fungsi muskuloskletal akibat nyeri Putusnya kontinuitas tulang Gangguan neurovaskular

Anamnesis

Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak.

Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.

Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.

Pemeriksaan fisik

• Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

1. Syok, anemia atau perdarahan 2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya

otak, sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen

3. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis

Inspeksi (Look)

Bandingkan dengan bagian yang sehat Perhatikan posisi anggota gerak Keadaan umum penderita secara keseluruhan Ekspresi wajah karena nyeri Lidah kering atau basah Adanya tanda-tanda anemia karena

perdarahan

Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka

Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam samapi beberapa hari

Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan

Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain

Perhatika kondisi mental penderita Keadaan vaskularisasi

Palpasi (Feel)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri.

Temperatur setempat yang meningkat Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat

superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang

Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati

Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena

Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma , temperatur kulit

Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai

Pergerakan (Move)Dengan mengajak penderita untuk

menggerakkan secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma.

Pada pederita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.

Auskultasi

Jarang dilakukan Biasanya dilakukan bila ada krepitasi Untuk mendengar bising fistula arteriovenosa

Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris serta gradasi kelelahan neurologis, yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau neurotmesis.

Kelaianan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita serta merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya.

Pemeriksaan Penunjang Laboratorium :  darah rutin, faktor

pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa.

Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur.

Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan

jaringan lunak selanjutnya, maka sebaliknya kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.

Pemeriksaan Radiologis

Dengan foto Roentgen (X-ray)

Dengan foto roentgen dapat mendiagnosis fraktur, perlu dinyatakan: Fraktur terbuka/ tertutup Tulang mana yang terkena dan

lokalisasinya Apakah sendi mengalami fraktur Bentuk fraktur

Pemeriksaan khusus: Tomografi fraktur vertebra, kondilus tibia CT-scan MRI Radioisotop scanning

Konfigurasi fraktur menentukan prognosis dan waktu penyembuhan; fraktur tranversal lebih cepat sembuh dibanding fraktur oblik

Deskripsi tulang

Komplit-tidak

komplit

Bentuk garis patah dan hubungan

dengan mekanisme

traumaJumlah garis patah

Bergeser-tidak

bergeser

Terbuka-

tertutup

Fraktur Komplit garis patah melalui seluruh penampang tulang / melalui kedua korteks tulangFraktur tidak komplit garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang.

Garis patah melintangGaris patah obliqueGaris patah spiralFraktur kompresiFraktur avulsi

Fraktur kominutifFraktur segmentalFraktur multipel

• Frakur tidak bergeser garis patah kom-plit tapi kedua fragmen tidak bergeser. Periosteumnya masih utuh.

• Fraktur bergeser terjadi pergeseran fragmen fraktur yang disebut dislokasi fragmen

Dislokasi ad longitudinam cum contractionum

Dislokasi ad aximDislokasi ad latus

• Fraktur terbuka bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.

• Fraktur tertutup bila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit

Klasifikasi

Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi atas : Complete: dimana tulang patah terbagi

menjadi dua bagian (fragmen) atau lebih Incomplete (parsial): Fraktur parsial

terbagi lagi menjadi: Fissure/Crack/Hairline – tulang terputus seluruhnya tetapi

masih tetap di tempat, biasa terjadi pada tulang pipih Greenstick Fracture – biasa terjadi pada anak-anak dan pada

os radius, ulna, clavicula, dan costae Buckle Fracture – fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam

KlasifikasiBerdasarkan garis patah/konfigurasi tulang dibagi menjadi : Transversal : garis patah tulang

melintang sumbu tulang (80-100o dari sumbu tulang)

Oblik : garis patah tulang melintang sumbu tulang (<80o atau >100o dari sumbu tulang)

Longitudinal : garis patah mengikuti sumbu tulang

Spiral : garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih

Comminuted : terdapat 2 atau lebih garis fraktur

KlasifikasiBerdasarkan hubungan antar fragmen fraktur:a. Undisplace fragmen tulang fraktur masih

terdapat pada tempat anatomisnyab. Displace fragmen tulang fraktur tidak pada

tempat anatomisnya, terbagi atas: Shifted Sideways: menggeser ke samping tapi

dekat Angulated: membentuk sudut tertentu Rotated: memutar Distracted: saling menjauh karena ada interposisi Overriding: garis fraktur tumpang tindih Impacted: satu fragmen masuk ke fragmen yang

lain