26

Click here to load reader

apendiksistis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: apendiksistis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendiksitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering

terjadi, kejadian yang paling tinggi ditemukan pada usia decade kedua dan ketiga.

Apendiksitis didapatkan 1,3-1,6 kali lebih sering pada laki-laki daripada

wanita(S.A Abdurachman, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II hal 177).

Penyebab paling umum apemdiksitis adalah implamasi akut pada kuadran

bawah kanan rongga abdomen kira-kira 7 % dari populasi akan mengalami

apendiksitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka meskipun ini dapat

terjadi pada usia berapapun apendiksitis paling sering terjadi pada usia 1n dan 30

tahun.

Apendik memerlukan atervensi bedah karena terjadi secara progresif dan

dapat menyebabkan obstruksi pengangkatan apendik yang meradang bertujuan

untuk menghindari terjadinga komplikasi diataranya perforasi, peritonitis, abses

apendiks, tromboflebitis dan abses subfrenikus.

Dengan diagnosis yang akut serta pembedahan, tingkat mortalitas dan

morbilitas penyakit ini sangat kecil. Asuhan keperawatan pada pasien apendiksitis

pre dan post operasi dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosio dan spiritual

pasien. Criteria yang ingin dicapai dalam suhan keperawatan dengan pre operasi

adalah kemampuan mengenali penyakitnya sedangkan pada pasien post operasi

asuhan keperawatannya adalah meningkatkan pengetahuan pasien mengenai tanda

gejala serta perawatan terhadap penyakitnya.

1

Page 2: apendiksistis

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan terdiri dari:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apa itu penyakit apendik, apa penyebabnya, apa

dampaknya serta apa komplikasinya dan mengatahui upaya

pencegahannya..

2. Tujuan Khusus

Untuk mahasiswa S-I keparawatan UPN Veteran jakarta pada khususnya,

agar dapat menentukan atau memmbuat atau memberikan asuhan

keperawatan yang tepat, diantaranya :

Melakukan pengkajian data melalui wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik serta status pasien

Menentukan kriteria hasil

Menentukan diagnosa keperawatan

Menentukan rencana keperawatan

Melaksanakan tindakan yang akan diberikan

Mengevakulasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

C. Ruang Lingkup

Dalam makalah ini penulis membahas tentang definisi, triad epidemiologi, perode

phatogenesis, distribusi, frekwensi dan determinan penyakit, upaya

pencegahannya serta upaya penanggulangannya

D. Metode Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu

dengan mencari literature-literatur yang berhubungan dengan masalah dalam

makalah ini. Sehingga penulis mendapatkan gambaran secara sistematis.

2

Page 3: apendiksistis

E. Sistematika Penulisan

Dalam makalah ini terduri atas 4 BAB meliputi:

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Ruang Lingkup

D. Metoda Penulisan

E. Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Kasus

B. Triad Epidemiologi

C. Periode Pathogenesis

BAB III : PEMBAHASAN

A. Distribusi, Frekuensi dan Determinan Penyakit

B. Analisa terhadap hubungan faktor – faktor dengan kejadian penyakit

C. Upaya Pencegahan

D. Upaya penanggulangan

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

3

Page 4: apendiksistis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi kasus

Apendiks vermifarmis merupakan sisa opeks sektum yang belum diketahui

fungsinya pada manusia. Struktur ini berupa tabung yang panjang, sempit (sekitar 6-9

cm) dan mengadung arteria apendikularis yang merupakan suatu ateria terminal (end-

artery), pada posisi yan lazim apendiks terletak pada dinding abdomen titik McBurney.

Titik McBurney dicari dengan menarik garis dari spina iliaka superior kanan ke

umbilicus. Titik tengah garis ini merupakan tempat pangkal apendiks.

Apendiksitis adalah peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan dinding

organ tersebut (Sylvia A. Price, Patofisiologi jilid 1), Apendiks disebut juga tonsil

abdomen karena banyak ditemukan jaringan limfoid sejak intra uterin akhir kehamilan

dan mencapai puncaknya kira-kira 15 tahun yang kemudian mengalami atrofi serta

praktis menghilang pada usia 60 tahun.

Apendiks adalah imflamasi apendiks vermifarmis yang disebabkan oleh obstruksi

akibat infeksi, struktur, masa fektal, benda asing atau tumor. Apendiksitis ini bermula

dari apendiks yang berisi makanan secara perlahan lahan mengosongkan diri secara

teratur kedalam sekum, karena pengosongan yang tidak efektip dan lumennya kecil maka

apendiks cenderung menjadi tersumbat dan sangat rentan terjadi infeksi.

Table

USIA PANJANG CIRI-CIRI

Neonatus 4,5 cm Bentuk kerucut menonjol dari apeks sekum

anak-anak - batas apendiks dari sektum semakin jelas dan bergeser

kearah dorsal kiri

Dewasa 9-10cm Terletak posteramedial sekum kira-kira 3 cm inferior dari

valvula ileosekalis

4

Page 5: apendiksistis

B. Triad epidemiologi

Triad epidemiologi (segitiga epidemiologi) terdiri dari host (penjamu), agent

(penyebaran penyakit) serta environment (lingkungan)

Host

Agent Environment

Menurut Jonh Gordon konsep terjadinya penyakit :

1. Penyakit timbul karena terjadi ketidakseimbangan antra agent penyakit

dengan manusia

2. Keadaan keseimbangan tergantung dari sifat dan karakteristik dari agent dan

pejamu secara individual maupun kelompok.

3. Karakteristik agent tergantung pejamu dan lingkungan dan lingkungan social,

fisik dan ekonomi serta lingkungan, biologis.

Ketidakseimbngan itu dapat digambarkan seperti :

1. kemampuan agent yang bertambah untuk menginfeksikan, sehingga

menimbulkan penyakit

H

A A E A

5

Page 6: apendiksistis

2. perubahan lingkungan yang menyebabkan kerentanan host

A A

A

E H

Adapun triad epidemiologi dari kasus apendiksitis adalah :

a. Agent

1. Biologis

Bakteri, cacing, parasit, virus

Hampir dari 4 % dari kasus apendiks disebabkan oleh bakteri,

cacing dan parasit

2. Nutrisi

Fekalit ( serat)

35% penderita apendiks disebabkan oleh kurang makan – makanan

berserat

b. Host

1. usia

Antara 10 dan 30 tahun => bertambahnya usia jaringan limfoid

semakin berkurang

2. Jenis kelamin

Pria lebih sering daripada wanita

3. Ras

Padang dan Bali => pola kebiasaan makan suatu daerah sangat

berpengaruh terhadap terjadinnya apendiks karena minimnya

konsumsi makanan yang kurang berserat atau lebih banyak

pemenuhan konsumsi daging

6

Page 7: apendiksistis

4. Cara hidup

Gemar makan makanan yang pedas seperti rujak, bakso dan lain-

lain . 4 % penderita apendiks diduga disebabkan oleh makanan

pedas karena biji cabai yang tidak dihaluskan masih berupa butiran

– butiran dapat masuk ke apendik sehingga menimbulkan radang

5. Nutrisi

Kurangnya makan berserat

6. Imunisasi

Pembengkakan jaringan limfoid

Penyebab terbesar terjadinya apendiks adalah pembesaran jaringan

limfa submukosa karena apendiks diduga mempunyai fungsi

imunologi.

7. Penyakit terdahulu

Ulserasi, keganasan

Terjadinya ulserasi oleh kuman diusus halus yang disebabkan oleh

kuman atau bakteri kemudian bakteri atau kuman tersebut beralih

ke bagian apendiks yang nantinya dapat menimbulkan radang dan

terjadinya apendiksitis.keganasan juga merupakan penyebab

terjadinya apendiksitis karena sel dari carcinoma ini bila telah

ganas dapat menyebar keorganyang lain termasuk apendiks bias

kemungkinan terserang tapi presentasenya sekitar 1 %

c. Environment

Lingkungan

Yang memungkinkan terjadinya apendiksitis ini adalah adanya

fekalik (masa keras dari feses), tumor atau benda asing yang berada

disekitar apendiks atau usus alus.

Ekimonoi

Ekonomi penduduk yang rendah ataum kurang mampu sangat

memungkinkan terjadinya apendiks karena untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari hari saja mereka sangat sulit bahkan sampai tidak makan

7

Page 8: apendiksistis

apalagi untuk memenuhi makanan yang tinggi kandungan gizinya serta

yang berserat yang menurunkan insiden terjadinya ulserasi atau konstipasi

Social

Tingginya tingkat urbanisasi di Indonesia menyebabkan semakin

sempitnya lahan kosong yang biasanya digunakan untuk lading atau

kebun, hal ini terutama terjadi di Jakarta hamper semua tanah sudah

dipenuhi timbunan beton. Semakin sempitnya lahan dikota kota besar

semakin maraknya muncul bencana atau pun penyakit. Seharusnya lahan

yang kosong bias ditanami padi ataupun sayur – sayuran yang sangat

dibutuhkan tubuh malah dialih fungsikan sehingga timbulah penyakit

apendiksitis serta penyakit yang lainya.

Pengtahuan

Tingkat pengetahuan seseorang sangat menentukan pandangan atau

pengetian terhadap kesehatan itu sendiri.

Apabila ada perubahan salah satu factor , akan terjadi perubahan keseimbangan

diantara mereka maka akhinya timbullah penyakit.

8

Page 9: apendiksistis

C. Periode Phatogenesis

9

Fekalit, benda asing, bakteri, batu, tumor, cacing atau parasit, virus.

Hiperplasia jaringan limfoid

Fibrosit atau neoplasma

Obstruksi di lumen apendiks mukosa

Sekresi muskus yang terus menerus

Tekanan intraluminal meningkat ( > 85 cm H2O

Hipoksia (menurunnya O2) Adanya perangsangan saraf viseral

Penurunan aliran vena

IskemiaNyeri timbul pd mid abdomen atau epigastrium bawah

Terjadi trombosit ulserasi, invasi dan multiplikasi bakteri pd dinding apendiks

Terlokalisasi dikuadran kana bawah abdomen

Gangrene perforasi usus

Terimplamasi oleh pus

Page 10: apendiksistis

Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiksitis oleh

hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat

peradangan sebelumnya atau neoplasma serta factor utama penyebabnya asalah abstruksi

lumen yang diikuti dengan infeksi oleh bakteri. Walaupun obstruksi ditemukan pada 30-

40% kasus, beberapa penelitian akhir – akihir ini menunjukkan bahwa pada kebanyakan

kasus diketahui didahului dengan ulserasi yang penyebabnya tidak diketahui tetapi

diperkirakan akibat virus.

Obstruksi biasanya disebabkan oleh fekalit massa fekal padat. Fekalit sering

terjadi pada masyarakat dengan konsumsi diet yang rendah serat, sehingga hal ini

menerangkan mengapa apendiksitis lebih sering ditemukan dinegara Negara barat.

Penyebabnya obstruksi yang lebih sering jarang adalah batu, tumor cacing atau parasit

lain, infeksi virus atau benda asing yang mengakibatkan pembekakan jaringan limfoid

sekresi mucus yang terus menerus menyebabkan apendiks teregang sehingga bila tekanan

intraluminal melebihi tekanan vena (lebih dari sama 85 cm H2O), apendiks mengalami

hipoksia, terjadi ulserasi dan terjadi invasi multiplikasi bakteri pada dinding apendiks.

Hal ini menimbulkan reflek mual dan muntah bahkan rasa nyeri yang semakin

hebat(apendiks akut)

Infeksi yang terjadi akan menambah pembengkakan dan istemia akibat trombosit

vena intramural. Seringkali gangrene dan perforasi terjadi dalam 24-36 jam. Bila proses

ini lombat, organ – organ sekitar seperti ileum terminal, sekum dan amentum akan

membentuk diding mengitari apendiks sehingga berbentuk abses yang terlokalisasi

10

Page 11: apendiksistis

BAB III

PEMBAHSAN

A. Distribusi, Frekuensi dan Determinan Penyakit

Data : kasus apendiksitis di Rumah Sakit kepolisian pusat raden salid sukanto jakarta

Tahun Jenis kelamin Meninggal jumlah

Laki –laki Perempuan

2002 114 131 Tidak ada 245

2003 197 123 Tidak ada 320

2004(januari-juli) 19 11 5 35

Jenis kelamin

Insiden apendiks pada laki – laki dan perempuan umumnya sebanding insiden

pada laki –laki lebih tinggi daripada perempuan

Umur

Apendiksitis dapat ditemukan pada semua umur

Anak – anak kurang dari 1 tahun jarang dilaporkan, mungkin karena tidak

ditemukan

Umur 20-30 tahun merupakan insiden apendiksitis tertinggi yang ditemukan

Batas usia 30 tahun kejadian apendiksitis sedikit menurun ditemukan

B. Analisa terhadap hubungan faktor – faktor dengan kejadian penyakit

Dari data tabel diatas dapat dianalisa kasus apendiksitis pada tahun 2003

ditemukan banyak pada perempuan sebanyak 131 penderita, pada laki laki

sebanyak 114 penderta serta tidak ada yang meninggal

Pada tahun 2003 ditemukan banyak pada laki laki sebanyak 197 penderita, pada

perempuan sebanyak 123 penderita, seta tidak ditemukan ada yang meninggal,

pada tahun ini kasus apendiksitis meningkat sedangkan

11

Page 12: apendiksistis

Pada tahun 2004(januari-juli) kasus apendiksitis terjadi sedikit peurunan yaitu laki

laki sebanyak 19 penderita sedangkan pada wanita sebanyak 11 penderita, serta

ada yang meninggal sebanyak 5 orang

Analisa terhadap hubungan faktor – faktor kejadian penyakit

a. Jenis kelamin

Seperti pada penelitian di amerika apendiksitis dijumpai 1,3-1,6 lebih

sering lelaki daripada wanita

b. Umur

Pada anak kurang dari 1 tahun jarang dilaporkan, mungkin karena tidak

diduga atau letak anatominya apendiks merupakan organ yang berbentuk

tabun, panjang kira-kira 10 cm dan berpangkal di secum lumennya, sempit

sebagian proximal dan melebar dibagian distal. Namun demikian, pada

bayi apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit

kearah ujungnya, keadaan inilah yang mungkin menjadi penyebab

rendahnya apendiksitis pada usia tersebut(kurang dari 1 tahun)

Insiden apendiksitis akut dinegara maju lebih tinggi daripada dinegara

berkembang namum, dalam tiga-empat dasawarsaterakhir menurun secara

bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan

makanan berserat dalam menu sehari – hari

Insidens apendiksitis tinggi pada orang yang berusia 20-30 tahun

dipengaruhi oleh perankebiasaan makanan – makanan yang rendah serat

dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendiksitis. Konstipasi akan

menaikan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan

fungsional apendiks dan meningkatkan petumbuhan kuman flora colon

biasa. Semuanya ini akan memp[ermudah timbulnya apendiksitis akut

C. Upaya Pencegahan

Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung serat

Makanan yang mengandung biji, usahakan bijinya jangan ditelan

Seperti : biji cabe , biji jambu

12

Page 13: apendiksistis

D. Upaya Penanggulangan

a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan terputusnya kontuiniti jaringan

Tujuan : nyeri berkurang, rasa nyaman terpenuhi

kriteria hasil : pasien menyatakan rasa nyeri berkurang, ekspresi wajah cerah,

klien tampak tenang dan dapat beristirahat.

Rencana tindakan :

1. kaji rasa nyeri, perhatikan lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri tersebut

beratnya(skala 0-10)

Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan

penyembuhan, perubahan.

2. istirahatkan pasien dalam posisi semi fowler atau miring kearah yang sakit.

Rasional : menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan

posisi terlentang.

3. ajarkan teknik relaksasi misal : tarik nafas panjang untuk mengurangi rasa

nyeri

Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh : merangsang

peristaltik dan kelancaran flatus.

4. beri motivasi pasien untuk ambulasi kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian obat analgesic

Rasional : menghilangkan nyeri menpermudah kerjasama dengan

intervensi terapi lain , contoh : ambulasi, batuk.

b. Cemas berhubungan dengan tindakan operasi

Tujuan ; cemas berkurang

Kriteria hasil : pasien mengatakan cemas berkurang

1. Observasi tanda vital

Rasional : mengetahui keadaan umum dari perkembangan selanjutnya

2. Kaji tingkat cemas pasien

Rasional : mengurangi ansietas

3. Lakungan penkes tentang tindakan operasi

Rasional : memperluas pengetahuan klien dan mengurangi cemas

13

Page 14: apendiksistis

c. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang atau output yang berlebihan.

Tujuan : keseimbangan cairan dalam tubuh terpenuhi setelah dilakukan tindakan

keperawatan

Kriteria Hasil : tidak terdapat tanda tanda dehidrasi, mukosa membrane lembab,

tugor kulit, ttv batas normal dan pengeluaran urine adequate.

Rencana Tindakan :

1. Observasi tanda tanda vital

Rasional : mengetahui keadaan umum dan perkembangan selanjutnya.

2. Kaji kelembaban mukosa membrane dan tugor kulit

Rasional : keadekutan periper dan hidrasi seluler.

3. lakukan perawatan mulut dan bibir

Rasional : dehidrasi menyebabkan bibir dan mulut kering dan pecah pecah

4. Beri minum sedikit sedikit bila intake peroral sudah diperbolehkan

Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi

5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan dan elektrolit (infus)

Rasional : mencegah mengakibatkan hipovolemi, dehidrasi dan dapat

terjadi ketidakseimbangan elektrolit.

d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang kurang

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : nutrisi seimbang, berat badan seimbang, pasien tidak lemas, klien

tidak tampak pucat dan anemis

Rencana Tindakan :

1. Kaji status nutrisi

Rasional : mencegah penurunan absorbsi air dan diare

2. Berikan diet psien sesuai dengan kemajuan bila telah diperbolehkan

Rasional : mencegah pengosongan lambung

3. Anjurkan pasien untuk menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang

diberikan.

Rasional : mencegah pengosongan lambung

14

Page 15: apendiksistis

4. Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai pasien

Rasional : menambah selera makan

5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam hal menyediakan makanan

Rasional : menurunkan resiko iritasi gaster

e. Ketidakseimbangan pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan

dengan keadaan tubuh yang lemas akibat pengaruh pembedahan

Tujuan : pasien dapat memenuhi kebutuhan sehari hari secara bertahap

Kreteria hasil : kebutuhan nutrisi dan eliminasi terpenuhi, kebutuhan tubuh

terpelihara, tempat tidur rapid an bersih

Rencan tindakan :

1. Kaji tingkat ketidakmampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari hari

Rasional : mencegah kekakuan otot otot

2. Bantu keluarga dalam melakukan aktivitas

Rasional : mempermudah pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari hari

3. Libatkan keluarga dalam melakukan aktivitas

Rasional : untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari

4. Jaga agar tempat tidur dan lingkungan pasien tetap dalam keadaan rapi dan

bersih

Rasional : mencegah terjadinya dekubitus

5. Anjurkan dan latih pasien supaya memenuhi kebutuhan sendiri selama 24 jam

sesuai dengan kemampuannya

Rasional : mencegah kekakuan otot – otot

f. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhungan dengan adanya pengaruh luka operasi

dampak pemasangan infuse

Tujuan : tidak terjadi infeksi pada darah luka operasi dan pemasngan infus

Kreteria hasil : tanda – tanda vital dalam batas normal, tidak terdapat tanda tanda

infeksi seperti kemerahan, panas, bengkak dan nyeri.

Rencana tindakan :

1. Observasi tanda tanda vital

Rasional : mengetahui perkembangan selanjutnya

2. Lakukan perawatan luka dan perawatan infus secara aseptic dan anti septik

15

Page 16: apendiksistis

Rasional : mencegah masuknya mikro organisme

3. Observasi tanda tanda infeksi pada daerah sekitar luka operasi dan daerah

pemasangan infus

Rasional : pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah

adasebelumnya.

4. Berikan obat antibiotic sesuai program

Rasional :mencegah terjadinya infeksi

g. Potensial terjadinya perdarahan dengan pengaruh tindakan pembedahan.

Tujuan : tidak terjadi perdarahan setalah operasi 24 jam perawatan

Criteria hasil : tanda tanda vital dalam batas normal, tidak ada nyeri tekan, klien

tidak anemis.

Rencana tindakan

1. Observasi tanda tanda vital

Rasional : mengetahui perkembangan selanjutnya

2. Obsevasi pada abdomen apakan terdapat nyeri tekan, abdomen kaku dan

tegang

Rasional : mempermudah memberikan intervensi keperawatan.

3. Amati pasien apakah terdapat pucat, dingin pada ujung ujung akral, ekremitas,

konjunctiva, tidak anemis

Rasional : mempercepat memberikan terapi cairan infus

4. Kolaborasi dengan tim medis bila terdapat tanda-tanda tersebut diatas.

Rasional : mempercepat memberikan tindakan keperawatan

h. Kurang pengetahuan pasien mengenai tindakan perawatan luka di rumah

berhubungan dengan kurangnya informasi atau salah pengertian terhadap luka di

rumah.

Tujuan : pasien mengerti tentang perawatan luka operasi dirumah yang baik dan

benar

Kriteria hasil : pasien dapat mengungkapkan secara verbal mengenai perawatan

luka yang baik dan benar, tanda dan gejala komplikasi tidak terjadi.

Rencana tindakan ;

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai perawatan luka

16

Page 17: apendiksistis

Rasional : mengetahui pengetahuan klien

2. Beri penjelasan pada pasien tentang perawatan luka termasuk ganti balutan

dan pembatasan waktu mandi

Rasional : menambah pengetahuan klien dan mempercepat penyembuhan

luka operasi

3. Beri penjelasan pada pasien tentang pembatasan aktivitas sampai nyeri hilang

dan ajurkan pasien untuk dating control kembali untuk angka jahitan sesuai

waktu yang ditentukan

Rasional ; mempercepat penyembuhan

17

Page 18: apendiksistis

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap bagian dari saluran gastrointestinal rentan terhadap implamasi akut

yang disebabkan oleh infeksi akibat bakteri, virus atau jamur, salah satunya adalah

apendiksitis, apendiksitis ini merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering

terjadi. Walaupun apendikditis dapat terjadi pada setiap usia namun paling sering

terjadi pada remaja dan dewasa muda.

Apendiksitis disebabkan oleh banyak factor yaitu fekalit, hipoksia folikel,

limfoid, benda asing serta tumor. Dari sekian penyebab apendiksitis yang sering

terjadi adalah karena adanya masa fekalit terutama di Negara – Negara maju.

3.2 Saran

Pentingnya konsumsi makana yang tinggi serat bagi semua orang untuk

memperlancar proses gastrointestinal serta yang terpenting mencegah terjanya

apendiksitis

18