31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak- anak. Saat ini morbiditas (angka kesakitan) diare di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di Asean (kalbe.co.id). Diare juga masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi Penanganan diare yang dilakukan secara baik selama ini membuat angka kematian akibat diare dalam 20 tahun terakhir menurun tajam. Walaupun angka kematian sudah menurun tetapi angka kesakitan masih cukup tinggi. Lama diare serta frekuensi diare pada penderita akut belum dapat diturunkan. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak. Penyakit diare di masyarakat (Indonesia) lebih dikenal dengan istilah "Muntaber". Penyakit ini mempunyai konotasi yang mengerikan serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan warga masyarakat karena bila tidak segera

ASKEP ANAK DENGAN DIARE.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ASKEP ANAK DENGAN DIARE.doc

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan

kematian pada bayi dan anak-anak. Saat ini morbiditas (angka kesakitan)

diare di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka ini

merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di Asean (kalbe.co.id).

Diare juga masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia.

Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka

morbiditas masih cukup tinggi Penanganan diare yang dilakukan secara baik

selama ini membuat angka kematian akibat diare dalam 20 tahun terakhir

menurun tajam. Walaupun angka kematian sudah menurun tetapi angka

kesakitan masih cukup tinggi. Lama diare serta frekuensi diare pada

penderita akut belum dapat diturunkan.

Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain

adalah menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat

menurunkan kualitas hidup anak. Penyakit diare di masyarakat (Indonesia)

lebih dikenal dengan istilah "Muntaber". Penyakit ini mempunyai konotasi

yang mengerikan serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan warga

masyarakat karena bila tidak segera diobati, dalam waktu singkat (± 48 jam)

penderita akan meninggal.

Diare dapat terjadi sebagai efek samping dari penggunaan obat

terutama antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan seperti sorbitol

dan manitol yang ada dalam permen karet serta produk-produk bebas gula

lainnya menimbulkan diare. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa

muda yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Orang tua berperan

besar dalam menentukan penyebab anak terkena diare. Bayi dan balita yang

masih menyusui dengan ASI eksklusif umxumnya jarang diare karena tidak

terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping

ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus.

Kematian bayi di Indonesia sangat tinggi. Bahkan di seluruh dunia,

Indonesia menduduki rangking keenam dengan angka kejadian sekitar 6 juta

bayi yang mati pertahunnya. Kasus kematian bayi di Indonesia ini, menurut

Dr. Soedjatmiko (2008), kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh

penyakit diare. Untuk mendiagnosis diare, maka pemeriksaan antigen secara

langsung dari tinja mempunyai nilai sensitifitas cukup tinggi (70-90%),

tetapi biaya pemeriksaan cukup mahal (Kompas.com 2008).

Proporsi diare akut rotavirus selama 1 tahun penelitian di Indonesia adalah

56,5 % dengan 95 % CI 51,3 - 61, 6%. Hasil ini sama dengan penelitian-

penelitian di luar negeri sebelumnya, antara lain Rodriquez (1974-1975) dan

Pickering. (1978-1979) mendapatkan angka kejadian 47% dan 59%,

sedangkan di Indonesia penelitian Yorva (tahun 1998) mendapatkan angka

50% hampir sama dengan penelitian ini dan sama dengan negara maju.

Hasil ini memprediksi adanya perbaikan hygiene dan sanitasi kita. Kasus

diare rotavirus merata sepanjang tahun, sedangkan kasus diare non rotavirus

dan diare keseluruhan meningkat pada musim kemarau, tetapi tidak ada

trend menurut musim. Keadaan ini berkaitan dengan cara penularan diare

non rotavirus yang water borne dan melalui tangan mulut, sedangkan diare

rotavirus selain ditularkan secara fekal oral, diduga ditularkan juga melalui

droplet saluran napas.

Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare

sepanjang tahun 2005 lalu di 12 provinsi. Jumlah ini meningkat drastis

dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada tahun sebelumnya, yaitu

sebanyak 1.436 orang. Di awal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di Jakarta

yang dirawat di rumah sakit akibat menderita diare. “Melihat data tersebut

dan kenyataan bahwa masih banyak kasus diare yang tidak terlaporkan,

departemen kesehatan menganggap diare merupakan isu prioritas kesehatan

di tingkat lokal dan nasional karena punya dampak besar pada kesehatan

mayarakat.

Komplikasi diare yang sering terjadi adalah dehidrasi (ringan sedang,

berat, hipotonik,isotonik atau hipertonik), renjatan hipovolemik,

hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,

perubahan elektrokardiogram), hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat

kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa, kejang terjadi juga

pada dehidrasi hipertonik dan juga malnutrisi energi protein (akibat muntah

dan diare, jika lama atau kronik). Komplikasi yang jarang terjadi adalah

kerusakan saraf, persendian atau jantung, dan kadang-kadang usus yang

berlubang. Dorongan yang kuat selama proses buang air besar,

menyebabkan sebagian selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur.

Sigelosis bisa menyebabkan penurunan kesadaran, kejang dan koma

dengan sedikit bahkan tanpa diare. Infeksi ini akan berakibat fatal dalam 12-

24 jam. Infeksi bakteri lain bisa menyertai sigelosis, terutama pada

penderita yang mengalami dehidrasi dan kelemahan. Terbentuknya luka di

usus karena sigelosis bisa menyebabkan kehilangan darah yang berat.

Penyebab- diare sangat penting untuk diketahui. Dokter tidak dapat

meresepkan obat tanpa mengetaui penyebab diare. Berdasar metaanalisis di

seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare satu kali setiap tahun.

Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu di antaranya

akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit akibat

diare satu di antaranya juga karena rotavirus. Di Indonesia, sebagian besar

diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan

parasit juga dapat menyebabkan diare. Organisme-organisme ini

mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya

makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar. Penyakit

diare menjadi penyebab utama nomor dua kematian pada anak usia 6 bulan

hingga 2 tahun. Penyebabnya, pemberian antibiotik saja.

Penyebab diare pada balita lebih beragam. Bisa karena infeksi bakteri,

virus, dan amuba. Bisa jadi juga akibat salah mengonsumsi makanan.

Protein susu sapi merupakan bahan makanan terbanyak penyebab diare.

Makanan lain penyebab timbulnya alergi ialah ikan, telur, dan bahan

pewarna atau pengawet. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah

dilakukan diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kejadian

diare akut pada balita. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor

lingkungan dan keadaan sosial ekonomi. Faktor-faktor tersebut merupakan

faktor yang berasal dari luar dan dapat diperbaiki, sehingga dengan

memperbaiki faktor resiko tersebut diharapkan dapat menekan angka

kesakitan dan kematian diare pada balit.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

a. Mengetahui definisi diare

b. Mengetahui etiologi dari penyakit diare

c. Mengetahui tanda dan gejala dari diare

d. Mengetahui patofisiologi dari diare

e. Mengetahui komplikasi dari diare

f. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari diare

g. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal

atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran,

serta frekuensi lebih dari tiga kali sehari dan pada neonatus lebih dari empat

kali sehari dengan atau tanpa lendir merah (Hidayat, 2008).

Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari

tiga kali sehari. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja

yang lebih banyak dan biasanay (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan

tinja berbentuk cair atau setengah cair, dapat pula disertai frekuensi defekasi

yang meningkat (Mansjoer, 2001).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang

terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk

tinja yang encer atau cair. (Supartini, 2007).

Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan

dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali

atau lebih dalam sehari) (kemenkes, 2010).

Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi pada

masa kanak-kanak, didefenisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi,

konsistensi, dan volume dari feces (Ngastiyah, 2005).

2.2 Etiologi

a. Faktor infeksi:

- Bakteri: enteropathogenic eschericia coli, salmonella, shigella,

yersinia enterocolitica

- Virus: enterovirus, echovirus, adenovirus, human retovirus seperti

agent, rotavirus

- Jamur: candida enteritis

- Parasit: giardia clamblia, crytosporidium

- Protozoa (Andrianto, 1995).

b. Bukan virus

- Alergi makanan :susu, protien

- Gangguan metabolik atau malabsorbsi: penyakit celiac, cystic

fibrosis pada pankreas

- Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan

- Obat-obatan: antibiatik

- Penyakit usus: colotis ulcerativ, crohn disease, enterocolitis

- Emosional tau strees

- Obstruksi usus

c. Penyakit infeksi: otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran

kemih (Andrianto, 1995).

2.3 Tanda Dan Gejala

Gejala umum diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih

dalam sehari yang kadang disertai:

- Muntah

- Badan lesu atau lemah

- Panas

- Tidak nafsu makan

- Darah dan lendir dalam kotoran (Adrianto, 1995).

A. Diare Akut

Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau

tanpadarah dan atau lendir dalam tinja. Diare akut ialah diare yang terjadi

secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Penyebab

diare ditinjau dari patofisiologinya adalah sebagai berikut:

a. Diare sekresi (virus/kuman, hiperperistaltik usus halus, defisiensi imun)

b. Diare osmotik (malabsorpsi makanan, Kurang Energi Protein, Bayi Berat

Badan Lahir rendah

Tanda dan gejalanya adalah:

a. Kehilangan cairan

b. Perubahan keseimbangan asam basa

c. Hipoglikemia

d. Gangguan gizi

e. Gangguan sirkulasi (Adrianto, 1995).

B. Diare Kronik

Diare yang berlanjut lebih dari dua minggu, disertai kehilangan berat

badan atau tidak bertambah berat badannya selama masa tersebut disebut

sebagai diare kronik. Diare yang berkepanjangan (prolong) adalah diare

yang berlangsung lebih dari 3 minggu, biasanya terjadi setelah infeksi pada

usus. Pada diare kronik terjadi peningkatan frekuensi buang air besar,

konsistensi menjadi encer serta peningkatan jumlah atau isi tinja dari

kebiasaan sehari-hari. Gejala klinik yaitu diare lebih dari 2 minggu dengan

disertai intoleransi dan atau infeksi enteral atau sepsis, biasanya disertai pula

gangguan gizi. Tinja yang dihasilkan bisa berair, berlemak dan berdarah

(Suandi, 1998).

Infeksi rotavisrus khas mulai sesudah massa inkubasi kurang dari 48

jam dengan demam ringan sampai sedang dan muntah yang disertai dengan

mulainya tinja yang cair dan sering. Muntah dan demam khas mereda

setelah hari kedua sakit, tetapi diare sering berlanjut salama 5-7 hari. Tinja

tanpa sel darah merah atau darah putih yang nyata. Dehidrasi mungkin

terjadi dan memburuk dengan cepat, terutama pada bayi. Anak malnutrisi

dan anak dengan penyakit usus yang mendasari seperti sindrom usus-pendek

terutama mungkin mendapat diare rotavirus berat. Jarang anak

imunodefisiensi akan mengalami penyakit berat dan lama. Walaupun

kebanyakan neonatus yang terinfeksi dengan rotavirus tidak bergejala,

beberapa wadah enterokolitis nekrotikans dihubungkan dengan munculnya

strain rotavirus baru pada ruang perawatan yang terkena (Wahab, 1999).

Perjalaan klinis astrovirus tampak sangat serupa dengan perjalanan

klinis rotavirus dengan pengecualian utama bahwa penyakit cenderung lebih

ringan, dengan dehidrasi yang kurang berarti. Enteritis adenovirus

cenderung menyebabkan diare yang lebih lama, sering 10-14 hari. Virus

Norwalk mempunyai masa inkubasi pendek (12jam). Muntah dan mual

cenderung mendominasi penyakit yang disertai virus Norwalk, dan lamanya

singkat 1-3 hari gejala. Gambaran klinis dan epidemiologis virus Norwalk

sering sangat menyerupai dengan pa yang disebut keracuna makanan dari

toksin yang dibentuk sebelumnya seperti Stapilococcus aureus atau Bacillus

cereus (Wahab, 1999).

2.4 Patofisiologi

Proses terjadinya diare disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor

diantaranya adalah:

a. Faktor Infeksi

Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang

masuk ke dalam saluan pencernaan yang kemudian berkembang dalam

usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah

permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang

akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi aciran dan

elektrolit. Atau juga dikatakan adnya toksin bakteri akan menyebabkan

sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi

yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Penyebab

ini di bedakan menjadi dua:

Infeksi Enteral

Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab

utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella,

Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus

(Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi

parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.

albicans).

Infeksi Parenteral

Merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat

menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,

bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya

b. Faktor Malabsorbsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang

mengakibatakan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran

air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga

usus sehingga terjadi diare

c. Faktor Makanan

Ini terjdi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan

baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatakan

penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian

menyebabkan diare

d. Faktor Psikologis

Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik

usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang

dapat menyebabkan diare.

(Hidayat, 2008).

Gambar 1.1Bagan terjadinya diare

(Setyowati dan Nurheni, 2001)

faktor

infeksiKuman masuk dan berkembang dalam

usus

Toksin dalam dinding usus

halus

Hipersekresi air elektrolit (isi rongga)

usus meningkat

Tekanan osmotik

meningkat

malabsorbsi

Kemempuan absorbsi menurun

hiperperistaltikToksin tidak dapat diabsorbsi

Pergeseran air dan elektrolit ke

rongga usus

psikologis Kemampuan absorbsi menurun

Isi ringga usus meningkat

hiperperistaltik

makanan

diare

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1. Gangguan osmotik

Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi

pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang

berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan

selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,

selanjutnya dapat timbul diare pula (Hidayat, 2008).

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada

diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun

dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya

anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat

karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan

terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan

intraseluler.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering

pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena

adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan

adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul

jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50%

pada anak-anak.

4. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini

disebabkan oleh:

Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau

muntah yang bertambah hebat.

Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran

dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi

dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,

akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis

bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran

menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal (Hidayat,

2008).

2.5 Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat

terjadi berbagai macam komplikasi seperti :

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

2. Renjatan hipovolemik.

3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram).

4. Hipoglikemi

5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase

karena kerusakan vili mukosa usus halus.

6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.

7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita

juga mengalamI kelaparan (Andrianto, 1995).

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan tinja: pH, leukosit, glukosa dan adanya darah

a) Makroskopis dan mikroskopis

b) PH dan kadar gula dalam tinja

c) Bila perlu diadakan uji bakteri

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan

menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

3. Kultur tinja

4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

5. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

2.7 Penatalaksanaan keperawatan

A. Pengkajian

1) Identitas Anak

Nama, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat/ No telp, tingkat

pendidikan dll.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat kelahiran ; Panjang Lahir, Berat Badan Lahir Rendah

Riwayat Nutrisi ; Mal Nutrisi, KEP, Pola Makan dan Minum,

Tipe Susu Formula

Riwayat diare ; Berulang, Penyebab

Pola Pertumbuhan

Riwayat Otitis media dan atau infeksi lainnya

Memakan makanan yang tidak bersih

Kurangnya personal higiene (tidak mencuci tangan

sebelum makan, tempat bermain yang kotor)

Pernah menderita OMA, tonsilitis atau

tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis

Malabsorbsi karbohidrat (misalnya : intoleransi

laktosa), lemak dan protein

Alergi terhadap makanan tertentu

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat Diare : Frekuensi, Penyebab

Riwayat Tinja : Jumlah, warna, bau, konsistensi, waktu BAB

Kaji Intake dan Output BAB > 3x sehari dengan konsistensi

encer

Anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu

makan berkurang

Tinja makin cair disertai lendir atau darah. Warna tinja

berubah jadi hijau  karena bercampur dengan empedu

Daerah disekitar anus lecet karena sering defekasi

Muntah bisa terjadi sebelum dan sesudah diare

Gejala dehidrasi mulai tampak jika pasien telah banyak

kehilangan cairan dan elektrolit

Diuresis : terjadi oliguria (<1 ml/kg/jam), pada dehidrasi berat

tidak ada urine

4) Pengkajian Sistem

1. Pengkajian umum

a. Kesadaran

b. Tanda – tanda vital

Suhu tubuh: Pengukuran suhu melalui mulut (anak > 6

th)

Pengukuran axilla (<4 – 6 th)

Nadi    : kuat, lemah, teratur/ tidak.

Nafas   : kedalaman, irama, teratur/ tidak

TD       : Sistolik/ diastolik, tekanan nadi

c. TB / BB

d. Lingkar kepala

e. Lingkar Dada

f. Pengkajian fisik

Tinkat dehidrasi% kehilangan berat badan

Bayi Anak Besar

Dehidrasi ringan 5 % (50 ml/kg) 3 % (30 ml/kg)

Dehidrasi sedang 5 – 10 % (50 – 100

ml/kg)

6 % (60 ml/kg)

Dehidrasi berat 10 -15 % (100 – 150

ml/kg)

9 % (90 ml/kg)

a) Kepala : Higiene kepala dan Ubun-ubun cekung

b) Mata

- Palpebra : cekung atau tidak

- Konjungtiva : anemis atau tidak

- Sklera : ikterik atau tidak

c) Hidung : Sianosis, epistaksis

d) Mulut

Membran mukosa : pink, kering

e) Telinga : Apakah ada infeksi atau tidak

f) Sistem kardiovaskuler

- Nadi apeks : irama teratur atau tidak

- Nadi perifer : irama teratur atau tidak

- Bunyi jantung : murni atau bising

- Kulit : pucat atau sianosis

g) Sistem pernapasan

- Frekuensi napas

- Bunyi napas : murni atau bising

- Kedalaman

- Pola napas

h) Sistem persarafan, tingkat kesadaran

Pola tingkah laku

- Fungsi pergerakan : ketahanan, paralysis

- Fungsi sensori : Rf fisiologis, Rf patologis

i) Sistem musculoskeletal : Gaya berjalan, Persendian, Kesimetrisan

j) Sistem pencernaan

- Bising usus : ada atau tidak, frekuensi

- Distensi abdomen : ada atau tidak

- Mual atau muntah

k) Sistem eliminasi ( BAB dan BAK ) : Frekuensi, konsistensi, bau,

warna

5) Faktor Psikososial

Tahap perkembangan anak, kebiasaan di rumah

Metode koping orangtua dan anak

Interaksi orangtua dan anak

6) Pengkajian Keluarga

Jumlah anggota keluarga

Pola komunikasi

Pola interaksi

Pendidikan dan pekerjaan

Kebudayaan dan keyakinan

Fungsi keluarga

B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien antara lain:

1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya

buang air besar dan encer

2. Risiko gangguan intregitas kulit berhubungan dengan

seringnya buang air besar

3. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan

terinfeksi kuman diare atau kurangnya pengetahuan tentang

pencegahan pengurangan penyakit

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan

menurunnya absorpsi makanan dan cairan

5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan

anak

6. Cemas dan takut pada anak atau orang tua berhubungan

dengan hospitalisasi dan kondisi sakit

C. Perencanaan

1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas

normal yang ditandai dengan pengeluaran urin sesuai, pengisian

kembali kapiler (capillary refill) kurang dari dua detik, turgor

kulit elastic, membran mukosa lembab dan berat badan tidak

menunjukkan penurunan

2. Anak tidak menunjukkan gangguan intergritas kulit yang

ditandai dengan kulit utuh dan tidak lecet.

3. Tidak terjadi penularan diare pada orang lain

4. Anak akan toleran dengan diit yang sesuai yang ditandai

dengan berat badan dalam batas normal, dan tidak terjadi

kekambuhan diare

5. Orang tua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak

6. Anak dan orang tua menunjukkan rasa cemas atau takut

berkurang yang ditandai dengan orang tua aktif merawat anak,

bertanya dengan perawat atau dokter tentang kondisi dan

klarifikasi, dan anak tidak menangis.

D. Intervensi

1. Tingkatkan hidrasi dan keseimbangan elektrolit

Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor kulit, dan

membran mukosa

Kaji pengeluaran urin, gravitasi urin, atau berat jenis urin

(1005-1020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urin

12ml/kg/jam

Kaji pemasukan dan pengeluaran urin

Monitor tanda-tanda vital

Pemeriksaan laboratorium sesuai program, elektrolit, Ht, pH

dan serum albumin

Pemberian cairan dan elektrolit sesuai protocol (dengan

oralit, dan cairan parenteral bila indikasi)

Pemberian obat anti diare dan antibiotic sesuai program

Anak diistirahatkan

2. Pertahankan keutuhan kulit

Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar

Gunakan kapas lembab dan sabun bayi atau pH normal untuk

membersihkan anus setiap buang air besar

Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab

Ganti popok atau kain apabila lembab atau basah

Gunakan obat krim bila perlu untuk perawatan perineal

3. Kurangi dan cegah penyebaran infeksi

Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan

pengunjung

Segera bersihkan dan angkat bekas buang air besar dan

tempatkan pada tempat yang khusus

Gunakan standart pencegahan universal (seperti

menggunakan sarung tangan dan lain-lain)

Tempatkan pada ruangan yang khusus

4. Tingkatkan kebutuhan nutrisi yang optimal

Timbang berat badan anak setiap hari

Monitor intake dan output atau pemasukan dan pengeluaran

Setelah rehidrasi, berikan minuman oral dengan sering dan

makanan yang sesuai dengan diit dan usia dan atau berat

badan anak

Hindari minuman buah-buahan

Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan

Bagi bayi ASI tetap diteruskan

Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang

rendah laktosa

5. Tingkatkan pengetahuan orang tua

Kaji tingkat pemahaman orang tua

Ajarkan tentang prinsip diit dan control diare

Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk

menghindari kontaminasi

Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan

Jelaskan pentingnya kebersihan

6. Turunkan rasa takut atau cemas pada anak dan orang tua

Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan,

rasa takut dan cemas, dengarkan keluhan orang tua dan

berikap empati, dan sentuhan terapeutik

Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh

dan sentuhan

Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan

orang tua

Libatkan orang tua dalam perawatan anak

Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja atau feses dengan

konsistensi cair dengan frekuensi lebih dari tiga kali.

Penyebab dari diare antara lain: bakteri, virus, jamur, parasit,

protozoa, alergi makanan, gangguan metabolik atau malabsorbsi, iritasi

langsung pada saluran pencernaan oleh makanan, obat-obatan.

Gejala umum diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali

atau lebih dalam sehari yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau

lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran.

Diagnosa dari diare adalah

1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air

besar dan encer

2. Risiko gangguan intregitas kulit berhubungan dengan seringnya buang

air besar

3. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan terinfeksi kuman

diare atau kurangnya pengetahuan tentang pencegahan pengurangan

penyakit

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorpsi makanan

dan cairan

5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak

6. Cemas dan takut pada anak atau orang tua berhubungan dengan

hospitalisasi dan kondisi sakit

3.2 Saran

1. Dalam menentukan diagnose prioritas diharapkan pembaca mengacu

pada respon klien

2. Tentukan intervensi yang dilakukan sesuai kebutuhan klien

3. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yan dapat dujadikan

sebagai acuan dalam menentukan asuhan keperawatan anak dengan

diare. Penulis juga minta maaf jika ada kekurangan dalam penulisan

makalah ini karena makalah ini memang jauh dari kata sempurna, untuk

itu kritik dan saran sangat penulis harapkan

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Petrus.1995. Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut. Jakarta:

EGC

Hidayat, Aziz Alilmul. 2005. Ilmu Keperawatan Anak. Surabaya: Departeman

Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. 2010 Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Jakarta

: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Mansjoer, Arief dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Volume 2. Jakarta:

Media Aeusculapius.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

Setyowati dan Nurhaeni. 2001. Modul Keperawatan Anak Program Penyiapan

Tenaga Kerjs Kesehatan untuk Luar Negeri. Jakarta : PT Bina Intu Utama

Suandi, IKG. 1998. Diit pada Anak Sakit. Jakarta: EGC

Supartini, Yupi. 2007. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Wahab, A. Samik. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol. II edisi 15. Jakarta:

EGC