Upload
agus-geograf
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7
http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 1/8
Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpendapat Dan Prestasi Belajar Fisika
Siswa Kelas XI-IPA 1 SMA Negeri 1 Kalidawir Tulungagung
Ferdiana Ika Wati, Sutarman, Parno
Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
Email : [email protected]
ABSTRAK: Hasil observasi dan wawancara pada kelas XI-IPA
1 SMA Negeri 1 Kalidawir menunjukkan bahwa nilai rata-rata
kelas XI-IPA 1 SMAN 1 Kalidawir 50,79 dan KKM 73. Prestasi
belajar fisika siswa dapat dilihat pada nilai UTS yang telah
dilaksanakan. Persentase siswa yang lulus sesuai KKM hanya
16,67 %. Siswa yang tidak lulus 83,33 %. Siswa tidak beranidalam menyampaikan pendapatnya, siswa pasif karena hanya
menerima penjelasan dari guru, siswa tidak bersemangat, siswa
banyak yang mengantuk dan kurang memperhatikan materi yang
diberikan oleh guru. Akibatnya, siswa tidak berani
mengemukakan pendapat bila diberi pertanyaan oleh guru. Salah
satu upaya untuk memecahkan permasalahan tersebut yaitu
diterapkan suatu pembelajaran menggunakan model pem-
belajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) yang
membuat siswa terlihat aktif pada proses pembelajaran sehingga
memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan
komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Tujuan penelitian adalah mengetahui bagaimana
deskripsi pelaksanaan model pembelajaran SFAE yang dapat
meningkatkan kemampuan berpendapat dan prestasi belajar
fisika siswa, bagaimana peningkatan kemampuan berpendapat
melalui penerapan model SFAE dan bagaimana peningkatan
prestasi belajar fisika siswa. Penelitian ini berlangsung dalam
dua siklus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara, lembar observasi keterlaksanaan model SFAE,lembar observasi kemampuan berpendapat, dan tes kognitif.
Hasil penelitian ini adalah keterlaksanaan model pembelajaran
SFAE siklus I dan siklus II adalah 53, 631 % dan 88,423 %,
kemampuan berpendapat siklus I dan siklus II adalah 35,026 %
dan 61,024 %, dan prestasi belajar fisika siswa siklus I dan siklus
II adalah 28% dan 80%.
Kata Kunci: SFAE, Kemampuan Berpendapat, Prestasi Belajar.
Pada abad ke -21 siswa SMA diharuskan untuk memiliki High Order
Thingking (HOT) dan memiliki pola belajar aktif dimana siswa diminta bekerja,
7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7
http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 2/8
melakukan sesuatu, dan berpendapat. Observasi awal mengenai prestasi belajar
fisika siswa adalah nilai rata-rata kelas XI-IPA 1 SMAN 1 Kalidawir 50,79 dan
KKM 73. Prestasi belajar fisika siswa dapat dilihat pada nilai UTS yang telah
dilaksanakan. Persentase siswa yang lulus sesuai KKM hanya 16,67 %. Siswa
yang tidak lulus 83,33 %. Siswa yang idak lulus mengikuti remidi.Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMAN 1 Kalidawir kelas
XI-IPA 1 terdapat berbagai masalah tentang pembelajaran di kelas. Permasalahan
tersebut diantaranya, siswa pasif karena hanya menerima penjelasan materi dari
guru, siswa tidak bersemangat, siswa banyak yang mengantuk dan kurang
memperhatikan materi yang diberikan oleh guru. Akibatnya, siswa tidak berani
mengemukakan pendapat bila diberi pertanyaan oleh guru.
Siswa tidak berani dalam menyampaikan pendapatnya. Keterlibatan siswa
yang kurang dalam berinteraksi dan komunikasi baik sesama siswa maupun guru
selama proses pembelajaran memberikan dampak negatif terhadap motivasi siswa
untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Hal tersebut disebabkan pembelajaran
yang diterapkan oleh guru Fisika kelas XI-IPA 1 SMAN 1 Kalidawir merupakan pembelajaran konvensional, berupa penjelasan oleh guru tanpa melibatkan siswa
berkomunikasi dengan siswa lain untuk aktif di dalam proses pembelajaran.
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
Salah satu pengembangan pembelajaran kooperatif adalah model belajar
siswa aktif yaitu SFAE yang terdapat dalam buku milik Agus Suprijono yang
berjudul Coopertif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM . Pada model
pembelajaran ini, siswa dituntut dalam hal keterampilan sosialnya yaitu
bekerjasama dalam kelompok. Setiap kelompok mendapatkan permasalahan yang
berbeda, kemudian mereka menemukan solusi dari permasalahan tersebut dan
mengungkapkan kepada teman-teman lainnya.(Suprijono, 2013:
67). Cooperative
Learning membuat siswa terlihat aktif pada proses pembelajaran sehingga
memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang
berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Menurut Slavin (Isjoni, 2012:12 ) model pembelajaran SFAE merupakan
model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan
struktur kelompok yang heterogen. Masing-masing kelompok bertanggung jawab
untuk mengorganisasi kelompoknya dalam mencari informasi tentang tugas yang
didapatkan melalui sumber belajar.
Menurut Isjoni (2012:13) Pembelajaran kooperatif model SFAE dapat
diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya,menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas).
Langkah-langkah pembelajaran SFAE adalah 1) guru menyampaikan kompetensi
yang ingin dicapai (persiapan); 2) guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
(presentasi guru); 3) memberikan kesempatan pada siswa untuk menjelaskan
kepada siswa lainnya (presentasi siswa); 4) guru menyimpulkan ide/pendapat dari
siswa; 5) guru menerangkan semua materi yang disajikan guru (pengulasan
materi); 6) evaluasi (Suprijono, 2013:128).
Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sangat perlu karena
tuntutan kurikulum saat ini yaitu pembelajaran berpusat pada siswa. Aktif
menurut kamus besar bahasa Indonesia (Dedi, 2013:19) berarti giat (bekerja atau
7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7
http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 3/8
berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa
dapat aktif.
Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi
secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan siswa terlihat dari
merespon pertanyaan atau perintah dari guru, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat, dan aktif mengerjakan soal
yang diberikan guru.
Kemampuan berpendapat adalah kemampuan dalam mengemukakan
pendapat di depan umum atau suatu kemampuan untuk berpendapat dalam forum
diskusi dengan sesama temannya (Hamalik, 1999 dalam Ma’shum, 2007 dalam
Amalia, 2009). Belajar dengan model SFAE dapat memotivasi siswa untuk berani
mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling
memberikan pendapat (sharing ideas). Indikator dari kemampuan berpendapat
yaitu (a) bertanya, (b) menjawab pertanyaan, (c) memberi saran atau komentar,
dan (d) kecakapan dalam berdebat (Mahmud, 2011).
Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalamsejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupannya manusia
selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing- masing.
Kehadiran prestasi belajar dapat memberikan kepuasan tertentu pada manusia,
khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah. Prestasi belajar berguna
sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar
sehingga dapat menentukan perlunya dilakukan diagnosis, bimbingan, atau
penempatan anak didik. Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang telah dicapai
siswa setelah belajar dan mengerjakan tes yang diberikan oleh guru. Perbedaan
kemampuan belajar siswa berpengaruh pada prestasi belajar yang dicapai dari
setiap siswa karena faktor yang memepengaruhi prestasi belajar siswa juga
berbeda-beda.
Pada penelitian ini ranah yang diamati adalah ranah kognitif. Kemampuan
kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penalaran yang meliputi enam
aspek, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi, dan menciptakan.
a. Mengingat / remember (C1)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori
atau ingatan yang telah lampau.
b. Memahami / understand (C2)
Memahami berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai
sumber seperti pesan, bacaan, dan komunikasi.c.
Mengaplikasikan/menerapkan / apply (C3)
Menerapkan merujuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan permasalahan.
d. Menganalisis / analyze (C4)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari
tiap-tiap bagaian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut
menimbulkan permasalahan.
e. Mengevaluasi / evaluate (C5)
7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7
http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 4/8
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan
kriteria dan standar yang sudah ada.
f. Menciptakan / create (C6)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara
bersama-sama untuk membentuk suatu kesatuan yang koheren danmengarahkan siswa untuk menghasilkan produk baru dengan
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda
dari sebelumnya.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PTK dalam penelitian ini adalah penelitian untuk memecahkan berbagai masalah
yang ada dalam kelas yang diteliti dengan memberikan tindakan berupa model
SFAE dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
Penelitian dilakukan dalam dua siklus, di mana satu siklus terdapat tigakali pertemuan. Tahapan-tahapannya yaitu rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan
perubahan yang ingin dicapai. Proses identifikasi masalah dilakukan dengan
observasi kelas dan wawancara dengan guru fisika yang mengajar kelas XI-IPA 1.
Berpatokan pada hasil observasi kelas dan wawancara, perencanaan penelitian
tindakan kelas dirancang dan dilaksanakan sesuai prosedur penelitian tindakan
kelas. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran menggunakan model SFAE, lembar observasi kemampuan
berpendapat, format catatan lapangan, RPP,worksheet dan soal kognitif siklus I
dan II.
HASIL
Keterlaksanaan Penerapan Model SFAE
Berdasarkan temuan-temuan dalam siklus II dapat diketahui bahwa
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran SFAE telah terlaksana
dengan baik di kelas XI IPA 1. Keterlaksanaan model pembelajaran SFAE
mengalami peningkatan sebesar 34,792 %. Persentase siklus I keterlaksanaan
model pembelajaran SFAE adalah 53, 631 %. Hasil selengkapnya disajikan dalam
Tabel 1.
Tabel 1 Data Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran SFAE pada Siklus I dan
Siklus II
Langkah Pembelajaran Siklus I Siklus II
Persiapan 59, 375 % 91, 667 %
Presentasi guru 55,208 % 90, 625 %
Presentasi siswa 44, 167 % 82, 5 %
Penyimpulan ide/pendapa 50 % 87, 5 %
Pengulasan materi 41, 667 % 87, 5 %
Evaluasi 54, 167 % 79, 167 %
Penutup 70, 833 % 100 %
Rata-rata 53, 631 % 88,423 %
7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7
http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 5/8
Data di atas membuktikan bahwa keterlaksanaan pembelajaran model
SFAE siklus II sudah meningkat sebesar 34,792 %.
Analisis Kemampuan Berpendapat
Kemampuan berpendapat siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II sebesar 25,
998 %. Persentase siklus I adalah 35,026 %. Hasil
selengkapnya disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Data Persentase Kemampuan Berpendapat pada Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
35,026 % 61,024 %
Data di atas membuktikan bahwa kemampuan berpendapat siswa siklus II sudah
meningkat sebesar 25, 998 %.
Analisis Prestasi Belajar
Setelah dilakukan tindakan hasil prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu rata-rata nilai mengalami peningkatan
dari 70 pada siklus I menjadi 99 di siklus II. Nilai rata-rata hasil prestasi siswa
siklus I dan siklus II selengkapnya disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Data Nilai Rata-Rata Hasil Tes Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Observasi Awal Siklus I Siklus II
50,79 70 99
Data persentase hasil prestasi belajar siswa siklus I dan siklus II
selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Data Persentase Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Observasi Awal Siklus I Siklus II
16,67 % 28% 80 %
Persentase prestasi pada siklus I yaitu 28%. Sesuai dengan kriteria keberhasilan
maka siklus II sudah melebihi target, dimana target yang telah ditentukan di awal
bahwa persentase prestasi belajar 76 %. Data di atas membuktikan bahwa prestasi
belajar siklus II sudah mencapai target yang telah ditentukan di awal berdasarkan
kriteria keberhasilan dengan persentase 80 %.
Uraian di atas, pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaranSFAE pada siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan sehingga mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Berlaku juga untuk kemampuan berpendapat
dan prestasi belajar siswa yang sudah mencapai kriteria keberhasilan sehingga
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Maka dari itu proses
pembelajaran dapat dihentikan pada siklus II, pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran SFAE dapat terlaksana dengan baik dan meningkatkankemampuan kemampuan berpendapat dan prestasi belajar siswa.
PEMBAHASAN
Deskripsi Proses Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran SFAE
7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7
http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 6/8
Hasil keterlaksanaan model pembelajaran SFAE pada siklus I adalah 53, 631 %.
Tahapan presentasi siswa pada siklus I persentasenya rendah. Hal ini disebabkan
kurang maksimalnya proses pembelajaran pada tahapan tersebut. Permasalahan
pada siklus I berupa tidak berdoa, tidak menjelaskan tujuan pembelajaran, dan
siswa yang kurang memperhatikan pelajaran pada saat proses pembelajaran berlangsung dapat di atasi pada siklus II.Persentase tiap tahapan pada siklus II
mengalami peningkaan, terlihat pada grafik keterlaksanaan model pembelajaran
SFAE. Berdasarkan grafik tersebut persentase tahapan evaluasi pada sikls II
rendah dibandingkan tahapan lainnya. Hal ini disebabkan tidak semua siswa
tuntas dalam menyelesaikan soal berdasarkan KKM. Siklus II keterlaksanaan
model pembelajaran SFAE adalah 88,423 % ini berarti mengalami peningkatan
sebesar 34,792 %.
Kemampuan Berpendapat setelah Menerapkan Model Pembelajaran SFAE
Siklus I kemampuan berpendapat siswa masih rendah itu terlihat dari
sedikitnya siswa yang menyampaikan pendapatnya. Hal ini dikarenakan siswa
masih malu dalam menyampaikan pendapatnya. Siswa tidak percaya diri dalam
menyampaikan pendapatnya. Mereka takut kalau pendapat mereka itu salah, maka
akan membuat mereka merasa tidak pintar dalam kelas tersebut. Mereka malu
kalau pendapat mereka salah di depan teman-temannya.
Masalah pada siklus I dapat diatasi pada siklus II. Siswa tidak malu lagi
dalam menyampaikan pendapatnya. Mereka sudah terbiasa dengan proses
pembelajaran dengan model SFAE. Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran
model SFAE secara umum mengalami peningkatan setiap pertemuan. Peningkatan
kemampuan berpendapat siswa lebih jelas terlihat pada saat proses presentasisiswa berlangsung, di situ siswa dituntut untuk memberikan pertanyaan kepada
kelompok lain mengenai topik yang dibicarakan pada pertemuan tersebut. Selain
itu siswa juga dituntut untuk menjawab setiap pertanyaan dari siswa lain setelah
berdiskusi dengan kelompoknya.
Prestasi Belajar setelah Menerapkan Model Pembelajaran SFAE
Data hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil
evaluasi adalah 70 dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi adalah 90.
Persentase prestasi belajar siswa siklus I adalah 28 %. Kebanyakan siswa
menemui kesulitan saat mengejarkan soal nomor 3 untuk sub pokok bahasanhukum I termodinamika pada berbagai proses termodinamika. Siswa sulit dalam
memahami dan menganalisis yang berupa gambar. Meskipun guru membantu
mengarahkan jawaban siswa, tetap saja siswa masih kebingungan mengerjakan
soal tersebut. Jadi kebanyakan pekerjaan siswa untuk nomor 3 salah. Beberapa
siswa yang benar mengerjakan nomor 3 hanya ada 1 siswa yaitu Ibnu Rosyidi.
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran fisika memang anak tersebut
memiliki kemampuan akademik yang tinggi.
Data hasil observasi pada siklus II bahwa rata-rata nilai hasil evaluasi
adalah 99 dengan nilai terendah 33 dan nilai tertinggi adalah 99. Persentase
prestasi belajar siswa siklus II adalah 80 %. Terbukti terjadi peningkatan dari
siklus I ke siklus II berdasarkan uraian tersebut. Pada siklus II siswa lebih
7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7
http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 7/8
memperhatikan saat proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa lebih
memahami mengenai materi yang diberikan jadi berdampak pada peningkatan
prestasi belajar siswa. Selain itu siswa tidak malu untuk bertanya ketika mereka
kesulitan dalam mengerjakan soal. Rasa tidak malu ini sebagai hasil dari
peningkatan kemampuan berpendapat mereka.Peningkatan prestasi belajar sebesar 52 % ini membuktikan bahwa prestasi belajar
meningkat dari siklus I ke siklus II. Terjadinya peningkatan prestasi belajar
tersebut menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran SFAE
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa meningkat
dikarenakan siswa lebih paham mengenai materi yang diberikan melalui tahapan-
tahapan yang ada dalam model pembelajaran SFAE dimana siswa lebih aktif
dalam menggali informasi yang berkaitan dengan materi tersebut. Jadi disini siswa
bertindak sebagai fasilitator dan menjelaskan informasi yang diperoleh kepada
siswa yang lainnya.
KESIMPULAN
Proses pembelajaran model SFAE diawali dengan persiapan dimana guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, kemudian guru
mendemonstrasikan/ menyampaikan materi, siswa disuruh kerja kelompok untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru, siswa diberi kesempatan
untuk menjelaskan kepada siswa lain mengenai hasil kelompok, dilanjutkan
dengan guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa selama persentasi. Guru
menerangkan semua materi setelah persentasi dilaksanakan dan proses
pembelajaran diakhiri dengan evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran SFAE pada siklus I menunjukkan persentase 53,
631 % dan dikategorikan cukup baik. Siklus II sudah meningkat, ditunjukkan
dengan persentase pada siklus II 88,423 % dan dikategorikan baik.
Penerapan model pembelajaran SFAE dapat meningkatkan kemampuan
berpendapat siswa. Persentase kemampuan berpendapat pada siklus I adalah
35,026 % yang dikategorikan sedang. Kemampuan berpendapat pada siklus I
dikategorikan sedang maka diperlukan perbaikan pada siklus II. Siklus II
meningkat, ditunjukkan dengan persentase 61,024 % dan dikategorikan tinggi.
Penerapan model pembelajaran SFAE dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Persentase prestasi belajar siswa pada siklus I adalah 28%. Berdasarkan
kriteria keberhasilan pada tabel 3.2 prestasi belajar pada siklus I belum mencapai
target maka diperlukan perbaikan pada siklus II. Siklus II sudah mencapai targetyang sudah ditentukan, ditunjukkan dengan persentase pada siklus II 80% yang
melebihi target 76 %.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia. 2009. Penerapan Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) Dengan
Teknik Talking Chip Untuk Meningkatkan Keaktifan Berpendapat Dan Hasil Belajar
Fisika Pokok Bahasan Usaha Dan Energi Siswa Kelas VIII E SMAN 4 Malang.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang:Universitas Negeri Malang.
Arikunto, S. 2010. Penelitian tindakan Kelas. Jakarta:PT. Bumi Aksara.
7/21/2019 artikelE3BE6623080B5955A0E9304C3DEB28D7
http://slidepdf.com/reader/full/artikele3be6623080b5955a0e9304c3deb28d7 8/8
Dedi. 2013. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning), (online),
(http://dedi26. Blogspot.com/2013/05/pengertian-pembelajaran kooperatif.html,
diakses tanggal 1 september 2013).
Isjoni. 2012. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok .
Bandung:Alfabeta.
Mahmud, Fitriadi. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and
Explaining. (Online), (http://blogspot.com/model-pembelajaran-kooperatif-student)
diakses 27 November 20013.
Nurfaizah, Evi. 2013. Makalah Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining.
(Online), (http://blogspot.com/makalah-metode-pembelajaran-student.html)
diakses 27 November 20013.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperatve Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM .
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.