28
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Enchefalitis 1. Pengkajian a) Biodata Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Beberapa jenis ensefalitis lebih lazim atau lebih parah pada anak-anak (0-15 tahun) atau orang tua. Jika memiliki pekerjaan outdoor atau mempunyai hobi, seperti berkebun,joging, golf atau mengamati burung, harus berhati-hati selama wabah ensefalitis. ( Muttaqin, Arif. 2000 ). b) Keluhan utama Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. keluhan utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan kesadaran, demam dan kejang. c) Riwayat penyakit sekarang Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara PQRST :

ASKEP enchefalitis.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASKEP enchefalitis.doc

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Enchefalitis

1. Pengkajian

a) Biodata

Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal

pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan

klien satu dengan yang lain. Beberapa jenis ensefalitis lebih lazim atau lebih

parah pada anak-anak (0-15 tahun) atau orang tua. Jika memiliki pekerjaan

outdoor atau mempunyai hobi, seperti berkebun,joging, golf atau mengamati

burung, harus berhati-hati selama wabah ensefalitis. ( Muttaqin, Arif. 2000 ).

b) Keluhan utama

Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.

keluhan utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk,

gangguan kesadaran, demam dan kejang.

c) Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan

serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara PQRST :

1. Provokes (Pemicu) : terjadinya kejang, suhu naik, dan kesadaran menurun

pada klien.

2. Quality (Kualitas) : klien mengalami nyeri kepala, muntah, hipersekresia,

pucat.

3. Radiation (Penyebaran) : klien mengalami nyeri di sekitar kepala,

tenggorokkan dan ekstrimitas

4. Severity (Intensitas) : suhu meningkat > 380C, skala nyeri 6, jumlah sel

meningkat 50-500/mm3. Kadarprotein 80-100mg%

5. Time (Waktu) : masa premodial berlangsung 1-4 hari

Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya

keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami

sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari

ditandai dengan demam,sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan,

Page 2: ASKEP enchefalitis.doc

malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang

berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala

terebut berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan perilaku, gangguan

kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa

afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisi saraf otak.

d) Riwayat kehamilan dan kelahiran

Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.

Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita

oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi

lahir dalam usia kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi system

kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma persalinan juga mempengaruhi

timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal

diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah lahir. Contoh : BBLR, &

apgar score.

e) Riwayat penyakit dahulu

Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan

kemungkinan terjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G. Chusid,

1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana kekebalan tubuh

anak. Alergi pada anak perlu diketahui untuk dihindarkan karena dapat

memperburuk keadaan.

f) Riwayat kesehatan keluarga

Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan

penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu

diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang

ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien (Soemarno marram,

1983).

g) Riwayat sosial

Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan

dan perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit sehingga mengganggu

status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut mengkaji status klien

ataukeluarga agar dapat memprioritaskan maslaah keperawatnnya.

h) Kebutuhan dasar (aktifitas sehari-hari)

Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-

hari antara lain: gangguan pemenuahan kebutuhan nutrisi karena mual muntah,

Page 3: ASKEP enchefalitis.doc

hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Pola

istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat mempengaruhi penderita.

Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena penderita lemah

atau tidak sadar dan cenderung tergantung pada orang lain perilaku bermain

perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat hospitalisasi pada

anak.

i) Pemeriksaan fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien

pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian

anamnesis. Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa TTV , pada klien

Encephalitis biasanya didapatkan peningkatan suhu lebih dari normal 39-410C.

Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dari selaput otak

yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunnan denyut nadi

terjadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila disertai

peningkatan frekuensi pernapasan sering berhubungan dengan laju metabolisme

umum dan adanya infeksi pada sistem pernapasan sebelum mengalami

encephalitis. TD biasanya normal atau meningkat berhubungan dengan tanda-

tanda peningkatan TIK.

1. Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada

pemeriksaan neurologis.

Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum meliputi :

a. Keadaan umum

Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami

perubahan atau penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat

kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi

serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural akibat prosses

peradangan otak.

b. Gangguan system pernafasan

Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial

menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan

pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada

batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan.

c. Gangguan system kardiovaskuler

Page 4: ASKEP enchefalitis.doc

Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi

iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang

vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan

pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya transmitter

rangsang parasimpatis ke jantung.

d. Gangguan system gastrointestinal.

Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan

tekanan intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan

nervus vagus sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat

pula terjd diare akibat terjadi peradangan sehingga terjadi

hipermetabolisme.

e. Pertumbuhan dan perkembangan.

Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronis

atau mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya

gangguan pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini

disebabkan pada keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi

social anak. Tahun-tahun pertama pada anak merupakan “tahun emas”

untuk kehidupannya. Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini

harus diatasi untuk mencapai tugas –tugas pertumbuhan selanjutnya.

Pengkajian pertumbuhna dan perkembangan anak ini menjadi penting

sebagai langkah awal penanganan dan antisipasi. Pengkajian dapat

dilakukan dengan menggunakan format DDST.

2. Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada

pemeriksaan neurologis.

Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum meliputi :

1. Keadaan Umum

Pemeriksaan ROS (Review Of Syistem)

a. B1 (Breathing)

Inpeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sessak napas,

penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi

pernapasan yang sering didapatkan pada klien encephalitis yang

disertai dengan gangguan pada sistem pernapasan. Palpasi

biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri.auskultasi bunyi

Page 5: ASKEP enchefalitis.doc

napas tambahan seperti ronchi pada klien encephalitis

berhubungan akumulasi sekret dari penurunan kesadaran.

b. B2 (Blood)

Pengkajian pada sistem kardiovasekuler didapatkan renjatan

(syok ) hipovelemik yang sering terjadi pada klien encephalitis.

c. B3 (Brain)

Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan

terjadi iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan merangsang

vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah meningkat.

Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya

transmitter rangsang parasimpatis ke jantung. Dalam buku “Ajar

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan,2008” menyebutkan untuk enchephalitis dapat

dilakukan pemeriksaan sebagai berikut.

1. Tingkat kesadaran

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran keadaan klien

enchepalitis biasanya berkisar berkisar pda tingkat latergi,

stuptor,dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami

koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai

tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau

pemberian asuhan keperawatan .

2. Fungsi serebri

Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah

lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah

dan aktivitas motorik.pada klien encephalitis tahap lanjut

biasanya status mental klien megalami perubahan.

3. Pemeriksaan saraf kranial

A. Saraf I : Fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan

pada klien encephalitis.

B. Saraf kranial II : Tes ketajaman penglihatan pada

kondisi normal. Pemeriksaan papiledema mungkin

didapatkan terutama pada enchephalitis supuratif disertai

abses serbri efusi subdural yang menyebabkan terjadinya

peningkatan TIK.

Page 6: ASKEP enchefalitis.doc

C. Saraf III, IV, dan VI : Pemeriksaan fungsi dan reaksi

pupil pada klien enchephalitis yang tidak disertai

penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap

lanjut enchephalitis yang telah mengganggu kesadaran,

tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan

didapatkan. Dengan alasan yang tidak diketahui, klien

enchephalitis mengeluh mengalami fotofobia sensitif

yang berlebihan terhadap cahaya.

D. Saraf V : Pada klien enchephalitis didapatkan paralisis

pada otot sehingga mengganggu proses mengunyah.

E. Saraf VII : Presepsi dalam batas normal, wajah asimetris

karena adanya paralisis unilateral.

F. Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan

tuli presepsi. Saraf IX dan X. kemampuan menelan

kurang baik sehingga mengganggu pemenuhan nutrisi via

oral.

G. Saraf XI : Tidak ada atrofi otot strenokleiomastoideus

dan trapezius. Adanya usaha dari klien untuk melakukan

fleksi leher dan kaku kuduk.

H. Saraf XII : Lidah simetris, tidaka daa deviasi pada satu

sisi dan tidak ada fasikulkasi. Indra pengecapan normal.

4. Sistem motorik

Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi

pada enchephalitis tahap lanjut mengalami perubahan.

5. Pemeriksaan reflex

Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon,

ligamentum atau periosteum derajat refleks pada respon

normal. Refleks patologis akan didapatkan pada klien

enchephalitis dengan tingkat kesadaran koma.

6. Gerakan involunter.

Tidak ditemukan adanya tremor, Tic, dan distonia.

Pada keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang

umum, terutama pada anak dengan enchephalitis disertai

Page 7: ASKEP enchefalitis.doc

peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan

TIK juga berhubungan dengan enchephalitis. Kejang terjadi

sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.

7. Sistem sensorik.

Pemeriksaan sensorik pada enchephalitis didapatkan

perasaan raba normal, perasaan nyeri normal, perasaan suhu

normal, tidak ada perasaan abnormal di permukaan tubuh,

perasaan proprioseptif normal, dan perasaan diskriminatif

normal,perdangan pada selaput otak mengakibatkan sejumlah

tanda yang mudah dikenali enchephalitis. Tanda tersebut

adalah kaku kuduk, yaitu ketika adanya upaya untuk fleksi

kepala mengalami kerusakan karena danya spasme otot- otot

leher.

d. B4 (Bladder)

Pemeriksaan oada sistem perkemihan biasanya didapatkan

berkurangnya volume haluan urin, hal ini berhuungan dengan

penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.

e. B5 (Bowel)

Penderita akan merasa mual dan muntah karena

peningkatan tekanan intrakranial yang menstimulasi hipotalamus

anterior dan nervus vagus sehingga meningkatkan sekresi asam

lambung. Dapat pula terjadi diare akibat terjadi peradangan

sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).

f. B6 (Bone)

Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran

menurukan mobilitas klien secara umum. Dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu orang lain.

Page 8: ASKEP enchefalitis.doc

2. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul

1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d edema serebral yang

mengubah/ menghentikan aliran darah arteri/ vena

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan

yang tidak adekuat, nafsu makan berkurang

3. Nyeri akut b.d adanya proses infeksi/ inflamasi, toksin dalam sirkulasi

4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan/

ketahanan

5. Hipertermi b.d reaksi pertahanan tubuh terhadap infeksi, instabil termoregulasi

6. Resiko cedera b.d kejang spastik karena kerusakan sel saraf

7. Ketidakmampuan koping keluarga b.d mekanisme koping keluarga yang tidakk

efektif, stress akibat hospitalisasi

8. Distress spiritual b.d ketidakmampuan bertinteraksi sosial, perubahan hidup,

sakit kronis

9. Defisit perawatan diri b.d personal hygiene yang tidak efektif, perilaku hidup

yang bergantung pada orang lain

10. Potensial terjadi peningkatan tekanan intra cranial b.d vasodilatasi pembuluh

darah otak akibat proses peradangan jaringan.

11. Tidak efektifnya jalan nafas b.d penumpukan secret pada jalan nafas.

12. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b.d ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.

13. Resiko tinggi cidera b.d kejang, perubahan status mental, dan penurunan

tingkat kesadaran.

14. Nyeri kepala b.d iritasi pada lapisan otak.

15. Risiko infeksi b.d diseminata hematogen dari patogen, stasis cairan tubuh,

penekanan respon inflamasi (akibat obat), pemajanan orang lain terhadap

patogen

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan

(Boedihartono, 1994). Perencanaan keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis

adalah :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.

Page 9: ASKEP enchefalitis.doc

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria hasil :

1. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.

2. Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :

Berikan tindakan nyaman. Tindakan non analgetik dapat

menghilangkan ketidaknyamanan dan

memeperbesar efek terapi analgetik.

Berikan lingkungan yang tenang,

ruangan agak gelap sesuai

indikasi.

Menurunkan reaksi terhadap stimulasi

dari luar atau sensitivitas terhadap

cahaya dan meningkatkan

istirahat/relaksasi.

Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan yang

akan dilakukan kemudian.

Tingkatkan tirah baring, bantu

kebutuhan perawatan diri pasien.

Menurunkan gerakan yang dapat

meningkatkan nyeri.

Berikan latihan rentang gerak

aktif/pasif secara tepat dan

masase otot daerah leher/bahu.

Dapat membantu merelaksasikan

ketegangan otot yang meningkatkan

reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman

tersebut.

Kolaborasi :

Berikanan algesik sesuai

indikasi.

Obat ini dapat digunakan untuk

meningkatkan kenyamanan /istirahat

Page 10: ASKEP enchefalitis.doc

umum.

b. Hipertermi b/d reaksi inflamasi.

Tujuan : Suhu tubuh normal.

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :

Pantau suhu pasien, perhatikan

menggigil/ diaforesis.

Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan

proses penyakit infeksius akut.

Pantau suhu lingkungan, batasi /

tambahkan linen tempat tidur

sesuai indikasi.

Suhu ruangan/jumlah selimut harus

diubah untuk mempertahankan suhu

mendekati normal.

Berikan kompres mandi hangat,

hindari penggunaan alkohol.

Dapat membantu mengurangi

demam.

Kolaborasi :

Berikan antipiretik sesuai

indikasi.

Digunakan untuk mengurangi demam

dengan aksi sentralnya pada

hipotalamus.

c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d

kerusakan susunan saraf pusat.

Tujuan : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual.

Kriteria hasil :

1. Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual.

Page 11: ASKEP enchefalitis.doc

2. Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap hasil.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :

Lihat kembali proses patologis

kondisi individual.

Kesadaran akan tipe/daerah yang

terkena membantu. dalam mengkaji/

mengantisipasi defisit spesifik dan

keperawatan

Evaluasi adanya gangguan

penglihatan

Munculnya gangguan penglihatan

dapat berdampak negatif terhadap

kemampuan pasien untuk menerima

lingkungan.

Ciptakan lingkungan yang

sederhana, pindahkan perabot

yang membahayakan.

Menurunkan/ membatasi jumlah

stimuli yang mungkin dapat

menimbulkan kebingungan bagi

pasien.

d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

Tujuan : Tidak terjadi kontraktur.

Ktiteria hasil :

1. Tidak terjadi kekakuan sendi.

2. Dapat menggerakkan anggota tubuh.

Page 12: ASKEP enchefalitis.doc

e.

Potensial terjadi peningkatan tekanan intra cranial sehubungan dengan vasodilatasi

pembuluh darah otak akibat proses peradangan jaringan.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan peningkatan tekanan intra cranial tidak

terjadi,pasien sadar.

Kriteria hasil:

TTV normal

TD =120/ 80 mmHg

Nadi = 60-100x/menit

Suhu 36,5-37,50C

Nadi perifer teraba

Turgor kulit baik.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri:

Berikan penjelasan pada keluarga

klien tentang penyebab terjadinya

spastik dan terjadi kekacauan sendi.

Dengan diberi penjelasan

diharapkan keluarga mengerti dan

mau membantu program perawatan.

Lakukan latihan pasif mulai ujung

ruas jari secara bertahap.

Melatih melemaskan otot-otot,

mencegah kontraktor.

Lakukan perubahan posisi setiap 2

jam.

Dengan melakukan perubahan

posisi diharapkan perfusi ke

Jaringan lancar, meningkatkan daya

pertahanan tubuh.

Kolaborasi :

Pemberian pengobatan spastik

dilantin / valium sesuai Indikasi.

Diberi dilantin / valium , kejang /

spastik hilang.

Page 13: ASKEP enchefalitis.doc

Intervensi Rasional

1.      Kaji ulang status neurologis yang

berhubungan dengan tanda-tanda

peningkatan TIK, terutama GCS.

2.      Berikan oksigen sesuai program

dengan saluran pernafasan yang lancar.

3.      Monitor TTV : tekanan darah, denyut

nadi, respirasi, suhu minimal satu jam

sampai keadaan klien stabil.

4.      Naikkan kepala dengan sudut 15-45

derajat (tidak hiperekstensi dan fleksi)

dan posisi netral (dari kepala hingga

daerah lumbal dalam garis lurus).

5.      Monitor intake dan output cairan tiap

8 jam sekali.

6.      Kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian obat anti edema seperti

manitol, gliserol, lasik , analgesik, dan

1.      Peningkatan TIK dapat diketahui

secara dini untuk menentukan tindakan

selanjutnya.

2.      Pemberian Oksigen dapat

meningkatkan oksigenasi otak agar

tidak terjadi hipoksia. Ketepatan terapi

dibutuhkan untuk mencegah terjadinya

keracunan oksigen serta iritasi saluran

nafas.

3.      Peningkatan TIK dapat diketahui

secara dini untuk menentukan tindakan

selanjutnya.

4.      Dengan posisi tersebut maka akan

meningkatan dan melancarkan aliran

balik vena darah sehingga mengurangi

kongesti serebrum, edema dan

mencegah terjadi penigkatan TIK.

Posisi netral tanpa hiper ekstensi dan

fleksi dapat mencegah penekanan pada

saraf spinalis yang menambah

peningkatan TIK.

5.      Tindakan ini mencegah kelebihan

cairan yang dapat menambah edema

serebri

6.      Obat-oabatan tersebut dapat

menarik cairan untuk mengurangi

edema otak, menghilangkan rasa nyeri

Page 14: ASKEP enchefalitis.doc

antibiotik. dan infeksi.

f. Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan penumpukan secret pada jalan

nafas.

Tujuan :

Setelah dilakuakan tindakan keperawatan jalan nafas bisa efektif, oksigenasi

adequate yang ditandai dengan

Kriteria hasil:

Frekuensi Pernapasan 20-24 X/menit, irama teratur, bunyi nafas normal, tidak

ada stridor, ronchi, whezzing, tidak ada pernafasan cuping hidung pergerakan

dada simetris, tidak ada retraksi.

Intervensi Rasional

1.      Kaji ulang kecepatan kedalaman,

frekwensi, irama dan bunyi nafas.

2.      Atur posisi klien dengan posisi semi

fowler.

3.      Lakukan fisioterapi dada.

4.      Lakukan penghisapan lendir dengan

hati-hati selama 10-15 detik. Catat sifat,

1.      Perubahan yang terjadi berguna

dalam menunjukkan adanya komplikasi

pulmunal dan luasnya bagian otak yang

terkena.

2.      Dengan posisi tersebut maka akan

mengurangi isi perut terhadap

diafragma, sehingga ekspansi paru tidak

terganggu.

3.      Dengan fisioterapi dada diharapkan

secret dapat didirontokkan ke jalan

nafas besar dan bisa di keluarkan.

4.      Dengan dilakukannya penghisapan

secret maka jalan nafas akan bersih dan

akumulasi secret bisa dicegah sehingga

Page 15: ASKEP enchefalitis.doc

warna dan bau secret.

5.      Observasi TTV terutama frekwensi

pernafasan.

6.      Lakukan kolaborasi dengan tim

medis dalam pemberian terapi oksigen,

monitor ketepatan terapi dan komplikasi

yang mungkin

pernafasan bisa lancar dan efektif.

5.      TTV merupakan gambaran

perkembangan klien sebagai

pertimbangan dilakukannya tindakan

berikutnya.

6.      Pemberian Oksigen dapat

meningkatkan oksigenasi otak.

Ketepatan terapi dibutuhkan untuk

mencegah terjadinya keracunan oksigen

serta

g. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan klien terpenuhi dalam waktu

2x24 jam.

Kriteria hasil:

Turgor membaik, asupan makanan dapat masuk sesuai kebutuhan makanan,

terdapat kemampuan menelan, berat badan meningkat 1 kg, Hb dan albumin

dalam batas normal.

Intervensi Rasional

1.      Observasi tekstur dan turgor kulit.

2.      Lakukan oral hegiene.

3.      Observasi masukan dan keluaran

makanan.

4.      Observasi posisi dan keberhasilan

sonde.

5.      Tentukan kemampuan klien dalam

mengunyah, menelan dan feflek batuk.

1.      Mengetahui status nutrisi klien.

2.      Kebersihan mulut merangsang

nafsu makan.

3.      Mengetahui keseimbangan nutrisi

klien.

4.      Untuk menghindari resiko infeksi

atau iritasi.

5.      Untuk menetapkan jenis makanan

Page 16: ASKEP enchefalitis.doc

6.      Kaji kemapuan klien dalam

menelan, batuk dan adanya sekret.

7.      Auskultasi bising usus , amati

penurunan atau hiperaktivitas bising

usus.

8.      Timbang berat badan sesuai

indikasi.

9.      Berikan makanan dengan cara

meninggikan kepala.

10.  Letakkan posisi kepala lebih

tinggi,selama dan sesudah makan

11.  Stimulasi bibir untuk menutup dan

membuka mulut secara anualdengan

menekan ringan diatas bibir / dibawah

dagu jika dibutuhkan

12.  Mulailah untuk memberikan

makanan per oral ,setengah cair dan

makanan lunak ketika klien dapat

menelan air.

yang diberikan pada klien.

6.      Dengan mengkaji faktor-faktor

tersebut dapat menentukan

kemampuan menelan klien dan

mencegah resiko aspirasi.

7.      Fungsi gastrointestinal bergantung

pada kerusakan otak. Bising usus

menentukan respon pemberian

makanan atau terjadinya komplikasi ,

misalya pada ileus.

8.      Untuk mengevaluasi efektifitas

dari asupan makanan.

9.      Menurunkan resiko regurgitasi

atau aspirasi.

10.  Untuk klien lebih mudah menelan

karena gaya gravitasi.

11.  Membantu dan melatih dan

meningkatkan kontrol muskular.

12.  Makanan lunak atau cair mudah

untuk dikendalikan di dalam mulut

dan menurunkan terjadinya aspirasi.

h. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan kejang, perubahan status mental, dan

penurunan tingkat kesadaran.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan dalam waktu 3x24 jam, klien bebas dari cidera yang

disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran.

Kriteria hasil :

Klien tidak mengalami cidera apabila ada kejang berulang.

Intervensi Rasional

Page 17: ASKEP enchefalitis.doc

1.      Minitor kejang pada tangan, kaki,

mulut dan otot-otot muka lainnya.

2.      Persiapkan lingkungan yang aman

seperti batasan ranjang, papan

pengaman, dan alat suction selalu

berada dekat klien.

3.      Pertahankan bedrest selam fase

akut.

4.      Kolaborasi pemberian terapi

diazepam, fenobarbital.

1.      Gambaran iritabilitas sistem saraf

pusat memerlukan evaluasi yang

sesuai dengan ontervensi yang tepat

untuk mencegah terjadinya

komplikasi.

2.      Melindungi kejang bila kejang

terjadi.

3.      Mengurangi resiko jatuh atau

cidera , jika terjadi vertigo atau

ataksia.

4.      Untuk mencegah dan mengurangi

kejang . catatan fenofarbital dapat

menyebabkan depresi pernapasan dan

sedasi.

i. Nyeri kepala berhubungan dengan iritasi pada lapisan otak.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam keluhan nyeri

berkurang / rasa sakit terkendali.

Kriteria hasil :

Klien dapat tidur dengan tenang, tidak meringis, rileks, skala nyeri 3,

Intervensi Rasional

1.      Usahakan membuat lingkungan

yang aman dan tenang

2.      Lakukan penatalaksanaan nyeri

dengan metode distraksi dan relaksasi

npas dalam

3.      Lakukan ROM pasif maupun aktif

dengan klien.

4.      Kolaborasi pemberian analgesik.

1.      Menurunkan reaksi terhadap

rangsangan eksternal atau kesensitifan

terhadap cahaya dan menganjurkan

klien untuk beristirahat.

2.      Membantu menurunkan

( memutuskan ) stimulasi sensasi

nyeri.

3.      Dapat membantu relaksasi otot-

otot yang tegang dan dapat

Page 18: ASKEP enchefalitis.doc

menurunkan nyeri atau rasa tidak

nyaman.

4.      Mungkin diperlukan untuk

menurunkan rasa sakit .Catatan:

narkotika merupakan kontraindikasi

karena berdampak pada status

neurologis sehingga sukar untuk

dikaji.