4
L BADAN KEBIJAKAN FISKAL aporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan 11—17 Januari 2016 Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi bagi pihak penerima dan tidak untuk direproduksi, disalin, maupun disebarluaskan kepada pihak lain. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan. Sumber: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNNMoney, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News, Bisnis Indonesia, Vibiznews. Indikator* 15 Jan ‘16 Perubahan (%) WoW YoY Ytd ---- Nilai Tukar/USD ---- Rupiah 13.910,00 (0,13) (10,41) (0,58) Yen 117,65 1,18 0,59 2,41 Yuan 6,57 (0,87) (5,95) (1,22) ---- Pasar Modal ---- IHSG 4.512,53 (0,99) (13,02) (1,75) Nikkei 17.218,96 (6,29) 0,12 (9,53) STI 2.691,78 (5,03) (19,53) (6,62) Hangseng 19.711,76 (6,97) (17,96) (10,05) Shanghai 3.022,86 (8,06) (6,39) (14,59) KOSPI 1.890,86 (2,05) (1,57) (3,59) DJIA 16.516,2 (3,74) (6,38) (5,22) S&P500 1.938,6 (3,87) (4,42) (5,15) ---- Surat Berharga Negara ---- Yield FR56 8,48 1 bps 102bps 1 bps Kep, Asing** 38,29 (31 bps) 16 bps (7 bps) ---- Komoditas ---- Oil 30,86 (16,10) (48,25) (17,48) CPO 2.412,00 (0,94) 1,86 (0,99) Gold 1.186,56 0,82 (11,90) 42,4 Coal 47,35 0,42 (19,27) (0,73) Nickel 8.395,00 (2.95) (43,39) (1,29) ---- Rilis Data Minggu Ini ---- Indikator Negara Current Previous Inflasi Tiongkok Des: 1,60 Nov: 1,6 Brazil Des: 10,67 Nov: 10,48 India Des: 5,61 Nov: 5,41 Neraca Perdagangan Tiongkok Des: USD541 M Nov: USD600,93 M Neraca Transaksi Berjalan Jepang Nov: Surplus ¥1,42 M Okt: Surplus ¥1,49 M Tingkat Pengangguran AS Des: 5 Nov: 5 Jobless Claims AS 284 ribu 277 ribu Produksi Sektor Industri Eropa Nov: 1,1 Okt: 1,9 Penjualan Ritel AS Des: (0,1) Nov: 0,2 Brazil Nov: 1,5 mom Okt: 0,6 mom Suku Bunga Inggris Jan: 0,5 Des: 0,5 Korsel Des: 1,5 Nov: 1,5 Produksi Manufaktur Inggris Nov: (0,4) Okt: (0,4) Indeks Harga Produsen AS Des: (0,2) Nov: 0,3 *) Visual grafik terlampir **) Data kepemilikan asing per ( 7 Januari 2016 ) ---- Agenda/Rilis Data Pekan Depan ---- - Statistik Utang Luar Negeri Indonesia November 2015 (18/01) - GDP China (18/01) - Inflasi Inggris (19/01) - Suku Bunga Kawasan Eropa (20/01) - PMI Jerman (22/01) Perekonomian Negara Maju Tren pelemahan harga minyak dunia dan perkembangan ekonomi Tiongkok yang ditandai dengan perlambatan laju pertumbuhannya dan kekhawatiran terhadap pelemahan yuan dan turbulensi pasar modalnya yang diperkirakan masih berlanjut menjadi sumber tekanan perekonomian global di awal 2016. Pasar tenaga kerja AS mengalami perkembangan yang moderat (lihat: unemployment rate, nonfarm payrolls, dan jobless claims) dan adanya peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap ekonomi AS. Namun demikian, penjualan ritel dan output industri mengalami penurunan dan pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan berada di trek untuk tumbuh 0,6% pada kuartal keempat atau melambat dibandingkan dengan kuartal ketiga. Dari Eurozone, perkembangan ekonomi kawasan juga tertekan yang ditunjukan oleh penurunan aktivitas produksi dan industri manufaktur pada negara-negara utama seperti Inggris, Jerman, dan Belanda yang masih melanjutkan tren perlambatan (lihat: industrial production dan manufacturing production). Perekonomian Negara Emerging Aktivitas ekspor impor Tiongkok yang mulai menunjukkan perbaikan (lihat: tabel rilis data minggu ini) diperkirakan masih belum menjadi indikator yang kuat bagi rebound pertumbuhan ekonomi Tiongkok di tengah upaya Pemerintah setempat untuk menggeser sumber pertumbuhan dari export led investment menjadi consumption driven. Perekonomian Nasional Sentimen positif dari kebijakan BI untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps mampu meredam sentimen negatif dari tekanan global, perlambatan ekonomi Tiongkok dan teror bom Thamrin pada pertengahan pekan. Namun demikian, ke depannya, pemerintah dan BI perlu mempertimbangan perkembangan Fed Fund Rate (FFR), pelemahan yuan dan perkembangan perekonomian Tiongkok. Perkembangan Komoditas Global Tren pelemahan harga minyak global masih terus berlanjut, bahkan Brent crude futures sempat menyentuh $ 28 per barel. Sejak awal tahun, penurunan harga minyak telah mencapai 21% yang merupakan penurunan terburuk sejak krisis keuangan tahun 2008 atau untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir. Melimpahnya persediaan, terutama di AS karena kebutuhan musim dingin yang di bawah ekspektasi, kenaikan produksi shale oil AS dan keputusan OPEC yang tetap mempertahankan level produksinya, menjadi isu utama yang mendorong penurunan harga di tengah konflik geopolitik di Timur Tengah antara Iran dengan Arab Saudi. Selain itu, dicabutnya sanksi internasional terhadap Iran, memungkinkan Teheran untuk memasok minyaknya ke pasar global yang dapat menambah pasokan minyak global. Namun, kenaikan pasokan tidak diikuti oleh kenaikan permintaan yang disebabkan aktivitas perekonomian global masih belum pulih dan perlambatan ekonomi Tiongkok. Dengan kondisi tersebut, penurunan harga minyak dunia diperkirakan akan terus berlanjut. Lebih lanjut, Morgan Stanley memperkirakan penguatan dolar AS dapat menekan harga minyak hingga di bawah level USD20 per barrel. Penurunan harga minyak mendorong kenaikan harga emas seiring meningkatnya permintaan terhadap logam mulia tersebut sebagai safe haven. Di samping itu, kenaikan harga juga didorong oleh spekulasi investor bahwa the Fed akan memperlambat tahapan kenaikan suku bunga acuan. Tren harga CPO masih mengalami penurunan didorong oleh kontraksi volume permintaan dari negara tujuan eskpor, isu sustainable palm oil sourching, serta rencana Tiongkok dan Korea Selatan untuk mulai masuk dalam sektor industri kelapa sawit. Harga nikel menyentuh level terendah sejak 2003 seiring terus melemahnya harga minyak dunia dan tekanan yang masih dihadapi perekonomian Tiongkok. Harga diperkirakan akan kembali naik di akhir tahun seiring dengan meningkatnya permintaan industri infrastruktur sementara volume produksi diperkirakan turun karena ditutupnya salah satu tambang nikel di Australia dan pemangkasan produksi nikel oleh Tiongkok untuk tahun 2016. Kondisi ini dapat menjadi momentum untuk mendukung pembangunan smelter bijih emas dan nikel sehingga pasokan pasar yang berkurang dari Australia dapat diisi oleh Indonesia. Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Penyusun: Syaifullah, Ronald Yusuf, Munafsin Al Arif, Alfan Mansur, Haryadi, Priska Amalia, Nurul Fatimah Kontributor: Syahrir Ika, Suparman Zen Kemu, Dalyono, Ahmad Ali Rifan, Taufan, Bramantyo, Innes, Dhoni, Rizki

aporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan - fiskal.kemenkeu.go.id 1… · BADAN KEBIJAKAN FISKAL aporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan ... Laporan Ekonomi dan Keuangan Miingguan Ekonomi

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: aporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan - fiskal.kemenkeu.go.id 1… · BADAN KEBIJAKAN FISKAL aporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan ... Laporan Ekonomi dan Keuangan Miingguan Ekonomi

L BADAN KEBIJAKAN FISKAL

aporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan 11—17 Januari 2016

Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi bagi pihak penerima dan tidak untuk direproduksi, disalin, maupun disebarluaskan kepada pihak lain. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak

ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.

Su

mb

er: B

loo

mb

erg

, Reu

ters, C

NB

C, T

he S

treet, In

vestin

g, W

SJ, C

NN

Mo

ney, C

han

nel N

ew

s Asia

, BB

C, N

ew

Yo

rk T

imes, B

PS, K

on

tan

, Ko

mp

as, M

ed

ia In

do

nesia

, Tem

po

, An

tara

New

s, Bisn

is Ind

on

esia

, Vib

iznew

s.

Indikator* 15 Jan ‘16 Perubahan (%)

WoW YoY Ytd

---- Nilai Tukar/USD ---- Rupiah 13.910,00 (0,13) (10,41) (0,58) Yen 117,65 1,18 0,59 2,41 Yuan 6,57 (0,87) (5,95) (1,22)

---- Pasar Modal ---- IHSG 4.512,53 (0,99) (13,02) (1,75) Nikkei 17.218,96 (6,29) 0,12 (9,53) STI 2.691,78 (5,03) (19,53) (6,62) Hangseng 19.711,76 (6,97) (17,96) (10,05) Shanghai 3.022,86 (8,06) (6,39) (14,59) KOSPI 1.890,86 (2,05) (1,57) (3,59) DJIA 16.516,2 (3,74) (6,38) (5,22) S&P500 1.938,6 (3,87) (4,42) (5,15)

---- Surat Berharga Negara ---- Yield FR56 8,48 1 bps 102bps 1 bps Kep, Asing** 38,29 (31 bps) 16 bps (7 bps)

---- Komoditas ----

Oil 30,86 (16,10) (48,25) (17,48) CPO 2.412,00 (0,94) 1,86 (0,99) Gold 1.186,56 0,82 (11,90) 42,4 Coal 47,35 0,42 (19,27) (0,73) Nickel 8.395,00 (2.95) (43,39) (1,29)

---- Rilis Data Minggu Ini ----

Indikator Negara Current Previous

Inflasi Tiongkok Des: 1,60 Nov: 1,6 Brazil Des: 10,67 Nov: 10,48 India Des: 5,61 Nov: 5,41 Neraca Perdagangan

Tiongkok Des: USD541 M

Nov: USD600,93 M

Neraca Transaksi Berjalan

Jepang Nov: Surplus ¥1,42 M

Okt: Surplus ¥1,49 M

Tingkat Pengangguran

AS Des: 5 Nov: 5

Jobless Claims AS 284 ribu 277 ribu Produksi Sektor Industri

Eropa Nov: 1,1 Okt: 1,9

Penjualan Ritel AS Des: (0,1) Nov: 0,2

Brazil Nov: 1,5 mom

Okt: 0,6 mom

Suku Bunga Inggris Jan: 0,5 Des: 0,5 Korsel Des: 1,5 Nov: 1,5 Produksi Manufaktur

Inggris Nov: (0,4) Okt: (0,4)

Indeks Harga Produsen

AS Des: (0,2) Nov: 0,3

*) Visual grafik terlampir **) Data kepemilikan asing per ( 7 Januari 2016 )

---- Agenda/Rilis Data Pekan Depan ---- - Statistik Utang Luar Negeri Indonesia November 2015 (18/01)

- GDP China (18/01)

- Inflasi Inggris (19/01)

- Suku Bunga Kawasan Eropa (20/01)

- PMI Jerman (22/01)

Perekonomian Negara Maju

Tren pelemahan harga minyak dunia dan perkembangan ekonomi Tiongkok yang ditandai

dengan perlambatan laju pertumbuhannya dan kekhawatiran terhadap pelemahan yuan

dan turbulensi pasar modalnya yang diperkirakan masih berlanjut menjadi sumber

tekanan perekonomian global di awal 2016.

Pasar tenaga kerja AS mengalami perkembangan yang moderat (lihat: unemployment rate, nonfarm payrolls, dan jobless claims) dan adanya peningkatan kepercayaan

masyarakat terhadap ekonomi AS. Namun demikian, penjualan ritel dan output industri

mengalami penurunan dan pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan berada di trek untuk

tumbuh 0,6% pada kuartal keempat atau melambat dibandingkan dengan kuartal ketiga.

Dari Eurozone, perkembangan ekonomi kawasan juga tertekan yang ditunjukan oleh

penurunan aktivitas produksi dan industri manufaktur pada negara-negara utama seperti

Inggris, Jerman, dan Belanda yang masih melanjutkan tren perlambatan (lihat: industrial production dan manufacturing production).

Perekonomian Negara Emerging

Aktivitas ekspor impor Tiongkok yang mulai menunjukkan perbaikan (lihat: tabel rilis data

minggu ini) diperkirakan masih belum menjadi indikator yang kuat bagi rebound pertumbuhan ekonomi Tiongkok di tengah upaya Pemerintah setempat untuk menggeser

sumber pertumbuhan dari export led investment menjadi consumption driven.

Perekonomian Nasional

Sentimen positif dari kebijakan BI untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25

bps mampu meredam sentimen negatif dari tekanan global, perlambatan ekonomi

Tiongkok dan teror bom Thamrin pada pertengahan pekan. Namun demikian, ke

depannya, pemerintah dan BI perlu mempertimbangan perkembangan Fed Fund Rate (FFR), pelemahan yuan dan perkembangan perekonomian Tiongkok.

Perkembangan Komoditas Global

Tren pelemahan harga minyak global masih terus berlanjut, bahkan Brent crude futures

sempat menyentuh $ 28 per barel. Sejak awal tahun, penurunan harga minyak telah

mencapai 21% yang merupakan penurunan terburuk sejak krisis keuangan tahun 2008

atau untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir. Melimpahnya persediaan, terutama

di AS karena kebutuhan musim dingin yang di bawah ekspektasi, kenaikan produksi shale

oil AS dan keputusan OPEC yang tetap mempertahankan level produksinya, menjadi isu

utama yang mendorong penurunan harga di tengah konflik geopolitik di Timur Tengah

antara Iran dengan Arab Saudi. Selain itu, dicabutnya sanksi internasional terhadap Iran,

memungkinkan Teheran untuk memasok minyaknya ke pasar global yang dapat

menambah pasokan minyak global. Namun, kenaikan pasokan tidak diikuti oleh kenaikan

permintaan yang disebabkan aktivitas perekonomian global masih belum pulih dan

perlambatan ekonomi Tiongkok. Dengan kondisi tersebut, penurunan harga minyak dunia

diperkirakan akan terus berlanjut. Lebih lanjut, Morgan Stanley memperkirakan penguatan

dolar AS dapat menekan harga minyak hingga di bawah level USD20 per barrel.

Penurunan harga minyak mendorong kenaikan harga emas seiring meningkatnya

permintaan terhadap logam mulia tersebut sebagai safe haven. Di samping itu, kenaikan

harga juga didorong oleh spekulasi investor bahwa the Fed akan memperlambat tahapan

kenaikan suku bunga acuan.

Tren harga CPO masih mengalami penurunan didorong oleh kontraksi volume permintaan

dari negara tujuan eskpor, isu sustainable palm oil sourching, serta rencana Tiongkok dan

Korea Selatan untuk mulai masuk dalam sektor industri kelapa sawit.

Harga nikel menyentuh level terendah sejak 2003 seiring terus melemahnya harga minyak

dunia dan tekanan yang masih dihadapi perekonomian Tiongkok. Harga diperkirakan

akan kembali naik di akhir tahun seiring dengan meningkatnya permintaan industri

infrastruktur sementara volume produksi diperkirakan turun karena ditutupnya salah satu

tambang nikel di Australia dan pemangkasan produksi nikel oleh Tiongkok untuk tahun

2016. Kondisi ini dapat menjadi momentum untuk mendukung pembangunan smelter

bijih emas dan nikel sehingga pasokan pasar yang berkurang dari Australia dapat diisi

oleh Indonesia.

Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal

Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan, Kepala Pusat

Kebijakan Ekonomi Makro

Penyusun: Syaifullah, Ronald Yusuf, Munafsin Al Arif, Alfan Mansur, Haryadi,

Priska Amalia, Nurul Fatimah

Kontributor: Syahrir Ika, Suparman Zen Kemu, Dalyono, Ahmad Ali Rifan,

Taufan, Bramantyo, Innes, Dhoni, Rizki

Page 2: aporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan - fiskal.kemenkeu.go.id 1… · BADAN KEBIJAKAN FISKAL aporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan ... Laporan Ekonomi dan Keuangan Miingguan Ekonomi

Laporan Ekonomi dan Keuangan Miingguan

ISU UTAMA 1: Penurunan BI Rate untuk Pertumbuhan

Ekonomi

Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 13-14 Januari 2016, BI akhirnya menurunkan suku

bunga acuannya sebesar 25 bps untuk pertama kalinya dalam 11 bulan terakhir menjadi 7.25%.

Berkurangnya ketidakpastian pasar keuangan global, pertumbuhan ekonomi domestik yang

tertahan, rendahnya inflasi dan terjaganya kestabilan sistem keuangan dan perbankan menjadi

faktor-faktor yang mendorong turunnya BI rate.

Penurunan BI rate berdampak positif terhadap penguatan IHSG dan Rupiah serta dapat

mempercepat penyaluran kredit di 2016.

Bank-bank dengan skema pinjaman bunga tetap dan yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi

pada DPK menjadi pihak yang mendapatkan manfaat paling tinggi.

Ruang untuk penurunan BI rate lebih lanjut masih terbuka.

Faktor – faktor yang mendorong penurunan BI rate

Ketidakpastian pasar keuangan global telah berkurang pascakenaikan Fed Funds Rate (FFR) pada

Desember lalu. Kenaikan FFR terbukti tidak diikuti oleh capital outflows sebagaimana kekhawatiran

BI sebelumnya. Dari sisi domestik, selama 2015, pertumbuhan PDB hingga Q3 2015 tidak pernah

mencapai 5% dan merupakan yang terendah sejak 2009. Inflasi juga tercatat hanya mencapai 3.35%

pada Desember atau masih dalam kisaran target BI. Lesunya aktivitas perekonomian 2015 juga

terlihat dari turunnya penjualan sepeda motor baru yang mencapai angka 18%.

Dampak positif penurunan BI rate

Rupiah dan IHSG berhasil rebound pada hari Kamis (14/01) menyusul penurunan BI rate.

Sebelumnya, Rupiah baik di onshore maupun offshore market dan IHSG sempat mengalami

pelemahan cukup dalam beberapa saat setelah kejadian bom Thamrin. Selain itu, penyaluran kredit

perbankan juga dapat tumbuh lebih cepat di 2016. Berdasarkan proyeksi BI, pertumbuhan

penyaluran kredit akan mencapai 12% yoy. Penurunan BI rate juga diharapkan akan meningkatkan

konsumsi sehingga dapat menutupi lemahnya ekspor akibat perlambatan Tiongkok dan pada

akhirnya kebijakan ini akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

Sektor perbankan paling diuntungkan dari penurunan BI rate

Penurunan BI rate pada hari Kamis (14/01) diikuti oleh penguatan harga saham-saham terutama

sektor perbankan. Sebagai contoh, Bank Danamon (+2.0%), BRI (+0.9%) dan BNI (+0.8%). Seiring

turunnya suku bunga kredit, CoF perbankan akan mengalami penurunan sehingga NIM perbankan

cenderung akan terjaga pada level yang stabil. Bank-bank dengan skema pinjaman bunga tetap,

misalnya skema mikro kredit dan KPR, akan merasakan dampak secara langsung. Bank – bank dengan

tingkat ketergantungan tinggi atas DPK juga akan menikmati keuntungan yang lebih tinggi dipicu

oleh turunnya CoF.

Pelonggaran kebijakan moneter yang lebih agresif masih diperlukan

Penurunan BI rate lebih lanjut masih diperlukan guna mencapai target pertumbuhan di atas 5%.

Stimulus fiskal dari Pemerintah dan pelonggaran kebijakan makroprudensial dari BI terbukti belum

cukup untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di 2015. Berdasarkan forecast Bloomberg

(15/01), BI rate akan turun sampai pada level 7.10% di akhir 2016. Dengan level suku bunga yang

lebih rendah, walaupun masih ada risiko tekanan global terutama dari gejolak sektor keuangan dan

perlambatan perekonomian Tiongkok, pertumbuhan PDB Indonesia di 2016 diperkirakan akan

mencapai 5.2% - 5.6% seiring mulai terealisasinya proyek infrastruktur pemerintah.

Perkembangan Pasar Keuangan

Sektor keuangan Asia mengalami tekanan akibat sentimen pelemahan bursa AS dan regional terutama Tiongkok, penurunan harga komoditas

terutama harga minyak. Untuk pasar keuangan domestik, aksi teror Thamrin menambah tekanan domestik. Namun, pelemahan lanjutan IHSG

tertahan oleh penurunan suku bunga acuan BI. Sampai dengan Jumat (15/1), meskipun IHSG mengalami kenaikan sebesar 0.24% pada perdagangan

hari terakhir namun dibandingkan pada pekan sebelumnya, IHSG telah terkoreksi sebesar 0,49% ke posisi 4.523,976. Investor asing masih

mencatatkan nilai jual bersih di pasar saham dengan nilai Rp 1,94 triliun (Rp2,55t, ytd) dan rata-rata nilai transaksi harian pekan ini mengalami

kenaikan sebesar 1,73% menjadi Rp 5,04 triliun, namun rata-rata volume transaksi harian mengalami penurunan 14,00%.

Nilai tukar rupiah mengalami penguatan mingguan walaupun sempat melemah mendekati level empat belas ribu pasca kejadian ledakan Sarinah.

Selanjutnya, nilai tukar rupiah bergerak sideway dan menguat pada akhir pekan dibandingkan pekan sebelumnya. Namun demikian, tekanan

terhadap nilai tukar mengalami peningkatan pasca peristiwa peledakan Sarinah sebagaimana tercermin dari spread antara non deliverable forward rupiah dengan spot rate yang menunjukkan tren meningkat dalam dua hari terakhir pekan ini.

IHSG ditututup sideway setelah mengalami beberapa tekanan sepanjang pekan dengan investor asing mencatatkan net sell.

Kinerja obligasi Pemerintah pekan ini menunjukkan penguatan di mana yield SUN untuk semua seri benchmark secara serempak mengalami

penurunan di tengah meningkatnya porsi kepemilikan investor nonresiden.

H 2

Page 3: aporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan - fiskal.kemenkeu.go.id 1… · BADAN KEBIJAKAN FISKAL aporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan ... Laporan Ekonomi dan Keuangan Miingguan Ekonomi

Laporan Ekonomi dan Keuangan Miingguan

ISU UTAMA 2: Dampak Bom Sarinah Terhadap Kinerja

Sektor Keuangan

Meskipun hanya bersifat temporer, kejadian teror bom telah menyebabkan

penurunan IHSG dan pelemahan rupiah.

Investor asing lebih sensitif dengan kejadian yang menyebabkan ketidakpastian di

dalam negeri.

Dampak teror bom Thamrin tertutupi oleh penurunan BI rate.

Pelemahan di pasar saham, pasar uang dan pasar obligasi

Rupiah turun 0.9% ke level 13,958 per dolar AS pada pukul 12:09 WIB, sesaat setelah

terjadi ledakan bom di kawasan Sarinah Thamrin. IHSG sempat melemah hingga 1.7%,

sementara SBN dengan tenor 10 tahun sempat mengalami pelemahan ke level 8.58%.

Meskipun demikian, penurunan ini juga telah terjadi sejak pembukaan pasar yang dipicu

sentiment penurunan bursa AS yang cukup dalam.

Aksi terror bom yang terjadi di depan Sarinah bukan merupakan aksi terror bom yang

pertama, dimana aksi terror juga pernah terjadi di Jakarta, tepatnya di JW Marriot pada

tahun 2003 dan 2009 serta kedutaan Australia tahun 2004.

Berdaarkan perbandingan dengan kejadian bom-bom sebelumnya yang terjadi di

Jakarta menunjukan tekanan pada sector keuangan mengalami pelemahan serupa yang

hanya sementara. Sebagai contoh, kejadian bom JW Marriot tahun 2003 dan 2009 serta

bom kedutaan Australia tahun 2004. Returns aset harian secara rata-rata baik di pasar

saham, pasar uang dan pasar obligasi tercatat lebih rendah dibandingkan hari-hari

lainnya baik sebelum maupun beberapa hari sesudah kejadian. Namun demikian,

dampaknya terlihat hanya bersifat sementara.

Investor asing lebih sensitif dengan kejadian bom di dalam negeri

Di offshore FX market, one-month non-deliverable forwards sempat mengalami

pelemahan hingga 1.1% ke level 14,085 per dolar AS pada hari Kamis (14/01). Hal ini

menunjukkan bahwa investor asing lebih sensitif terhadap kejadian yang menyebabkan

ketidakpastian di dalam negeri. Oleh karena itu, terjaganya kestabilan keamanan di

dalam negeri sedikit banyak akan membantu kestabilan sistem keuangan.

Persepsi terhadap Teror Bom Sarinah

Bank Indonesia mengakui memang sempat terjadi gejolak di pasar valuta asing dan

bursa saham pasca pengeboman di Sarinah. Namun, dampak terror bom tersebut di

pasar hanya bersifat sementara mengingat kondisi fundamental Indonesia saat ini

cukup baik. Sejalan dengan itu, BPS memperkirakan kejadian tersebut tidak akan

memberikan tekanan kepada perdagangan Indonesia, khususnya kinerja ekspor impor.

Lebih lanjut, BPS menyatakan meskipun beberapa indikator ekonomi domestik

mengalami penurunan, namun trendnya itu hanya bersifat sementara.

Perkembangan Nilai Tukar, Indeks Harga Saham, dan

Harga Komoditas

H 3

Tabel 1. Average Daily Asset Returns

Day Stocks FX

10-year Govt

Bond

H-1 -0.08% 0.29% 0.81%

H (Bomb day) -1.24% -0.64% -0.68%

H+1 1.32% 0.09% 0.56%

H+2 1.08% 0.53% 0.74%

H+3 0.63% 0.44% 0.23%

H+4 0.25% 0.20% 0.52%

H+5 0.53% 0.67% 2.07%

Source: Thomson-Reuters, diolah

Page 4: aporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan - fiskal.kemenkeu.go.id 1… · BADAN KEBIJAKAN FISKAL aporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan ... Laporan Ekonomi dan Keuangan Miingguan Ekonomi

Laporan Ekonomi dan Keuangan Miingguan

PEREKONOMIAN GLOBAL

PEREKONOMIAN DOMESTIK

H 4