ASTRONESIA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hhh

Citation preview

BAB I

PendahuluanAustronesia merupakan bahasa yang memiliki cakupan wilayah yang besar. Persebaran bahasa Austronesia sampai batas yang telah diketahui saat ini dapat dipastikan telah melalui proses yang panjang. Berbagai penelitian tentang bahasa Austronesia pun masih dilakukan oleh sejumlah pihak. Akan tetapi, sampai saat ini penjelasan mengenai persebaran bahasa Austronesia masih menuai perdebatan di antara para linguis. Buku Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago: Revised Edition (Bellwood: 1997) merupakan salah satu buku yang memberikan penjelasan mengenai perkembangan bahasa Austronesia, lebih khusus lagi pada bab ke-IV. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan bab ke-IV pada bagian pembahasan artikel ini agar dapat memberikan gambaran mengnenai perkembangan bahasa Austonesia.Ethnolinguisitik berasal dari bahasa Latin, ethnos yang berarti bangsa dan lingua yang artinya bahasa. Dengan demikian, maka ethnolnguisiti adalah ilmu yang mempelajari penyebaran bahasa-bahasa di dunia. Penyebaran bahasa berkaitan dengan penyebaran penduduk pengguna bahasa tersebut. Di Indonesia, terdapat ratusan lebih bahasa lokal yang tersebar hampir di seluruh wilayah nusantara. Pemetaan bahasa-bahasa lokal di Indonesia dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu bahasa Austronesia, bahasa Papua.BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Bahasa AustronesiaWilayah Indo-Malaysia merupakan wilayah yang memiliki keragaman bahasa yang tinggi. Hampir seluruh bangsa Indo-Malaysia berbicara dengan bahasa yang termasuk ke dalam keluarga bahasa Austronesia. Hanya orang asli semenanjung Malaysia dan beberapa orang dari timur Indonesia yang tidak menggunakan bahasa Austronesia. Bangsa tersebut masing-masing menggunakan bahasa Aslian dan bahasa-bahasa Papua. Dalam keluarga bahasa Austronesia, diperkirakan terdapat 1200 bahasa yang mencakup wilayah Madagaskar hingga ke Pulau Paskah.

Setelah melihat kenyataan tentang bahasa Austronesia, dapat diketahui bahwa asal bahasa tersebut telah melewati masa ekspansi besar-besaran. Untuk menjelaskan ekspansi tersebut, Swadesh (1964: 575) memberi tiga cara yang dapat dilakukan, yaitu, pertama dengan mencari fakta tentang kesamaan budaya, kedua dengan melihat kesamaan karakteristik bahasa, seperti fonem, kosakata, dan tata bahasanya, ketiga dengan merekontruksi kosakata dasar sampai ditemukan kosakata proto.

Dalam pembagiannya, bahasa dibedakan dari dialek. Dikatakan dialek bila kesamaan kosakata yang dimiliki mencapai 80%. Akan tetapi, dalam perkembangannya, dialek-dialek yang ada dapat membentuk bahasa sendiri-sendiri. Bahasa-bahasa yang saling berhubungan dikelompokan dalam keluarga bahasa, dan keluarga bahasa. Satu bahasa membentuk beberapa bahasa hingga terbentuk satu keluarga bahasa dalam waktu yang lama dan proses yang panjang. Bahasa yang menurunkan bahasa-bahasa lain tersebut dinamakan bahasa proto.

Menurut Robert Blust, bahasa Austronesia terdiri atas dua sub rumpun utama yang dibagi berdasarkan karakteristik fonologi dan kosakatanya, yakni bahasa Melayu-Polinesia dan Formosa. Rumpun bahasa Melayu-Polinesia mencakup seluruh bahasa Austronesia yang tidak digunakan di Taiwan, sedangkan bahasa Formosa mencakup bahasa-bahasa di Taiwan. Bahasa Melayu-Polinesia, berdasarkan persebarannya, terbagi atas bahasa Melayu-Polinesia Barat (Filipina, Vietnam, Madagaskar, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa Barat, dan sebagian Mikronesia) dan Melayu-Polinesia Tengah-Timur. Melayu-Polinesia Tengah-Timur mencakup bahasa Melayu-Polinesia Tengah (Sunda Kecil dan sebagian besar Maluku) dan Melayu-Polinesia Timur (Halmahera Selatan dan Kepulauan Pasifik). Lebih khusus lagi, Melayu-Polinesia Timur terbagi atas bahasa-bahasa Halmahera Selatan-Papua Nugini Barat dan bahasa-bahasa Oceanic.

Mengenai tempat asal bahasa Proto-Austronesia, berbagai penelitian yang dilakukan oleh banyak linguis seperti Dahl, Dyen, Foley, Harvey, dan lain-lain menyebutkan bahwa tempat itu adalaha Taiwan. Walaupun banyak penelitian mengatakan bahwa Taiwan adalah tanah asal bahasa Proto-Austronesia, wilayah tersebut tidak sepenuhnya menjadi pusat perkembangan bahasa Austronesia. Bahasa Proto-Austronesia terbentuk dari bahasa yang digunakan di daratan Cina Selatan. Bahasa yang membentuk bahasa Proto-Austronesia tersebut disebut bahasa Inisial Austronesia.

Bahasa dapat berubah seiring dengan perpindahan manusia. Ekspansi yang dilakukan oleh penutur suatu bahasa proto tentu saja membuat bahasa tersebut berubah. Satu bahasa dapat menjadi beberapa bahasa apabila ekspansi dilakukan besar-besaan. Hal itulah yang terjadi pada bahasa Austronesia. Misalnya saja pada bahasa Melayu-Polinesia Barat. Ekspansi mengakibatkan bahasa tersebut hanya memiliki kesamaan rata-rata 41% dengan bahasa protonya. Jadi, pengelompokkan bahasa menjadi beberapa sub didasarkan pada perubahannya.

Indonesia merupakan salah satu wilayah yang menuturkan bahasa Austronesia. Akan tetapi, Papua Nugini yang merupakan wilayah Indonesia Timur tidak termasuk ke dalam penutur bahasa Austronesia. Wilayah tersebut merupakan wilayah bahasa-bahasa Papua. Bahasa-bahasa Papua dan Austronesia dapat dikatakan memiliki keterkaitan. Terkurungnya wilayah penutur bahasa Papua oleh wilayah penutur bahasa Austronesia bukan disebabkan oleh terlewatnya wilayah tersebut dari ekspansi. Bahasa Papua dan Austronesia di wilayah Melanesia berasal dari bahasa yang sama. Perbedaan yang menjadikan kedua bahasa tersebut berbeda hanya terletak pada waktu dan kecepatan perkembangan linguistiknya.B. Bahasa PapuaBahasa Papua merupakan bahasa yang terdapat dan digunakan oleh sebagian besar penduduk daerah Provinsi Papu. Berdasarkan wilayah persebaran, bahasa-bahasa Papua dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok besar yang oleh para ahli linguistik disebut sebagai phylium (fila) yaitu fila bahasa-bahasa Melanesia dan fila bahasa-bahasa non Melanesia.Fila bahasa-bahasa Mealnesia merupakan bagian tengah selatan dari fila besar bahasa-bahasa Austronesia (19,5% dari seluruh bahasa yang terdapat di Papua). tersebar di daerah pantai, dan beberapa terdapat di daerah pedalaman. Sedangkan fila bahasa-bahasa non Melanesia (80,5%) merupakan khas Papua, yang tidak memiliki hubungan linguistik dengan bahasa-bahasa di luar Papua dan Papua Nugini, kecuali dengan beberapa bahsa di Pulau Timur, Alor, Pantar, dan Halmahera. Fila non Melanesia ini disebut bahsa asli Papua, tersebar di daerah pantai dan pedalaman.

Perbedaan wilayah persebaran bahasa di Papua menurut para ahli bahasa dan sejarah merupakan akibat dari sejarah daerah. Orang-orang atau suku yang berbahasa non Melanesia merupakan penduduk asli Papua, Sedangkan suku yang berbahasa Melanesia berdatangan dalam beberapa gelombang dan menempati daerah sepanjang pantai serta mendesak orang-orang yang berbahasa Melanesia ke arah pedalaman.

Berikut ini adalah beberapa contoh kelompok bahasa Papua yang masih dapat ditemukan di beberapa masyarakat wilayah persebaran bahasanya tersebut :1. Bahasa-bahasa Baining

2. Bahasa-bahasa Bird's Head Timur Sentani3. Bahasa-bahasa Border4. Bahasa-bahasa Bougainville Selatan5. Bahasa-bahasa Bougainville Utara6. Bahasa-bahasa Dataran Lakes (Bagian atas Sungai Memaberamo)7. Bahasa-bahasa Mairasi8. Bahasa-bahasa May Kiri-Kwomtari9. Bahasa-bahasa Nimboran10. Bahasa-bahasa Papua Barar11. Bahasa-bahasa Papua Selatan Tengah12. Bahasa-bahasa Piawi13. Bahasa-bahasa Ramu-Sepik Bawah14. Bahasa-bahasa Senagi15. Bahasa-bahasa Sepik16. Bahasa-bahasa Skou17. Bahasa-bahasa Solomon Tengah18. Bahasa-bahasa Teluk Geelvink Timur19. Bahasa-bahasa Tor-Kwerba20. Bahasa-bahasa Torricelli21. Bahasa-bahasa Trans-Fly Timur (satu di Australia)22. Bahasa-bahasa Yuat.BAB III

PENUTUPA.. KesimpulanWilayah Indo-Malaysia merupakan wilayah yang memiliki keragaman bahasa yag sangat tinggi. Banyaknya bahasa-bahasa di wilayah tersebut, pada dasarnya, adalah hasil perkembangan dari bahasa Proto-Austornesia yang diperkirakan berlokasi di Taiwan. Migrasi yang dilakukan oleh penutur bahasa Proto-Austronesia memiliki peranan penting dalam persebaran dan perkembangan bahasa tersebut. Migrasi tersebut membuat perubahan pada bahasa proto yang mengakibatkan bahasa tersebut terbagi atas beberapa cabang bahasa.

DAFTAR PUSTAKA

Bellwood, Peter. 1997. Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago: Revised Edition. Honolulu: University of Hawaii Press