29
ASKEP INFLUENZA INFLUENZA Influenza yang lebih sering dikenal sebagai flu adalah penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh virus influenza A dan B. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan menyebabkan penyakit dan kematian yang perlu mendapat perhatian khusus. Nama influenza pertama kali digunakan oleh orang Italia pada abad kedelapan belas yang mengatakan penyakit ini sebagai the influence of heavenly bodies. Virus Influenza juga dapat menyebabkan epidemi global yang dikenal sebagai pandemi. Selama ini sudah terjadi 31 pandemi influenza yang terdokumentasi sejak pertama kali dilaporkan tahun 1580, termasuk 3 pandemi yang terjadi pada abad kedua puluh yaitu tahun 1918, 1957 dan 1969. Pandemi tahun 1918-1919 yang dikenal sebagai "flu Spanyol" disebabkan oleh virus yang sangat virulen dan telah menelan korban kurang lebih 40 juta orang meninggal di seluruh dunia. Sejak tahun 1997 di Hong Kong ditemukan kasus influenza yang mematikan, akhirnya dikenal sebagai "flu Hong Kong".Virus influenza dapat menyebabkan sakit pada semua golongan umur, namun yang paling sering terkena anak-anak. Sedangkan infeksi serius dan kematian terutama terjadi pada pasien berusia > 65 tahun dan pasien yang mempunyai kondisi

Askep influensa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep influensa

ASKEP INFLUENZA

INFLUENZA

Influenza yang lebih sering dikenal sebagai flu adalah penyakit saluran

pernapasan akut yang disebabkan oleh virus influenza A dan B. Penyakit ini tersebar di

seluruh dunia dan menyebabkan penyakit dan kematian yang perlu mendapat perhatian

khusus. Nama influenza pertama kali digunakan oleh orang Italia pada abad kedelapan

belas yang mengatakan penyakit ini sebagai the influence of heavenly bodies.

Virus Influenza juga dapat menyebabkan epidemi global yang dikenal sebagai

pandemi. Selama ini sudah terjadi 31 pandemi influenza yang terdokumentasi sejak

pertama kali dilaporkan tahun 1580, termasuk 3 pandemi yang terjadi pada abad kedua

puluh yaitu tahun 1918, 1957 dan 1969. Pandemi tahun 1918-1919 yang dikenal sebagai

"flu Spanyol" disebabkan oleh virus yang sangat virulen dan telah menelan korban

kurang lebih 40 juta orang meninggal di seluruh dunia.

Sejak tahun 1997 di Hong Kong ditemukan kasus influenza yang mematikan,

akhirnya dikenal sebagai "flu Hong Kong".Virus influenza dapat menyebabkan sakit pada

semua golongan umur, namun yang paling sering terkena anak-anak. Sedangkan infeksi

serius dan kematian terutama terjadi pada pasien berusia > 65 tahun dan pasien yang

mempunyai kondisi kesehatan tertentu yang berisiko tinggi terkena komplikasi dari

influenza.

Apa Itu Virus Influenza?Virus influenza merupakan virus yang kompleks dan

terus-menerus berubah. Struktur fisik virus ini cenderung mengalami perubahan-

perubahan kecil pada antigen permukaan selama fase replikasi yang dapat meyebabkan

virus menginvasi sistem kekebalan pejamu. Hal ini menjelaskan bahwa seseorang yang

terinfeksi dapat mengalami reinfeksi pada tahun berikutnya meskipun sudah punya

antibodi terhadap virus pertama.Ada dua tipe virus influenza yang dapat menyebabkan

epidemi pada manusia, yaitu influenza A dan influenza B. Virus influenza A dibagi lagi

dalam subtipe berdasarkan dua antigen permukaan, hemaglutinin (H) dan neuraminidase

(N). Virus influenza B tidak dibagi lagi dalam subtipe. Selanjutnya virus influenza A dan

B dikelompokkan berdasarkan karakteristik antigeniknya.

Page 2: Askep influensa

Virus influenza dengan antigen permukaan baru merupakan varian virus yang

telah ada, berasal dari perubahan antigen yang cepat terjadi karena mutasi yang terjadi

pada saat replikasi. Virus influenza B mengalami perubahan antigen lebih lambat

dibanding dengan virus influenza A.Virus A dapat menginfeksi beberapa spesies hewan,

seperti burung, babi,kuda, ikan paus dan singa laut. Virus yang menginfeksi burung lebih

dikenal sebagai virus influenza avian atau influenza burung. Virus flu burung ini

biasanya tidak menyebabkan sakit burung-burung yang liar terbang di mana-mana, tetapi

burung-burung tersebut membawa dan dapat menyebarkan flu burung dalam jarak yang

cukup jauh. Sebaliknya virus flu burung ini bila menginfeksi binatang peliharaan

(burung) akan menyebabkan burung peliharaan tersebut sakit dan mati. Biasanya virus

influenza A tidak menginfeksi manusia, namun beberapa laporan sejak tahun 1997

menunjukkan bahwa ternyata virus ini juga dapat menginfeksi manusia

Influenza atau flu yang asli disebabkan oleh virus flu. Virus influenza

digolongkan dalam kelompok virus RNA (Ribose Nucleic Acid) dan dibagi atas tiga tipe,

yaitu A, B, dan C. Virus dengan tipe A dan B bisa menyebabkan epidemik, khususnya

saat musim salju di negara dengan empat musim. Di Amerika pada musim tersebut

epidemik dapat menyebabkan kesakitan pada 10-20 persen penduduk, dan berhubungan

dengan rata-rata 36.000 kematian serta 114.000 hospitalisasi setiap tahunnya.

Sedangkan virus influenza tipe C hanya menyebabkan masalah pernafasan yang ringan,

dan diduga bukan penyebab dari epidemik.

Selain menyerang manusia, ternyata virus influenza juga dapat ditemukan pada

beberapa binatang, seperti unggas, babi, bebek, ikan paus, kuda, dan anjing laut.

Unggas liar merupakan reservoir/perantara untuk semua subtipe dari virus tipe A.

Biasanya unggas liar itu justru tidak menjadi sakit walaupun virus tersebut bersarang di

tubuhnya. Namun, pada jenis unggas yang tidak liar, misalnya, ayam dan kalkun, gejala-

gejala terinfeksi dapat bermanifestasi.

Manusia sangat jarang terinfeksi influenza langsung dari hewan. Biasanya

penularan terjadi dari orang ke orang lain.

Mudah Berubah Wujud

Penyakit flu sukar sekali dibasmi karena virus flu sering mengadakan perubahan.

Page 3: Askep influensa

Perubahan yang terjadi pada virus flu terdiri dari dua macam cara. Yang pertama dikenal

dengan antigenic drift atau penyimpangan antigen, yaitu perubahan kecil pada virus yang

terjadi setiap saat. Antigenic drift menyebabkan munculnya virus yang berbeda dengan

sebelumnya, sehingga tidak dapat dikenali oleh sistem imun tubuh.

Hasilnya, sebagian besar orang yang telah kebal terhadap virus sebelumnya karena telah

terpapar, menjadi berisiko untuk sakit kembali.

Proses kedua yang dapat menyebabkan perubahan adalah antigenic shift. Yaitu

perubahan yang besar dari virus, ketika terbentuk hemagglutinin yang baru yang dapat

diikuti dengan protein neuraminidase yang baru pula. Antigenic shift dapat menimbulkan

munculnya subtipe virus influenza yang baru. Untungnya, perubahan seperti itu tidak

terjadi setiap waktu seperti antigenic drift, karena jarang sekali terjadi.

gejala dan tanda penyakit Influenza?

Gejala berupa;

- Demam mendadak disertai menggigil

- Sakit kepala

- Badan lemah

- Nyeri otot dan sendi

Gejala ini bertahan selama 3 – 7 hari. Bila penyakit bertambah berat, gejala

tersebut diatas akan berganti dengan gejala penyakit saluran pernafasan seperti batuk,

pilek dan sakit tenggorokan. Kadang-kadang juga disertai gejala sakit perut, mual dan

muntah. Pada pemeriksaan fisik : muka kemerahan, mata kemerahan dan berair serta

kelenjar getah bening leher dapat teraba.

Apa yang dapat diakibatkan Penyakit Influenza? Akibat penyakit Influenza yang

ditakutkan adalah timbulnya infeksi sekunder, seperti; radang paru-paru( Pneumonia ),

myositis, sindroma Reye, gangguan syaraf pusat. Disamping itu, penderita/ pengidap

penyakit kronis dapat bertambah berat bila terkena penyakit Influenza. Beberapa penyakit

kronis tersebut, seperti; Asma, paru–paru kronis, jantung, kencing manis, ginjal kronis,

gangguan status imunitas tubuh, kelainan darah dll.

Page 4: Askep influensa

Komplikasi Influenza

Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi tambahan termasuk bakteri

pneumonia karena dehidrasi, dan kondisi lain yang memperparah keadaan, seperti

mengidap diabetes, asma, dan kelainan jantung. Anak-anak sering mendapat masalah

pada sinus dan infeksi telinga sebagai komplikasi dari flu. Manula di atas 65 tahun atau

pasien yang masih anak-anak, dan penderita yang memiliki penyakit kronis, jika terkena

flu akan mudah mengalami komplikasi.

Masa Inkubasi

Jangka waktu seseorang terpapar virus hingga munculnya gejala adalah satu sampai

empat hari, dengan rata-rata dua hari. Sedangkan periode seseorang dapat menularkan

penyakitnya ke orang lain bervariasi untuk tiap usia.

Penularan sudah mulai terjadi dari sebelum penderita merasa sakit, yang berlanjut hingga

tiga sampai tujuh hari setelah timbul gejala pertama pada orang dewasa. Sedangkan pada

anak-anak dapat lebih dari satu minggu.

Dinegara bermusim empat, setiap tahun pada musim dingin terjadi letusan influenza yang

banyak menimbulkan konmplikasi dan kematian pada orang-orang beresiko tinggi :

o Usia lanjut ( > 60 tahun )

o Anak – anak penderita Asma

o Penderita penyakit kronis ( Paru , Jantung, Ginjal, Diabetes )

o Penderita gangguan sistem kekebalan tubuh.

Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang tahun. Setiap tahun

influenza menyebabkan ribuan orang meninggal diseluruh dunia. Biaya pengobatan,

biaya penanganan komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya hari kerja ( absen dari

sekolah dan tempat kerja ) sangat tinggi.

B. TANDA DAN GEJALA SEORANG KLIEN MENGALAMI OBSTRUKSI JALAN

NAPAS

q Batuk

Page 5: Askep influensa

Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan

trakeabronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk

membersihkan saluran napas bagian bawah, dan banyak orang dewasa normal yang batuk

beberapa kali setelah pagi hari untuk membersihkan trakea dan faring dari sekret yang

terkumpul selama tidur. Batuk juga merupakan gejala terserang penyakit pernapasan.

Segala jenis batuk yang berlangsung lebih dari tiga minggu harus diselidiki untuk

memastikan penyebabnya.

Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik, kimia, dan

peradangan. Inhalasi asap, debu, dan benda-benda asing kecil merupakan penyebab batuk

yang paling sering. Perokok seringkali menderita batuk kronik karena terus menerus

mengisap benda asing (asap), dan saluran napasnya sering mengalami peradangan kronik.

Rangsangan mekanik dari tumor (ekstrinsik maupun intrinsik) terhadap saluran napas

merupakan penyebab lain yang dapat menimbulkan batuk (tumor yang paling sering

menimbulkan batuk adalah karsinoma bronkegenik). Setiap proses peradangan saluran

napas dengan atau tanpa eksudat dapat mengakibatkan batuk. Bronkitis kronik, asma,

tuberkulosis, dan pneumonia merupakan penyakit yang secara tipikal memiliki batuk

sebagai gejala yang mencolok. Batuk dapat bersifat produktif, pendek dan tidak

produktif, keras dan parau (seperti ada tekanan pada trakea), sering, jarang, atau

paroksismal (serangan batuk yang intermiten).

q Terdapatya Sputum

Orang dewasa normal menghasilkan mukus sekitar 100 ml dalam saluran napas setiap

hari. Mukus ini diangkut menuju faring dengan gerakan pembersihan normal silia yang

melapisi saluran pernapasan. Kalau terbentuk mukus yang berlebihan, proses normal

pembersihan mungkin tak efektif lagi, sehingga akhirnya mukus tertimbun. Bila hal ini

terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus dibatukkan keluar sebagai sputum.

Pembentukan mukus yang berlebihan, mungkin disebabkan oleh gangguan fisik, kimiawi,

atau infeksi pada membran mukosa.

Kapan saja seorang pasien membentuk sputum, perlu dievaluasi sumber, warna, volume,

dan konsistensinya. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan

kemungkinan besar berasal dari sinus atau saluran hidung, dan bukan dari saluran napas

Page 6: Askep influensa

bagian bawah. Sputum yang banyak sekali dan purulen menyatakan adanya proses

supuratif, seperti abses paru, sedangkan pembentukan sputum yang terus meningkat

perlahan dalam waktu bertahan-tahun merupakan tanda bronkitis kronis, atau

bronkiektasis.

Warna sputum juga penting. Sputum yang berwarna kekuning-kuningan menunjukkan

infeksi. Sputum yang berwarna hijau merupakan petunjuk adanya penimbunan nanah.

Warna hijau timbul karena adanya verdoperoksidase yang dihasilkan oleh leukosit

polimorfonukler (PMN) dalam sputum. Sputum yang berwarna hijau sering ditemukan

pada bronkiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkiolus yang melebar dan

terinfeksi. Banyak penderita infeksi pada saluran napas bagian bawah mengeluarkan

sputum berwarna hijau pada pagi hari, tetapi makin siang menjadi kuning. Fenomena ini

mungkin disebabkan karena penimbunan sputum yang purulen di malam hari, disertai

pengeluaran verdoperoksidase.

Sifat dan konsistensi sputum juga dapat memberikan informasi yang berguna. Sputum

yang berwarna merah muda dan berbusa merupakan tanda edema paru akut. Sputum yang

berlendir, lekat dan berwarna abu-abu atau putih merupakan tanda bronkitis kronik.

Sedangkan sputum yang berbau busuk merupakan tanda abses paru atau bronkiektasis.

q Dispnea

Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas dan merupakan gejala utama

dari penyakit kardiopulmonar. Seorang yang mengalami dispnea sering mengeluh

napasnya menjadi pendek atau merasa tercekik. Gejala objektif sesak napas termasuk

juga penggunaan obat-obat pernapasan tambahan (sternokleidomastoideus, scalenus,

trapezius, pectoralis mayor), pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi.

Sesak napas tidak selalu menunjukkan adanya penyakit; orang normal akan mengalami

hal yang sama setelah melakukan kegiatan fisik dalam tingkat-tingkat yang berbeda.

Pemeriksaan harus dapat membedakan sesak napas dari gejala dan tanda lain yag

mungkin memiliki perbedaan klinis mencolok. Takipnea adalah frekuensi pernapasan

yang cepat, lebih cepat dari pernapasan normal (12 hingga 20 kali per menit) yang dapat

muncul dengan atau tanpa dispnea. Hiperventilasi adalah ventilasi yang lebih besar

daripada jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan pengeluaran karbon dioksida

Page 7: Askep influensa

(CO2) normal, hal ini dapat diidentifikasi dengan memantau tekanan parsial CO2 arteri,

atau tegangan (PaCO2), yaitu lebih rendah dari angka normal (40 mmHg). Dispnea sering

dikeluhkan pada sindrom hiperventilasi yang sebenarnya merupakan seseorang yang

sehat dengan stres emosional. Selanjutnya, gejala lelah yang berlebihan harus dibedakan

dari dispnea. Seseorang yang sehat mengalami lelah yang berlebihan setelah melakukan

kegiatan fisik dalam tingkat yang berbeda-beda, dan gejala ini juga dapat dialami pada

penyakit kardiovaskular, neuromuskular, dan penyakit lain selain paru.

Pada beberapa tahun belakangan ini, ketertarikan pada ilmu pengetahuan dalam

perhitungan dan mekanisme neurofisiologi meningkat dengan cepat. Namun, belum

tersedia keterangan tentang dispnea dengan segala keadaannya yang dapat diterima.

Sumber penyebab dispnea termasuk: (1) reseptor-reseptor mekanik pada otot-otot

pernapasan, paru, dan dinding dada; dalam teori tegangan-panjang, elemen-elemen

sensoris, gelondong otot pada khususnya, berperan penting dalam membandingkan

tegangan dalam otot dengan derajat elastisitasnya; dispnea terjadi bila tegangan yang ada

tidak cukup besar untuk satu panjang otot (volume napas tercapai); (2) kemoreseptor

untuk tegangan CO2 dan O2 (PCO2 dan PO2) (teori utang-oksigen); (3) peningkatan

kerja pernapasan yang mengakibatkan sangat meningkatnya rasa sesak napas; dan (4)

ketidakseimbangan antara kerja pernapasan denga kapasitas ventilasi. Mekanisme

tegangan-panjang yang tidak sesuai adalah teori yang paling banyak diterima karena teori

tersebut menjelaskan paling banyak kasus klinis dispnea. Faktor kunci yang tampaknya

menjelaskan apakah dispnea terjadi pada tingkat ventilasi atau usaha sesuai dengan

derajat aktivitasnya. Namun, rangsangan, reseptor sensoris, dan jaras saraf yang sesuai

tidak dapat ditentukan dengan pasti.

Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan untuk menimbulkan dispnea bergantung pada

usia, jenis kelamin, ketinggian tempat, jenis latihan fisik, dan terlibatnya emosi dalam

melakukan kegiatan itu. Dispnea yang terjadi pada seseorang harus dikaitkan dengan

tingkat aktivitas minimal yang menyebabkan dispnea, untuk menentukan apakah dispnea

terjadi setelah aktivitas sedang atau berat, atau terjadi pada saat istirahat. Tabel 37-2

berisi skala garis besar dispnea yang dikembangkan oleh American Thoracic Society

yang mungkin sesuai untuk penilaian klinis dispnea kronik. Selain itu, terdapat beberapa

variasi gejala umum dispnea. Ortopnea adalah napas pendek yang terjadi pada posisi

Page 8: Askep influensa

berbaring dan biasanya keadaan diperjelas dengan penambahan sejumlah bantal atau

penambahan elavasi sudut untuk mencegah perasaan tersebut. Penyebab tersering

ortopnea adalah gagal jantung kongestif akibat peningkatan volume darah di vaskularisasi

sentral pada posisi berbaring. Ortopnea juga merupakan gejala yang sering muncul pada

banyak gangguan pernapasan. Dispnea nokturna paroksismal menyatakan timbulnya

dispnea pada malam hari dan memerlukan posisi duduk dengan segera untuk bernapas.

Membedakan dispnea nokturna paroksismal dengan ortopnea adalah waktu timbulnya

gejala setelah beberapa jam dalam posisi tidur. Penyebabnya sama dengan penyebab

ortopnea yaitu gagal jantung kongestif, dan waktu timbulnya yang terlambat itu karena

mobilisasi cairan edema perifer dan penambahan volume intravaskular pusat.

Pasien dengan gejala utama dispnea biasanya memiliki satu dari keadaan ini yaitu: (1)

penyakit kardiovaskular, (2) emboli paru, (3) penyakit paru interstitial atau alveolar, (4)

gangguan dinding dada atau otot-otot, (5) penyakit obstruktif paru, atau (6) kecemasan.

Dispnea adalah gejala utama edema paru, gagal jantung kongestif, dan penyakit katup

jantung. Emboli paru ditandai oleh dispnea mendadak. Dispnea merupakan gejala paling

nyata pada penyakit yang menyerang percabangan trakeobronkial, parenkim paru, dan

rongga pleura. Dispnea biasanya dikaitkan dengan penyakit restriktif yaitu terdapat

peningkatan kerja pernapasan akibat meningkatnya resistensi elastik paru (pneumonia,

atelektasis, kongesti) atau dinding dada (obesitas, kifoskoliosis) atau pada penyakit jalan

napas obstruktif dengan meningkatnya resistensi nonelastik bronkial (emifisema,

bronkitis, asma). Tetapi kalau beban kerja pernapasan meningkat secara kronik, maka

pasien yang bersangkutan dapat menyesuaikan diri dan tidak mengalami dispnea.

Dispnea juga dapat terjadi jika otot pernapasan lemah (contohnya, miastenia gravis),

lumpuh (contohnya, poliomielitis, sondrom Guillain-Barre), letih akibat meningkatnya

kerja pernapasan, atau otot pernapasan kurang mampu melakukan kerja mekanis

(contohnya, emfisema yang berat atau obesitas). Pada akhirnya, penderita sindrom

hiperventilasi akibat kecemasan atau stres emosional sering mengeluhkan dispnea. Pola

pernapasan pada kelompok ini seringkali aneh, dengan ketidakteraturan frekuensi

maupun tidal volume. Pada lain waktu, pola pernapasan menjadi hiperventilasi yang

menetap sehingga pasien mengeluh kesemutan pada ekstrimitasnya dan terdapat perasaan

melayang. Bila pola pernapasan abnormal hilang saat tidur, dicurigai terdapat penyebab

Page 9: Askep influensa

psikogenik.

q Sianosis

Sianosis adalah warna kebiru-biruan pada kulit dan selapur lendir yang terjadi akibat

peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tak berkaitan dengan O2). Sianosis

dapat tanda insufisiensi pernapasan, meskipun bukan merupakan tanda yang dapat

diandalkan. Ada dua jenis sianosis: sianosis sentral dan sianosis perifer. Sianosis sentral

disebabkan oleh insufisiensi oksigenasi Hb dalam paru, dan paling mudah diketahui pada

wajah, bibir, cuping telinga, serta bagian bawah lidah. Sianosis biasanya tak diketahui

sebelum jumlah absolut Hb tereduksi mencapai 5g per 100 ml atau lebih pada seseorang

dengan konsentrasi Hb yang normal (saturasi oksigen [SaO2] kurang dari 90%). Jumlah

normal Hb tereduksi dalam jaringan kapiler adalah 2,5 g per 100 ml. Pada orang dengan

konsentrasi Hb yang normal, sianosis akan pertama kali terdeteksi pada SaO2 kira-kira

75% dan PaO2 50 mmHg atau kurang. Penderita anemia (konsentrasi Hb rendah)

mungkin tak pernah mengalami sianosis walaupun mereka menderita hipoksia jaringan

yang berat karena jumlah absolut Hb tereduksi kemungkinan tidak dapat mencapai 5 g

per 100 ml. Sebaliknya, orang yang menderita polisitemia (konsentrasi Hb yang tinggi)

dengan mudah mempunyai kadar Hb tereduksi 5 g per 100 ml walaupun hanya

mengalami hipoksia yang ringan sekali. Foktor-faktor lain yang menyulitkan pengenalan

sianosis adalah variasi ketebalan kulit, pigmentasi dan kondisi penerangan.

Selain sianosis yang disebabkan oleh insufisiensi pernapasan (sianosis sentral), akan

terjadi sianosis perifer bila aliran darah banyak berkurang sehingga sangat menurunkan

saurasi darah vena, dan akan menyebabkan suatu daerah menjadi biru. Sianosis perifer

dapat terjadi akibat insufisiensi jantung, sumbatan pada aliran darah, atau vasokonstriksi

pembuluh darah akibat suhu yang dingin.

Sejumlah kecil methemoglobin atau sulfhemoglobin dalam sirkulasi dapat menimbulkan

sianosis, walaupun jarang terjadi. Ada banyak hal yang mengakibatkan sianosis (dan

sianosis sulit dikenali) sehingga sianosis merupakan petunjuk insufisiensi paru yang tidak

dapat diandalkan.

q Hipoksemia dan Hipoksia

Istilah hipoksemia menyatakan nilai PaO2 yang rendah dan seringkali ada hubungannya

Page 10: Askep influensa

dengan hipoksia, atau oksigenasi jaringan yang tidak memadai. Hipoksemia tak selalu

disertasi dengan hipoksia jaringan. Seseorang masih dapat mempunyai oksigenasi

jaringan yang normal, tapi menderita hipoksemia; seperti juga seseorang masih dapat

memiliki PaO2 normal tetapi menderita hipoksia jaringan (karena gangguan pengiriman

oksigen dan penggunaan oksigen oleh sel-sel). Tetapi ada hubungan antara PaO2 dengan

hipoksia jaringan, meskipun terdapat nilai PaO2 yang tepat pada jaringan yang

menggunakan O2. Kalau semua dianggap sama, makin cepat timbulnya hipoksemia,

semakin berat pula kelainan jaringan yang diderita. Pada umumnya nilai PaO2 yang terus

menerus kurang dari 50 mmHg disertai hipoksia jaringan dan asidosis (yang disebabkan

oleh metabolisme anaerobik). Hipoksia dapat terjadi pada nilai PaO2 normal maupun

rendah sehingga evaluasi pengukuran gas darah harus selalu dikaitkan dengan

pengamatan klinik dari pasien yang bersangkutan. Sianosis merupakan satu tanda yang

tidak dapat diandalkan karena SaO2 harus kurang dari 75% pada orang dengan kadar Hb

normal sebelum tanda itu dapat diketahui.

q Hiperkapnia dan Hipokapnia

Seperti halnya ventilasi, yang dianggap memadai bila suplai O2 seimbang dengan

kebutuhan O2, pembuangan CO2 melalui paru baru dianggap memadai bila

pembuangannya seimbang dengan pembentukan CO2. CO2 mudah sekali mengalami

difusi sehingga tekanan CO2 dalam udara alveolus sama dengan tekanan CO2 dalam

darah arteri; sehingga PaCO2 merupakan gambaran ventilasi alveolus yang langsung dan

segera yang berhubungan dengan kecepatan metabolisme. Dengan demikian PaCO2

digunakan untuk menilai kecukupan ventilasi alveolar ( ) karena pembuangan CO2 dari

paru seimbang dengan sehingga PaCO2 langsung berkaitan dengan produksi CO2 ( CO2)

dan sebaliknya berkaitan dengan ventilasi alveolar: PaCO2 α CO2/ . Ventilasi yang

memadai akan mempertahankan kadar PaCO2 sebesar 40 mmHg. Hiperkapnia

didefinisikan sebagai peningkatan PaCO2 sampai di atas 45 mmHg; sedangkan

hipokapnia terjadi apabila PaCO2 kurang dari 35 mmHg. Penyebab langsung retensi CO2

adalah hipoventilasi alveolar (ventilasi kurang memadai, untuk mengimbangi

pembentukan CO2). Hiperkapnia selalu disertai hipoksia dalam derajat tertentu apabila

pasien bernapas dengan udara yang terdapat dalam ruangan.

Penyebab utama hiperkapnia adalah penyakit obstruktif saluran napas, obat-obat yang

Page 11: Askep influensa

menekan fungsi pernapasan, kelemahan atau paralisis otot pernapasan, trauma dada atau

pembedahan abdominal yang mengakibatkan pernapasan menjadi dangkal, dan

kehilangan jaringan paru. Tanda klinik yang dikaitkan dengan hiperkapnia adalah:

kekacauan mental yang berkembang menjadi koma, sakit kepala (akibat vasodilatasi

serebral), asteriksis atau tremor kasar pada tangan yang teregang (flapping tremor), dan

volume denyut nadi yang penuh disertai tangan dan kaki yang terasa panas dan

berkeringat (akibat vasodilatasi perifer karena hiperkapnia). Hiperkapnia kronik akibat

penyakit paru kronik dapat mengakibatkan pasien sangat toleran terhadap PaCO2 yang

tinggi, sehingga pernapasan terutama dikendalikan oleh hipoksia. Dalam keadaan ini, bila

diberi oksigen kadar tinggi, pernapasan akan dihambat sehingga hiperkapnea bertambah

berat.

Kehilangan CO2 dari paru yang berlebihan (hipokapnia) akan terjadi apabila terjadi

hiperventilasi (ventilasi dalam keadaan kebutuhan metabolisme meningkat untuk

membuang CO2). Tanda dan gejala yang sering berkaitan dengan hipokapnia adalah

sering mendesah dan menguap, pusing, palpitasi, tangan dan kaki kesemutan dan baal,

serta kedutan otot. Hipokapnia hebat (PaCO2 < 25 mmHg) dapat menyebabkan kejang.

C.PATOFISIOLOGI

Infeksi oleh bakteri /virus

Peradangan pada membrane mukosa

Menghalangi jalan napas

Peningkatan produksi mukus

Pertukaran O2 dan CO2 tidak adekuat

Terganggunya inspirasi dan ekspirasi

Takipnea

Dispnea

O2 kurang dari kebutuhan jaringan

Sianosis

Hipoksemia

Hipksia

D. Pemeriksaan Diagnostik

Sinar x dada: Dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru; mendatarnya diafragma;

Page 12: Askep influensa

peningkatan area udara retrosternal; penurunan tanda vaskularisasi/bula.

Tes fungsi paru: Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan

apakah fungsi abnormal adalah obstruks atau restriksi.

Bronkogram; dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi

JDL dan Diferensial: Hemoglobin meningkat (emfisema luas), peningkatan eosinofil

Sputum dan sekret: Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen;

pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui keganasan atau gangguan alergi.

EKG: Deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P; disritmia atrial, peninggian

gelombang P pada lead II, III, AVF; aksis vertikal QRS.

E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OBSTRUKSI JALAN

NAPAS

Data dasar pengkajian pasien

Aktivitas/Istirahat

Gejala:

- Keletihan, kelelahan, malaise

- Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas.

- Ketidakmampuan untuk tidur

Sirkulasi

Tanda:

- Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia.

- Warna kulit/membran mukosa: sianosis

Integritas Ego

Tanda:

- Ansietas, ketakutan, peka rangsang

Makanan/Cairan

Gejala:

- Mual/muntah.

Page 13: Askep influensa

- Napsu makan buruk/anoreksi.

- Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan.

- Penurunan berat badan menetap.

Tanda:

- Turgor kulit buruk.

Pernapasan

Gejala:

- Napas pendek khususnya pada kerja.

- Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut-

turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.

Tanda:

- Penggunaan obat bantu pernapasan, misalanya meninggikan bahu, retraksi fosa

supraklafikula, melebarkan hidung.

- Dada: Dapat terlihat hperinflasi dengan peninggian diameter AP.

- Bunyi napas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi; menyebar, lembut atau krekels

lembab kasar; ronki, mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama

inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tak adanya bunyi napas.

Interaksi Sosial

Gejala:

- Hubungan ketergantungan.

- Kurang sistem pendukung.

- Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat.

Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala:

- Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan.

- Kesulitan menghentikan merokok.

F. Diagnosa keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, berihubungan dengan

peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.

Page 14: Askep influensa

Intervensi:

1. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan

dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran, krekels

basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya

bunyi napas (asma berat).

2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.

Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada

penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan

frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

3. Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas, distres

pernapasan, penggunaan otot bantu.

Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses

kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi,

reaksi alergi.

4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk

pada sandaran tempat tidur

Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan

menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang

paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain

membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.

5. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang

berhubungan dengan kondisi individu.

Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.

6. Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.

Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea

dan menurunkan jebakan udara.

2. Diagnosa Keperawatan: Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan dengan

gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).

Intervensi:

Page 15: Askep influensa

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir,

ketidakmampuan bicara/berbincang.

Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses

penyakit.

2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk

bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi

individu.

Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan

napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.

3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar

bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya

hipoksemia.

4. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.

Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan

pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.

5. Palpasi fremitus

Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.

6. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.

Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk

disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan

hipoksemia.

7. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi

aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan

pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.

Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu

melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi

aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan

ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea

berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.

Page 16: Askep influensa

3. Diagnosa Keperawatan: Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh dapat

dihubungkan dengan dispnea.

Intervensi:

1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi

berat badan dan ukuran tubuh.

Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi

sputum, dan obat.

2. Auskultasi bunyi usus

Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan

konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan,

pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.

3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai

dan tisu.

Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap napsu

makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.

4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan

porsi kecil tapi sering.

Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan

kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.

5. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan

gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.

6. Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin.

Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.

7. Timbang berat badan sesuai indikasi.

Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan,

dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan: Penurunan berat badan dapat

berlanjut, meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema.

Evaluasi yang diharapkan

q Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih,tak disnea,sianosis

Page 17: Askep influensa

q Mengidentifikasi perilaku mencapai bersiha jalan napas

q Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan

q Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi

q Mengidentifikasi intervensi unutk mencegah/menurunkan risiko infeksi

q Menunjukkan peningkatan nafsu makan

q Mempertahankan berat badan normal

G. Pengobatan

Umumnya penyakit yang diakibatkan oleh virus bisa sembuh sendiri. Yang perlu

diperhatikan adalah infeksi bakteri/kuman lainnya yang biasanya menyertai infeksi virus

(komplikasi). Pengobatan influenza adalah dengan membiarkan tubuh penderita

membentuk antibodinya sendiri.

Hal itu dapat dilakukan dengan banyak beristirahat dan mengurangi aktivitasnya,

termasuk tidak banyak bercakap-cakap. Pengobatan yang umum diberikan adalah untuk

mengurangi gejala yang mengganggu dari flu, seperti pemberian obat untuk

(simptomatik) menurunkan panas, menghentikan pilek dan batuk.

Pemberian obat itu akan meredakan gejala sekaligus mengurangi penderitaan pasien flu.

Obat flu biasanya terdiri dari komponen untuk menurunkan panas (parasetamol,

ibuprofen), mengurangi pilek atau hidung berair (efedrin, pseudo-efedrin, atau

fenilpropanolamin [maksimal 15 mg/tablet]), dan komponen obat batuk (dekstrometorfan

atau noskapin). Namun, bila gejalanya hanya demam saja, tidak perlu mengonsumsi

semua komponen.

Bagaimana bila hanya pilek? Cukup pilih obat bebas yang mengandung komponen pilek

saja; bila dicampur dengan komponen antihistamin (CTM, misalnya) masih

diperbolehkan. Pemilihan obat kombinasi tergantung kecocokan individual.

Vitamin dan pengencer dahak tidak mutlak diperlukan dan perlu dinilai secara individual.

Yang perlu diingat, dengan atau tanpa antibiotik flu akan sembuh dalam beberapa hari

hingga seminggu. Namun, bila tidak, sebaiknya konsultasikan kepada dokter keluarga

Anda.

Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah dari risiko tertular penyakit

Influenza?

Page 18: Askep influensa

Upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan, yaitu: Memelihara kebersihan diri dan

lingkungan pondokan secara baik.

Istirahat yang cukup, banyak mengkonsumsi buah-bahan segar dan sayur-sayuran hijau.

Minum air yang cukup

Membiasakan diri untuk membersihkan ingus memakai kertas tissu atau sapu tangan

yang dapat menyerap cairan hidung dan membuangnya di tempat sampah.

Selalu memakai masker (penutup) hidung dan mulut yang bersih agr terhindar dari

percikan air ludah/ liur yang keluar dari penderita sewaktu bercakap-cakap atau terkena

percikan dahak, ingus, batuk dan bersin.

jangan sering keluar malam, jika ada alergi antisipasi dengan minum vitamin sesuai

kebutuhan.

Menghindari diri agar tidak kontak dekat dengan penderita bergejala dan tanda penyakit

Influenza.

Sedapat mungkin menghindari kerumunan kepadatan manusia atau tempat - tempat yang

dipadati orang terutama pada tempat seperti dipasar, atau pun tempat keramaian lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Capernito,Linda juall.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta.EGC

Corwin,Ellizabetz,2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta.EGC

Doengoes,1999.Perencanaan Asuhan Keperawatan.Jakartan.EGC

BPhttp://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15HI setempat.

http://www.freelists.org/archives/ppi/03-2004/msg00000.html

hthttp://beingmom.org/index.php/2006/12/08/penjelasan-imunisasi/

tp://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0204/26/cakrawala/laput1.htm http://

www.pppl.depkes.go.id/catalogcdc/kamus_detail_klik.asp?

abjad=P&id=2005111810220104830710&count=13&page=1

Diposting oleh keperawatan ADIL AKPER di 01:25 0 komentar