Upload
dicky-pryadi
View
25
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
askep
Citation preview
Asuhan Keperawatan ISK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eliminasi merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan
berperan dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan
untuk mempertahankan homeostasis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme.
Secara garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi ke dalam dua jenis yaitu
sampah yang berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feces (nondigestible
waste) serta sampah metabolisme yang dibuang baik bersama feses ataupun
melalui saluran lain seperti urine, CO2, nitrogen, dan H2O.
( Judith Ann Kilpatrick, Fundamental of Nursing hal 1679 2001).
Ada beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola eliminasi manusia,
diantaranya adalah infeksi saluran kemih.Infeksi saluran kemih terjadi
karena adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan
diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur
(Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003).
Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen
penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp.,
Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia
coli (Coyle & Prince, 2005).
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan
dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dewasa maupun pada usia lanjut.
Akan tetapi, wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi kurang lebih 5-
15%.Dibandingkan laki-laki, perempuan ternyata lebih rentan terkena penyakit
ini.Pasalnya, penyebabnya adalah saluran uretra (saluran yang menghubungkan
kantung kemih ke lingkungan luar tubuh) perempuan lebih pendek (sekitar 3-5
centi meter).Berbeda dengan uretra laki-laki yang panjang, sepanjang penisnya,
sehingga kuman sulit masuk.
(Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3 Jakarta: FKUI)
B. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami perancanaan asuhan keperawatan klien
dengan penyakit infeksi saluran kemih.
2) Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi penyakit Infeksi Saluran
Kemih.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi penyakit Infeksi Saluran
Kemih.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi penyakit infeksi
saluran kemih.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang penyakit
infeksi saluran kemih.
5. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada penyakit infeksi
saluran kemih.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi penyakit infeksi saluran
kemih.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dan
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
Ardaya, Suwanto, 2001).
Infeksi saluran kemih adalah berkembang biaknya mikroorganisme di
dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus
atau mikroorganisme lain.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang
disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat
dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis
perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker,
dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya
infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian,
panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya
bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius.
Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini
menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
B. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK complicated
b. Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated
c. Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
http://blogspot.com/2012/01/makalah-askep-isk-infeksi-saluran-
kemih.html
C. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen.
Ada dua jalur utama terjadi ISK yaitu :
1. Secara asending :
Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain : faktor
anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki- laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi,
kontaminasi fekal, Pemasangan alat kedalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2. Secara hematogen :
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara Hematogen. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu adanya bendungan total urin yang yang mengakibatkan
distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan
distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan
penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media
pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi
gunjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar keseluruh
traktus urinarius. Selain itu beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara
lain adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang mengakibatkan penimbunan
cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebt sebagai
hidronefroses.
Klasifiksi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
1. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik
irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi
fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
2. Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan sebagai
gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal
adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae
biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.
3. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala
ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal.
http://blogspot.com/2012/01/makalah-askep-isk-infeksi-saluran-kemih.html
D. Manifestasi Klinis
1. Mukosa memerah dan oedema
2. Terdapat cairan eksudat yang purulent
3. Adanya rasa gatal yang menggelitik
4. Adanya nanah awal miksi
5. Nyeri pada saat miksi
6. Kesulitan untuk memulai miksi
7. Nyeri pada abdomen bagian bawah.
8. Disuria (nyeri waktu berkemih)
9. Peningkatan frekuensi berkemih
10. Perasaan ingin berkemih
11. Nyeri punggung bawah atau suprapubic
12. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang
parah.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment
air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologi
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka
psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c. Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi
akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal
atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau
evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.
F. Pengobatan
a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram
negatif.
1. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis.
2. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari
dalam 2 dosis.
3. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin.
4. Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten
terhadap cotrimoxazole.
5. Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak
digunakan pada anak-anak yang dikhawatirkan mengalami
keterlibatan ginjal pada ISK.
6. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau
refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut.
7. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita
harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari
kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces.
http://www.google.com/asuhan-keperawatan-ISK, 29 April 2012
G. Pengkajian pada Pasien dengan Infeksi Saluran Kemih
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : pekerjaan mononton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas atau imobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
2. Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal).
Kulit hangat dan kemerahan, pucat.
3. Eliminasi
Gejala: adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya(kalkulus).
Penurunan keluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan
berkemih, diare. Tanda: poliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola
berkemih.
4. Makanan / Cairan
Gejala:mual dan muntah, nyeri tekan abdomen diet tinggi purin, kalsium
oksalat, dan fosfat ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air
dengan cukup. Tanda: distensi abdominal,penurunan/ tak adanya bising
usus muntah.
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala: episode akut, nyeri akut, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi
batu, contoh pada panggul di regio sudut kostavertebra, dapat menyebar ke
punggung abdomen, (lipat paha atau genetelia) ngeri dangkal konstan
menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. nyeri dapat di
gambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan posisi atau tindakan
lain. Tanda : melindungi, perilaku distraksi nyeri tekan pada area ginjal
pada palpasi.
6. Keamanan
Gejala : penggunaan alkohol demam, menggigil.
http://www.google.com/asuhan-keperawatan-ISK, 29 April 2012
H. Diagnosa Keperawatan NANDA
1. Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
4. Resiko Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hilangnya nafsu makan.
5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di
rumah.
I. Intervensi NIC NOC
1. Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
Kriteria Hasil :
1. Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih
2. Kandung kemih tidak tegang
3. Pasien nampak tenang
4. Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1. Kaji intensitas, lokasi, dan faktor yang memperberat atau meringankan
nyeri.
Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat
ditoleran.
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan
otot-otot
3. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih
4. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Kriteria Hasil :
a. Tanda vital dalam batas normal
b. Klien menunjukan termoregulasi
c. Klien tidak demam.
Intervensi :
1. Observasi TTV
Rasional: mengetahui kaedaan umum klien
2. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38, C.
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
3. Kaji keadekuatan hidrasi
Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
4. Kompres air hangat.
Rasional : Untuk menurunkan suhu tubuh
5. Kolaborasi pemberian antipiretik.
Rasional : Antipireti menurunkan suhu tubuh
3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran
kemih
Kriteria hasil :
a. Klien mampu toileting secara mandiri
b. Tidak ada infeksi saluran kemih
c. Berkemih > 150 cc per hari
Intervensi :
1. Kaji TTV
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum klien.
2. Observasi karakteristik urin
Rasional : mengetahui tanda ketidaknormalan urin
3. Anjurkan minum 2 liter per hari
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan menjaga hidrasi
4. Bantu klien posisi nyaman BAK
Rasional: memudahkan proses bak
5. Ajarkan perawatan perianal
Rasional : menjaga kebersihan dan mengurangi infeksi
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi
perawatan di rumah.
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan
Intervensi :
1. Berikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan,
jadwal, dan kemungkinan efek samping.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang
memungkinkan membuat pilihan berdasarkan informasi.
2. Anjurkan melakukan aktifitas biasanya secara bertahap sesuai
toleransi, dan sediakan waktu untuk istrahat adekuat.
Rasional : menjaga kelemahan dan meningkatkan perasaan sehat.
Dochter, Joanne McCloskey, Phd dkk. 2004. Nursing Intevention
Classification. Jakarta: Mosby. Elevier.
J. Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu
pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1. Nyeri yang menetap atau bertambah
2. Perubahan warna urine
3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit,
perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Bp. A seorang perawat, datang ke UGD RS. Soeradji mengantar anak
perempuannya yang masih berumur 5 th karena anaknya menangis terus-menerus
sejak kemarin sore dikarenakan febris dan disuria.Bp.A juga mengatakan, An.K di
rumah dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal higiennnya biasanya
dibantu oleh pembantunya.
Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti di remas-remas
dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK
padahal buang air kecilnya lebih sering dari pada biasanya, oleh sebab itu An.K
mengakatakan takut umtuk banyak minum. Bp.A mengatakan anaknya mengalami
nyeri pada bagian suprapubic dan adanya hematuria, selain itu diawal berkemih
ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. Karena sakit pada bagian bawah,
An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke
UGD, An.K digendong oleh ayahnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV:
RR : 28x/menit
S : 400C
N : 108x/menit
Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infuse RL, 20 tts/mnt dengan abocat
ukuran 24 dan diberikan terapi obat:
Ceftriaxone 2x500mg
Ketorolak 2x 0,5mg/kg/BB
A. Pengkajian
Nama Perawat : Ns. Aprilia Oktaviani
Tanggal Pengkajian : 4 Mei 2012
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
1) Biodata
Pasien
Nama : An.K
Usia/jenis kelamin : 5 Tahun/perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : PAUD
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Jl. Solo 13 Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta
Diagnosa Medis : Infeksi Saluran Kemih
Jam/Tanggal Masuk RS : 09.00 / 4 Mei 2012
No. RM : 081916
Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Usia : 35 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Wirausaha
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Solo 13 Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta
Hubungan dengan Klien : Ayah
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
An. K mengeluh nyeri pada perut bagian suprapubic.
b. Riwayat penyakit sekarang
Tn.A mengatakan bahwa An.K sudah merasakan sakit bagian perut
bawah sejak 3 hari yang lalu. An.K sudah dilakukan pemeriksaan fisik
dan pemasangan infus RL, 20 tts/menit dengan abocat ukuran 24 dan
terapi obat:
Tindakan di UGD :
Ceftriaxone 2x500mg
Ketorolak 2x0,5 mg/kg/BB.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tn.A mengatakan bahwa An.K tidak mempunyai riwayat penyakit
ataupun diopname di RS sebelumnya. An.K belum pernah mengalami
kecelakaan ataupun dioperasi. Anak A tidak memiliki alergi.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tn. A mengatakan ibunya pernah mengalami ISK pada umur 10 tahun,
riwayat penyakit kakek An K adalah hipertensi.
3) Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien
a) Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit klien sehari-hari melakukan aktivitas seperti biasa untuk
bermain dengan teman.
b) Tidur dan Istirahat
Klien tidur malam di mulai pukul 20.00, dan klien sering terbangun
pada malam hari karena merasakan nyeridi bagian suprapubic, dan
bangun pukul 05.00. pada siang hari klien tidak tidur siang.
c) Kenyamanan dan Nyeri
P : saat buang air kecil
Q : nyeri hilang timbul
R : perut bagian suprapubic
S : 5
T : 2 menit
d) Nutrisi
Klien jarang untuk minum dan konsumsi minum kurang dari 3 gelas
sehari. Klien makan 2 kali sehari pada waktu siang pukul 12.00 dan
malam pukul 19.00
e) Cairan, elektrolit dan asam basa
Dalam sehari klien hanya minum 2 gelas, 1 gelas = 200cc, intake,
output, asam basa, BC +/-
f) Oksigenasi
Tn.B mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat penyakit
sesak nafas atau sejenisnya. An.A tidak batuk ataupun mengeluarkan
sputum.
g) Eliminasi fekal/bowel
Tn.B mengatakan bahwa An.A biasanya BAB sehari sekali yaitu pada
pagi hari. Warna BAB An.A coklat kekuningan dan baunya khas.
Kebutuhan pemenuhan eliminasi An.A dibantu oleh pembantunya.
Setelah sakit bapak An.A mengatakan bahwa An.A jarang BAB,
kadang-kadang hanya 2 hari sekali.
h) Eliminasi urine
Tn.B mengatakan frekuensi berkemih An.K adalah 250 cc. Warna
urine An.A keruh. Adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada
cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. An.Kmerasakan nyeri
saat berkemih. Kebutuhan pemenuhan eliminasi urine An.K dibantu
oleh keluarganya.
i) Sensori, persepsi dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan pada sistem sensori, persepsi maupun
kognitif.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
TD : 80/45 mmHg
RR : 28x/menit
S : 400 C
N : 108x/menit
b) Kepala
Pada kepala berbentuk mesochepal ranbut klien tidak rontok, tidak ada
lesi pada kulit kepala, tidak berketombe, dan tidak ada nyeri tekan
pada kepala klien.
c) Leher
Tidak ada pembesran tyroid, tidak ada kuku kuduk, reflex menelan
baik.
d) Dada
1. Paru
bentuk dada simetris, tidak ada benjolan, paru sonor, tidak ada
weezing.
2. Jantung
Suara jantung redup, S1, S2 tunggal, denyut jantung teratur.
e) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen kecoklatan lebih terang dari pada kulit
lain.
Auskultrasi : peristaltic usus 15 kali per menit
Palpasi : saat di palpasi adanya nyeri tekan pada bagian suprapubic
Perkusi : terdengar timpani
f) Genetalia
Keadaan genetalia tidak ada gangguan dan keluhan. Tidak terdapat
hypospadia, epispadia, hernia, hydrocell dan tumor.
g) Rektum
Keadaan rektum normal tidak ada hemoroid, prolaps maupun tumor.
h) Ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah
Lengan kanan terpasang infus RL 20 tetes/menit.
5) Psiko Sosio Budaya dan Spiritual
Psikologis :
klien belum mengerti tentang penyakitnya. An K sering menahan sakit pada
perut. An.K mendapat dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya dari
ibunya.
Sosial :
An.K sehari-harinya bermain dengan teman-temannya.kadang bermain dengan
ayah waktu dirumah
Budaya :
Suku bangsa An.K adalah Jawa. Untuk berintaraksi dengan orang lain klien sering
menggunakan bahasa Jawa. Dan tumbuh kembang klien orang tua masih
menggunakan adat jawa.
Spiritual :
klien belum sepenuhnya mengerti tentang ibadah, tetapi dalam ibadah sehari-hari
klien mengikuti ibadah rutin dengan orang tuanya.
6) Terapi Medis
Saat di UGD An. A dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan abocat
ukuran 24 jam diberikan terapi obat:
Ceftriaxone 2x500mg
Ketorolak 2x 0,5 mg/kg/BB
7)
B. Analisa Data
Nama Klien : An. K
Umur : 5 tahun
Ruang Rawat : Anggrek
No. Register : 081916
Diagnosa Medis : Infeksi Saluran kemih
Alamat : Jl. Maguwoharjo
5,Sleman,Yogyakarta
TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
4-4-12/
09.10
DS :
1. An K mengeluh nyeri pada
bagian suprapubic.
2. An.K mengatakan bahwa nyeri
seperti diremas remas pada
bagiansuprapubic.
3. Skala nyeri 5
4. DO :
1. An. K Tampak menahan nyeri
(meringis) dan terkadang
menangis.
2. S:400C
RR = 28x/mnt
N = 108x/mnt
Agen Cedera
Biologis
Nyeri Akut
DS :
1. Tn. A mengatakan
badan anaknyapanas.
2. An. K mengatakan takut untuk
banyak minum.
DO :
1. TTV :
Dehidrasi Hipertermia
S = 400C
2. An. K tampak pucat.
3. Kulitnya teraba panas.
DS :
1. Tn K mengatakan anakanya
susah makan dan makan hanya 1
kali sehari..
DO :
1. An.K tampak pucat dan mukosa
bibir kering.
2. BB : 12kg,TB :90cm
Tidak nafsu
makan
nutisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS :
1. Tn. K mengatakan anaknya
sudah 5hari merasakan sakit perut
bagiansuprapubic.
2. An.K mengatakan nyeri seperti
diremas-remas.
3. An A mengatakan bila buang air
kecilwarna urinya keruh, dan ada
darah.
4. DO :
1. An. K Tampak menahan nyeri
dan terkadang menangis
2. RR = 28x/mnt
N = 108x/mnt
S=400C
Infeksi Saluran
Kemih
Perubahan pola
eliminasi Urinarius
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d Agen cedera biologis
2. Hipertermia b.d Dehidrasi
3. Perubahan Pola eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak nafsu makan