94
i ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS DALAM MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RUANG LAIKA WARAKA INTERNA RSUD BAHTERAMAS PROV.SULTRA TAHUN 2018 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan 2018 OLEH: RISKI ADELIN NIM.P00320015044 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2018

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS DALAM …repository.poltekkes-kdi.ac.id/469/1/ASUHAN... · mebutuhkan keterlibatan multidisiplin (dokt er, perawat, ahli gizi, pasien serta keluarga

  • Upload
    lyhanh

  • View
    267

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

i

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS DALAMMASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

DI RUANG LAIKA WARAKA INTERNARSUD BAHTERAMAS PROV.SULTRA

TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan PendidikanDiploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Jurusan Keperawatan 2018

OLEH:

RISKI ADELINNIM.P00320015044

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN2018

ii

iii

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Riski Adelin

NIM : P00320015044

Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUSDALAM MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHANNUTRISI DI RUANG LAIKA WARAKA INTERNARSUD BAHTERAMAS PROV. SULTRA TAHUN 2018

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 30 Juli 2018

Yang membuat surat pernyataan,

Riski Adelin

v

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

1. Nama : Riski Adelin

2. Tempat Tanggal Lahir : Kabaena, 25 Oktober 1997

3. Suku / Bangsa : Moronene/ Indonesia

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Agama : Islam

B. Pendidikan

1. SD Negeri 2 Teomokole Tamat Tahun 2009

2. Mtsn 1 Kabaena Tamat Tahun 2012

3. SMA Negeri 2 Kabaena Tamat Tahun 2015

4. Politeknik kesehatan kendari tahun 2015-2018

vi

MottoHidup itu perjuangan, maka perjuangkanlah......

Dan, Jika saja kemungkinan itu kecil, maka pastikan......Perjuangan itu besar....

Selalu tanamkan dalam diri, hati dan pikiran untukselalu sabar, syukur dan ikhlas

persembahankarya tulis ini penulis persembahkan

kepada kedua orang tuaku serta kakak dan keponakankuyang dalam setiap sujud dan doanya

selalu mendoakan semua hal yang terbaik untuk penulis

vii

ABSTRAK

Riski Adelin P00320015044 Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus dalamPemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Laika Waraka Interna RSUD BahteramasProvinsi Sulawesi Tenggara. Yang Dibimbing Oleh Bapak Muslimin.L.,A. Kep., S.Pd.,M.Si Dan Ibu Hj.Nurjanah.Bsc,S.pd,M.kes. Diabetes melitus merupakan gangguanmetabolisme yang di tandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitasmetabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresiinsulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasikronis, mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neoropati.Tanda dan gejala yang biasaditemui pda penderita diabetes melitus yaitu kenaikan kadar glukosa darah melebihi batasnormal. Data yang penulis dapatkan jumlah pasien yang rawat inap di tahun 2015sebanyak 243 jiwa,pada tahun 2016 jumlah pasien diabetes melitus sebanyak 190jiwa,pada tahun 2017 jumlah pasien diabetes melitus sebanyak 216 jiwa.Studi kasus inibertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus dalampemenuhan kebutuhan nutrisi. Data diperoleh dengan melakukan pengkajian secaralangsung dan wawancara kepada pasien serta dengan dokumen-dokumen yang ada dirumah sakit berakitan dengan data pasien tersebut. Hasil studi kasus diperoleh bahwadengan adanya program terapi nutrisi medis selama 3 hari dapat membantu menurunkankadar glukosa darah sehingga dapat membantu menghilangkan keluhan-keluhan yangmenyertainya. Sebelum dilakukan tindakan kadar glukosa darah pasien 435 mg/dl sertapasien mengeluh mual dan malas makan setelah dilakukan tindakan kadar glukosa darahpasien menjadi 243 mg/dl serta keluahan lain yang dirasakan juga berkurang. Bagiperawat tindakan ini dapat digunakan sebagai salah satu intervensi keperawatan dan dapatditerapkan pasien dirumah untuk menjaga agar kadar glukosa darah tetap dalam keadaannormal.

Kata Kunci : Diabetes Melitus, Nutrisi, Asuhan Keperawatan,Daftar Pustaka : 12 (2009-2017)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat

dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan judul

“Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus dalam Pemenuhan

Kebutuhan Nutrisi di Ruanng Laika Waraka Interna RSUD Bahtermas Provinsi

Sulawesi Tenggara”.

Dalam penyusunan karya tulis ini penulis banyak mendapat bimbingan

dan dukungan dari bebagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini ucapan

terima kasih teristimewa penulis persembahkan kepada ayahanda tercinta

Hayuddin dan ibunda tercinta Sulastri yang telah membesarkan dengan penuh

kasih sayang serta selalu memotivasi penulis dengan kesabaran dan tanpa kata

lelah untuk berjuang mendidik dan membimbing penulis sehingga dapat

melanjutkan pendidikan. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih yang

istimewa pula kepada kakak tersayang Sri harnaningsih,keponakan tercinta

Waode ratifa rizqiya, serta ipar tersayang Laode zainuddin, yang tidak

mengenal kata lelah untuk terus memotivasi dan memberikan dukungan yang

sangat besar kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan di jurusan

keperawatan poltekkes Kendari.

Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Ibu Askrening, SKM,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Kendari.

ix

2. Bapak Rusdin , SE, M.Si selaku Kepala Badan Penelitian Dan Pengembangan

Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin penelitian.

3. Bapak dr.,Abdul Karim, Sp.PK selaku Direktur, Wadir perencanaan dan Diklat

RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin

penelitian

4. Bapak Indriono Hadi, S.kep, Ns, M.Kes, selaku ketua jurusan Diploma III

keperawatan politeknik kesehatan kendari.

5. Muslimin L, A.Kep,S.Pd,M.Si, selaku pembimbing I yang telah membimbing

saya dengan sebaik-baiknya demi tercapainya karya tulis ini.

6. Hj.Nurjanah.Bsc,S.pd,M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah

membimbing saya dengan sungguh-sungguh demi tercapainya karya tulis ini.

7. Kepada tim penguji Hj. St. Rachmi Misbah, Skp, M.Kes, Lena Atoy

.,SST.,M.kes, H. Taamu, A.Kep,S.Pd,M.Kes, Dali,SKM, M.Kes yang telah

membimbing saya dan memberikan masukan-masukan sehingga karya tulis

ini dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

8. Semua dosen program studi DIII keperawatan politeknik kesehatan kendari

yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu

yang bermanfaat.

9. Kepada para sahabatku geng ulat bulu Hilya, Nining, Isra, Novi. serta teman

teman kelasku khususnya kelas 3A yang tidak bisa disebutkan satu persatu

yang selalu memberikan dukungan penuh kepada penulis,

x

Akhir kata penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan.

.

Kendari, 30 Juli 2018

Penulis.

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul Depan ................................................................................. i

Halaman Judul Dalam ................................................................................ ii

Halaman Persetujuan ................................................................................ iii

Halaman Keaslian Tulisan ........................................................................ iv

Riwayat Hidup ............................................................................................ v

Motto Hidup ............................................................................................... vi

Abstrak ...................................................................................................... vii

Kata Pengantar ........................................................................................viii

Daftar Isi ..................................................................................................... xi

Daftar Tabel .............................................................................................xiii

Daftar Lampiran ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... 1B. Rumusan Masalah..................................................................... 6C. Tujuan ....................................................................................... 7D. Manfaat ..................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar DM .................................................................... 9B. Konsep Dasar Nutrisi.............................................................. 19C. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus.................................. 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus ......................................................... 32B. Subjek Studi Kasus................................................................ 32C. Fokus Studi............................................................................ 32D. Studi Kasus............................................................................ 32E. Definisi Operasional.............................................................. 33F. Metode Pengumpulan Data ................................................... 34G. Lokasi dan Waktu Studi ........................................................ 35H. Analisi dan Penyajian Data ................................................... 35I. Etika Penelitian...................................................................... 35

xii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 37B. Hasil Studi Kasus ................................................................. 40C. Pembahasan ......................................................................... 54D. Keterbatasan Studi Kasus..................................................... 60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................... 62B. Saran..................................................................................... 63

Daftar pustaka

Lampiran

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kadar glukosa darah sewaktu

Tabel 2.2 : Kadar glukosa darah puasa

Tabel 4.1 : Hasil laboratorium

Tabel 4.2 : Analisa data

Tabel 4.3 : Intervensi, Implementasi, Evaluasi keperawatan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Usulan Penelitian Dari Jurusan

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian Institusi

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Litbang

Lampiran 4 : Surat izin penelitian RSUD Bahteramas

Lampiran 5 : Lembar legal etik penelitian

Lampiran 6 : Surat keterangan selesai melakukan penelitian

Lampiran 7 : SOP terapi nutrisi

Lampiran 8 : Surat Bebas Pustaka

Lampiran 9 : Surat Bebas Administra

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Meningkatnya penderita penyakit diabetes melitus di beberapa negara

berkembang diakibatkan dari peningkatan kemakmuran di negara

tersebut,akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan

perubahan gaya hidup masyarajat terutama yg hidup di kota kota besar,

menyebabkan peningkatan penderita penyakit degeneratif, seperti penyakit

jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan lain-lain.

tetapi data epidemiologi di negara berkembang memang. Masih belum

banyak. Oleh karena itu angka prevalensi yang dapat di telusuri terutama

berasal dari negara maju.(Utama,h.2009)

Penyakit diabetes melitus (DM) inilah yang sering di katakan sebagai

penyakit kencing manis. Diabetes melitus ini merupakan penyakit diabetes

dengan jumlah penderita terbanyak di dunia maupun di Indonesia.

Diabetes melitus disebabkan oleh tubuh yang tidak mampu menyerap

gula darah yang diakibatkan oleh pancreas sedikit menghasilkan insulin

ataupun tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Hal ini berdampak

pada gula darah menjadi menumpuk di dalam darah pasien. Pada kondisi

seperti ini tekanan gula darah penderita akan tingi.

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolic dengan karakteristik hiperglekimia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin,kerja insulin atau dua duanya. Hiperglekimia kronik pada

2

diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau

kegagalan beberapa organ tubuh, terutma mata, ginjal, saraf, jantung , dan

pembuluh darah. World Health Organization (WHO) sebelumnya telah

merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat di tuangkan

dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan

sebagai suatu kumpulan problem anatomic dan kimiawi akibat dari sejumlah

faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan

fungsi insulin.

Secara epidemiologi diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan

onset atau mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis di

tegakan, sehingga morbilitas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak

terdeteksi ini. Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi,

populasi diabetes tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi

perubahan perilaku rudal-tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang

berubah secara epidemiologi diperkirakan adalah: bertambahnya usia, lebih

banyak dan lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas

jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa

factor genetic yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2.

Selain itu karena diabetes sudah merupakan suatu penyakit global dan

malahan menurut P.Zimmet(2015) sudah merupakan suatu epidemi, banyak

penelitian dilakukan untuk mencoba mengatasinya. saat ini terdapat berbagai

penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki kehidupan orang yang diabetes

ada yang berusaha mencari obat untuk menyembuhkannya dan ada pula yang

mempelajari dampak diabetes pada populasi dunia.(setiati siti,dkk,2015).

3

American Diabetes Association (ADA) tahun 2010. diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

keduanya.

Pada penatalaksanaan diabetes mellitus terbagi atas 4 pilar yaitu

edukasi, terapi nutrisi medis, aktivitas fisik dan terapi farmakologis.

Pada penatalaksanaan medis diatas terapi nutrisi medis (TNM)

merupakan aspek penting dari penatalaksanaan DM secara menyeluruh yang

mebutuhkan keterlibatan multidisiplin (dokter, perawat, ahli gizi, pasien serta

keluarga pasien). Setiap diabetisi sebaiknya mendapatkan TNM sesuai

dengan kebutuhan guna mencapai sasaran terapi.

Berdasarkan penelitian dan hasil uji klinis yang pernah dilakukan oleh

Franky A. Tumiwa(2016). Dengan menerapkan terapi nutrisi medis pada

pasien DM dilaporkan adanya penurunan HbA1c (A1C) sebanyak 1% pada

diabetes tipe 1 dan 1-2% pada diabetes tipe 2, serta berdasarkan studi meta-

analisis pada individu nondiabetes, terapi nutrisi medis dapat mengurangi

kolestrol LDL sebanyak 15-25mg/dL dimana perbaikan dapat dilihat dalam

2-4 bulan sejak dimulainya terapi. Berdasarkan penelitian tersebut dikatakan

bahwa terapi nutrisi medis sebagai terapi non farmakologis sangat penting

untuk diterapkan pada pasien diabetes maupun pasien yang belum terdeteksi

diabetes melitus

4

TNM pada dasarnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang

didasarkan pada status gizi, kebiasaan makan dan kondisi atau komplikasi

yang telah ada.

Terapi nutrisi medis dapat dipakai sebagai pencegahan timbulnya

diabetes bagi penderita yang mempunyai resiko diabetes karena terapi nutrisi

medis mempunyai tujuan untuk tetap mempertahankan kadar glukosa darah

normal, mencapai kadar serum lipid yang optimal, meningkatkan kesehatan

secara keseluruhan melalui gizi yang optimal. Terapi pada penderita yang

sudah terdiagnosis diabetes (diabetisi) berguna untuk mencegah atau

memperlambat laju berkembangnya komplikasi diabetes.(Tanto chris, 2014).

Adanya pencegahan secara dini tentang bahaya diabetes melitus

diharapkan agar penderita diabetes melitus tidak lagi mengalami peningkatan,

melihat Prevelensi diabetes melitus di dunia mengalami penigkatan signifikan

dari tahun ke tahun.

World Health Organization (WHO) tahun 2017 jumlah penderita

diabetes telah meningkat dari 108 juta di tahun 1980 menjadi 422 juta pada

tahun 2014. Prevalensi global diabetes dikalangan orang dewasa di atas 18

tahun telah meningkat dari 4,7% pada tahun 1980menjadi 8,5% pada tahun

2014. Prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di negara negara

berpenghasilan menengah dan rendah.

Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini di laksanakan di

Indonesia, kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%

pada tahun 2013.

5

Data riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa terjadi peningkatan

prevalensi DM di Indonesia dari 5,7% persen pada tahun 2007 menjadi 6,9%

atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013 (kemenkes 2014).

Pada tahun 2015 diperkirakan 1,6 juta kematian secara langsung

disebabkan oleh diabetes. 2,2 juta kematian lainnya disebabkan oleh glukosa

darah tinggi ada tahun 2012. Hampir setengah dari semua kematian akibat

glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 yahun. WHO memproyeksikan

diabetes akan menjadi penyebab kematian ketujuh tertinggi di tahun 2030,

(WHO 2017)

Selain di dunia,di Indonesia juga penderiita penyakit diabetes melitus

sangat tinggi.menurut Data Riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa terjadi

peningkatan prevalensi DM di Indonesia dari 5,7% persen pada tahun 2007

menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013 (kemenkes 2014).

Begitu pula dengan prevelensi DM di Sulawesi tenggara dalam

beberapa tahun terakhir DM termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di

Sulawesi tenggara dengan proporsi kejadian DM tipe 2 lebih banyak

dibandingkan DM tipe 1. DM mengalami peningkatan dari urutan ke-9

dengan jumlah kasus 2,768 pada tahun 2014 menjadi urutan ke-5 dengan

jumlah kasus 3.206 pada tahun 2015 (dinkes sultra,2016).

Data yang penulis dapatkan Di RSU Bahteramas Sulawesi Tenggara

jumlah pasien diabetes melitus yang berobat jalan di poliklinik penyakit

dalam menempati peringkat pertama.pada tahun 2015 jumlah kunjungan

pasien diabetes melitus sebanyak 281 kunjungan, .pada tahun 2016 kunjungan

6

pasien diabetes melitus sebanyak 223 kunjungan dan tahun 2017 kunjungan

pasien diabetes melitus sebanyak 116 kunjungan, melihat jumlah kunjungan

selama 3 tahun terkahir pasien yang melakukan rawat jalan mengalami

penurunan dari tahun ke tahun.

Selain melakukan rawat jalan pasien diabetes melitus di RSU

Bahteramas juga banyak yang melakukan rawat inap, berdasarkan data yang

penulis dapatkan jumlah pasien yang rawat inap di tahun 2015 sebanyak 243

jiwa,pada tahun 2016 jumlah pasien diabetes melitus sebanyak 190 jiwa,pada

tahun 2017 jumlah pasien diabetes melitus sebanyak 216 jiwa (Catatan medic

BLUD RSU Bahteramas Sulawesi Tenggara,2017).

Melihat begitu banyaknya penderita diabetes melitus di dunia, di

Indonesia, bahkan di Sulawesi Tenggara ini sendiri sehingga penulis

mengambil judul untuk studi kasus asuhan keperawatan pada penyakit

diabetes melitus dengan masalah pemenuhan nutrisi pada pasien DM di

Ruang Laika Waraka RSU Bahteramas Kota Kendari.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis menarik judul

“asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus dengan masalah

pemenuhan kebutuhan nutrisi di Ruang Laika Waraka RSU Bahteramas Kota

Kendari.

7

C. Tujuan studi kasus

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di Ruang Laika waraka RSU

Bahteramas Kota Kendari.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pangkajian keperawatan pada pasien

diabetes melitus dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

b. Penulis mampu menegakan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes

melitus dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

c. Penulis mampu melakukan rencana keperawatan pada pasien diabetes

melitus dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada psien

diabetes melitus dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien diabetes melitus

dengan pemenuhan kebutuhan nurisi.

D. Manfaat studi kasus

Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Bagi masyarakat / pasien

Dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang

penyakit diabetes melitus dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

8

2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan.

Dapat menambah keluasan ilmu dan teknologi terhadap bidang

keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien dengan

penyakit diabetes melitus .

3. Bagi penulis

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman tersendiri bagi penulis

dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan khususnya studi kasus

tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien diabetes melitus.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar DM

1. Definisi

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai

dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau

keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis, mikrovaskuler,

makrovaskuler, dan neoropati.( Yuliana elin,2009).

Diabetes melitus (DM) menurut American Diabetes Association

(ADA) adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

atau kedua duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan

dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi beberapa organ tubuh

terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.(Tanto,chris

dkk.2014)

2. Etiologi

a. DM tipe 1

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-

sel beta pancreas yang disebabkan oleh:

1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,

tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik

kearah terjadinya diabetes tipe 1

10

2) Faktor imunologi (autoimun).

3) Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses

autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.

Destruksi sel beta, pada umumnya menjurus ke defisiensi insulin

absolute

1) Autoimun

2) Idiopatik

b. DM tipe II

Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.

faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe

II :usia, obesitas, riwayat dan keluarga.

Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan di bagi

menjadi 3 yaitu:

1) <140 mg/dL = normal

2) 140-<200 mg/dL = toleransi glukosa terganggu

3) >200 mg/DL = diabetes

DM tipe II bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin

disertai defisiensi insulin relatif sampai efek insulin disertai resistensi

insulin.

Diabetes tipe 2 adalah kondisi penyakit yang berlangsung lama atau

kronis. Dalam diabetes tipe 2 tubuh tidak memproduksi cukup insulin

atau tidak dapat menggunakan insulin dengan baik, hormon khusus

yang diproduksi oleh sel beta dalam pankreas.

11

Diabetes tipe 2 adalah kondisi yang memiliki gejala yang cukup

signifikan. Mereka yang memiliki diabetes melitus tipe 2 sering tidak

mengalami gejala apapun pada masa awal. Mereka bahkan tidak dapat

menyadari gejalanya selama bertahun-tahun.

Diabetes tipe 2 adalah kondisi yang bisa disebabkan karena beberapa

hal tertentu. Ketika seseorang memiliki diabetes tipe 2 lemak, hati dan

sel-sel otot tidak merespon insulin dengan benar. Hal ini disebut

resistensi insulin(kekebalan terhadap insulin). Hasilnya, sel tidak bisa

menerima gula darah untuk kemudian diolah menjadi energi. Saat

gula tidak dapat memasuki sel-sel, kadar gula dalam darah meningkat

tinggi. Hal ini disebut hiperglikemia.

Diabetes tipe 2 adalah kondisi yang sepenuhnya belum dipahami oleh

para ahli. Pasalnya, sebagian orang mengalami peningkatan resiko

diabetes tipe 2 dan sebagian lagi tidak. Bagaimanapun, ada beberapa

hal yang jelas meningkatkan faktor risiko diabetes tipe 2,seperti:berat

badan, distribusi lemak, gaya hidup tidak aktif, riwayat medis

keluarga, ras, umur, prediabetes, diabetes kehamilan, sindrom

ovarium polikistik.

c. DM tipe lain

1) Defek genetik fungsi sel beta

2) Defek genetik kerja insulin: resistensi insulin tipe A,

leprechaunisme, sindrom rabson mendenhall

12

3) Penyakit eksokrin pancreas: pancreatitis. Trauma/pankreatektomi,

neoplasma, fibrosis kistik.

4) Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma

5) Obat atau zat kimia: vacor, pentamidin, asam nikotinat,

glukokortikoid, hormone tiroid, diazoxid, tiazid.

6) Infeksi: rubella congenital

7) Imunologi (jarang) :sindrom stiff-man, anti bodi anti reseptor

insulin

8) Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

3. Patofisiologi

Pankreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar

penghasil insulin yang terletak di belakang lambung. Di dalamnya

terdapat terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada beta,

karena itu disebut pulau pulau langerhans yang berisi sel beta yang

mengeluarkan hormon insulin yang sangat berperan dalam mengatur

kadar glukosa darah.

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan

sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa

kedalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa tersebut di

metabolismekan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa

dalam darah tidak akan masuk kedalam sel dengan akibat kadar glukosa

dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes melitus

tipe.

13

Pada keadaan diabetes melitus tipoe II, jumlah insulin bisa

normal,bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin

dipermukaan sel kurang. Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai lubang

kunci pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan DM tipe II,jumlah lubang

kuncinya kurang, sehingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak,

tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang

masuk kedalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar

(glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian

keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe I, bedanya adalah pada DM

tipe II disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau

normal. Pada DM tipe II juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau

lebih tetapi kualitas nya kurang baik, sehingga gagal

membawaglukosamasuk kedalam sel.disamping penyebab diatas, DM

juga bisa terjadi akibat gangguan transport gluksa didalam sel sehingga

gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme

energi.(Utama,H.2009)

4. Klasifikasi diabetes

Hipoglikemia dapat di klasifikasikan ringan, sedang dan berat

berdasarkan tanda dan gejala serta kebutuhan bantuan dari luar.

Hipoglikemi ringan dan sedang menimbulkan gejala keringat dingin,

tubuh seperti gemetar, jantung berdebar, cemas, konsentrasi terganggu,

dan lapar. Pasien DM dapat menolong dirinya sendiri dengan cara

meminum atau makan yang mengandung gula. Hipoglikemi berat sering

muncul tanpa seperti menimbulkan gejala keletihan fisik, kebingungan,

14

perilaku berubah, koma, kejang sampai dengan kematian. Kondisi ini

membutuhkan bantuan penatalaksanaan medis secara cepat.

5. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis DM dikaitkan denghan konsekuensi metabolic

defisiensi insulin(price & wilson)

a. Kadar glukosa puasa tidak normal

b. Hiperglikemia berat berakibat glukosoria yang akan menjadi dieresis

osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul

rasa haus (polidipsia)

c. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang .

d. Lelah dan mengantuk

e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,

impotensi, peruritas vulva.

Kriteria diagnosis DM: (sudoyo aru,dkk 2009)

a. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl(11,1

mmol/L)

b. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada

suatu hari tanpa memperhatikan waktu.

c. Gejala klasik DM + glukosa plasma >200mg/dl(7,0 mmo/L) puasa

diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya delapan

jam

d. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO>200 mg/dl(11,1 mmol/L) TTGO

dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang

setara dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air.

15

Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994):(sudoyo aru,dkk 2009)

a. 3 hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa (dengan

karbohidrat yang cukup).

b. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum

pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.

c. Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa

d. Di berikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB

(anak-anak)dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5

menit

e. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk

pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai

f. Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa

g. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan

tidak merokok.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Kadar glukosa darah

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)

Kadar glukosa darah

sewaktu

DM Belum pasti DM

Plasma vena >200 100-200

Darah kapiler >200 80-100

16

Kadar glukosa darah puasa (mg/dl)

Kadar glukosa darah

puasa

DM Belum pasti DM

plasma vena >120 110-120

Darah kapiler >110 90-110

b. Kriteria diagnostik who untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan :

1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl(11,1 mmol/L)

2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl(7,8 mmol/L)

3) Glukosa plasma yang diambil dari 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post prandial (pp)>200

mg/dl)

c. Tes laboratorium DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes

pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.

d. Tes saring

Tes saring pada DM adalah:

1) GDP, GDS

2) Tes glukosa urin:

a) Tes konvensional (metode reduksi/benedict)

b) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)

e. Tes diagnostik

17

Tes diagnostik pada DM adalah:GDP, GDS, GD2PP(glukosa darah 2

jam post prandial), glukosa jam ke-2 TTGO

f. Tes monitoring tarapi

Tes-tes monitoring tarapi DM adalah:

1) GDP: plasma vena, darah kapiler

2) GD2PP: plasma vena

3) A1c: darah vena, darah kapiler

g. Tes untuk mendeteksi komplikasi

Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:

1) Mikroalbuminuria :urin

2) Ureum, kreatinin, asam urat

3) Kolestrol total :plasma vena (puasa)

4) Kolestrol LDL :plasma vena (puasa)

5) Kolestrol HDL: plasma vena (puasa)

6) Trigliserida: plasma vena (puasa)

7. Penatalaksanaan

Insulin pada DM tipe II diperlukan pada keadaan :

a. Penurunan berat badan yang cepat

b. Hiperglikemia yang berat disertai ketosis

c. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau hiperglikemia hiperosmolar non

ketotik (HONK)

d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat

e. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal

f. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)

18

g. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak

terkendali dengan perencanaan makan

h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

i. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

8. Masalah yang lazim muncul

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan

keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani

b. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh,

hipovelemia

c. Kerusakan intergritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan

(nekrosis luka ganggren)

d. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit

e. Retensi urin b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat

dan poliuri

f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah

keperifer, proses penyakit

g. Resiko ketidakseimbangan elektroliy b.d gejala poliuria dan dehidrasi

h. Keletihan

9. Discharge planning

a. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan bb yang ideal

b. Kurangi konsumsi makan yang banyak mengandung gula dan

karbohidrat

c. Jangan mengurangu jadwal makan atau menunda waktu makan karena

hal ini akan menyebabkan fluktuasi (ketidakstabilan) kadar gula darah

19

d. Pelajari mencegah infeksi:kebersihan kaki, hindari perlukaan

e. Perbanyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat

seperti sayuran dan sereal

f. Hindari mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan yang banyak

mengandung kolestro LDL, antara lain: daging merah, produk susu,

kuning telur, mentega, saus salad, dan pencuci pencuci mulut

berlemak lainnya

g. Hindari minuman beralkohol dan kurangi konsumsi garam.

B. Konsep dasar nutrisi

1. Definisi nutrisi

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan

oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam

aktivitas tubuh.

Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah

sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan saluran

asesoris. Saluran pencernaan di mulai dari mulut sampai usu halus bagian

distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan

pankreas. Ketiga organ ini membantu terlaksanannya sistem pencernaan

makanan secara kimiawi.

2. Pengaturan nutrisi pada diabetes melitus

Terapi nutrisi merupakan aspek penting dari penatalaksanaan DM

secara menyeluruh, yang membutuhkan keterlibatan multidisiplin oleh

petugas kesehatan, pasien, sertan para keluarga pasien. Prinsip

pengaturan diet pada penyandang DM adalah menu seimbang sesuai

20

kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing pasien, serta perlu

ditekankan pentingnya keteraturan jadwal, jenis dan jumlah makanan.

Kebutuhan kalori dilakukan dengan memperhitungkan kalori basal,

kebutuhan kalori ini besarnya 25 (perempuan) -30 kalori (laki-laki)/kgBB

ideal, ditambah atau di kurangi tergantung dari beberapa faktor seperti

jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll. Perhitungan berat badan

ideal (BBI) dilakukan dengan rumus borca yang dimodifikasi yaitu:

a. BBI = 90% X (tinggi badan dalam cm – 100) X 1 kg

b. Bagi pria dengan tinggi badan < 160 cm dan perempuan < 150 cm,

rumus dimodifikasi menjadi:BBI = (tinggi badan dalam cm -100) X 1

kg

c. BB normal : BBI kurang lebih 10%, kurus < BBI-10%, gemuk > BBI

+ 10%

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :

a. Karbohidrat: 45-65% total asupan energi (karbohidrat non olahan

berserat tinggi, di bagi dalam 3 kali makan/hari)

b. Lemak: 20-25% kebutuhan kalori (batasi lemakjenuh dan lemak

trans, seperti daging berlemak dan whole milk, konsumsi kolestrol

<200mg/hari)

c. Protein: 10-20% total asupan energi (seafood, daging tanpa lemak,

ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu

dan tempe.

d. Natrium: <3 g atau 1 sdt garam dapur (pada hipertensi natrium

dibatasi 2,4 g)

21

e. Serat: kurang lebih 25g/hari (kacang-kacangan, buah,sayuran serta

karbohidrat tinggi serat)

f. Pemanis alternatif: tetap perlu diperhitungkan kandungan kalorinya

sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

3. Gangguan nutrisi pada diabetes melitus

Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang di

tandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat

kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.

4. Hambatan dalam pemenuhan kebetuhan nutrisi pada pasien DM

a. Perasaan takut mengkonsumsi gula

Banyak penderita DM dan keluarga mengira bahwa sumber

kenaikan kadar gula karena pengaruh konsumsi yang manis-manis,

padahal di laporkan bahwa sebanayak 90% penderita DM dipengaruhi

oleh pola hidup yang tidak sehat terutama karena mengkonsumsi

karbohidrat berlebih. Carbohydrate counting merupakan suatu cara

perencanaan makan penderita diabetes melitus dengan terapi insulin

agar memperoleh jumlah asupan makanan optimal sesuai kebutuhan.

Ketika seseorang terdiagnosis DM maka ia harus membuat

perencanaan pola makan untuk menjaga kadar gula dalam darahnya.

Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, carbohydrate counting

merupakan cara yang tepat karena dapat memenuhi perencanaan

makan panderita DM agar bisa memperoleh asupan sesuai kebutuhan

dengan memperhitungkan penggunaan insulin.

22

Pengendalian rasa takut pasien dapat dikendalikan dengan

meningkatkan pemahaman atau pengetahuan tentang pola makan.

Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi

kebutuhan kelangsungan hidupnya.

b. Diet yang sudah ditentukan tidak sesuai selera dan bosan dengan

menu diet DM

Diet yang bersifat membatasi akan merubah gaya hidup dan

dirasakan pasien sebagai gangguan serta tidak disukai bagi banyak

penderita DM karena makanan dan minuman merupakan aspek

penting dalam sosialisasi, pasien sering merasa disingkirkan ketika

berada bersama orang lain hnya karena ada beberapa pilihan makanan

saja yang tersedia dan tidak sesuai selera sehingga hal ini dirasakan

membosonkan.

Hal ini dapat diatasi dengan prinsip pengaturan makanan pada

diabetesi yang hampir sama dengan anjuran makan orang sehat dan

masyarakat umum, yaitu makanan yang beragam, bergizi dan

berimbang atau lebih di kenal dengan makanan bergizi seimbang

maksudnya adalah sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi

masing-masing individu.

Hal yang sangat penting ditekankan adalah pola makan yang

disiplin dalam hal jadwal, jenis dan jumlah makanan atau dikenal

dengan istilah 3j.

23

5. Faktor pendukung dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada

penderita DM

1. Keinginan gula darah dapat terkontrol

Kepatuhan dapat diartikan sebagai tingkatan yang menunjukan

perilaku pasien dalam menaati atau mengikuti prosedur atau saran

tenaga kesehatan, dalam hal ini termasuk kepatuhan pasien dalam

menjalankan terapi farmakologi dan non farmakologi serta

pemeriksaan kadar gula darah secara rutin. Modifikasi perilaku sehat

sangat diperlukan untuk pasien dengan DM diantaranya adalah

tentang bgaimana carauntuk menghindari dari komplikasi lebih lanjut

apabila sudah menderita diabetes.

2. Dukungan dari keluarga dan pelayan kesehatan

Dukungan dari keluarga sangat di butuhkan oleh pasien

penderita DM dalam menjalankan program diet, melihat dari fungsi

internal keluarga untuk pemenuhan kebuthan psikososial, saling

mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan

mendukung.keluarga sangat berperan dalam mendukung program diet

anggota keluarganya yang menderita penyakit DM, dan tenaga

kesehatan berperan untuk mengatur serta dan mengontrol proses diet

pasien DM.

24

C. Asuhan keperawatan diabetes melitus

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat

meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara

umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi.

a. Riwayat makanan

Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola

makanan, tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan

yang lebih disukai, yang dapat digunakan untuk membantu

merencanakan jenis makanan untuk sekarang, dan rencana makanan

untuk masa selanjutnya.

b. Kemampuan makan

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara

lain kemampuan mengunyah, menelan dan makan sendiri tanpa

bantuan orang lain.

c. Pengetahuan tentang nutrisi

Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah

penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi

d. Nafsu makan, jumlah asupan

e. Tingkat aktivitas

f. Pengensumsian obat

g. Penampilan fisik

Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap

aspek-aspek berikut: rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak

25

kering, dan tidak mengalami kebotakan bukan karena faktor usia,

daerah diatas kedua pipi dan bawah kedua mata tidak berwarna gelap,

mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan pembuluh darah,

daerah bibir tidak kering, pecah-pecah, ataupun mengalami

pembengkakan , lidah berwarna merah gelap, tidak berwarna merah

terang, dan tidak ada luka pada permukaannya, gusi tidak bengkak,

tidak mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat

serta erat tidak tertarik kebawah sampai kebawah permukaan gigi,

gigi tidak berlubang dan tidak berwarna, kulit tubuh halus, tidak

bersisik, tidak timbul bercak kemerahan, atau tidak terjadi

pendarahan yang berlebihan, kuku jari kuat dan berawarna merah

muda.

h. Pengukuran antropometrik

Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan dan

lingkar lengan.tinggi badan anak dapat digambarkan pada suatu

kurva/grafik sehingga dapat terlihat pola perkembangannya.

Tinggi dan berat badan orang dewasa sering dibanding bandingkan

dengan berbagai macam peta untuk dirinya. Seseorang dengan

presentase bagian tubuh yang besar dan jaringan otot yang banyak

akan terlihat gemuk (over weight). Metode khusus yang sering

digunakan untuk mengukur besar tubuh seseorang adalah area kulit

yang berada di atas otot trisep. Pada umumnya, wanita mempunyai

lipatan kulit yang lebih tebal di daerah ini. Ini disebabkan banyaknya

26

jaringan subkutan pada wanita, sehingga membuat wanita menjadi

lebih gemuk.

i. Laboratorim

Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan

pemenuhan, kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum,

HB, glukosa, elektrolit, dan lain-lain.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan

nutrisi adalah:

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan

dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka

panjang/progresif yang tidak dapat diobati ketergantungan pada orang

lain

3. Perencanaan keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Rencana tindakan:

a. Monitor intake makanan dan hitung masukan kalori perhari.

27

b. Atur dan jadwalkan program diet yang sesuai dengan kebutuhan

nutrisi pasien perhari.

c. .Monitor hasil GDS setiap harinya.

d. Kolaborasi untuk pemberian obat

4. Pelaksanaan (tindakan) keperawatan

a. Memonitor intake makan dan jumlah masukan kalori perhari

b. Mengatur dan jadwalkan program diet yang sesuai dengan kebutuhan

nutrisi pasien perhari

c. Memonitor hasil GDS setiap harinya

d. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat

Cara pemberian nutrisi pada pasien

a. Pemberian nutrisi melalui oral

Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang

dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi

secara mandiri dengan cara membantu memberikan makan/nutrisi

melalui oral (mulut), bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi pada

pasien dan membangkitkan selera makan pada pasien.

Alat dan bahan:

1) Piring

2) Sendok

3) Garpu

4) Gelas

5) Sarbet

6) Mangkok cuci tangan

28

7) Pengalas

8) Jenis diet

Prosedur kerja:

1) Cuci tangan

2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3) Atur posisi pasien

4) Pasang pengalas

5) Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum makan

6) Bantu untuk makan dengan cara menyuapkan makanan secara

sedikit demi sedikit dan berikan minum seduah makan

7) Setelah selesai, bersihkan mulut pasien dan anjurkan untuk

duduk sebentar

8) Catat hasil respon pemenuhan kebutuhan terhadap makan

9) Cuci tangan

b. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung

Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung merupakan tindakan

keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu

memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan

dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa penduga.

Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

Alat dan bahan:

1) Pipa penduga dalam tempatnya

2) Corong

3) Spuit 20 cc

29

4) Bengkok

5) Plester, gunting

6) Makanan dalam bentuk cair

7) Air matang

8) Obat

9) Stetoskop

10) Klem

11) Baskom berisi air(kalau tidak ada stetoskop)

12) Vaselin

Prosedur kerja:

1) Cuci tangan

2) Jelaskan prosedur yang akan di lakukan

3) Atur posisi pasien dnegan posisi semifowler

4) Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah

dada

5) Letakan bengkok didekat pasien

6) Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang

pipa dari epigastrium sampai hidung kemudian dibengkokan

ke telinga dan beri tanda batasnya

7) Berikan vaselin atau pelicin pada ujung pipa dan klem

pangkal pipa tersebut lalu masukkan melalui hidung secara

perlahan lahan sambil psien dianjurkan untuk menelannya.

8) Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk ke

lambung dngan cara:

30

a) Masukan ujung selang yang di klem kedalam baskom yang

berisi air (klem di buka), perhatikan bila ada gelembung

maka pipa masuk ke paru, dan jika tidak ada gelembung

maka pipa masuk ke lambung. Setelah itu di klem atau di

lipat kembali.

b) Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui

pipa tersebut dan dengarkan dengan stetoskop. Bila di

lambung terdengar bunyi, berarti pipa tersebut sudah

masuk, setelah itukeluarkan udara yang ada didalam

sebanayak jumlah yang di masukkan.

9) Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemberian makanan

dengan cara pasang corong atau spuit pada pangkal pipa

10) Masukkan air matang kurang lebih 15 cc pada awal dengan

cara dituangkan lewat pinggirya.

11) Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia, setelah itu

bila ada masukkan obat dan beri minum lalu pipa penduga di

klem.

12) Catat hasil atau respon paisen selama pembrian makanan.

13) Cuci tangan.

c. Pemberian nutrisi melalui parenteral

Pemberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian nutrisi

berupa cairan infus yang dimasukkan kedalam tubuh melalui darah

vena, baik secara sentral (untuk nutrisis parenteral total) atu pun vena

perifer (untuk nutrisi parenteral persial). Pemberian nutrisi melalui

31

parenteral di lakukan pada pasien yang tidak bisa makan melalui oral

atau pipa nasogatrik dengan tujuan untuk menunjang nutrisi enteral

yang hanya memenuhi sebagaian kebututhan nutrisi harian.

Metode pemberian.

1) Nutrisi parenteral persial

Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena yang di gunakan

untuk memenuhi sebagaian kebutuhan nutrisi harian pasien karena

pasien masih dapat menggunakan saluran pencernaan. Cairan yang

biasanya di gunakan dalam bentuk dextrose atau cairan asam

amino.

2) Nutrisi parenteral total

Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena dimana kebutuhan

nutrisi sepenuhnya melalui cairan infus karena keadaan saluran

pencernaan pasien tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat

digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti

triofusin E 1000, cairan yang mengandung asam amino sepertin

Pan Amin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti intralipid

3) Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena sentral untuk

jangka waktu lama dan melalui vena perifer

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat di

nilai dari adanya kemampuan dalam.

a. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pasien ditunjukan dengan tidak

adanya tanda malnutrisi

32

b. Terjadi perubahan kadar glukosa darah menjadi normal.

c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukan

dengan adanya proses pencernaan makanan yang adekuat

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan studi kasus

Desain yang di gunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi

kasus dengan mengguanakan metode deskriptif yaitu metode yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang studi keadaan secara

objektif dan menganalisis lebih mnedalam tentang asuhan keperawatan pasien

diabetes melitus dengan gangguan kebutuhan nutrisi di RSU Bahteramas

Kota Kendari.

B. Subyek studi kasus

Studi kasus ini mengambil subyek sebanyak 1 partisipan yaitu

terdiagnosa diabetes melitus yang mengalami masalah gangguan kebutuhan

nutrisi.

C . Fokus studi

1. Gangguan kebutuhan nutrisi pada pasien diabetes melitus

2. Penerapan prosedur diet pada pasien diabetes melitus

D.Studi kasus

Studi kasus asuhan keperawatan:

a. Pasien dengan diagnosa medis diabetes melitus

b. Pasien diabetes melitus dengan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi

34

E.Definisi operasional

a. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

keduanya.

b. Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat

meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik

secara umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi.

1. Riwayat makanan

2. Kemampuan makan

3. Pengetahuan tentang nutrisi

4. Nafsu makan, jumlah asupan

5. Tingkat aktivitas

6. Pengensumsian obat

7. Laboratorim

c. Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan

nutrisi adalah:

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

d. Rencana tindakan:

1. Monitor intake makanan dan hitung masukan kalori perhari.

2. Atur dan jadwalkan program diet yang sesuai dengan kebutuhan

nutrisi pasien perhari.

3. .Monitor hasil GDS setiap harinya.

4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat

e. Pelaksanaan (tindakan) keperawatan

35

1. Memonitor intake makan dan jumlah masukan kalori perhari

2. Mengatur dan jadwalkan program diet yang sesuai dengan

kebutuhan nutrisi pasien perhari

3. Memonitor hasil GDS setiap harinya

4. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat.

f. Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat di

nilai dari adanya kemampuan dalam.

1. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pasien ditunjukan dengan tidak

adanya tanda malnutrisi

2. Terjadi perubahan kadar glukosa darah menjadi normal.

3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukan

dengan adanya proses pencernaan makanan yang adekuat.

F. Jenis dan metode pengumpulan data

1. Prosedur administrasi pengumpulan data meliputi :

a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal peneliti yaitu

Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan.

b. Peneliti meminta surat rekomendasi ke lokasi penelitian yaitu RSUD

Bahteramas Provinsi Sultra.

c. Peneliti meminta izin kepada Direktur rumah sakit RSUD

Bahteramas Provinsi Sultra.

d. Peneliti meminta izin kepada kepala ruangan asoka RSUD

Bahteramas Provinsi Sultra

36

2. Instrumen pengumpulan data

Peneliti melakukan pemilihan sampel penelitian berdasarkan

pasien yang dirawat pada waktu jadwal penelitian dengan karakteristik

responden yaitu, dikhususkan pada pasien dewasa yang terdiagnosis

medis diabetes melitus dengan tidak mempersyaratkan jenis kelamin,

pekerjaan dan sosial ekonomi. Dan peneliti menggunakan instrumen

observasi sebagai intrsumen penelitian ini.

G. Lokasi dan waktu studi

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Rumah Sakit Bahteramas

dan dilaksanakan pada bulan juli 2018.

H. Analisis data dan penyajian data

Data yang akan disajikan pada penelitian ini yakni secara tekstural

atau narasi, disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dan respon dari sebyek

studi kasus yang merupakan data pendukung dari penelitian.

I. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan

izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini RSU Bahteramas. Setelah

mendapat persetujuan barulah di lakukan penelitian dengan menekan masalah

etika penelitian yang meliputi:

1. Informent consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Informent consent di berikan kepada responden yang akan diteliti

disertai judul penelitian,apabila responden menerima atau menolak, maka

penelti harus mampu menerima keputusan responden.

37

2. Aninimity (tanpa nama)

Untuk menajaga kerhasiaan, peneliti tidak akan menyebutkan nama

respoden tetapi akan menggantinya menjadi inisial atau kode responden.

3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4. Beneficiemci

Penelitian melindungi subjek agar terhindar dari bahaya dan

ketidak nyamanan fisik

5. Full disclosure

Penelitian memberikan kepada responden untuk membuat

keputusan secara suka rela tentang partisipasinya dalam penelitian ini dan

keputusan tersebut tidak dapat di buat tanpa memberikan penjelasan

selengkap-lengkapnya.

38

BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian (RSUD Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara)

1. Letak Geografis

Sejak tanggal 21 November 2012 RSU Provinsi Sulawesi

Tenggara pindah lokasi dari jalan Dr. Ratulangi No. 151 Kelurahan

Kemaraya Kec. Mandonga ke jalan Kapt. Pierre Tenden No. 40 Baruga, dan

bernama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara. Di lokasi yang baru ini, sangat memudahkan

masyarakat untuk menjangkau pelayanan kesehatan dengan batas wilayah

sebagai berikut

a. Sebelah Utara : Kantor Pengadilan Agama

b. Sebelah Timur : Kantor Polsek Baruga

c. Sebelah Barat : Balai Pertanian Sulawesi Tenggara

d. Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk

2. Lingkungan Fisik

RSUD Bahteramas berdiri di atas lahan dengan luas 17, 5 Ha. Luas

seluruh bangunan adalah 53, 269m2. Pengelompokan ruangan berasarkan

fungsinya sehingga menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kegiatan

pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan penunjang medis, kelompok

kegiatan penunjang non medis, dan kelompok kegiatan administrasi

39

3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Sampai dengan akhir tahun 2015 fasilitas/ sarana pelayanan

kesehatan yang ada di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara adalah

a. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

1) Instalasi Gawat Darurat (IGD)

2) Instalasi Rawat Jalan

(a) Poliklinik kebidanan dan Penyakit Kandungan

(b) Poliklinik Kesehatan anak

(c) Poliklinik Penyakit Dalam

(d) Poliklinik Bedah

(e) Poliklinik Neurologi

(f) Poliklinik Mata

(g) Poliklinik Telinga, Hidung dan Tenggorokan

(h) Poliklinik Gigi dan Mulut

(i) Poliklinik Penyakit Jantung dan Pembuluh darah

(j) Poliklinik Kulit dan Kelamin

(k) Poliklinik Orthopedy

(l) Poliklinik Gizi

(m) Poliklinik Jiwa

(n) Poliklinik Terpadu (Klinik VCT)

(o) Poliklinik Onkologi

3) Instalasi Rehabilitasi Medik

(a)Fisioterapi

(b)Akupuntur

40

b. Pelaynan Kesehatan Rawat Inap

1) Perawatan Intensif (ICU, PICU, NICU, ICCU)

2) Perawatan kebidanan dan Kandungan

3) Perawat Inap lainnya :

(a) Ruangan

c. Pelayanan Penunjang Medic

1) Patalogi Klinik

2) Patalogi Anatomi

3) Radiologi

4) Farmasi

5) Sterilisasi Sentral (CSSD)

6) Sentral Gas Medik

7) Gizi

8) Binatu

9) Pemulasaran Jenazah

10) Ambulance 118

d. Instalasi Rehabilitasi Medik

1. Fisioterapi

2. Akupuntur

4. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara

41

5. Visi dan Misi RSU Bahteramas

a. Visi

Visi Pembangunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara adalah

“Mewujudkan Sulawesi Tenggara Sejahtera, Mandiri, dan Berdaya Saing

Tahun 2013-2018”.

RSU Provinsi Sulawesi Tenggara dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat mengacu pada Visi dan Misi Pemerintah Daerah dan

Visi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Visi RSUD

Provinsi Sulawesi Tenggara adalah “RUMAH SAKIT UNGGULAN

DALAM PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN, PENDIDIKAN

DAN PENELITIAN DI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2018”.

b. Misi

Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan tersebut, RSUD

Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai misi sebagai beriku :

(1)Meningkatkan pelayanan kesehatan prima berlandasan etika profesi

(2)Menyelenggarakan etika profesi Dokter, Pendidikan kesehatan lainnya

serta pelatihan dan pelantikan

(3)Pengembangan sarana dan prasarana untuk menjunjung Rumah Sakit

pendidikan

B. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

a. Data Demografi

1) Biodata

Nama : Ny.n

42

Usia : 55 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat :Kel.uru meraka

Suku/Bangsa :Bali/ Indonesia

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Hindu

Pekerjaan : Tani

Diagnosa Medik : Non Hemoragic Stroke + DM tipe II

No. Rekam Medik :535108

Tanggal Masuk :17 Juli 2018

Tanggal Pengkajian :19 Juli 2018

2) Penanggung jawab

Nama : Ny.n

Usia :35 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Hubungan Dengan Klien : Anak

b. Keluhan Utama

(Keluhan Klien Sehingga Dia Membutuhkan Pertolongan Medik)

Klien mengeluh lemas,mual dan muntah setelah mengkonsumsi satu

kaleng sprite,keluhan di rasakan klien setelah beberapa jam sehabis

mengkonsumsi sprite,keluhan dirasakan terus menerus walaupun klien

sudah meminum obat untuk menurunkan kadar glukosa darah.

43

Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

(a) Waktu Timbulnya Penyakit Kapan?

Pasien mengatakan 1 hari sebelum ke RS pasien mengeluh

mual muntah setiap makan.

(b) Bagaimana Awal Munculnya?

Pasien mengatakan sebelum ia merasa mual dan lemas,

pasien masih melakukan aktivitas seperti biasa di kebun,lalu pada

saat istirahat pasien mengatakan meminum satu botol

sprite,setelah sampai dirumah pasien mulai merasakan mual dan

lemas

(c) Keadaan Penyakit Apakah Sudah Membaik, Parah Atau Tetap

Sama?

Nampak keadaan pasien masih lemas

Nampak pasien lebih banyak berbaring

(d) Usaha Yang Dilakukan Untuk Mengurangi Keluhan?

Pasien mengatakan sebelum di bawa kerumah sakit pasien

sempat membeli obat warung,tetapi tidak ada perubahan.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

1) Identifikasi Berbagai Penyakit Keturunan Yang Umumnya

Menyerang?

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan

2) Bagan genogram

44

Ket : : Pasien : Pria meninggal

Laki-laki : Wanita meninggal

: Wanita : Tinggal serumah

d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1) Apakah pernah menderita penyakit yang sama :

Pasien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit

yang sama.

2) Kebiasaan :

(a)Merokok :

Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok

(b)Makanan :

5855

45

Pasien mengatakan masih memakan makanan pantangan

diabetes melitus.

e. Pengkajian Kebutuhan Nutrisi

1) Problem pemasukan nutrisi

Pasien mengatakan selama di rawat di rumah sakit nafsu makan

pasien menurun, dikarenakan rasa mual yang muncul.

2) Pola dan kebiasaan makan selama di rumah sakit

Pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit setiap makanan

yang di konsumsi pasien di atur oleh perawat dengan takaran yang

telah di tentukan.

3) Pola dan kebiasaan makan sebelum sakit

Pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidak ada pantangan

terhadap makanan tertentu,pasien mengatakan selama dirumah

pasien masih mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar gula

tinggi serta kadar garam tinggi.

4) Jenis makanan yang paling di sukai

Pasien mengatakan sebelum dirawat di rumah sakit makanan yang

disukai adalah makanan yang manis-manis seperti kue dan makanan

lainnya selain itu pasiuen juga mengatakan sangat menyukai makanan

yang asin seperti ikan asin. Tetapi, setelah dirawat di rumah sakit

makanan tersebut sudah dibatasi untuk di konsumsi.

5) Jenis makanan yang tidak di sukai

Pasien mengatakan tidak suka dengan makan yang pedas

46

6) Apakah ada alergi terhadap makanan

Pasien mengatakan tidak alergi terhadap makanan tertentu.

7) Apakah makanan di batasi

Selama dalam proses perawatan di rumah sakit makanan yang di

konsumsi pasien di batasi untuk membantu proses penyembuhan

pasien dan membantu menurunkan kadar glukosa darah pasien.

f. Pemeriksaan Fisik

1) Tanda-tanda vital

(a)Tekanan darah : 150/90 mmHg

(b)Pernapasan :24×/menit

(c)Suhu :36, 7°c

(d)Nadi :80×/ menit

(e)TB 158 cm

(f) BB 49 kg

2) Mulut

(a)Keadaan gigi :Baik

(b)Bicara :Ketika berbicara tidak terlalu jelas kosakata

yang diucapkan

g. Status Neurologis

1) Tingkat kesadaran : Composmentis

E :4

V :4

M :6

47

2) Pemeriksaan Diagnostik

(a)Laboratorium :

Kimia Darah Nilai Rujukan

a. Glukosa

1. sewaktu

2. puasa

3. 2 jam PP

497 1. 70-180 mg/dl

2. 70-110 mg/dl

3. ˂140 mg/dl

a. Bilirubin

1. Total

2. Direct

3. Indirect

1. 0,1-1,2

2. ≤0,2

3. ˂0,75

b. Ureum P :15-40

L :19-44

c. Creatinine P :0.5-1,0

L : 0, 7-1, 2

d. Asam urat 6,9 P : 2, 6-6, 0

L :3, 5-7,2

e. Cholestrol total 214 ≤200 mg/dl

(b)Ekg :normal

h. Therapi Medis

Terpasang infus RL 20 tt/menit

Inj furosemid 1 amp/IV

Inj livemir

48

1. Analisa data

No. Data Etiologi Problem

1. DS :

1. Pasien mengatakan masih

merasa lemas pada seluruh

badannya

2. Pasien mengatakan masih

merasa mual

3. Pasien mengatakan masih

malas untuk mengkonsumsi

makanan diakibatkan karena

perasaan mual yang sering

muncul

4. Pasien mengatakan agak

sedikit pusing

5. Pasien mengatakan sudah

lama menderita diabetes

melitus, dan sudah sering

dirawat di rumah sakit karena

kadar glukosa darah yang

tidak dapat di kontrol

6. Pasien mengatakan masih

sering mengkonsunmsi

makanan pantangan penderita

diabetes melitus, seperti

makanan yang mengandung

kadar gula tinggi,lainnya.

7. Keluarga pasien mengatakan

BB pasien menurun sejak

pasien mual dan malas makan

8. Keluarga pasien mengatakan

BB pasien 55 kg sebelum di

Diabetes melitus

Ketidakseimbangan

produksi insuli

Hiperglikemia

Batas melebihi

ambang ginjal

Glukosoria

kehilangan kalori

Sel kekurangan

bahan untuk

metabolisme

BB menurun

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

b.d gangguan

keseimbangan

insulin, makanan

dan aktivitas

jasmani

49

bawa di rumah sakit

DO :

1. Nampak pasien lemas

2. Nampak pasien mual

3. Nampak pasien malas

makan

4. Nampak pasien lebih

banyak berbaring.

5. Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah : 150/90

mmHg

b. Pernapasan:24×/menit

c. Suhu :36, 7°c

d. Nadi :80×/menit

e. BB 49 kg

f. TB 158 cm

g.GDS 415 MG/DL

2. Diagnosa keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani

DS

1. Pasien mengatakan masih merasa lemas pada seluruh badannya

2. Pasien mengatakan masih merasa mual

3. Pasien mengatakan masih malas untuk mengkonsumsi makanan

diakibatkan karena perasaan mual yang sering muncul

4. Pasien mengatakan agak sedikit pusing

50

5. Pasien mengatakan sudah lama menderita diabetes melitus, dan

sudah sering dirawat di rumah sakit karena kadar glukosa darah yang

tidak dapat di kontrol

6. Pasien mengatakan masih sering mengkonsunmsi makanan

pantangan penderita diabetes melitus, seperti makanan yang

mengandung kadar gula tinggi,lainnya.

7. Keluarga pasien mengatakan BB pasien menurun sejak pasien mual

dan malas makan

8. Keluarga pasien mengatakan BB pasien 55 kg sebelum di bawa di

rumah sakit

DO

1. Nampak pasien lemas

2. Nampak pasien mual

3. Nampak pasien malas makan

4. Nampak pasien lebih banyak berbaring.

5. Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah : 150/90 mmHg

b. Pernapasan :24×/menit

c. Suhu :36, 7°c

d. Nadi :80×/menit

e. BB 49 kg

f. TB 158 cm

g. GDS 415 mg/dl

51

3. Intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan

No DiagnosaTujuan & kriteria

hasilIntervensi Rasional Implementasi Evaluasi

1 Ketidakseimbang

an nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh b.d

ketidakseimbanga

n insulin,

makanan dan

aktivitas jasmani

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan 3× 24

jam, rasa mual

dapat hilang dan

kadar glukosa

darah dapat

kembali normal

dengan Kriteria

Hasil :

1) Berat badan

ideal sesuai

dengan tujuan

2) Menunjukan

peningkatan

a.Monitor intake

makanan dan

hitung masukan

kalori perhari.

b. b Kolaborasi

dengan ahli gizi

untuk mengatur

dan jadwalkan

program diet yang

sesuai dengan

kebutuhan nutrisi

a. Untuk

mengetahui

jumlah kalori

yang di

butuhkan

pasien perhari

b. Untuk

membantu

menurunkan

kadar glukosa

darah dan

membantu

memenuhi

kebutuhan

nutrisi pasien

Kamis 19 juli 2018

08.001. Memonitor

intake makanandan jumlahmasukan kaloriperhariHasil :Jumlahpemasukankalori perhari1700/kkalLemak : 40,4gramKarbohidrat :325 gramProtein : 72gram

08.102. Mengatur dan

menjadwalkan

Sabtu 21 juli 2018

16.10S :

a) Klienmengatatkansudah tidakmerasa mual lagi

b) Klienmengatakanbadannya sudahtidak lemas lagi

O :a) Nampak tidak

mualb) Nampak tidak

lemasc) TD : 130/80

mmHgd) N :84×/me) S :36°Cf) P : 23×/menitg) GDS 249 mg/dl

52

fungsi

pengecapan

dan menelan

3) Kadar

glukosa darah

darah dapat

kembali

normal

berkurang

dari

sebelumnya

pasien perhari.

c. c. Modifikasi diet

berupa merubah

jumlah, frekuensi

makan dan bentuk

makanan

d. Monitor hasil

GDS dan BB

setiap harinya.

e. Berikan HE

tentang nutrisi

yang baik untuk

penderita DM

f. Kolaborasi

c. Untuk

membantu

pasien

menghilangkan

rasa bosan

terhadap satu

jenis makanan

saja

d. Untuk

mengatahui

hasil dari

tindakan yang

di lakukan

e. Untuk

memberikan

informasi

tentang nutrisi

DM kepada

klien

program dietyang sesuaidengankebutuhannutrisiperharinyaHasil :a) Nampakklien mematuhiprogram dietyang telah dijadwalkan dantelah diketahuioleh ahli gizi

12.003. Melakukan

pengukuranGDS dan BBHasil :GDS 415mg/dlBB 49 kg

h) BB 51 kg

53

dengan dokter

untu pemberian

obat

f. Untuk

mmbantu

proses

penyembuhan

dan

menurunkan

kadar glukosa

darah

Jumat 20 juli 2018

06.001. Melakukan

pengukuranGDS dan BBHasil :GDS 361mg/dlBB 49 kg

06.202. Modifikasi diet

berupamerubahjumlah,

54

frekuensimakan danbentukmakananHasil:Pada pagi hariklien di berimakan bubur,telur rebussatu,sertasayur bening

06.303 Berkolaborasi

untukpemberianterapifarmakologisesuai yangtelah dijadwalkanHasilDiberikanterapi insulinsetiapmendekatiwaktu makanyaitu kurang

55

lebih setengahjam sebelummakan

Sabtu 21 juli 2018

06.001. Melakukan

pengukuranGDS dan BBHasil :GDS 249mg/dlBB 51 kg

06.202. Modifikasi diet

berupamerubahjumlah,frekuensimakan danbentukmakananHasil:Pada pagi hariklien di berimakan bubur,telur rebus

56

satu,dan satubuah pisang

06.303. Berkolaborasi

untukpemberianterapifarmakologisesai yang telahdi jadwalkanHasilDiberikan terapiinsulin setiapmendekatiwaktu makanatau kuranglebih setengahjam sebelummakan

10.104. Berikan HE

kepada pasiententang nutrisiuntuk penderitaDMHasil :

57

Klien dankeluarganampakmengertidengan apayang dijelaskanperawat

58

C. Pembahasan

Pada bab sebelumnya, penulis telah menjabarkan berbagai

permasalahan tentang kasus diabetes melitus khususnya dalam masalah

pemenuhan kebutuhan nutrisi, diabetes melitus adalah gangguan metabolisme

yang di tandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya

dan menyebabkan komplikasi kronis, mikrovaskuler, makrovaskuler, dan

neoropati.( Yuliana elin,2009). Jika insulin didalam tubuh tidak dapat bekerja

dengan baik maka dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah,

sehingga menyebabkan pasien merasa mual dan lemas . Sedangkan tujuan

kasus diperoleh melalui studi langsung pada pasien Ny. N dengan kasus Non

Hemoragic Stroke (NHS) dan Diabetes melitus tipe II pada tanggal 19 – 21

juli 2018 diruang Laika Waraka Interna kamar 5 RSUD Bahteramas.

Penulis akan membahas mengenai hasil dari studi kasus yang telah

dilakukan dengan teori yang telah disajikan sebelumnya untuk mengetahui

apakah terdapat kesenjangan antara hasil yang ditemukan penulis dengan

teori. Untuk memudahkan dalam mengetahui apakah terdapat kesenjangan

seperti yang dimaksudkan di atas, maka penulis membahas dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan. Selama penulis melakukan

asuhan keperawatan pada pasien tersebut, penulis mengacu pada pendekatan

keperawatan yang meliputi : pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

59

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan merupakan pendekatan sistematik dari

pengumpulan, verifikasi dan komunikasi tentang data pasien. Fase proses

keperawatan ini terdiri dari dua bagian, yaitu data primer (pasien) , dan

sumber sekunder (keluarga pasien dan tenaga kesehatan) dan penggunaan

analisis data sebagai dasar untuk penentuan diagnosa keperawatan,

sehingga dengan adanya pengkajian yang tepat dapat menentukan langkah

berikutnya. (Wilkinson, 2014)

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai

dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi

insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan

menyebabkan komplikasi kronis, mikrovaskuler, makrovaskuler, dan

neoropati.( Yuliana elin,2009).

Masalah lain yang muncul pada penderita diabetes melitus adalah

ketidakseimbangan nutrisi sehingga terapi non farmakologi yang baik

diterpakan adalah terapi tentang nutrisi yang berfungsi untuk mengajarkan

kepada pasien tentang pola hidup sehat dan membantu menurunkan kada

glukosa darah yang meningkat diakibatkan oleh penurunan kerja insulin di

dalam tubuh. Pengkajian pada masalah kebutuhan nutrisi dapat dilakukan

dengan melihat apakah terdapat problem terhadap pemasukan nutrisi dan

di lihat pula pada hasil pemeriksaan GDS, karena pada umumnya jika

terjadi peningkatan kadar glukosa darah maka pasien akan mengeluh

merasa mual atau terdapat problem terhadap pemasukan nutrisi.

60

Pada tahap pengkajian yang dilakukan pada pasien tersebut, yaitu penulis

melakukan pengkajian dengan menggabungkan format pengkajian

kebutuhan nutrisi dengan pengkajian per sistem, yaitu tentang biodata

pasien (nama, umur, suku, alamat, pendidikan, agama, pekerjaan),

menanyakan keluhan utama, riwayat terjadinya penyakit diabetes melitus

sehingga menyebabkan pasien merasa mual dan dan malas makan,

melakukan pengukuran tanda-tanda vital dan melakukan pengukuran

glukosa darah serta menimbang berat badan pasien. Pada saat dilakukan

pengkajian, diperoleh data pasien mengeluh merasakan mual dan muntah

sebelum di bawa di rumah sakit setelah meminum sprite pada saat istrihat

ketika bekerja, pasien mengatakan ketika gejala mual dan muntah di

rasakan pasien tidak langsung di bawa di rumah sakit, pasien mengatakan

memiliki riwayat diabetes melitus sejak 5 tahun yang lalu. Keluarga pasien

mengatakan bahwa setiap glukosa darah pasien meningkat pasien sering

mengeluh mual dan malas makan. Ketika di rumah pasien masih memakan

makanan pantangan diabetes melitus.. Data objektif yang diperoleh yaitu

pasien nampak tidak pernah menghabiskan makanannya dan sering kali

nampak mual-mual.nilai GDS 435 mg/dl dan berat badan pasien 49 kg.

Berdasarkan hal tersebut, tidak diperoleh kesenjangan antara kasus

nyata dan teori tentang penyakit diabetes melitus maupun tentang teori

nutrisi, dimana tanda dan gejala diabetes melitus pada teori yaitu kadar

glukosa darah melebihi batas normalnya sehingga kadang kala pasien akan

merespon dengan merasa tubuhnya lemas dan merasa mual.pada

pengkajian keperawatan kebutuhan nutrisi berdasarkan teori, juga tidak

61

diperoleh kesenjangan antara teori dan kasus nyata, dimana pada teori

mengatakan bahwa pengkajian nutrisi dapat dilakukan dengan melihat

adanya problem terhadap pemasukan nutrisi.

Faktor pendukung yang ditemukan pada saat melakukan pengkajian yaitu

sikap kooperatif dari pasien dan keluarga pasien, serta adanya format

pengkajian keperawatan kebutuhan nutrisi yang memudahkan dalam

melakukan pengkajian.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif

dan objektif yang telah diperoleh melalui pengkajian. Diagnosa

keperawatan ini dapat digunakan sebagai keputusan klinik yang mencakup

respon klien, keluarga dan komunitas terhadap sesuatu yang berpotensi

sebagai masalah kesehatan.

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Diabetes melitus berdasarkan

teori, yaitu :

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani

b. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh,

hipovelemia

c. Kerusakan intergritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan

(nekrosis luka ganggren)

d. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit

e. Retensi urin b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter

kuat dan poliuri

62

f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi

darah keperifer, proses penyakit

g. Resiko ketidakseimbangan elektroliy b.d gejala poliuria dan

dehidrasi

h. Keletihan

Pada pengkajian dan analisa data yang telah dilakukan pada pasien

tersebut, tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus,

dimana diagnosa yang dapat diangkat dari hasil pengkajian tersebut

yaitu ketidakseimbangan nutrisi. Adapun batasan karakteristik pada

diagnosa ketidakseimbangan nutrusu kurang dari kebuthan tubuh

berdasarkan teori yaitu :

1) Bising usu hiperaktif

2) Gangguan sensasi rasa

3) Ketidakmampuan memakan makanan

4) Kram abdomen

5) Kurang informasi

6) Kurang minat pada makanan

7) Penurunan berat badan

8) Merasa lemas

Batasan karakteristik yang ditemukan pada teori dan hasil

pengkajian yang telah dilakukan pada pasien tidak ditemukan

kesenjangan teori, dimana batasan karakteristik yang ditemukan

pada hasil pengkajian sehingga dapat muncul diagnose nutrsi

yaitu ditandai

63

DS : Pasien mengatakan merasa lemas dan malas makan

DO : GDS 435mg/dl dan BB 49 kg.

3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan untuk

perilaku spesifik dari tindakan yang akan dilakukan oleh perawat. Dari

diagnosa yang muncul, selanjutnya dibuat rencana keperawatan sebagai

langkah untuk melakukan tindakan pemecahan masalah keperawatan

berdasarkan diagnosa keperawatan.

Intervensi yang di gunakan berdasarkan teori yaitu

a. Monitor intake makanan dan hitung masukan kalori perhari.

b. Atur dan jadwalkan program diet yang sesuai dengan kebutuhan

nutrisi pasien perhari.

c. Monitor hasil GDS dan BB setiap harinya.

d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat

Adapun intervensi yang dilakukan pada hasil pengkajian yaitu

hanya memfokuskan pada tindakan keperawatan, melakukan penanganan

kebutuhan nutrisi secara non farmakologi, yaitu program terapi diet.pada

intervensi di tambahkan memonitor hasil GDS dan BB perharinya untuk

dijadikan tolak ukur apakah tindakan yang kita lakukan dapat membantu

menurunkan kadar glukosa darah dan menaikan BB menjadi ideal.

4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan kepada

pasien sesuai dengan inervensi keperawatan yang telah ditetapkan,

sehingga kebutuhan pasien tersebut dapat terpenuhi.

64

Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 hari sejak tanggal

19-21 juli 2018, dimana tindakan yang dilakukan sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga dapat tercapai

sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan.

Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan yaitu

melakukan program terapi diet kepada pasien yang dilakukan selama 3

hari, disertai pengukuran GDS setiap harinya. dimana kadar glukosa darah

yang tinggi dapat mempengaruhi nutrisi yang masuk kedalam tubuh pasien

menjadi terhambat karena rasa mual dan lemas yang muncul. Seperti yang

sudah dijelaskan pada teori sebelumnya.

4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari sabtu tanggal 21

juli 2018 diperoleh hasil GDS 249 mg/dl dan BB 51 kg.dimana terjadi

perubahan glukosa darah dan berat badan setiap harinya. Setelah dilakukan

observasi akibat dari penurunan kadar glukosa darah mendekati angka

normal maka rasa maul yang dirasakan klien juga mulai menghilang.

Berdasarkan data subjektif yang di dapatkan klien mengatakan sudah tidak

merasa lemas dan mual lagi, selain itu sudah terjadi perubahan nafsu

makan pasien.

D. Keterbatasan studi kasus

1. Keterbatasan pertama yang penulis dapatkan yaitu mengenai referensi

dalam pembuatan studi kasus, dimana studi kasus ini pertama kali

diterapkan, sehingga peneliti yang melakukan studi kasus ini masih belum

65

mengerti dan menguasai cara dalam pembuatan studi kasus ini, akibat

referensi yang masih sangat terbatas.

2. Keterbatasan kedua, yaitu lamanya waktu melakukan studi kasus. Pada

studi kasus ini peneliti dibatasi oleh waktu, di karenakan pasien dengan

penderita Diabetes melitus sangat jarang mendapatkan perawatan yang

lama, sehingga peneliti mengambil waktu sesuai dengan lamanya pasien

dirawata secara umum.

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan umum dari hasil studi kasus ini yaitu :

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes melitus dalam masalah

pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan menerapkan program diet pada pasien

dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah dan membantu

menghilangkan rasa lemas dan mual.

Kesimpulan secara khusus dari hasil studi kasus ini yaitu :

1. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan format kebutuhan nutrisi

sehingga ditemukan data tentang problem terhadap pemasukan nutris yang

diakibatkan oleh kadar glukosa darah yang sangat tinggi.

2. Diagnosa keperawatan yang di ambil yaitu ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

3. Intervensi keperawatan dilakukan selama 3 hari dengan menggunakan

program terapi diet sehingga membantu menurunkan kadar glukosa darah

dan membantu menghilangkan rasa lemas dan mual yang dirasakan pasien.

4. Implementasi di lakukan sejak hari pertama sejak dilakukan pengkajian

kepada pasien.

5. Evaluasi keperawatan ini dilakukan dengan menggunakan data subjektif

yang berasal dari pasien dan data objektif yang berasal dari pengamatan

penulis.

67

B. Saran

1. Bagi pasien

Dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang

penyakit diabetes melitus dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi kepada

pasien dan keluarganya.

2. Bagi tenaga kesehatan

Untuk membantu, menerapkan serta mengajarkan terapi diet

kepada pasien diabetes melitus dengan masalah pemenuhan kebutuhan

nutrisi ataupun membantu menurunkan serta menjaga agar kadar glukosa

darah tetap normal atau stabil

3. Bagi penulis

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman tersendiri bagi

penulis dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan khususnya studi

kasus tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien diabetes melitus.

68

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, aziz. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta:salemba medika.

Darliana, devi. (2015). Manajemen Asuhan Keperawatan Pada pasien diabetesmelitus. Jurnal PSIK-FK Unisyiah, vol 2 no 2

Dinkes Sultra. (2016). Profil Data Kesehatan Provinsi Sultra. Kendari.

Donsu, J. D. T. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka

Baru Press.

Joseph,Novita.(2017).Diabetes Melitus Tipe 2. Diperoleh tanggal 28 mei 2018,dari https://www.google.com/search?hl=in-ID.

Nanda (Nic-Noc). (2015). Panduan Asuhan Keperawatan Profesional. Jakarta:EGC

Nashar,Emil.(2013). Apa Yang Kamu Ketahui Tentang Hipoglikemia. Diperolehtanggal 28 mei 2018 dari https://steemit.com/health.@emilnashar.

RSU Bahteramas Kota Kendari. (2017). Profil RSU Bahteramas Kota Kendari.Kendari : staf rekam medik RSU Bahteramas Kota Kendari

Setiati, siti, dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Jakarta: iternapublishing.

Tanto, chris, dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran edisi II. Jakarta: mediaaesculapius.

Utama, H. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : FKUI

Wahyuni endah sri & Hermawati.(2017). Persepsi Pemenuhan Kebutuhan NutrisiPada Pasien Diabetes Melitus. Jurnal care Vol.5,No 2.

69

70

71

72

73

74

STANDAR OPERATING PROSEDUR (SOP)

“PEMERIKSAAN GLUKOSA DALAM DARAH PUASA DAN 2 JAM

SETLAH MAKAN”

A. Pengertian

Pemeiksaan Glukosa dalam darah digunakan untuk mengetahui kadar gula

darah seseorang.

B. Nilai normal

1. Glukosa darah puasa

a. Dewasa : serum dan plasma = 70-110 mg/dl

b. Anak : 60-100 mg/dl

c. Lansia : 70-120 mg/dl

2. Glukosa darah 2 jam setelah makan

a. Dewasa : serum dan plasma = 140 mg/dl, darah lengkap = 120 mg/dl

b. Anak : 120 mg/dl

c. Lansia : serum dan plasma = 160 mg/dl, darah lengkap = 140 mg/dl

C. Indikasi

1. Klien yang tidak mengetahui penyakitnya

2. Penderita DM

D. Tujuan

Untuk mengetahui apakah seseorang dengan diabetes sudah tepat dengan pola

makannya. Jika hasilnya tinggi, kemungkinan makanan yang dimakan

sebelumnya mengandung jumlah gula atau karbohidrat yang banyak, dan

sebaliknya.

75

E. Persiapan alat

1. Glukometer / alat monitor kadar glukosa darah

2. Kapas alkohol

3. Hand scone bila perlu

4. Stik GDA / strip tes glukosa darah

5. Lanset / jarum penusuk

6. Bengkok

F. Prosedur

1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien

2. Mencuci tangan

3. Memakai handscone bila perlu

4. Atur posisi pasien senyaman mungkin

5. Dekatkan alat di samping pasien

6. Pastikan alat bisa digunakan

7. Pasang strip GDA pada alat glukometer

8. Mengurut jari yang akan ditusuk (darah diambil dari salah satu ujung

ujung jari telunjuk, jari tengah, jari manis tangan kanan/kiri.

9. Desinfeksi jari yang akan ditusuk dengan kapas alkohol

10. Menusukan lanset di jari tangan pasien, dan biarkan darah mengalir

secara spontan

11. Tempatkan ujung strip tes glukosa darah (bukan diteteskan) secara

otomatis terserap kedalam strip

12. Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang strip GDA

13. Menutup bekas tusukan lanset menggunakan kapas alkohol

76

14. Alat glukometer akan berbunyi dan bacalah angka yang tertera pada

monitor

15. Keluarkan strip tes glukosa dari alat monitor

16. Matikan alat monitor kadar gukosa darah

17. Membereskan alat

18. Mencuci tangan

19. Dokumentasi : catat hasil pada buku catatan.

77

STANDAR OPERATING PROSEDUR (SOP)

“PERENCANAAN TERAPI NUTRISI”

A. Pengertian

Strategi penentu keberhasilan pelaksanaan terapi gizi berdasarkan masalah

gizinya, mengetahui penyebab dan mempunyai tujuan yang terukur serta

preskripsi diet yang tepat.

B. Tujuan

Agar pelaksanaan terapi gizi pasien terencana dan tercapai dengan baik sesuai

dengan jenis diet, bentuk makanan, dan jadwal pemberian.

C. Prosedur

1. Persiapan

a. Pemeriksaan kondisi awal pasien dan diagnosa/Anamnase awal

penyakit

b. Catat registasi pasien (nama, diagnosa, biokimia jenis diet)

c. Mengukur tinggi badan (TB) dan berat badan (BB), pada kondisi

tinggi badan tidak dapat diukur dapat menggunakan panjang badan.

d. Mengidentifikasi pasien yang berisiko/tidak berisiko malnutrisi atau

kondisi khusus 1x24 jam

e. Kondisi khusus yang di maksud adalah pasien dengan kelainan

metabolik, hemodialisis, luka bakar, pasien dengan imunitas

menurun, sakit kritis dan sebagainya

f. Anamnesis riwayat gizi meliputi asupan makanan termasuk

komposisi, pola makan, diet saat ini dan kebiasaan makan frekuensi

78

penggunaan bahan makanan serta adanya riwayat alergi pada

makanan

g. Biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, status metabolik

dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya

masalah gizi

2. Alat-alat:

a. Blangko order diet awal dari dokter jaga

b. Formulir status pasien

c. Formulir anamnese gizi

d. Formulir frekuensi makan dan perubahan diet

e. Berkas rekam medik

f. Timbang berat badan dan pengukur tinggi badan

g. Alat tulis

3. Pelaksanaan

a. Tetapkan tujuan terapi yang harus dapat diukur, dicapai dan

ditentukan waktunya.

b. Preskipsi diet yang menggambarkan rekomendasi mengenai

kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenis diet, bentuk makanan,

komposisi zat gizi dan frekuensi maka

c. Tentukan jenis diet sesuai dengan order diet awal dari dokter

d. Modifikasi diet, berupa merubah jumlah, frekuensi makan dan

bentuk makanan

e. Jadwalkan pemberian diet sesuai dengan pola makan

f. Berikan jalur makanan berupa oral dan enternal atau parenteral

79

80