Upload
rismasihombing
View
1.632
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
ARTIKEL HIDROLIKA
DETEKSI INSTALASI POMPA SENTRIFUGAL TERHADAP GEJALA KAVITASI
RISMA SIHOMBING
05091002007
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hidrolika merupakan satu topik dalam Ilmu terapan dan keteknikan yang
berurusan dengan sifat-sifat mekanis fluida, yang mempelajari perilaku aliran air
secara mikro maupun makro. Mekanika Fluida meletakkan dasar-dasar teori
hidrolika yang difokuskan pada rekayasa sifat-sifat fluida. Dalam tenaga fluida,
hidrolika digunakan untuk pembangkit, kontrol, dan perpindahan tenaga
menggunakan fluida yang dimampatkan. Topik bahasan hidrolika membentang
dalam banyak aspek sains dan disiplin keteknikan, mencakup konsep-konspen
seperti aliran tertutup (pipa), perancangan bendungan, pompa, turbin, tenaga air,
hitungan dinamika fluida, pengukuran aliran, serta perilaku aliran saluran terbuka
seperti sungai dan selokan.
Kata Hidrolika berasal dari bahasa Yunani hydraulikos, yang merupakan
gabungan dari hydro yang berarti air dan aulos yang berarti pipa.
Penemuan terkait di Romawi Kuno. Pada masa Romawi Kuno telah
dikembangkan beragam penerapan hidrolika, mencakup penyediaan air untuk
umum, sejumlah Aqueduct, kincir air, pertambangan hidrolis. Romawi Kuno
termasuk golongan awal yang menggunakan prinsip siphon untuk membawa air
melintasi lembah, serta menggunakan teknik tertentu bernama hushing dalam
pertambangan. Mereka menggunakan timbal dalam sistem pemipaan untuk suplai
domestik dan umum, semisal pemandian umum pada masa itu.
Inovasi pada Masa Kejayaan Islam. Pada masa kejayaan Islam, terobosan
dalam mekanika fluida oleh fisikawan muslim semisal Abu Rayhan al-Biruni
(973-1048) dan Al-Khazini (penemu keseimbangan hidrostatis pada tahun 1121),
menghantarkan berbagai inovasi di bidang hidrolika dari insinyur-Insinyur Arab
dan para penemu. Kerajaan Arab telah menemukan sistem pengairan domestik
semisal sistem pembilasan dan sistem transportasi air yang berdampak baik pada
pertanian.
Aliran dapat diklasifikasikan dalam banyak bentuk, seperti turbulen dan
laminer. Situasi aliran turbulen sangat sering terjadi dalam praktek perekayasaan,
dalam aliran turbulen partikel-partikel massa molar yang kecil fluida bergerak
dalam lintasan-lintasan yang sangat tidak teratur, dengan mengakibatkan
pertukaran momentum dari satu bagian ke bagian lainnya dengan cara yang akak
menyerupai perpindahan momentum molekular. Aliran laminer, partikel-partikel
fluida bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus serta lancar dalam lamina-
lamina, dan satu lapisan meluncur pada lapisan yang bersebelahan.
Penentuan aliran tersebut bila dilihat secara kasat mata sangat sukar untuk
dilaksanakan. Guna menentukan makna kelompok tanpa dimensi. Reynold
melakukan eksperimennya mengenai aliran air melalui lubang kaca. Sebuah
tabung kaca dipasang horizontal dengan satu ujungnya di dalam tangki dan
sebuah katup pada ujung lainnya. Pada ujung hulu terpasang lubang masuk corong
lonceng yang licin dengan jet warna yang diatur deikian sehingga arus zat waktu
yang halus dapat disemprotkan di titik di setiap di depan corong lonceng tersebut.
Bilangan Reynold ini selanjutnya akan memudahkan untuk penentuan jenis aliran
yang tejadi pada suatu saluran, baik saluran terbuka maupun saluran tetutup.
Sehingga praktikan tidak perlu menerka-nerka jenis aliran pada suatu saluran.
Aliran fluida di dalam fluida berdasarkan bilangan Reynold dibedakan
menjadi aliran laminer, aliran transisi dan aliran turbulen. Dalam hal ini jika nilai
Re kecil aliran akan meluncur di atas lapisan lain yang dikenal dengan aliran
laminer, sedangkan jika aliran-aliran tadi terdapat garis edar tertentu yang dapat
dilihat, aliran ini disebut aliran turbulen. Nilai bilangan Reynold pada pipa atau
saluran-saluran adalah sebagai berikut:
- Aliran laminer terjadi jika Re <> 4000
- Aliran transisi terjadi jika 2100 <> 1000
Sistem jaringan pipa digunakan oleh perusahaan-perusahan sebagai
pendistribusian air minum, minyak maupun gas bumi. Demikian juga dengan
keperluan air pada rumah tangga, sistem jaringan pipa ini paling banyak
digunakan baik untuk penyaluran air bersih maupun sanitasi.
Jaringan pipa air bersih atau instalasi air bersih adalah suatu jaringan pipa
yang digunakan untuk mengalirkan atau mendistribusikan air, baik itu dari sumber
air ke penampungan air maupun dari provider ke konsumen. Dimana pada aliran
normal terjadi karena adanya perbedaa n tinggi tekanan/perbedaan elevasi muka
air. Sedangkan pada aliran mekanik digunakan pompa air, sehingga dapat
mengalirkan air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi.
Pipa yang paling banyak digunakan adalah pipa besi (galvanis) dimana
pipa galvanis, lebih kuat, tahan terhadap temperatur tinggi, tidak mudah pecah
atau bocor dan mudah dipasang, serta tahan lama. Pipa ini tersedia dipasaran
dengan berbagai merek baik yang diproduksi oleh industri dalam negeri maupun
dari produk impor.
Pada aliran air salah satu gangguan atau hambatan yang sering terjadi dan
tidak dapat diabaikan pada aliran air yang menggunakan pipa adalah kehilangan
energi akibat gesekan (mayor lose) dan minor lose (adanya perubahan arah,
perubahan penampang serta gangguan-gangguan lain yang mengganggu aliran
normal. Hal ini menyebabkan energi aliran air semakin lemah dan mengecil.
Kebutuhan air yang harus dipenuhi akan menentukan ukuran dan tipe
sistem distribusi yang di inginkan misalnya dipakai kebutuhan 1000 liter/orang
untuk suatu jaringan, maka kita harus merencanakan debit dan tekanan yang akan
diberikan. Sedangkan tekanan menjadi penting karena tekanan rendah akan
mengakibatkan masalah dalam distribusi jaringan pipa, namun bila tekanan besar
akan memperbesar kehilangan energi.
Panjangnya jarak tempuh pendistribusian air, mengakibatkan timbulnya
pemasalahan pada perencanaan instalasi perpipaan, diantaranya adanya kontur
tanah/lahan yang tidak rata, gedung-gedung, jalan raya, serta instalasi-instalasi
lainnya. Untuk itu perlu pembelokan arah pipa agar tidak mengganggu instalasi
instalasi lainnya.
Akibat sambungan dan pembelokan serta kurangnya perawatan dan akibat
umur pipa akan timbul permasalahan pada aliran seperti adanya: a) kebocoran, b)
lebih sering terjadi kerusakan pipa atau komponen lainnya, c) besarnya tinggi
energi yang hilang dan d) penurunan tingkat layanan penyediaan air bersih untuk
konsumen (Kodoatie, 2002: 262) , dan masih banyak permasalahan lainnya.
Kehilangan energi akibat perubahan arah pada pipa dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu pembelokan karena adanya sambungan yang terkesan tiba-tiba/tajam,
pembelokan ini disebut Elbow dan pembengkokan secara berangsur –angsur
pembengkokan ini disebut Bends. Perbedaan kedua perubahan arah itu bisa dilihat
pada gambar berikut ini.
Gambar 1.1 Perubahan Arah Pada Pipa
Elbow adalah pembelokan yang biasanya terjadi diakibatkan adanya
sambungan pipa, sambungan yang dipakai adalah fitting/keni. Fitting yang biasa
dijual dipasaran adalah sudut 45o dan 90o.
Pompa sebagai salah satu mesin aliran fluida hidrolik pada dasarnya
digunakan untuk memindahkan fluida tak mampat (incompressible fluids) dari
suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan fluida yang
dipindahkan tersebut. Pompa akan memberikan energi mekanis pada fluida
kerjanya, dan energi yang diterima fluida digunakan untuk menaikkan tekanan
dan melawan tahanan-tahanan yang terdapat pada saluran-saluran instalasi pompa.
Pompa sentrifugal sebagai salah satu jenis pompa yang banyak dijumpai
dalam industri bekerja dengan prinsip putaran impeler sebagai elemen pemindah
fluida yang digerakkan oleh suatu penggerak mula. Zat cair yang berada di dalam
akan berputar akibat dorongan sudu-sudu dan menimbulkan gaya sentrifugal yang
menyebabkan cairan mengalir dari tengah impeler dan keluar melalui saluran di
antara sudu-sudu dan meninggalkan impeler dengan kecepatan tinggi. Cairan
dengan kecepatan tinggi ini dilewatkan saluran yang penampangnya makin
membesar (diffuser) sehingga terjadi perubahan head (tinggi tekan) kecepatan
menjadi head tekanan. Setelah cairan dilemparkan oleh impeler, ruang di antara
sudu-sudu menjadi vacuum, menyebabkan cairan akan terhisap masuk sehingga
terjadi proses pengisapan.
Mengingat luasnya aplikasi penggunaan pompa sentrifugal di mana
sebagian besar memerlukan stabilitas yang tinggi dan performansi yang dapat
diandalkan, maka perencanaan komponen penyusun dan pemeriksaan instalasinya
harus dilakukan dengan teliti dan dapat diandalkan.
Turunnya performansi pompa secara tiba-tiba dan ketidakstabilan dalam
operasi sering menjadi masalah yang serius dan mengganggu kinerja sistem secara
keseluruhan. Salah satu indikasi penyebab turunnya performansi pompa adalah
apa yang dikenal sebagai peristiwa kavitasi (cavitation), dan menjadi ancaman
serius pada pengoperasian pompa sentrifugal.
2. Tujuan
Penulisan paper ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gejala kavitasi
terhadap instalasi pompa sentrifugal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mekanika fluida merupakan cabang ilmu teknik mesin yang mempelajari
keseimbangan dan gerakan gas maupun zat cair serta gaya tarik dengan benda-
benda disekitarnya atau yang dilalui saat mengalir. Istilah lain adalah
hydromechanic ; sedangkan hidrolika merupakan penerapan dari ilmu tersebut
yang menyangkut kasus-kasus teknik dengan batas-tertentu, dan semua cara
penyelesaiannya. Jadi, hidrolika membahas hukum keseimbangan dan gerakan
fluida serta aplikasinya untuk hal-hal yang praktis.
Sasaran pokok dari hidrolika adalah aliran fluida yang dikelilingi oleh
selubung; seperti misalnya aliran didalam saluran-terbuka & tertutup. Sebagai
contoh : aliran pada sungai, terusan, cerobong dan juga pipa saluran; nozzle dan
komponen-komponen mesin hidrolik. Jadi sasaran utama hidrolika adalah aliran-
dalam dari fluida dengan istilah internal problems yang berbeda dengan external
Problems yang membahas aliran media disekeliling benda yang dicelupkan
didalamnya ; seperti misalnya benda padat yang bergerak dalam air atau diudara.
Khusus tentang aliran luar, teorinya banyak dibahas dalam hydrodynamics dan
aerodynamics yang menyangkut perencanaan kapal terbang dan kapal laut.
Perlu diingat, istilah fluida didalam mekanika fluida mempunyai
pengertian yang lebih luas dibanding yang kita lihat dalam kehidupan seharihari.
Fluida adalah semua bahan yang cenderung berubah bentuknya walaupun
mengalami gaya-luar yang sangat kecil.
Ada perbedaan antara zat-cair dan gas. Zat cair cenderung untuk
mengumpul dan membentuk tetesan ( apabila jumlahnya sedikit ) ; untuk volume
yang banyak ia akan membentuk muka - bekas ( free surface ). Sifat penting
lainnya dari zat-cair, perubahan
Tekanan dan temperatur hampir atau sama sekali tak berpengaruh terhadap
volume; sehingga dalam praktek zat cair dianggap bersifat incompressible.
Sedangkan gas akan mengkerut bila mengalami tekanan dan memuai tak-
terhingga besarnya bila tekanan hilang. Jadi, sifatnya betul-betul kompresibel.
Selain perbedaan tersebut, pada kondisi tertentu hukum gerakan untuk zat
cair dan gas secara praktis adalah sama. Salah satu keadaan yang dimaksudkan
adalah, gas mengalir dengan kecepatan yang rendah dibanding kecepatan suara
didalamnya.
Bidang hidrolika khusus mempelajari gerakan zat cair. Internal flow dari
gas hanya disinggung jika kecepatan alirnya jauh lebih rendah dibanding
kecepatan suara, sehingga sifat kompresibelnya dapat kita abaikan. Kasus
demikian banyak kita jumpai dalam bidang teknik; misalnya : aliran udara dalam
sistem ventilasi dan saluran-saluran gas ( air ducts ). Mempelajari kasus aliran zat
cair dan juga gas-gas jauh lebih sukar dan rumit dibanding benda-padat, karena
mekanika benda-padat hanya untuk partikel-partikel yang saling terikat kuat
( rigid bodies ) ; sedangkan mekanika fluida, yang dijadikan objek adalah media
yang memiliki sangat banyak partikel-partikel dengan berbagai ragam gerakan
relatifnya. Galileo telah membuat hukum : bahwa jauh lebih mudah mempelajari
gerakan benda-benda di-langit yang letaknya jauh dari bumi dibanding
mempelajari aliran yang panjangnya hanya 1 foot.
Akibat kesulitan inilah maka teori mekanika fluida menimbulkan 2
pendapat yang berbeda. Pendapat pertama adalah analisa matematika yang betul-
betul teoritis dan bertolak dari rumus-rumus mekanika yang menyebabkan
timbulnya ilmu hidromekanika-teoritis yang pernah disingkirkan untuk selang
waktu yang cukup lama. Metode yang diutarakan merupakan cara-cara yang
efektif dan pula menarik untuk bidang penelitian. Namun cara teoritis ini banyak
menemukan hambatan & kesukaran sehingga tak mampu menjawab pertanyaan
dari kasus-kasus praktis.
Namun tuntutan yang selalu membuntuti bidang teknik praktis akhirnya
menelorkan ilmu-baru tentang aliran fluida, yakni hidrolika (Hydraulics) karena
para ahli harus mengalihkan perhatiannya kepada experimen yang extensif dan
pengumpulan data fakta agar bisa diterapkan kepada kasus -kasus teknik.
Memang semula hidrolika hanya merupakan ilmu yang sifatnya empiris
murni; namun sekarang, kita dapat pula memberikan pembuktian secara
hidromekanik teoritis untuk memecahkan berbagai kasus; sebaliknya didalam
hidromekanika teoritis kita banyak menerapkan experimen guna menyesuaikan
dan memudahkan membuat kesimpulan. Oleh sebab itu, garis batas yang
membedakan ke–2 metode tersebut dapat dihapuskan secara berangsur-angsur.
Cara-cara penyelidikan mekanika fluida, terutama aliran fluida menurut
hidrolika adalah sebagai berikut : Kasus yang kita selidiki kita buat sesederhana
mungkin dan diusahakan ideal, kemudian kita menerapkan hukum-hukum dari
mekanika teori.
Hasil yang didapat kita bandingkan dengan data-data hasil pengujian;
perbedaannya kita hitung; kemudian rumus-rumus teoritis serta jawabannya kita
atur sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan untuk hal-hal yang praktis.
Banyak kasus yang bisa timbul, yang secara praktis menentang analisa
teoritis, ini kita selidiki dengan cara-cara pengukuran dan pengujian; hasil yang
didapat kita pakai sebagai rumus-empiris. Oleh sebab itulah, hidrolika kita
kelompokkan sebagai ilmu yang sifatnya semi-empiris.
Hidrolika juga merupakan ilmu-terapan selain ilmu teknik (engineering
science) karena ia muncul akibat tuntutan & kebutuhan hidup manusia dan sangat
luas penggunaannya dalam bidang teknik; seperti misalnya metode perhitungan &
perencanaan bangunan-air :
–. Dam
–. Parit & terusan (canals)
–. Pintu air (weirs)
–. Jaring-jaring pipa saluran.
Dalam bidang permesinan :
–. Pompa;
–. Turbin;
–. Fluid couplings;
–. Berbagai peralatan lain dalam berbagai cabang ilmu teknik.
–. Perencanaan machine tools.
–. Bidang penuangan dan tempa logam.
–. Pembuatan barang-barang plastik, dsb.
Contoh lain yang menggunakan prinsip hidrolika :
–. Perencanaan canggih pesawat udara dengan fluid drives.
–. Sistem bahan bakar dan pelumassan.
–. Shock absorber hidrolik.
Munculnya ilmu hidrolika karena mengikuti penemuan berbagai hokum
dan lahirnya sejumlah kasus yang punya hubungan dengan keseimbangan &
gerakan fluida.
Yang pertama mempelajari hidrolika adalah Leonardo da Vinci
(pertengahan abad XV) dengan karya tulisnya : ON THE FLOW OF WATER AND
RIVER STRUCTURES. Setelah itu ia melakukan observasi dan memperoleh
pengalaman membangun instalasi hidrolika di Milan ( Italia ) dan juga di Florence
dsb.
Berikutnya muncul Galileo dengan studi sistematik mengenai dasar-dasar
hidrostatika. Pada 1643 seorang murid Galileo bernama Torricelli
memperkenalkan hukum tentang aliran-bebas zat cair melewati lobang (celah).
Pada 1650 diperkenalkan hukum distribusi tekanan dalam zat cair yang dikenal
dengan hukum Pascal. Hukum tentang gesekan dalam fluida yang mengalir; yang
sangat terkenal sampai saat ini dirumuskan oleh Isaac Newton. Selain itu ia juga
dikenal sebagai penemu teori viskositas, dan pula dasar teori mengenai similaritas
hidrodinamik.
Akan tetapi hukum -hukum tersebut sampai dengan pertengahan abad
XVIII statusnya masih ngambang karena tak ada ilmu yang betul-betul mendalam
tentang sifat fluida. Dasar teori mekanika fluida dan hidrolika kemudian menjadi
baku setelah Daniel Bernoulli dan Leonhard Euler memperkenalkan ilmunya
dalam abad XVIII. Daniel Bernoulli seorang pakar kelahiran Swiss (1700 – 1780)
telah mendidik 11 orang pakar ilmu; hampir semuanya ahli matematik dan orang
teknik. Selanjutnya ia menjadi staff akademi ilmu pengetahuan Rusia yang
kemudian menetap di St. Petersburg. Antara 1728 s/d 1778 ia telah menerbitkan
47 judul buku tentang matematika, mekanika dll. Tahun 1738 dengan tulisannya
tentang hidrodinamika membuat rumusan yang merupakan hukum-dasar aliran
fluida yang menyatakan hubungan antara tekanan ( p ); kecepatan ( v ) dan head
( H ) dari fluida. Persamaan Bernoulli merupakan prinsip dari teori mekanika
fluida secara umum, dan khususnya hidrolika. Pakar lain yang juga perlu
diketahui adalah seorang ahli matematika, fisika dan astronomi Leonhard Euler
(1707 – 1783) dari negeri Switzerland tinggal di St. Petersburg. Tahun 1755 ia
menemukan persamaan diferensial-umum aliran fluida-ideal ( non viscous ) bila
di-integral merupakan persamaan Bernoulli. Ini merupakan tonggak awal metode
analisa teoritis dalam bidang mekanika fluida. Selain itu Euler juga sebagai pakar
yang menurunkan persamaan-usaha ( work ) semua mesin-mesin hidrolik jenis
rotodinamik ; seperti turbin; pompa sentrifugal dan juga fans; dan juga teori gaya
-apung. Pakar lainnya dalam bidang hidrolika adalah Lomonosov (menurut cerita
orang Rusia). Jadi session I yang merupakan awal perkembangan ilmu hidrolika
adalah hasil karya dari Bernoulli ; Euler ; Lomonosov. Dalam session II yang lahir
dalam tengah-abad-dua dari abad XVIII dan juga abad XIX hanya merupakan
penemuan data-data experimen dari aliran pada saluran terbuka & saluran tertutup
dan juga faktor koreksi persamaan Bernoulli ( µ ). Kemampuan analisa
sebelumnya hanya didasarkan teori semata -mata yang menyangkut fluida-ideal
sehingga tidak dapat memenuhi selera bidang praktis, seperti misalnya yang
menyangkut pengaruh viskositet. Dalam session berikutnya ditemukan massalah
yang memulai abad mekanika fluida, seperti : pengaruh viskositet fluida; teori
similaritas dan berbagai teori serta hal-hal praktis.
Stokes telah menurunkan teori dasar dari aliran fluida yang
memperhitungkan viskositet dan berbagai massalah lainnya. Reynolds
menetapkan teori similaritas yang sangat memudahkan kita dalam menarik
kesimpulan dan sistematik dari data-data experimen yang sebelumnya telah
dikumpulkan. Reynodls juga sebagai pemula dari teori aliran turbulentt yang amat
sangat rumit itu. N.P. Petrov menyelidiki aplikasi teori Newton tentang gesekan
dalam fluida; sehingga dianggap sebagai penemu teori pelumas mesin
(lubrication).
Nikolai Joukowski yang interest dalam hidrolika berhasil menggabungkan
hasil-hasil experimen dengan teori-teori yang telah ada sehingga bermanfaat
untuk keperluan penelitian dan aplikasi. Bidang lain yang telah dibakukan adalah
dasar teori tentang Aerodynamics. Yang paling menarik dari penemuan
Joukowski adalah teori tentang Water Hammer yang menyebabkan saluran-
saluran pecah karena alat-alat ditutup mendadak (valve ; turbine gates ; faucet)
dan berbagai kasus dalam bangunan -air; seperti teori aliran air-tanah ( ground
water = percolation theory ). Ia juga menyelidiki keadaan aliran melalui lobang
( orifice ); teori pelumassan ( lubrication ); distribusi kecepatan dalam saluran;
reaksi dari semprotan fluida dan getaran akibat fluida; analogi antara terjadinya
gelombang ( wave formation ) pada permukaan zat cair dan perubahan tekanan
yang drastis dalam aliran udara supersonik atau teori Shockwaves.
Untuk bidang hidrolika nama-nama pakar yang juga harus dicantumkan
adalah : Ludwig Prandtl ; Theodor Von Karman ; Johann Nikuradse. Prandtl &
Karman terkenal dalam bidang mekanika fluida & aerodinamika terutama dalam
kasus turbulensi, sedangkan temannya Nikuradse menurunkan teori aliran dalam
pipa. Sebenarnya mereka-mereka itu mempelajari kasus -kasus tersebut karena
keadaan yang memaksa, akibat tantangan untuk membangun stasionstasion PLTA
; jaring-jaring pipa dan terusan ( canals ) berukuran raksasa agar kebutuhan hidup
manusia selalu terpenuhi.
Menurut orang-orang Rusia, orang mereka yang berjasa dalam bidang
mekanika fluida adalah :
–. N.N. Pavlovsky : aliran pada saluran terbuka, teori energi air-laut.
–. L.S. Leibenzon : Cairan kental; hidrolika minyak bumi ( PETROLEUM
) dan air tanah.
GAYA-GAYA DALAM FLUIDA.
- TEKANAN
Menurut teori hidrolika, fluida adalah suatu kontinyum ( continuum) yakni
suatu bahan yang bersifat kontinyu, berusaha menempati seluruh ruangan, tanpa
ada yang kosong. Oleh karena itu, struktur molekuler dapat diabaikan, sehingga,
fluida dengan partikel yang sangat kecil sekalipun mesti terbentuk dari
molekulmolekul yang sangat banyak jumlahnya. Karena fluida selalu berusaha
molor ( yields ) walaupun tegangannya sangat kecil maka ia tak bisa
menimbulkan gaya yang terpusat.
Semua gaya-gaya yang diberikan padanya akan didistribusikan merata
dalam seluruh volume ( massa ) atau searah dengan permukaannya. Jadi gaya luar
yang bisa bekerja pada setiap-volume fluida hanyalah gaya inersia ( body force )
atau gaya permukaan ( surface force ). Gaya inersia sebanding massa fluida, untuk
bahan yang homogeny sebanding dengan volume fluida. Ini timbul terutama
akibat pengaruh gravitasi, dan juga gaya yang dialami fluida dalam bejana yang
bergerak dengan akselerasi, atau fluida yang mengalir dengan akselerasi dalam
saluran yang stasioner. Besaran ini didapat dari teori D’Alembert. Gaya
permukaan terbagi kontinyu pada seluruh permukaan fluida; jika distribusinya
merata maka sebanding dengan luas permukaan. Ini timbul akibat pengaruh
lingkungan dari fluida yang kita tinjau atau akibat pengaruh benda lain yang
bersinggungan dengan volume tersebut ( benda padat; cair; gas ).
Jika gaya permukaan besarnya ( D R ) bekerja pada luasan ( D S ) secara
tegak-lurus ataupun menyudut, maka gaya tersebut bisa diuraikan menjadi :
–. Komponen normal ( tegak lurus ) = D P.
–. Komponen tangensial = D T
Komponen pertama juga disebut gaya–tekan ( tekanan ). Komponen kedua
juga dinamakan gaya–gesek atau gaya geser.
Istilah tersebut juga berlaku untuk 1 satuan gaya; maksudnya yang dialami
oleh 1 satuan. Untuk gaya inersia dihitung per-satuan massa, sedangkan
untuk gaya permukaan per-satuan luas.
Karena gaya inersia = massa x percepatan; maka gaya inersia spesifik
( yang dialami 1 satuan massa ) akan = percepatan yang dialami massa fluida.
Tekanan hidrostatik atau hanya disebut tekanan adalah besarnya gaya-tekan yang
dialami 1 satuan luas. Untuk yang bersifat merata ( atau perhitungan harga rata-
rata ), maka tekanan :
Jadi secara umum, definisi dari tekanan hidrostatik pada suatu titik adalah harga-
batas DP / D S jika (D S ) mendekati 0.
Bila tekanan diukur diatas titik ( 0 ) absolut; dinamakan tekanan absolut. Bila
diukur diatas atau dibawah tekanan atmosfer ( sebagai patokan ) dinamakan gauge
pressure. Jadi,
Satuan untuk tekanan dalam bidang teknik adalah atmosfer standard :
Untuk tegangan geser atau gaya geser dalam fluida, secara definitif sama dengan
tekanan :
- SIFAT-SIFAT ZAT CAIR
Karena hidrolika hanya membahas zat cair; maka kita harus tahu sifat-sifat
fisiknya terlebih dahulu; yang dinyatakan dengan simbol berikut :
–. Berat jenis adalah beratnya per-satuan volume :
dimana : G = berat zat cair.
W = volumenya.
Besarnya ( g ) tergantung satuan yang kita pakai ( metrik; British ). Untuk air pada
4 0C ® g = 1000 [Kg/m3] = 0,001 [Kg/Cm3].
–. Kerapatan ( DENSITY) adalah massa per-satuan volume.
Untuk zat cair yang tak homogen rumus ( 1.4 ) dan juga ( 1.5 ) menyatakan harga
rata-rata. Agar dapat menghitung harga absolut dari ( g ) dan ( r ) pada suatu titik,
volumenya kita anggap cenderung berharga = 0; harga-batas masingmasing
perbandingan tersebut bisa kita hitung.
–. Specific gravity ( d ) suatu zat cair adalah perbandingan berat-jenisnya
terhadap air 4 0C :
Sifat-sifat fisik zat cair yang kita harus ketahui adalah : kompresibilitas; Koefisien
muai termis; tegangan tarik; viskositet; Penguapan ( evaporability).
1. Kompresibilitas : adalah perubahan volume zat cair akibat
perubahan tekanan yang dialami. Perubahan volume relatif per-
satuan tekanan disebut angkakompresibilitas ; ( bp ) yang
dinyatakan dengan rumus :
Tanda ( – ) karena kenaikan tekanan mengakibatkan kerutnya
volume. Kebalikan dari angka kompresibilitas dinamakan modulus
elastisitas volume ( volume or bulk Modulus of elasticity) :
Harga ( K ) sedikit terpengaruh oleh ( T ) dan ( p ). Modulus ( K )
zat cair yang lain, keadaannya juga seperti yang dimiliki air. Secara
umum semua zat cair dianggap inkompresibel ; sehingga berat-
jenis ( g ) tak dipengaruhi oleh ( p ).
2. Koefisien muai termis : Perubahan relatif volume untuk kenaikan
suhu sebesar 1 0C.
3. Tegangan tarik : Untuk zat cair diabaikan. Air putus dengan
tegangan hanya 0,00036 (Kg/Cm2); semakin berkurang untuk
temperatur yang bertambah.
Jika selang waktu kerja beban-tarik sangat pendek, hambatan tahanan =
resistance ) berharga lebih besar. Dalam praktek, air dianggap tak mampu
menahan tegangan tarik. Permukaan zat cair mempunyai tegangan permukaan
yang cenderung menggulung zat cair sehingga membentuk tetesan ( bola )
sehingga timbul tambahan tegangan didalam zat cair itu. Tapi tegangan itu hanya
terlihat untuk volume yang berukuran sangat kecil. Pada pipa kapiler gejala
tersebut menyebabkan zat cair naik lebih tinggi; atau turun lebih rendah dari
bidang datar (permukaan); gejala tersebut dinamakan kapileritas atau meniskus.
Untuk pipa-gelas dengan diameter = ( d ) ; kenaikan atau penurunannya
dinyatakan dengan :
4. Viskositet : Kemampuan menahan geseran atau tergeser
terhadap lapisan-lapisannya.
Gejala ini tidak terlalu sulit kita pahami, pada hal-hal khusus dinyatakan
dengan besarnya tegangan geser. Viskositet merupakan kebalikan dari fluiditas.
Zat cair yang kental (glycerine & lubricants ) fluiditasnya rendah. Apabila cairan-
kental mengalir terhadap bidang padat maka terjadi perubahan kecepatan (dalam
arah tegak lurus) terhadap arah aliran; hal mana disebabkan oleh viskositet. Lihat
Gb.2. Makin dekat lapisan terhadap bidang padat, kecepatan lapisan ( v ) semakin
kecil; pada y = 0 ® v = 0. Jadi tiap lapisan bergeser terhadap yang lainnya,
sehingga timbul gaya gesek atau gaya geseran.
Viskositet zat cair sangat dipengaruhi oleh temperatur; berkurang Bila
temperatur semakin tinggi; seperti pada Gb.3. Untuk gas-gas sifatnya adalah
terbalik. Viskositet semakin Bertambah mengikuti temperatur. Hal demikian
terjadi karena Keadaan viskositet untuk gas berbeda terhadap zat cair. Pada zat
cair molekul-molekul lebih rapat susunannya disbanding Gas dan viskosite t
adalah akibat dari gaya tarik antar molekul ( kohesi ). Gaya ini berkurang,
sehingga viskositet juga menurun Bila temperatur meningkat; sedangkan pada
gas-gas, viskositet itu Terjadi karena pertukaran-kalor yang semrawut antar
molekul-molekulnya, Sehingga bertambah dengan naiknya temperatur. Viskositet
dinamik ( m ) baik cairan maupun gas -gas akibat Tekanan, perubahannya amat-
sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Sifat ini ikut diperhitungkan hanya untuk
tekanan yang berskala sangat tinggi. Ini berarti tegangan-geser fluida dianggap tak
terpengaruh oleh tekanan absolut.
Menurut pers. ( 1.11 ) tegangan geser hanya timbul pada fluida yang
bergerak; jadi, viskositet timbul hanya jika fluida sedang mengalir. Maksudnya,
istilah viskositet hanya timbul apabila fluida sudah mengalir. Didalam fluida yang
dalam keadaan diam tidak ada tegangan geser yang terjadi. Dapat kita simpulkan,
hukum tentang gesekan dalam fluida ( akibat viskositet ) keadaannya memang
sangat berbeda dengan gesekan benda-padat.
TEKANAN FLUIDA TERHADAP PERMUKAAN MELENGKUNG,
GAYA–APUNG & FLOATASI
Kasus-kasus yang menyangkut tekanan fluida terhadap bidang dengan
bentuk sembarang memang agak sulit dianalisa karena harus dihitung 3 komponen
dari pada gaya -total dan juga 3 momen. Syukurlah kita tidak terlalu sering
bertemu dengan kasus model itu. Biasanya, model permukaannya adalah bentuk
silindris atau bentuk-bulat yang mempunyai bidang simetri tegak. Untuk kasus
seperti ini analisa tekanan dapat disederhanakan dengan mencari resultante -nya
terhadap bidang-tegak tersebut. Salah satu contohnya adalah seperti Gb.13.
Misalkan bidang melengkung ( AB ) dengan rusuk atau garis –lukis
(generator of the body) tegak-lurus bidang gambar. Maka akan ada 2
kemungkinan : a). Zat cair terletak diatas bidang.
b). Zat cair terletak dibawah bidang.
Kasus a).
Volume zat cair ABCD dengan AB merupakan permukaan yang melengkung. BC
dan AD adalah bidang-bidang yang tegak; CD adalah permukaan bebas. Kita
harus meninjau persamaan-persamaan keseimbangan dalam arah datar dan arah
tegak. Jika besarnya gaya dorong yang diberikan zat cair pada AB adalah sebesar
P ; berarti pula bidang AB memberikan gaya sebesar P kepada zat cair. Pada
Gb.13 terlihat gaya tersebut beserta komponen-komponen tegak dan datar yakni
Ph dan Pv. Persyaratan untuk arah-tegak :
dimana : p0 = tekanan pada permukaan bebas.
Sh = proyeksi luasan ( AB ) terhadap bidang datar.
G = berat zat cair dalam volume yang kita tinjau.
Persyaratan keseimbangan dalam arah datar. Gaya dorong zat cair dalam volume
yang ditinjau terhadap luasan EC dan AD adalah imbang karena sama-besar,
hanya berlawanan arah; maka yang perlu dibahas hanyalah tekanan yang bekerja
pada luasan BE yang merupakan proyeksi-tegak ( Sv ) dari luasan AB :
Kasus b).
Besarnya teka nan hidrostatik pada semua-titik diatas bidang ( AB ) sama besar
dengan kasus a) hanya tandanya yang berlawanan. Gaya -gaya Pv dan Ph dihitung
dengan persamaan pers. ( 2.8 ) dan ( 2.9 ) ; tapi tandanya yang dibalik. Seperti
halnya pada kasus a), G disini adalah berat zat cair dengan volume ABCD
(walaupun sebenarnya untuk kasus -b). volume tersebut kosong. Titik pusat
tekanan TPT untuk bidang melengkung dapat ditentukan dengan gampang jika
besar dan arah gaya-gaya Pv & Ph telah diketahui, atau jika letak TPT untuk
proyeksi tegak dari luasan telah diketahui, demikian pula titik-berat dari volume
ABCD. Kasusnya akan menjadi lebih sederhana lagi apabila bidang lengkung itu
berbentuk lingkaran, karena arah gaya resultante berpotongan dengan garis sumbu
permukaan ( AB ) yang telah kita ketahui dari sifatnya bahwa setiap tekanan
elementer ( dP ) selalu berarah tegak-lurus terhadap bidang, jadi, searah dengan
radiusnya.
Cara tadi ( bidang silindris ) juga berlaku untuk bidang berbentuk bola.
Gaya resultante akan melalui titik berat luasan TBL yang terletak pada bidang
simetri yang tegak. Metode tadi, mencari komponen vertikal gaya-tekanan dari
bidang melengkung dapat pula kita terapkan untuk membuktikan keampuhan dari
Hukum archimedes. Misalkan suatu benda dengan volume ( W ) dicelupkan
dalam zatcair, seperti Gb.14. Garis lukisnya ( generator ) yang terbentang
disekeliling bendanya dan ber-arah vertikal akan membagi benda tersebut menjadi
2 bagian, yakni ACB dan ABD.
Komponen vertikal Pv1 dari tekanan (gauge pressure) yang dialami oleh
permukaan atas benda (yakni diatas AB) arahnya ke -bawah, besarnya sama
dengan berat zat cair dengan volume AA ’ B ’ BCA. Komponen vertikal Pv2 dari
tekanan yang dialami oleh bagian bawah benda, ber-arah ke -atas, besarnya sama
dengan berat zat cair yang mengisi volume AA ‘ B ‘ BDA. Tekanan resultante
yang dialami benda akan berarah vertikal yang besarnya sama dengan berat zat
cair yang mengisi selisih kedua bentuk itu, yakni berat dari zat cair yang
volumenya sama dengan volume benda tersebut; jadi :
Apabila bejana bergerak tidak-lurus dan tidak uniform maka semua
partikel zat cair dalam bejana, selain mengalami gaya gravitasi juga gaya
tambahan akibat dari akselerasinya. Gaya tambahan tersebut berusaha menggeser
zat cair yang ada dalam bejana, sedemikian, apabila geraknya uniform terhadap
waktu maka zat cair akan menempati posisinya yang baru yang seimbang
terhadap dinding bejana. Keadaan seperti itulah yang dimaksud sebagai
kedudukan Relatif ( relative rest ). Permukaan-bebas, seperti halnya bidang-batas
lainnya yang mempunyai tekanan sama, maka zat cair yang berada dalam
kedudukan– relatif konturnya sangat berbeda dibanding bidang bertekanan-sama
didalam bejana diam, yang mestinya horizontal. Agar bisa menentukan bagaimana
bentuk sebenarnya dari permukaan-bebas zat cair yang mengalami kedudukan
relatif maka sifat-sifat dasar dari semua bidang bertekanan-sama harus ikut pula
dipertimbangkan lagi; sebagai contohnya : Gaya resultante ( resultant body force )
selalu tegak-lurus terhadap bidang bertekanan-sama. Seandainya gaya resultante
ini arahnya menyudut terhadap bidang bertekanan-sama, maka komponen
tangensialnya akan berusaha menggeser partikel-partikel zat cair searah bidang
tersebut. Akan tetapi untuk yang mengalami kedudukan relatif partikel-partikel
zat cairnya hanya diamdiam saja, baik terhadap dinding bejana dan pula terhadap
partikel lainnya. Berarti, yang paling mungkin adalah : “arah gaya resultante
juga tegak–lurus terhadap muka–bebas dan bidang–bidang lain yang mempunyai
tekanan–sama”. Selain itu, tidak mungkin terjadi 2 bidang yang bertekanan-sama
akan saling berpotongan, karena zat cair pada titik-potong tersebut akan
mengalami 2 tekanan. Ada 2 sifat penting yang akan kita bahas karena merupakan
ciri khas dari cairan dengan kedudukan relatif :
1). Bejana bergerak lurus dengan akselerasi yang merata.
2). Bejana berputar uniform terhadap sumbu tegak.
ZAT CAIR DALAM BEJANA YANG BERGERAK LURUS DENGAN
AKSELERASI MERATA
Kita amati zat cair menempati sebuah bejana, misalnya bahan-bakar dalam
tangki pesawat udara, bergerak mengikuti garis-lurus dengan akselerasi merata = (
a ). Gaya ( body force ) resultante pada zat cair merupakan jumlah vector dari
gaya akibat akselerasi yang arahnya berlawanan dengan ( a ) dan gaya berat;
seperti Gb.19. Untuk tiap satuan massa kita pakai simbol ( j ) untuk gaya-
resultante; maka :
Jadi resultante gaya -gaya yang dialami partikel-partikel zat cair
mempunyai arah yang paralel; bidang-bidang yang bertekanan-sama posisinya
tegak lurus kepada gaya tersebut. Semua bidang bertekanan sama ( termasuk
muka-bebasnya ) merupakan bidang-bidang yang paralel. Sudut kemiringan
terhadap bidang horisontal tergantung pada arah gaya ( j ).
Untuk menentukan posisi muka-bebas zat cair dalam bejana yang bergerak
dengan akselerasi merata dalam arah garis-lurus, persyaratan lainnya yang masih
diperlukan adalah volume. Volume zat cair dalam bejana harus diketahui dari
ukuran bejana : B ; H ; dan tinggi permukaan awal zat cair ( h ). Untuk
menentukan tekanan pada sembarang titik dalam zat cair. Kita tinjau titik
sembarang dalam fluida ( M ) dengan luasan ( dS ) yang paralel terhadap muka -
bebas dan kita buat tabung silindris zat cair yang tegak-lurus terhadap free surface
dengan alas = dS.
Untuk fluida yang bergerak kita mulai dengan teori aliran Fluida-ideal.
Untuk itu kita perkenalkan beberapa istilah-istilah : Fluida Ideal : Fluida dengan m
= 0. Sifatnya seperti fluida riil yang tidak bergerak ( real motionless ) karena
parameter yang ada hanya tekanan (compressive strain). Jadi, dalam fluida ideal
yang sedang mengalir, tekanan tegak-lurus terhadap permukaan ( bidangbatas dan
mengarah kedalam ) ; pada setiap titik dalam fluida, tekanan mengarah kesegala
arah dan sama-besar. Steady Flow : Termasuk jenis aliran dimana parameternya
pada suatu titik tidak berubah terhadap waktu. Tekanan ( p ) dan kecepatan alir ( v
) hanya berubah karena posisi partikel fluida.
- Steady Flow :
–. Fluida keluar dari bejana dengan permukaan fluida - konstan.
–. Saluran yang dilayani pompa sentrifugal dengan n = konstan & uniform.
- Unsteady Flow :
+. Fluida yang keluar lewat lobang pada dasar bejana.
+. Aliran pada pipa masuk & buang pompa dari jenis reciprocating.
RUMUS BERNOULLI UNTUK FLUIDA RIIL
Untuk beralih dari STREAM TUBE fluida ideal kepada flu ida riil ( arus
fluida yang mempunyai viskositet ) dengan dimensi tertentu dan dibatasi oleh
TUBE ( WALL ) maka harus kita perhitungkan pengaruh kekentalan atau
viskositet.
I. Pada suatu penampang, distribusi kecepatan tidak merata.
II. Adanya kerugian energ i atau kerugian HEAD.
Apabila zat cair kental mengalir terhadap bidang padat (misalnya pipa
saluran ) aliran terhambat karena viskositet dan juga gaya –tarik adhesi molekuler
antara zat cair & permukaan; sehingga kecepatan yang maximum adalah pada
garis sumbu dari arus. Makin dekat ke permukaan, kecepatan makin berkurang,
akhirnya v = 0 pada permukaan bidang / saluran. Akibat peristiwa demikian itu,
profil kecepatan pada suatu penampang saluran berupa parabola. Adanya variasi
kecepatan berarti, lapisan zat cair mengalami slip antara satu dengan lainnya
sehingga timbul :
–. Regangan geser tangensial.
–. Tegangan akibat gesekan.
–. Dalam zat cair kental, partikel-partikel bergerak ngawur ( meluntir &
berpusar ) sehingga terjadi kehilangan energi.
Akibatnya, energitotal ( total head ) sepanjang arus fluida kental tidak konstan
jumlahnya, seperti halnya untuk fluida ideal. Energinya berangsurangsur termakan
( dissipated ) untuk mengatasi tahanan dan kerugian sepanjang alirannya. Karena
distribusi kecepatan yang bentuknya tidak merata inilah, maka untuk
memudahkan cerita kita perkenalkan istilah-istilah :
+. Kecepatan alir rata-rata pada suatu penampang lintang = vm.
+. Energi spesifik rata-rata.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kavitasi dikenal sebagai masalah terbesar dalam operasi pompa
sentrifugal. Oleh karena itu penting untuk diperhatikan proses terjadinya kavitasi,
gejala-gejala yang muncul, dan bagian-bagian pompa yang rentan terhadap
kerusakan akibat kavitasi ini.
Kavitasi terjadi bila tekanan fluida pada saat memasuki pompa turun
hingga di bawah tekanan uap jenuhnya (pada temperatur lingkungan), gelembung-
gelembung uap kecil akan mulai terbentuk. Gelembung-gelembung uap ini akan
terbawa oleh aliran fluida dan masuk pada daerah yang bertekanan lebih tinggi,
sehingga gelembung akan pecah dan menimbulkan suara berisik dan getaran.
Selain itu performansi pompa akan turun secara tiba-tiba sehingga pompa tidak
dapat beroperasi dengan baik. Jika pompa dijalankan dalam keadaaan kavitasi
secara terus-menerus dalam jangka waktu lama, maka permukaan dinding saluran
di sekitar aliran akan termakan sehingga menjadi berlubang-lubang. Peristiwa ini
yang dinamakan erosi kavitasi, sebagai akibat tumbukan gelembung-gelembung
uap yang pecah pada dinding secara terus-menerus.
Gambar 1. Penurunan Tekanan pada Pompa Sentrifugal
Bagian–bagian yang sering terkena kavitasi adalah sudu-sudu impeler dan difuser
dan juga bagian dalam dinding rumah pompa. Pada pompa diagonal dan pompa
aksial (propeller pumps), kavitasi terjadi pada sudu impeler dekat sisi masuk,
pada bagian dalam dari dinding rumah pompa, dan pada sisi masuk sudu difuser.
Penurunan tekanan pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Kenaikan gaya angkat statis (static lift) dari pompa sentrifugal
b. Penurunan tekanan atmosfer seiring dengan bertambahnya
ketinggian/elevasi
c. Penurunan tekanan absolut sistem, seperti dijumpai pada pemompaan
fluida dari tabung vakum.
d. Kenaikan temperatur fluida yang dipompa.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa terjadinya kavitasi akan mengakibatkan
beberapa kerugian sebagai berikut :
a. Penurunan head dan kapasitas pemompaan
b. Penurunan efisiensi pompa
c. Pecahnya gelembung-gelembung uap saat melalui daerah yang bertekanan
lebih tinggi akan menyebabkan suara berisik, getaran dan kerusakan pada
beberapa komponen terutama impeler dan difuser.
HEAD TOTAL POMPA DAN PARAMETER PENCEGAHAN KAVITASI
Dalam perancangan pompa sentrifugal, selain kapasitas pemompaan, jenis
fluida yang dipompa, dan kecepatan spesifik pompa, data lain yang diperlukan
adalah besarnya tinggi tekan (head) total pompa. Untuk instalasi yang sudah
direncanakan, head total pompa (H) dapat dihitung berdasarkan persamaan :
H=Head statis+Head dinamis
=(ha+Δh p )+(hL+
vd2
2 g)
…………………….…………. (1)
Di mana :
ha = perbedaan tinggi antara muka air sisi keluar dan sisi isap (m)
Tanda (+) dipakai apabila muka air sisi keluar lebih tinggi daripada sisi
isap.
hp = perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air
(m) =
P2−P1
γ
hL = berbagai head kerugian (losses) pada pipa, katup, belokan,
sambungan, dll. (m)
= hL suction + hL discharge
vd2
2 g = head kecepatan keluar (m)
Besarnya head kerugian pada sisi isap dan sisi tekan ini dapat ditentukan melalui
persamaan :
hL=( f × L .v2
2 g . d)+∑ K .
v2
2 g ………………..……………………… (2)
Di mana :
f = koefisien gesekan pipa saluran
L = panjang pipa
v = kecepatan aliran fluida di dalam pipa
d = diameter pipa
K = koefisien tahanan fitting (katup, belokan, dsb.)
v2/2g = head kecepatan masuk/keluar
g = percepatan gravitasi
Faktor f (koefisien gesekan pipa) besarnya sangat tergantung dari jenis/pola aliran
fluida pada saluran yang bersangkutan (aliran laminar atau turbulen). Kedua
macam aliran ini dapat diketahui dengan menggunakan parameter Reynold
Number (Re).
Reynold Number :
Re= v . Dυ di mana = viskositas kinematik aliran
Jika Re<4000, maka aliran yang terjadi adalah laminar, dan :
f =64Re ……………………………………….. (3)
Jika Re>4000, maka aliran adalah turbulen, dan :
f =0 . 020+ 0 .0005D (Formula Darcy) ………….……………………. (4)
Besarnya koefisien tahanan fitting (K) berbeda untuk setiap jenis fitting dan katup
yang berlainan dalam satu instalasi. Standar fitting yang banyak digunakan adalah
sebagai berikut :
Tabel 1. Harga koefisien tahanan pipa pada berbagai macam fitting
Fitting and Valves Koefisien tahanan (K)
Globe valve, fully open
Angle valve, fully open
Swing check valve, fully
open
Gate valve, fully open
Gate valve, three-fourths
open
Gate valve, one-half open
Gate valve, one-fourth open
Close return bend
Standard Tee
Standard 90o elbow
Medium sweep 90o elbow
Long sweep 90o elbow
45o elbow
10.0
5.00
2.50
0.19
1.15
5.60
24.0
2.20
1.80
0.90
0.75
0.60
0.42
Antisipasi terhadap kavitasi memperhatikan beberapa parameter sebagai berikut.
NET POSITIVE SUCTION HEAD AVAILABLE (NPSHa)
Head isap positif netto yang tersedia atau NPSH available (NPSHa)
merupakan head yang dimiliki fluida pada sisi isap pompa (ekivalen dengan
tekanan mutlak pada sisi isap pompa) dikurangi dengan tekanan uap jenuh fluida
di tempat tersebut. Perhitungan NPSH available dilakukan berdasarkan instalasi
dan posisi/letak pompa, beberapa di antaranya seperti berikut ini:
1. Pompa menghisap cairan dari tempat terbuka, posisi pompa di atas permukaan
cairan yang dihisap :
Gambar 2. Instalasi pompa dengan posisi pompa di atas permukaan cairan isap
2. Pompa menghisap cairan dari tangki terbuka, posisi pompa di bawah
permukaan cairan yang dihisap :
Gambar 3. Instalasi pompa dengan posisi pompa di bawah permukaan cairan isap
3. Pompa menghisap cairan dari tangki tertutup, letak pompa di bawah cairan
yang dihisap:
Gambar 4. Instalasi pompa dengan posisi pompa di bawah tangki isap tertutup
4. Pompa menghisap cairan dari tangki tertutup, pompa terletak di atas
permukaan yang dihisap:
Gambar 5. Instalasi pompa dengan posisi pompa di atas tangki isap tertutup
Besarnya NPSH yang tersedia untuk empat sistem di atas dapat dirumuskan
sebagai berikut:
NPSHa=( Pa−Pv
γ )±hs−hLs……………………..………………… (5)
di mana:
Pa = tekanan atmosfer
Pv = tekanan uap jenuh
hs = head isap statis
(+) untuk kondisi pompa di bawah permukaan cairan yang dihisap
(-) untuk kondisi pompa di atas permukaan cairan yang dihisap
hLs = head kerugian isap
= berat jenis fluida
NET POSITIVE SUCTION HEAD REQUIRED (NPSHr)
Head isap positif netto yang diperlukan atau NPSH Required (NPSHr)
adalah head minimal yang diperlukan untuk mencegah kavitasi pada laju aliran
fluida yang diberikan. Besarnya harga NPSHr biasanya ditentukan dari pabrik
pembuat pompa melalui beberapa pengujian. Untuk keperluan perancangan,
besarnya NPSHr dihitung dengan persamaan :
NPSHr=σ×H ………………………………………….……. (6)
di mana :
H = head aktual per tingkat pompa
= bilangan kavitasi Thoma
=
8 .8×10−4
ηh2
×N sq4/3
h = efisiensi hidrolis pompa
Nsq = kecepatan spesifik kinematis
=n√QH3/4
Q = kapasitas pompa (m3/s)
H = head per tingkat (m)
n = putaran pompa (rpm)
Agar pompa dapat beroperasi dengan aman dan terhindar dari peristiwa
kavitasi, maka sebagai syarat utama adalah harga NPSH yang tersedia (NPSHa)
harus lebih besar daripada NPSH yang diperlukan (NPSHr).
BEBERAPA METODE PENCEGAHAN KAVITASI
Fluida yang dipompa akan menguap ketika tekanan menjadi sangat rendah
atau temperaturnya terlalu tinggi, sehingga akan memacu terjadinya kavitasi.
Untuk mencegah penguapan fluida ini, beberapa hal yang dapat dilakukan antara
lain:
a. Menaikkan besarnya head statis pompa
1) Menambah ketinggian level fluida dalam tangki
2) Menaikkan posisi tangki
3) Meletakkan pompa dalam sebuah sumuran penampung
4) Mengurangi kerugian head pada pipa
5) Memasang pompa penguat (booster pump)
6) Memberi tekanan pada tangki penyalur
Kerugian head pada pipa dapat terjadi karena beberapa alasan sebagai
berikut :
1) Kesalahan dalam perencanaan sistem, terlalu banyak fitting dan/atau
diameter pipa terlalu kecil
2) Kebocoran dalam saluran pipa
3) Timbul kerak dan/atau terjadi korosi pada bagian dalam pipa
b. Menurunkan temperatur fluida yang dipompa
1) Menginjeksi fluida pendingin pada sisi isap (telah banyak dilakukan)
2) Mengisolasi pipa-pipa dari sinar matahari
c. Menurunkan besarnya NPSH yang Diperlukan (NPSHr)
1) Menggunakan pompa isap ganda (double suction pump). Hal ini dapat
menurunkan NPSHr hingga 27%.
2) Menggunakan pompa dengan kecepatan yang lebih rendah
3) Jika dimungkinkan dapat digunakan inducer, hal ini dapat mengurangi
NPSHr hingga 50%.
4) Menggunakan beberapa pompa yang lebih kecil
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, kavitasi sebagai ancaman terbesar dalam
operasional pompa sentrifugal, sangat dianjurkan untuk dicegah dan dikenali
secara dini. Turunnya performansi pompa secara tiba-tiba, suara berisik dan
getaran, serta kerusakan pada impeler merupakan beberapa indikasi pompa telah
mengalami kavitasi. Secara teoritis, pemeriksaan pompa dari kavitasi dapat
dilakukan dengan perhitungan besarnya NPSH, di mana berlaku NPSH yang
tersedia > NPSH yang diperlukan bila tidak dikehendaki terjadi kavitasi. Secara
praktis, beberapa cara dapat dilakukan terhadap faktor penunjang operasional
pompa, seperti koreksi pada posisi pompa, saluran pipa, hingga injeksi fluida
pendingin pada sisi isap.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
http://Hidrolika - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htmlhttp://kavitasi dan pencegahannya ~ manusiabiasa.htmlhttp:// Kavitasi « Belajar untuk lebih baik...htmKodoatie, Robert. 2002. Hidrolika Terapan, Aliran Pada Saluran Terbuka dan
Pipa. Yogyakarta : Andi Offset.Krist, Thomas. 1991. Hidraulika (Terjemahan Dines Ginting). Jakarta: ErlanggaLazarkiewics, S., 1965, Impeller Pumps, Pergamon Press, London.Lobanoff, Val.S., 1986, Centrifugal Pump Design and Application, Gulf
Publishing Co.Ludwig, Ernest E., Applied Process Design for Chemical and Petrochemical
Plants.Nelson, W.E., 1997, Understanding Pump Cavitation, Chemical Processing.Stepanoff, A.J., 1957, Centrifugal and Axial Flow Pumps, John Wiley and Sons,
New YorkStreeter, Victor L dan Wylie, Benjamin E. 1999. Mekanika Fluida Jilid 1.
Terjemahan Arko Prijono . Jakarta: ErlanggaSudjana. 1992. Metoda Statistik. Bandung : Tarsito.Sularso, Pompa dan Kompresor, 1987, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.