22
PNEUMOTHORAKS (MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH RESPIRATORY) DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5 : IKANG FAUZI KRISMAS E. SAPUTRA FRANSISKO AMARAL SHULTON BASILIUS y. Weu Ria PARAMITA JARWO SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA

Askep Pneumothorax

Embed Size (px)

DESCRIPTION

education

Citation preview

Page 1: Askep Pneumothorax

PNEUMOTHORAKS

(MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH RESPIRATORY)

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

IKANG FAUZI

KRISMAS E. SAPUTRA

FRANSISKO AMARAL

SHULTON

BASILIUS y. Weu

Ria PARAMITA JARWO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA

2013-2014

BAB I

Page 2: Askep Pneumothorax

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangSistem pernafasan merupakan salah satu organ terpenting dari bagian tubuh manusia

setelah kardiovaskuler, sehingga bila terjadi gangguan sistem pernafasan akan mempengaruhi semua organ yang lain yang akan mengganggu pada aktivitas manusia.

Seiring dengan kemajuan zaman, semakin banyaknya transportasi dan pola hidup yang kurang baik dapat menjadi suatu masalah kesehatan jiwa, salah satunya yaitu gangguan sistem pernafasan yang serius dan membahayakan jiwa, keadaan ini akan menimbulkan berbagai penyakit primer yang mengenai sistem bronkopulmoner seperti hemoptisis masif, pneumotorak ventil status asmatikus dan pneumotorak berat. Sedangkan gangguan fungsi paru yang sekunder terhadap gangguan organ lain seperti keracunan obat yang menimbulkan depresi pusat pernafasan. Di Amerika Serikat, insidens pneumothoraks spontan primer pada laki-laki adalah 7,4 kasus per 100.000 orang tiap tahunnya sementara pada wanita insidensnya adalah 1,2 kasus per 100.000 orang. Sedangkan insidens pneumothoraks spontan sekunder pada laki-laki adalah 6,3 kasus per 100.000 orang dan wanita 2,0 per 100.000 orang. Pneumothoraks traumatik lebih sering terjadi daripada pneumothoraks spontan dengan laju yang semakin meningkat.Insidens pneumothoraks di seluruh dunia belum diketahui. The Global Initiative for Pneumothorax, 2004).

Rasio laki-laki dan wanita pada kasus pneumothoraks spontan primer adalah 6,2 berbanding 1 sedangkan untuk kasus pneumothoraks spontan sekunder adalah 3,2 berbanding 1.Pneumothoraks spontan primer terjadi pada usia 20 – 30 tahun dengan puncak insidens pada usia awal 20-an sedangkan pneumothoraks spontan sekunder lebih sering terjadi pada usia 60 – 65 tahun.

Menurut data yang penulis dapatkan (dinkes.jatimprov.go.id ) dari bulan Juni s/d September 2008 berjumlah 151 klien dengan masalah Tumor Paru sebanyak 42 klien ( 27,81 % ), TB Paru 40 klien ( 26,49 % ), Pneumonia 29 klien ( 19,21 % ), Pneumotoraks 17 klien ( 11,26 % ), Effusi Pleura 15 klien ( 9.93 % ), PPOK 5 klien ( 3,31 % ), Abses Paru 3 klien ( 1,99 % ).

Dari data diatas penyakit pneumotoraks berada pada urutan keempat. Meskipun terdapat pada urutan keempat namun jika penyakit pneumotoraks tidak segara ditanggulangi dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti : Tension Pneumotoraks, Piopneumotoraks, Hidropneumotoraks, Pneumotoraks kronik, Hemopneumotoraks, Pneumotoraks mediastinum, Pneumothoraks stimultan bilateral. (dinkes.jatimprov.go.id)

Untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi maka diperlukan peran perawat yang optimal dan profesional yaitu secara promotif perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga dan klien berupa pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pengobatan, pencegahan pneumotoraks, manfaat gizi bagi kesehatan dan kebersihan lingkungan, secara preventif perawat dapat memberikan informasi pada keluarga tentang cara untuk menghindari terjadinya pneumotoraks salah satunya dengan cara menghindari diri dari budaya merokok, secara kuratif perawat dapat memberikan asuhan keperawatan sehingga klien tidak mengalami pneumotoraks yang lebih lanjut dan secara rehabilitatif yaitu dengan

Page | 1

Page 3: Askep Pneumothorax

memulihkan klien sehingga dapat berfungsi secara optimal kembali setelah sakit, seperti perlunya penjelasan pada keluarga atau klien tentang pentingnya istirahat yang cukup, mengkonsumsi makan - makanan yang bergizi serta menghindari kebiasaan merokok.

Dari data diatas bahwa penyakit Pneumotoraks perlu mendapatkan perhatian khusus.

B. Rumusan masalah

1.  Apa pneumothoraks itu?

2.  Apa penyebab atau etiologi pneumothoraks?

3.   Bagaimana patofisiologi pneumothoraks?

4.   Apa sajakah tanda dan gejala pneumothoraks?

5.   Bagaimana penatalaksanaan pneumothoraks?

6.   Apa sajakah pemeriksaan diagnostik yang dilakukan?

7.    Apakah komplikasi yang sering terjadi?

8.    Bagaimana Asuhan Keperawatan pneumothoraks?

C. Tujuan umum sebagai berikut:

1.        Untuk mengetahui definisi pneumothoraks.

2.        Untuk mengetahui penyebab pneumothoraks.

3.        Untuk mengetahui patofisiologi pneumothoraks .

4.        Untuk mengetahui tanda dan gejala pneumothoraks.

5.        Untuk mengetahui penatalaksanaan pneumothoraks .

6.        Agar mengerti pemeriksaan penunjang pada pasien pneumothoraks .

7.        Agar mengetahui komplikasi yang terjadi pada pneumothoraks .

8.        Agar mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien pneumothoraks.

D. Tujuan khusus sebagai berikut:

Mahasiswa mampu menerapkan definisi Pneumotharaks

Mahasiswa mampu mengetahui metelogi pada penyakit Pneumotharaks

Mahasiswa mampu menifestasi klinis pada Pneumotharaks

Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang pada Pneumotharaks

Page | 2

Page 4: Askep Pneumothorax

Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi yang terjadi pada klien Pneumotharaks

Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada Pneumotharaks

Mahasiswa mampu memahami patofisiologi pada Pneumotharaks

Mahasiswa mampu menerapkan askep

Mahasiswa mampu mengetahui pengkajian yang di lakukan

Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan fisik pada Pneumotharaks

Mahasiswa mampu melakukan diagnose keperawatan yang muncul

Mahasiswa mampu menerapkan tujuan pada Pneumotharaks

Mahasiswa mampu memahami criteria hasil pada Pneumotharaks

Mahasiswa mampu mengetahui intervensi

Mahasiswa mampu mengetaui rasional pada Pneumotharaks

BAB II KONSEP TEORI

Page | 3

Page 5: Askep Pneumothorax

1.  PENGERTIANPneumotarks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi sewaktu udara

atau gas lain masuk ke keruangan pleura yang mengelilingi paru.(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)

Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura (DR. Dr. Aru W. Sudoyo,Sp.PD, KHOM, 2006).

- Klasifikasi

Pneumothoraks lebih sering terjadi  pada penderita dewasa yag berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering dari pada wanita. Pneumothorax sering dijumpai pada musim penyakit batuk.

Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan penyebabnya:

1. Pneumotoraks spontan 

Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama. Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).  .(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)

    2. Pneumotoraks traumatik

Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor). Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu (misalnya torakosentesis). .(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)

3. Pneumotoraks karena tekanan

Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-paru mengalami kolaps. Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara efektif sehingga terjadi syok.    .(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)

2.  ETIOLOGIPneumothoraks terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara

melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronkhus. Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu bula yang disebut granulomatus fibrosis. Granulomatous fibrosis adalah salah satu penyebab tersaring terjadinya pneumothoraks, karena bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi empisema.

Nyeri mendadak di daerah dada akibat trauma pleura.Page | 4

Page 6: Askep Pneumothorax

Pernapasan yang cepat dan dangkal (Takipneu) serta dispneu umum terjadi.Apabila pnemotarks meluas, atau apabila yang terjadi adalah tension pnemotoraks dan

udara menumpuk di ruang pleura jantung dan pembuluh besar dapat bergeser ke paru yang sehat sehingga dada tanpak asimetris. Defiasi trakea juga dapat terjadi. .(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)

3.  MANIFESTASI KLINIK

a.    Sesak dapat sampai berat, kadang bisa sampai hilang dalam 24 jam apabila sebagian   paru  yang kolaps  sudah mengembang kembali.

b.   Distres  pernapasan berat, agitasi, sianosis, dan  takipnea berat.c.    Takikardi  dan peningkatan awal  TD diikuti  dengan hipotensi  sesuai dengan penurunan 

curah jantung.d.   Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

1.      Hidung tampak kemerahan2.      Cemas, stres, tegang3.      Tekanan darah rendah (hipotensi)4.      Nyeri dada

4.  PEMERIKSAAN PENUNJANG

Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat menunjang diagnose pneumotoraks, diantaranya:

- Foto rontgen

Gambaran radiologis yang tampak pada fotoröntgen kasus pneumotoraks antara lain:

* Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.

* Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massaradio opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.

* Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telahterjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yangtinggi.

* Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai berikut

* Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung, mulai dari basis sampai keapeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak di mediastinum.

Page | 5

Page 7: Askep Pneumothorax

* Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit. Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di mediastinum lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang mudah ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan sampai ke daerah dada depan dan belakang

.

* Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura,maka akan tampak permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma Foto Rö pneumotoraks (PA)

- Analisa Gas Darah

Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun pada kebanyakan pasien sering tidakdiperlukan. Pada pasien dengan gagal napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.

- Foto thoraks :

Pada foto tampak hitam yang merata dan bagian lain paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi dari paru.w

5.  KOMPLIKASI

a)   Pneumothoraks tension dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps, akibatnya pengisisan jantung menururn sehingga tekanan darah menurun.

b)    Pio-pneumothoraks, hidro pneumothoraks/ hemo-pneumothoraks: henti jantung paru dan kematian sangat sering terjadi.

c) pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispenia berat, yang menyebabkan kematian .(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)

6.  PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pneumothoraks tergantung dari jenis pneumothoraks antara lain  dengan melakukan :

1. Tindakan medis

Tindakan observasi, yaitu dengan mengukur tekanan intra pleura menghisap udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditunjukan pada pneumothoraks tertutup atau terbuka,sedangkan untuk pneumothoraks ventil tindakan utama yang harus dilakukan Page | 6

Page 8: Askep Pneumothorax

dekompresi tehadap tekanan intra pleura yang tinggi tersebut yaitu dengan membuat hubungan udara ke luar. .(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)

2. Tindakan dekompresi

Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara

    a.  Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura dengan demikian tekanan udara yang positif dirongga pleura akan berubah menjadi negatif kerena udara yang positif dorongga pleura akan berubah menjadi negatif  karena udara yang keluar melalui jarum tersebut.

b. Membuat hubungan dengan udara luar  melalui kontra ven il.

1)       Dapat memakai infus set

2)       Jarum abbocath

3)       Pipa  WSD ( Water Sealed Drainage )

Pipa khusus ( thoraks kateter ) steril, dimasukan kerongga pleura dengan perantara thoakar  atau dengan bantuan klem penjepit ( pean ). Pemasukan pipa plastik( thoraks kateter ) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan insisi kulit dari sela iga ke 4 pada baris aksila tengah atau pada garis aksila belakang. Swelain itu data pula melalui sela iga ke 2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung sela plastik didada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainya,posisi ujung pipa kaca yang berada dibotol sebaiknya berada 2 cm dibawahpermukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui tekanan tersebut.

 Penghisapan terus – menerus ( continous suction ).

 Penghisapan dilakukan terus – menerus apabial tekanan intra pleura tetap positif, penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10 – 20 cm H2O dengan tujuan agar paru cepat mengembang dan segera teryjadi perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parentalis.

 Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah negative lagi, drain drain dapat dicabut, sebelum dicabut drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, maka drain dicabut.

3. Tindakan bedah

Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi, dan dicari lubang yang menyebabkan pneumothoraks dan dijahit. Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka dilakukan pengelupasan atau dekortisasi. Dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau ada fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak

Page | 7

Page 9: Askep Pneumothorax

dapat dipertahankan kembali. Pilihan terakhir dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura ditempat fistel.

7.  PATOFISIOLOGIAlveoli disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek,

apabial alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli meningkat maka udara masuk dengan mudah menuju kejaringan peribronkovaskuler gerakan nafas yang kuat, infeksi dan obstruksi endrobronkial merupakan beberapa faktor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik peribronkovaskuler robekan pleura kearah yang berlawanan dengan tilus akan menimbulkan pneumothoraks, sedangkan robekan yang mengarah ke tilus dapat menimbulkan pneumomediastinum dari mediastinum udara mencari jalan menuju ke atas, ke arah leher. Diantara organ – organ medistinum terdapat jairngan ikat yang longgar sehingga mudah ditembus oleh udara . Dari leher udar menyebar merata di bawah kulit leher dan dada yang akhirnya menimbulkan emfisema sub kutis. Emfisema sub kutis dapat meluas ke arah perut hingga mencapai skretum.

8.   PENGKAJIAN FOKUSA.    DEMOGRAFI

Biodata pasien yang meliputi :1)      Identitas pasien :

a)      Namab)      Umurc)      Jenis Kelamind)     Agamae)      Status perkawinanf)       Pendidikang)      Pekerjaanh)      Tanggal Masuki)        No. Registerj)        Diagnosa medis

2)      Penanggung jawaba)      Namab)      Umurc)      Jenis Kelamind)     Pendidikane)      Pekerjaanf)       Hubungan dengan pasien

B.   RIWAYAT KESEHATAN1)  Riwayat penyakit saat ini

Keluhan sesak napas sering kali dating mendadak dan semakin lama semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan, dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah da riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan

Page | 8

Page 10: Askep Pneumothorax

dalam paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul didada atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.2)  Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru dimana sering terjadi pada pneumothoraks spontan.3) Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang mungkin menyebabkan pneumothoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dan lain-lain.

9. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya penurunan suara pernafasan pada sisi yang terkena. 

Trakea (saluran udara besar yang melewati bagian depan leher) bisa terdorong ke salah satu sisi karena terjadinya pengempisan paru-paru.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

1. Rontgen dada ( adanya udara diluar paru-paru)

2. Gas Darah Arteri.

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan  kekolapsan paru, pergeseran mediastinum.2.      Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan insersi WSD3.      Defisit volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dalam waktu cepat4.      Gangguan  mobilitas fisik berhubngan dengan ketidak nyamanan sekunder akibat

pemasangan WSD.5.     Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi terhadap  prosedur

tindakan WSD. 

11. FOKUS TUJUAN & KRITERIA HASIL, INTERVENSI DAN RASIONAL

Rencana KeperawatanDiagnosa Keperawatan

Perencanaan KeperawatanTujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kekolapsan paru, pergeseran mediastinum.

Klien memiliki pertukaran gas yang optimal selama terpasang WSD, dengan kriteria standar : klien memiliki tanda–tanda vital RR 12 – 20 X/menit, suhu 363 – 37 3 0C, nadi 80 – 100 kali/ menit, keutuhanWSD

1.   Berikan pengertian tentang prosedur tindakan WSD, kelancaran dan akibatnya.

2.   Periksa WSD lokasi insersi,

Pengertian akan membawa pada motivasi untuk berperan aktif sehingga tercipta perawatan mandiri.WSD yang obstruksi akan selalu

Page 11: Askep Pneumothorax

terjaga, aliran (udara/cairan) lancar, selang tidak ada obstruksi dan tidak terjadi sianosis pada klien.

selang drainage dan botol.

3.   Observasi tanda – tanda vital

4.   Observasi analisa blood gas.

5.   Kaji karakteristik suara pernapasan, sianosis terutama selama fase akut.

6.   Berikan posisi semi fowler (600- 900)

7.   Anjurkan klien untuk nafas yang efektif

8.   Bila perlu berikan oksigen sesuai advis

terkontrol karena klien dan keluarga kooperatif.Adanya kloting merupakan tanda penyumbatan WSD yang berakibat paru kolaps.Hipertemi, takikardi, takipnea merupakan tanda – tanda ketidakoptimalan fungsi paru.Ketidaknormalan ABG menunjukan adanya gangguan pernapasan.Adanya ronchi, rales dan sianosis merupakan tanda –tanda ketidakefektifan fungsi pernapasanPosisi ini menggerakan abdominal jauh dari diafragma sehingga memberikan fasilitas untuk kontraksi dan ekspansi paru maksimal.Nafas efektif akan melancarkan proses pertukaran gas.

Pemberian oksigen menurunkan kerja otot – otot pernafasan dan memberikan suplai tambahan oksigen.

Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan insersi WSD

Klien bebas dari infeksi pada lokasi insersi selama pemasangan WSD, dengan kriteria standart : Bebas dari tanda–tanda infeksi : tidak ada kemerahan, purulent, panas, dan nyeri yang meningkat serta

1.   Berikan pengertian dan motivasi tentang perawatan WSD

2.   Kaji tanda – tanda infeksi

3.   Monitor reukosit dan LED

Perawatan mandiri seperti menjaga luka dari hal yang septic tercipta bila klien memiliki pengertian yang optimalHipertemi,

Page 12: Askep Pneumothorax

fungsiolisa. Tanda – tanda vital dalam batas normal.

4.   Dorongan untuk nutrisi yang optimal

5.   Berikan perawatan luka dengan teknik aseptic dan anti septic

6.   Bila perlu berikan antibiotik sesuai advis.

kemerahan, purulent, menunjukan indikasi infeksi.Leukositosis dan LED yang meningkat menunjukan indikasi infeksi.Mempertahankan status nutrisi serta mendukung system immunePerawatan luka yang tidak benar akan menimbulkan pertumbuhan mikroorganismeMencegah atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme

Defisit volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dalam waktu cepat

Klien mempertahankan keseimbangan cairan selama prosedur tindakan WSD, dengan kriteria standar :memiliki drainage output yang optimal, turgor kulit spontan tanda–tanda vital dalam batas normal, mempertahankan Hb, hematokrit dan elektrolit dalam batas normal. Orientasi adekuat dan klien dapat beristirahat dengan nyaman.

1.   Catat drainage output setiap jam  sampai delapan jam kemudian 4 – 8 jam

2.   Observasi tanda–tanda defisit volume cairan

3. Berikan intake yang optimal bila   perlu melalui parenteral

40 – 100 ml cairan sangonius pada jam 8 post op adalah normal, tetapi kalau ada peningkatan mungkin menunjukan indikasi perdarahan.

Hipotensi, takikardi, takipnea, penurunan kesadaran, pucat diaporosis, gelisah merupakan tanda–tanda perdarahan yang mengarah defisit volume cairan.Intake yang optimal akan kebutuhan cairan tubuh. Cairan parenteral merupakan suplemen tambahan.

Gangguan mobilitas fisik sberhubngan dengan ketidak

Klien memiliki mobilitas fisik yang adekuat selama pemasangan WSD, dengan kriteria standar : Klien

1.   Kaji ROMpada ekstrimitas atas tempat insersi WSD

Mengetahui tangda – tanda awal  terjadinya kontraktur, sehingga

Page 13: Askep Pneumothorax

nyamanan sekunder akibat pemasangan WSD.

merasakan nyeri berkurang selama bernafas dan bergerak, klien memiliki range of motion optimal sesuai dengan kemampuannya, mobilitas fisik sehari – hari terpenuhi.

2.   Kaji tingkat nyeri dan pemenuhan aktifitas sehari – hari

3.   Dorong exercise ROMaktiif atau pasif ada lengan dan bahu dekat tempat insersi.

4.   Dorong klien untuk exercise ekstrimitas bawah dan bantu ambulansi

5.   Berikan tindakan distraksi dan relaksasi

bias dibatasi.Nyeri yang meningkat akan membatasi pergerakan sehingga mobilitas fisik sehari –hari mengalami gangguan.Mencegah stiffness dan kontraktur dari kurangnya pemakaian lengan dan bahu dekat tempat insersi

Mencegah stasis vena dan kelemahan otot

Distraksi dan relaksasi berfungsi memberikan kenyamanan untuk beraktifitas sehari – hari.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi terhadap prosedur tindakan WSD.

Klien mampu memverbalkan pengertian tentang prosedur tindakan WSD sesuai kemampuan dan bahasa yang dimiliki, dengan kriteria standar :Klien mampu memverbalkan alasan tindakan WSD, mampu mendemonstrasikan perawatan WSD minimal  mampu kooperatif terhadap tindakan yang dilakukan.

1.   Kaji keadaan fisik dan emosional klien saat akan dilakukan tindakan health education (penyuluhan)

2.   Berikan pengertian tentang prosedur tindakan WSD

3.  Demonstrasikan perawatan WSD i depan klien dan keluarganya.

Kondisi fisik tidak nyaman dan ketidak siapan mental merupakan factor utama adanya halangan penyampaian informasi.

Pengertian membawa perubahan pengetahuan, sikapdan psikomator.

Demonstrasi merupakan  suatu metode yang tepat dalam penyampaian suatu informasi sehingga mudah di pahami.

Page | 12

Page 14: Askep Pneumothorax

12. Evaluasi

Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai, diantaranya yaitu :

  - tidak adanya lubang dalam pleura

  - tidak adanya tanda-tanda infeksi tekanan udara dalam pleura kembali normal

 - tekanan darah normal

BAB III

PENUTUP

Page | 13

Page 15: Askep Pneumothorax

Kesimpulan.

Pneumothoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi sewaktu udara atau gas lain masuk ke keruangan pleura yang mengelilingi paru.(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)

Pneumotoraks dapat diklasifikasikan sesuai dengan penyebabnya :

Pneumothoraks Spontan (primer dan sekunder)

Pneumothoraks spontan primer terjadi tanpa disertai penyakit paru yang mendasarinya, sedangkan pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru yang mendahuluinya.

Tension Pneumothoraks

Disebabkan trauma tajam, infeksi paru, resusitasi kardiopulmoner.

Daftar Pustaka

Doenges, M.E. 2005. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Page | 14

Page 16: Askep Pneumothorax

Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system pernapasan. Jakarta:Salemba Medika

Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Doengoes, Marilynn, dkk, (2004), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta.

Tambahan W O C

Etiologi

Inspirasi

Tekanan intra pleura lebih (-) dari tekanan intra bronchial

Ekspirasi

Tekanan intra pleura lebih tinggi daritekanan di alveolus

Page 17: Askep Pneumothorax

Page | 15

Inspirasi

Tekanan intra pleura lebih (-) dari tekanan intra bronchial

Ekspirasi

Tekanan intra pleura lebih tinggi daritekanan di alveolus