Click here to load reader
Upload
rizal-ahmad
View
153
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendiksitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering
terjadi, kejadian yang paling tinggi ditemukan pada usia decade kedua dan ketiga.
Apendiksitis didapatkan 1,3-1,6 kali lebih sering pada laki-laki daripada
wanita(S.A Abdurachman, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II hal 177).
Penyebab paling umum apemdiksitis adalah implamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen kira-kira 7 % dari populasi akan mengalami
apendiksitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka meskipun ini dapat
terjadi pada usia berapapun apendiksitis paling sering terjadi pada usia 1n dan 30
tahun.
Apendik memerlukan atervensi bedah karena terjadi secara progresif dan
dapat menyebabkan obstruksi pengangkatan apendik yang meradang bertujuan
untuk menghindari terjadinga komplikasi diataranya perforasi, peritonitis, abses
apendiks, tromboflebitis dan abses subfrenikus.
Dengan diagnosis yang akut serta pembedahan, tingkat mortalitas dan
morbilitas penyakit ini sangat kecil. Asuhan keperawatan pada pasien apendiksitis
pre dan post operasi dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosio dan spiritual
pasien. Criteria yang ingin dicapai dalam suhan keperawatan dengan pre operasi
adalah kemampuan mengenali penyakitnya sedangkan pada pasien post operasi
asuhan keperawatannya adalah meningkatkan pengetahuan pasien mengenai tanda
gejala serta perawatan terhadap penyakitnya.
1
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan terdiri dari:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa itu penyakit apendik, apa penyebabnya, apa
dampaknya serta apa komplikasinya dan mengatahui upaya
pencegahannya..
2. Tujuan Khusus
Untuk mahasiswa S-I keparawatan UPN Veteran jakarta pada khususnya,
agar dapat menentukan atau memmbuat atau memberikan asuhan
keperawatan yang tepat, diantaranya :
Melakukan pengkajian data melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik serta status pasien
Menentukan kriteria hasil
Menentukan diagnosa keperawatan
Menentukan rencana keperawatan
Melaksanakan tindakan yang akan diberikan
Mengevakulasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
C. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini penulis membahas tentang definisi, triad epidemiologi, perode
phatogenesis, distribusi, frekwensi dan determinan penyakit, upaya
pencegahannya serta upaya penanggulangannya
D. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu
dengan mencari literature-literatur yang berhubungan dengan masalah dalam
makalah ini. Sehingga penulis mendapatkan gambaran secara sistematis.
2
E. Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini terduri atas 4 BAB meliputi:
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Ruang Lingkup
D. Metoda Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Kasus
B. Triad Epidemiologi
C. Periode Pathogenesis
BAB III : PEMBAHASAN
A. Distribusi, Frekuensi dan Determinan Penyakit
B. Analisa terhadap hubungan faktor – faktor dengan kejadian penyakit
C. Upaya Pencegahan
D. Upaya penanggulangan
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi kasus
Apendiks vermifarmis merupakan sisa opeks sektum yang belum diketahui
fungsinya pada manusia. Struktur ini berupa tabung yang panjang, sempit (sekitar 6-9
cm) dan mengadung arteria apendikularis yang merupakan suatu ateria terminal (end-
artery), pada posisi yan lazim apendiks terletak pada dinding abdomen titik McBurney.
Titik McBurney dicari dengan menarik garis dari spina iliaka superior kanan ke
umbilicus. Titik tengah garis ini merupakan tempat pangkal apendiks.
Apendiksitis adalah peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan dinding
organ tersebut (Sylvia A. Price, Patofisiologi jilid 1), Apendiks disebut juga tonsil
abdomen karena banyak ditemukan jaringan limfoid sejak intra uterin akhir kehamilan
dan mencapai puncaknya kira-kira 15 tahun yang kemudian mengalami atrofi serta
praktis menghilang pada usia 60 tahun.
Apendiks adalah imflamasi apendiks vermifarmis yang disebabkan oleh obstruksi
akibat infeksi, struktur, masa fektal, benda asing atau tumor. Apendiksitis ini bermula
dari apendiks yang berisi makanan secara perlahan lahan mengosongkan diri secara
teratur kedalam sekum, karena pengosongan yang tidak efektip dan lumennya kecil maka
apendiks cenderung menjadi tersumbat dan sangat rentan terjadi infeksi.
Table
USIA PANJANG CIRI-CIRI
Neonatus 4,5 cm Bentuk kerucut menonjol dari apeks sekum
anak-anak - batas apendiks dari sektum semakin jelas dan bergeser
kearah dorsal kiri
Dewasa 9-10cm Terletak posteramedial sekum kira-kira 3 cm inferior dari
valvula ileosekalis
4
B. Triad epidemiologi
Triad epidemiologi (segitiga epidemiologi) terdiri dari host (penjamu), agent
(penyebaran penyakit) serta environment (lingkungan)
Host
Agent Environment
Menurut Jonh Gordon konsep terjadinya penyakit :
1. Penyakit timbul karena terjadi ketidakseimbangan antra agent penyakit
dengan manusia
2. Keadaan keseimbangan tergantung dari sifat dan karakteristik dari agent dan
pejamu secara individual maupun kelompok.
3. Karakteristik agent tergantung pejamu dan lingkungan dan lingkungan social,
fisik dan ekonomi serta lingkungan, biologis.
Ketidakseimbngan itu dapat digambarkan seperti :
1. kemampuan agent yang bertambah untuk menginfeksikan, sehingga
menimbulkan penyakit
H
A A E A
5
2. perubahan lingkungan yang menyebabkan kerentanan host
A A
A
E H
Adapun triad epidemiologi dari kasus apendiksitis adalah :
a. Agent
1. Biologis
Bakteri, cacing, parasit, virus
Hampir dari 4 % dari kasus apendiks disebabkan oleh bakteri,
cacing dan parasit
2. Nutrisi
Fekalit ( serat)
35% penderita apendiks disebabkan oleh kurang makan – makanan
berserat
b. Host
1. usia
Antara 10 dan 30 tahun => bertambahnya usia jaringan limfoid
semakin berkurang
2. Jenis kelamin
Pria lebih sering daripada wanita
3. Ras
Padang dan Bali => pola kebiasaan makan suatu daerah sangat
berpengaruh terhadap terjadinnya apendiks karena minimnya
konsumsi makanan yang kurang berserat atau lebih banyak
pemenuhan konsumsi daging
6
4. Cara hidup
Gemar makan makanan yang pedas seperti rujak, bakso dan lain-
lain . 4 % penderita apendiks diduga disebabkan oleh makanan
pedas karena biji cabai yang tidak dihaluskan masih berupa butiran
– butiran dapat masuk ke apendik sehingga menimbulkan radang
5. Nutrisi
Kurangnya makan berserat
6. Imunisasi
Pembengkakan jaringan limfoid
Penyebab terbesar terjadinya apendiks adalah pembesaran jaringan
limfa submukosa karena apendiks diduga mempunyai fungsi
imunologi.
7. Penyakit terdahulu
Ulserasi, keganasan
Terjadinya ulserasi oleh kuman diusus halus yang disebabkan oleh
kuman atau bakteri kemudian bakteri atau kuman tersebut beralih
ke bagian apendiks yang nantinya dapat menimbulkan radang dan
terjadinya apendiksitis.keganasan juga merupakan penyebab
terjadinya apendiksitis karena sel dari carcinoma ini bila telah
ganas dapat menyebar keorganyang lain termasuk apendiks bias
kemungkinan terserang tapi presentasenya sekitar 1 %
c. Environment
Lingkungan
Yang memungkinkan terjadinya apendiksitis ini adalah adanya
fekalik (masa keras dari feses), tumor atau benda asing yang berada
disekitar apendiks atau usus alus.
Ekimonoi
Ekonomi penduduk yang rendah ataum kurang mampu sangat
memungkinkan terjadinya apendiks karena untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari hari saja mereka sangat sulit bahkan sampai tidak makan
7
apalagi untuk memenuhi makanan yang tinggi kandungan gizinya serta
yang berserat yang menurunkan insiden terjadinya ulserasi atau konstipasi
Social
Tingginya tingkat urbanisasi di Indonesia menyebabkan semakin
sempitnya lahan kosong yang biasanya digunakan untuk lading atau
kebun, hal ini terutama terjadi di Jakarta hamper semua tanah sudah
dipenuhi timbunan beton. Semakin sempitnya lahan dikota kota besar
semakin maraknya muncul bencana atau pun penyakit. Seharusnya lahan
yang kosong bias ditanami padi ataupun sayur – sayuran yang sangat
dibutuhkan tubuh malah dialih fungsikan sehingga timbulah penyakit
apendiksitis serta penyakit yang lainya.
Pengtahuan
Tingkat pengetahuan seseorang sangat menentukan pandangan atau
pengetian terhadap kesehatan itu sendiri.
Apabila ada perubahan salah satu factor , akan terjadi perubahan keseimbangan
diantara mereka maka akhinya timbullah penyakit.
8
C. Periode Phatogenesis
9
Fekalit, benda asing, bakteri, batu, tumor, cacing atau parasit, virus.
Hiperplasia jaringan limfoid
Fibrosit atau neoplasma
Obstruksi di lumen apendiks mukosa
Sekresi muskus yang terus menerus
Tekanan intraluminal meningkat ( > 85 cm H2O
Hipoksia (menurunnya O2) Adanya perangsangan saraf viseral
Penurunan aliran vena
IskemiaNyeri timbul pd mid abdomen atau epigastrium bawah
Terjadi trombosit ulserasi, invasi dan multiplikasi bakteri pd dinding apendiks
Terlokalisasi dikuadran kana bawah abdomen
Gangrene perforasi usus
Terimplamasi oleh pus
Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiksitis oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya atau neoplasma serta factor utama penyebabnya asalah abstruksi
lumen yang diikuti dengan infeksi oleh bakteri. Walaupun obstruksi ditemukan pada 30-
40% kasus, beberapa penelitian akhir – akihir ini menunjukkan bahwa pada kebanyakan
kasus diketahui didahului dengan ulserasi yang penyebabnya tidak diketahui tetapi
diperkirakan akibat virus.
Obstruksi biasanya disebabkan oleh fekalit massa fekal padat. Fekalit sering
terjadi pada masyarakat dengan konsumsi diet yang rendah serat, sehingga hal ini
menerangkan mengapa apendiksitis lebih sering ditemukan dinegara Negara barat.
Penyebabnya obstruksi yang lebih sering jarang adalah batu, tumor cacing atau parasit
lain, infeksi virus atau benda asing yang mengakibatkan pembekakan jaringan limfoid
sekresi mucus yang terus menerus menyebabkan apendiks teregang sehingga bila tekanan
intraluminal melebihi tekanan vena (lebih dari sama 85 cm H2O), apendiks mengalami
hipoksia, terjadi ulserasi dan terjadi invasi multiplikasi bakteri pada dinding apendiks.
Hal ini menimbulkan reflek mual dan muntah bahkan rasa nyeri yang semakin
hebat(apendiks akut)
Infeksi yang terjadi akan menambah pembengkakan dan istemia akibat trombosit
vena intramural. Seringkali gangrene dan perforasi terjadi dalam 24-36 jam. Bila proses
ini lombat, organ – organ sekitar seperti ileum terminal, sekum dan amentum akan
membentuk diding mengitari apendiks sehingga berbentuk abses yang terlokalisasi
10
BAB III
PEMBAHSAN
A. Distribusi, Frekuensi dan Determinan Penyakit
Data : kasus apendiksitis di Rumah Sakit kepolisian pusat raden salid sukanto jakarta
Tahun Jenis kelamin Meninggal jumlah
Laki –laki Perempuan
2002 114 131 Tidak ada 245
2003 197 123 Tidak ada 320
2004(januari-juli) 19 11 5 35
Jenis kelamin
Insiden apendiks pada laki – laki dan perempuan umumnya sebanding insiden
pada laki –laki lebih tinggi daripada perempuan
Umur
Apendiksitis dapat ditemukan pada semua umur
Anak – anak kurang dari 1 tahun jarang dilaporkan, mungkin karena tidak
ditemukan
Umur 20-30 tahun merupakan insiden apendiksitis tertinggi yang ditemukan
Batas usia 30 tahun kejadian apendiksitis sedikit menurun ditemukan
B. Analisa terhadap hubungan faktor – faktor dengan kejadian penyakit
Dari data tabel diatas dapat dianalisa kasus apendiksitis pada tahun 2003
ditemukan banyak pada perempuan sebanyak 131 penderita, pada laki laki
sebanyak 114 penderta serta tidak ada yang meninggal
Pada tahun 2003 ditemukan banyak pada laki laki sebanyak 197 penderita, pada
perempuan sebanyak 123 penderita, seta tidak ditemukan ada yang meninggal,
pada tahun ini kasus apendiksitis meningkat sedangkan
11
Pada tahun 2004(januari-juli) kasus apendiksitis terjadi sedikit peurunan yaitu laki
laki sebanyak 19 penderita sedangkan pada wanita sebanyak 11 penderita, serta
ada yang meninggal sebanyak 5 orang
Analisa terhadap hubungan faktor – faktor kejadian penyakit
a. Jenis kelamin
Seperti pada penelitian di amerika apendiksitis dijumpai 1,3-1,6 lebih
sering lelaki daripada wanita
b. Umur
Pada anak kurang dari 1 tahun jarang dilaporkan, mungkin karena tidak
diduga atau letak anatominya apendiks merupakan organ yang berbentuk
tabun, panjang kira-kira 10 cm dan berpangkal di secum lumennya, sempit
sebagian proximal dan melebar dibagian distal. Namun demikian, pada
bayi apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit
kearah ujungnya, keadaan inilah yang mungkin menjadi penyebab
rendahnya apendiksitis pada usia tersebut(kurang dari 1 tahun)
Insiden apendiksitis akut dinegara maju lebih tinggi daripada dinegara
berkembang namum, dalam tiga-empat dasawarsaterakhir menurun secara
bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan
makanan berserat dalam menu sehari – hari
Insidens apendiksitis tinggi pada orang yang berusia 20-30 tahun
dipengaruhi oleh perankebiasaan makanan – makanan yang rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendiksitis. Konstipasi akan
menaikan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan
fungsional apendiks dan meningkatkan petumbuhan kuman flora colon
biasa. Semuanya ini akan memp[ermudah timbulnya apendiksitis akut
C. Upaya Pencegahan
Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung serat
Makanan yang mengandung biji, usahakan bijinya jangan ditelan
Seperti : biji cabe , biji jambu
12
D. Upaya Penanggulangan
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan terputusnya kontuiniti jaringan
Tujuan : nyeri berkurang, rasa nyaman terpenuhi
kriteria hasil : pasien menyatakan rasa nyeri berkurang, ekspresi wajah cerah,
klien tampak tenang dan dapat beristirahat.
Rencana tindakan :
1. kaji rasa nyeri, perhatikan lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri tersebut
beratnya(skala 0-10)
Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan, perubahan.
2. istirahatkan pasien dalam posisi semi fowler atau miring kearah yang sakit.
Rasional : menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan
posisi terlentang.
3. ajarkan teknik relaksasi misal : tarik nafas panjang untuk mengurangi rasa
nyeri
Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh : merangsang
peristaltik dan kelancaran flatus.
4. beri motivasi pasien untuk ambulasi kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat analgesic
Rasional : menghilangkan nyeri menpermudah kerjasama dengan
intervensi terapi lain , contoh : ambulasi, batuk.
b. Cemas berhubungan dengan tindakan operasi
Tujuan ; cemas berkurang
Kriteria hasil : pasien mengatakan cemas berkurang
1. Observasi tanda vital
Rasional : mengetahui keadaan umum dari perkembangan selanjutnya
2. Kaji tingkat cemas pasien
Rasional : mengurangi ansietas
3. Lakungan penkes tentang tindakan operasi
Rasional : memperluas pengetahuan klien dan mengurangi cemas
13
c. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang atau output yang berlebihan.
Tujuan : keseimbangan cairan dalam tubuh terpenuhi setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil : tidak terdapat tanda tanda dehidrasi, mukosa membrane lembab,
tugor kulit, ttv batas normal dan pengeluaran urine adequate.
Rencana Tindakan :
1. Observasi tanda tanda vital
Rasional : mengetahui keadaan umum dan perkembangan selanjutnya.
2. Kaji kelembaban mukosa membrane dan tugor kulit
Rasional : keadekutan periper dan hidrasi seluler.
3. lakukan perawatan mulut dan bibir
Rasional : dehidrasi menyebabkan bibir dan mulut kering dan pecah pecah
4. Beri minum sedikit sedikit bila intake peroral sudah diperbolehkan
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan dan elektrolit (infus)
Rasional : mencegah mengakibatkan hipovolemi, dehidrasi dan dapat
terjadi ketidakseimbangan elektrolit.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : nutrisi seimbang, berat badan seimbang, pasien tidak lemas, klien
tidak tampak pucat dan anemis
Rencana Tindakan :
1. Kaji status nutrisi
Rasional : mencegah penurunan absorbsi air dan diare
2. Berikan diet psien sesuai dengan kemajuan bila telah diperbolehkan
Rasional : mencegah pengosongan lambung
3. Anjurkan pasien untuk menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
diberikan.
Rasional : mencegah pengosongan lambung
14
4. Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai pasien
Rasional : menambah selera makan
5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam hal menyediakan makanan
Rasional : menurunkan resiko iritasi gaster
e. Ketidakseimbangan pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan
dengan keadaan tubuh yang lemas akibat pengaruh pembedahan
Tujuan : pasien dapat memenuhi kebutuhan sehari hari secara bertahap
Kreteria hasil : kebutuhan nutrisi dan eliminasi terpenuhi, kebutuhan tubuh
terpelihara, tempat tidur rapid an bersih
Rencan tindakan :
1. Kaji tingkat ketidakmampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari hari
Rasional : mencegah kekakuan otot otot
2. Bantu keluarga dalam melakukan aktivitas
Rasional : mempermudah pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari hari
3. Libatkan keluarga dalam melakukan aktivitas
Rasional : untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari
4. Jaga agar tempat tidur dan lingkungan pasien tetap dalam keadaan rapi dan
bersih
Rasional : mencegah terjadinya dekubitus
5. Anjurkan dan latih pasien supaya memenuhi kebutuhan sendiri selama 24 jam
sesuai dengan kemampuannya
Rasional : mencegah kekakuan otot – otot
f. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhungan dengan adanya pengaruh luka operasi
dampak pemasangan infuse
Tujuan : tidak terjadi infeksi pada darah luka operasi dan pemasngan infus
Kreteria hasil : tanda – tanda vital dalam batas normal, tidak terdapat tanda tanda
infeksi seperti kemerahan, panas, bengkak dan nyeri.
Rencana tindakan :
1. Observasi tanda tanda vital
Rasional : mengetahui perkembangan selanjutnya
2. Lakukan perawatan luka dan perawatan infus secara aseptic dan anti septik
15
Rasional : mencegah masuknya mikro organisme
3. Observasi tanda tanda infeksi pada daerah sekitar luka operasi dan daerah
pemasangan infus
Rasional : pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah
adasebelumnya.
4. Berikan obat antibiotic sesuai program
Rasional :mencegah terjadinya infeksi
g. Potensial terjadinya perdarahan dengan pengaruh tindakan pembedahan.
Tujuan : tidak terjadi perdarahan setalah operasi 24 jam perawatan
Criteria hasil : tanda tanda vital dalam batas normal, tidak ada nyeri tekan, klien
tidak anemis.
Rencana tindakan
1. Observasi tanda tanda vital
Rasional : mengetahui perkembangan selanjutnya
2. Obsevasi pada abdomen apakan terdapat nyeri tekan, abdomen kaku dan
tegang
Rasional : mempermudah memberikan intervensi keperawatan.
3. Amati pasien apakah terdapat pucat, dingin pada ujung ujung akral, ekremitas,
konjunctiva, tidak anemis
Rasional : mempercepat memberikan terapi cairan infus
4. Kolaborasi dengan tim medis bila terdapat tanda-tanda tersebut diatas.
Rasional : mempercepat memberikan tindakan keperawatan
h. Kurang pengetahuan pasien mengenai tindakan perawatan luka di rumah
berhubungan dengan kurangnya informasi atau salah pengertian terhadap luka di
rumah.
Tujuan : pasien mengerti tentang perawatan luka operasi dirumah yang baik dan
benar
Kriteria hasil : pasien dapat mengungkapkan secara verbal mengenai perawatan
luka yang baik dan benar, tanda dan gejala komplikasi tidak terjadi.
Rencana tindakan ;
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai perawatan luka
16
Rasional : mengetahui pengetahuan klien
2. Beri penjelasan pada pasien tentang perawatan luka termasuk ganti balutan
dan pembatasan waktu mandi
Rasional : menambah pengetahuan klien dan mempercepat penyembuhan
luka operasi
3. Beri penjelasan pada pasien tentang pembatasan aktivitas sampai nyeri hilang
dan ajurkan pasien untuk dating control kembali untuk angka jahitan sesuai
waktu yang ditentukan
Rasional ; mempercepat penyembuhan
17
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap bagian dari saluran gastrointestinal rentan terhadap implamasi akut
yang disebabkan oleh infeksi akibat bakteri, virus atau jamur, salah satunya adalah
apendiksitis, apendiksitis ini merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering
terjadi. Walaupun apendikditis dapat terjadi pada setiap usia namun paling sering
terjadi pada remaja dan dewasa muda.
Apendiksitis disebabkan oleh banyak factor yaitu fekalit, hipoksia folikel,
limfoid, benda asing serta tumor. Dari sekian penyebab apendiksitis yang sering
terjadi adalah karena adanya masa fekalit terutama di Negara – Negara maju.
3.2 Saran
Pentingnya konsumsi makana yang tinggi serat bagi semua orang untuk
memperlancar proses gastrointestinal serta yang terpenting mencegah terjanya
apendiksitis
18