Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
“BIAS GENDER DALAM FILM WADJDA
KARYA HAIFAA AL MANSOUR (2012)”
(Kritik Sastra Feminis)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
Oleh
Ulin Nida
53040160003
PROGAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Orang-orang yang dapat menaklukan dunia adalah orang yang sabar menghadapi caci-
maki orang lain”
(Begawan Wiyasa)
"Baik itu baik. Tapi, lebih baik jauh lebih baik dari baik”
(Ulin Nida)
“Setiap manusia pasti mempunyai masalah. Itu merupkan hal wajar, yang tidak wajar
adalah ketika kita membuat masalah”
(Zaenal Arifin)
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya,
Bapak Zaenal Arifin dan Ibu Yuni Susilowati yang tanpa kenal lelah dengan penuh kasih
sayang memanjatkan doa yang luar biasa untuk anaknya di malam-malam yang sunyi serta
senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil. Terima kasih atas
pengorbanan dan kerja keras dalam mendidik saya.
Semoga apa yang diusahakan mendapat pahala dari Sang Pencipta.
Ini adalah bagian sejarah hidup saya dan semoga dapat bermanfaat bagi nusa, bangsa,
agama dan negara, Aamiin...
vi
ABSTRAK
Ulin Nida. Bias Gender dalam Film Wadjda karya Haifaa Al-Mansour (2012)
Kritik Sastra Feminis. Skripsi. Salatiga: Program Studi Bahasa dan Sastra
Arab, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, IAIN Salatiga.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk bias gender dalam
film Wadjda karya Haifaa Al Mansour. Film Wadjda merupakan film Arab yang
mengangkat tentang realitas perempuan Arab Saudi dalam ruang lingkup struktur sosial
yang didominasi dengan budaya Patriarki. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori kritik sastra feminis, sedangkan untuk pendekatanya menggunakan
pendekatan kualitatif sastra dengan lebih mementingkan interes pribadi dan nilai-nilai
tertentu. Untuk mencapainya peneliti menggunakan metode analisis eksperimental.
Temuan penelitian ini sebagai berikut: 1) Adanya pembatasan mobilitas
terhadap perempuan Arab Saudi. 2) Subordinasi dan beban kerja ganda yang dialami
perempuan-perempuan Arab Saudi dan 3) Pernikahan dan Perceraian. Selain ketiga
bentuk bias gender tersebut, hasil dari analisis kritik sastra feminis terhadap film ini
adalah: 1) Adanya sistem patiarki yang menyebabkan tertindasnya tokoh perempuan
khususnya Ummu Wadjda dan Wadjda dan 2) Adanya marginalisasi dan subordinasi
yang diakibatkan dari sistem patriarki.
Kata Kunci : Film, Bias Gender, Feminisme
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi huruf (pengalihan huruf) dari huruf Arab ke huruf latin
yang digunakan adalah hasil Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 atau Nomor 0543 b/u 1987,
tanggal 22 Januari 1988, dengan melakukan sedikit modifikasi untuk membedakan
adanya kemiripan dalam penulisan.
A. Penulisan huruf :
No Huruf Arab Nama Huruf Latin
Alif Tidak dilambangkan ا 1
Ba’ B ب 2
Ta T ت 3
Sa ṡ ث 4
Jim J ج 5
Ha ḥ ح 6
Kha Kh خ 7
Dal D د 8
Zal Ż ذ 9
Ra R ر 10
Za Z ز 11
Sin S س 12
Syin Sy ش 13
Syad ṣ ص 14
Dad ḍ ض 15
Ta’ ṭ ط 16
Za ẓ ظ 17
ain ‘ (koma terbalik di atas)‘ ع 18
Gain G غ 19
Fa’ F ف 20
Qaf Q ق 21
Kaf K ك 22
viii
Lam L ل 23
Mim M م 24
Nun N ن 25
Wawu W و 26
Ha’ H ه 27
Hamzah ‘ (apostrof) ء 28
Ya’ Y ي 29
B. Vokal :
Fathah Ditulis ‘a’
Kasrah Ditulis ‘i’
Dlammah Ditulis ‘u’
C. Vokal Panjang
+ ا Fathah+alif Ditulis ā جاهلية Jāhiliyyah
+ى Fathah+alif layyin Ditulis ā تنسى Tansā
+ي Kasrah+ya’ mati Ditulis ī حكيم Ḥakīm
+و Dlammah+wawu mati Ditulis ū فروض furūḍ
D. Vokal Rangkap
+ي Fathah + ya’ mati Ditulis ai بينكم Bainakum
+و Fathah + wawu mati Ditulis au قول Qaul
E. Huruf Rangkap karena tasydid ) ) ditulis rangkap :
ة Ditulis dd د Iddah‘ عد
Minna من ا Ditulis nn ن
F. Ta’ Marbuthah:
1. bila dimatikan ditulis dengan h :
Hikmah حكمة
ix
Jizyah جزية
(ketentuan ini tidak berlaku untuk kata-kata bahasa Arab yang sudah diserap ke dalam
bahasa Indonesia)
2. bila hidup atau berharakat ditulis t :
Zakāt al-fitr زكاة الفطر
Ḥayāt al-insān حياة الإنسان
G. Vokal pendek berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof (‘) :
A’antum أأنتم
U’iddat أعد د
La’in syakartum لئن شكرتم
H. Kata sandang alif+lam
Al-qamariyah القرأن Al-Qur’ān
Al-syamsiyah السماء Al-Samā’
I. Penulisan Kata-kata dalam rangkaian kalimat :
Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya
żawi al-furūd ذوي الفروض
Ahl al-sunnah اهل السنة
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang
telah memberi rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “Bias Gender Dalam Film Wadjda Karya Haifaa Al Mansour
(2012)”. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga serta sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya yang telah membawa umat
Islam dari zaman kegelapan menuju ke zaman yang lebih berperadaban.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian singkat mengenai Bias Gender dalam
Film Wadjda Karya Haifaa Al Mansour (2012). Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, mungkin penulis tidak dapat
menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada
kesempatan kali penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. , selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Salatiga
2. Kedua orang tua dan keluarga penulis, Bapak Zaenal Arifin dan Ibu Yuni
Susilowati, karena selalu memberikan dorongan semangat serta doa yang tulus
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Matur Nuwun
sanget Buk, Pak.
3. Dr. Benny Ridwan, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan
Humaniora, IAIN Salatiga.
4. Dr. Agus Ahmad Suaidi, Lc. M.A, selaku Ketua Prodi Bahasa dan Sastra Arab.
5. Rina Susanti, M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan
bimbingan, saran dan arahan dalam penyusunan skripsi. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan kesehatan dan keberkahan dalam hidup.
6. Muhamad Hanif M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan pengarahan dalam perkuliahan.
7. Jajaran dosen homebase Bahasa dan Sastra Arab yang telah memberikan ilmu,
pengalaman bersejarah di bangku kuliah dari awal perkuliahan hingga sekarang.
8. Segenap Pejabat, Dosen, dan Karyawan Fakultas Ushuluddin, Adab dan
Humaniora yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk melayani
administrasi dan kelengkapan penelitian.
xi
9. Muhammad Hafidz dan Muhammad Hadhiq selaku Paman penulis yang
senantiasa memberikan support baik moril mau pun materil sehingga penulis
semangat dan mampu menyelesaikan perkuliahan ini.
10. Seluruh teman-teman BSA 2016 yang menemani proses belajar di kampus.
11. Indah, Aan yang menjadi sahabat penulis sejak awal perkuliahan, terima kasih
telah melebarkan telinga di tengah kesibukan-kesibukan yang ada.
12. Kak Wella, Dina, Sanah, Fatim, Azka, Fahmi, Makmun, Apan, Mas Walid, dan
Rosyid yang telah menjadi bagian keluarga di perantauan, sahabat se perjuangan
dan se pergerakan, terima kasih telah memberi dukungan, semangat dan
pengalaman hidup yang tidak akan terlupakan.
13. Sahabat-sahabat PMII 2016 Rayon Sutawijaya yang menjadi sahabat
seperjuangan dalam pergerakan.
14. Sahabat PMII Rayon Sutawijaya yang telah memberikan dukungan dan doa
kepada penulis
15. Orang-orang terdekat penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,
terima kasih atas kekuatan yang kalian berikan, kalian mengagumkan.
16. Seluruh pihak yang terkait dalam penulisan penulis yang tidak dapat penulis
tuliskan. Terima kasih atas bantuan, dan doa kalian.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan di dunia dan di akhirat
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Harapan dari penulis adalah dengan adanya tulisan ini dapat bermanfaat bagi penyusun
dan khususnya bagi pembaca.
Salatiga, 17 September 2020
Penulis
Ulin Nida
NIM 53040160003
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................ i
Pernyataan Keaslian Tulisan dan Pernyataan Publikasi Ilmiah.............. ii
Persetujuan Pembimbing ........................................................................ iii
Pengesahan kelulusan ............................................................................ iv
Motto dan Persembahan ......................................................................... v
Abstrak.................................................................................................... vi
Pedoman Transliterasi ............................................................................ vii
Kata Pengantar ........................................................................................ x
Daftar Isi ................................................................................................. xii
Daftar Tabel ............................................................................................ xv
Daftar Gambar ........................................................................................ xvi
Daftar Lampiran ..................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka............................................................ 7
F. Penegasan Istilah ........................................................... 9
G. Landasan Teori .............................................................. 10
H. Metode Penelitian .......................................................... 11
I. Sistematika Penulisan .................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................... 14
A. Tinjauan Tentang Perempuan ........................................ 14
xiii
1. Perempuan Secara Umum ....................................... 14
2. Status Perempuan dalam Pandangan Islam ............. 14
B. Gender ........................................................................... 17
1. Pengertian gender .................................................... 17
2. Gender dan Sastra .................................................... 19
3. Bias Gender ............................................................. 20
C. Feminisme ..................................................................... 22
1. Feminisme ............................................................... 22
2. Kritik Sastra Feminis ............................................... 24
BAB III GAMBARAN UMUM ARAB SAUDI DAN FILM WADJDA
................................................................................................................ 26
A. Negara Arab Saudi......................................................... 26
1. Letak Geografis ....................................................... 26
2. Kondisi Sosial dan Budaya Arab Saudi ................... 27
3. Kondisi Perempuan Arab Saudi .............................. 36
B. Latar Belakang Film Wadjda karya Haifaa Al Mansour 2012
....................................................................................... 41
1. Sinopsis Film ........................................................... 42
2. Profil Film, Sutradara, dan Pemain ......................... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................... 52
A. Bentuk Bias Gender ....................................................... 52
1. Pembatasan Mobilitas .............................................. 52
2. Subordinasi dan Beban Kerja Ganda ....................... 60
3. Pernikahan dan Perceraian....................................... 63
B. Kritik Sastra Feminis dalam Film Wadjda karya Haifaa Al Mansour
....................................................................................... 66
1. Kisah Ummu yang diceraikan karena tidak sanggup memberikan
keturunan laki-laki ................................................... 66
xiv
2. Kekerasan Psikis akibat sistem Patriarki dalam keluarga
................................................................................. 66
3. Marginalisasi terhadap kaum perempuan………. 68
BAB V PENUTUP .......................................................................... 69
A. Kesimpulan .................................................................... 69
B. Saran ............................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... 76
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................. 84
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Gender dan Seks, 18-19
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tokoh Wadjda, 4
Gambar 3.1 Peta Arab Saudi, 26
Gambar 3.2 Poster Film Wadjda, 45
Gambar 3.3 Haifaa Al Mansour, 47
Gambar 3.4 Waad Mohammad (Wadjda), 49
Gambar 3.5 Reem Abdullah (Ummu/Ibu), 49
Gambar 3.6 Abdulrahman Al Ghoani (Abdullah), 50
Gambar 3.7 Sultan Al Assaf (Abu Wadjda), 51
Gambar 4.1 Sekelompok Perempuan dalam Mobil, 52
Gambar 4.2 Wadjda Merayu Ummunya, 53
Gambar 4.3 Ummu Merespon Wadjda, 53
Gambar 4.4 Ummu Wadjda Menelfon Supirnya Iqbal, 55
Gambar 4.5 Ummu Wadjda Meminta Izin untuk Tidak Masuk Kerja, 54
Gambar 4.6 Wadjda Masih Merayu Ummunya untuk Membelikan Sepeda, 55
Gambar 4.7 Ummu Wadjda Kaget Melihat Darah Wadjda, 56
Gambar 4.8 Ummu Menolong Wadjda yang Terjatuh. 57
Gambar 4.9 Miss Hussa dan Wadja, 57
Gambar 4.10 Miss Hussa Memberikan Keputusan Hasil Lomba, 59
Gambar 4.11 Teman-Teman Wadjda Sedang Menertawakan Wadjda, 59
Gambar 4.12 Ummu Menyiapkan Makan Siang, 59
Gambar 4.13 Ummu Menyiapkan Makanan untuk Keluarganya, 61
Gambar 4.14 Abu Wadjda Sedang Bermain Game, 61
Gambar 4.15 Wadjda Membantu Ummunya Menyiapkan Hidangan, 61
Gambar 4.16 Ummu Wadjda Membersihkan Alat-Alat Makan, 62
Gambar 4.17 Guru Sedang Melihat Foto Pernikahan Salma, 62
Gambar 4.18 Salma, 63
Gambar 4.19 Pertengkaran Ummu dengan Suaminya, 64
Gambar 4.20 Wadjda Melihat Gambar Pohon Nasab, 65
Gambar 4.21 Wadjda Menempelkan Namanya, 67
Gambar 4.22 Nama Wadjda yang Sengaja ia Tempelkan, 68
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Poster Film Wadjda karya Haifaa Al Mansour, 76
Lampiran II Transkrip Percakapan, 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media merupakan sarana komunikasi bagi masyarakat, yang terletak di
antara dua pihak sebagai perantara atau penghubung.1 McLuhan bersama
Quentin Fiore dalam buku The Medium is The Massage, menyatakan bahwa
“media setiap zamannya menjadi esensi masyarakat” hal ini menunjukkan
bahwasanya masyarakat dan media selalu berkaitan dan media menjadi bagian
yang penting dalam kehidupan masyarakat, sadar atau tidak sadar bahwa media
memiliki pengaruh yang berdampak positif maupun negatif dalam pola dan
tingkah laku masyarakat.2
Dalam perkembangannya, media massa dijadikan sebagai pusat
informasi oleh masyarakat. Media massa meliputi media cetak, media
elektronik dan media online. Media cetak terbagi menjadi beberapa macam
diantaranya seperti koran, majalah, buku, dan sebagainya, begitupula dengan
media elektronik terbagi menjadi dua macam, di antaranya radio dan televisi,
sedangkan media online meliputi media internet seperti website, dan lainnya.3.
Media mampu menjadi sarana yang cukup menjanjikan untuk menjadi sumber
informasi berbagai macam realitas sosial dalam kehidupan dengan nyata.
1 Risa Agustin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ( Surabaya: Serba Jaya, 2011), hlm 413.
2 McLuhan M & Quentin Fiore, The Medium is The Massage (New York: Bantam Books,
1967), hlm 464 3 Syarifuddin Yunus, Jurnalistik Terapan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), 27
2
Salah satu media massa lainnya adalah Film. Film merupakan alat
untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media
cerita. Film juga merupakan medium ekspresi artistik sebagai suatu alat para
seniman dan insan perfilman dalam rangka mengungkapkan gagasan-gagasan
dan ide cerita. Secara esensial dan subtansial film memiliki power yang akan
berimplikasi terhadap komunikan masyarakat.4
Pada awalnya, di abad ke-20 sulit memungkiri keberadaan film sebagai
bagian dari jenis sastra yang memiliki genre semi tekstual, baik mengilhami
maupun mempengaruhi ilmu sastra dan kritik sastra.5 Film secara tidak sadar
sering membuat relasi-relasi tertentu yang bias gender, seperti menempatkan
perempuan pada posisi lemah dengan memerankan sebagai perempuan
murahan, cengeng, dan lain lain.
Berbeda dengan media massa lainnya, film merupakan institusi sosial
penting. Isi film tidak saja merefleksikan tetapi juga menciptakan realitas.6
Realitas tersebut seperti feminisme. Feminisme merupakan suatu gerakan yang
memperjuangkan hak-hak kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Dalam
kalangan masyarakat, perempuan menyandang stereotip negatif. Dengan
anggapan lemah, emosional, hanya bisa menjadi ibu rumah tangga, dan bahkan
perempuan hanya dianggap sebagai alat seksualitas dalam sebuah hubungan.
Hal ini mengakibatkan munculnya gerakan-gerakan feminisme tersebut tanpa
4 Fred Wibowo, Teknik Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2006), 196.
5 Wisma Yunita dan Nurhasanah, “Teks dan Genre Sastra(puisi, fiksi, drama, dan film),” dalam
Tentang Sastra Orientas Teori dan Pembelajarannya. Ed. Emzir,dkk (Yogyakarta: Penerbit
Garudhawaca,2018), 49. 6 Jowett, 181, hlm 67 dalam Oni Sutanto, Representasi Feminisme dalam Film “SPY”, Jurnal E-
Komunikasi, (Surabaya: Universitas Kristen Petra)
3
terkecuali lahirnya juga film-film beraliran feminis terlebih di negara Arab
Saudi di mana daerah tersebut terdapat suatu fenomena bias gender atau
ketimpangan gender. Selain realitas feminis dalam film, terdapat juga berbagai
realitas yang lain seperti realitas sosial, realitas rasisme dan lain-lain.
Arab Saudi merupakan salah satu negara yang menganut sistem
kerajaan atau monarki. Negara ini sangat menjunjung ajaran-ajaran islam
dengan berpedoman Al-Qur’an dan Hadist sebagai pedomannya. Di sisi lain,
Arab Saudi merupakan penganut budaya patriarki. Budaya partiarki adalah
budaya yang selalu mengutamakan dan mengandalkan kemenangan laki-
laki. Budaya serba laki-laki, segala kebaikan dan kepatuhan diukur oleh laki-
laki dan tidak sebaliknya.
Dalam budaya Arab Saudi, seorang perempuan diwajibkan
mendapatkan perizinan dari wali laki-laki sah mereka dalam berbagai hal,
terutama dalam mengambil keputusan. Perwalian laki-laki berhubungan
dengan Namus(kehormatan). Namus adalah fitur umum dari masyarakat
patriakal. Jika seseorang pria kehilangan Namus karena seorang dari
keluarganya, ia mungkin mencoba untuk membersihkan kehormatannya
dengan cara menghukumnya.7 Sebelum tahun 2017 Arab Saudi merupakan
satu-satunya negara di dunia yang melarang perempuan untuk mengemudi.
Pelarangan mengemudi ini diupayakan untuk perempuan agar tidak sering
meninggalkan rumah. Sebagian besar ulama Saudi dan otoritas keagamaan
telah menyatakan bahwa mengemudi adalah suatu yang diharamkan bagi
7https://www.google.com/search?q=analisis+film+wadjda&oq=analisis+film+wadjda&aqs=chro
me..69i57j33.7376j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
4
perempuan. Namun pada September 2017 Pangeran Mohammad mengeluarkan
sebuah dekrit bahwa kaum perempuan Arab Saudi diperbolehkan mengendarai
kendaraan tanpa ijin walinya.8
Berbicara tentang realitas perempuan Arab, penulis tertarik untuk
mengangkat isu tersebut dalam film yang berjudul Wadjda karya Haifaa Al
Mansour yang rilis pada tahun 2012. Film ini mencoba menggambarkan
realitas perempuan Arab Saudi dalam ruang lingkup struktur sosial yang
didominasi dengan budaya Patriarki.
Gambar 1.1: Tokoh Wadjda
Diceritakan tentang seorang gadis tomboy berusia 12 tahun bernama
Wadjda yang sangat menginginkan sepeda untuk beradu balap dengan sahabat
laki-lakinya. Namun disisi lain keinginan Wadjda sangat ditentang oleh
keluarganya karena menganggap seorang gadis tidak pantas menaiki sepeda
dan dapat merusak sistem reproduksi mereka. Dalam film ini terdapat
kegigihan seorang anak perempuan yang memperjungkan keinginannya yaitu
keinginan untuk sebanding dengan teman laki-lakinya. Selain itu sang ibu
8https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/p7fs07382/era-kebebasan-
perempuan-arab-saudi diakses Minggu, 14 juni 2020, 11.12 wib
5
dihadapkan dengan keputusan sang suaminya untuk dimadu karena tidak bisa
memberikan keturunan laki-laki, dimana anak laki-laki bagaikan emas dalam
garis keturunan. Film ini dibuat oleh Sutradara perempuan pertama di Arab
Saudi yaitu Haifaa Al-Mansour. Ia mampu menggebrak dunia perfilman Arab
saudi dengan mengusung isu sosial bagaimana perempuan di sana mendapatan
ketimpangan gender dengan mengemas film sesederhana mungkin namun
sangat mengena. Terbukti karya film ini mampu menyandang berbagai
penghargaan festival film dunia seperti penghargaan Film Berbahasa Asing
Terbaik di Academy Awards ke-86.9 Dari sini lah penulis tertarik
menggunakan film ini untuk menjadi objek penulisan dengan mengangkat
judul “Bias Gender dalam Film Wadjda karya Haifaa Al-Mansour”. Dalam
penulisan ini, penulis menggunakan teori kritik sastra feminis. Kritik sastra
feminis adalah teori di mana pengkritik memandang sastra dengan kesadaran
khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubumgan dengan
budaya, sastra dan kehidupan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis
merumuskan pokok permasalahannya, yaitu :
1. Apa bentuk bias gender dalam film Wadjda karya Haifa Al Mansour tahun
2012?
2. Bagaimana penerapan teori kritik sastra feminis dalam film Wadjda karya
Haifaa Al Mansour tahun 2012?
9 https://id.wikipedia.org/wiki/Wadjda diakses Jumat, 12 Juni 2020 08.48 WIB
6
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bentuk bias gender dalam film Wadjda karya Haifa
Al Mansour tahun 2012
2. Untuk memahami hasil dari penerapan tori kritik sastra feminis dalam karya
sastra, khususnya pada film Wadja karya Haifaa Al Mansour tahun 2012
D. Manfaat penelitian
Sebuah penelitian selain mempunyai tujuan penelitian juga diharapkan
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi dan konstribusi
bagi mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab itu sendiri.
b. Untuk memberikan bahan masukan sumber informasi dan gagasan
pemikiran bagi penelitian yang selanjutnya.
c. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi
pengajaran sastra terutama film sebagai jenis karya sastra genre
semitekstual.
2. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu sastra,
khususnya bagi mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab dan
khalayak pembaca pada umumnya.
b. Diharapkan mampu memberikan jawaban terhadap permasalahan yang
sedang diteliti.
7
E. Tinjauan pustaka
Berdasarkan penelusuran yang telah penulis lakukan sejauh ini, ada
beberapa karya ilmiah yang dalam bentuk skripsi maupun yang terkait dengan
kaijan yang penulis lakukan, di ataranya;
Penelitian pertama dilakukan oleh Fitri Maulida Rachmawati mahasiswi
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah dengan judul skripsi “Analisis Wacana
tentang Diskriminasi Gender dalam film Wadjda” tahun 2018. Skripsi ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis wacana Teun A Van
Dijk yang membagi analisis menjadi tiga bagian, yaitu level teks, kognisi sosia,
dan konteks sosial. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah
peneliti menggunakan teori kritik sastra feminis.
Penelitian ke dua adalah penelitian yang dilakkan oleh Gita Murniasih,
dkk tahun 2018 dengan judul jurnal “Proses Domestikasi Perempuan dalam
Budaya Arab” (Analisis Framing Model Zhongdang Pan Dan Gerald M. Kosicki
Dalam Film Wadjda). Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam STAIN Kediri ini menggunakan pendekatan analisis gender Dr. Mansour
Fakih tentang manifestasi ketidakadilan gender dan analisis framing model
Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dalam penelitiannya. Hasil penelitian
menunjukkan terjadinya proses domestifikasi perempuan Arab Saudi yang
merujuk pada tindakan marginalisasi, stereotype, sub-ordinasi, double burden
8
dan poligami.10
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah
peneliiti menggunkan teori kritik sastra feminis.
Penelitian ke tiga dilakukan oleh mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya tahun 2016, Nindya Prasasti
dengan judul skripsi “Penggambaran Perempuan Arab dalam film Wadjda”.
Penelitian ini menggunakan teori “Perempuan Arab dalam film” dan wacana
“Orientalisme” yang kemudian dibedah menggunakan metode analisis semiotika
milik Roland Barthes dengan dua tahapnya yakni denotasi dan konotasi.
Sedangkan jenis penelitian yang akan digunakan ialah deskriptif kualitatif.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah peneliiti
menggunkan teori kritik sastra feminis
Penelitian selanjutnya dilakukan Sylvania Nurjannah mahasiswi
Pendidikan Bahasa Arab Fakultas bahasa dan Seni Univesitas Negeri Jakarta
tahun 2016 dalam Skripsinya yang berjudul Motivasi Intrinsik Tokoh-Tokoh
Utama Dalam Film " Wadjda " Karya Haifaa Al-Mansour. Dari hasil penelitian
dalam film “Wadjda” karya Haifaa al-Mansour diketahui bahwa terdapat 3 unsur
motivasi intrinsic yang terdiri dari 12 kebutuhan bertahan hidup, 13 kebutuhan
sosial, dan 20 kebutuhan perkembangan diri. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan analisis isi. Penelitian
ini difokuskan pada motivasi intrinsik yang terdapat dalam film “Wadjda” karya
10
Gita Murniasih dkk, Proses Domestikasi Perempuan dalam Budaya Arab (Analisis Framing
Model Zhongdang Pan Dan Gerald M. Kosicki Dalam Film Wadjda) (Kediri: Jurnal Mediakita: Program
Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam STAIN Kediri) Vol. 2 No. 1 2018 | 1-15
9
Haifaa al-Mansour.11
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini
adalah peneliiti menggunkan teori kritik sastra feminis.
Penelitian ke lima dilakukan oleh Nina Kusuma Dewi mahasiswa
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, Surakarta, tahun 2010
dalam Skripsi berjudul Tinjauan Kritik Sastra Feminis dalam Novel “Mini Lan
Mintuno” karya Remy Sylado. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebu
adalah Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Data
penelitian ini merupakan data deskriptif yang berupa kata-kata, frase, klausa,
ataupun kalimat, dalam bentuk pikiran, ungkapan, dan dialog antar tokoh. Data
diperoleh dengan menggunakan teknik studi pustaka. Teknik analisis dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Yang menjadikan berbeda dari penelitian ini dengan penelitian yang
akan penulis lakukan adalah obejek dari penelitiannya yaitu Novel dan Film.
F. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan pembahasan mengenai judul penelitian ini, terlebih
dahulu penulis akan mengemukakan arti istilah yang terkandung dalam judul
tersebut.
1. Bias Gender
Bias gender adalah isu kesetaraan anatara laki-laki dan perempuan
11
Sylvania Nurjannah mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas bahasa dan Seni Univesitas
Negeri Jakarta tahun 2016 dalam Skripsinya yang berjudul Motivasi Intrinsik Tokoh-Tokoh Utama Dalam
Film " Wadjda " Karya Haifaa Al-Mansour.
http://lib.unj.ac.id/tugasakhir/index.php?p=show_detail&id=44617&keywords= diakses Senin, 29 Juli
2020, 11.08 wib
10
2. Film
Film merupakan alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak
melalui sebuah media cerita.12
3. Feminisme
Gerakan untuk memperjuangkan persamaan hak antara perempuan dan laki-
laki dalam segala bidang.13
G. Landasan Teori
Feminisme menurut para pakar berbeda-beda. Akan tetapi, jika
diperhatikan betul, intinya sama, yakni gerakan untuk memperjuangkan
persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam segala bidang. Secara
etimologis, feminisme berasal dari kata femme (women), berarti perempuan
(tunggal) yang berjuang untu memperjuangkan hak-hak kaum perempuan
(jamak), sebagai kelas sosial, masculine dan feminine (sebagai aspek perbedaan
psikologis dan kurtural).14
Dalam penelitian ini menggunakan Kritik sastra feminis menurut
Sugihastuti, bertolak dari permasalahan pokok, yaitu anggapan perbedan seksual
dalam intepretasi dan perbuatan makna karya sastra15
. Kritik sastra feminis
dianggap sebagai kehidupan baru dalam kritik berdasarkan perasaan, pirikan,
dan tanggapan yang keluar dari para “pembaca sebagai perempuan” berdasarkan
12
Wibowo, 2006: 196 dikutip Dini Zelviana, Representasi feminisme dalam film The
Huntsman:winter’s War,skripsi, Lampung, 2017, hlm.14
13
Ibid hlm 192 14
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik penelitian Sastra (Yogyakarta: Pustaka
pelajar, 2012), hlm 184
15 Sugihastuti, suharto, Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2016), hlm 8
11
pengelihatannya terhadap peran dan kedudukan perempuan dalam dunia sastra.
Dalam kaitanya dengan sastra, feminis dianggap bukan teori yang
sesungguhnya, tetapi ilmu dan toeri yang marginal. Dengan artian, feminisme
adalah salah satu fokus dalam postrukturalisme.16
Sedangkan dasar pemikiran
dalam penelitian sastra berprespektif feminis adalah upaya pemahaman
kedudukan dan peran perempuan seperti tercermin dalam karya sastra, tidak
terkecuali dalam Film Wadjda.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian sastra feminis ini menggunakan metode penelitian kualitatif sastra
dengan lebih mementingkan interes pribadi dan nilai-nilai tertentu. Untuk
mencapainya, peneliti menggunakan analisis eksperimental dengan
mengutamakan komponen-komponen diantaranya adalah:
a. Asumsi
Pendekatan subjektif yang sangat mirip dengan hal umum sehari-hari17
b. Persiapan pribadi
Dokumentasi perasaan dan ide peneliti.
c. Formulasi masalah
Merupakan rumusan masalah
d. Pengumpulan data
16
Defina, “Feminisme dan Gender sebagai Teori Sastra,” dalam Tentang Sastra Orientas Teori
dan Pembelajarannya. Ed. Emzir,dkk (Yogyakarta: Penerbit Garudhawaca,2018), hlm 196 17
Sugihastuti, suharto, Kritik Sastra Feminis,...hlm 25
12
Teknik dalam pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara
menyimak film dan mencatat point-point penting dialog pendukung
dalam teori kritik sastra feminis.
e. Pengolahan data dengan menggunakan analisis eksperimental
f. Presentasi
2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah film “Wadjda” karya Haifaa al-Mansour 2012
3. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data yaitu
berupa film, buku, jurnal skripsi dan penelitian.
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk dapat dapat memperoleh gambaran yang
jelas dan menyuluruh. Adapun sistematika penulisan ini sebagai berikut.
Bab I, pendahuluan memuat latar belakang masalah, manfaat penelitian,
penegasan istilah, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II, landasan teoi berupa pemaparan mengenai Perempuan, Gender, dan
Feminisme
Bab III, terdiri dari pemaparan latar belakang negara Arab Saudi baik secara
geografis, sosisal budaya, dan kondisi perempuan Arab Saudi. Selain itu juga
terdapat profil dan sinopsis Film Wadjda karya Haifaa Al Mansour (2012)
13
Bab IV, Hasil dan pembahasan yang memuat apa saja bentuk-bentuk bias gender
dalam Film Wadjda dan hasil kritik sastra feminis terhadap Film Wadjda karya
Haifaa Al Mansour
Bab V, merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan saran, dan bagian
terakhir skripsi terdapat lampiran serta daftar pustaka.
`
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan tentang perempuan
1. Perempuan secara umum
Perempuan menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan
bahawa perempuan merupakan orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat
menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui.18
Menurut Zoetmulder (dalam Pudjiastuti, 2009: 5) bahwa kata perempuan
berasal dari kata mpu, empu, ampu artinya orang yang terhormat; tuan; atau
yang mulia.19
2. Status Perempuan dalam pandangan islam
Dalam buku Membela perempuan (menakar feminisme dengan nalar
agama) karya Ali Husain Al-Hakim, status perempuan dalam pandangan islam
dibagi menjadi lima prinsip, yaitu:
a. Prinsip kesetaraan pria dan perempuan dihadapan tuhan
Semua manusia setara di hadapan Allah Swt dan tak ada
pembedaan yang dibuat antara pria dan perempuan. Manusia karena
fitrahnya mampu mendaki rangkaian gradasi (tingkat-tingkat)
kesempurnaan spiritual, yang berpuncak pada kedekatan maksimum
18
https://kbbi.web.id/perempuan diakses Selasa, 14 Juli 2020 pukul 09.12 WIB 19
Dipa Nugraha, 2015, Zoetmulder (dalam Pudjiastuti, 2009: 5) dalam Perempuan, Wanita, atau
Betina?
https://www.researchgate.net/publication/275034845_Perempuan_Wanita_atau_Betina/link/553023580cf
27acb0de85478/download diakses Selasa, 14 Juli 2020 pukul 09.25
15
di hadapan kehadiran Ilahi. Proses ini ditentukan oleh kesalehan.
Tentunya, kesalehan ini dapat ditemukan, baik pada pria maupun
perempuan, dalam kapasitas yang sama.20
Pria dan perempuan dapat meraih sebuah status yang
denganya keridhaan dan kebahagiaan mereka adalah keridhaan Tuhan
serta kemurkaan mereka adalah kemurkaan Allah.21
b. Hak-hak yang sama dalam hubunganya dengan alam
Dalam Al-Qur’an, Allah Swt menegaskan suatu fakta bahwa
penguasaan dan pemanfaatan alam haruslah disandingkan dengan
rasa tanggungjawab terhadap lingkungan fisik seseorang. Seorang
manusia memiliki hak untuk memanfaatkan alam tetapi juga harus
bertanggung jawab atas keberlangsungan dan perkembangannya.
Alam memang bertugas melayani manusia. Namun, manusia juga
bertanggungjawab atas pemeliharaanya.22
Allah Swt berfirman dalam surah Al Hud ayat 61 yang Artinya:
“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan
kamu pemakmurnya... (QS. Hud: 61)
Dari ayat tersebut dapat diartikan bahwa jika kemakmuran
alam merupakan misi manusia di dunia ini maka tidak ada
20
Ali Husain Al-Hakim, Membela Perempuan, menkakar feminisme dengan nalar agama
(Jakarta: Al-Huda, 2005), hlm. 39-40 (penerjemah: A.H. Jemala Gembala) 21
Ibid hlm 141 22
Ibid hlm 42
16
pengecualian gender untuk melaksanakannya sehingga baik pria
maupun perempuan harus memainkan peran yang sama.
c. Tempat perempuan dalam struktur sosial
Baik perempuan maupun pria memiliki sebuah
tanggungjawab terhadap masyarakat, tempat mereka hidup.
Keduanya memiliki tugas yang sama untuk melindungi masyarakat
dari polusi dan kontaminasi. Sebagaimana pria mengambil peran akif
dan menikmati hak-hak sosialnya, perempuan juga memiliki hak dan
tanggungjawab yang sama.23
Manusia seuruhnya berasal dari sumber yang sama dan
dengan demikian tidak seorang pun baik pria maupun perempuan
dapat mengklaim superioritas atas yang lain di alam ini. Pria tidaklah
lebih superior ketimbang perempuan dalam hal tanggungjawab dan
hak-hak sosial. Tugas-tugas kemasyarakatan haruslah dialokasikan di
antara semua jenis seks sesuai kapabilitas dan kapasitas masing-
masing.24
d. Keberagaman dan kesatuan
Tuhan telah menciptakan manusia beragam, pria dan
perempuan dengan berbagai warna yang berbeda. Perempuan dan
23
Ibid hlm 42 24
Ibid hlm 43
17
pria masing-masing merupakan salah satu spesies Tuhan lainnya.
Namun demikian, keduanya berasal dari sumber yang sama.25
e. Dunia penciptaan bersifat permanen dan sempurna meski beragam
Pria dan perempuan masing-masing memiliki kesempurnaan
terentu, yang unik bagi tiap-tiap gendernya. Dengan demikian,
berdasarkan tujuan pada kesempurnaan, harmoni, dan
kesinambungan, keduanya harus menciptakan sebuah masyarakat
yang harmonis. Hubungan perempuan dan pria didefinisikan dalam
bentuk atas prinsip ini. Perempuan memiliki kemampuan dan
kesempurnaan yang khusus. Tentu saja, seseorang tidak dapat
berpikir bahwa seharusnya tak ada perbedaan di antara mereka. Suatu
fakta, tak terbantahkan bahwa pria dan perempuan masing-masing
berbeda. Apabila semakin identik,mereka tak akan mampu saling
melengkapi dan kehidupan keluarga akan tak bermakna dalam
terminologi-terminologi telos dunia eksistensial.26
B. Gender
1. Pengertian Gender
Gender berbeda dengan jenis kelmin, mesikipun dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) ata gender diartikan jenis kelamin. Istilah gender
diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan perbedaan
perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan
25
Ibid hlm 44 26
Ibid hlm 45
18
yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan sejak
kecil hingga meninggal.27
Menurut Mulia dan Mirzani (2001: xii), jenis kelamin (sex) adalah
perbedaan biologis hormonal dan patalogis antara perempuan dan laki-laki,
misalnya laki-laki memiliki penis, tetis, dan sperma, sedangkan perempuan
memiliki rahim dan indung telur. Sebaliknya, gender adalah seperangkat sikap,
peran, tanggungjawab, fungsi, hak, dan perilaku yang melekat pada diri laki-laki
dan perempuan akibat bentuka budaya atau lingungan masyarakat tempat manusia
itu tumbuh dan besar.28
Dengan arti lain, bahwa sex atau jenis kelamin merupakan
kodrat (ciptaan Tuhan) dan bersifat universal sedangkan gender tidak, gender
berbeda di setiap daerah dan di setiap waktu.
TABEL 2.1: PERBEDAAN GENDER DAN SEKS
Gender Seks/Jenis Kelamin
Bukan kodrat
(diciptakan masyarakat)
Kodrat
(ciptaan Tuhan)
Seperti: menstruasi, hamil,
melahirkan, menyusui.
Bisa berubah Tidak bisa berubah
Tergantung budaya masing- Berlaku di mana saja
27
https://www.kompasiana.com/yuliana95/58e745e2c223bdcf1ea98efc/gender-dipengaruhi-oleh-
kebudayaan; diakses Jum’at, 8 Mei 2020 pukul 19.15 WIB
28 Defina, Feminisme dan Gender..., hlm 191-192
19
masing
Tergantung musim Berlaku sepanjang masa
2. Gender dan Sastra
Keterkaitan sastra dengan gender adalah penelitian dengan menerapkan
analisis gender. Konsep analisis gender ini menurut Ansori, dkk. (dalam Emzir
dan Rohman, 2015: 136-137), Sugihastuti dan Suharto (2013:22-24)29
sebagai
berikut:
a. Perbedaan gender (gender difference): perbedaan dari atribut-atribut
sosial, karakteristik, perilaku, penampilan, cara berpakaian, harapan,
peranan, dan sebagainya.
b. Kesenjangan gender (gender gap): perbedaan dalam hak politik,
memberikan suara, dan bersikap antara laki-laki dan perempuan .
c. Genderzation: pengacauan konsep pada upaya menempatkan jenis
kelamin pada pusat perhatian identitas diri dan pandangan dari dan
terhadap orang lain, mislanya, pelacur, gigolo.
d. Identitas gender (gender identity), gambaran tentang jenis kelamin
yang seharusnya dimiliki dan ditampilkan oleh tokoh yang
bersangkutan.
e. Gender role: peranan laki-laki dan perempuan yang diaplikasikan
secara nyata.
3. Bias gender
29
Ibid hlm 199
20
Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang
tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun, yang menjadi persoalannya
adalah ketika perbedaan gender melahirkan ketimpangan gender atau bias
gender. Berikut ini merupakan manifestasi ketidakadilan gender atau bias
gender:
a. Gender dan marginalisasi perempuan
Proses marginalisasi,yang mengakibatkan kemiskinan, sesungguhnya
banyak sekali terjadi dalam masyarakat dan negara yang menimpa
kaum laki-laki dan perempuan, yang disebabkan olehberbagai
kejadian, misalnya penggususran, bencana alam atau proses
eksploitasi. Namun, ada salah satu bentuk pemiskinan atas satu jenis
kelamin tertentu, dalam hal ini perempuan, disebabkan gender. Ada
beberapa perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta
mekanisme proses marginalisasi kaum perempuan karena perbedaan
gender tersebut. Dari segi sumbernya bisa berasal dari kebijakan
pemerintah, keyakinan, agama, keyakinan tradisi dan kebiasaan atau
bahkan asumsi ilmu pengetahuan.30
b. Gender dan subordinasi
Surbordinasi karena Gender bisa terjadi dalam segala macam bentuk
yang berbeda dari tempat ke tempat yang lain, dari waktu ke waktu
yang lain. Anggapan bahwa perempuan itu irrasional sehingga
30
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Trnsformasi Sosial (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR,
2013), hlm. 14
21
perempuan tidak bisa tampil memimpin, berakibat munculnya sikap
yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.31
c. Gender dan stereotipe
Secara umum stereotipe adalah pelabelan atau penandaan terhadap
suatu kelompok tertentu.32
Namun, stereotipe ini mengakibatkan
kerugian dan juga menimbulkan ketidakadilan. Contoh ketidakadilan
salah satunya adalah, pelabelan atau anggapan seorang wanita yang
bersolek sedemikian rupa bertujuan untuk menarik lawan jenis,
sehingga setiap kali ada kasus pelecehan seksual atau kasus
kekerasan selalu saja perempuan dikaitkan dengan stereotipe
tersebut.
d. Gender dan kekerasan
Kekerasan (violence) adalah serangan atau invasi (assault)
terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang.
Pada dasarnya, kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan
kekuatan yang ada dalam masyarakat.33
e. Gender dan beban kerja
Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memilikisifat
memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala
rumah tangga atau menjadi pemimpin mengakibatkan semua
pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggungjawab kaum
31
Ibid hlm15 32
Ibid hlm 16 33
Ibid hlm 17
22
perempuan. Konsekuensinya, segala pekerjaan rumah tangga
dilakukan oleh perempuan. Bias gender yang mengakibatkan
beban kerja tersebut seringkali diperkuat dan disebabkan oleh
adanya pandangan atau keyakinan di masyarakat bahwa
pekerjaan yang dianggap masyarakat sebagai jenis “pekerjaan
perempuan”, seperti semua pekerjaan domestik dianggap dan
dinilai lebih rendah dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang
dianggap sebagai “pekerjaan laki-laki”, serta dikategorikan
sebagai “bukan produktif” sehingga tidak diperhitungkan dalam
statistik ekonomi negara. Sementara itu, kaum perempuan karena
anggapan gender ini sejak dini telah disosialisasikan untuk
menekuni gender mereka.34
C. Feminisme
1. Feminisme
Feminisme menurut para pakar berbeda-beda. Akan tetapi, jika
diperhatikan betul, intinya sama, yakni gerakan untuk memperjuangkan
persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam segala bidang. Secara
etimologis, feminisme berasa dari kata femme (women), berarti perempuan
(tunggal) yang berjuang untu memperjuangkan hak-hak kaum perempuan
(jamak), sebagai kelas sosial, mascuine dan feminine (sebagai aspek perbedaan
psikologis dan kurtural).35
34
Ibid hlm 21 35
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik penelitian Sastra (Yogyakarta: Pustaka
pelajar, 2012), hlm 184
23
Paham feminisme menurut Weedon (1987) adalah politik; sebuah politik
yang langsung mengubah hubungan kekuatan kehidupan antara perepuan dan
laki-laki dalam sebuah masyarakat. Kekuatan ini mencakup semua struktur
kehidupan, segi-segi kehidupan, keluarga, pendidikan, kebudayaan, dan
kekuasaaan.36
Sedangkan itu, Ratna (2012) mengungkapkan bahwa dalam arti
paling luas feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu
yang dimarginalisasikan, disurbodinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan
dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun dalam kehidupan
sosialpada umumnya.37
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa feminisme bukanlah upaya
pemberontakan terhadap laki-laki dan juga bukan penolakan terhadap laki-laki,
namun sebuah gerakan yang memperjuangkan persamaan hak-hak laki-laki dan
perempuan. Sasaran feminisme bukan hanya sekadar masalah gender, namun
juga memperjuangkan masalah kemanusiaan. Gerakan feminisme muncul akibat
adanya prasangka gender yang menomorduakan perempuan. Perempuan
memiliki hak yang sama dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan
politik.38
Dalam perkembangannya, pergerkan feminisme ini tidak hanya sebatas
pada satu bentuk perjuangan melainkan banyak hal, sehingga memunculkan
berbagai aliran yang bertitik tolak pada pemcapaian tujuan yang diperjuangkan.
2. Kritik Sastra Feminis
36
Defina, Feminisme..., 193 37
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik penelitian Sastra..., 184 38
Sujarwa, Model&Pradigma Teori Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019), hlm
190
24
Kritik sastra feminis merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra
yang lahir sebagai respons atas berkembang luasnya feminisme di berbagai
penjuru dunia. Sugihastuti, menyatakan bahwa kritik sastra feminis adalah
pengkritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada
jenis kelamin yang banyak berhubumgan dengan budaya, sastra dan kehidupan
kita39
. Jenis kelamin inilah yang membuat perbedaan di antara semuanya yang
juga membuat perbedaan pada diri pengarang, pembaca, perwatakan, dan para
faktor luar yang mempengaruhi situasi karang-mengarang. Kritik sastra feminis
bukan berarti pengkritik perempuan, atau kritik tentang perempuan, juga
bukanlah kritik tentang pengarang perempuan. Dasar pemikiran dalam penelitian
sastra berprespektif feminis adalah upaya pemahaman kedudukan dan peran
perempuan seperti tercermin dalam karya sastra. Peran dan kedudukan
perempuan tersebut akan menjadi sentral pembahsan penelitian sastra. Peneliti
akan memprlihatkan dominasi laki-lak atau gerakan perempuan. Melalui studi
dominasi tersebut, peneliti dapat memfokuskan kajian pada:
a. Kedudukan dan peran tokoh perempuan dalam sastra.
b. Ketertinggalan kaum perempuan dalam segala aspek kehidupan,
termasuk pendidikan dan aktivitas kemasyarakatan.
c. Memperhatikan faktor pembaca sastra, khususnya, tanggapan
pembaca terhadap emansipasi wanita dalam sastra.40
Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa kritik sastra feminis bukan
hanya memfokuskan perhatian kepada perempuan sebagai objek atau tokoh
39
Sugihastuti, Suharto, Kritik Sastra Feminis,...hlm 5 40
Suwardi Endraswara, Metodologi,... hlm 146
25
dalam karya sastra, tapi juga perempuan sebagai pengarang dan perempuan
sebagai pembaca.
26
BAB III
GAMBARAN UMUM ARAB SAUDI DAN FILM WADJDA
A. Negara Arab Saudi
1. Letak Geografis
Arab Saudi merupakan negara yang berbentuk monarki
dengan sistem pemerintahan yang berdasarkan atas Al-Quran dan
Sunah. Terletak di semenanjung Arab, di apit oleh Laut Merah di
sebelah barat dan Teluk Arab di sebelah timur. Negara ini berbatasan
dengan Yordania (Barat Laut), Irak dan Kuwait (Utara), Bahrain,
Qatar, Uni Emirat Arab dan Oman (Timur), serta Yaman (Selatan)
(KBRI Riyadh, 2015). Berikut terdapat peta yang menggambarkan
letak negara Arab Saudi.
Gambar 3.1: Peta Arab Saudi
Selain itu sumber daya alam yang dimiliki oleh Arab Saudi
terdiri dari minyak (25% cadangan minyak dunia), gas (40%
27
cadangan gas dunia), mineral (emas, perak, tembaga), mineral non-
metal, dan air (84% air bawah tanah, 10% air permukaan, 5% air
desalinasi air laut, 1% air daur ulang) (KBRI Riyadh, 2015).
2. Kondisi Sosial dan Budaya Arab Saudi
Pemerintah Saudi Arabia baru-baru ini melakukan sejumlah
kebijakan yang mengubah kondisi sosial secara mendasar.
Perempuan yang sebelumnya dilarang menyetir mobil sendirian, kini
diizinkan untuk menyetir sendiri. Ini merupakan kebijakan yang
menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat Saudi. Di seluruh
dunia, hanya di negeri itulah wanita dilarang menyetir mobil
sendirian. Perempuan juga sudah mulai diizinkan masuk stadion
olahraga dengan menempati sebuah area khusus. Hal lainnya adalah,
mulai adanya perempuan yang menjadi deputi wali kota. Perubahan
kebijakan di negeri yang sebelumnya sangat konservatif dalam
memaknai ajaran Islam ini akan berdampak pada mobilitas sosial
kaum perempuan. Kaum hawa akan memiliki ruang lebih besar untuk
berekspresi di ranah publik dan meningkatkan partisipasinya dalam
sejumlah peran-peran yang sebelumnya tertutup. Di masa yang akan
datang, mungkin saja diluncurkan kebijakan yang lebih memberi
ruang bagi perempuan untuk mengaktualisasikan kapasitasnya atau
reformasi lainnya yang mengarah pada pemaknaan ajaran Islam yang
lebih moderat.
28
Kelahiran kerajaan Arab Saudi merupakan hasil persekutuan
antara ulama konservatif Abdul Wahab dengan klan Ibnu Saud. Tak
heran, ulama memiliki peran penting dalam penentuan sejumlah
kebijakan di negeri kaya minyak ini. Tapi dengan sejumlah
perubahan dunia seperti penurunan harga minyak yang merupakan
tulang punggung perekonomian Saudi, tak ada pilihan bagi Saudi
untuk bisa terus berkembang atau bahkan sekedar bertahan, kecuali
dengan melakukan sejumlah perubahan kebijakan yang pada
akhirnya harus menyentuh aspek sosial negeri tersebut agar reformasi
tersebut bisa berjalan dengan lancar. Kebijakan tersebut adalah Visi
2030. Apa yang terjadi di Arab Saudi juga mempengaruhi dinamika
pergerakan Islam di kawasan lain, termasuk di Indonesia mengingat
Saudi merupakan salah satu sumber rujukan ajaran Islam.
Berkembangnya wajah Islam konservatif yang beberapa tahun
belakangan ini terjadi di Indonesia salah satunya merupakan hasil
dari perluasan wahabisme melalui alumni Saudi yang kembali ke
Indonesia. Mereka mendirikan pesantren dan lembaga-lembaga
pendidikan, serta rajin menyampaikan gagasannya melalui ceramah d
muka publik, di internet, juga merambah media sosial. Wacana yang
mengemuka terhadap sejumlah masalah agama seperti isbal, maulid
nabi, sampai dengan jenggot, yang sebelumnya sudah meredup itu
merupakan akibat dari pertarungan ide tersebut. Jika Saudi lebih
moderat dalam penafsiran terhadap ajaran-ajaran agama, maka para
29
pengikut wahabisme di sejumlah negara kemungkinan juga akan
menyesuaikan pendapatanya. Jika Saudi melihat Islam dalam
perspektif ke depan, bukan tekstual dan berorientasi masa lalu, maka
akan lebih mudah bagi dunia Islam untuk mengarahkan tujuan
besarnya guna mencapai kemajuan-kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perdebatan sejumlah persoalan
khilafiyah yang sudah berlangsung berabad-abad telah menguras
energi lebih mudah untuk dicarikan titik temu. Sesungguhnya umat
Islam memiliki sumberdaya yang luar biasa yang bisa digunakan
menjadi modal untuk kemajuan dan kesejahteran umat. Sayangnya,
modal yang sangat berguna tersebut dihabiskan untuk hal-hal yang
kurang substansial. Gaya hidup para pengeran yang berfoya-foya
dengan limpahan alam yang diberikan menyebabkan tak banyak
capaian yang diraih dibandingkan dengan potensi yang dimiliki.
Penyelesaian masalah dengan pendekatan militer yang terjadi di
negera-negara kaya minyak di Timur Tengah bukan hanya menyia-
nyiakan potensi yang dimiliki, bahkan merusak peradaban yang
sudah ada. Perilaku yang lebih rasional dalam mengelola kekayaan
negara di Timur Tengah yang mulai terlihat seperti di Qatar dan Uni
Emirat Arab (UEA). Mereka melakukan investasi hasil kekayaan
minyaknya pada hal-hal yang lebih produktif agar saat minyak sudah
berkurang atau habis, mereka bisa tetap bertahan. Kebijakan ini
mulai dicontoh oleh negara-negara teluk lainnya. Ini akan berdampak
30
baik bagi kehidupan umat Islam secara umum. Semoga saja,
reformasi ekonomi dan sosial yang kini berlangsung di Arab Saudi
tersebut bisa berjalan dengan lancar. Jangan sampai pengalaman
reformasi politik dalam Musim Semi Arab yang ternyata gagal
bahkan menimbulkan permasalahan serius yang hingga kini belum
terselesaikan. Umat Islam seluruh dunia berkepentingan akan
stabilitas Saudi Arabia mengingat negera tersebut menjadi pelindung
dari dua kota suci umat Islam, Makkah dan Madinah.41
Pangeran Muhammad bin Salman, yang digadang-gadang
meneruskan estafet kepemimpinan Kerajaan Arab Saudi, percaya
bahwa pertumbuhan ekonomi hanya akan terjadi jika ada reformasi
sosial di negaranya. Ia pun berjanji untuk mengembalikan Saudi ke
jalur "Islam moderat" dan meminta dukungan global untuk
mewujudkan masyarakat Saudi yang lebih terbuka. Cita-cita
akhirnya: investor juga lebih tertarik datang ke monarki Saudi.
Dalam wawancaranya dengan The Guardian, pewaris takhta
Saudi itu paham bahwa ultra-konservatisme Saudi adalah penghalang
utama visi negara padang pasir yang modern dari segala segi—
ditunjang dengan masyarakatnya yang terbuka. Tak malu-malu juga
sang pangeran untuk menyindir kondisi negaranya yang dinilai “tak
41
(Ahmad Mukafi Niam), Memaknai Reformasi Soisal Arab Saudi, Sumber:
https://www.nu.or.id/post/read/81849/memaknai-reformasi-sosial-arab-saudi diakses Rabu, 29 Juli 2020
09.10 WIB
31
normal”. Ia juga menyindir orang-orang Saudi terdahulu yang terlalu
terpengaruh dengan Revolusi Iran yang kaku, dan masyarakat di
bawah tanggung jawabnya kini yang harus menerima akibatnya."Apa
yang terjadi dalam 30 tahun terakhir ini bukan Arab Saudi. Apa yang
terjadi di wilayah ini dalam 30 tahun terakhir bukanlah Timur
Tengah. Setelah Revolusi Iran pada tahun 1979, orang ingin
menyalin model [negara ultrakonservatif] ini ke berbagai negara,
salah satunya Arab Saudi. Kami tidak tahu bagaimana mengatasinya.
Dan masalahnya tersebar di seluruh dunia. Sekarang saatnya untuk
menyingkirkannya,” jelas pangeran berusia 32 tahun tersebut.
Pernyataan Pangeran Muhammad ini merupakan yang paling
tegas dalam beberapa bulan terakhir. Gol besarnya adalah ekonomi
Saudi yang tetap tumbuh meski lepas dari ketergantungan minyak.
Perusahaan minyak negara, Saudi Arabian American Oil Company
(Aramco) sudah mulai dijajakan sahamnya oleh ayah Muhammad,
Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud, sejak awal tahun ini. Namun
setelah lepas dari minyak pun, beragam proyek investasi Saudi tak
akan jalan jika negara tersebut masih punya perkara laten terkait
konservatisme dan ekstremisme. Saudi, kata Muhammad, perlu
kestabilan politik layaknya negara mayoritas Muslim moderat lain.
Muhammad sedang menyiapkan NEOM, mega-proyek senilai $500
miliar berupa kota metropolis yang merentang hingga ke Yordania
dan Mesir. Investor tak akan tertarik jika Saudi masih ditempeli
32
rekam jejak pengekspor ekstremis yang mengacaukan negara-negara
tetangga, juga hingga ke kawasan strategis lain seperti Asia
Tenggara.
Upaya penanggulangan ekstremisme sesungguhnya telah
dimulai Saudi sejak beberapa tahun terakhir. Yang cukup terbaru
dikabarkan oleh Arab News awal September 2017. Kala itu Menteri
Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, menyampaikan bahwa
otoritas negara tersebut telah memecat ribuan imam masjid yang
diduga menyebarkan paham ekstremis. Ia mengatakannya di sela-sela
kunjungannya ke Moscow, Rusia, di mana kedua negara telah
bersepakat memulai kerja sama dalam program perang melawan
terorisme. “Kami tidak akan membiarkan siapapun menyebarkan
ideologi yang dipenuhi kebencian, atau mendanai ideologi atau
terorisme yang semacam itu,” tegasnya.
Tak sekadar menanggulangi, otoritas Saudi juga
mengupayakan pencegahan lewat institusi pendidikan. Al-Jubeir
mendekati masalah penyebaran ideologi ekstremis dengan sangat
ketat. Saudi memodernisasi sistem pendidikan di berbagai madrasah
dan institusi pendidikan di negaranya agar para murid terhindar dari
kemungkinan salah menafsirkan teks Al Qur'an. Penyalahartian ini
kerap dipakai oleh para ekstremis dalam merekrut calon-calon teroris
muda di seantero Saudi dan negara-negara Timur Tengah.
33
Delapan tahun yang lalu muncul sebuah laporan dari
pemerintah Amerika Serikat yang memuat manuver pemecatan
kurang lebih 3.500 ulama Arab Saudi yang dianggap membawa
ideologi ekstremisme dan radikalisme. Angka pemecatan tersebut
adalah total dari kebijakan yang sudah dilakukan sejak 2003,
demikian menurut laporan Al Arabiya.
Kementerian Urusan Islam, Dakwah, dan Tuntutan Agama
(MOIA), menurut laporan tersebut, membawahi, mengawasi, dan
menggaji para ulama Saudi. Serupa dengan pernyataan Al-Jubeir,
MOIA menolak untuk menghidupi ulama garis keras yang akan
menciptakan ketidakstabilan politik dan hukum di dalam maupun di
luar negeri. Raja Saudi kala itu, Abdullah bin Abdul Aziz, mengkritik
para ulama yang dipecat karena sering membuat fatwa dan dekrit
yang “absurd” serta kerapkali melanggar aturan administrasi. Raja
Abdullah menegaskan bahwa hanya anggota Dewan Ulama Senior
yang punya izin untuk mengeluarkan fatwa. Kualitas ulama-ulama
tersebut dipertanyakan sebab mereka rupanya punya kemampuan
membaca dan menghafal Al Quran yang buruk, di samping juga
kerap sembrono menafsirkan Islam secara praktis. Laporan tersebut
juga mengungkapkan ikhtiar anti-ekstremis lain dari pemerintah Arab
Saudi, yakni memantau berbagai situs maupun forum-forum di dunia
maya yang disusupi oleh kelompok ekstremis. Kementerian MOIA
juga punya tanggung jawab mengawasi pengisian materi untuk calon
34
pendidik bidang keagamaan agar tidak disusupi ideologi ekstremis
yang dikhawatirkan akan menyebar di kalangan generasi muda.
Ulama konservatif adalah kendala terbesar upaya reformasi
sosial Saudi. Pangeran Muhammad sudah punya “musuh” sejak
memulainya. Ia yang jadi calon terkuat mewarisi takhta Raja Salman
pun mulai mengonsolidasikan kekuatannya sebab ditinggalkan oleh
barisan ulama konservatif yang tak sejalan dengan ide reformasi
sosial Muhammad. Sebagaimana diberitakan The Guardian,
Muhammad kemudian menuntut kesetiaan dari para pejabat senior
untuk tetap di belakangnya dalam mendukung proses reformasi yang
sudah berjalan sejak 15 tahun terakhir.
House of Saud, istilah resmi untuk Wangsa Saud yang sudah
menguasai Monarki Arab Saudi sejak 1744, pun terbelah. Ulama
garis keras merapatkan barisan, sementara yang moderat kian
mendukung kebijakan sang pangeran. Pangeran Muhammad
menerima mandat untuk meneruskan kepemimpinan ayahnya—yang
menjadi proses penyerahan kekuasaan ayah ke anak pertama sejak
1953—pada Juni 2017. Sejumlah analis politik waktu itu sudah
memprediksikan ulama konservatif Saudi sebagai tantangan terberat
Muhammad.42
42
Akhmad Muawal Hasan, Membaca Arah Revormasi Sosial Arab Saudi,
https://tirto.id/membaca-arah-reformasi-sosial-di-arab-saudi-czos diakses Rabu, 29 Juli 2020 09.21 WIB
35
Berbicara mengenai Budaya Arab Saudi tidak terlepas dari
tiga aspek yang mempengaruhi kesatuan pola pikir dan rasa dalam
masyarakat Arab. Di antaranya adalah:
a. Bahasa
Bahasa Arab merupakan alat komunikasi antar individu
bangsa Arab. Bahasa Arablah yang menghubungkan bangsa Arab
dengan pusaka dan sejarahnya dan yang menghubungkan putra-
putri bangsa Arab di berbagai negara pada masa yang sama.
Karena itu, bahasa dapat menerobos batas jarak dan masa untuk
mewujudkan kesatuan budaya dan pikir bangsa Arab. Bahasa
Arab telah berkembang sesuai dengan lajunya masa. Akan tetapi,
meskipun demikian bahasa itu masih memelihara ciri-cirinya
yang orisinil. 43
b. Agama
Secara umum, agama dianggap penopang terpenting yang
menjadi dasar kehidupan masyarakat. Kesadaran beragama
sangat berpengaruh dalam mengaitkan anggota-anggota
masyarakat dengan ikatan yang kokoh, karena ikatan itu
memperkokoh homogenitas jiwa dan ruhani di kalangan anggota-
angggota masyarakat; di mana minat, pencampuran, dan ukuran
mereka dalam kehidupan serta penilaian mereka terhadap sesuatu
43
Hasan Mustafa dkk, Masyarakat Arab dan Budaya Islam, (Bandung: Yayasan P3I Husnuk
Chotimah, 2007), hlm 2
36
saling berdekatan. Dengan demikan, terwujudlah kesatuan rasa
dan pembentukan jiwa bangsa.44
Secara umum, apabila ini merupakan urusan agama di
masyarakat, maka secara khusus Islam berperan lebih besar
daripada itu kebanyakan bangsa Arab dan memberikan
keleluasaan kepadanya, seperti yang kita lihat sekarang; risalah
Islamiah yang membentuk keberadaannya berdasar pada akidah.
Di samping itu, risalah Islamiyah yang memberikan warna
budaya tersendiri, baik dalam bahasa, kebiasaan, tradisi maupun
sistem sosialnya.45
c. Kebiasaan dan Tradisi
Sesungguhnya masyarakat Arab didominasi oleh satu
kebiasaan dan tradisi. Apabila ada ciri-ciri daerah lingkungan
yang dapat membentuk masyarakat Arab, maka ini tidak
meniadakan ciri kebersamaan dan menjadikan mereka sebagai
umat satu. Selain itu, apabila perasaan emosional dan sikap
bernalar bangsa Arab betul-betul telah dipengaruhi oleh agama
islam, maka pola-pola perilaku yang dominan di masyarakat Arab
tidak kurang dari pengaruhnya dari itu.46
44
Ibid hlm 7 45
Ibid hlm 7-8 46
Ibid hlm 19
37
3. Kondisi Perempuan Arab Saudi
Arab Saudi merupakan negara yang konservatif baik secara
sosial maupun keagamaan,47
memiliki homogenitas budaya yang
tinggi berdasarkan kesukuan dan berbagai afiliasi dalam Islam
sehingga negara ini memiliki budaya yang unik dan kompleks.
Akibatnya, sulit membedakan antara mana yang prinsip atau ajaran
Islam dan mana yang budaya dan norma tradisional Arab.48
Peran
perempuan cenderung terbatas di ranah publik yang disebabkan oleh
dominasi laki-laki dalam membuat aturan dan kesepakatan bersama
dalam masyarakat.
Berbagai gerakan yang dilakukan perempuan untuk
mengemansipasi diri mereka sendiri banyak terinspirasi dari gerakan
dan nilai yang berasal dari luar kawasan mereka dan hal tersebut
tidak terlepas dari tingginya arus informasi yang datang akibat
adanya teknologi internet dan peran sosial media seperti Facebook,
Youtube dan Twitter.49
Selain itu, mereka juga menggunakan media
sosial untuk menghimpun informasi dan aspirasi dari dan untuk
komunitas mereka. Dengan adanya media sosial, perempuan bisa
lebih mudah melakukan gerakan ‘empowerment’ untuk mengangkat
47
H.C. Metz., Saudi Arabia: A Country Study, (Washington: GPO for the Library of Congress
1992) http://countrystudies.us/saudi-arabia/ (diakses tanggal 18 Juni 2020, 10.46 WIB) 48
A. E. Al Lily, “Online And Under Veil: Technology-Facilitated Communication And Saudi
Female Experience Within Academia,” Technology in Society 33 (2011), no. 1-2: 119-121 49
Maurice Odine, “Arab Women Use Media to Address Inequality,” Routledge 19 (April 2015),
no. 2: 168
38
status mereka di tengah masyarakat yang masih memegang teguh
budaya patriarki sebagai tradisi mereka sejak zaman dahulu.
Larangan perempuan untuk mengemudi di Arab Saudi
berawal dari norma tradisional masyarakat mengenai male-
guardianship dimana perempuan tidak semestinya bepergian,
menikah, sekolah dll tanpa izin atau harus didampingi oleh suaminya
atau anggota keluarga yang laki-laki yang paling dekat. Mengendarai
kendaraan pribadi sendiri dapat memungkinkan perempuan untuk
bepergian sendiri dan membawa pada percampuran antara laki-laki
dan perempuan yang sangat bertentangan dengan norma dan aturan
Islam. Kampanye mengemudi sudah dilakukan sejak tahun 1990-an,
tepatnya tanggal 6 November 1990, dimana sekelompok perempuan
memberanikan diri untuk mengendarai mobil mereka di Jalan King
Abdul Aziz. Mereka diteriaki ‘jalang’, dilempari batu, kaca mobil
mereka dipukul oleh masyarakat sekitar dan ditangkap oleh Muttawa,
polisi keagamaan Saudi.50
Akibatnya, mereka dipenjara dan didenda,
dipaksa bersumpah tidak akan mengulangi hal yang sama. Setelah
mereka dilepas, mereka kehilangan status mereka di masyarakat,
dilarang bepergian, dilabeli ‘tidak bermoral’, dan dikucilkan.51
Sehari
setelah kejadian tersebut, Imam Besar Syekh Abdul Aziz bin
Abdullah bin Baz mengeluarkan fatwa bahwa aktivitas mengemudi
50
Anders Jerichow, Saudi Arabia: Outside Global Law and Order : A Discussion Paper. (Surrey,
England: Curzon, 1997), 76 51
Hope Grigsby, “Women2Drive Movement Contemporary Saudi Consciousness on Women’s
Position in Society”, (January 2015) : https://www.researchgate.net/publication/313030929 (diakses 25
Agustus 2018)
39
bagi perempuan dilarang karena hal tersebut akan menyebabkan
gender mixing yang diyakini dapat menyebabkan polemiksosial,
ekonomi dan politik, karena perempuan dianggap memiliki fungsi
dasar untuk memelihara rumah dan anak- anak anak, sehingga jika
hal ini terjadi akan membuat pelencengan dari nilai-nilai tradisional
tersebut.52
Kelompok perempuan Saudi kemudian melakukan
serangkaian kampanye untuk mewujudkan perubahan sosial melawan
norma yang begitu kuat dalam sejarah monarki ini agar mereka
mendapatkan legitimasi untuk mengendarai kendaraan mereka
sendiri di kota-kota Saudi. Setelah gerakan ini mengalami beberapa
kali kegagalan, akhirnyapada tanggal 24 Juni 2018 Pangeran
Muhammad bin Salman mengeluarkan kebijakan yang mengizinkan
perempuan mengemudi dan memberikan surat izin mengemudi untuk
perempuan untuk pertama kalinya,53
sehingga lebih dari 120.000
perempuan mendaftar untuk mendapatkan surat izin mengemudi.54
Berbagai sekolah mengemudi di berbagai kota juga sudah membuka
pendaftaran untuk perempuan yang ingin belajar mengemudi.
Dilansir dari BBC News, Minggu (29/10/2017), Arab Saudi
mengizinkan perempuan menghadiri acara olahraga di stadion untuk
52
6Viet Tran. "The Wrong Turn: Saudi Arabian Women Banned from Driving." Prospect Journal
(2014) http://prospectjournal.org/2014/04/08/the-wrong-turn-saudiarabian-women-banned-from-driving/.
(diakses 25 Agustus 2018), 2 53
Jamal Khashoggi, “Saudi Arabia’s Women Can Finally Drive. But The Crown Prince Needs
To Do Much More”, The Washington Post, 25 Juni 2018 54
Ibid
40
pertama kalinya mulai tahun 2018. Setiap keluarga akan dapat
memasuki stadion di tiga kota besar: Riyadh, Jeddah, dan Dammam.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk memberi kebebasan lebih kepada
para perempuan Saudi yang menghadapi peraturan segregasi gender
yang ketat sejak usia dini.
Kemajuan kecil lain muncul pada akhir September 2017
ketika Raja Salman mengumumkan perubahan sebuah dekrit kerajaan
yang isinya membolehkan perempuan Saudi untuk memiliki lisensi
mengemudi tanpa perlu izin dari wali sahnya. Perempuan kini juga
diperbolehkan menyetir mobilnya sendiri. "Saya pikir para pemimpin
kita paham jika masyarakat sudah siap," kata Salman seperti dilansir
The Guardian.
Departemen Luar Negeri AS menyambut baik kebijakan
tersebut sebagai "langkah besar ke arah yang benar." Ulama
konservatif lagi-lagi sempat jadi ganjalan. Awal bulan lalu seorang
ulama Saudi mengatakan bahwa perempuan seharusnya tidak
diizinkan mengemudi karena otak mereka menyusut sampai
seperempat seukuran pria saat mereka berbelanja. Sang ulama pun
dilarang berkhotbah lagi oleh otoritas Saudi.
Kampanye untuk mengizinkan perempuan mengemudi
dimulai di Arab Saudi sekitar 10 tahun lalu. Isu ini mencapai
puncaknya pada 2013, ketika beberapa perempuan yang duduk di
belakang kemudi sempat ditangkap oleh polisi. Kabar penangkapan
41
ini menimbulkan kecaman dari dunia internasional dan warganet
yang meminta otoritas Saudi untuk mengambil tindakan.
Pangeran Muhammad melihat bahwa kebijakan perempuan
mengemudi dapat menjadi kunci reformasi sosial. Ia pun menegaskan
bahwa langkah tersebut akan meningkatkan partisipasi perempuan
dalam angkatan kerja dan menghapus peran gender yang membatasi
interaksi sosial antara pria dan wanita di luar lingkungan keluarga.
Sayangnya, sejumlah pengamat menilai jalan menuju
perbaikan nasib perempuan Saudi masih panjang. Satu kali Raja
Salman ditanya wartawan apakah Arab Saudi berencana
melonggarkan undang-undang perwalian—bahwa suami atau ayah
dapat mencegah istri atau anak perempuan mereka meninggalkan
rumah—atau kebijakan lain yang bisa memperluas hak-hak
perempuan, sang raja tidak berkomentar.
Perubahan yang begitu signifikan dimana Arab Saudi tidak
lagi menjadi satu-satunya negara di era kontemporer ini yang
melarang perempuan mengemudi di negaranya,55
tidak terlepas dari
perjuangan kelompok pergerakan perempuan Saudi yang berjuang
dalam tiga dekade terakhir untuk mendapatkan hak izin mengemudi.
Kampanye yang mereka lakukan dikenal melalui tagar
Women2Drive.
B. Latar belakang Film Wadjda karya Haifaa Al Mansour 2012
55
Jehan Almahmoud, “Framing On Twitter: How Saudi Arabians Intertextually Frame The
Women2drive Campaign” (Tesis, Georgetown University: 2015), 3
42
Nama Haifaa Al-Mansour sebagai ikon perfilman Arab Saudi melejit
sejak perhelatan Academy Awards ke-86 tahun 2014. Saat itu, film panjang
pertamanya, Wadjda meraih Piala Oscar sebagai film berbahasa asing terbaik.
Wadjda adalah film berkisah tentang seorang gadis berusia sebelas tahun yang
tumbuh di pinggiran Kota Riyadh. Mimpi gadis itu sederhana, yakni memiliki
sepeda hijau yang disebut Wadjda. Film itu didukung Rotana, perusahaan film
milik Pangeran Al-Waleed bin Talal dan ditayangkan perdana di Festival Film
Venesia 2012. Film ini juga menjadi film pertama yang difilmkan seluruhnya
di Arab Saudi dan film panjang pertama yang disutradarai oleh perempuan
Saudi.
Wadjda merupakan sejarah bagi perfilman di Arab Saudi. Film ini juga
menjadi nominasi untuk film asing terbaik di BAFTA 2014 dan mendapatkan
Arab Award untuk film panjang terbaik di Festival Film Internasional Dubai
pada 2012.
1. Sinopsis Film.
Berkisah tentang seorang anak perempuan bernama Wadjda yang berusia
12 tahun. Wadjda tinggal di pinggiran kota Riyadh ibu kota Arab Saudi. Wadjda
merupakan sosok anak perempuan yang periang, ia juga memiliki sifat gigih dan
berani melakukan hal apa pun yang ia inginkan meskipun ia tinggal di daerah
yang cukup konservatif. Suatu ketika, Wadjda bertengkar dengan tetangga
sekaligus teman laki-lakinya yang bernama Abdullah. Kontur budaya
masyarakat Arab tidak memperbolehkan perempuan dan laki-laki untuk bermain
bersama, namun karena sifat Wadjda yang keras kepala, ia kekeh melakukannya.
43
Karena Wadjda merasa kesal saat bertengkar, Abdullah ditantang untuk beradu
balap sepeda dengannya. Dari sinilah muncul sifat pemberani, gigih dan uletnya
Wadjda. Ia menginginka sepeda.
Wadjda bersekolah dengan berpenampilan agak tomboy, ia sering
menggunakan sepatu seperti anak laki-laki jilbabnya pun kadang hanya ia
sampirkan berbeda dengan teman-teman perempuannya bahkan ia sempat
mendapat teguran dari kepala sekolahnya. Suatu saat sepulang sekolah Wadjda
melihat sepeda berwarna hijau terpajang di depan sebuah toko. Wadjda tertarik
dengan sepeda berwarna hijau yang dipajang, ia berniat membelinya untuk
beradu balap dengan Abdullah. Sesampainya di rumah, ia merayu sang ibu
untuk membelikan sepeda itu. Tapi sang ibu menolak dengan alasan bahwa
sepeda tidak diperuntukan untuk perempuan karena dengan mengendarai sepeda
bisa merusak sistem reproduksi perempuan.
Semenjak mendapatkan penolakan dari ibunya, Wadjda memutar otak
bagimana ia bisa mendapatkan sepeda itu sendiri? Ia akhirnya membuat gelang
untuk dijual kepada teman-teman dan kakak kelasnya. Dari hasil menjual gelang
ini lah Wadjda menabung untuk membeli sepeda itu. Pada suatu kesempatan, ia
mengunjungi toko sepeda itu dan ia bahkan meminta kepada penjualnya untuk
tidak menjual sepeda itu kepada siapa pun karena ia akan membelinya, ia pun
memberikan kaset Medley secara cuma-cuma agar sang penjual mengabulkan
permintaannya.
Tidak hanya menjual aksesosoris gelang, Wadjda juga menjadi kurir
surat cinta kakak kelasnya demi mendapatkan tambahan uang. Namun, tidak
44
lama kemudian ia ketahuan oleh kepala sekolahnya sehingga orangtuanya
mendapatkan panggilan. Ummu Wadjda selama ini kurang memperhatikan
Wadjda karena ia tengah fokus mencari perhatian sang suami karena sang suami
berencana akan menikah lagi. Mengetahui kelakuan Wadjda dalam ini
membuatnya kecewa dan malu, apalagi mengetahui tujuan Wadjda melakukan
hal-hal itu hanya untuk membeli sepeda.
Setelah perjuangannya menabung untuk membeli sepeda tersendat, ia
mendengar kabar bahwa akan ada lomba menghafal Al-Qur’an dengan hadiah
yang cukup besar. Wadjda mulai belajar menghafal Al-Qur’an dan ia berhasil
mengambil hati guru-gurunya. Dengan kegigihannya ia akhirnya memenangkan
perlombaan tersebut. Namun, hadiah yang semestinya ia dapatkan dialihkan
untuk didonasikan ke Palestina. Keputusan ini dilakukan oleh kepala sekolahnya
Miss Hussa setelah mendengar niat Wadjda untuk membelanjakan uang
hadiahnya untuk membeli sepeda. Di akhir cerita Wadjda mendapatkan hadiah
sepeda dari Ummu karena kegigihannya. Wadjda pun bisa beradu balap sepeda
dengan Abdullah.
2. Profil Film, Sutradara, dan Pemain
a. Profil Film
Wadjda merupakan film berkisah tentang seorang gadis berusia sebelas
tahun yang tumbuh di pinggiran Kota Riyadh. Mimpi gadis itu sederhana, yakni
memiliki sepeda hijau yang diinginkannya. Film ini didukung Rotana,
perusahaan film milik Pangeran Al-Waleed bin Talal dan ditayangkan perdana
di Festival Film Venesia 2012. Film ini juga menjadi film pertama yang
45
difilmkan seluruhnya di Arab Saudi dan film panjang pertama yang disutradarai
oleh perempuan Saudi.
Wadjda merupakan sejarah bagi perfilman di Arab Saudi. Film ini juga
menjadi nominasi untuk film asing terbaik di BAFTA 2014 dan mendapatkan
Arab Award untuk film panjang terbaik di Festival Film Internasional Dubai
pada 2012.
Gambar 3.2: Poster Film Wadjda
Sutradara: Haifaa al-Mansour
Produser: Gerhard Meixner
Roman Paul
Skenario: Haifaa al-Mansour
Pemeran: Waad Mohammed
Reem Abdullah
Abdulrahman al-Ghoani
Sultan Al Assaf
Musik: Max Richter
Sinematografi: De [Lutz Reitemeier]
46
Penyunting: Andreas Wodraschke
Perusahaan produksi: Razor Film Produktion GmbH
Norddeutscher Rundfunk
Bayerischer Rundfunk
Rotana TV
Highlook Communications Group
Distributor: Koch Media (Jerman, seluruh media)
Tanggal rilis: 31 Agustus 2012 (Festival Film Venesia)
Durasi: 98 menit
Box Office: $14.5 Milion
Negara: Arab Saudi
Jerman
Bahasa: Bahasa Arab
Penghargaan: The Year’s Outstanding Achivement by Woman in The
Film Industry – Alliance of Woman Film Journalist (2013)
Muhr Arab Award – Dubai International Film Festival (2013)
Sudwind Filmpreis – International Film Festival (2013)
NBR Freedom of Expression – National Board of Review (2013)
Director to Watch – Palm Springs International Film Festival (2014)
Dioraphte Award – Rotterdam International Film Festival (2014)
Most Popular International First Feature Award – Vancouver
International Film Festival (2013)
CinemAavernire Award – Venice Film Festival (2012)
47
C.I.A.E Award – Venice Film Festival (2012)
Interfilm Award – Venice Film Festival (2012)
b. Sutradara
Gambar 3.3: Haifaa Al Mansour
Adalah seorang sutradara perempuan pertama di Arab Saudi. Nama
Haifaa Al-Mansour pada tahun 2014 melejit di kancah perfilman Arab Saudi.
Perhelatan Academy Awards ke-86 tahun 2014 tersebut menjadikannya sebagai
ikon kebangkitan perfilman di sana. Saat itu, film panjang pertamanya, Wadjda
meraih Piala Oscar sebagai film berbahasa asing terbaik.
Haifaa Al Mansour, lahir di Al Zulfi, 10 Agustus 1974. Bakat Haifaa
nyatanya tidak begitu saja muncul. Di darah Haifaa, mengalir darah seorang
penyair ternama Arab Saudi, Abdul Rahman Mansour. Melalui Abdul Rahman
lah Haifaa mengenal dunia seni, termasuk film. Ayahnya juga menjadi sosok
yang membuat Haifa kemudian belajar perbandingan sastra Universitas Amerika
di Kairo setelah menamatkan studinya di Universitas Amerika kemudian ia
mengambil gelar masternya dalam penyutradaraan dan studi film di Universitas
Sydney, Australia.
48
Karya-karya awal Haiffa sebagai movie maker adalah penggarapan tiga
film pendek, salah satunya, The Only Way Out yang meraih penghargaan di Uni
Emirat Arab dan Belanda. Kemudian, kesuksesan itu disusul oleh film
dokumenter Women Without Shadow yang bercerita tentang kehidupan
tersembunyi wanita di negara Arab. Film itu kemudian dipertontonkan di 17
festival berbeda antar bangsa dan menerima Golden Dagger sebagai film
dokumenter terbaik di Festival Film Muscat. Selain karya-karya tersebut Haifaa
juga menggarap beberapa film lainnya, diantaranya film berjudul “Who?”, “The
Bitter Journey”, dan “ A Strom in The Star”. Banyak penghargaan yang ia
dapatkan, diantaranya adalah
a. The Year’s Outstanding Achivement by Woman in The Film Industry –
Alliance of Woman Film Journalist (2013)
b. Sudwind Filmpreis – International Film Festival (2013)
c. NBR Freedom of Expression – National Board of Review (2013)
d. Director to Watch – Palm Springs International Film Festival (2014)
e. Dioraphte Award – Rotterdam International Film Festival (2014)
f. Special Mention at Tallin Black Night Film Festival from Don Quixote
Award and Netpack Award Categories
g. Most Popular International First Feature Award – Vancouver International
Film Festival (2013)
h. CinemAavernire Award – Venice Film Festival (2012)
i. C.I.A.E Award – Venice Film Festival (2012)
j. Interfilm Award – Venice Film Festival (2012)
49
c. Pemain
1) Waad Mohammad
Gambar 3.4: Waad Mohammad (Wadjda)
Wadjda diperankan oleh Waad Mohammad begitu apik. Karakter
Wadjda yang tomboi sangat melekat pada dirinya. Sifat keras kepala,
bersungguh-sungguh terlihat natural dan apa adanya. Dalam film ini ia
digambarkan menjadi anak perempuan yang terlihat cuek, namun dalam sisi lain
ia merupakan anak yang gigih terlebih ketika ia menginginkan sesuatu.
2) Reem Abdullah
50
Gambar 3.5: Reem Abdullah (Ummu/Ibu)
Tokoh ummu diperankan oleh Reem Abdullah. Ia dikisahkan menjadi
seorang perempuan yang berprofesi sebagai seorang pengajar berparas cantik.
Dengan penuh kasih sayang ia memerankan ummu Wadjda dengan baik.
Namun, dengan berwajah cantik, pandai memasak dan memiliki suara yang
bagus tidak menjamin kebahagiaan nya dalam berkeluarga. Ia terpaksa
menerima poligami suaminya karena ia tidak bisa memberikan anak laki-laki
untuk meneruskan nasab keluarganya.
3) Abdulrahman Al Ghoani
Gambar 3.6: Abdulrahman Al Ghoani (Abdullah)
Tokoh Abdulrahman Al Ghoani memerankan sebagai Abdullah. Ia
merupakan tetangga Wadjda yang sering bermain dengan Wadjda. Ia juga yang
memiliki sepeda yang membuat teman perempuannya itu ingin memiliki hal
serupa. Ia juga yang diajak beradu balap dengan Wadjda. Dibalik keusilannya, ia
sangat giat sekali mempromosikan pamannya. Ia bersedia memberikan uang
sebesar 5 Riyal kepada Wadjda dan bersedia mengajari bersepeda jika ia
diizinkan untuk memasang lampu hias di loteng rumah Wadjda.
51
Selain itu, tokoh Abdullah digambarkan sebagai anak laki-laki baik.
Terbukti ketika ia mengetahui Wadjda memenangkan lomba hafalan Al Qur’an
tanpa mendapatkan hadiah, ia bersedia memberikan sepedanya untuk menghibur
Wadjda.
4) Sultan Al Assaf
Gambar 3.7: Sultan Al Assaf (Abu Wadjda)
Sultan Al Assaf, memerankan tokoh sebagi ayah Wadjda atau Abu
Wadjda. Ia merupakan seorang ayah yang menyayangi Wadjda selain itu mereka
terlihat akrab apalagi saat mereka bermain game. Dalam film ini, ia diceritakan
mendapatkan tekanan dari keluarganya untuk menikah lagi agar mendapakan
keturunan laki-laki guna meneruskan nasabnya.
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Bentuk Bias Gender
Setelah mengkaji film Wadjda karya Haifaa Al Mansour ini, peneliti
menemukan bentuk bias gender:
1. Pembatasan Mobilitas
Pembatasan mobilitas dalam film ini terjadi dalam berbagai
adegan. Peneliti melihat berbagai realitas pembatasan mobilitas yang
begitu kental disampaikan. Beberapa adegan yang menunjukan adanya
pembatasan mobilitas dalam film ini di antaranya:
a. Terlihat ada sekelompok perempuan berada dalam sebuah mobil
yang disupiri seorang laki-laki (04:57)
Gambar 4.1: Sekelompok Perempuan dalam Mobil
Mereka yang ruang geraknya dibatasi, mau tidak mau harus
menyewa supir pribadi yang biayanya tidaklah murah
b. Adegan di mana Wadjda yang menginginkan sepeda namun tidak
ditanggapi dengan baik oleh Ummu (13:49-14:14)
أخر دنييا الله! ثلا ث ساعة أت رك أسيردومك كيف تبحنل اسور
53
- 44:31:00بالسيارة في سيارة بدون مكيف! ة! ثلاث ساعاللهيا
00:13:53 هذه الرحلة إلى نهاية العالم تقتلني
ن بيسكل مع عبد اللهمحبا نظر, أسرف رس؟ أز
اريد دراجة يركبها مع -لا أحب هذا الوجه. ماذا تفعل؟ -، 00:13:57-00:14:03
عبدالله
بيسكل هل سبق لك أن رأيت امرأة تقود
هل رأيت فتاة على دراجة من قبل؟ أفضل 00:14:03-00:14:07
ونلل
ود إلى المنزل وتقول ، ثم أع ,أمام المستشفى بدلا من المشيأمهات أفضل يبيعن الفاكهة
بيسكلأريد
، 44:30:32 - 44:30:40بيع الفاكهة في المستشفى على تحمل هذه الرحلة مرة أخرى.
وعندما أعود ، أسمع "أريد دراجة -
Gambar 4.2: Wadjda Merayu Ummunya
54
Gambar 4.3: Ummu Merespon Wadjda
c. Ummu/Ibu Wadjda bertengkar melalui telfon dengan sopirnya yang
berniat untuk berhenti dari pekerjaannya (37:37-37:59)
اول اول انا في مشوار ولا ما تروح عندي شغل راتب هذه ما تستحي ليش انا بكره ان "
"شاء الله احسن منك
إقبال -كيف لي أن أعرف؟ - 00:37:37 !
00:37:37- 00:37:44 ك كل شهر ، سواء كنت تقودني أم لنحن ندفع ل
00:37:45-00:37:50 لماذا تتحدث معي هكذا؟ ألا تشعر بالخجل؟
44:13:04-44:13:00؟ كيف ذلك؟ هل تعتقد أنك السائق الوحيد هنا
44:13:00-44:13:00 سأحضر سائقا آخر غدا
Gambar 4.4: Ummu Wadjda Menelfon Supirnya, Iqbal
55
d. Ummu terpaksa harus meminta izin darurat untuk tidak berangkat ke
sekolah dan tidak bisa ke mana-mana karena supirnya yang
mengundurkan diri dari pekerjaannya. (39:09-39:32)
من وبتغيري ماقصرتي بس المواصلات صعب اليوم بالنسبه لي ان شاء الله اكيد اخذ "
"مشكوره مع السلامه
"لا يمكنني ترتيب المواصلات اليوم. هل يمكنني أخذ إجازة؟" 00:39:14 - 00:39:09
لا يزال لدي بعض الإجازة القادمة إلي 00:39:17 -00:39:14
00:39:18 - 00:39:24 بالتأكيد. الشهر المقبل يمكنني الاستعانة بآخرين
Gambar 4.5 Ummu Wadjda Meminta Izin Tidak Masuk Kerja
e. Wadjda yang masih terus merayu Ummu untuk membelikan sepeda.
Hal ini dilakukannya setelah ia melihat seorang perempuan yang
menaiki sepeda di Tv. Namun Wadjda masih mendapatkan
penolakan, Ummu menolak keras dan beralasan bahwa bersepeda
dapat menyebabkan kerusakan organ reproduksi sehingga berpotensi
tidak akan mempunyai anak (54:45-55:07)
56
. لقد طلبت المال لشراء واحدةبيسكليت على شاشة التلفزيون امرأة تررأ
لماذا لا تعطيني المال رأيت فتيات يركبن دراجات على التلفاز. 00:54:45 - 00:54:41
لشراء دراجة؟
أعرف أن أمي لديها مال أراه في الدرج
أعلم أن لديك المال. رأيته في الدرج 00:54:49 - 00:54:45
ميجز تركب بيسكل, ودوت بيسكل مزينة جبير إيه
الفتيات لا يركبن الدراجات. لن تتمكن من إنجاب الأطفال إذا 00:54:56 - 00:54:49
ركبت
ذ عمي مبيسكل مذا طفل إيه ما
أنت لا تركب الدراجة ومع ذلك لا يمكنك إنجاب أبناء 00:55:01 - 00:54:56
سكلل إمم أن أجلل سدع, طرب سلم
كيف يمكنك قول ذلك؟ كدت أموت عندما كنت أملك 00:55:07 - 00:55:02
Gambar 4.6: Wadjda Masih Merayu Ummunya untuk Membelikan
Sepeda
f. Adegan Wadjda yang ketahuan menaiki sepeda di loteng bersama
Abdullah oleh Ummu sehingga Wadjda kaget dan terjatuh
mengeluarkan darah. Ummu yang shock melihat Wadjda berdarah
langsung menutup matanya dan bertanya dengan Wadjda dari
57
manakah darah itu keluar? Wadjda menjawab dari dengkulnya lah
darah itu keluar. Ummu sangat ketakutan dan berpikir darah itu
keluar dari kemaluan Wadjda. (1:01:41-1:01:48)
اتول تحتم دم؟ اتول أدم دم, من أي
أين تأذيت؟ -أنا أنزف. - 01:01:40 - 01:01:35
دور بوزي
أنا أنزف من الركبة 01:01:45 - 01:01:41
اتمربيسكل مسحلة
كم مرة يجب أن أقول إن الدراجات ليست للفتيات 01:01:48 - 01:01:45
Gambar 4.7: Ummu Wadjda Kaget Melihat Darah Wadjda
Gambar 4.8: Ummu Menolong Wadjda yang Terjatuh
58
g. Pembatasan yang dilakukan oleh Miss Hussa (kepala sekolah) ketika
Wadjda memenangkan perlombaan hafalan Al-Qur’an. Hadiah yang
seharusnya milik Wadjda terpaksa dibatalkan secara sepihak oleh
Miss Hussa ketika mengetahui niatan Wadjda akan menggunakan
sejumlah uang hadiah tersebut untuk membeli sepeda. Mendengar
alasan tersebut, hadiah Wadjda dialihkan untuk didonasikan ke
Palestina. Miss Hussa berpendapat bahwa sepeda tidak baik apalagi
untuk anak baik seperti Wadjda yang senantiasa menjaga
kehormatanya. Respons teman-teman Wadjda yang menertawakan
keinginan Wadjda menandakan betapa tabunya bersepeda bagi
kalangan masyarakat sana. (1:22:57-1:23:36)
المحل اللي جنبنا محل جنب بيتنا بس من دون كفرات اللي ورا اني اعرف اسوق يعني مو
اللي يخافون من المبلغ الجائزه مثلا اخواننا في فلسطين البنات البنات المؤدبات المؤمنات
على روحوا على شرف خلاص احنا اللي برع بالجائزه تحت اسمك وبعون الله انا لين
الدوام
ولماذا تنوي استخدام أموال الجائزة؟ 01:22:57 - 01:22:52
أريد شراء دراجة من المتجر أسفل الشارع 01:23:02- 01:22:57
ماذا قلت؟ 01:23:04 - 01:23:02
أريد شراء دراجة ، لكن بدون عجلات تدريب لأنني أستطيع 01:23:04-01:23:12
ركوب الدراجة
ألن يكون الأفضل التبرع بالمال لإخواننا في فلسطين؟ 01:23:30 -01:23:23
الدراجة ليست للبنات 01:23:36 -01:23:33
59
.
Gambar 4.9: Miss Hussa dan Wadjda
Gambar 4.10: Miss Hussa Memberikan Keputusan Hasil Lomba
Gambar 4.11: Teman-teman Wadjda Sedang Menertawakan Wadjda
60
2. Subordinasi dan Beban Kerja Ganda
Melihat gambaran realitas perempuan Arab dalam film Wadjda,
terlihat bagaimana tersubordinasinya perempuan-perempuan ini.
Meskipun perempuan Arab Saudi mendapatkan pendidikan yang layak,
namun surbordinasi masih erat adanya terutama dalam urusan mengurus
rumah tangga. Hal ini lah yang menjadikan beban kerja ganda bagi
mereka ketika sudah berada di rumah sepulang bekerja di luar. Realitas
seperti ini menimbulkan anggapan bahwa pekerjaan domestik merupakan
pekerjaan mutlak untuk kaum perempuan.
a. Subordinasi dan Beban Kerja Ganda Ummu Wadjda
Dalam film ini Ummu mewakilkan realitas subordinasi
perempuan Arab. Ia merupakan seorang guru di luar rumah. Namun,
apabila ia sudah berada di dalam rumah maka ia bertanggungjawab
mengurus pekerjaan rumah tangga dan anak, dan suami meskipun
dalam perjalanannya tidak cukup mengenakan. Sementara itu, Abu
atau ayah Wadjda yang bekerja dan pulang dalam kurun waktu
tertentu apabila ia berada di rumah hanya bersantai dan bermain
game.
61
Gambar 4.12 Ummu Menyiapkan Makan Siang (13:51)
Gambar 4.13: Ummu Menyiapkan Makan untuk
Keluarganya (23:16)
Gambar 4.14 Abu Wadjda Sedang Bermain Game (24:54)
62
b. Subordinasi perempuan sejak dini
Adegan di mana Ummu dan Wadjda sibuk menyiapkan jamuan
makanan untuk Abu dan teman-temannya. Selepas jamuan berakhir
nampak Ummu dan Wadjda lah yang membereskan semua dengan
baik. (01:00:01-03:47)
Gambar 4.15: Wadjda Membantu Ummu nya Menyiapkan
Hidangan
Gambar 4.16: Ummu Wadjda Membersihkan Alat-Alat
Makan
63
3. Pernikahan dan Perceraian
a. Pernikahan
Pada film Wadjda realitas pernikahan dini digambarkan
pada kisah Salma, teman Wadjda yang dinikahkan
orangtuanya. Ia dinikahkan dengan seorang laki-laki berusia
20 tahun sementara Salma berusia 10 tahun. Pernikahan ini
diketahui setelah Salma kedapatan membawa foto
pernikahannya di sekolahan. (1:05:16-1:05:48)
.أعطني الصور 01:05:16
"قلت "أعطها هنا 01:05:19 -01:05:17
توقف. ما الذي يحدث هنا؟ 01:05:23 -01:05:19
تهانينا. هل لي أن -سلمى لديها صور زفافها. - 01:05:30 -01:05:23
أراهم؟
هذه من زفافك؟هل 01:05:35- 01:05:32
هل هذا زوجك؟ 01:05:41 -01:05:39
عشرون -كم عمره؟ - 01:05:45 -01:05:42
الهدوء ، الفتيات. لا تضحك 01:05:48 -01:05:45
Gambar 4.17: Guru Sedang Melihat Foto Pernikahan Salma
64
Gambar 4.18: Salma
b. Perceraian
Pada film ini diceritakan bagaiamana Ummu Wadjda
dihadapkan dengan poligami dan perceraian yang dilakukan
oleh suaminya. Ia terpaksa dipoligami dan juga diceraikan
atas permintaan ibu mertuanya. Sang ibu menginginkan cucu
laki-laki untuk meneruskan nasab keluarganya. Namun,
Ummu tidak bisa memberikannya. Tak banyak hal yang dapat
ia lakukan selain berdandan semenarik mungkin agar
suaminya tetap membersamainya dan tidak menuruti
kemauan ibunya. Namun, hal itu tidak merubah keadaannya.
Ia tetap dipoligami dan diceraikan. (29:49-30:32)
هل يجب علي الدفع؟ ألا يمكنك أن تدفع لنفسك 00:29:54 -00:29:49
لمرة واحدة؟
لقد دفعت بالفعل مقابل سائقك. أموالك في 00:29:58- 54370 :29 :00
المدخرات
65
00:29:59- 00:30:04 كيف ستدفع مهر العروس الجديد؟ نوع من
العريس أنت
00:30:04 - 00:30:09 إلى إعالة أسرتين؟هل تعتقد أنني أتوق
00:30:09- 00:30:13 أعطني ابنا وسيكون كل شيء على ما يرام مرة
أخرى
لكن كلانا يعلم أن هذا لن يحدث00:30:13-00:30:18
00:30:18- 00:30:24 انس الأمر ، لكن لا تعتمد علي الأسبوع المقبل
00:30:25- 00:30:32 ك واستمر في لا تعد! اذهب إلى المنزل مع والدت
البحث عن عروس
Gambar 4.19: Pertengkaran Ummu dengan
Suaminya
Dalam wawancaranya bersama Andrew Lapin dari The
Dissolve, sang sutradara Haifaa Al Mansour menggambarkan
pola peceraian yang dipengaruhi budaya patriarki melalui tokoh
kedua orangtua Wadjda.
“Meski mereka masih saling mencintai, tetapi tekanan dan
budaya itu sendiri tidak memungkinkan cinta semacam itu
66
tumbuh. Karena itu memungkinkan poligami dan memungkinkan
pria untuk mengabil istri kedua. Mendapat tekanan dari pihak
keluarganya agar sang pria segera memiliki seorang putra. Jika
dia tidak memiliki seorang putra, maka akan dianggap kurang
lengkap. Mau tidak mau ia harus melakukan perceraian meskipun
harus menghancurkan hati seorang yang ia cintai”.56
B. Kritik Sastra Feminis dalam Film Wadjda karya Haifaa Al Mansour
tahun 2012
1. Kisah Ummu yang diceraikan karena tidak sanggup memberikan
keturunan laki-laki.
Diceritakan bahwa Ummu dan suaminya masih saling mencintai,
namun adanya sistem patriarki yang ditunjukkan dengan keinginan dari
pihak keluarga sang suami yang menginginkan keturunan laki-laki
sehingga perceraian pun terjadi. Ini sangat merugikan bagi Ummu dan
perempuan-perempuan lain dalam realitanya. Secara tidak langsung
sitem patriarki ini menimbulkan sebuah bias gender berupa kekerasan
psikis.
2. Kekerasan psikis akibat sistem Patriarki dalam keluarga
Kekerasan ini dialami Wadjda ketika ia melihat gambar pohon
nasab di ruang tamunya. Di dalam gambar tersebut terdapat nama laki-
laki dari keluarganya. Tidak ada satu pun nama perempuan di gambar
itu. Pergolakan hati Wadjda muncul ketika Ummu mengatakan pohon
56
https://thedissolve.com/features/interview/168-wadjda-director-haifaa-al-mansour/ diakses
pada Senin, 03 Agustus 2020 pukul 20.59 WIB
67
nasab itu hanya untuk laki-laki, tidak guntuk perempuan. Ia berfikir
mengapa hanya nama laki-laki saja? Bukankah ia juga merupakan anak
dari sang ayah juga? Pemberontakan Wadjda akan ketidakadilan ini ia
ungkapkan dengan adegan ia menulis namanya sendiri dan
menempelkannya di gambar tersebut. Anggapan anak laki-laki jauh lebih
berharga dibandingkan perempuan juga merupakan bentuk bias gender
subordinasi terhadap kaum perempuan. Anak perempuan yang dianggap
irrasional atau emosional, tidak bisa diandalkan, dan tidak mampu
memimpin menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting
baik dalam keluarga atau pun masyarakat.(1:04:06-1:04:16)
Gambar 4.20: Wadjda Melihat Gambar Pohon Nasab
68
Gambar 4.21: Wadjda Menempelkan Namanya
Gambar 4.22: Nama Wadjda yang Sengaja Ia Tempelkan
3. Marginalisasi terhadap kaum perempuan
Adanya sisitem patriarki dalam film ini juga menimbulkan
marginalisasi terhadap kaum perempuan. Mereka yang diceraikan akan
mendapatkan status rendah atau direndahkan terlebih perceraian terjadi
dengan alasan tidak mampu memberikan keturunan laki-laki.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian bias gender yang penulis lakukan terhadap Film
Wadjda karya Haifaa Al Mansour, maka menghasilkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Terdapat beberapa bentuk bias gender dalam Film Wadjda karya Haifaa Al
Mansour, di antaranya:
a. Pembatasan mobilitas terhadap kaum perempuan.
b. Subordinasi dan beban kerja terhadap kaum perempuan.
c. Pernikahan dan perceraian.
2. Penerapan kritik sastra feminis dalam Film Wadjda karya Haifaa Al
Mansour di antaranya adalah:
a. Adanya sistem patriarki yang menyebabkan tertindasnya tokoh
perempuan khususnya Ummu Wadjda dan Wadjda.
b. Adanya marginalisasi dan subordinasi yang diakibatkan dari sistem
patriarki.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap Film Wadjda
karya Haifaa Al Mansour semoga dapat berguna bagi masyarakat secara luas.
Kemudian saran untuk penulis-penulis yang akan meneliti Film Wadjda ini
alangkah baiknya untuk mencoba meneliti dengan sudut pandang dan teori lain
70
yang lebih menarik sehingga akan lebih beragam hasil penelitian dari Film
Wadjda ini.
71
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku:
Defina, “Feminisme dan Gender sebagai Teori Sastra,” dalam Tentang Sastra Orientas
Teori dan Pembelajarannya. Ed. Emzir,dkk., 191-197. Yogyakarta: Penerbit
Garudhawaca,2018.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori,
dan Aplikasi. Jakarta: CAPS.
Ed. Emzir,dkk. 2018. Tentang Sastra Orkrestasi Teori dan Pembelajarannya.
Yogyakarta: Penerbit Garudhawaca
Fakih, Mansour. 2013. Analisis Gender dan Trnsformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Husain, Al-Hakim Ali. 2005. Membela Perempuan Menakar Feminisme dengan Nalar
Agama. Jakarta: Al-Huda.
Mustafa, Hasan dkk.. 2007. Masyarakat Arab dan Budaya Islam. Bandung: Yayasan
P3I Husnul Chotimah.
Ratna, Nyoman Kutha. 2017. Teori, Metode, dan Teknik penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka pelajar
Suharto, Sugihastuti. 2016. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sujarwa. 2019. Model&Pradigma Teori Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wibowo, Fred. 2006. Teknik Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
72
2. Film:
Film Wadjda karya Haifaa Al Mansour 2012
3. Journal:
Jowett, 181, hlm 67 dalam Oni Sutanto, Representasi Feminisme dalam Film “SPY”,
Jurnal E-Komunikasi, (Surabaya: Universitas Kristen Petra)
Murniasih Gita, dkk. 2018. Proses Domestikasi Perempuan dalam Budaya Arab
(Analisis Framing Model Zhongdang Pan Dan Gerald M. Kosicki Dalam Film
Wadjda). Kediri: Jurnal Mediakita: Program Studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam STAIN Kediri. Vol. 2 No. 1 2018 | 1-15
Mualim Amir, dan Yusdani Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam, (UII Press,
Yogyakarta, 2001), h. 8. Dalam Agustina Nurhayati, Politik Hukum
(Legalisasi)Hukum Keluarga di Arabia, jurnal vol
Viet Tran. "The Wrong Turn: Saudi Arabian Women Banned from Driving." Prospect
Journal (2014) http://prospectjournal.org/2014/04/08/the-wrong-turn-
saudiarabian-women-banned-from-driving/. (diakses 25 Agustus 2018)
4. Karya Ilmiah tidak terbit
Kusuma Dewi Nina. 2010. Tinjauan Kritik Sastra Feminis dalam Novel “Mini Lan
Mintuno” karya Remy Sylado. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sylvania Nurjannah. 2016. Motivasi Intrinsik Tokoh-Tokoh Utama Dalam Film "
Wadjda " Karya Haifaa Al-Mansour. Skripsi. Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta http://lib.unj.ac.id/tugasakhir/index.php?p=show_detail&id=44617&keywords=
diakses Senin, 29 Juli 2020, 11.08 wib
73
Wibowo, 2006: 196 dikutip Dini Zelviana, “Representasi feminisme dalam film The
Huntsman:winter’s War”. Skripsi. Lampung, 2017.
5. Artikel Internet
A. E. Al Lily, “Online And Under Veil: Technology-Facilitated Communication And
Saudi Female Experience Within Academia,” Technology in Society 33
(2011), no. 1-2: 119-121
Ahmad Mukafi Niam, Memaknai Reformasi Soisal Arab Saudi, Sumber:
https://www.nu.or.id/post/read/81849/memaknai-reformasi-sosial-arab-saudi
diakses Rabu, 29 Juli 2020 09.10 WIB
Akhmad Muawal Hasan, Membaca Arah Revormasi Sosial Arab Saudi,
https://tirto.id/membaca-arah-reformasi-sosial-di-arab-saudi-czos diakses
Rabu, 29 Juli 2020 09.21 WIB
Damanhuri Zuhri, https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/fatwa/13/11/23/mwplcw-kenapa-muslimah-arab-saudi-dilarang-menyetir
diakses Rabu, 22 Juli 2020 pukul 11.08
H.C. Metz., Saudi Arabia: A Country Study, (Washington: GPO for the Library of
Congress 1992) http://countrystudies.us/saudi-arabia/ (diakses tanggal 18 Juni
2020, 10.46 WIB)
Hope Grigsby, “Women2Drive Movement Contemporary Saudi Consciousness on
Women’s Position in Society”, (January 2015) :
https://www.researchgate.net/publication/313030929 (diakses 25 Agustus
2018)
https://id.wikipedia.org/wiki/Wadjda diakses Jumat, 12 Juni 2020 08.48 WIB
74
https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/timur tengah/p7fs07382/era-
kebebasan-perempuan-arab-saudi diakses Minggu, 14 juni 2020, 11.12 wib
https://kbbi.web.id/perempuan diakses Selasa, 14 Juli 2020 pukul 09.12 WIB
https://thedissolve.com/features/interview/168-wadjda-director-haifaa-al-mansour/
diakses pada Senin, 03 Agustus 2020 pukul 20.59 WIB
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-feminisme/ diakses pada 25 Juni 2020,
14.16 wib
https://www.google.com/search?q=analisis+film+wadjda&oq=analisis+film+wadjda&aqs=chrome..69i57
j33.7376j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://www.kompasiana.com/yuliana95/58e745e2c223bdcf1ea98efc/gender-dipengaruhi-oleh-
kebudayaan; diakses Jum’at, 8 Mei 2020 pukul 19.15 WIB
Jamal Khashoggi, “Saudi Arabia’s Women Can Finally Drive. But The Crown Prince
Needs To Do Much More”, The Washington Post, 25 Juni 2018
Jehan Almahmoud, “Framing On Twitter: How Saudi Arabians Intertextually Frame
The Women2drive Campaign” (Tesis, Georgetown University: 2015)
Jerichow Anders, Saudi Arabia: Outside Global Law and Order : A Discussion Paper.
(Surrey, England: Curzon, 1997)
Maulida, Rachmawati Fitri. 2018. Analisis Wacana tentang Diskriminasi Gender dalam
Fim Wadjda, Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Maurice Odine, “Arab Women Use Media to Address Inequality,” Routledge 19 (April
2015), no. 2: 168
McLuhan M & Quentin Fiore, The Medium is The Massage (New York: Bantam
Books, 1967),
75
Nugraha Dipa, 2015, Zoetmulder (dalam Pudjiastuti, 2009: 5) dalam Perempuan,
Wanita, atau Betina?
https://www.researchgate.net/publication/275034845_Perempuan_Wanita_atau
_Betina/link/553023580cf27acb0de85478/download diakses Selasa, 14 Juli
2020 pukul 09.25
Risa Agustin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ( Surabaya: Serba Jaya, 2011)
Syarifuddin Yunus, Jurnalistik Terapan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010)
76
Lampiran I
Poster Film Wadjda
77
Lampiran II
Transkrip Percakapan
1. Pembatasan Mobilitas
a. Adegan di mana Wadjda yang menginginkan sepeda namun tidak ditanggapi
dengan baik oleh Ummu (13:49-14:14)
يا الله! ثلا ث ساعة أت رك أسيردومك كيف تبحنل اسورأخر دني
44:31:00بالسيارة في سيارة بدون مكيف! ة! ثلاث ساعاللهيا
00:13:53 هذه الرحلة إلى نهاية العالم تقتلني
Ya Allah, sudah tiga jam kita berada di dalam mobil yang tidak ber
AC, perjalanan tadi membuatku ingin mati
محبا نظر, أسرف رس؟ أزن بيسكل مع عبد الله
اريد دراجة يركبها مع -لا أحب هذا الوجه. ماذا تفعل؟ -، 00:13:57-00:14:03
عبدالله
Ibu tidak suka tatapanmu, apa yang kamu inginkan? Aku ingin
sepeda agar bisa beradu balap dengan Abdullah
بيسكل هل سبق لك أن رأيت امرأة تقود
هل رأيت فتاة على دراجة من قبل؟ أفضل 00:14:03-00:14:07
ونلل
Pernahkah kamu melihat perempuan bersepeda?
ود إلى المنزل وتقول ، ثم أع ,أمهات أفضل يبيعن الفاكهة أمام المستشفى بدلا من المشي
بيسكلأريد
، 44:30:32 - 44:30:40بيع الفاكهة في المستشفى على تحمل هذه الرحلة مرة أخرى.
وعندما أعود ، أسمع "أريد دراجة -
78
Mending ibu berjualan buah di depan Rumah sakit daripada pulang
lalu kamu mengatakan “aku ingin sepeda”
b. Ummu/Ibu Wadjda bertengkar melalui telfon dengan sopirnya yang berniat
untuk berhenti dari pekerjaannya (37:37-37:59)
اول اول انا في مشوار ولا ما تروح عندي شغل راتب هذه ما تستحي ليش انا بكره ان "
"شاء الله احسن منك
إقبال -كيف لي أن أعرف؟ - 00:37:37 !
00:37:37- 00:37:44 ك كل شهر ، سواء كنت تقودني أم لنحن ندفع ل
Kamu akan mendapatkan gaji walau mengantarkanku atau tidak
00:37:45-00:37:50 لماذا تتحدث معي هكذا؟ ألا تشعر بالخجل؟
Mengapa bicara seperti ini kepadaku? Tidakkah kau malu?
44:13:04-44:13:00؟ قد أنك السائق الوحيد هناكيف ذلك؟ هل تعت
Mengapa? Kau pikir hanya kau yang bisa menyetir?
44:13:00-44:13:00 سأحضر سائقا آخر غدا
Besok aku akan mencari supir yang lebih baik
c. Ummu terpaksa harus meminta izin darurat untuk tidak berangkat ke sekolah
dan tidak bisa ke mana-mana karena supirnya yang mengundurkan diri dari
pekerjaannya. (39:09-39:32)
بس المواصلات صعب اليوم بالنسبه لي ان شاء الله اكيد اخذ من وبتغيري ماقصرتي "
"مشكوره مع السلامه
00:39:09 - 00:39:14 " لمواصلات اليوم. هل يمكنني أخذ إجازة؟لا يمكنني ترتيب ا "
79
Aku tidak bisa mengatuur perjalanan, anggap saja ini sesuatu yang
darurat
لا يزال لدي بعض الإجازة القادمة إلي 00:39:17 -00:39:14
Aku kehilangan supirku
00:39:18 - 00:39:24 بالتأكيد. الشهر المقبل يمكنني الاستعانة بآخرين
Kalau perlu kubuka sekolah sebulan penuh
d. Wadjda yang masih terus merayu Ummu untuk membelikan sepeda. (54:45-
55:07)
. لقد طلبت المال لشراء واحدةبيسكليت على شاشة التلفزيون امرأة تررأ
فتيات يركبن دراجات على التلفاز. لماذا لا تعطيني المال رأيت 00:54:45 - 00:54:41
لشراء دراجة؟
Aku melihat di TV ada perempuan yang menaiki sepeda, aku minta
uang untuk membeli satu.
أعرف أن أمي لديها مال أراه في الدرج
أعلم أن لديك المال. رأيته في الدرج 00:54:49 - 00:54:45
Aku tau ibu mempunyai uang, di laci
ميجز تركب بيسكل, ودوت بيسكل مزينة جبير إيه
الفتيات لا يركبن الدراجات. لن تتمكن من إنجاب الأطفال إذا 00:54:56 - 00:54:49
ركبت
Kamu tidak akan bisa mempunyai keturunan kalau bersepeda
ما ذ عمي مبيسكل مذا طفل إيه
أنت لا تركب الدراجة ومع ذلك لا يمكنك إنجاب أبناء 00:55:01 - 00:54:56
Ibu tidak bersepeda, namun mengapa ibu tidak mempunyai anak?
80
سكلل إمم أن أجلل سدع, طرب سلم
كيف يمكنك قول ذلك؟ كدت أموت عندما كنت أملك 00:55:07 - 00:55:02
Bisa-bisanya mengatakan seperti itu? Membuatku tambah pusing saja
e. Adegan Wadjda yang ketahuan menaiki sepeda di loteng bersama Abdullah
oleh Ummu sehingga Wadjda kaget dan terjatuh mengeluarkan darah.
(1:01:41-1:01:48)
أدم دم, من أي اتول دم؟ اتول تحتم
ذيت؟أين تأ -أنا أنزف. - 01:01:40 - 01:01:35
Aku berdarah, darah dari mana? Datang bulan?
دور بوزي
أنا أنزف من الركبة 01:01:45 - 01:01:41
Dari dengkulku
اتمربيسكل مسحلة
كم مرة يجب أن أقول إن الدراجات ليست للفتيات 01:01:48 - 01:01:45
Dengkulmu? Sepeda berbahaya bagi perempuan
f. Pembatasan yang dilakukan oleh Miss Hussa (kepala sekolah) ketika Wadjda
memenangkan perlombaan hafalan Al-Qur’an. (1:22:57-1:23:36)
المحل اللي جنبنا محل جنب بيتنا بس من دون كفرات اللي ورا اني اعرف اسوق يعني مو
بات المؤمنات اللي يخافون من المبلغ الجائزه مثلا اخواننا في فلسطين البنات البنات المؤد
على روحوا على شرف خلاص احنا اللي برع بالجائزه تحت اسمك وبعون الله انا لين
الدوام
ولماذا تنوي استخدام أموال الجائزة؟ 01:22:57 - 01:22:52
81
Apa rencanamu dengan hadiah uang ini?
أريد شراء دراجة من المتجر أسفل الشارع 01:23:02- 01:22:57
Aku mau beli sepeda di ujung jalan
ماذا قلت؟ 01:23:04 - 01:23:02
Apa?
أريد شراء دراجة ، لكن بدون عجلات تدريب لأنني أستطيع 01:23:04-01:23:12
ركوب الدراجة
Akan ku belikan sepeda, tanpa roda bantu karena aku sudah bisa
mengendarainya
يكون الأفضل التبرع بالمال لإخواننا في فلسطين؟ ألن 01:23:30 -01:23:23
Bukankah lebih baik kita sumbangkan ke saudara kita di Palestina?
الدراجة ليست للبنات 01:23:36 -01:23:33
Kau tahu? Sepeda tidak cocok untuk perempuan
2. Pernikahan dan Perceraian
a. Pernikahan
Pada film Wadjda realitas pernikahan dini digambarkan pada kisah Salma,
teman Wadjda yang dinikahkan orangtuanya. Ia dinikahkan dengan seorang
laki-laki berusia 20 tahun (1:05:16-1:05:48)
أعطني الصور 01:05:16
Berikan fotonya
"قلت "أعطها هنا 01:05:19 -01:05:17
Sini berikan padaku
توقف. ما الذي يحدث هنا؟ 01:05:23 -01:05:19
82
Ada apa?
تهانينا. هل لي أن -سلمى لديها صور زفافها. - 01:05:30 -01:05:23
أراهم؟
Salama baru saja menikah dan membawa foto pernikahannya
هل هذه من زفافك؟ 01:05:35- 01:05:32
Selamat, bisa aku melihatnya?
هل هذا زوجك؟ 01:05:41 -01:05:39
Ini suamimu?
عشرون -كم عمره؟ - 01:05:45 -01:05:42
Berapa usianya? 20 tahun
الهدوء ، الفتيات. لا تضحك 01:05:48 -01:05:45
Dilarang membawa foto di seklah
b. Perceraian
Perceraian Ummu dan Suaminya (29:49-30:32)
هل يجب علي الدفع؟ ألا يمكنك أن تدفع لنفسك 00:29:54 -00:29:49
لمرة واحدة؟
Itu dibayar juga? Mengapa tidak sekalian membayarnya?
لقد دفعت بالفعل مقابل سائقك. أموالك في 00:29:58- 54 :29 :00
المدخرات
Aku membayar supirmu, semua uang ada di dalam tabunganmu
00:29:59- 00:30:04 كيف ستدفع مهر العروس الجديد؟ نوع من
العريس أنت
Bagaimana maskawinnya?
83
هل تعتقد أنني أتوق إلى إعالة أسرتين؟00:30:09 - 00:30:04
Kau pikir aku akan menikahi dua keluarga?
00:30:09- 00:30:13 أعطني ابنا وسيكون كل شيء على ما يرام مرة
أخرى
Aku mau anak laki-laki maka semua akan baik-baik saja
لكن كلانا يعلم أن هذا لن يحدث00:30:13-00:30:18
Tapi kita tahu, itu tidak akan terjadi
00:30:18- 00:30:24 انس الأمر ، لكن لا تعتمد علي الأسبوع المقبل
Lupakan! Jangan harap aku akan datang minggu depan
00:30:25- 00:30:32 لا تعد! اذهب إلى المنزل مع والدتك واستمر في
البحث عن عروس
Jangan kembali! Pulanglah ke rumah ibumu dan bicarakan
mengenai perempuan itu
84
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ulin Nida
Tempat Tanggal Lahir: Magelang, 4 Juni 1997
Alamat : Tegalrandu, RT 03/RW 01, Grabag, Kec.
Grabag, Kab. Magelang
Tinggi/Berat Badan : 155 cm/54 kg
Jenis Kelamin : Perempuan
Ayah : Zaenal Arifin
Ibu : Yuni Susilowati
E-mail : [email protected]
Pendidikan :
1. RA Perwanida Grabag
2. SDN 4 Grabag
3. MTsN Grabag
4. SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo
5. IAIN Salatiga
Pengalaman Organisasi:
1. OSIS MTsN Grabag 2011-2012
2. Sekretaris HMJ BSA IAIN Salatiga 2017-2018
3. Pengurus DEMA FUADAH IAIN Salatiga 2018-2019
4. Pengurus DEMA IAIN Salatiga 2019-2020
5. PMII Rayon Sutawijaya
6. Pengurus Rayon Sutawijaya 2018-2019
7. Pengurus ORDA FKWAMA (Forum Komunikasi Mahasiswa Magelang) 2018-
2019
8. Pengurus ASWA Salatiga 2016-2017, 2017-2018