8
Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpendap at Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI-IPA 1 SMA Nege ri 1 Kalidawir Tulungagung Ferdiana Ika Wati, Sutarman, Parno Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Email : ferdiana.i [email protected] ABSTRAK:  Hasil observasi dan wawancara pada kelas XI-IPA 1 SMA Negeri 1 Kalidawir menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas XI-IPA 1 SMAN 1 Kalidawir 50,79 dan KKM 73. Prestasi belajar fisika siswa dapat dilihat pada nilai UTS yang telah dilaksanakan. Persentase siswa ya ng lulus sesuai KK M hanya 16,67 %. Siswa yang tidak lulus 83,33 %. Siswa tidak berani dalam menyampaikan pendapatnya, siswa pasif karena hanya menerima penjelasan dari guru, siswa tidak bersemangat, siswa banyak yang mengantuk dan kurang memperhatikan materi yang diberikan oleh guru. Akibatnya, siswa tidak berani mengemukakan pendapat bila diberi pertanyaan oleh guru. Salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan tersebut yaitu diterapkan suatu pembelajaran menggunakan model pem- belajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) yang membuat siswa terlihat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.  Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan penelitian adalah mengetahui bagaimana deskripsi pelaksanaan model pembelajaran SFAE yang dapat meningkatkan kemampuan berpendapat dan prestasi belajar  fisika siswa, bagaimana peningkatan kemamp uan berpendapa t melalui penerapan model SFAE dan bagaimana peningkatan  prestasi belajar fisika siswa. Penelitian ini berlangsu ng dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, lembar observasi keterlaksanaan model SFAE, lembar observasi kemampuan berpendapa t, dan tes kognitif.  Hasil penelitian ini adalah keterlaksanaan model pembelajaran SFAE siklus I dan siklus II adalah 53, 631 % dan 88,423 %, kemampuan berpendapat siklus I dan siklus II adalah 35,026 % dan 61,024 %, dan prestasi belajar fisika siswa siklus I dan siklus  II adalah 28% dan 80%. Kata Kunci : SFAE, Kemampuan Berpendapat, Prestasi Belajar. Pada abad ke -21 siswa SMA diharuskan untuk memiliki  High Order Thingking (HOT) dan memiliki pola belajar aktif dimana siswa diminta bekerja,

artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 1/8

Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE) 

Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpendapat Dan Prestasi Belajar Fisika

Siswa Kelas XI-IPA 1 SMA Negeri 1 Kalidawir Tulungagung

Ferdiana Ika Wati, Sutarman, Parno

Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Email : [email protected]

ABSTRAK: Hasil observasi dan wawancara pada kelas XI-IPA

1 SMA Negeri 1 Kalidawir menunjukkan bahwa nilai rata-rata

kelas XI-IPA 1 SMAN 1 Kalidawir 50,79 dan KKM 73. Prestasi

belajar fisika siswa dapat dilihat pada nilai UTS yang telah

dilaksanakan. Persentase siswa yang lulus sesuai KKM hanya

16,67 %. Siswa yang tidak lulus 83,33 %. Siswa tidak beranidalam menyampaikan pendapatnya, siswa pasif karena hanya

menerima penjelasan dari guru, siswa tidak bersemangat, siswa

banyak yang mengantuk dan kurang memperhatikan materi yang

diberikan oleh guru. Akibatnya, siswa tidak berani

mengemukakan pendapat bila diberi pertanyaan oleh guru. Salah

satu upaya untuk memecahkan permasalahan tersebut yaitu

diterapkan suatu pembelajaran menggunakan model pem-

belajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) yang

membuat siswa terlihat aktif pada proses pembelajaran sehingga

memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan

komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk

meningkatkan prestasi belajarnya.

 Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Tujuan penelitian adalah mengetahui bagaimana

deskripsi pelaksanaan model pembelajaran SFAE yang dapat

meningkatkan kemampuan berpendapat dan prestasi belajar

 fisika siswa, bagaimana peningkatan kemampuan berpendapat

melalui penerapan model SFAE dan bagaimana peningkatan

 prestasi belajar fisika siswa. Penelitian ini berlangsung dalam

dua siklus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara, lembar observasi keterlaksanaan model SFAE,lembar observasi kemampuan berpendapat, dan tes kognitif.

 Hasil penelitian ini adalah keterlaksanaan model pembelajaran

SFAE siklus I dan siklus II adalah 53, 631 % dan 88,423 %,

kemampuan berpendapat siklus I dan siklus II adalah 35,026 %

dan 61,024 %, dan prestasi belajar fisika siswa siklus I dan siklus

 II adalah 28% dan 80%.

Kata Kunci: SFAE, Kemampuan Berpendapat, Prestasi Belajar.

Pada abad ke -21 siswa SMA diharuskan untuk memiliki High Order

Thingking (HOT) dan memiliki pola belajar aktif dimana siswa diminta bekerja,

Page 2: artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 2/8

melakukan sesuatu, dan berpendapat. Observasi awal mengenai prestasi belajar

fisika siswa adalah nilai rata-rata kelas XI-IPA 1 SMAN 1 Kalidawir 50,79 dan

KKM 73. Prestasi belajar fisika siswa dapat dilihat pada nilai UTS yang telah

dilaksanakan. Persentase siswa yang lulus sesuai KKM hanya 16,67 %. Siswa

yang tidak lulus 83,33 %. Siswa yang idak lulus mengikuti remidi.Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMAN 1 Kalidawir kelas

XI-IPA 1 terdapat berbagai masalah tentang pembelajaran di kelas. Permasalahan

tersebut diantaranya, siswa pasif karena hanya menerima penjelasan materi dari

guru, siswa tidak bersemangat, siswa banyak yang mengantuk dan kurang

memperhatikan materi yang diberikan oleh guru. Akibatnya, siswa tidak berani

mengemukakan pendapat bila diberi pertanyaan oleh guru.

Siswa tidak berani dalam menyampaikan pendapatnya. Keterlibatan siswa

yang kurang dalam berinteraksi dan komunikasi baik sesama siswa maupun guru

selama proses pembelajaran memberikan dampak negatif terhadap motivasi siswa

untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Hal tersebut disebabkan pembelajaran

yang diterapkan oleh guru Fisika kelas XI-IPA 1 SMAN 1 Kalidawir merupakan pembelajaran konvensional, berupa penjelasan oleh guru tanpa melibatkan siswa

 berkomunikasi dengan siswa lain untuk aktif di dalam proses pembelajaran.

Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.

Salah satu pengembangan pembelajaran kooperatif adalah model belajar

siswa aktif yaitu SFAE yang terdapat dalam buku milik Agus Suprijono yang

 berjudul Coopertif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM . Pada model

 pembelajaran ini, siswa dituntut dalam hal keterampilan sosialnya yaitu

 bekerjasama dalam kelompok. Setiap kelompok mendapatkan permasalahan yang

 berbeda, kemudian mereka menemukan solusi dari permasalahan tersebut dan

mengungkapkan kepada teman-teman lainnya.(Suprijono, 2013: 

67). Cooperative

 Learning membuat siswa terlihat aktif pada proses pembelajaran sehingga

memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang

 berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Menurut Slavin (Isjoni, 2012:12 ) model pembelajaran SFAE merupakan

model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan

struktur kelompok yang heterogen. Masing-masing kelompok bertanggung jawab

untuk mengorganisasi kelompoknya dalam mencari informasi tentang tugas yang

didapatkan melalui sumber belajar. 

Menurut Isjoni (2012:13) Pembelajaran kooperatif model SFAE dapat

diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya,menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas).

Langkah-langkah pembelajaran SFAE adalah 1) guru menyampaikan kompetensi

yang ingin dicapai (persiapan); 2) guru mendemonstrasikan/menyajikan materi

(presentasi guru); 3) memberikan kesempatan pada siswa untuk menjelaskan

kepada siswa lainnya (presentasi siswa); 4) guru menyimpulkan ide/pendapat dari

siswa; 5) guru menerangkan semua materi yang disajikan guru (pengulasan

materi); 6) evaluasi (Suprijono, 2013:128).

Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sangat perlu karena

tuntutan kurikulum saat ini yaitu pembelajaran berpusat pada siswa. Aktif

menurut kamus besar bahasa Indonesia (Dedi, 2013:19) berarti giat (bekerja atau

Page 3: artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 3/8

 berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa

dapat aktif.

Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi

secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan siswa terlihat dari

merespon pertanyaan atau perintah dari guru, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat, dan aktif mengerjakan soal

yang diberikan guru. 

Kemampuan berpendapat adalah kemampuan dalam mengemukakan

 pendapat di depan umum atau suatu kemampuan untuk berpendapat dalam forum

diskusi dengan sesama temannya (Hamalik, 1999 dalam Ma’shum, 2007 dalam

Amalia, 2009). Belajar dengan model SFAE dapat memotivasi siswa untuk berani

mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling

memberikan pendapat (sharing ideas). Indikator dari kemampuan berpendapat

yaitu (a) bertanya, (b) menjawab pertanyaan, (c) memberi saran atau komentar,

dan (d) kecakapan dalam berdebat (Mahmud, 2011).

Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalamsejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupannya manusia

selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing- masing.

Kehadiran prestasi belajar dapat memberikan kepuasan tertentu pada manusia,

khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah. Prestasi belajar berguna

sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar

sehingga dapat menentukan perlunya dilakukan diagnosis, bimbingan, atau

 penempatan anak didik. Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang telah dicapai

siswa setelah belajar dan mengerjakan tes yang diberikan oleh guru. Perbedaan

kemampuan belajar siswa berpengaruh pada prestasi belajar yang dicapai dari

setiap siswa karena faktor yang memepengaruhi prestasi belajar siswa juga

 berbeda-beda.

Pada penelitian ini ranah yang diamati adalah ranah kognitif. Kemampuan

kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penalaran yang meliputi enam

aspek, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,

mengevaluasi, dan menciptakan.

a.  Mengingat / remember  (C1)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori

atau ingatan yang telah lampau.

 b.  Memahami / understand (C2)

Memahami berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai

sumber seperti pesan, bacaan, dan komunikasi.c. 

Mengaplikasikan/menerapkan / apply (C3)

Menerapkan merujuk pada proses kognitif memanfaatkan atau

mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau

menyelesaikan permasalahan.

d.  Menganalisis / analyze (C4)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan

memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari

tiap-tiap bagaian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut

menimbulkan permasalahan.

e.  Mengevaluasi / evaluate (C5)

Page 4: artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 4/8

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan

kriteria dan standar yang sudah ada.

f.  Menciptakan / create (C6)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara

 bersama-sama untuk membentuk suatu kesatuan yang koheren danmengarahkan siswa untuk menghasilkan produk baru dengan

mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda

dari sebelumnya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK).

PTK dalam penelitian ini adalah penelitian untuk memecahkan berbagai masalah

yang ada dalam kelas yang diteliti dengan memberikan tindakan berupa model

SFAE dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

Penelitian dilakukan dalam dua siklus, di mana satu siklus terdapat tigakali pertemuan. Tahapan-tahapannya yaitu rencana tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi, dan refleksi. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan

 perubahan yang ingin dicapai. Proses identifikasi masalah dilakukan dengan

observasi kelas dan wawancara dengan guru fisika yang mengajar kelas XI-IPA 1.

Berpatokan pada hasil observasi kelas dan wawancara, perencanaan penelitian

tindakan kelas dirancang dan dilaksanakan sesuai prosedur penelitian tindakan

kelas. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan

 pembelajaran menggunakan model SFAE, lembar observasi kemampuan

 berpendapat, format catatan lapangan, RPP,worksheet dan soal kognitif siklus I

dan II.

HASIL

Keterlaksanaan Penerapan Model SFAE

Berdasarkan temuan-temuan dalam siklus II dapat diketahui bahwa

 pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran SFAE telah terlaksana

dengan baik di kelas XI IPA 1. Keterlaksanaan model pembelajaran SFAE

mengalami peningkatan sebesar 34,792 %. Persentase siklus I keterlaksanaan

model pembelajaran SFAE adalah 53, 631 %. Hasil selengkapnya disajikan dalam

Tabel 1.

Tabel 1 Data Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran SFAE pada Siklus I dan

Siklus II

Langkah Pembelajaran Siklus I Siklus II

Persiapan 59, 375 % 91, 667 %

Presentasi guru 55,208 % 90, 625 %

Presentasi siswa 44, 167 % 82, 5 %

Penyimpulan ide/pendapa 50 % 87, 5 %

Pengulasan materi 41, 667 % 87, 5 %

Evaluasi 54, 167 % 79, 167 %

Penutup 70, 833 % 100 %

Rata-rata 53, 631 % 88,423 %

Page 5: artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 5/8

Data di atas membuktikan bahwa keterlaksanaan pembelajaran model

SFAE siklus II sudah meningkat sebesar 34,792 %.

Analisis Kemampuan Berpendapat

Kemampuan berpendapat siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke

siklus II sebesar 25, 

998 %. Persentase siklus I adalah 35,026 %. Hasil

selengkapnya disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Data Persentase Kemampuan Berpendapat pada Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

35,026 % 61,024 %

Data di atas membuktikan bahwa kemampuan berpendapat siswa siklus II sudah

meningkat sebesar 25, 998 %.

Analisis Prestasi Belajar

Setelah dilakukan tindakan hasil prestasi belajar siswa mengalami

 peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu rata-rata nilai mengalami peningkatan

dari 70 pada siklus I menjadi 99 di siklus II. Nilai rata-rata hasil prestasi siswa

siklus I dan siklus II selengkapnya disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Data Nilai Rata-Rata Hasil Tes Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Observasi Awal Siklus I Siklus II

50,79 70 99

Data persentase hasil prestasi belajar siswa siklus I dan siklus II

selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Data Persentase Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Observasi Awal Siklus I Siklus II

16,67 % 28% 80 %

Persentase prestasi pada siklus I yaitu 28%. Sesuai dengan kriteria keberhasilan

maka siklus II sudah melebihi target, dimana target yang telah ditentukan di awal

 bahwa persentase prestasi belajar 76 %. Data di atas membuktikan bahwa prestasi

 belajar siklus II sudah mencapai target yang telah ditentukan di awal berdasarkan

kriteria keberhasilan dengan persentase 80 %.

Uraian di atas, pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaranSFAE pada siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan sehingga mengalami

 peningkatan dari siklus I ke siklus II. Berlaku juga untuk kemampuan berpendapat

dan prestasi belajar siswa yang sudah mencapai kriteria keberhasilan sehingga

mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Maka dari itu proses

 pembelajaran dapat dihentikan pada siklus II, pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaran SFAE dapat terlaksana dengan baik dan meningkatkankemampuan kemampuan berpendapat dan prestasi belajar siswa.

PEMBAHASAN

Deskripsi Proses Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran SFAE

Page 6: artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 6/8

Hasil keterlaksanaan model pembelajaran SFAE pada siklus I adalah 53, 631 %.

Tahapan presentasi siswa pada siklus I persentasenya rendah. Hal ini disebabkan

kurang maksimalnya proses pembelajaran pada tahapan tersebut. Permasalahan

 pada siklus I berupa tidak berdoa, tidak menjelaskan tujuan pembelajaran, dan

siswa yang kurang memperhatikan pelajaran pada saat proses pembelajaran berlangsung dapat di atasi pada siklus II.Persentase tiap tahapan pada siklus II

mengalami peningkaan, terlihat pada grafik keterlaksanaan model pembelajaran

SFAE. Berdasarkan grafik tersebut persentase tahapan evaluasi pada sikls II

rendah dibandingkan tahapan lainnya. Hal ini disebabkan tidak semua siswa

tuntas dalam menyelesaikan soal berdasarkan KKM. Siklus II keterlaksanaan

model pembelajaran SFAE adalah 88,423 % ini berarti mengalami peningkatan

sebesar 34,792 %.

Kemampuan Berpendapat setelah Menerapkan Model Pembelajaran SFAE

Siklus I kemampuan berpendapat siswa masih rendah itu terlihat dari

sedikitnya siswa yang menyampaikan pendapatnya. Hal ini dikarenakan siswa

masih malu dalam menyampaikan pendapatnya. Siswa tidak percaya diri dalam

menyampaikan pendapatnya. Mereka takut kalau pendapat mereka itu salah, maka

akan membuat mereka merasa tidak pintar dalam kelas tersebut. Mereka malu

kalau pendapat mereka salah di depan teman-temannya.

Masalah pada siklus I dapat diatasi pada siklus II. Siswa tidak malu lagi

dalam menyampaikan pendapatnya. Mereka sudah terbiasa dengan proses

 pembelajaran dengan model SFAE. Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran

model SFAE secara umum mengalami peningkatan setiap pertemuan. Peningkatan

kemampuan berpendapat siswa lebih jelas terlihat pada saat proses presentasisiswa berlangsung, di situ siswa dituntut untuk memberikan pertanyaan kepada

kelompok lain mengenai topik yang dibicarakan pada pertemuan tersebut. Selain

itu siswa juga dituntut untuk menjawab setiap pertanyaan dari siswa lain setelah

 berdiskusi dengan kelompoknya.

Prestasi Belajar setelah Menerapkan Model Pembelajaran SFAE

Data hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil

evaluasi adalah 70 dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi adalah 90.

Persentase prestasi belajar siswa siklus I adalah 28 %. Kebanyakan siswa

menemui kesulitan saat mengejarkan soal nomor 3 untuk sub pokok bahasanhukum I termodinamika pada berbagai proses termodinamika. Siswa sulit dalam

memahami dan menganalisis yang berupa gambar. Meskipun guru membantu

mengarahkan jawaban siswa, tetap saja siswa masih kebingungan mengerjakan

soal tersebut. Jadi kebanyakan pekerjaan siswa untuk nomor 3 salah. Beberapa

siswa yang benar mengerjakan nomor 3 hanya ada 1 siswa yaitu Ibnu Rosyidi.

Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran fisika memang anak tersebut

memiliki kemampuan akademik yang tinggi.

Data hasil observasi pada siklus II bahwa rata-rata nilai hasil evaluasi

adalah 99 dengan nilai terendah 33 dan nilai tertinggi adalah 99. Persentase

 prestasi belajar siswa siklus II adalah 80 %. Terbukti terjadi peningkatan dari

siklus I ke siklus II berdasarkan uraian tersebut. Pada siklus II siswa lebih

Page 7: artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 7/8

memperhatikan saat proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa lebih

memahami mengenai materi yang diberikan jadi berdampak pada peningkatan

 prestasi belajar siswa. Selain itu siswa tidak malu untuk bertanya ketika mereka

kesulitan dalam mengerjakan soal. Rasa tidak malu ini sebagai hasil dari

 peningkatan kemampuan berpendapat mereka.Peningkatan prestasi belajar sebesar 52 % ini membuktikan bahwa prestasi belajar

meningkat dari siklus I ke siklus II. Terjadinya peningkatan prestasi belajar

tersebut menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran SFAE

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa meningkat

dikarenakan siswa lebih paham mengenai materi yang diberikan melalui tahapan-

tahapan yang ada dalam model pembelajaran SFAE dimana siswa lebih aktif

dalam menggali informasi yang berkaitan dengan materi tersebut. Jadi disini siswa

 bertindak sebagai fasilitator dan menjelaskan informasi yang diperoleh kepada

siswa yang lainnya.

KESIMPULAN

Proses pembelajaran model SFAE diawali dengan persiapan dimana guru

menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, kemudian guru

mendemonstrasikan/ menyampaikan materi, siswa disuruh kerja kelompok untuk

menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru, siswa diberi kesempatan

untuk menjelaskan kepada siswa lain mengenai hasil kelompok, dilanjutkan

dengan guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa selama persentasi. Guru

menerangkan semua materi setelah persentasi dilaksanakan dan proses

 pembelajaran diakhiri dengan evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran SFAE pada siklus I menunjukkan persentase 53,

631 % dan dikategorikan cukup baik. Siklus II sudah meningkat, ditunjukkan

dengan persentase pada siklus II 88,423 % dan dikategorikan baik.

Penerapan model pembelajaran SFAE dapat meningkatkan kemampuan

 berpendapat siswa. Persentase kemampuan berpendapat pada siklus I adalah

35,026 % yang dikategorikan sedang. Kemampuan berpendapat pada siklus I

dikategorikan sedang maka diperlukan perbaikan pada siklus II. Siklus II

meningkat, ditunjukkan dengan persentase 61,024 % dan dikategorikan tinggi.

Penerapan model pembelajaran SFAE dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa. Persentase prestasi belajar siswa pada siklus I adalah 28%. Berdasarkan

kriteria keberhasilan pada tabel 3.2 prestasi belajar pada siklus I belum mencapai

target maka diperlukan perbaikan pada siklus II. Siklus II sudah mencapai targetyang sudah ditentukan, ditunjukkan dengan persentase pada siklus II 80% yang

melebihi target 76 %.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia. 2009. Penerapan Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) Dengan

Teknik Talking Chip Untuk Meningkatkan Keaktifan Berpendapat Dan Hasil Belajar

Fisika Pokok Bahasan Usaha Dan Energi Siswa Kelas VIII E SMAN 4 Malang.

Skripsi tidak diterbitkan. Malang:Universitas Negeri Malang.

Arikunto, S. 2010. Penelitian tindakan Kelas. Jakarta:PT. Bumi Aksara.

Page 8: artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7

http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 8/8

 Dedi. 2013. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning), (online),

(http://dedi26. Blogspot.com/2013/05/pengertian-pembelajaran kooperatif.html,

diakses tanggal 1 september 2013).

Isjoni. 2012. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok .

Bandung:Alfabeta.

Mahmud, Fitriadi. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and

 Explaining. (Online), (http://blogspot.com/model-pembelajaran-kooperatif-student) 

diakses 27 November 20013.

 Nurfaizah, Evi. 2013. Makalah Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining.

(Online), (http://blogspot.com/makalah-metode-pembelajaran-student.html)

diakses 27 November 20013. 

Suprijono, Agus. 2013. Cooperatve Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM .

Yogyakarta:Pustaka Pelajar.