Upload
forbin-mone
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
1/23
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI :
HALUSINASI
Makalah diajukan untuk melengkapi mata kuliah Keperawatan Jiwa
Disusun Oleh:
FAHISTA 2013-33-023
FEBY REZQIA R 2013-33-013
ZAHRA TRI W.T 2013-33-051
DESY TRI WULANDARI 2013-33-004
ZAHRA MAULIDIA 2013-33-041
KIKI FITRIYANI 2013-33-035
YANISA 2013-33-022
PRORAM STUDI NERS
FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2016
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
2/23
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi” disusun
dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa serta memberikan
pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca mengenai Halusinasi..
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen untuk pembuatan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat khususnya bagi saya dan orang lain
yang telah membaca makalah saya.
Saya menyadari bahwa makalah ini, saya susun masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan dengan tujuan agar makalah ini
selanjutnya akan lebih baik. Semoga bermanfaat.
Jakarta, April 2016
Penulis
i
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
3/23
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………..…………………………………….. i
Daftar Isi ………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………..…… 1
B. Rumusan Masalah ………………………….…………………………… 1
C. Tujuan ………………………….………..……………………..…… 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Halusinasi …………………....………………………….. 3
B. Proses Terjadinya Masalah …….……………….…………………………. 4
C. Jenis-jenis Halusinasi …………………....………………………….. 4
D. Fase Halusinasi …………………………....………………………….. 5
E. Etiologi …………………………....………………………….. 7
F. Tanda dan Gejala …………………………....………………………….. 8
G. Rentang Respon …………………………....………………………….. 9
H. Pohon Masalah …………………………....………………………….. 10
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Klien Jiwa
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi ………………………....…………….. 11
ii
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
4/23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………..…………….. 17
B. Saran …………………………………………………. 17
DAFTAR PUSTAKA
iii
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
5/23
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
6/23
6. apa saja tanda dan gejala dari halusinasi ?
7. bagaimana rentang respon dari halusinasi ?
8. jelaskan pohon masalah dari halusinasi pada gangguan sensori persepsi !
9. jelaskan asuhan keperawatan pada klien jiwa dengan gangguan sensori persepsi :
halusinasi !
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan pada Klien Jiwa dengan Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi kedalam praktik keperawatan jiwa dan memodifikasi
perkembangan IPTEK keperawatan.
Tujuan Khusus :
Makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Mendeskripsikan definisi dari Halusinasi ?
2. Mendeskripsikan proses terjadinya masalah pada halusinasi ?
3. Menyebutkan jenis-jenis dari halusinasi ?
4. Menyebutkan fase-fase dari halusinasi
5. Mendeskripsikan etiologi dari halusinasi (predisposisi dan presipitasi) ?
6. Mendeskripsikan tanda dan gejala dari halusinasi ?
7. Mendeskripsikan tentang rentang respon dari halusinasi ?
8. Mendeskripsikan pohon masalah dari halusinasi pada gangguan sensori persepsi !
9. Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien jiwa dengan gangguan sensori persepsi :
halusinasi !
2
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
7/23
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu
yang dinamakan persepsi (Sturt Gail W, 2007).
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra.
Dalam skizofrenia halusinasi penglihatan merupakan halusinasi yang paling banyak terjadi (
Isaac, Ann, 2007).
Dari pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa halusinasi merupakan suatu
persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra yang dirasakan individu tanpa
adanya stimulus yang nyata.
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
rangsangan dari luar (Yosep, 2011).
Menurut Direja, (2011) halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Halusinasi menurut Keliat dan Akemat, (2010) adalah suatu gejala gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa
penglihatan, pengecapan, perabaan penghiduan, atau pendengaran.
Berdasarkan beberapa pengertian dari halusinasi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa halusinasi adalah suatu persepsi klien terhadap stimulus dari luar tanpa adanya obyek
yang nyata.
3
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
8/23
B. Proses Terjadinya masalah
Proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Tahap Pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat ansietas sedang,
secara umum halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun karakteristik yang tampak pada
individu adalah orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas,
kesepian, merasa takut serta mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk
mengurangi ansietas.
2. Tahap Kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat ansietas yang
berat. Adapun karakterisik yang tampak pada individu yaitu individu merasa kehilangan
kendali dan mungkin berusaha unuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan,
individu mungkin merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari
orang lain.
3.
Tahap Ketiga Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas berat,
pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa. Adapun karakerisik yang
tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan
pengalaman halusinasinya dan membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya,
individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir.
4.
Tahap Keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas panik.
Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman sensori mungkin
menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung
beberapa jam atau beberapa hari, apabila tidak ada inervensi terapeutik (Menurut StuartGail, wiscarz, 2007).
C. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Stuart, (2007) jenis-jenis halusinasi dibedakan menjadi 7 yaitu sebagai berikut :
1. Halusinasi pendengaran
Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya orang. Suara dapat berkisar dari
suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai klien. Jenis lain termasuk
pikiran yang dapat didengar yaitu pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.
2.
Halusinasi penglihatan
Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
karton, atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang
menyenangkan atau yang menakutkan seperti monster.
4
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
9/23
3. Halusinasi penciuman
Karakteristik : Mencium bau-bau seperti darah, urine, feses, umumnya bau-bau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,
kejang, dan dimensia.
4. Halusinasi pengecapan
Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikan seperti darah, urine,
atau feses.
5. Halusinasi Perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Halusinasi Senestetik
Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinestetik
Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri. D. Fase-fase Halusinasi
Terjadinya halusinasi dimulai dari beberapa fase, hal ini dipengaruhi oleh intensitas
keparahan dan respon individu dalam menanggapi adanya rangsangan dari luar.
Menurut Direja, (2011) Halusinasi berkembang melalui empat fase yaitu sebagai berikut :
1. Fase Pertama disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap
ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
a. Karakteristik atau Sifat :
Klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang
memuncak dan tidak dapat diselesaikan. klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
b. Perilaku Klien :
Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, mengerakkan bibir tanpa suara, pergerakan
mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan
suka menyendiri.
5
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
10/23
2. Fase Kedua disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan.
a. Karakterisktik atau Sifat :
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun,
dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien
tidak ingin orang lain tahu dan dia tetap dapat mengontrolnya.
b. Perilaku Klien :
Meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung
dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan
realitas.
3. Fase Ketiga adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
a. Karakteristik atau Sifat :
Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien.
Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
b. Perilaku Klien :
Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik,
Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi
perintah.
4. Fase Keempat adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya.Termasuk dalam psikotik berat.
a. Karakterisktik atau Sifat :
Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien
menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara
nyata dengan orang lain di lingkungan.
b. Perilaku Klien :
Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang.
6
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
11/23
E. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep, (2011) ada beberapa faktor penyebab terjadinya gangguan halusinasi,
yaitu faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, genetic dan poala asuh.
Adapun penjelasan yang lebih detail dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut :
a.
Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosikultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkuanganya sejak bayi (Unwanted
child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkunagannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan
dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifathalusinogik neurokimia seperti Buffofenondan Dimetytranferase (DMP). Akibat
stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya
terjadi ketidakseimbangan Acetylcholin dan Dopamin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua Skizofrenia cenderung mengalami Skizofrenia. Hasil studi menunjukan bahwa
faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
7
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
12/23
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart, (2007) ada beberapa faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi,
yaitu sebagai berikut ini :
a. Faktor Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b. Faktor Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Faktor Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
F. Tanda dan Gejala
Menurut Videbeck, (2008) ada beberapa tanda dan gejala pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dilihat dari data subyektif dan data obyektif klien,
yaitu :
1. Data Subyektif :
a. Mendengar suara atau bunyi.
b. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
c.
Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
d. Mendengar seseorang yang sudah meninggal.
e. Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain bahkan suara lain yang
membahayakan.
2.
Data Obyektif : a. Mengarahkan telinga pada sumber suara.
b. Bicara sendiri.
c. Tertawa sendiri.
d. Marah-marah tanpa sebab.
e. Menutup telinga.
f. Mulut komat-kamit.
g. Ada gerakan tangan.
8
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
13/23
G. Rentang Respon
Dari defines yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa halusinasi
merupakan persepsi yang nyata tanpa adanya stimulus. Gangguan sensori persepsi :
halusinasi disebabkan oleh otak individu terhadap gangguan orientasi berfokus sepanjang
rentang respon dari adaptif sampai yang maladaptive, dapat dilihat dalam gambar dibawah
ini :
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Gangguan proses piker/delusi/waham
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsistendengan
pengalaman
Reaksi emosional berlebih
atau kurangKetidakmampuan untuk mengatasi emosi
Perilaku sosial Perilaku ganjil Ketidak teraturan
Hubungansosial harmonis
Perilaku yang bisamenyebabkan isolasi sosial
Isolasi sosial
(Stuart and Laraia, 2005)
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
secara umum yang berlaku didalam masyarakat, dimana individu menyelesaikan masalah
dalam batas normal yang meliputi :
1. Pikiran logis adalah segala sesuatu yang diucapkan dan dilaksanakan oleh individu sesuai
dengan kenyataan.2. Persepsi akurat adalah penerimaan pesan yang didasari oleh indra perasaan, dimana dapat
membedakan objek yang satu dengan yang lain dan mengenai kualitasnya menurut
berbagai sensasi yang dihasilkan.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman adalah respon yang diberikan individual sesuai
dengan stimulus yang datang.
4. Perilaku sesuai dengan cara bersikap individu yang sesuai dengan perannya.
5. Hubungan sosial harmonis dimana individu dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan
orang lain tanpa adanya rasa curiga, bersalah dan tidak senang.
9
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
14/23
Sedangkan respon maladaptif adalah sesuatu respon yang tidak dapat diterima norma-norma
sosial dan budaya yang berlaku dimasyarakat, dimana individu dalam menyelesaikan
masalah tidak berdasarkan norma yang sesuai diantaranya :
1. Gangguan proses piker/waham adalah ketidakmampuan otak untuk memproses data
secara akurat yang tidak dapat menyebabkan gangguan proses piker, seperti ketakutan,merasa hebat, beriman, pikiran terkontrol, pikiran yang terisi, dan lain-lain.
2. Halusinasi adalah gangguan identifikasi stimulus berdasarkan informasi yang diterima
otak dari lima indra seperti suara, raba, bau, pengecapan, dan penglihatan.
3. Kerusakan proses emosi adalah respon yang diberikan individu tidak sesuai dengan
stimulus yang datang.
4. Perilaku yang tidak terorganisir adalah cara bersikap individu yang tidak sesuai dengan
peran.
5. Isolasi sosial adalah dimana individu yang mengisolasi dirinya dari lingkungan atau tidak
mau berinteraksi dengan lingkungan.
H.
Pohon Masalah
Resti mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Akibat)
Perubahan sensori persepsi : halusinasi (Core Problem)
Isolasi sosial : menarik diri (Penyebab)
10
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
15/23
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal pada proses Asuhan Keperwatan dimana pengkajian
mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan data, riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratoium dan pemeriksaan diagnostik. Adapun
dalam data disusun berdasarkan faktor predisposisi, faktor presipitasi, manifestasi klinis dan
manifestasi klinis dan mekanisme koping yaitu :
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Karena adanya gangguan perkembangan otak menyebabkan neuobiologis yang
maladaptif hal-hal yang terkait didalamnya adalah karena adanya perkembangan otak,
khususnya korteks frontal, temporal dan limbik. Adapun gejala yang muncul adalah
hambatan dalam belajar, daya ingat dan perilaku menarik diri atau kekerasan.
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis
klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien, penolakan dapat dirasakan
dari ibu, pengasuh atau teman yang bersikap dingin, cemas, dan tidak sensitive, pola
asuh pada usia anak-anak yang tidak adekuat misalnya tidak ada kasih sayang, dan
adanya perengkaran orangtua, aniaya dan kekerasan rumah tangga.
c. Sosial budaya
Kehidupan social budaya dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas seperti
konflik sosial budaya dan kehidupan yang terisolasi disertai stress yang menumpuk.
d. Faktor genetic
Halusinasi umunya ditemukan pada klien schizophrenia dan angka kejadian cukup
tinggi dan juga bila dalam keluarga tersebut ada anggota keluarga yang sudah
menderita skizofrenia.
11
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
16/23
2. Faktor Presipitasi
Sikap persepsi : merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa
malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan
pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umumnya mencakup kejadian
kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Dari data-
data tersebut faktor presipitasi dikelompokan sebagai berikut :
a. Stressor biologis
Yaitu yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptive termasuk
gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi.
Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan melakukan secara selektif menanggapi rangsangan.
b. Stress Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi stress yang berinteraksi dengan stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang ditemukan pada klien dengan halusinasi adalah penampilan
tidak rapih dan tidak serasi, biasanya pembicaraan tidak terorganisir, aktifitas motorik
meningkat atau menurun, impulsive alam perasaan berupa suasana emosi seperti
sedih, putus asa dengan perilaku apatis, afek tumpul, datar, tidak sesuai, ambivalen
dan selama interaksi klien tampak komat-kamit, kontak mata tidak ada, tertawa
sendiri yang tidak terkaitnya dengan pembicaraan.
Observasi yang dilakukan pda klien akan ditemukan : bicara, senyum dan tertawa
sendiri, menarik diri dan menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata
dan tidak nyata, tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi, curiga,
bermusuhan, takut, ekspresi muka tegang dan mudah tersinggung.
12
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
17/23
d. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurologik termasuk :
1) Regresi : Dalam menghadapi stress, perilaku, perasaan dan cara berfikir mundur
kembali ke tahap perkembangan sebelumnya.
2) Proyeksi : Mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
3) Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
4) Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
B. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan
a.
Data Mayor :
1) Subyektif : Mengatakan mendengar suara bisikan atau melihat bayangan.
2) Obyektif : Bicara sendiri, tertawa sendiri, marah tanpa sebab.
b. Data Minor :
1) Subyektif : Menyatakan kesal, menyatakan senang dengan suara-suara.
2) Obyektif : Menyendiri, melamun
2. Isolasi sosial : Menarik diri
a. Data Mayor :
1) Subyektif : Mengatakan malas berintraksi, ,mengatakan orang lain tidak mau
menerima dirinya, merasa oang lain tidak selevel dengan dia.
2) Obyektif : Menyendiri, mengurung diri, tidak mau bercakap-cakap dengan orang
lain.
b. Data Minor :
1) Subyektif : Curiga dengan orang lain, mendengar suara-suara atau melihat
bayangan, merasa tak berguna.
2)
Obyektif : Mematung, mondar-mandir tanpa arah, tidak berinisiatif berhubungan
dengan orang lain.
13
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
18/23
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
a. Data Mayor :
1) Subyektif : Mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan, informasi dari
keluarga tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasien.
2) Obyektif : Ada tanda atau jejas perilaku kekerasan pada anggota tubuh.
b. Data Minor :
1) Subyektif : Mendengar suara-suara, merasa orang lain mengancam, menganggap
orang lain jahat.
2) Obyektif : Tampak tegang saat becerita, pembicaraan kasar jika menceritakan
marahnya.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa kepeawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan data, mengatasi
kebutuhan spesifik klien serta respon terhadap masalah dan risiko dan diagnosa keperawatan
yang muncul pada masalah gangguan persepsi sensori halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Resiko perilaku kekerasan
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Perencanaan merupakan deskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan
atau tindakan yang harus dilakukan perawat, dimana perencanaan dipilih untuk membantu
klien dalam mencapai hasil. Adapun perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosa : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
a. TUM : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialami
b. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
14
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
19/23
Kriteria Evaluasi : setelah ......x pertemuan klien menunjukkan tanda-tanda percaya
kepada perawat menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, Menunjukkan rasa senang,
ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab
salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah
yang dihadapi. Intervensi : Beri salam setiap interaksi, Perkenalan nama, nama
panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap dan
panggil nama kesukaan klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali berinteraksi, tunjukkan sikap empati dan menerima apa
adanya, beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien, tanyakan
perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang jelas,
dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien
c.
TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya
Kriteria evaluasi : setelah .....x interaksi klien menyebutkan,Isi, Waktu, Frekuensi,
Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi Intervensi : Adakan kontak sering
dan singkat secara bertahap, Observasi tingkah laku terkait dengan halusinasinya
(dengar/lihat/penghidu/raba/kecap).
Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, Tanyakan apakah klien mengalami
sesuatu (halusinasi dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), Jika klien menjawab ya,
tanyakan apa yang sedang dialaminya, Katakan bahwa perawat percaya klien
mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalaminya, Katakan bahwa
ada klien yang mengalami hal yang sama, Katakan bahwa perawat akan membntu
klien, Jika klien sedang tidak berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien : Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi, Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi
d. TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Kriteria Evaluasi :
1)
Setelah ….x interaksi klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk
mengendalikan halusinasinya
Intervensi : Bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah , menyibukkan diri).
15
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
20/23
2) Setelah ….x interaksi klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi.
Intervensi : Diskusikan cara yang digunakan klien, Jika cara yang digunakan
adaptif beri pujian, Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugiuan
cara tersebut.
3) Setelah ....x interaksi klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi
halusinasi.
Intervensi : Diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol timbulnya
halusinasi, katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata, menemui orang lain
untuk menceritakan tentang halusinasinya, membuat dan melasanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang telah disusun.
4) Setelah ....x interaksi klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk
mengendalikan halusinasinya.
Intervensi : Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih
mencobanya.
5) Setelah ....x pertemuan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok.
Intervensi : Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih
e. TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
Kriteria Evaluasi :
1) Setelah ....x pertemuan keluarga menyatakan setuju untuk mengikui pertemuan
dengan perawat.
Intervensi : Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan
waktu)
16
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
21/23
2) Setelah …x interaksi keluarga menyebutkan pengertian, tanda, gejala dan proses
terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi.
Intervensi : Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga atau
kunjungan rumah), Pengertian halusinasi, Tanda dan gejala halusinasi, Proses
terjadinya halusinasi, Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi, Obat – obatan halusinasi, Cara merawat anggota keluarga
yang halusinasi di rumah, Beri informasi waktu control ke rumah sakit dan
bagaimana cari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah.
f. TUK 5 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Kriteria Evaluasi :
1) Setelah ....x interaksi klien menyebutkan :Manfaat minum obat, Kerugian tidak
minum obat, Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat
Intervensi : Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum
obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat.
2) Setelah ....x interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
Intervensi : Pantau klien saat penggunaan obat
3) Setelah ….x interaksi klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter
Intervensi : Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
16
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
22/23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan sensori persepsi adalah ketidakmampuan individu dalam membedakan
rangsang eksternal seperti : iklim, bunyi, situasi alam sekitar dengan rangsang internal seperti
pikiran, perasaan dan kenyataan serta tidak dapat mengevaluasi pengalaman secara aktual.
Gangguan sensori persepsi terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan proses fikir,
persepsi, afek, kegiatan motorik dan sosial.
Halusinasi merupakan suatu persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra
yang dirasakan individu tanpa adanya stimulus yang nyata.
Halusinasi adalah suatu persepsi klien terhadap stimulus dari luar tanpa adanya obyek
yang nyata.
B. Saran
Agar mahasiswa mampu memahami dalam Asuhan Keperawatan pada Klien Jiwa dengan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi didalam lingkungan kesehariannya maupun dengan
klien dalam menyembuhkan suatu masalah yang dialami oleh kliennya sendiri.
17
8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf
23/23
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Teguh, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi Pertama. Cetakan Pertama.
Jakarta : Graha Ilmu.
Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Cetakan I. Jakarta : EGC.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Volume 45, 2010-2011.
Jakarta : ISFI.
Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : Revika Aditama.
Keliat, Budi anna. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC