33
ESTETIKA ARSITEKTUR 2 Analisa Karakteristik Arsitektur Post-Modern dan Nilai Estetika pada Bank Bukopin Surakarta Oleh : Rika Fajriyani Mufidah I0212070 Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Arsitektur Postmodern pada Bank Bukopin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Lokasi : Bank Bukopin Slamet Riyadi, Solo

Citation preview

  • ESTETIKA ARSITEKTUR 2

    Analisa Karakteristik Arsitektur Post-Modern

    dan Nilai Estetika pada Bank Bukopin Surakarta

    Oleh :

    Rika Fajriyani Mufidah

    I0212070

    Program Studi Arsitektur

    Jurusan Arsitektur

    Fakultas Teknik

    Universitas Sebelas Maret

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    ii

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1 B. Permasalahan .......................................................................................................... 2 C. Tujuan...................................................................................................................... 2

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Teori Arsitektur Post-Modern ................................................................................. 3 B. Pengertian Post-Modern ......................................................................................... 3

    I. Sejarah Arsitektur Post-Modern ...................................................................... 3 II. Ciri-ciri Arsitektur Post-Modern ....................................................................... 4 III. Pokok Pikiran dalam Arsitektur Post-Modern ................................................ 5 IV. Aliran dalam Arsitektur Post-Modern .............................................................. 6

    C. Teori Estetika Arsitektur.......................................................................................... 10 I. Estetika Formal................................................................................................. 10 II. Estetika Informal .............................................................................................. 11

    BAB III ANALISA

    A. Lokasi Bank Bukopin ............................................................................................... 12 B. Analisa Karakteristik Arsitektur Modern pada Bank Bukopin................................. 12

    I. Historik ............................................................................................................. 13 II. Ornamentasi ..................................................................................................... 13 III. Kontekstual ...................................................................................................... 16 IV. Komunikatif yang Bersifat Lokal ....................................................................... 17 V. Straight Revitalism ........................................................................................... 17 VI. Classicism ......................................................................................................... 19 VII. Neo-Vernacularism........................................................................................... 19

    C. Analisa Prinsip Estetika Formal pada Bank Bukopin ............................................... 20 I. Proporsi ............................................................................................................ 21 II. Skala ................................................................................................................. 21 III. Irama ................................................................................................................ 22 IV. Sumbu .............................................................................................................. 23 V. Simetri .............................................................................................................. 23 VI. Hierarki ............................................................................................................. 24 VII. Perulangan ....................................................................................................... 24 VIII. Datum ............................................................................................................... 26 IX. Transformasi .................................................................................................... 27 X. Nilai Estetis ....................................................................................................... 27

    D. Analisis Prinsip Estetika Informal pada Bank Bukopin ............................................ 29

    BAB IV KESIMPULAN ........................................................................................................... 30

    DAFTAR REFERENSI ............................................................................................................. 31

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perkembangan arsitektur diberbagai belahan dunia semakin hari semakin

    maju, salah satunya adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Arsitektur di

    Indonesia semakin berkembang. Hal tersebut tidak lepas dari pengaruh budaya,

    kesenian, ekonomi, politik, sosial, geografis dan banyaknya suku bangsa di Indonesia.

    Banyaknya suku bangsa dengan budaya yang berbeda-beda ini membuat Indonesia

    kaya akan Arsitektur Tradisionalnya yaitu Rumah Adat masing-masing suku. Misalnya

    Rumoh Aceh, Rumah Adat Tongkonan, Rumah Gadang, Rumah Panjang, Rumah

    Limas, dll. Rumah adat tersebut dipengaruhi budaya dan aktivitas yang biasa

    dilakukan oleh suku masing-masing.

    Beranjak dari Arsitektur Tradisional, perkembangan Arsitektur di Indonesia ini

    tidak lepas pula dari pengaruh negara asing. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk

    bangunan di Indonesia yang mengadopsi dari Arsitektur Klasik, misalnya pemakaian

    kolom-kolom bangunan bergaya doric pada Museum Seni Rupa dan Keramik.

    Pengaruh tersebut membuat beberapa Arsitek Indonesia menjadikan negara asing

    sebagai kiblat dalam mendesain atau merancang suatu bangunan. Sehingga muncul

    beberapa gaya arsitektur yang mengadopsi dari negara luar, misalnya gaya art deco,

    vernakular, neo-vernakular, futuristik, klasik, modern sampai post-modern.

    Arsitektur Post-Modern adalah salah satu gaya arsitektur yang unik. Karena

    arsitektur ini merupakan perpaduan antara dua unsur dalam suatu bangunan.

    Misalnya, perpaduan antara Arsitektur Tradisional dan Arsitektur Klasik yang

    diaplikasikan pada beberapa bank di Solo dan sekitarnya. Diantaranya, Bank

    Indonesia, Bank Danamon, Bank Bukopin, dll.

    Bank Bukopin adalah salah satu bank yang menerapkan Arsitektur Post-

    Modern pada bangunannya. Bentuk bangunannya yang unik, ornamen-ornamen

    bangunan yang cantik, perpaduan antara dua gaya arsitektur yang berbeda dan

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    2

    tetap mempunyai nilai tradisional membuat saya tertarik untuk menganalisis

    bangunan ini.

    B. Permasalahan

    Perkembangan gaya arsitektur di luar negeri mempunyai pengaruh dalam

    desain-desain bangunan arsitektural di Indonesia. Penulis ingin mengamati dan

    menganalisis salah satu gaya tersebut, yaitu gaya post-modern yang diaplikasikan

    pada bangunan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pertukaran uang di

    Surakarta, yaitu Bank Bukopin yang memiliki keunikan pada fasad bangunannya.

    Gaya ini memiliki ciri-ciri yang dapat menggambarkan gaya Arsitektur Post-

    Modern itu sendiri. Penulis ingin mengamati dan menganalisis apakah Bank Bukopin

    memiliki ciri-ciri dari gaya tersebut dan apakah prinsip-prinsip estetika telah

    diterapkan dalam menciptakan keindahan serta keunikan fasad bangunan.

    C. Tujuan

    Tujuan mengamati dan menganalisa karakteristik dan nilai estetika yang terdapat

    pada Bank Bukopin, yaitu :

    1. Mengetahui gaya arsitektur yang dianut pada bangunan Bank Bukopin.

    2. Mengetahui penerapan karakteristik Arsitektur Post-Modern pada bangunan

    Bank Bukopin.

    3. Mengetahui penerapan prinsip-prinsip estetika pada bangunan Bank Bukopin.

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    3

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Teori Arsitektur Post-Modern

    I. Pengertian Post Modern

    Arsitektur Post-Modern adalah percampuran antara dua unsur dalam suatu

    bangunan yang memberikan kesan bahwa bangunan tersebut memiliki dua arti atau

    dua muka (double coding). Unsur-unsur tersebut merupakan perpaduan antara yang

    baru (Arsitektur Modern) dengan yang lama (unsur arsitektur lainnya), contohnya

    Arsitektur Klasik, Arsitektur Vernakular, dan lain-lain. Arsitektur Post-Modern

    memiliki banyak ciri-ciri yang menunjukkan perbedaannya dengan Arsitektur

    Modern maupun yang lainnya. Serta dalam Arsitektur Post-Modern banyak

    mengambil langgam-langgam dari arsitektur lama karena Arsitektur Post-Modern

    merupakan bagian dari sejarah. Hal ini berbeda dengan Arsitektur Modern yang

    memiliki ciri seperti anti terhadap sejarah dan bentuk bangunan yang memiliki

    bentuk dasar persegi (Kubisme).

    II. Sejarah Arsitektur Post Modern

    Perubahan mendasar dalam sejarah dunia arsitektur adalah saat hadirnya

    arsitektur modern. Arsitektur sampai abad ke-19 dianggap sebagai seni bangunan.

    Reformasi pemikiran Arsitektur Modern ini mulai muncul pada abad ke-18, dimana

    yang dimaksud Arsitektur Modern bukan karya arsitektur, melainkan ide, gagasan,

    pikiran atau pengetahuan dasar tentang arsitektur. Pemikiran tersebut baru dapat

    direalisasikan pada pertengahan abad ke-19 dikarenakan pendidikan Arsitektur yang

    dibagi menjadi dua, sebagai kesenian dan sebagai ilmu teknik sipil, dan munculnya

    industri bahan bangunan.

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    4

    Antara tahun 1890-1930 muncul berbagai macam pergerakan, antara lain :

    Art and Craft, Art Noveau, Ekspresionisme, Bauhaus, Amsterdam School, Rotterdam

    School, dll. Periode tersebut merupakan puncak sekaligus titik awal dari arsitektur

    modern.

    Pada tahun 1950-1960, terdapat 2 pihak yang berlawanan :

    1) Kelompok yang berpihak pada teknologi dan industrialisasi; tahun 1950

    dikatakan sebagai titik puncak kejayaan Arsitektur Modern.

    2) Kelompok yang memuja estetik dan artistik; tahun 1950-an dilihat sebagai

    titik awal kemerosotan Arsitektur Modern.

    Sekitar tahun 1960-an, pertentangan antara kedua pihak itu terjadi lagi

    dikarenakan adanya perbedaan pendapat tentang untuk siapa arsitektur itu

    diciptakan?. Hal tersebut yang menjadi titik awal lahirnya Post Modernisme yang

    melawan Modernisme dengan pernyataan: Less Is Bore. Media massa juga ikut

    berperan dalam memicu timbulnya pluralism yang menjadi bahan dasar post

    modernisme.

    III. Ciri-ciri Arsitektur Post Modern

    Terdapat 10 ciri Arsitektur Post modern menurut Budi Sukada (1988), yaitu:

    Mengandung unsur-unsur yang komunikatif yang bersifat lokal atau popular

    Membangkitkan kembali kenangan historic

    Berkonteks urban

    Menerapkan kembali teknik ornamentasi

    Bersifat representasional

    Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain)

    Dihasilkan dari partisipasi

    Mencerminkan aspirasi umum

    Bersifat plural

    Bersifat Ekletik

    Untuk dapat dikategorikan arsitektur post modern tidaklah harus memiliki

    semua ciri tersebut. Sebuah karya arsitektur yang memiliki enam atau tujuh cirri di

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    5

    atas sudah bisa disebut arsitektur post modern. Melalui unsur komunikasi dalam

    arsitektur post modern, masyarakat bisa merasakan sebuah bangunan modern

    dengan teknologi modern namun tetap merasakan dan diingatkan dengan

    kebudayaan lokal daerah tersebut.

    IV. Pokok Pikiran dalam Arsitektur Post Modern

    1. Tidak memakai semboyan Form Follows Function. Arsitektur post modern

    mendefinisikan arsitektur sebagai sebuah bahasa dan oleh karena itu arsitektur

    tidak mewadahi melainkan mengkomunikasikan. Untuk arsitektur Post Modern

    yang dikomunikasikan adalah identitas regional, identitas kultural atau identitas

    historis.

    2. Fungsi (bukan sebagai aktivitas atau apa yang dikerjakan oleh manusia terhadap

    arsitektur)

    Yang dimaksud dengan fungsi di sini bukanlah aktivitas, bukan pula apa yang

    dikerjakan/dilakukan oleh manusia terhadap arsitektur (keduanya diangkat

    sebagai pengertian tentang fungsi yang lazim digunakan dalam arsitektur

    modern). Dalam arsitektur posmo yang dimaksud fungsi adalah peran dan

    kemampuan arsitektur untuk mempengaruhi dan melayani manusia, yang

    disebut manusia bukan hanya pengertian manusia hanya pengertian manusia

    sebagai makhluk yang berpikir, bekerja melakukan kegiatan, tetapi sebagai

    manusia sebagai makhluk yang berpikir, bekerja, memiliki perasaan dan emosi,

    makhluk yang punya mimpi dan ambisi, memiliki nostalgia dan memori. Manusia

    bukan manusia sebagai makhluk biologis tetapi manusia sebagai pribadi.

    Dalam post modern, perancangan dimulai dengan melakukan analisa fungsi

    arsitektur, yaitu:

    Aritektur mempunyai fungsi memberi perlindungan kepada manusia

    Arsitektur memberikan perasaan aman, nyaman, nikmat

    Arsitektur mempunayi fungsi untuk menyediakan dirinya dipakai

    manusia untuk berbagai keperluan

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    6

    Arsitektur berfungsi untuk menyandarkan manusia akan budayanya

    akan masa silamnya

    Arsitektur memberi kesempatan pada manusia untuk bermimpi dan

    berkhayal

    Arsitektur memberi gambaran dan kenyataan yang sejujur-jujurnya

    3. Bentuk dan Ruang. Di dalam post modern, bentuk dan ruang adalah komponen

    dasar yang tidak harus berhubungan satu menyebabkan yang lain (sebab akibat),

    keduanya menjadi 2 komponen yang mandiri, sendiri-sendiri, merdeka, sehingga

    bia dihubungkan atau tidak. Yang jelas bentuk memang berbeda secara

    substansial, mendasar dari ruang. Ciri pokok dari bentuk adalah ada dan nyata/

    terlihat/ teraba, sedangkan ruang mempunyai ciri khas ada dan tak terlihat/ tak

    nyata. Kedua ciri ini kemudian menjadi tugas arsitek untuk mewujudkannya.

    V. Aliran dalam Arsitektur Post Modern

    Di dalam perkembangannya, arsitektur poat modern dapat dikelompokkan

    berdasarkan ciri dan konsep bangunan. Berbagai aliran muncul tetapi masih dalam

    konteks arsitektur post modern. Tiap aliran memiliki arsitek ternama yang menganut

    dan mengembangkannya.

    Menurut Charles Jencks dalam buku Evolutionary Tree, Arsitektur Post

    Modern dapat dikelompokkan menjadi enam aliran, yaitu :

    1. Aliran Historicism

    Bangunan beraliran ini menggunakan dekorasi berupa elemen-elemen

    klasik (misalnya ionic, doric dan corinthian) yang digabungkan dan

    disesuaikan dengan pola-pola modern pada bangunan. Arsitek ternama

    pada aliran ini yaitu Aero Saarinen, Philip Johnson, Robert Venturi, Kisho

    Kurokawa dan Kyonori Kikutake.

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    7

    Gambar 2. V. 1. Terminal Bandara (karya Aero Saarinen) Sumber :

    http://2.bp.blogspot.com/PYAfmwegebc/TkcqgBqZ6fI/AAAAAAAABwY/dBu17OiTgcM/s1600/1.+Terminal+Bandara+karya+Aero+Saarinen.jpg

    2. Aliran Straight Revivalism

    Langgam ini cocok digunakan sebagai konsep perancangan bangunan

    yang membutuhkan sifat monumental dan tegas. Di dalamnya terdapat

    penggunaan langgam neo-klasik ke dalam bangunan yang memiliki irama

    komposisi berulang dan simetris. Arsitek ternama yang menganut aliran

    ini adalah Aldo Rossi, Monta Mozuna, Ricardo Bofil dan Mario Botta.

    Gambar 2. V. 2. Bangunan di Modena-Italia (karya Aldo Rossi) Sumber :

    http://1.bp.blogspot.com/k9bf3nBFwQ/TkcquxayyyI/AAAAAAAABwc/TFG4O6NLLi0/s1600/2.++Karya+by+Aldo+Rossi+di+Modena+-+Italia.jpg

    3. Aliran Neo-Vernacularism

    Menerapkan elemen tradisional dalam perancangan bangunan. Elemen

    tradisional ini diterapkan dengan konsep bangunan modern sehingga

    tercipta bangunan modern yang serasi dengan lingkungan lokal. Hal ini

    berfungsi untuk menghidupkan kembali suasana tradisional setempat

    dengan membuat bentuk dan pola-pola bangunan sesuai dengan

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    8

    arsitektur lokal. Arsitek ternama yang menganut aliran ini meliputi

    Darbourne & Darke, Joseph Esherick dan Aldo Van Eyck.

    Gambar 2. V. 3. Estec Noordwijk-NL (karya Aldo Van Eyck & Hannie Van Eyck) Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-G4ZTb5aMoUo/Tkcq4vR-m-

    I/AAAAAAAABwg/b1xbqXM4vzs/s1600/3.++Estec+Noordwijk+%2528NL%2529.jpg

    4. Aliran Contextualism (Urbanist + Ad Hoc)

    Penempatan dan bentuk bangunan disesuaikan dengan lingkungan sekitar

    sehingga didapatkan komposisi bangunan dan lingkungan yang serasi.

    Aliran ini sering juga disebut dengan Urbanis. Arsitek ternama yang

    menganut aliran ini adalah Lucien Kroll, Leon Krier dan James Stirling.

    Gambar 2. V. 4. Leicester University Building (karya Leon Krier & James Stirling) Sumber :

    http://1.bp.blogspot.com/WKT34W9r0W0/Tkcq_a68a2I/AAAAAAAABwk/SOvMAH7DSXw/s1600/4.++Leicester+University+Engineering+Building.jpg

    5. Aliran Metaphor & Metaphisical

    Mengekspresikan secara bentuk-bentuk suatu hal yang ditampilkan ke

    dalam konsep atau desain bangunan. Terdapat tiga bentuk metaphor,

    yakni metaphor konkrit (bentuk bangunan sama persis dengan bentuk

    benda yang menjadi konsep), metaphor kompleks (terdapat beberapa

    bentuk benda yang digabung sehingga menimbulkan bentuk bangunan

    yang kompleks), metaphor kombinasi (perpaduan antara metaphor

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    9

    kompleks dan konkrit). Arsitek yang menganut aliran ini yaitu Stanley

    Tigerman, Antonio Guadi dan Takeyama.

    Gambar 2. V. 5. La Sagrada Familia-Barcelona, Spanyol (karya Antoni Gaudi) Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-r-

    OGMR74kWM/TkcrONlG2zI/AAAAAAAABwo/LGU6Qnuw1cQ/s1600/5.+La+Sagrada+Familia%252C+Barcelona%252C+Spanyol.jpg

    6. Aliran Post Modern Space

    Memperlihatkan pembentukan ruang dengan mengkomposisikan

    komponen bangunan itu sendiri. Difokuskan pada rancangan spatial

    interpenetration, dimana dua atau lebih ruang dapat digabung secara

    overlap dan saling bertemu. Aliran ini mencoba mendefinisikan ruang

    lebih dari sekedar ruang abstrak dan menghasilkan arti ganda,

    keanekaragaman dan kejutan. Arsitek yang menganut aliran ini adalah

    Peter Eisenman, Robert Stern, Charles Moore, Kohn dan Pederson-Fox.

    Gambar 2. V. 6. Peter Eisenmans Center for Design and Art- University of Cincinnati (karya Antoni Gaudi)

    Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-m8xmXDngovA/TkcrUtEjWGI/AAAAAAAABws/_RkD7bMo-

    FY/s1600/6+Peter+Eisenman%25E2%2580%2599s+Center+for+Design+and+Art.jpg

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    10

    B. Teori Estetika Arsitektur

    Dalam arsitektur, estetika adalah sebuah bahasa visual, yang tidak sama

    dengan beberapa bahasa estetika yang tidak visual. Estetika dalam arsitektur

    memiliki banyak sangkut paut dengan segala yang visual seperti permukaan, volume,

    massa, elemen garis, dan sebagainya, termasuk prinsip estetika itu sendiri.

    Prinsip-prinsip itu meliputi :

    I. Estetika Formal

    Adalah produk estetika yang terukur secara visual atau dapat dilakukan dengan

    menghitung.

    - PROPORSI : hubungan perbandingan antara bagian dengan bagian lain atau

    bagian dengan elemen keseluruhan. Kesebandingan dapat dijangkau dengan

    menunjukkan hubungan antara :

    1. Suatu elemen dengan elemen lain

    2. Elemen bidang/ruang dengan dimensinya

    3. Dimensi bidang/ruang itu sendiri

    - SKALA : suatu system pengukuran (alat pengukur) yang menyenangkan,dapat

    dalam satuan cm, inchi atau apa saja dari unit-unit yang akan diukur.

    - IRAMA : elemen desain yang dapat menggugah emosi atau perasaan yang

    terdalam.

    - SUMBU : Garis yang terbentuk oleh dua unsur titik.

    - SIMETRI : Distribusi unsur dan bentuk yang sama dan seimbang terhadap suatu

    garis/sumbu bersama.

    - HIERARKI : Penekanan suatu hal yang dianggap penting terhadap unsur dan

    bentuk dalam suatu komposisi.

    - PENGULANGAN : frekuensi keberadaan unsur atau bentuk yang sama/mirip dalam

    sebuah komposisi (ukuran, raut, rinci, warna).

    - DATUM : Unsur titik, garis atau bidang yang berguna untuk mengumpulkan,

    mengelompokkan dan mengorganisir suatu pola komposisi.

    - TRANSFORMASI : Prinsip tentang konsep komposisi yang dapat dipertahankan,

    diperkuat, dibangun melalui sederetan manipulasi.

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    11

    - NILAI ESTETIS : Penilaian terhadap keindahan suatu karya seni dengan tanpa

    keterlibatan secara personal.

    II. Estetika Informal

    Adalah produk estetika yang terukur secara non-visual (pabrikasi).

    - NILAI KEARIFAN LOKAL

    Gagasan-gagasan atau nilai-nilai, pandangan-padangan setempat atau (lokal) yang

    bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh

    anggota masyarakatnya.

    - NILAI FILSAFAT

    Nilai-nilai historis yang mempunyai makna atau maksud tertentu tentang suatu

    bentuk. Dapat dikaitkan dengan hal-hal sakral ataupun perkembangan dari masa

    lalu.

    - NILAI ARTISTIK

    Penilaian terhadap keindahan suatu karya seni dengan keterlibatan secara

    personal.

    - TREND

    Sesuatu yang banyak diminati yang dipengaruhi oleh modernisasi perkembangan

    zaman dan teknologi, era globalisasi, ketersediaan bahan baku, pergeseran selera,

    pergeseran budaya juga gaya hidup masyarakat.

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    12

    BAB III

    ANALISA

    A. Lokasi Bank Bukopin

    Bank Bukopin terletak di Jalan Sudirman No.10, Surakarta 57111. Lokasi ini

    cukup strategis karena di kawasan ini terdapat Bank Indonesia, Bank Danamon,

    Kantor Pos, Balaikota, Benteng Vastenberg, Pusat Grosir Solo, Beteng Trade Centre,

    Telkom, dll.

    Gambar 3. A. 1. Lokasi Bangunan Bank Bukopin Surakarta

    Sumber: http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=627326&page=44

    B. Analisa Karakteristik Arsitektur Post-Modern pada Bank Bukopin

    Bangunan Bank Bukopin memiliki ciri-ciri Arsitektur Post-Modern sehingga

    bangunan tersebut dapat digolongkan sebagai bangunan Arsitektur Post-Modern.

    Karakteristik tersebut yaitu :

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    13

    I. Historik

    Bangunan ini memiliki unsur historik, yaitu dapat membangkitkan kenangan

    sejarah tentang bangunan pada zaman dulu. Karena ketika melihat bangunan ini

    maka kita akan memiliki pandangan tentang bangunan pada zaman dulu yaitu ketika

    masih dijajah oleh Belanda (masa kolonial). Hal ini dikarenakan bangunan ini

    memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan ciri-ciri bangunan pada masa kolonial.

    Bentuk bangunan yang besar dan dengan kolom, pintu, serta jendela yang besar

    semakin menunjukkan ciri bangunan kolonial pada bangunan ini. Pada masa kolonial,

    bangunan-bangunan pemerintahan memiliki ukuran yang besar dan berbeda dengan

    bangunan biasa. Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintahan pada masa kolonial

    yang mengutamakan bangunan pemerintahan, sehingga bangunan-bangunan

    pemerintahan memiliki bentuk yang monumental serta lebih besar dibandingkan

    bangunan-bangunan lain, selain bangunan pemerintahan.

    Ciri-ciri bangunan kolonial yang terdapat pada bangunan Bank Bukopin

    meliputi model denah yang simetris, mempunyai pilar (kolom) di serambi depan dan

    belakang yang menjulang ke atas bergaya Yunani, serta penggunaan skala bangunan

    yang tinggi sehingga berkesan megah.

    Gambar 3. I. 1. Bangunan Bank Bukopin Surakarta

    Sumber: Dokumen Pribadi, 201

    II. Ornamentasi

    Ornamentasi adalah ciri Arsitektur Post-Modern yaitu adanya penambahan

    ornamen pada bangunan yang berasal dari unsur arsitektur lain. Pada bangunan

    Bank Bukopin ini memiliki ciri ornamentasi yang dapat dilihat pada ornamen-

    ornamennya yang memiliki kesan seperti Arsitektur Klasik. Hal ini meliputi, kolom di

    serambi depan yang besar dan menjulang ke atas dan bergaya Yunani (Arsitektur

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    14

    Klasik), penebalan-penebalan sebagai unsur dekoratif yang mempertegas bentuk

    elemen bangunan serta sebagai elemen yang memperkuat kesan kokoh pada

    bangunan (Arsitektur pada masa kolonial), serta balkon yang berfungsi untuk

    mengatasi tempias air hujan dan isolator udara panas luar ke dalam (Arsitektur pada

    masa kolonial).

    Selain ornamentasi dari arsitektur pada masa kolonial, bangunan Bank

    Bukopin juga memiliki ornamentasi yang diambil dari bangunan tradisional Jawa.

    Ornamentasi tersebut adalah lidah api. Lidah api dapat ditemukan pada ujung dari

    atap, yang merupakan penambahan pada atap dengan bentuk yang meruncing.

    Lidah api tersebut biasanya memiliki warna merah atau warna yang sama dengan

    warna genteng dari bangunannya sendiri.

    Di samping adanya lidah api pada atap bangunan, bangunan Bank Bukopin ini

    juga memiliki ornamentasi yang berasal dari unsur Jawa yang ada di daerah

    bangunan tersebut. Ornamentasi tersebut adalah tulisan aksara Jawa yang

    berartikan Bank Bukopin, dimana tulisan aksara Jawa tersebut telah dimodifikasi

    menjadi bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya suatu pencampuran unsur

    lama dengan unsur baru, dimana asal mula tulisan aksara Jawa tersebut adalah

    berasal dari budaya Jawa sedangkan bahasa yang dituliskan adalah bahasa Indonesia

    sebagai Bahasa Nasional.

    Gambar 3. II. 2. Kolom pada bangunan Bank Bukopin yang

    menunjukkan ornamentasi dari Arsitektur Klasik Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    15

    Gambar 3. II. 3. Ornamen dinding yang menunjukkan ornamentasi

    dari bangunan pada masa kolonial

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. II. 4. Konsol pada atap yang menunjukkan

    ornamentasi dari bangunan pada masa kolonial

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. II. 5. Balkon pada bangunan yang menunjukkan

    ornamentasi dari bangunan pada masa kolonial

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. II. 6. Tulisan Bank Bukopin dengan

    Aksara Jawa dan Bahasa Indonesia

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    16

    III. Kontekstual

    Kontekstual merupakan kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan

    mengaitkan bangunan baru dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat juga

    merupakan kesamaan antara bangunan satu dengan bangunan lain yang berada di

    sekitarnya. Sehingga semua bangunan yang berada dalam satu kompleks memiliki

    ciri-ciri yang sama antara satu dengan yang lain. Ciri-ciri dari konstektual adalah

    seperti adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar, pendekatan baik

    dari bentuk, pola atau irama, ornamen, dan lain-lain terhadap bangunan sekitar

    lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu tempat, serta menigkatkan kualitas

    lingkungan yang ada.

    Bangunan Bank Bukopin ini memliki kesamaan bentuk dan ornamen dengan

    bangunan yang ada di sekitarnya. Kesamaan tersebut meliputi bentuk bangunan

    yang tinggi dengan kolom-kolom yang besar yang memberikan kesan bangunan

    kolonial, atap limasan, memiliki kanopi dengan atap tajuk, memiliki lidah api pada

    setiap ujung atapnya, serta memiliki corak seperti Arsitektur Klasik.

    Gambar 3. III. 7. Ornamen dan bentuk bangunan yang

    memiliki kesamaan dengan bangunan di sekitarnya Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. III. 8. Bentuk atap yang memiliki kesamaan dengan bangunan di sekitarnya

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    17

    IV. Komunikatif yang Bersifat Lokal

    Komunikatif yang dimaksud disini adalah elemen bangunan yang dapat

    mengkomunikasikan atau menggambarkan bentuk dari bangunan yang mengandung

    unsur budaya daerah tempat bangunan tersebut. Budaya lokal tersebut dimasukkan

    dalam bangunan dengan tujuan untuk tetap melestarikan budaya daerah setempat

    walaupun seiring dengan perkembangan zaman. Selain itu dalam peraturan

    pemerintah tentang bangunan pemerintahan atau kantor, memiliki atap dari

    Arsitektur Jawa yang merupakan ciri khas dari Arsitektur Jawa itu sendiri. Elemen

    yang dimaksud adalah atap bangunan yang merupakan atap joglo. Atap ini

    dimasukkan dalam peraturan pemerintah untuk menggunakan atap ini dalam

    bangunan pemerintah atau kantor. Sehingga di daerah Solo memiliki karakteristik

    bangunan dengan atap joglo sebagai atap bangunannya.

    Selain itu pada atap kanopi bangunan ini juga merupakan atap yang

    menggambarkan unsur dari budaya lokal, yaitu atap tajuk. Atap yang memiliki sisi-sisi

    yang sama dan menuju ke atas menjadi satu titik. Pada atap ini biasanya terdapat

    mahkota kecil yang berada di ujung atapnya. Atap tajuk biasanya digunakan sebagai

    atap dari tempat ibadah oleh masyarakat setempat.

    Gambar 3. IV. 9. Atap bangunan yang merupakan karakteristik

    dari bangunan-bangunan di sekitar bangunan Bank Bukopin tersebut Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    V. Straight Revitalism

    Straight Revitalism adalah pengulangan kembali langgam Neo-Klasik ke dalam

    bangunan yang bersifat monumental. Neo-Klasik merupakan arsitektur yang

    terinspirasi oleh zaman Yunani dan Romawi kuno. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat dari

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    18

    pengulangan irama pada tampak depannya, bentuk bangunan yang simetris, serta

    adanya jendela dan ukiran-ukiran pada dinding yang berulang-ulang.

    Bangunan Neo-Klasik tampak simetris serta membentuk satu kesatuan yang

    kokoh. Simetris dan keseimbangan merupakan ciri khas yang paling terlihat pada

    bangunan gaya Neo-Klasik. Salah satu elemen paling penting ada pada bangunan

    bergaya Neo-Klasik adalah kolom. Untuk eksterior pada bangunan Neo-Klasik kolom

    digunakan untuk menopang bangunan sehingga tampak kokoh. Dengan bentuknya

    yang simetris dan kolom-kolom penopang yang tinggi bangunan Neo-Klasik tampak

    anggun dan megah.

    Gambar 3. V. 10. Tampak depan dari bangunan Bank Bukopin

    yang simetris dengan kolom besar di depannya

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. V. 11. Pengulangan jendela yang teratur merupakan ciri dari Arsitektur Neo-Klasik

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    19

    VI. Classicism

    Classicism merupakan penggunaan elemen-elemen yang berasal dari

    Arsitektur Klasik. Arsitektur Klasik memberikan kesan yang anggun dan mewah. Ciri

    khas Arsitektur Klasik yaitu pada pilar-pilar, ornamen, dan profil-profil yang

    berkembang pada saat Kerajaan Romawi atau Yunani Kuno. Bangunan dengan gaya

    klasik memiliki ukuran yang melebihi kebutuhan fungsinya. Serta memiliki komposisi

    bangunan yang simetris dengan tata letak jendela yang teratur (monotone).

    Bangunan Bank Bukopin memiliki ukuran bangunan yang besar dan

    ketinggian lantai bertingkat yang tinggi. Hal ini diimbangi oleh adanya ornament-

    ornamen pada dinding bangunan yang diulang-ulang, serta penataan jendela yang

    teratur dan berirama. Hal tersebut yang membuat bangunan Bank Bukopin ini

    memiliki ciri Arsitektur Post-Modern yaitu Classicism.

    Gambar 3. VI. 12. Pengulangan ornamen dan jendela pada dinding bangunan

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    VII. Neo-Vernacularism

    Arsitektur Neo-Vernakular suatu penerapan elemen arsitektur yang telah

    ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non-fisik (konsep, filosofi, tata ruang)

    dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah berbentuk secara empiris

    oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mengalami pembaruan

    menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai

    tradisi setempat.

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    20

    Pada bangunan Bank Bukopin memiliki unsur Arsitektur Neo Vernakular yang

    terdapat pada atap bangunannya. Atap bangunan tersebut menggunakan atap joglo,

    yang merupakan atap tradisi dari arsitektur setempat, yaitu Arsitektur Jawa.

    Selain itu, bangunan Bank Bukopin juga memiliki sebuah kanopi yang

    memiliki atap yang juga merupakan atap dari Arsitektur Jawa yang ada di daerah

    tersebut. Atap yang digunakan pada kanopi bangunan tersebut adalah atap tajuk.

    Atap tajuk tersebut merupakan atap dari sebuah denah yang berbentuk persegi

    dengan sisi yang sama, dimana pada ujung atap menuju ke satu titik yang menjulang

    ke atas.

    Gambar 3. VII. 13. Atap bangunan yang berbentuk atap joglo merupakan

    unsur dari Arsitektur Neo-Vernakular pada bangunan tersebut.

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. VII. 14. Atap kanopi yang berbentuk atap tajuk merupakan unsur

    dari Arsitektur Neo-Vernakular pada bangunan tersebut.

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    C. Analisis Prinsip Estetika Formal pada Bank Bukopin

    Selain memenuhi karakteristik Arsitektur Post-Modern, Bank Bukopin juga

    memenuhi prinsip-prinsip estetika dalam menciptakan keunikan serta keindahan

    pada tampilan bangunan.

    Prinsip-prinsip estetika tersebut diantaranya :

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    21

    I. Proporsi

    Bank Bukopin memenuhi prinsip proporsi, hal tersebut dapat dilihat dari

    proporsi bangunan induk dan kanopi. Proporsi bangunan induk dibuat lebih

    besar karena pada bangunan induk aktivitas banyak dilakukan, seperti

    menabung, meminjam, atau menukarkan uang. Kanopi dibuat lebih kecil karena

    kanopi hanya sebagai ruang transisi antara dalam bangunan dan luar bangunan.

    Gambar 3. I. 1. Proporsi Bangunan Induk (kuning) dan Kanopi (merah)

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    II. Skala

    Seperti yang di jelaskan pada karakteristik historik, bangunan ini dibangun

    dengan skala bangunan yang tinggi, sehingga terkesan megah. Walaupun

    terletak di dekat hotel berbintang yang besar dan megah, Bank Bukopin tidak

    kalah megahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari tampilan bangunan dengan

    sekitarnya, bangunan tetap menonjol dan terlihat dari kejauhan. Selain itu,

    apabila dilihat lebih dekat, bangunan ini menjulang tinggi dan memiliki ukuran

    yang besar pula.

    Gambar 3. II. 2. Skala bangunan yang tinggi

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    22

    Gambar 3. II. 3. Skala bangunan dengan mobil disekitarnya

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    III. Irama

    Irama pada bangunan Bank Bukopin ini ditujukkan dengan penataan jendela

    yang disusun secara grid dan teratur pada keseluruhan bangunan. Selain itu,

    ornamentasi juga disusun secara teratur dan berirama yang terletak pada

    tembok bangunan induk dan balkon yang mempercantik bangunan tersebut.

    Irama juga ditunjukkan konsol pada atap yang disusun teratur dan berjarak

    sama antar satu konsol dengan konsol yang lain dan memiliki pola tersendiri.

    Gambar 3. III. 4. Irama pada jendela yang disusun teratur

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. III. 5. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada bangunan

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    23

    Gambar 3. III. 6. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada balkon

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. III. 7. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    IV. Sumbu

    Bank Bukopin memiliki sumbu dengan pola grid, hal tersebut dapat dilihat dari

    fasad bangunan. Dari fasad bangunan, kita bisa membayangkan denah

    bangunan itu pula. Bank ini memiliki denah yang terbentuk dari beberapa

    persegi, sehingga sumbu-sumbu tersebut membentuk keseimbangan antara

    sumbu vertikal dan horizontal pada denah bangunannya.

    V. Simetri

    Keseimbangan simetri ini dapat dilihat dari dua hal, yaitu denah dan fasad

    bangunan. Di atas sudah dijelaskan bahwa denah bangunan ini memiliki sumbu

    yang seimbang, sehingga apabila sumbu vertikal dan horizontal seimbang maka

    dipastikan bahwa denah bangunan tersebut memiliki simetri yang seimbang

    pula. Apabila dilihat dari fasad bangunan, bangunan ini memiliki keseimbangan

    simetri. Hal tersebut dapat dilihat apabila kita menari satu garis vertikal pada

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    24

    atap bangunan induk, maka bangunan akan terbagi menjadi dua sama besar.

    Sehingga hal tersebut membuktikan bahwa bangunan ini memiliki simetri yang

    seimbang/sama.

    VI. Hierarki

    Susunan tampilan fasad bangunan dimulai dari kanopi yang beratapkan tajuk

    sebagai ruang transisi antara bagian dalam dan bagian luar. Selanjutnya pada

    bangunan induk menggunakan atap joglo dimana pada bangunan induk ini

    merupakan bangunan private khusus untuk nasabah dan pegawai saja.

    Sedangkan orang yang ingin mengamati bank ini hanya diperbolehkan di luar

    bangunan saja.

    Gambar 3. VI. 8. Tampilan fasad bangunan induk dan kanopi

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    VII. Perulangan

    Perulangan yang terlihat pada bangunan ini adalah penataan jendela-jendela

    yang tersebar secara teratur dan berpola grid pada keseluruhan bangunan.

    Ornamentasi konsol pada atap juga disusun secara berulang dengan jarak yang

    sama menciptakan pola irama pada bangunan. Selain ornamentasi pada konsol,

    ornamentasi dengan bentuk dasar belah ketupat disusun berulang dan teratur

    pada bangunan induk maupun balkon. Ornamentasi tersebut mengambil gaya

    kolonial yang dipadukan dengan gaya lokal sehingga fasad bangunan tersebut

    terlihat unik dan menarik.

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    25

    Gambar 3. VII. 9. Irama pada jendela yang disusun teratur

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. VII.10. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada bangunan

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3.VII. 11. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada balkon

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. VII. 12. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    26

    VIII. Datum

    Ornamentasi pada bangunan Bank Bukopin menunjukan adanya prinsip

    komposisi datum pada bangunan tersebut. Datum ditunjukkan dengan adanya

    perulangan peletakkan ornamentasi berbentuk belah ketupat yang disusun

    secara teratur sehingga membentuk pola komposisi grid. Selain ornamentasi,

    penataan jendela juga membentuk pola komposisi grid, karena disusun secara

    teratur dan berulang.

    Gambar 3. VIII. 13. Irama pada jendela yang disusun teratur

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. VIII. 14. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada bangunan

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. VIII. 15. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada balkon

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    27

    Gambar 3. VIII. 16. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    IX. Transformasi

    Transformasi ini ditunjukkan dengan gaya bangunan yang mengadopsi gaya

    kolonial apabila bangunan tersebut tidak memakai atap joglo dan atap tajuk.

    Namun, apabila bangunan ini memakai atap joglo dan atap tajuk maka gaya

    bangunan ini menjadi gaya post-modern karena memadukan gaya kolonial dan

    gaya tradisional yang menjadikan bangunan ini unik dan menarik.

    Gambar 3. IX. 17. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    X. Nilai Estetis

    Nilai estetis atau keindahan dapat dilihat dari penggunaan ornamentasi pada

    bangunan serta peletakan jendela, pintu, kolom yang menggunakan pola

    komposisi. Bangunan Bank Bukopin ini mengadopsi dari gaya kolonial yang

    terlihat pada ornamen di dinding bangunan berbentuk belah ketupat. Selain itu,

    ornamen konsol pada atap yang disusun berulang dan berirama juga mempunyai

    nilai keindahan tersendiri. Pola penyusunan jendela yang memakai komposisi

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    28

    grid serta pemakaian kolom yang mengadopsi dari gaya kolonial ini menambah

    kesan megah dan unik pada bangunan ini.

    Gambar 3. X. 18. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. X. 19. Irama pada jendela yang disusun teratur

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. X. 20. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada bangunan

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    29

    Gambar 3. X. 21. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada balkon

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    Gambar 3. X. 22. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

    D. Analisis Prinsip Estetika Informal pada Bank Bukopin

    Prinsip estetika informal pada Bank Bukopin ini menerapkan nilai kearifan

    lokal. Karena bangunan ini terletak di Pulau Jawa, maka bangunan ini mengadopsi

    nilai-nilai tradisi di Jawa. Walaupun tidak keseluruhan bangunan mengadopsi nilai

    tradisi, namun atap bangunan menerapkannya dengan atap yang berbentuk joglo

    pada bangunan induk dan atap tajuk pada kanopi gedungnya. Atap joglo dan atap

    tajuk ini merupakan atap Rumah Adat atau Rumah Tradisi di Pulau Jawa.

    Gambar 3. D. 23. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur

    Sumber: Dokumen Pribadi, 2013

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    30

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Bangunan Bank Bukopin di Surakarta merupakan bangunan modern yang

    memiliki unsur-unsur dari bangunan lama. Hal ini yang menjadikan bangunan Bank

    Bukopin menjadi bangunan yang memiliki gaya Arsitektur Post-Modern. Ciri-ciri

    dari Arsitektur Post-Modern dapat terlihat dari beberapa unsurnya, ciri-ciri tersebut

    meliputi Historik, Ornamnetasi, Kontekstual, Komunikatif yang Bersifat Lokal,

    Straight Revitalism, Classicism, serta Neo-Vernacularism. Ciri-ciri tersebut dapat

    langsung dilihat dari tampak luar bangunan Bank Bukopin. Mulai dari kolom-

    kolomnya, ornamen pada dinding, serta balkon yang terdapat di bagian depan

    bangunan. Selain itu juga dari bentuk bangunan yang besarnya melebihi dari

    fungsinya, bentuk bangunan yang simetris, serta peletakan jendela yang teratur

    dan berirama. Hal ini menunjukkan bahwa di kota Solo terdapat banyak bangunan

    yang memiliki gaya Arsitektur Posr-Modern yang berkembang pada saat ini.

    Selain mengandung karakteristik dari bangunan post-modern, bangunan Bank

    Bukopin juga menerapkan prinsip-prinsip estetika baik itu formal maupun informal.

    Prinsip tersebut meliputi proporsi, irama, skala, sumbu, simetri, hierarki,

    transformasi, nilai estetis, perulangan, datum dan juga nilai kearifan lokal. Prinsip

    ini dapat dilihat langsung dari tampilan fasad bangunan. Penataan jendela yang

    teratur, penggunaan ornamen pada dinding dan konsol atap, serta pemakaian

    kolom bergaya kolonial. Bangunan ini menerapkan prinsip lokal atau tradisi dengan

    memakai atap joglo dan atap tajuk yang merupakan atap bangunan tradisional di

    Pulau Jawa.

  • PRODI ARSITEKTUR UNS | ESTETIKA ARSITEKTUR 2 | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013

    31

    DAFTAR REFERENSI

    Ching, Francis D.K. 2008. Bentuk, Tatanan, dan Ruang. Jakarta : Erlangga.

    http://www.slideshare.net/HadiYanuarIswanto/estetika-arsitektur

    http://arsitektur-mudasukoharjo.blogspot.com/2010/07/pengertian-dan-ciri-ciri-

    arsitektur.html

    http://sigitsetyoutomo.blogspot.com/

    http://wahyumuliatmi.blogspot.com/2012/03/arsitektur-post-modern.html

    http://fariable.blogspot.com/2011/08/aliran-dalam-langgam-arsitektur-post.html

    http://dakokong.blogspot.com/2013/02/pengertian-arsitektur-postmodern.html

    http://rivarchitect.blogspot.com/2012/03/arsitektur-postmodern.html