Upload
anakanom
View
243
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ikm jakarta asger puskes mampang
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terjadinya perubahan epidemiologi yang sejalan dengan perubahan
demografi dan teknologi di Indonesia telah mengakibatkan adanya
perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi penyakit tidak
menular yang meliputi penyakit degeneratif.(1)
Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah besar adalah
hipertensi yang disebut juga sebagai silent killer. Di Amerika,diperkirakan 1
dari 4 orang dewasa mengalami hipertensi pada usia.(2) Apabila penyakit ini
tidak terkontrol akan menyerang target organ sehingga menyebabkan peluang
7 kali lebih besar untuk terkena stroke, 6 kali lebih besar untuk terkena
Congestive Heart Failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung.(2)
Menurut World Health Organization (WHO) saat ini terdapat 600
juta penderita hipertensi di seluruh dunia. 3 juta diantaranya meninggal setiap
tahunnya dan tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan
pengobatan adekuat.(2) Di Indonesia, Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk mengalami
hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.(3)
Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007,
prevalensi hipertensi di Indonesia sebanyak 29,8%.(3) Pada usia lanjut, selain
hipertensi, penyakit yang sering menyertai adalah Parkinson dengan jumlah
penderita diseluruh dunia sekitar 5-10%. Gejala Parkinson muncul sebelum
usia 40 tahun, dan rata-rata menyerang usia 65 tahun.(4) Sedangkan di
Indonesia penyakit Parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang.(4)
Etiologi terjadinya penyakit Parkinson masih belum diketahui tetapi faktor
yang memengaruhi antara lain usia, genetic dan lingkungan.(4)
B. Tujuan Penelitian
1
1.Tujuan Umum
Mengetahui, menganalisa, dan mendeskripisikan hasil asesmen geriatri pada
salah satu pasien Puskesmas Kecamatan Mampang
2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam asesmen geriatri ini adalah:
1. Untuk mengetahui faktor resiko yang terdapat pada pasien
2. Untuk mengetahui fungsi psikologis dan sosial pasien
3. Untuk memberikan intervensi yang bisa diterapkan oleh pasien
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Manfaat bagi Puskesmas yaitu dapat membantu Puskesmas dalam memberikan
alternatif penyelesaian terhadap masalah tersebut. Dengan adanya kegiatan ini
dapat membantu Puskesmas dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dalam
rangka meningkatkan upaya kesehatan perorangan.
2. Bagi Pasien
Pasien dapat megetahui informasi penyakit yang dideritanya beserta
penanganannya dan pencegahannya sehingga pasien dapat menerapkan saran
yang telah diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Bagi Mahasiswa
Manfaat asesmen geriatri ini bagi mahasiswa yaitu sebagai syarat untuk
mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu kesehatan Masyarakat. Selain itu dapat
melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan
pada pasien.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Aging dan permasalahannya
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan dari jejas (termasuk infeksi)
dan memperbaiki kerusakan yang di derita. Pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur
dan fungsi organ. Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa proses menua itu
merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan yang
dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk
kehidupan seksualnya. (5)
Proses menua merupakan proses yang terus menerus/berkelanjutan
secara alamiah dan umumnya di alami oleh semua makhluk hidup, misalnya,
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan
lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Manusia secara lambat dan
progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menempuh
semakin banyak penyakit degeneratif, misal seperti hipertensi, arteriosklerosis,
diabetes militus dan kanker, yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan
tahap terminal, seperti stroke, infark miokard, koma asidotik, kanker metastatis
dan sebagainya. (5)
Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 4 tahun 1999, lansia adalah
orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55
tahun, tidak memiliki atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain, sedangkan menurut
UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia Pasal 1 ayat 2, lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. (5)
3
Secara ekonomis, penduduk lansia dapat diklasifikasikan atas lima
klasifikasi yaitu : (5)
1) Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/jasa.
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada kehidupan orang lain.
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi penuaan
Faktor yang mempengaruhi penuaan, terdiri dari faktor endogen
dan eksogen. Faktor endogen adalah perubahan dimulai dari sel–
jaringan–organ–sistem pada tubuh, sedangkan faktor eksogen, yaitu
lingkungan, sosial budaya, gaya hidup. (5)
b. Teori Proses Menua
1) Teori Biologis
a. Teori Genetik
Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan
bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen
dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa
proses menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu. (5)
4
b. Teori nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune
theory), menyatakan bahwa mutasi yang berulang dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri (self recognition). Mutasi yang
merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak
mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia. (5)
Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory),
menyatakan bahwa radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas
dan di dalam tubuh, karena adanya proses metabolisme atau
proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas
merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena
mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat
reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan
berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak
stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan
organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
dianggap sebagai penyabab penting terjadinya kerusakan fungsi
sel. Radikal bebas yang terdapat dilingkungan seperti: (5)
a) Asap kendaraan bermotor
b) Asap rokok
c) Zat pengawet makanan
d) Radiasi
e) Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan
pigmen dan kolagen pada proses menua.
Teori rantai silang (cross link theory), teori ini
menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein,
karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi
dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang
5
menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis,
dan hilangnya fungsi pada proses menua. (5)
2) Teori Sosiologis
a. Teori Interaksi Sosial
Teori ini menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin
interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosial
berdasarkan kemampuan bersosialisasi. (5)
Pokok-pokok sosial exchange theory antara lain: (5)
a) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
b) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang
memerlukan biaya dan waktu.
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor
mengeluarkan biaya.
b. Teori aktivitas atau kegiatan yaitu : (5)
a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta
dalam kegiatan sosial.
b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin.
c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia.
d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai
lanjut usia.
6
c. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas
yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman
hidup seseorang suatu saat merupakan gambarannya kelak pada
saat dia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya
hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah,
walaupun ia telah lanjut usia. (5)
d. Teori pembebasan/penarikan diri (disangagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.
Pokok-pokok disangagement theory adalah : (5)
a) Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi masa
pensiun. Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam
keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa
dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.
b) Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini
karena lanjut usia dapat merasakan tekanan sosial
berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan
kerja yang lebih baik.
c) Ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu
diperhatikan:
i. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
ii. Proses tersebut tidak dapat dihindari
iii. Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat.
Dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah
dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik
diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan
7
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami kehilangan
ganda (triple loss): (5)
a) Kehilangan peran (loss of role).
b) Hambatan kontak sosial (restriction of contact and
relationship).
c) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social
mores and values)
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan
mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri
dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada
persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi
kematiannya. Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut,
ada beberapa peluang yang memungkinkan dapat diintervensi
agar proses menua dapat diperlambat. (5)
d. Aspek fisiologik dan patologik akibat proses menua
Dengan makin lanjutnya usia seseorang, maka kemungkinan
terjadinya penurunan anatomik dan fungsional organ tubuh. Penurunan
anatomik dan fungsional dari organ tubuh akan menyebabkan lebih
mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut. Batas antara penurunan
fungsional dan penyakit seringkali para ahli lebih suka menyebutnya
sebagai suatu perburukan gradual yang manifestasinya pada organ
tergantung pada ambang batas tertentu dari organ tersebut, dan pada
dasarnya tergantung atas: (5)
1) Derajat kecepatan terjadinya perburukan atau deteriorisasi
2) Tingkat tampilan organ yang dibutuhkan
8
B. Hipertensi pada usia lanjut
1. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan diastolik diatas 90 mmHg. (6)
2. Epidemiologi
Studi berkesinambungan dari Monitoring Trends and
Determinants of Cardiovascular Disease (MONICA) Jakarta
melaporkan adanya peningkatan prevalensi hipertensi pada populasi
Indonesia dari 16,9% (tahun 2010) menjadi 17,9% (tahun 2014) .(6)
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin
meningkatnya populasi usia lanjut (lansia), maka jumlah pasien
dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana
baik hipertensi sistolik maupun diastolik sering timbul pada lebih
dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. (6)
Prevalensi hipertensi pada usia lanjut (lansia) adalah 30-65%.
Hipertensi pada lansia sangat penting untuk diketahui karena
patogenesis, perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak
seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia dewasa muda. Pada
pasien lansia, aspek diagnostik yang dilakukan harus lebih mengarah
kepada hipertensi dan komplikasinya, serta terhadap pengenalan
berbagai penyakit komorbid pada pasien.(6)
3. Kriteria
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan
menjadi hipertensi esensial/ primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya disebut sebagai hipertensi esensial. Sedangkan
hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi karena ada suatu
penyakit yang melatarbelakanginya.(6)
9
Menurut The Seventh of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.(6)
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC 7.
Klasifikasi Tekanan darah sistolik (mmHg)
Tekanan darah diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1
140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2
≥160 ≥100
Sumber : Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7). (6)
4. Penatalaksanaan
Pilihan pengobatan dari hipertensi dibedakan berdasarkan derajat
hipertensi. Cara penanganan hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Tanpa compelling indications ( indikasi adanya hipertensi sekunder)
1. Stage 1 hypertension ( SBP 140-159 or DBP 90-99 mmHg). Obat
diuretic tipe thiazide merupakan obat yang paling sering
digunakan. Selain itu dapat digunakan obat-obat seperti ARB,
ACEI, BB, CCB atau obat kombinasi dari obat-obat tersebut
10
2. Stage 2 Hypertension (SBP >160 or DBP >100 mmHg). Harus
menggunakan kombinasi dari 2 obat hipertensi, yang paling sering
adalah kombinasi diuretic thiazide dan ACEI, atau ARB, atau BB,
atau CCB.
b. Dengan compelling indication. Apabila pada hipertensi yang
disebabkan oleh keadaan karena adanya penyakit yang lain, maka obat
yang diberikan tergantung penyakit yang menimbulkan hipertensi
tersebut.
Gambar 1. Penatalaksanaan hipertensi(6)
Sumber : Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7). (6)
Selain dengan obat-obatan, pasien hipertensi harus melakukan modifikasi
gaya hidup. Perubahan gaya hidup meliputi penurunan berat badan, kurnagi
11
makanan yang banyak makan sayur, buah dan makanan rendah kolesterol.
Meningkatkan aktivitas fisik dan tidak minum alkohol. (6)
C. Parkinson
1. Definisi
Penyakit parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang
berkaitan erat dengan usia. Secara patologis penyakit parkinson ditandai
oleh degenerasi neuron-neuron berpigmen neuromelamin, terutama di pars
kompakta substansia nigra yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik
(Lewy bodies), atau disebut juga parkinsonisme idiopatik atau primer.(7)
Sedangkan Parkinsonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh
tremor waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural
akibat penurunan kadar dopamine dengan berbagai macam sebab. Sindrom
ini sering disebut sebagai Sindrom Parkinson. (7)
2. KLASIFIKASI
Penyakit parkinson dapat dibagi atas 3 kategori, yaitu : (7)
1. Parkinson primer/idiopatik/paralysis agitans.
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi
penyebabnya belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk
jenis ini.
2. Parkinson sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain :
tuberkulosis, sifilis meningovaskuler. Toksin seperti 1-methyl-4-phenyl-
1,2,3,6-tetrahydropyridine (MPTP), Mn, CO, sianida. Obat-obatan yang
menghambat reseptor dopamin dan menurunkan cadangan dopamin
misalnya golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain,
misalnya perdarahan serebral pasca trauma yang berulang-ulang pada
petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
12
3. Sindrom Parkinson Plus (Multiple System Degeneration)
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran
penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada Progressive
supranuclear palsy, Multiple system atrophy (sindrom Shy-drager,
degenerasi striatonigral, olivo-pontocerebellar degeneration,
parkinsonism-amyotrophy syndrome), Degenerasi kortikobasal
ganglionik, Sindrom demensia, Hidrosefalus normotensif, dan Kelainan
herediter (Penyakit Wilson, penyakit Huntington, Parkinsonisme familial
dengan neuropati peripheral).
3. ETIOLOGI
Etiologi Parkinson primer masih belum diketahui. Terdapat beberapa
dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum
diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan
terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan yang prematur
atau dipercepat. (7)
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra.
Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki
(involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-
gerakan yang tidak disadarinya. (7)
Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas benar, akan tetapi ada
beberapa faktor resiko ( multifaktorial ) yang telah diidentifikasikan, yaitu : (7)
1. Usia : Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai
200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan
reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada
substansia nigra pada penyakit parkinson.
2. Genetik : Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada
penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada gen a-sinuklein pada lengan panjang
kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal
dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi
13
dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga
ditemukan adanya disfungsi mitokondria. Adanya riwayat penyakit
parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko menderita penyakit
parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada
usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh
keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda. Kasus-kasus
genetika di USA sangat sedikit, belum ditemukan kasus genetika pada 100
penderita yang diperiksa. Di Eropa pun demikian. Penelitian di Jerman
menemukan hasil nol pada 70 penderita. Contoh klasik dari penyebab
genetika ditemukan pada keluarga-keluarga di Italia karena kasus penyakit
itu terjadi pada usia 46 tahun.
3. Faktor Lingkungan(7)
a) Xenobiotik : Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat
menimbulkan kerusakan mitokondria.
b) Pekerjaan : Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih
tinggi dan lama.
c) Infeksi : Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor
predesposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra.
Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra
oleh infeksi Nocardia astroides.
d) Diet : Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif,
salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson.
Sebaliknya,kopi merupakan neuroprotektif.
4. Ras : angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih
dibandingkan kulit berwarna.
5. Trauma kepala : Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit
parkinson, meski peranannya masih belum jelas benar.
6. Stress dan depresi : Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat
mendahului gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit
14
parkinson karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover
katekolamin yang memacu stress oksidatif.
4. PATOFISIOLOGI
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena
penurunan kadar dopamine akibat kematian neuron di substansia nigra pars
compacta (SNc) sebesar 40-50% yang disertai dengan inklusi sitoplasmik
eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab multifaktor.(8)
Substansia nigra (sering disebut black substance), adalah suatu region kecil
di otak (brain stem) yang terletak sedikit di atas medulla spinalis. Bagian ini
menjadi pusat control/koordinasi dari seluruh pergerakan. Sel-selnya
menghasilkan neurotransmitter yang disebut dopamine, yang berfungsi untuk
mengatur seluruh gerakan otot dan keseimbangan tubuh yang dilakukan oleh
sistem saraf pusat. Dopamine diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara
sel-sel neuron di otak terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan
refleks postural, serta kelancaran komunikasi (bicara). Pada penyakit Parkinson
sel-sel neuron di SNc mengalami degenerasi, sehingga produksi dopamine
menurun dan akibatnya semua fungsi neuron di system saraf pusat (SSP)
menurun dan menghasilkan kelambatan gerak (bradikinesia), kelambatan bicara
dan berpikir (bradifrenia), tremor dan kekauan (rigiditas). (8)
Hipotesis terbaru proses patologi yang mendasari proses degenerasi neuron
SNc adalah stress oksidatif. Stress oksidatif menyebabkan terbentuknya formasi
oksiradikal, seperti dopamine quinon yang dapat bereaksi dengan alfa sinuklein
(disebut protofibrils). Formasi ini menumpuk, tidak dapat di gradasi oleh
ubiquitin-proteasomal pathway, sehingga menyebabkan kematian sel-sel SNc.
Mekanisme patogenik lain yang perlu dipertimbangkan antara lain : (8)
Efek lain dari stres oksidatif adalah terjadinya reaksi antara oksiradikal
dengan nitric-oxide (NO) yang menghasilkan peroxynitric-radical.
15
Kerusakan mitokondria sebagai akibat penurunan produksi adenosin
trifosfat (ATP) dan akumulasi elektron-elektron yang memperburuk stres
oksidatif, akhirnya menghasilkan peningkatan apoptosis dan kematian sel.
Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yang
memicu apoptosis sel-sel SNc.
5. GEJALA KLINIS
Gambar 2. Gejala motorik Parkinson(8)
Sumber : Lecture Notes Neurologi
a. Tremor
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan
dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah
satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar)
jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan
sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting
tremor, yang hilang juga sewaktu tidur. (8)
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi
metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang
16
logam atau memulung-mulung (pill rolling). Pada sendi tangan fleksi-
ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-
ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-
tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu
emosi terangsang (resting/ alternating tremor). (8)
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga
terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan
(seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat
istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang
jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika
disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya
terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi
pada kedua belah sisi. (8)
b. Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang
tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas
bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati
suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi
terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan
itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi
tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat
penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk
mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi
cepat tetapi pendek-pendek. (8)
Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh
gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa,
adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon). (8)
c. Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian
sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi
17
serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada
tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju,
langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik
sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu.
Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang,
suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar
air liur. (8)
Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak
asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan,
lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir
menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi
muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah
seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan
ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut. (8)
d. Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai
melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation,
yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing,
dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi. Hilangnya
refleks postural disebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif
dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada level talamus dan
ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh.
Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah jatuh. (8)
e. Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa
kasus hal ini merupakan gejala dini. (8)
f. Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat
(marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu
membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan. (8)
18
g. Bicara monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara,
otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang
monoton dengan volume suara halus (suara bisikan) yang lambat. (8)
h. Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya
dengan defisit kognitif. (8)
i. Gangguan behavioral
Lambat-laun menjadi dependen (tergantung kepada orang lain),
mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon
terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat
memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup. (8)
j. Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas
pangkal hidungnya (tanda Myerson positif) (8)
6. Gejala non motorik (8)
a. Disfungsi otonom
Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter
terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik
Kulit berminyak dan infeksi kulit seboroik
Pengeluaran urin yang banyak
Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan
melemahnya hasrat seksual, perilaku, orgasme.
b. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
c. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
d. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
e. Gangguan sensasi
kepekaan kontras visual lemah, pemikiran mengenai ruang,
pembedaan warna
19
penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh
hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk
melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas
perubahan posisi badan
berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau
(microsmia atau anosmia).
7. DIAGNOSIS
Diagnosis penyakit Parkinson ditegakkan berdasarkan kriteria(8):
1. Secara klinis
Didapatkan 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik : tremor,
rigiditas, bradikinesia atau
3 dari 4 tanda motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia dan
ketidakstabilan postural.
2. Kriteria Koller
Didapati 2 dari 3 tanda cardinal gangguan motorik : tremor saat
istirahat atau gangguan refleks postural, rigiditas, bradikinesia yang
berlangsung 1 tahun atau lebih.
Respons terhadap terapi levodopa yang diberikan sampai perbaikan
sedang (minimal 1.000 mg/hari selama 1 bulan) dan lama perbaikan 1
tahun atau lebih.
3. Kriteria Gelb & Gilman
Gejala kelompok A (khas untuk penyakit Parkinson) terdiri dari :
1) Resting tremor
2) Bradikinesia
3) Rigiditas
4) Permulaan asimetris
Gejala klinis kelompok B (gejala dini tak lazim), diagnosa alternatif,
terdiri dari :
1) Instabilitas postural yang menonjol pada 3 tahun pertama
20
2) Fenomena tak dapat bergerak sama sekali (freezing) pada 3 tahun
pertama
3) Halusinasi (tidak ada hubungan dengan pengobatan) dalam 3 tahun
pertama
4) Demensia sebelum gejala motorik pada tahun pertama.
Diagnosis “possible” : terdapat paling sedikit 2 dari gejala kelompok
A dimana salah satu diantaranya adalah tremor atau bradikinesia dan
tak terdapat gejala kelompok B, lama gejala kurang dari 3 tahun
disertai respon jelas terhadap levodopa atau dopamine agonis.
Diagnosis “probable” : terdapat paling sedikit 3 dari 4 gejala
kelompok A, dan tidak terdapat gejala dari kelompok B, lama
penyakit paling sedikit 3 tahun dan respon jelas terhadap levodopa
atau dopamine agonis.
Diagnosis “pasti” : memenuhi semua kriteria probable dan
pemeriksaan histopatologis yang positif.
8. PENATALAKSANAAN
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif yang berkembang
progresif dan penyebabnya tidak diketahui, oleh karena itu strategi
penatalaksanaannya adalah 1) terapi simtomatik, untuk mempertahankan
independensi pasien, 2) neuroproteksi dan 3) neurorestorasi, keduanya untuk
menghambat progresivitas penyakit Parkinson. Strategi ini ditujukan untuk
mempertahankan kualitas hidup penderitanya. (8)
1. Terapi farmakologik (8)
a. Obat pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa)
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson.
Di dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah
menjadi dopamine pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam
amino dekarboksilase (dopa dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya
21
1-5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya dimetabolisme
di sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena
mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen.
Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor,
membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron
dopaminergik. (8)
Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki
gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani
aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk
meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya. (8)
Banyak dokter menunda pengobatan simtomatis dengan levodopa
sampai memang dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak
mengganggu, sebaiknya terapi dengan levodopa jangan dilakukan. Hal ini
mengingat bahwa efektifitas levodopa berkaitan dengan lama waktu
pemakaiannya. Levodopa melintasi sawar-darah-otak dan memasuki
susunan saraf pusat dan mengalami perubahan ensimatik menjadi
dopamin. Dopamin menghambat aktifitas neuron di ganglia basal. Efek
samping levodopa dapat berupa: (8)
1) Neusea, muntah, distress abdominal
2) Hipotensi postural
3) Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita
yang berusia lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik
dopamine pada system konduksi jantung. Ini bisa diatasi dengan
obat beta blocker seperti propanolol.
4) Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota
gerak, leher atau muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita
yang berespon baik terhadap terapi levodopa. Beberapa penderita
menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu karena
penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti,
membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.
22
5) Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal
dan ureum darah yang meningkat merupakan komplikasi yang
jarang terjadi pada terapi levodopa.
Efek samping levodopa pada pemakaian bertahun-tahun adalah diskinesia
yaitu gerakan motorik tidak terkontrol pada anggota gerak maupun tubuh.
Respon penderita yang mengkonsumsi levodopa juga semakin lama
semakin berkurang. Untuk menghilangkan efek samping levodopa, jadwal
pemberian diatur dan ditingkatkan dosisnya, juga dengan memberikan
tambahan obat-obat yang memiliki mekanisme kerja berbeda seperti
dopamin agonis, COMT inhibitor atau MAO-B inhibitor.
b. Agonis Dopamin(8)
Agonis dopamin seperti Bromokriptin (Parlodel), Pergolid
(Permax), Pramipexol (Mirapex), Ropinirol, Kabergolin, Apomorfin dan
lisurid dianggap cukup efektif untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini
bekerja dengan merangsang reseptor dopamin, akan tetapi obat ini juga
menyebabkan penurunan reseptor dopamin secara progresif yang
selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala Parkinson.
Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah
mengalami serangan yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari
levodopa dosis tinggi. Apomorfin dapat diinjeksikan subkutan. Dosis
rendah yang diberikan setiap hari dapat mengurangi fluktuasi gejala
motorik. Efek samping obat ini adalah halusinasi, psikosis, eritromelalgia,
edema kaki, mual dan muntah.
c. Antikolinergik(8)
Obat ini menghambat sistem kolinergik di ganglia basal dan
menghambat aksi neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini
mampu membantu mengoreksi keseimbangan antara dopamine dan
asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala tremor. Ada dua preparat
antikolinergik yang banyak digunakan untuk penyakit parkinson , yaitu
23
thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin (congentin). Preparat lainnya yang
juga termasuk golongan ini adalah biperidon (akineton), orphenadrine
(disipal) dan procyclidine (kamadrin). Efek samping obat ini adalah mulut
kering dan pandangan kabur. Sebaiknya obat jenis ini tidak diberikan pada
penderita penyakit Parkinson usia diatas 70 tahun, karena dapat menyebabkan
penurunan daya ingat.
d. Penghambat Monoamin oxidase (MAO Inhibitor) (8)
Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga
berguna pada penyakit Parkinson karena neurotransmisi dopamine dapat
ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula
memperlambat memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi
levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson yaitu untuk mengaluskan
pergerakan.
Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan
menginhibisi monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat
perusakan dopamine yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik.
Metabolitnya mengandung L-amphetamin and L-methamphetamin. Biasa
dipakai sebagai kombinasi dengan gabungan levodopa-carbidopa. Selain itu
obat ini juga berfungsi sebagai antidepresan ringan. Efek sampingnya adalah
insomnia, penurunan tekanan darah dan aritmia.
e. Amantadin
Berperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di bagian lain
otak. Obat ini dulu ditemukan sebagai obat antivirus, selanjutnya diketahui
dapat menghilangkan gejala penyakit Parkinson yaitu menurunkan gejala
tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit Parkinson dan dapat
menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-off) dan diskinesia pada
penderita Parkinson lanjut. Dapat dipakai sendirian atau sebagai kombinasi
dengan levodopa atau agonis dopamine. Efek sampingnya dapat
mengakibatkan mengantuk. (8)
24
f. Penghambat Catechol 0-Methyl Transferase/COMT
Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Obat ini masih relatif
baru, berfungsi menghambat degradasi dopamine oleh enzim COMT dan
memperbaiki transfer levodopa ke otak. Mulai dipakai sebagai kombinasi
levodopa saat efektivitas levodopa menurun. Diberikan bersama setiap dosis
levodopa. Obat ini memperbaiki fenomena on-off, memperbaiki kemampuan
aktivitas kehidupan sehari-hari.Efek samping obat ini berupa gangguan fungsi
hati, sehingga perlu diperiksa tes fungsi hati secara serial. Obat ini juga
menyebabkan perubahan warna urin berwarna merah-oranye. (8)
g. Neuroproteksi
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang
diinduksi progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen
neuroprotektif adalah apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids,
bioenergetics, antiglutamatergic agents, dan dopamine receptors. Adapun
yang sering digunakan di klinik adalah monoamine oxidase inhibitors
(selegiline and rasagiline), dopamin agonis, dan complek I mitochondrial
fortifier coenzyme Q10. (8)
2. Non Farmakologik
a. Edukasi
Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya,
misalnya pentingnya meminum obat teratur dan menghindari jatuh.
Menimbulkan rasa simpati dan empati dari anggota keluarganya sehingga
dukungan fisik dan psikik mereka menjadi maksimal. (8)
b. Terapi rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta
mengatasi masalah-masalah sebagai berikut : Abnormalitas gerakan,
Kecenderungan postur tubuh yang salah, Gejala otonom, Gangguan
perawatan diri (Activity of Daily Living – ADL), dan Perubahan
25
psikologik. Latihan yang diperlukan penderita parkinson meliputi latihan
fisioterapi, okupasi, dan psikoterapi. (8)
Latihan fisioterapi meliputi : latihan gelang bahu dengan tongkat, latihan
ekstensi trunkus, latihan frenkle untuk berjalan dengan menapakkan kaki
pada tanda-tanda di lantai, latihan isometrik untuk kuadrisep femoris dan otot
ekstensor panggul agar memudahkan menaiki tangga dan bangkit dari kursi.
Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian ADL pasien, pengkajian
lingkungan tenpat tinggal atau pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan dipakai
bermacam strategi, yaitu : (8)
Strategi kognitif : untuk menarik perhatian penuh/konsentrasi, bicara
jelas dan tidak cepat, mampu menggunakan tanda-tanda verbal
maupun visual dan hanya melakukan satu tugas kognitif maupun
motorik.
Strategi gerak : seperti bila akan belok saat berjalan gunakan
tikungan yang agak lebar, jarak kedua kaki harus agak lebar bila
ingin memungut sesuatu dilantai.
Strategi keseimbangan : melakukan ADL dengan duduk atau berdiri
dengan kedua kaki terbuka lebar dan dengan lengan berpegangan
pada dinding. Hindari eskalator atau pintu berputar. Saat bejalan di
tempat ramai atau lantai tidak rata harus konsentrasi penuh jangan
bicara atau melihat sekitar.
D. Prinsip comprehensive care
Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari
aspek kesehatan dan kedokteran pada warga lanjut usia, termasuk pelayanan
kesehatan kepada lanjut usia dengan mengkaji semua aspek kesehatan
berupa promosi, pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi,
sehingga pengertian pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi
penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi,
26
sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan
secara terpadu dengan pendekatan Multidisiplin yang bekerja secara
Interdisiplin.(9)
Diperkirakan bahwa pada tahun 2050 mendatang, masyarakat lanjut
usia akan terus bertambah jumlahnya hingga 22%-46%. Semakin
bertambahnya usia, maka keterbatasan dalam segala aspek pada seseorang
akan terus bertambah. Oleh karena hal tersebut, saat ini, diterapkan suatu
cara penilaian terhadap pasien lanjut usia untuk mencegah keterbatasan atau
disabilitas lebih lanjut melalui penilaian geriatri komprehensif. (9)
Penilaian geriatri komprehensif (comprehensive geriatric
assessment) adalah suatu proses diagnostik multidisiplin untuk menentukan
keadaan medis, kapabilitas psikososial dan fungsional, serta keterbatasan
pasien usia lanjut yang bertujuan untuk mengembangkan rencana
pengobatan dan tindak lanjut perawatan jangka panjang yang terkoordinasi
dan terintegrasi. Penilaian geriatri ini ditekankan untuk meningkatkan
kualitas hidup dan status fungsional, prognosis, dengan penggunaan
sejumlah instrumen standar untuk mengevaluasi aspek fungsi pasien,
gangguan, dan dukungan sosial. (9)
1. Penilaian medis
Adapun hal-hal yang perlu dinilai terkait kondisi medis pasien, meliputi:(9)
a. Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang
Penting bagi seorang praktisi geriatri untuk mengetahui keluhan
utama atau riwayat penyakit saat ini yang dialami oleh pasien,
sehingga dapat ditentukan tatalaksana lanjutannya akan seperti apa.
Tidak hanya keluhan utama dan riwayat penyakit saat ini saja yang
perlu diketahui, tetapi juga mengetahui faktor-faktor komorbid yang
ada pada pasien dan menentukan seberapa parah derajat penyakit
27
yang diderita sehingga selain menentukan rencana terapi, tetapi juga
dapat menentukan prognosis ke depannya bagaimana.
b. Riwayat penyakit dahulu
Dalam upaya memberikan pelayanan yang lengkap dan akurat,
praktisi geriatri perlu mencari dan mendapatkan catatan medis
menyeluruh, termasuk penyakit-penyakit yang pernah diderita di
masa lampau.
c. Nutrisi
Dibandingkan dengan populasi umum, orang tua lebih rentan
terhadap gizi yang tidak memadai untuk sejumlah alasan seperti gigi
terbatas atau gigi palsu tidak pas, berkurang nafsu makan karena
kesepian, depresi atau obat penekan nafsu makan, kondisi medis
umum termasuk sembelit, gagal jantung kongestif, kanker dan
demensia, kurangnya sumber daya keuangan, serta disabilitas
sehingga akses terbatas untuk makanan dan / atau ketidakmampuan
untuk menyiapkan makanan. Data mengenai nutrisi pasien ini
nantinya akan ikut menentukan rencana penentuan nutrisi pasien ke
depannya.
2. Penilaian fungsional
Status fungsional pada pasien geriatri dapat dinilai dengan banyak
cara, salah satunya adalah dengan penilaian kegiatan hidup harian.
Activities of Daily Living (ADL) adalah aktivitas perawatan diri bahwa
seseorang harus mampu hidup mandiri, termasuk mandi, berpakaian,
pergi ke toilet, dan makan. Pasien yang tidak dapat melakukan tugas-
tugas ini biasanya membutuhkan dukungan pengasuh 12 sampai 24 jam
per hari. Pasien yang menolak untuk melakukan fungsi dianggap tidak
mampu menjalankan fungsi meskipun mereka mampu. (9)
3. Penilaian psikologis
28
Pemeriksaan psikologis, meliputi pemeriksaan terhadap fungsi
kognitif, dan mood. Kognisi melibatkan proses dasar persepsi, perhatian,
memori, penalaran, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
Bila proses ini terganggu, konsekuensi bagi individu dapat menjadi
bencana; overdosis tidak disengaja dari obat dan kecelakaan kendaraan
bermotor hanya beberapa contoh. Penyakit, obat, atau kecelakaan
(terutama yang melibatkan cedera kepala) dapat mengganggu kognisi.
Sebelum pengujian kognisi, penting untuk mengetahui bahwa
kemampuan sensorik primer pasien (penglihatan dan pendengaran) utuh,
karena bisa menyesatkan untuk menyimpulkan bahwa pasien gangguan
kognitif. Hal ini merupakan alasan pengujian penglihatan dan
pendengaran adalah bagian rutin dari penilaian geriatri. Untuk tujuan ini,
instrumen yang digunakan adalah uji Mini Negara Mental (MMSE). (9)
Penilaian psikologis berikutnya adalah penilaian terhadap mod,
dimana masalah terberat pada rentang usia lanjut adalah depresi berat.
Depresi berat yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati adalah salah satu
kontributor paling signifikan untuk morbiditas dan mortalitas geriatri.
Depresi berat didiagnosis dengan menggunakan kriteria dari Diagnostik
& Statistik Manual of Mental Disorders, 4th Ed (DSM-IV). Untuk tujuan
ini, instrumen seperti Skala Depresi Geriatri (GDS) dapat digunakan.
Depresi berat harus dicurigai pada setiap pasien dengan skor 5 atau lebih.(9)
4. Penilaian sosial
Penilaian sosial yang dimaksud meliputi seberapa besar dukungan
keluarga atau kerabat pasien dalam kehidupan sehari-hari, serta apakah
pasien masih aktif mengikuti kegiatan sosial dilingkungan sekitar,
sehingga dapat ditentukan apakah pasien memerlukan bantuan perawatan
kehidupan sehari-hari. (9)
5. Penilaian lingkungan
29
Komponen ini meliputi bagaimanakah kondisi rumah dan lingkungan
sekitar pasien, apakah rumah dan lingkungannya tersebut mendukung
pasien untuk menjalankan kegiatannya, membuat pasien cukup merasa
nyaman dan aman. (9)
30
BAB III
METODE
A.Desain penelitian
Desain penelitian adalah dengan purposive sampling dimana penulis spesifik
untuk melakukan kunjungan rumah.
B.Lokasi dan waktu
Lokasi peneletian bertempat di komplek polri jalan pondok karya blok I7 Jakarta
selatan dengan waktu penelitian dilakukan mulai 10 Juni 2015- 23 Juli 2015.
C.Diagnosis masalah
Pasien yang dilakukan kunjungan rumah mengalami hipertensi grade II dan
Parkinson.
D. Penatalaksanaan
Kegiatan kunjungan rumah dilaksanakan sebanyak 6 kali. Setiap kunjungan,
penulis mengevaluasi pengobatan pasien apakah diterapkan secara tepat dan
rutin, serta memberikan solusi pencegahan untuk penyakit lebih lanjut serta
penulis bersama psikolog melakukan konseling dengan pasien.
31
BAB IV
ASSESMENT GERIATRI
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. W Gender: L
Tanggal lahir : Magelang, 11 November 1944
Alamat : Jl. Pondok Karya blok I 27
Riwayat Pekerjaan : Pensiunan polisi
Nama Orang terdekat : Ny. S
Jumlah Anak : 3 Pria : 1 Wanita: 2
Jumlah Cucu : 6
Jumlah Cicit : -
Pembiayaan kesehatan : Jaminan
Sebutkan jenisnya : ASKES (Saat ini BPJS)
Riwayat Medis / Evaluasi Fisik
B. Riwayat Medis :
1. Keluhan utama : Kepala terasa pusing sejak 3 hari lalu
2. Keluhan tambahan : tangan dan kaki terasa bergetar dan lemas
serta ingin memeriksakan tekanan darah.
3. Riwayat penyakit sekarang :
32
Pasien datang seorang diri dengan menggunakan tongkat ke Puskesmas
Pela Mampang 1 untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah. Pasien juga
merasakan tangan dan kaki bergetar dan lemas.Hal tersebut sudah dirasakan
sejak 3 tahun lalu. Pasien juga mengeluhkan pusing yang dirasakan pada
seluruh bagian kepala, tidak bertenyut, tidak seperti terikat, dan tidak berputar
serta disertai leher yang kaku dan tegang sejak 3 hari yang lalu. Pasien
menyangkal terdapat mual, muntah.
Pasien mengatakan memiliki penyakit darah tinggi, riwayat trauma,
diabetes mellitus, dan stroke disangkal. Pasien sudah pernah memeriksakan
tangan dan kakinya yang bergetar dan lemas ke puskesmas tetapi tidak
kunjung membaik setelah itu pasien mendapat rujukan ke dokter spesialis
saraf dan dikatakan pasien mengalami Parkinson tetapi pasien tidak
melakukan perawatan lebih lanjut. Riwayat merokok +, minum alkohol +.
4. Riwayat pembedahan
Tidak pernah
5. Riwayat opname Rumah Sakit
Pasien belum pernah di rawat di RS sebelumnya
6. Riwayat kesehatan lain
Melakukan pemeriksaan kesehatan pada :
Dokter umum di Puskesmas Kelurahan Pela mampang 1
Pemeriksaan gigi / gigi palsu :
Oral hygiene kurang baik, tidak ada pemakaian gigi palsu
Lain-lain :
Tidak ada
7. Riwayat allergi :
Tidak ada
33
8. Kebiasaan Merokok
Apakah anda merokok ? Dahulu iya tetapi sekarang tidak
Apakah orang terdekat atau disekitar anda merokok ? Ya
Berapa batang rokok yang anda hisap setiap harinya? 4
Berapa jarak waktu dari bangun tidur dengan anda menghisap rokok pertama
setiap hari? Lebih dari 30 menit
Apakah anda berminat untuk berhenti merokok? Sudah berhenti
Apabila anda memutuskan untuk berhenti merokok sama sekali dalam
2 minggu ke depan seberapa besar keyakinan anda untuk berhasil berhenti
secara total? -
9. Minum Alkohol
Apakah anda minum minuman beralkohol ? Ya sempat minum saat usia
muda
Olah raga
Apakah anda melakukan olah raga ? Tidak
Jenis olah raga yang biasa anda lakukan? –
Berapa kali dalam seminggu?-
Minum kopi? Ya
Berapa jumlah kopi yang diminum dalam sehari ? 1 gelas
10. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
Dengan resep dokter Dosis dan pemakaian
Amlodipin 10 mg, 1x1
Kalk 500 mg, 2x1
Vitamin Bkompleks 2x1
34
Tanpa resep dokter Dosis dan pemakaian
Tidak ada -
11. Penapisan depresi
Untuk setiap pertanyaan di bawah ini, penjelasan mana yang paling dekat dengan
perasaan yang anda rasakan bulan lalu ?
Setiap
waktu
Sering
sekali
Kadang
kadang
Jarang
sekali
Tidak
pernah
a.Berapa seringkah bulan
yang lalu masalah kesehatan
anda menghalangi kegiatan
anda, (mis.pergi mengunjungi
teman, aktivitas social)
√
b.Berapa seringkah bulan lalu
anda merasa gugup ?
√
c.Berapa seringkah bulan lalu
anda merasa tenang dan damai
?√
d.Berapa seringkah bulan lalu
anda merasa sedih sekali ?
√
e.Berapa seringkah bulan lalu
anda merasa bahagia ?
√
f.Berapa seringkah bulan lalu
anda merasa begitu sedih
sampai serasa tak ada
sesuatupun yang mungkin
menghiburnya ?
√
g.Selama bulan lalu, berapa √
35
seringnya perasaan depresi
anda mengganggu kerja anda
sehari-hari ?
h.Selama bulan lalu, berapa
sering anda merasa tak ada
lagi sesuatu yang anda
harapkan lagi ?
√
i.Selama bulan lalu, berapa
sering anda merasa tak
diperhatikan keluarga ?
√
j. Berapa sering selama bulan
lalu anda merasa ingin
menangis apa saja
√
k.Selama bulan lalu, berapa
sering anda merasa bahwa
hidup ini sudah tak ada
gunanya lagi ?
√
Dari kuesioner tersebut, pasien mengalami depresi, sehingga dibutuhkan
kerjasama dengan psikolog.
12. Status Fungsional
a. ADL dasar dan Instrumental
Bisa sendiri
sepenuhnya
Perlu bantuan
seseorang
Tergantung
orang lain
sepenuhnya
Mandi √
Ambulansi √
36
Tranfer √
Berpakaian √
Berdandan √
BAB / BAK √
Makan √
Sediakan makan √
Atur keuangan √
Atur minum obat-obatan √
Ber tilpun √
b. Keterbatasan fungsional
Sudah berapa lamakah (apabila ada) kesehatan anda membatasi kegiatan
anda berikut ini?
Aktivitas>3
bulan
< 3
bulan
Tak
Terbatasi
Berbagai pekerjaan berat (mis. Angkat barang, lari,) √
Berbagai pekerjaan sedang (mis.menggeser meja /
almari, angkat barang belanjaan)
√
Pekerjaan ringan di rumah yang biasa dikerjakan √
Mengerjakan pekerjaan (di kantor / sehari-hari)
Naik bukit / naik tangga √
Membungkuk, berlutut, sujud √
Berjalan kl.100 meter √
Makan, mandi, berpakaian ke WC √
37
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
Baring Duduk Berdiri
Tekanan darah 180/100 180/100 180/100
Nadi / menit 90 (reguler) 88 (reguler) 92 (reguler)
Laju respirasi / menit 21 21 21
2 bulan yl 1 bulan yl Saat ini
Berat badan 67 65 65
Tinggi badan 162 162 162
BMI 25,50 24,8 24,8
2. Keadaan Kulit : biasa
Bercak kemerahan : tidak ada
Lesi kulit lain : tidak ada
Curiga keganasan : tidak ada
Dekubitus : tidak ada
3. Pendengaran
Ya Tidak
Dengar suara normal √
Pakai alat bantu dengar √
Cerumen impaksi √
4. Penglihatan
Ya Tidak
Dapat membaca huruf surat kabar
Tanpa kaca mata √
38
Dengan kaca mata
Terdapat katarak/tidak
Kanan √
Kiri √
Dapatanfunduskopi: Normal Abnormal (jelaskan) Tak terlihat
Kanan √
Kiri √
5. Mulut
Buruk Baik
Higiene mulut √
Ada Tidak
Gigi palsu √
Terpasang √
Lecet di bawah gigi palsu √
6. Leher
Normal Abnormal (jelaskan)
Derajat gerak √
Kel. Tiroid √
Bekas luka pada tiroid : tidak ada
Massa lain : tidak ada
Kelenjar limfe membesar/tidak (bila ya jelaskan) : tidak ada
7. Dada
Massa teraba/tidak, bila ya: kanan/kiri, jelaskan : tidak ada
Kelainan lain : tidak ada
39
8. Paru-paru
Kiri Kanan
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi :
suara
dasar
+ +
suara
tambahan
- -
9.Kardiovaskuler
a. Jantung
- Irama Regular Ireguler
√
- Bising Ya Tidak
√
- Gallop Ada Tidak
√
Lain-lain (jelaskan)
b. Bising Ada Tidak
- Karotis : Kiri √
Kanan √
- Femoralis: kiri √
Kanan √
c. Denyut nadi perifer Ada Tidak
- A. dorsalis pedis
Kiri √
Kanan √
- A. tibialis posterior
Kiri √
40
Kanan √
Tak ada +1 +2 +3 +4
d. Edema
-Pedal √
-Tibial √
-Sakral √
10. Abdomen
Hati membesar/tidak : tidak
Massa abdomen lain : tidak ada
Bising/bruit : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Cairan asites : tidak ada
Limpa membesar/tidak : tidak
11. Rektum/anus: tidak dilakukan pemeriksaan
12. Genital / pelvis: tidak dilakukan pemeriksaan
13. Muskuloskeletal
Tak
ada
Tl.
Blkg
Bahu Siku Tangan Pinggul Lutut Kaki
Deformitas √
Gerak
terbatas
√ √
Nyeri
Benjolan /
peradangan
√
14. Neurologik / Psikologik
a. Status Mentalis :
Baik Terganggu
Orientasi √
41
Orang √
Waktu √
Tempat √
Situasi √
Daya ingat √
Sangat lampau √
Baru terjadi √
Ingat obyek stlh 5 menit segera (mengulang) √
Kuisioner pendek / portable tentang Status Mental :
Betul Salah
Tanggal berapakah hari ini ? √
Hari apakah hari ini ? √
Apakah nama tempat ini ? √
Berapakah nomor telpon rumah anda ? √
Berapakah usia anda ? √
Kapankah anda lahir (tgl/bln/thn) ? √
Siapa nama gubernur sekarang ? √
Nama gubernur sebelum ini ? √
Nama ibumu sebelum menikah ? √
20 dikurang 3 dan seterusnya √
Jumlah kesalahan
0-2 kesalahan : baik
3-4 kesalahan : gangguan intelek ringan
5-7 kesalahan : gangguan intelek sedang
7-10 kesalahan : gangguan intelek berat
(Bila terdapat kecurigaan adanya dementia, asesmen lebih lanjut perlu
dikerjakan)
42
b. Perasaan hati / afeksi: baik
c. Umum
Normal Abnormal (jelaskan)
Syaraf otak √
Motorik : - kekuatan Kekuatan kaki dan tangan pasien 3
- tonus √
Sensorik : - tajam √
- raba √
- getaran √
Refleks √
Sereblar : - jari ke hidung √
- Tumit ke ujung kaki √
- Romberg Tidak dapat berdiri tegak apabila
tidak menggunakan tongkat karena
kaki terasa gemetar dan lemas
Gerak langkah Melambat pada saat berjalan
a. Tanda-tanda lain
Ya Tidak Bila Ya, jelaskan
Tremor saat istirahat √ Tremor terjadi pada tangan dan
kaki
Rigiditas cogwebell √ Rigiditas terjadi pada saat pasien
mengangkat tangan dan kaki
Bradikinesia √ Gerakan tangan melambat, pada
saat menulis semakin lama tulisan
semakin mengecil dan berjalan
menjadi lebih lambat
Tremor intense √ Tremor terjadi setelah pasien
43
menulis, saat berdiri, dan saat
mulai untuk duduk dari posisi
berdiri
Gerakan tak sadar √
Refleks patologis √
D. DATA LABORATORIK
Tidak ada
E. HASIL PEMERIKSAAN TAMBAHAN LAIN :
ekg, sinar tembus, usg : Tidak ada
F. Pola Konsumsi
Pasien mengatakan, dalam sehari makan sebanyak 3 kali yaitu makan
pagi, makan siang, dan makan sore. Setiap makan, makanan terdiri dari nasi,
ikan, dan sayur. Setelah makan pagi pasien harus minum kopi dan setelah makan
siang pasien minum teh. Pasien mengatakan menyukai makanan yang asin
sehingga sangat sulit untuk membatasi garam pada masakan. Pada sore hari,
pasien meminum jamu rebusan akar pohon yang diberikan saudaranya untuk
menurunkan tekanan darah.
G. Identifikasi Lingkungan Rumah
Pasien tinggal di komplek polisi bersama istri, 1 anak, 1 cucu. Rumah
pasien terletak didalam gang, berdempetan satu sama lain. Rumah pasien tidak
memiliki tangga. Kamar pasien terletak didepan dapur disamping ruang
keluarga. Kamar mandi terletak di seberang kamar pasien. Kebersihan rumah
cukup terjaga namun rumah pasien kurang pencahayaan dan ventilasi. Jendela
hanya terletak pada bagian depan rumah dan jendela pun tidak pernah dibuka.
44
H. Summary Assesment Geriatri
Pasien datang ke puskesmas menggunakan tongkat dengan keluhan
untuk melakukan kontrol tekanan darah, selain itu pasien mengeluhkan kaki dan
tangan terasa bergetar dan lemas dan hal tersebut terjadi sudah 3 tahun lalu.
Pasien juga mengeluh kepala terasa pusing sejak 3 hari lalu. Setelah dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, diketahui pasien sudah mengalami keadaan
seperti ini sebelumnya dan sudah dirujuk ke spesialis saraf lalu dikatakan bahwa
pasien mengalami Parkinson tetapi pasien tidak melanjutkan pengobatan. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 180/100 yaitu hipertensi
grade II
I. Daftar masalah dan rencana penanganannya
Tanggal Kegiatan
10 juni 2015 pemberian informasi serta edukasi mengenai tekanan darah tingg
dari penyebabnya, efek samping tekanan darah tinggi dan
pengobatan tekanan darah tinggi. Pemberian edukasi ditujukan
agar pasien membatasi asupan garam dalam makanan sehari-hari,
menjaga pola makan yang baik, olahraga teratur dan
menganjurkan pasien rutin minum obat dan kontrol tekanan
darah, memberikan informasi mengenai pola makan pada
penderita hipertensi
10 Juni 2015 Memberikan informasi mengenai penyebab, pengobatan
Parkinson yang dialami pasien, memberitahukan untuk
melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis saraf.
24 juni 2015 Melakukan pengecekan tekanan darah, bertanya kepada keluarga
apakah pasien sudah menjalankan diet garam yang dianjurkan.
Serta memastikan apakah sudah melakukan pemeriksaan ke
bagian saraf
29 juni 2015 Melakukan pengecekan tekanan darah, membawa psikolog dari
45
puskesmas untuk melakukan wawancara kepada pasien supaya
dapat mengetahui hal yang sedang dirasakan pasien.
2 juli 2015 Melakukan pengecekan tekanan darah, melakukan edukasi untuk
tetap menggunakan kaki kanannya, untuk tetap menggerakan
kaki nya dan memastikan apakah sudah melakukan saran yang
diberikan
12 juli 2015 Melakukan pengecekan tekanan darah, melakukan edukasi untuk
tetap menggunakan kaki kanannya, untuk tetap menggerakan
kaki nya dan memastikan apakah sudah melakukan saran yang
diberikan
23 juli 2015 Melakukan pengecekan tekanan darah, melakukan edukasi untuk
tetap menggunakan kaki kanannya, untuk tetap menggerakan
kaki nya dan memastikan apakah sudah melakukan saran yang
diberikan
J. Rencana Perawatan Comprehensive / Terpadu
Olaraga ringan secara rutin (jalan pagi) sekitar 15-30 menit perhari
Melakukan diet rendah garam
Makan sayur dan buah setiap hari
Membatasi konsumsi teh, kopi dan jamu
Rutin meminum obat hipertensi dan vitamin
Memotivasi pasien untuk senantiasa berperilaku sehat untuk
kesehatan dirinya serta keluarga
Istirahat cukup
Lingkungan rumah dalam keadaan bersih
Kontrol ke puskesmas secara rutin
Melakukan fisioterapi
Rujuk ke dokter spesialis saraf
Melakukan konseling dengan psikolog
BAB VI
46
PENUTUP
A.Kesimpulan
1.Tingkat pemahaman :Pembinaan yang dilakukan pada pasien dan
cukup baik.
2.Faktor pendukung :Pasien dapat memahami penjelasan yang
Diberikan.
3.Faktor penyulit :Keluarga kurang kooperatif untuk membantu
untuk melakukan pengobatan
4.Indikator keberhasilan :Pasien dapat mengetahui penyakitnya meliputi
penyebab, faktor yang dapat menimbulkan gejala,
pengobatan, serta cara pencegahan untuk
mengalami penyakit lebih lanjut.
B.Saran
1. Diharapkan pasien dapat menjalani diet dan pola hidup yang disarankan
2. Diharapkan peran serta keluarga untuk membantu proses penyembuhan
penyakit pasien.
3. Diharapkan keluarga mendukung dan membantu pasien dalam melakukan
pengobatan.
47
Daftar pustaka
1.Balitbangkes. Depkes RI. Operational study an integrated community based
intervention program on common risk factors of major non communicable
disease in Indonesia. Jakarta:Depkes RI;2006.
2. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan determinannya di
Indonesia. Maj Kedok Indon.2009;59:580-7.
3.Departemen kesehatan. Survei kesehatan nasional. Laporan Departemen
kesehatan RI. Jakarta. 2005.
4.Noviani E, Gunarto U, Setyono J. Hubungan antara merokok dengan penyakit
Parkinson. Mandala of health.2010;4:81-7.
5.Panto V.Aging. Available at: www.usu.ac.id . Accesed on June 24 th 2015.
6.NHLBI. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7).
available at http://www.nhlbi.nih.gov. Accesed on June 24th 2015
7.Price SA, Wilson LM, Hartwig MS. Gangguan Neurologis dengan
Simtomatologi Generalisata. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta:EGC; 2006.p.1139-44.
8. Lionel G. Safitri A, Astikawati R. Penyakit Parkinson dan gangguan gerakan
lainnya. Neurologi. Jakarta: Erlangga Medical Series;2008.p.100-11.
9. Wieland D, Hirth V. Comprehensive geriatric assessment. Available at:
http://www.medscape.com/viewarticle/465308_2. Accessed on July 1st 2015.
48
LAMPIRAN
49