22
LI LBM 2 HERBAL AULIA FITRIANI UJI PREKLINIS 1. DEFINISI Uji preklinik dilaksanakan setelah dilakukan seleksi jenis obat tradisional yang akan dikembangkan menjadi fitofarmaka. Uji preklinik dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba untuk melihat toksisitas dan efek farmakodinamiknya. Bentuk sediaan dan cara pemberian pada hewan coba disesuaikan dengan rencana pemberian pada manusia. Menurut pedoman pelaksanaan uji klinik obat tradisional yang dikeluarkan Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI hewan coba yang digunakan untuk sementara satu spesies tikus atau mencit, sedangkan WHO menganjurkan pada dua spesies. Uji farmakodinamik pada hewan coba digunakan untuk memprediksi efek pada manusia, sedangkan uji toksisitas dimaksudkan untuk melihat keamanannya 2. MACAM-MACAM UJI TOKSISITAS Uji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas akut, subkronik, kronik, dan uji toksisitas khusus yang meliputi uji teratogenisitas, mutagenisitas, dan karsinogenisitas. 1) Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk menentukan LD50 (lethal dose50) yaitu dosis yang mematikan 50% hewan coba, menilai berbagai gejala toksik, spektrum efek toksik pada organ, dan cara kematian. Uji LD50 perlu dilakukan untuk semua jenis obat yang akan diberikan pada manusia. Untuk pemberian dosis tunggal cukup dilakukan uji toksisitas akut. 2) Pada uji toksisitas subkronik obat diberikan selama satu atau tiga bulan, sedangkan pada uji toksisitas kronik obat diberikan selama enam bulan atau lebih. Uji toksisitas subkronik dan kronik bertujuan untuk mengetahui efek toksik obat tradisional pada pemberian jangka lama. Lama pemberian sediaan obat pada uji toksisitas ditentukan berdasarkan lama pemberian obat pada manusia (Tabel 4).2 Tabel 4. Hubungan Lama Pemberian Obat pada Manusia dan Lama Pemberian Obat pada Hewan Coba pada Uji

Aul Lbm 2 Herbal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aul lbm 2 herbal

Citation preview

LI LBM 2 HERBAL AULIA FITRIANI

LI LBM 2 HERBAL AULIA FITRIANI

UJI PREKLINIS1. DEFINISIUji preklinik dilaksanakan setelah dilakukan seleksi jenis obat tradisional yang akan dikembangkan menjadi fitofarmaka. Uji preklinik dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba untuk melihat toksisitas dan efek farmakodinamiknya. Bentuk sediaan dan cara pemberian pada hewan coba disesuaikan dengan rencana pemberian pada manusia. Menurut pedoman pelaksanaan uji klinik obat tradisional yang dikeluarkan Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI hewan coba yang digunakan untuk sementara satu spesies tikus atau mencit, sedangkan WHO menganjurkan pada dua spesies. Uji farmakodinamik pada hewan coba digunakan untuk memprediksi efek pada manusia, sedangkan uji toksisitas dimaksudkan untuk melihat keamanannya2. MACAM-MACAMUji ToksisitasUji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas akut, subkronik, kronik, dan uji toksisitas khusus yang meliputi uji teratogenisitas, mutagenisitas, dan karsinogenisitas.1) Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk menentukan LD50 (lethal dose50) yaitu dosis yang mematikan 50% hewan coba, menilai berbagai gejala toksik, spektrum efek toksik pada organ, dan cara kematian. Uji LD50 perlu dilakukan untuk semua jenis obat yang akan diberikan pada manusia. Untuk pemberian dosis tunggal cukup dilakukan uji toksisitas akut. 2) Pada uji toksisitas subkronik obat diberikan selama satu atau tiga bulan, sedangkan pada uji toksisitas kronik obat diberikan selama enam bulan atau lebih. Uji toksisitas subkronik dan kronik bertujuan untuk mengetahui efek toksik obat tradisional pada pemberian jangka lama. Lama pemberian sediaan obat pada uji toksisitas ditentukan berdasarkan lama pemberian obat pada manusia (Tabel 4).2Tabel 4. Hubungan Lama Pemberian Obat pada Manusia dan Lama Pemberian Obat pada Hewan Coba pada Uji

Uji toksisitas khusus tidak merupakan persyaratan mutlak bagi setiap obat tradisional agar masuk ke tahap uji klinik. Uji toksisitas khusus dilakukan secara selektif bila:2,201. Obat tradisional berisi kandungan zat kimia yang potensial menimbulkan efek khusus seperti kanker, cacat bawaan.2. Obat tradisional potensial digunakan oleh perempuan usia subur3. Obat tradisional secara epidemiologik diduga terkait dengan penyakit tertentu misalnya kanker.4. Obat digunakan secara kronik

Granuloma

fibrosis

LI LBM 2 HERBAL AULIA FITRIANI

karsinogenesis

TeratogenesisUtk obat yg kemungkinan dikonsumsi oleh ibu hamil, maka wajib melakukan uji TERATOGENIK. Hewan uji biasanya tikus jenis SD dan juga kelinci (keduanya harus dilakukan, tdk boleh hanya rodent saja), dibuntingkan dan sengaja dipejani obat dengan dosis bervariasi, diamati efek samping yang muncul di janin dan korpora lutea yg mencerminkan adanya abortus, cacad menetap pada organ tertentu. Perlu skill tinggi utk membungtingkan hewan uji, memejankan senyawa saat masa pembentukan organ janin/organogenesis yg lamanya tgt hewan, melakukan bedah cesar sblm akhir kehamilan hewan, mengamati uterus, janin satu persatu hingga organ dalam dan pertulangan janin. Satu hewan bias jadi punya 11-13 janin, maka harus dilakukan pengamatan kecacadan organ pada semua janin, melakukan histopatologi semua organ semua janin.

Hasil : keamanan/ketidakamanan senyawa bagi ibu hamil dan janin.

Uji teratogenik

Istilah untuk menyatakan toksisitas suatu zat: Dosis Letal (LD) Jumlah yang betul-betul masuk ke dalam tubuh organism uji yang menyebabkan respons berupa kematian organism uji Untuk mencari dosis aman menggunakan LD50 (dosis yang mematikan 50% organism uji) Konsentrasi letal (LC) Konsentrasi zat yang berada di luar tubuh organism yang menyebabkan respons berupa kematian organisme uji Mempermudah menentukan konsentrasi zat yang aman yang boleh ada di lingkunganIstilah toksisitas yang lain untuk menentukan dosis aman :NOEL (no observed effect level)NOAEL (no observed adverse effect level)

Uji ToksisitasTujuan: menilai efek akut, subakut, dan kronisUji dilakukan berdasarkan waktu merupakan kendala utama3 (tiga) kelompok uji toksisitas:1) Uji akut/ uji tingkat I uji jangka pendek2) Uji subkronis/ uji tingkat II3) Uji kronis/ uji tingkat III

Tujuan Observasi yang dilakukan : Skrining kedua terhadap mutagenisiti Uji teratologi & uji reproduktif Uji teratologi & uji reproduktif Uji farmakokinetik Uji perilaku Uji perilaku Uji interaksi, seperti sinergisme, antagonisme dan aditivisme semuanya diselesaikan dalam waktu dua-setengah tahun

Tujuannya untuk menguji : Mutagenisiti pada mamalia Karsinonegisiti pada tikus selama 2 tahun Karsinonegisiti pada tikus selama 2 tahun Farmakokinetika pada manusia bila relevan Klinis pada manusia Data epidemiologis untuk efek terhadap ekposur akut dan kronis Pengujian suatu zat, tergantung pada penggunaannya dan kemungkinan eksposur yang dapat diterima kemungkinan eksposur yang dapat diterima manusia/masyarakat

Organ Diperiksa Secara Patologi pada Uji Subkhronis& Khronis

Respons yang dilihat : respons sangat ringan sampai pada yang parah (kematian) Yang penting : respons dapat diukur secara kuantitatif Respons yag diteliti akan memperlihatkan korelasi matematis yang konsisten Terdapat variasi respons antar spesies Terdapat variasi respons antar spesies Respons yang sering dilihat : kematian karena kesulitan dalam menentukan hewan uji mati atau immobil saja perhatikan periode waktu observasi sehingga waktu terjadi kematian diketahu

Interaksi yang dapat terjadi :1) Interaksi Kimia Interaksi karena reaksi kimiawi yang menimbulkan senyawa baru yang bersifat lebih toksis2) Interaksi Biologis interaksi yang terjadi dengan tubuh organisme yang menimbulkan efek berlebih maupun berkurangInteraksi sangat dipengaruhi oleh dosis xenobiotik3) Interaksi antar xenobiotik dapat menimbulkan efek Aditif Sinergistik Antagonistik

Ekstrapolasi Zat Tidak Karsinogenik

Semua zat yang dianggap karsinogenik, dalam analisis ini dianggap tidak mempunyai ambang amanDalam ekstrapolasi diambil angka yang diperkirakan dapat diterima oleh masyarakat Misalnya : apakah orang dapat menerima atau mentolerir pertambahan satu orang penderita kanker dalam 100.000 penduduk atau satu orang per 10.000.000 pendudukMaka SHD dapat dituluskan sbb :

Efek racun dapat dipastikan jika : Terjadi kecelakaan/kesalahan Terjadi kecelakaan/kesalahan Ada bukti dari hasil studi epidemiologis Ada pengalaman eksposur di industryMasalah Organisme PercobaanHasil uji dengan menggunakan organisme percobaan yang sedapat mungkin sensitivitasnya menyerupai/ mendekati manusia Tidak sempurnaContoh : obat penenang ibu hamil Thalomide yang pada uji Contoh : obat penenang ibu hamil Thalomide yang pada uji toksisitas hewan tidak didapat efek jelek, tetapi pada manusia terjadi focomeliaDosis yag didapat dari percobaan (NOEL, NOAEL,LOEL,LOAEL) merupakan fungsi dari berbagai faktor :Spesies patologi jumlah sampel rute eksposur usia Spesies, patologi, jumlah sampel, rute eksposur, usia pertama mendapat eksposur, perioda eksposur, lamanya observasi (dari awal sampai akhir eksperimen)

Uji preklinim lain yg harus dialami obat adl : Uji FARMAKOKINETIK.

Sesuai dg nama yg diberikan pada uji ini, obat diberikan pada dosis terapi utk dilihat kinetika obat (jumlah dan kecepatan obat) dalam saluran sistemik/peredaran darah umum. Dilakukan sampling darah kemungkinan juga urin dan beberapa obat butuh sample saliva utk menentukan profil obat baik terjadinya absorpsi, distribusi. Metabolisme dan ekskresi=ADME obat=nasib obat dalam tubuh. Sampling dilakukan sesering mungkin sejak obat diberikan, lamanya sekitar 5-10x T1/2 obat, atau jika belum tahu t1/2 maka harus dilakukan selama mungkin bias sampai 12 jam, dilakukan sampling awal tiap 5 menit, diikuti sampling tiap jam. Muncul hasil berupa Cmak (kadar obat maksimal dalam badan), waktu terjadinya Cmak disebut Tmak, jumlah obat dalam badan AUC dan waktu paro ekskresi=T1/2 obat yang menunjukkan berapa lama obat berada dalam tubuh dan kapan akan diekskresikan hamper 100% dr dosis awal. T1/2 menjadi dasar penentuan regimen dosis obat (berapa kali dalam sehari obat bisa diberikan dan aman).

Itulah uji preklinik yg dilalui obat, selain tentunya uji sebelumnya spt uji kemurnian senyawa, uji kelarutan obat dll di bidang teman2 Kimia Farmasi dan Teknologi Farmasi jika obat telah dibuat dalam bentuk sediaan obat (tablet, injeksi, dll).

Rangkuman di atas adalah uji yg dijalani obat sblm dipasarkan adl :

I. Uji preklinik (pada hewan)

1. Uji Farmakodinamik in vitro dan in vivomenentukan khasiatnyaefficacy2. Uji Toksikologik3. Uji Farmakokinetik

Jika dari ke-3 uji tsb (butuh waktu 3-5tahun) obat lolos, maka dilanjutkan dengan uji KLINIK (Clicical Trial)

Uji FarmakodinamikPenelitian farmakodinamik obat tradisional bertujuan untuk meneliti efek farmakodinamik dan menelusuri mekanisme kerja dalam menimbulkan efek dari obat tradisional tersebut. Penelitian dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba. Cara pemberian obat tradisional yang diuji dan bentuk sediaan disesuaikan dengan cara pemberiannya pada manusia. Hasil positif secara in vitro dan in vivo pada hewan coba hanya dapat dipakai untuk perkiraan kemungkinan efek pada manusiaStandardisasi Sederhana, Penentuan Identitas dan Pembuatan Sediaan TerstandarPada tahap ini dilakukan standarisasi simplisia, penentuan identitas, dan menentukan bentuk sediaan yang sesuai. Bentuk sediaan obat herbal sangat mempengaruhi efek yang ditimbulkan. Bahan segar berbeda efeknya dibandingkan dengan bahan yang telah dikeringkan. Proses pengolahan seperti direbus, diseduh dapat merusak zat aktif tertentu yang bersifat termolabil.15 Sebagai contoh tanaman obat yang mengandung minyak atsiri atau glikosida tidak boleh dibuat dalam bentuk decoct karena termolabil. Demikian pula prosedur ekstraksi sangat mempengaruhi efek sediaan obat herbal yang dihasilkan. Ekstrak yang diproduksi dengan jenis pelarut yang berbeda dapat memiliki efek terapi yang berbeda karena zat aktif yang terlarut berbeda. Sebagai contoh daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) memiliki tiga jenis kandungan kimia yang diduga berperan untuk pelangsing yaitu tanin, musilago, alkaloid. Ekstraksi yang dilakukan dengan etanol 95% hanya melarutkan alkaloid dansedikit tanin, sedangkan ekstraksi dengan air atau etanol 30% didapatkan ketiga kandungan kimia daun jati belanda yaitu tanin, musilago, dan alkaloid tersari dengan baik.22

sumber: Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka* Hedi R. Dewoto Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

3. LANGKAH-LANGKAH

4. Indicator (cara penilaian) uji masing- masing uji preklinik (uji farmakodinamik dan uji toksisitas )sesuai system organ yang terkena ?

5. SYARAT OBAT YANG DILAKUKAN UJI PREKLINISSebelum memulai penelitian, perlu dilakukan pemilihanjenis obat tradisional/obat herbal yang akan diteliti dandikembangkan. Jenis obat tradisional/obat herbal yangdiprioritaskan untuk diteliti dan dikembangkan adalah:2,211. Diharapkan berkhasiat untuk penyakit yang mendudukiurutan atas dalam angka kejadiannya (berdasarkan polapenyakit)2. Berdasarkan pengalaman berkhasiat untuk penyakittertentu3. Merupakan alternatif jarang untuk penyakit tertentu,seperti AIDS dan kanker.

HEWAN COBAHewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Animal model atau hewan model adalah objek hewan sebagai imitasi (peniruan) manusia (atau spesies lain), yang digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis (Hau & Hoosier Jr., 2003).

B. Klasifikasi Animal Model Exploratory (penyelidikan) : untuk memahami mekanisme biologis, apakah termasuk mekanisme dasar yang normal atau mekanisme yang berhubungan dengan fungsi biologis yang abnormal. Explanatory (penjelasan) : untuk memahami lebih banyak masalah biologis yang kompleks. Predictive (perkiraan) : bertujuan untuk menentukan dan mengukur akibat dari perlakuan, apakah sebagai cara untuk pengobatan penyakit atau untuk memperkirakan tingkat toksisitas suatu senyawa kimia yang diberikan.

C. Syarat Hewan Coba

Menurut U.S National Research Committee on Animal Model for Aging, mendefinisikan hewan model sebagai hewan yang secara normative biologi atau perilaku dapat dipelajari, secara spontan atau proses patogenesis dapat diinvestigasi dan secara fenomena pada satu atau beberapa kejadian menggambarkan fenomena pada manusia dan beberapa spesiesHewan model diartikan secara lugas sebagai hewan yang memodelkan manusia (modelling human) atau lebih tepat diistilahkan model manusia (Hau, 2004).

Sedapat mungkin hewan percobaan yang akan digunakan bebas dari mikroorganisme patogen, karena adanya mikroorganisme patogen pada tubuh hewan sangat mengganggu jalannya reaksi pada pemeriksaan penelitian, sehingga dari segi ilmiah hasilnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karenanya, berdasarkan tingkatan kontaminasi mikroorganisme patogen, hewan percobaan digolongkan menjadi hewan percobaan konvensional, specified pathogen free (SPF) dan gnotobiotic. Mempunyai kemampuan dalam memberikan reaksi imunitas yang baik. Hal ini ada hubungannya dengan persyaratan pertama. Kepekaan terhadap sesuatu penyakit. Hal ini menunjukkan tingkat suseptibilitas hewan terhadap penyakit. Performa atau prestasi hewan percobaan yang dikaitkan dengan sifat genetiknya.

Dari keadaan tersebut di atas, timbul beberapa dilema dalam hal penyediaan hewan percobaan, misalnya penyakit, lingkungan, seleksi dan pengelolaan (Sulaksono, 1987).Hau, J., & Hoosier Jr., G. L. (2003). Handbook of Laboratory Animal Science Second Edition. Boca Raton: CRC Press

Mengapa paling banyak memilih mencit/tikus?

Mice, Mus muscullus Ordo Rodentia Karakteristik biologis yang spesifik 84% dalam persentase penggunaan hewan coba untuk dunia pendidikan dan penelitian biomedis, dengan 58% mencit dan 26% tikus (Carlsson, 2006) Hewan laboratorium yang paling umum Tersedia dalam jumlah yang mudah untuk dipenuhi, mudah dikembangbiakkan periode gestasi pendek (18-21 hr), aktivitas reprod panjang (2-14 bln), masa estrus tjd antara tengah malam-jam 4 pagi, betina baru bisa reprod sempurna ketika umur 7-8 minggu, masa menyusui 3 minggu Telah banyak literature yang mendukung Strain dan Stok dari hewan telah ditentukan, sampai mencit dan tikus transgenic, mikroflora yang hidup telah teridentifikasi Ukuran yang kecil (efisiensi time, cost & space) (Hau, 2004)Selain itu pemilihan jenis hewan yg dipilih pun harus tepat menggambarkan kondisi yg diinginkan. Contohnya :

- utk obat fertilitas digunakan hewan uji tikus/rat galur Sprague Dowley/SD bukan Wistar atau jenis tikus lainnya, krn tikus jenis SD memiliki anak banyak shg pengamatan akan lbh baik dg jumlah sample yg banyak.

- Utk uji painkiller digunakan mencit/mice jika utk menilai nyeri ringan yakni dengan penyuntikan asam asetat glacial ke peritoneum mencit, tapi jika sasarannya nyeri tekanan digunakan tikus bias Wistar atau SD, karena tikus akan dijepit ekornya atau telapak jarinya dengan alat tertentu, sementara kalo nyeri berupa panas, digunakan boleh mencit atau tikus krn hewan akan diletakkan di hot plate.

- Utk antidiabetika, seharusnya digunakan babi atau sapi yg pankreasnya banyak kemiripan dg manusia, namun dengan tikus sudah cukup dengan adanya keterbatasan subyek uji

- Utk antiemetik/anti muntah digunakan burung merpati, krn bisa dirangsang utk muntah berkali-kali sbg kuantifikasi, sementara hewan lain hanya muntah sekali.

- Utk obat antihipertensi, digunakan kucing atau anjing teranestesi, krn system kardiovaskulernya paling mirip dg manusia

- Utk obat antiinflamasi digunakan baik tikus yang disuntik karagenan di bawah kulitnya shg melepuh atau telinga mencit disuntik croton oil, bahkan kaki tikus sering dipotong utk menimbang udem yg terbentuk

- utk antipiretik/penurun panas, digunakan kelinci utk diukur suhu duburnya setelah disuntik pyrogen

- Utk asam urat digunakan ayam/burung yg dikasih makan jus hati ayam (ayam makan ayam) krn metabolisme asam urat pada manusia mirip dg yg terjadi dg biokimiawi di keluarga burung.

- Uji stamina digunakan tikus atau mencit, krn tubuhnya kuat dan tahan di dalam air, hewan diuji dg berenang dan lari di treadmill.

- Uji libido, digunakan tikus dalam keadaan estrus/siap menerima pejantan.

- Utk uji kanker, digunakan punggung tikus yg diimplan dg sel kanker, atau paru-paru tikus setelah dipejankan benzo(a)pirena

Hasilnya berupa : efek farmakologi, dosis terapi ED50=dosis yang menghasilkan 50% efek maksimum.