29
Askep Spondylolisthesis Abror Shodiq

Askep Spondylolisthesis 1

  • Upload
    ya-n

  • View
    396

  • Download
    27

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep Spondylolisthesis 1

Askep Spondylolisthesis

Abror Shodiq

Page 2: Askep Spondylolisthesis 1

Pengertian

• “spondylolisthesis” berasal dari bahasa yunani : – Spondylo = vertebra– Listhesis = pergeseran– Lysis = melepaskan

• Spondilolisthesis : pergeseran vertebra kedepan terhadap segment yang lebih rendah,yang biasa terjadi pada lumbal vertebra ke 4 atau ke 5 akibat kelainan pada pars interartikularis (Dorland edisi 25).

Page 3: Askep Spondylolisthesis 1

Perbedaan

Page 4: Askep Spondylolisthesis 1
Page 5: Askep Spondylolisthesis 1

Pengertian

• Spondylolisthesis menunjukkan suatu pergeseran kedepan satu korpus vertebra bila dibandingkan dengan vertebra yang terletak dibawahnya.

• Umumnya terjadi pada pertemuan lumbosacral (lumbosacral joints) dimana L5 bergeser (slip) diatas S1, akan tetapi hal tersebut dapat terjadi pada tingkatan yang lebih tinggi.

• Spondylolisthesis pada cervical sangat jarang terjadi.

Page 6: Askep Spondylolisthesis 1

Pengertian

• Defek pada tulang umumnya terjadi pada masa kanak-kanak lanjut.

• Biasanya akibat stres fraktur yang terjadi akibat tekanan berlebihan pada arkus laminar vertebra.

• Tekanan yang berlebihan tersebut umumnya akibat posisi berdiri keatas atau aktivitas atletik yang menggunakan penyangga punggung (misalnya senam, sepakbola, dan lain sebagainya).

Page 7: Askep Spondylolisthesis 1
Page 8: Askep Spondylolisthesis 1

Etiologi

• Bersifat multifaktorial– Faktor predisposisinya antara lain : • gravitasi, • tekanan rotasional dan stress fraktur / tekanan

kosentrasi tinggi pada sumbu tubuh

Page 9: Askep Spondylolisthesis 1

Epidemiologi

• Usia– 5% pada umur 5-7 tahun dan meningkat sampai 6-

7% pada umur 18 tahun• Seks– Pria>wanita perbandinagn 2:1

• Suku bangsa– Orang berkulit putih 6,4%, > orang yang berkulit

hitam 2,8%.

Page 10: Askep Spondylolisthesis 1

Klasifikasi

• Lima tipe utama spondylolisthesis (Wiltse et al, 1976):1. Tipe I ( Diplastik )• bersifat sekunder akibat kelainan kongenital pada

permukaan sakral superior dan permukaan L5 inferior atau keduanya dengan pergeseran vertebra L5.

2. Tipe II ( Isthmic atau Spondilolitik )• pergeseren satu vertebra yang lesinya terletak pada

bagian isthmus atau pars interartikularis.

Page 11: Askep Spondylolisthesis 1

Tipe II• Tipe IIA

– Disebut juga lytic atau stress spondilolisthesis akibat mikro fraktiur rekuren yang disebabkan oleh hipereksetensi.

– sering terjadi pada pria.• Tipe IIB

– terjadi akibat mikro-fraktur pada pars interartikularis– pars interartikularis meregang dimana fraktur mengisinya dengan

tulang baru.• Tipe IIC

– sangat jarang terjadi, dan disebabkan oleh fraktur akut pada bagian pars interartikularis.

– diperlukan Pencitraan radioisotop diperlukan dalam menegakkan diagnosis kelainan ini.

Page 12: Askep Spondylolisthesis 1

Klasifikasi

• Tipe III ( degeneratif )– akibat degenerasi permukaan sendi lumbal.– Perubahan pada permukaan sendi tersebut akan mengakibatkan

pergeseran vertebra ke depan atau ke belakang.– Tipe spondylolisthesis ini sering dijumpai pada orang tua.– tidak terdapatnya defek dan pergeseran vertebra tidak melebihi 30%.

• Tipe IV(traumatik )– berhubungan dengan fraktur akut pada elemen posterior (pedikel,

lamina atau permukaan / facet) dibandingkan dengan fraktur pada bagian pars interartikularis

• Tipe V(patologik )– terjadi karena kelemahan struktur tulang sekunder akibat proses

penyakit seperti penyakit Pagets, Giant Cell Tumor, dan tumor atau penyakit tulang lainnya.

Page 13: Askep Spondylolisthesis 1
Page 14: Askep Spondylolisthesis 1
Page 15: Askep Spondylolisthesis 1

Progression from Spondylolysis to Spondylolisthesis

Page 16: Askep Spondylolisthesis 1

Patofisiologi

• Faktor biomekanik sangat penting perannya dalam perkembangan spondilolisis menjadi spondylolisthesis.

• Tekanan / kekuatan gravitasional dan postural akan menyebabkan tekanan yang besar pada pars interartikularis.

• Lordosis lumbal dan tekanan rotasional dipercaya berperan penting dalam perkembangan defek litik pada pars interartikularis dan kelemahan pars interartikularis pada pasien muda.

• Terdapat hubungan antara tingginya aktivitas selama masa kanak-kanak dengan timbulnya defek pada pars interartikularis

Page 17: Askep Spondylolisthesis 1

Manifestasi Klinis

• Terbatasnya pergerakan tulang belakang• Kekakuan otot hamstring ( otot betis )• Tidak dapat mengfleksikan panggul dengan lutut

yang berekstensi penuh.• Hiperlordosis lumbal dan thorakolumbal• Hiperkifosis lumbosacral junction• Pemendekan badan jika terjadi pergeseran

komplit (spondiloptosis).• Kesulitan berjalan

Page 18: Askep Spondylolisthesis 1

Diagnosis

1. Gambaran klinis– Nyeri punggung pada regio yang terkena merupakan gejala khas. – Umumnya nyeri yang timbul berhubungan dengan aktivitas. – Bila melakukan aktivitas maka nyeri makin bertambah hebat dan

istirahat akan dapat menguranginya. – Spasme otot dan kekakuan dalam pergerakan tulang belakang

merupakan ciri spesifik. – Gejala neurologis seperti nyeri pada bokong dan otot hamstring

tidak sering terjadi kecuali jika terdapatnya bukti adanya subluksasi vertebra.

– Keadaan umum pasien biasanya baik dan masalah tulang belakang umumnya tidak berhubungan dengan penyakit.

Page 19: Askep Spondylolisthesis 1
Page 20: Askep Spondylolisthesis 1

2. Gambaran fisik– Subluksasio bersifat ringanPostur normal– Subluksasi berat gangguan bentuk postur

Page 21: Askep Spondylolisthesis 1

3. Pemeriksaan Penunjanga. RontgenX ray

Pada pasien dengan spondylolisthesis harus dilakukan pada posisi tegak/berdiri.

b. CT-ScanBone scan (SPECT scan) bermanfaat dalam diagnosis awal reaksi stress / tekanan pada defek pars interartikularis yang tidak terlihat baik dengan foto polos.

c. MRIMRI sekarang lebih sering digunakan karena selain dapat mengidentifikasi tulang juga dapat mengidentifikasi jaringan lunak (diskus, kanal, dan anatomi serabut saraf) lebih baik dibandingkan dengan foto polos.

Page 22: Askep Spondylolisthesis 1

Penatalaksanaan1. Terapi nonsurgical

a. tirah baringb. obat antiinflamasi untuk mengurangi edemac. analgesik untuk mengontrol nyerid. therapy physical serta olahraga untuk melatih kekuatan dan flexibilitas.

2. Terapi pembedahan (surgical)Indikasi pembedahan :a. Klaudikasio neurogenik.b. Pergeseran berat (high grade slip>50%)c. Pergeseran tipe I dan Tipe II, dengan bukti adanya instabilitas, progresifitas

listesis, dan kurang berespon dengan terapi konservatif.d. Spondylolisthesis traumatik.e. Spondylolisthesis iatrogenik.f. Listesis tipe III (degeneratif) dengan instabilitas berat dan nyeri hebat.g. Deformitas postural dan abnormalitas gaya berjalan (gait abnormality).

Page 23: Askep Spondylolisthesis 1
Page 24: Askep Spondylolisthesis 1

Prognosis

• Secara umum pasien dengan isthmic spondylolisthesis grade I dan II à prognosa cukup baik dengan terapi konservatif

• Isthmic spondylolisthesis grade III à lebih mempunyai prognosis bervariasi dan kadang-kadang disertai dengan nyeri yang persisten pada tulang belakang.

• Terapi pembedahan memberikan perbaikan pada gejala claudicatio dan radikular

• Terapi pembedahan dengan dekompresi memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi gejala dari extremitas bagian bawah.

Page 25: Askep Spondylolisthesis 1

Askep

1. AnamnesaKeluhan utama, riwayat perawatan sekarang, Riwayat kesehatan dahulu, Riwayat kesehatan keluarga

2. Pemeriksaan FisikPengkajian terhadap masalah pasien terdiri dari awitan, lokasi dan penyebaran nyeri, parestesia, keterbatasan gerak dan keterbatasan fungsi leher, bahu dan ekstremitas atas. Pengkajian pada daerah spinal servikal meliputi palpasi yang bertujuan untuk mengkaji tonus otot dan kekakuannya.

3. Pemeriksaan Penunjang

Page 26: Askep Spondylolisthesis 1

Diagnosa Keperawatan yang Muncul

1. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme

otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus

3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi

mengenai kondisi, prognosis dan tindakan pengobatan.

Page 27: Askep Spondylolisthesis 1

Intervensi

1. Nyeri b.d kompresi saraf, spasme otot– Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus

/ yang memperberat. Tetapkan skala 0 – 10.– Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang

spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang.

– Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi– Bantu pemasangan brace / korset– Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan– Ajarkan teknik relaksasi– Kolaborasi : analgetik, traksi, fisioterapi

Page 28: Askep Spondylolisthesis 1

Intervensi

2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus– Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang

gerak pasif dan aktif– Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif– Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang

tertekan setelah rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.

– Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi– Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat.– Kolaborasi : analgetik

Page 29: Askep Spondylolisthesis 1

Matur Nuwun