36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retinoblastoma adalah tumor atau kanker pada masa anak- anak yang jarang terjadi tetapi dapat fatal (Sidarta Ilyas, 2003). Dua pertiga kasus muncul sebelum akhir tahun ketiga, walaupun jarang dilaporkan kasus-kasus yang timbul pada segala usia. Sekitar 10% tumor bersifat herediter. Gangguan ini merupakan tumor ganas intraokuler yang terjadi pada anak-anak terutama pada usia di bawah 5 tahun dan sebagian besar didiagnosis pada usia antara 6 bulan dan 2 tahun. Retinoblastoma dapat terjadi pada satu mata (unilateral) ataupun pada kedua mata (bilateral) dan biasanya berkembang pada usia 1 tahun atau 2 tahun. Retinoblastoma dapat menyerang laki-laki dan perempuan. Retinoblastoma terhitung hampir mendekati 11% dari seluruh kanker yang terjadi pada usia 1 tahun, namun 3% kanker terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun. Perbandingan penderita retinoblastoma kira-kira 1:18.000 dan 250-300 kasus baru terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. 70% kasus Retinoblastoma menyerang satu mata (unilateral) dan 30% kasus Retinoblastoma menyerang dua mata (bilateral). 90% pasien Retinoblastoma tidak mempunyai riwayat keluarga Retinoblastoma, hanya 10% pasien 1

Askep retinoblastoma

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Retinoblastoma adalah tumor atau kanker pada masa anak-anak yang jarang

terjadi tetapi dapat fatal (Sidarta Ilyas, 2003). Dua pertiga kasus muncul sebelum akhir

tahun ketiga, walaupun jarang dilaporkan kasus-kasus yang timbul pada segala usia.

Sekitar 10% tumor bersifat herediter. Gangguan ini merupakan tumor ganas intraokuler

yang terjadi pada anak-anak terutama pada usia di bawah 5 tahun dan sebagian besar

didiagnosis pada usia antara 6 bulan dan 2 tahun. Retinoblastoma dapat terjadi pada satu

mata (unilateral) ataupun pada kedua mata (bilateral) dan biasanya berkembang pada usia

1 tahun atau 2 tahun. Retinoblastoma dapat menyerang laki-laki dan perempuan.

Retinoblastoma terhitung hampir mendekati 11% dari seluruh kanker yang terjadi

pada usia 1 tahun, namun 3% kanker terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Perbandingan penderita retinoblastoma kira-kira 1:18.000 dan 250-300 kasus baru

terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. 70% kasus Retinoblastoma menyerang satu

mata (unilateral) dan 30% kasus Retinoblastoma menyerang dua mata (bilateral). 90%

pasien Retinoblastoma tidak mempunyai riwayat keluarga Retinoblastoma, hanya 10%

pasien Retinoblastoma yang mempunyai keluarga yang menderita Retinoblastoma.

Retinoblastoma biasanya tidak disadari sampai perkembangannya cukup lanjut

sehingga menimbulkan leukokoria, strabismus, atau peradangan. Semua anak dengan

strabismus atau peradangan harus diperiksa untuk mencari adanya Retinoblastoma. Pada

stadium-stadium awal, tumor biasanya terlihat hanya apabila dicari, misalnya pada anak

yang memiliki riwayat keluarga positif atau pada kasus-kasus dimana mata yang lain

telah terkena.

Sembilan puluh persen anak dengan Retinoblastoma dapat bertahan hidup dengan

kombinasi antara medikasi, radioterapi, atau prosedur laser. Anak-anak yang menderita

Retinoblastoma tidak tertutup kemungkinan untuk terjadi kanker yang lain, untuk itu

diperlukan pemeriksaan rutin oleh ahli mata dan onkologi anak.

1

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan askep klien dengan retinoblastoma.

Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi retinoblastoma.

b. Mengetahui etiologi/ faktor pencetus retinoblastoma.

c. Menyebutkan manifestasi klinis retinoblastoma.

d. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada retinoblastoma.

e. Mengetahui penatalaksanaan klien dengan retinoblastoma.

f. Mengetahui komplikasi dari retinoblastoma.

g. Mengetahui prognosis klien dengan retinoblastoma.

h. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan retinoblastoma.

1.3 Rumusan Masalah

a. Apa definisi retinoblastoma?

b. Apa etiologi/ faktor pencetus retinoblastoma?

c. Apa saja manifestasi klinis retinoblastoma?

d. Apa saja pemeriksaan diagnostik klien dengan retinoblastoma?

e. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan retinoblastoma?

f. Apa komplikasi dari retinoblastoma?

g. Bagaimana prognosis dari klien dengan retinoblastoma?

h. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan retinoblastoma?

1.4 Manfaat

a. Mendapatkan pengetahuan tentang retinoblastoma.

b. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan retinoblastoma.

c. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan retinoblastoma.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Retina

Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada

serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior

berakhir pada ora serata, di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan

terdapat macula lutea (bintik kuning) kira-kira 1-2 mm yang berperan penting untuk tajam

penglihatan. Di tengah macula lutea terdapat bercak mengkilap yang merupakan reflek

fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih

kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang di tengahnya agak melekuk dinamakan

eksvakasi foali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah

papil saraf optik.

Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini tersusun dalam

10 lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang merupakan

reseptor penglihatan, ditambah 4 jenis neuron :

1. Sel bipolar

2. Sel ganglion

3. Sel horizontal

4. Sel amakrin

Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel ganglia yang

disebut muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membrane pembatas dalam di

permukaan dalam retina dan membrane pembatas luar di lapisan reseptor.

Retina berbatasan dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas

lapisan :

1. Lapisan fotoreseptor

Merupakan lapisan terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping,

dan sel kerucut.

3

2. Membran limitan eksterna

Merupakan membran ilusi.

3. Lapisan nukleus

Merupakan susunan lapisan nukleus sel kerucut dan sel batang.

4. Lapisan pleksiform luar

Merupakan lapisan aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel

bipolar dan sel horizontal.

5. Lapisan nukleus dalam

Merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller. Lapisan ini mendapat

metabolisme dari arteri retina sentral.

6. Lapisan pleksiform dalam

Merupakan lapisan aseluler merupakan tempat sinaps sel tripolar, sel amakrin dengan sel

ganglion.

7. Lapisan sel ganglion

Merupakan lapisan badan sel daripada neuron kedua.

8. Lapisan serabut saraf

Merupakan lapisan akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di dalam lapisan-

lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.

9. Membran limitan interna

Merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.

Warna retina biasanya jingga, kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia dan

merah pada hyperemia.

4

Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti: tajam

penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pendangan. Pemeriksaan objektif adalah :

- Elektroretino-gram (ERG)

- Elektro-okulogram (EOG)

- Visual Evoked Respons (VER)

Fungsi retina

Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual yang dikirim ke

otak. Bagian sentral retina atau daerah macula mengandung lebih banyak fotoreseptor

kerucut daripada bagian perifer retina.

- Sel kerucut (cones), yang berjumlah 7 dan paling banyak di region fovea, berfungsi untuk

sensasi yang nyata (penglihatan yang paling tajam) dan penglihatan warna.

- Sel batang (rods), untuk sensasi yang samar-samar pada waktu malam atau cahaya

remang. Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang disebut rhodopsin.

2.2. Definisi

Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak

berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak (Donna L. Wong, 1996). 40%

penderita retinoblastoma merupakan penyakit herediter. Retinoblastoma merupakan tumor

yang bersifat autosomal dominan dan merupakan tumor embrional. Sebagian besar

penderita dengan retinoblastoma aktif ditemukan pada usia kurang dari 5 tahun, sedang

bila terdapat binokuler biasanya terdapat pada usia lebih muda atau 10 bulan.

5

Retinoblastoma dapat tumbuh ke luar (eksofitik) atau ke dalam (endofitik).

Retinoblastoma eksofitik timbul dari lapisan inti luar, dapat terlihat seperti ablasio retina

yang solid, tumbuh menembus keluar lapisan retina atau ke ruang sub retina.

Retinoblastoma endofitik timbul dari lapisan inti dalam serabut saraf dan lapisan ganglion

retina, tumbuh ke dalam vitreous. Tumor dapat meluas lewat infiltrasi vena-vena pada

daerah tersebut disertai metastasis hematogen ke tulang dan sumsum tulang. Kedua jenis

secara bertahap akhirnya mengisi mata dan melalui saraf optikus ke otak dan di sepanjang

saraf dan pembuluh-pembuluh emisari di sklera ke jaringan orbita lainnya. Secara

mikroskopis, sebagian besar retinoblastoma terdiri dari sel-sel yang kecil, tersusun rapat,

bundar atau poligonal dengan inti besar berwarna gelap dan sedikit sitoplasma. Kelainan-

kelainan degeneratif sering dijumpai dengan disertai nekrosis.

Retinoblastoma dapat terjadi pada satu mata (unilateral) ataupun pada kedua mata

(bilateral) dan biasanya berkembang pada usia 1 tahun atau 2 tahun. Retinoblastoma

dapat menyerang laki-laki dan perempuan.

Retinoblastoma dapat ditemukan dalam bentuk yang regresi terutama pada anak-

anak. Pada saat terakhir ini terlihat kenaikan jumlah anak menderita retinoblastoma di

Indonesia. Kenaikan insiden tumor ini mungkin sekali akibat sudah meningkatnya

penerangan akan tumor pada anak, sehingga para orang tua penderita lebih cepat

memeriksakan mata anaknya.

6

2.3. Klasifikasi dan Stadium

1. Golongan I

Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.

Terdapat pada atau dibelakang ekuator

Prognosis sangat baik

2. Golongan II

Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil

Prognosis baik

3. Golongan III

Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil

Prognosis meragukan

4. Golongan IV

Tumor multiple sampai ora serata

Prognosis tidak baik

5. Golongan V

Setengah retina terkena benih di badan kaca

Prognosis buruk

Terdapat tiga stadium dalam retinoblastoma :

• Stadium tenang

Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”.

• Stadium glaukoma

Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular meninggi.

• Stadium ekstraokuler

Tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar menyebabkan eksoftalmus kemudian

dapat pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya.

2.4 Etiologi

Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel dominan

protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14 yang berfungsi sebagai protektif

keganasan dan sering hilang pada beberapa tumor manusia dan berpotensi mengandung

7

gen supresor tumor (TSG). Bisa karena mutasi atau diturunkan. Mutasi terjadi akibat

perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan

replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan

kepada turunan sel tersebut. Sejumlah factor, termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet,

dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel

somatic dan kemudian ditentukan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi.

2.5 Manifestasi Klinis

a. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.

Seperti mata kucing. Reflek visualisasi yang berulang dari tumor. Ketika tumor

tumbuh di belakang retina. Reflek putih mungkin terlihat ketika tumor masih cukup

kecil. Observasi terbaik adalah ketika cahaya terang bersinar ke arah anak ketika anak

melihat ke depan. Ketika tumor tumbuh di perifer retina, harus dipertimbangkan

pembesaran ukurannya sebelum cahaya berhenti untuk menghasilkan reflek mata

kucing.

b. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling (strabismus), mata merah atau

terdapatnya warna iris yang tidak normal.

Strabismus terjadi karena fiksasi yang jelek dari daya penglihatan mata yang tidak

sama. Terutama jika tumor tumbuh di makula, area ketajaman cahaya pandang mata.

c. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, didalam bilik mata

depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.

d. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas didalam bola mata.

e. Bila terjadi nekrosis tumor, akan tejadi gejala pandangan berat.

f. Tajam penglihatan sangat menurun.

g. Nyeri

8

h. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan kaca

terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah

diatasnya.

i. Kebutaan

Biasanya berupa tanda yang terlambat, tapi kebutaan seringkali tidak jelas terdeteksi

kecuali orang tua mengamati sikap/tindakan anak yang menunjukkan tanda kehilangan

daya penglihatan.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

a. Ultrasonografi dan tomografi computer dilakukan terutama untuk pasien dengan

metastase keluar misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

b. Elektroretino-gram(ERG), berguna untuk menilai luas kerusakan pada retina.

c. Elektro-okulogram (EOG)

d. Visual Evoked Respons (VER), berguna untuk mengetahui adanya perbedaan

rangsang yang sampai ke korteks sehingga dapat diketahui adanya gangguan

rangsangan/penglihatan pada seseorang.

2.7 Penatalaksanaan

Semua tujuan terapi adalah untuk merusak tumor dan mempertahankan hidup.

Terapi primer retinoblastoma unilateral biasanya enukleasi, kendatipun pada kasus-kasus

tertentu, alternatif seperti kriotrapi (kemoterapi), fotokoagulan atau radiasi dapat

dipertimbangkan.

a. Bila tumor masih terbatas intraokuler, pengobatan dini mempunyai prognosis

yang baik, tergantung dari letak, besar dan tebal.

b. Pada tumor yang masih intraokuler dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi

laser, atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan

visus.

c. Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreous dan visus nol,

dilakukan enukleasi, yaitu pengangkatan bola mata dan dapat dilakukan

pemasangan bola mata buatan.

9

d. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di rongga orbita,

dilakukan kombinasi eksentrasi yaitu pengangkatan bola mata beserta palpebra.

Serta dapat dilakukan radioterapi, dan kemoterapi.

e. Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90% pasien retinoblastoma

bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma.

Jika satu mata yang terserang, pengobatan bergantung pada kalsifikasi tumor:

Golongan I dan II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherapy, fotokoagulasi

laser). Kadang-kadang digabung dengan kemoterapi.

Jika tumor besar (golongan IV dan V) mata harus dienukleasi segera. Mata tidak

terkena dilakukan radiasi sinar X dan kemoterapi.

2.8 Komplikasi

Dalam penanganan kanker, gejala umum harus diketahui. Misalnya saja untuk

kanker mata (retinoblastoma), akan muncul bintik putih (seperti pada mata kucing), dan

bola mata tampak lebih besar, mata menonjol, pendarahan pada mata secara spontan,

hingga mata mendadak juling. Ini bisa dialami pada usia anak di bawah empat tahun.

Gejala lain seperti pembengkakan hati, limfa, dan kelenjar getah bening. Penderita akan

mengalami juga penurunan kesadaran, gangguan keseimbangan, kejang, kelumpuhan

anggota gerak hingga otak.

2.9 Prognosis

Prognosis retinoblastoma terkait langsung dengan ukuran dan perluasan tumor.

Kebanyakan tumor yang terbatas pada mata dapat disembuhkan. Prognosis buruk apabila

terjadi perluasan ke orbita/saraf mata.

Tumor mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini dan intraokuler. Prognosis

sangat buruk bila sudah tersebar ekstra okuler pada saat pemeriksaan pertama. Tumor

dapat masuk ke dalam otak melalui saraf optic yang terkena infiltrasi sel tumor.

10

Prognosis juga bergantung pada ketepatan dan kecepatan tindakan. Apabila klien

datang dengan stadium dini maka penanganan juga dapat dilakukan sedini mungkin.

Prognosis buruk apabila klien datang dengan stadium lanjut.

2.10 Web of Caution (WOC)

(Terlampir)

11

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah

sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.

Retinoblastoma unilateral dan bilateral paling banyak pada kelompok usia 0 – 5 tahun

sebanyak 40.6% dan 46.9%. Laki-laki lebih banyak dari perempuan pada yang unilateral

(34.4 : 12.5%) dan bilateral (34.4% : 18.7%).

2. Keluhan utama

Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang nafsu makan,

gelisah, cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi infeksi pada luka post op, serta

perawatan dan pengobatan lanjutan dari tindakan operasi.

Umumnya pasien datang dengan keluhan mata merah dan sakit 31.3%, leukokoria 28.1%,

strabismus 21.9% dan proptosis 18.8%.

3. Riwayat kesehatan

Riwayat Kesehatan Sekarang

Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata tepatnya

pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.

Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan kemungkinan memakan

makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi ditempat lain misal: pernapasan.

Riwayat kesehatan keluarga

Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya ada anggota

keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.

4. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan

Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun bola mata.

Trauma sebelumnya dapat juga memberikan kelainan pada mata tersebut sebelum

meminta pertolongan.

12

5. Penyakit mata sebelumnya

Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata sebelumnya akan dapat

meenerangkan tambahan gejala-gejala penyakit yang dikeluhkan penderita. Seperti

glaukoma yang mengakibatkana TIO meningkat.

6. Penyakit lain yang sedang diderita

Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat pula

memperburuk keadaan klien.

7. Riwayat psikologi

a. Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang dialami pasien :

cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya.

b. Mekanisme koping.

8. Pemeriksaan khusus mata

a. Pemeriksaan tajam penglihatan

Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata sehingga dapat

merusak semua organ di mata yang menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun.

b. Pemeriksaan gerakan bola mata

Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat merusak

saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV dan VI maka akan menyebabkan

mata juling.

c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal

Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea, bilik

mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada retinoblastoma didapatkan :

- Leukokoria

Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.

- Hipopion

Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.

13

- Hifema

Yaitu terdapatnya darah pada pembuluh darah, biasanya terjadi karena trauma.

- Uveitis

d. Pemeriksaan pupil

Leukokoria (reflek pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan dan gejala yang

paling sering ditemukan pada penderita dengan retinoblastoma.

e. Pemeriksaan funduskopi

Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papi saraf optik, dan retina.

Pada retinoblastoma ditemukan refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang

banyak dalam badan kaca.

f. Pemeriksaan tekanan bola mata

Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.

3.2 Analisis Data

No Data Etiologi Masalah1. Data objektif :

Ketajaman penglihatan menurun

Strabismus Mata merah Bola mata membesar Tekanan bola mata

meningkat Leukokoria

Gangguan penerimaan sensori pada lapisan

fotoreseptor↓

Ketajaman penglihatan menurun

↓Gangguan persepsi sensori

penglihatan

Gangguan persepsi sensori penglihatan

2. Data objektif : Adanya massa tumor Tajam penglihatan menurun Tekanan bola mata

meningkat Leukokoria

Peningkatan massa↓

Penekanan syaraf optik↓

Keterbatasan lapang pandang

↓Resiko tinggi cedera

Resiko tinggi cedera

14

3. Data subjektif : Mengeluh nyeri Mengeluh sakit kepala

Data objektif : Aktivitas kurang Ekspresi meringis Sering menangis

Kompresi/dekstruksi jaringan saraf

↓Sakit kepala

↓Nyeri

↓Sering menangis

↓Aktifitas kurang

↓Gangguan rasa nyaman

Gangguan rasa nyaman : nyeri

4. Data subjektif : Klien mengeluh badan

panasData objektif :

RR > 22 Suhu > 37,5

Insisi jaringan↓

Ada perlukaan↓

Resiko infeksi

Resiko infeksi

5. Data subjektif : Takut

Data objektif : Gelisah Sering menangis

Lingkungan dan kebiasaan asing

↓Takut berpisah dengan

orang tua↓

Sering menangis↓

Cemas

Cemas

6. Data subjektif : Klien mengeluh malu Klien mengeluh takut

Data objektif : Rasa percaya diri berkurang Menutup diri

Perubahan penampilan setelah operasi

↓Malu

↓Gangguan citra diri

Gangguan citra diri

7. Data objektif : Berontak Menangis Kehilangan control Agresif Marah

Kesulitan pemahaman/ pengertian/

mempersepsikan sakit↓

Pengingkaran/denial↓

Agresif, marah↓

Perubahan kepribadian dan perilaku

Perubahan kepribadian dan prilaku

15

8. Data objektif : Keluarga sering bertanya Keluarga nampak murung Keluarga nampak gelisah Pertanyaan/ pernyataan

keluarga salah konsepsi

Diagnosa kebutaan anak↓

Keluarga nampak gelisah↓

Pertanyaan/ pernyataan keluarga salah konsepsi

↓Perubahan proses keluarga

Perubahan proses keluarga

9. Data objektif : Tidak akurat mengikuti

instruksi Keluarga Nampak murung Keluarga gelisah Pertanyaan/ pernyataan

keluarga salah konsepsi

Kurangnya informasi mengenai penyakit anaknya

↓Keluarga murung

↓Keluarga gelisah

↓Pertanyaan/ pernyataan keluarga salah konsepsi

↓Tidak akurat mengikuti

instruksi↓

Kurangnya pengetahuan keluarga

Kurangnya pengetahuan keluarga

10. Data objektif : Kurang percaya diri Ngompol Regresi Suka mengisap jari

Pembatasan aktivitas↓

Fungsi motorik terganggu↓

Kurang percaya diri↓

Risiko keterlambatan perkembangan

Risiko keterlambatan perkembangan

11. Data subjektif : Klien mengeluh mual dan

muntah Klien mengeluh diare

Data objektif : Turgor kulit buruk Ubun-ubun cekung Mukosa bibir kering

Efek samping kemoterapi↓

Mual/muntah/diare↓

Dehidrasi↓

Kekurangan volume cairan

Kekurangan volume cairan

16

12. Data subjektif : Klien mengeluh nyeri

Data objektif : Klien merintih dan

menangis

Insisi jaringan↓

Ada perlukaan↓

Merintih/menangis↓

Nyeri

Nyeri

3.3 Diagnosa keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan retinoblastoma antara lain :

1. Gangguan persepsi sensori.

2. Risiko tinggi cedera.

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri

4. Cemas.

5. Perubahan kepribadian dan perilaku.

6. Risiko keterlambatan perkembangan.

7. Perubahan proses keluarga.

8. Kurangnya pengetahuan keluarga.

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penatalaksanaan kemoterapi :

1. Cemas

2. Kekurangan volume cairan

3. Gangguan citra diri.

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penatalaksanaan pembedahan :

Pre operasi :

1. Cemas

2. Kurangnya pengetahuan keluarga.

17

Post operasi :

1. Nyeri.

2. Risiko infeksi.

3. Gangguan citra diri.

Diagnosa Keperawatan :

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan

sensori dari organ penerima.

2. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai prosedur operasi.

3. Nyeri berhubungan dengan perlukaan akibat insisi jaringan.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh.

5. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan pasca operasi.

6. Risiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan pembatasan aktivitas

dalam proses hospitalisasi.

3.4 Intervensi Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan

sensori dari organ penerima.

Tujuan: Mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.

Kriteria hasil:

1. Berpartisipasi dalam program pengobatan

2. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap pengobatan

3. Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan

Intervensi:

1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakan satu atau kedua mata yang terlibat.

R/ kebutuhan individu dan pilihan intervensi sangat bervariasi sebab kehilangan

penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada

laju yang berbeda.

2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya.

R/ memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, dan menurunkan cemas.

3. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan.

18

R/ memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan

untuk pertolongan bila diperlukan.

4. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan

penglihatan.

R/ sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan

atau mengalami pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau total. Meskipun

kehilangan penglihatan telah terjadi tak dapat diperbaiki, kehilangan lebih lanjut

dapat dicegah.

5. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan,

contoh, atur perabot/ permainan, perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan

malam.

R/ menurunkan bahaya keamanan,sehubungan dengan perubahan lapang pandang/

kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.

6. Siapkan intervensi bedah sesuai indikasi : enukleasi

R/ pengangkatan bola mata, dilakukan apabila tumor sudah mencapai seluruh vitreous

dan visus nol, dilakukan untuk mencegah tumor bermetastasis lebih jauh.

7. Siapkan pelaksanaan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatik.

R/ dilakukan apabila tumor masih intraokuler, untuk mencegah pertumbuhan tumor

akan mempertahankan visus.

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai prosedur operasi.

Tujuan: kecemasan teratasi.

Kriteria hasil:

1. Tampak rileks dan melaporkan cemas menurun sampai tingkat dapat teratasi

2. Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah

3. klien mendiskusikan rasa cemasnya.

Intervensi:

1. Observasi tingkat ansietas.

R/ factor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri dan potensial

siklus ansietas.

19

2. Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan dengan keluarga prosedur,

manfaat dan dampak operasi.

R/ menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/ harapan yang akan

datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tantang

pengobatan.

3. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.

R/ memberikan kesempatan kepada pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi

salah konsepsi dan pemecahan masalah.

4. Beri penjelasan dan support pada klien pada saat setiap melakukan tindakan.

R/ mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan.

3. Nyeri berhubungan dengan perlukaan akibat insisi jaringan.

Tujuan: nyeri teratasi.

Kriteria hasil:

1. Menunjukkan/melaporkan hilangnya nyeri maksimal

2. Menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam aktifitas/tidur/istirahat

dengan maksimal

3. Menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi

untuk situasi individu.

Intervensi:

1. Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala

0-10) dan tindakan penghilangan yang digunakan.

R/ Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan

intervensi.

2. Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya: reposisi) dan aktivitas hiburan.

R/ meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.

3. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (misalnya: teknik relaksasi,

visualisasi, bimbingan imaginasi), tertawa, music, dan sentuhan terapeutik.

R/ memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa

kontrol.

20

4. Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter.

R/ rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk kontrol nyeri. Terutama

dengan nyeri kronis, pasien/orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam

manajemen nyeri di rumah.

5. Berikan analgesic sesuai indikasi (misalnya: morfin, metadon).

R/ nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respon individual berbeda.

Saat perubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian akan

diperlukan.

6. Evaluasi/sadari terapi tertentu. Misalnya pembedahan, kemoterapi, bioterapi, ajarkan

pasien/orang terdekat apa yang diharapkan.

R/ Ketidaknyamanan rentang luas adalah umum (misalnya nyeri insisi, sakit kepala)

tergantung pada prosedur/agen yang digunakan.

7. Evaluasi penglihatan nyeri/kontrol nilai aturan pengobatan bila perlu.

R/ bertujuan untuk mengontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada

AKS.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh.

Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan dan

sesudah pembedahan.

Kriteria hasil : RR normal (16-22)

Temperature normal (37-37,5oC)

Intervensi :

1. Ciptakan lingkungan ruanganyang bersih dan bebas dari kontaminasi lingkungan

luar.

R/ Mengurangi kontaminasi dan paparan pasien terhadap agen infeksius.

2. Jaga area kesterilan luka operasi.

R/ Mencegah dan mengurangi transmisi kuman.

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

R/ Melindungi klien dari sumber-sumber infeksi dan mencegah infeksi silang.

4. Lakukan teknik aseptic dan disinfeksi secara tepat dalam merawat luka.

R/ Mencegah kontaminasi pathogen.

21

5. Kolaborasi pemberian antibiotic.

R/ Mencegah pertumbuhan dan perkembangan kuman.

5. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan pasca operasi.

Tujuan : tidak terjadi gangguan citra diri.

Kriteria hasil : Menyatakan penerimaan situasi diri.

Memasukkan perubahan konsep diri tanpa harga diri negative.

Intervensi :

1. Gali perasaan dan perhatian anak terhadap penampilannya.

R/ meningkatkan keterbukaan klien.

2. Dukung sosialisasi dengan orang-orang di sekitar klien.

R/ Meningkatkan harga diri klien.

3. Anjurkan untuk memakai kacamata hitam.

R/ menutupi kekurangan dan meningkatkan citra diri klien.

4. Berikan umpan balik positif terhadap perasaan anak.

R/ Umpan balik dapat membuat klien berusaha lebih keras lagi mengatasi

masalahnya.

6. Risiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan pembatasan aktivitas dalam

proses hospitalisasi.

Tujuan : tidak terjadi keterlambatan perkembangan.

Kriteria Hasil : 1. Nyaman dalam proses hospitalisasi

2. Tidak terjadi regresi

3. Tidak ngompol

Intervensi :

1. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak

R/ Meningkatkan kemampuan kontrol diri.

2. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit

R/ Mengorientasikan situasi rumah sakit.

22

3. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak

R/ upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan

4. Berikan kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam

perencanaan kegiatan.

R/ keluarga dapat membantu proses perawatan selama hospitalisasi

5. Buat jadwal untuk prosedur terapi dan latihan.

R/ Menurunkan tingkat kejenuhan selama hospitalisasi.

6. Lakukan pendekatan melalui metode permainan.

R/ Metode permainan merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan

konflik dalam dirinya yang tidak disadari.

23

BAB IV

PENUTUP

1.1 Simpulan

Retinoblastoma adalah Gangguan ini merupakan tumor ganas intraokuler yang

terjadi pada anak-anak terutama pada usia di bawah 5 tahun dan sebagian besar

didiagnosis pada usia antara 6 bulan dan 2 tahun yang mengakibatkan sulit melihat

dengan jelas sehingga dia merasakan kegelisahan, takut, berdampak pada penurunan

aktivitas sehingga dapat mengalami dapat mengalami perubahan pertumbuhan dan

perkembangan.

4.2 Saran

Menurut penjelasan kami di atas, kita harus mencegah kehadiran penyakit apapun

semaksimal mungkin. Walaupun retinoblastoma ini bersifat herediter, kita dapat

mencegah komplikasi lebih lanjut dengan menerapkan asuhan keperawatan dengan benar

sebagai usaha preventif agar tidak terjadi masalah lebih lanjut. Kita juga harus

memeriksakan mata apabila ada kecurigaan atau tanda-tanda yang tidak biasa muncul

untuk dapat menanggulangi secara dini sehingga resiko terberat dapat dicegah.

24

DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Behrman, Kliegman.1996. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak Ed 5 Vol 3. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 10. Jakarta: EGC

Ilyas, Sidarta,dkk.2003.Sari Ilmu Penyakit Mata.Jakarta:FKUI

Istiqomah, Indriana N.2005.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata.Jakarta:EGC

Voughan, Daniel G,dkk.1996.Oftalmologi Umum.Ed 14.Jakarta:Widya Medika

Wilkinson, Judith M.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

Wong, L. Donna.1996.Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik Ed 4. Jakarta: EGC

http://dc112.4shared.com/download/73191973/cdbebbb2/

ASKEP_PADA_GANGGUAN_SISTEM_PENGLIHATAN_RETINOBLASTOMA.pd

f?tsid=20091005-084716-db02c2c6

25