AZADIRAKTIN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Kuliah

Citation preview

MAKALAH PENGENDALIAN VEKTORAZADIRACHTIN (INSEKTISIDA NABATI)

Disusun oleh :MILKA NOVIANANDA HARDY25010111140361

BAGIAN EPIDEMIOLOGI DAN PENYAKIT TROPIKFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2014

DAFTAR ISIDAFTAR ISIiiDAFTAR GAMBARiiiBAB I. PENDAHULUAN4A. Latar belakang4B. Tujuan6C. Manfaat6BAB II. TINJAUAN PUSTAKA7A. Definisi Insektisida Nabati7B. Azadiraktin8C. Formulasi9D. Cara Kerja Azadiraktin11E. Susunan Kimia Azadiraktin12F. Dosis Azadiraktin12G. Serangga Sasaran bagi Azadiraktin13H. Efektivitas Azadiraktin13I. Efek Samping Azadiraktin15BAB III. PENUTUP16A. Kesimpulan16B. Saran17DAFTAR PUSTAKA18

Daftar GambarGambar 1. Biosentesa Azadiraktin pada tanaman Mimba/Nimba 10Gambar 2. Susunan Kimia Azadiraktin12

iii

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangInsektisida mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita, bukan hanya untuk melindungi hasil pertanian, akan tetapi juga untuk mencegah penyebaran hama berbahaya yang menyebabkan penyakit pada manusia. Penggunaan pestisida akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan produk pertanian. Untuk menghasilkan produk pertanian yang mencukupi maka setiap gangguan hama dan penyakit (OPT) harus dilakukan secara bijaksana, apalagi pada era pertanian yang sehat (back to nature) yang lebih mementingkan produk berkualitas dan bebas dari cemaran, baik hayati maupun kimia. Produk pertanian yang sehat dan ramah lingkungan sudah merupakan tuntunan pasar global (AFTA, APEC, dan WTO), dengan label ramah lingkungan (eco-labeling attributes), bernutrisi tinggi (nutritional attributes), dan aman dikonsumsi (food safety attributes).Dalam usaha pengendalian hama atau organisme pengganggu tanaman (OPT), pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan untuk menerapkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu usaha pengelolaan OPT yang menggunakan beberapa cara pengendalian yang sesuai dalam satu sistem yang kompatibel. Penerapan PHT bertujuan untuk mengurangi atau mempertahankan populasi organisme pengganggu di bawah tingkat yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi dengan tujuan memantapkan produksi pada taraf tinggi untuk mempertahankan kelestarian lingkungan, aman bagi produsen dan onsumen serta menguntungkan petani. Dalam sistem PHT tersebut, pestisida kimia sintetis merupakan alternatif terakir, yaitu apabila cara cara lain tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan sumber utama cemaran pada produk pertanian adalah bahan pestisida sintetik. Untuk mengurangi cemaran tersebut maka salah satu alternatifnya adalah meningkatkan penyediaan dan penggunaan pestisida yang ramah ringkungan, baik berupa pestisida nabati maupun hayati.Pestisida nabati merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh, dan bentuk lainnya. Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Karena terbuat dari bahan alami atau nabati, maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu (sisa-sisa zat) mudah hilang. Mimba (Azadirachta indica) merupakan tumbuhan bersifat toksik pada serangga yang dapat digunakan sebagai pestisida/ insektisida nabati. Tanaman Mimba/ Nimba berbahan aktif azadirachtin dan berfungsi sebagai penolak makan, repelen, toksikan, dan pengganggu pertumbuhan terhadap berbagai jenis hama dan relatif aman terhadap manusia dan binatang (Jacobson 1989). Senyawa azadirachtin yang terdapat dalam biji mimba dapat menyebabkan gangguan pelepasan neurohormon dari corpora cardiaca yang selanjutnya menyebabkan terjadinya gangguan terhadap pengaturan hormon perkembangan (ekdison dan hormon belia atau juvenile hormone) dalam tubuh serangga. Azadiraktin merupakan senyawa triterpenoid yang berguna sebagai sumber terbaik untuk biopestisidaCara kerja dari azadirachtin sangat tergantung dari spesies serangga targetnya dan konsentrasi yang diaplikasikan. Efek primer azadirachtin terhadap serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan detteren spesifik berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang mengganggu persepsi rangsangan untuk makan (phagostimulant). Efek sekunder dari azadirachtin terhadap serangga berupa gangguan pada pengaturan perkembangan dan reproduksinya, akibat efek langsungnya terjadi pada sel somatik dan jaringan reproduksi serta efek tidak langsungnya akan mengganggu proses neuroendocrine.Azadirachtin telah terbukti efektif mengendalikan lebih dari 300 spesies serangga hama termasuk hama-hama penting tanaman budidaya seperti ulat grayak (armyworm), pengorok daun (leafminer), kutu daun (aphid) dan kutu putih (whiteflies). Hama-hama tersebut umumnya menyerang tanaman sayuran, buah-buahan, padi dan palawija.

B. Tujuan Penulisan1. Mengetahui definisi salah satu jenis insektisida nabati yaitu azadiraktin2. Mengetahui cara kerja insektisida nabati Azadiraktin3. Mengetahui cara pembuatan insektisida nabati Azadiraktin4. Mengetahui susunan kimia insektisida nabati Azadiraktin5. Mengetahui dosis penggunaan insektisida nabati Azadiraktin6. Mengetahui serangga sasaran insektisida nabati Azadiraktin7. Mengetahui efektivitas insektisida nabati Azadiraktin8. Mengetahui efek samping dari penggunaan insektisida nabati Azadiraktin

C. Manfaat PenulisanMakalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu sumber informasi mengenai cara kerja, pembuatan atau formulasi, susunan kimia, dosis penggunaan, serangga sasaran, efektivitas, dan efek samping dari insektisida nabati azadiraktin.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Definisi Pestisida NabatiPestisida nabati merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa berfungsi sebagai penolak,penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh, dan bentuk lainnya. Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Karena terbuat dari bahan alami atau nabati, maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu (sisa-sisa zat) mudah hilang.Indonesia ada banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. Bahan dasar pestisida alami ini bisa ditemui di beberapa jenis tanaman, dimana zat yang terkandung di masing-masing tanaman memiliki fungsi berbeda ketika berperan sebagai pestisida. Dalam fisiologi tanaman, ada beberapa jenis tanaman yang berpotensi jadi bahan pestisida.1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati. Merupakan kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya diyakini bisa menanggulangi serang serangan serangga 2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat. Di dalam tumbuhan ini ada suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina dan bertugas menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Tumbuhan yang bisa diambil manfaatnya, daun wangi (kemangi), dan selasih.3. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi jadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran dan penekan populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid. Sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah gadung racun.4. Kelompok tumbuhan moluskisida adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida. Diantaranya daun sembung dan akar tuba.5. Kelompok Tanaman Fungisida Nabati. Merupakan kelompok tumbuhan yang digunakan untuk mengendalikan jamur patogenik antara lain cengkeh, daun sirih, sereh, pinang, tembakau.6. Satu lagi, kelompok tumbuhan pestisida serba guna, dimana kelebihan kelompok ini tak hanya berfungsi untuk satu jenis. Misalnya insektisida saja, tapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, dan nematisida. Tumbuhan yang bisa dimanfaatkan dari kelompok ini, yaitu jambu mete, Sirih, Tembakau dan nimbaBeberapa keuntungan/kelebihan penggunaan pestisida nabati secara khusus dibandingkan dengan pestisida konvensional (Gerrits dan Van Latum, 1988) dalam Sastrosiswojo, 2002) adalah sebagai berikut :1. Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak meracuni (non toksik).2. Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya mudah hilang.3. Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah.4. Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati.5. Cara pembuatannya relatif mudah dan secara sosial-ekonomi penggunaannya menguntungkan bagi petani kecil di negara-negara berkembangB. AzadiraktinAzadiraktin merupakan senyawa triterpenoid yang berguna sebagai sumber terbaik untuk biopestisida. Senyawa ini adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan yang bersifat toksik terhadap serangga. Azadirachtin merupakan salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan dari tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss). (Samsudin, 2011)Mimba (Azadirachta indica) merupakan insektisida nabati yang berbahan aktif azadirachtin dan berfungsi sebagai penolak makan, repelen, toksikan, dan pengganggu pertumbuhan terhadap berbagai jenis hama dan relatif aman terhadap manusia dan binatang. Produksi biopestisida dari tanaman nimba dilakukan dengan cara mengisolasi langsung dari tanaman utuh, terutama dari biji. Setiap gram biji nimba mengandung 3,6 mg azadiraktin. Azadiraktin dapat digunakan sebagai biopestisida karena bersifat antifeedant (penolak makan pada serangga) dan mengganggu pertumbuhan serta reproduksi serangga. Senyawa azadiraktin dapat menyebabkan gangguan pelepasan neurohormon dari corpora cardiaca yang selanjutnya menyebabkan terjadinya gangguan terhadap pengaturan hormon perkembangan (ekdison dan hormon belia atau juvenile hormone) dalam tubuh serangga. Oleh karena itu Azadiraktin dapat membuat serangga mandul karena dapat mengganggu produksi hormon dan pertumbuhan serangga. Azadirachtin ini merupakan insektisida botani yang paling bagus dengan aktivitas terhadap lebih dari 200 spesies (antara lain belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih, dan lain- lain). Aktivitas yang dimilikinya antara lain sebagai antifeedant, IGRs, mengganggu kesuburan, membunuh serangga fitofagus tanpa membunuh serangga menguntungkan. Masa hidup azadirachtin ini pendek dan mudah terurai dengan toksisitas rendah terhadap mamalia, walaupun toksik terhadap ikan dan invertebrata di perairan.C. FormulasiAzadiraktin adalah metabolit sekunder utama yang berfungsi sebagai insektisida pada tanaman mimba yang terbentuk secara alami berupa substansi yang termasuk dalam kelas molekul organik tetranortriterpenoids.Biosintesa azadirachtin oleh tanaman Nimba/Mimba dimulai dengan prekursor steroid (lanosterol, euphol, tirucallol), azadirone, azadiradione dan C-ring terbuka (nimbin, salannin), setelah melalui proses beberapa tahapan reaksi membentuk struktur komplek formasi ring furan (Rembold, 1989, Ley et al. 1993). Sedangkan menurut Schmutterer (1995), azadirachtin merupakan tetranortriterpenoid yang dibentuk dari prekursor euphol dan apo-euphol melalui degradasi oksidatif pada C-17 dengan kehilangan 4 atom karbon. Meskipun biosintesa azadirachtin secara lengkap dan mendetail belum ditentukan secara pasti, tetapi secara umum biosintesanya dapat ditelusuri pada proses pembentukan triterpenoid melalui lintasan asetat mevalonat dengan prekursor utama berupa skualen.

Gambar 1. Biosentesa Azadiraktin pada tanaman Mimba/Nimba Pestisida Azadiraktin diperoleh dari ekstrak daun mimba/biji mimba. Pada pembuatan ekstrak, daun mimba dikeringkan terlebih dahulu dalam oven pada suhu 60 oC selama 1 jam. Setelah bahan menjadi kering kemudian diblender untuk menghancurkan bahan nabati tersebut. Bahan nabati yang telah dihancurkan kemudian disaring dengan ayakan 60 mesh. Proses ekstraksi dimulai dengan mencampur 50 gram bagian tepung bahan nabati dengan 250 ml heksana,kemudian diaduk lima menit dan dibiarkan delapan jam. Langkah selanjutnya adalah penyaringan dengan saringan buchner yang dialasi dengan kertas saring dan dipercepat dengan pompa vakum. Filtrat yang diperoleh ditampung, sedangkan ampasnya dicampur kembali dengan 100 ml heksana dan dibiarkan 1 jam, kemudian disaring lagi. Filtrat kedua yang diperoleh ditambahkan pada filtrat pertama, sedangkan ampasnya dilarutkan kembali dalam 100 ml pelarut, diaduk, dan disaring.Filtrat hasil ekstraksi ketiga dicampur kembali dengan campuran filtrat pertama dan kedua. Filtrat yang diperoleh dievaporasi dengan vacum evaporator pada suhu 550C, sehingga diperoleh pekatan yang menyerupai minyak. Pekatan menyerupai minyak inilah yang digunakan sebagai ekstrak. Dari daun mimba didapatkan ekstrak dengan warna kuning kecoklatan.D. Cara KerjaCara kerja dari azadirachtin sangat tergantung dari spesies serangga targetnya dan konsentrasi yang diaplikasikan. Efek primer azadirachtin terhadap serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan detteren spesifik berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang mengganggu persepsi rangsangan untuk makan (phagostimulant). (Samsudin, 2008)Efek sekunder dari azadirachtin terhadap serangga berupa gangguan pada pengaturan perkembangan dan reproduksinya, akibat efek langsungnya terjadi pada sel somatik dan jaringan reproduksi serta efek tidak langsungnya akan mengganggu proses neuroendocrine. Pengaruh azadirachtin terhadap pengaturan pertumbuhan serangga dengan mengganggu sistem neuroendocrine-nya inilah yang paling banyak mendapat perhatian (Mordue (Luntz) dan Nisbet 2000). Hormon utama pada tubuh serangga yang mengatur proses pertumbuhan adalah hormon ecdysone dan 20-hydroxy-ecdysone yang merupakan hormon ganti kulit (moulting hormones) yang keduanya berasal dari fitosteroid yang diambil dari tanaman inang oleh serangga, serta juvenile hormone (JH). Hormon ecdysone dan 20-hydroxy-ecdysone diproduksi oleh kelenjar protoraks (prothoracic gland), sedangkan juvenile hormone diproduksi oleh corpora allata, melalui stimulasi hormon PTTH (prothoracicotropic hormone) yang disekresikan pada otak . (Samsudin,2011)Untuk terjadinya proses metamorphosis membutuhkan adanya sinkronisasi dari beberapa jenis hormon dan perubahaan fisik sehingga proses tersebut berhasil dengan baik, dan nampaknya azadirachtin memiliki fungsi sebagai "ecdysone blocker" yang menghambat serangga untuk memproduksi dan melepas hormone-hormon vital dalam proses metamorfosis Jadi, kesimpulannya efek sekunder Azadirachtin yang dikandung mimba berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu hormon yang berfungsi dalam metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian pada serangga. (Kardiman,2006)Azadirachtin juga berfungsi sebagai insektisida bagi beberapa jenis serangga. Kematian serangga dapat terjadi dalam beberapa hari, tergantung dari stadia dan siklus hidup serangga target. Akan tetapi, apabila termakan dalam jumlah kecil saja mengakibatkan serangga tidak bergerak dan berhenti makan. Aktivitas residu insektisida dari azadirachtin ini umumnya terjadi antara tujuh sampai 10 hari atau lebih lama lagi, tergantung dari jenis serangga dan aplikasinyaE. Susunan KimiaAzadirachtin merupakan molekul kimia C35H44O16 yang termasuk dalam kelompok triterpenoid. Struktur kimia azadirachtin hampir sama dengan hormone "ecdysone" pada serangga yang mengatur proses metamorphosis yaitu perubahan bentuk serangga dari larva ke pupa kemudian menjadi imago.

Gambar 2. Susunan Kimia AzadiraktinF. Dosis Azadiraktin merupakan zat aktif bersifat insektisida yang diekstrak dari biji mimba. Pestisida ini sangat mempengaruhi pergantian kulit serangga. Oral LD50 (tikus) > 5000 mg/kg. LD50 dermal (kelinci) >2000 g/kg, LC50 inhalasi (tikus) 0,0235 mg/l udara. Cara penggunaan NeemBa Oil/ Pestisida Azadiraktin:1. Dosis penyemprotan 5 7 ml/liter air untuk berbagai jenis tanaman2. Dosis formulasi dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan tergantung tingkat serangan hama3. Penyemprotan dapat dilakukan pada awal serangan maupun tidak ada serangan untuk pencegahan4. Sebaiknya diaplikasikan pada sore hari5. Dapat dicampur dengan pupuk cair atau perekat6. Gunakan perlengkapan pelindung yang aman pada waktu menyemprot Sesuai dengan kefungsiannya,G. Serangga sasaranMimba mempunyai spektrum yang luas dan efektif untuk mengendalikan serangga lunak (200 spesies) antara lain belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih, dan lain-lain. Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal perkembangan serangga, disemprotkan pada daun, disiramkan pada akar agar dapat diserap tanaman, dan untuk mengendalikan serangga di dalam tanah.Azadirachtin telah terbukti efektif mengendalikan lebih dari 300 spesies serangga hama termasuk hama-hama penting tanaman budidaya seperti ulat grayak (armyworm), pengorok daun (leafminer), kutu daun (aphid) dan kutu putih (whiteflies). Hama-hama tersebut umumnya menyerang tanaman sayuran, buah-buahan, padi dan palawija.H. EfektifitasUntuk mengetahui efektivitas Serbuk biji mimba sebagai pestisida dengan bahan aktif paling dominan adalah azadiraktik, telah dilakukan penelitian oleh Sudarmo ( 2005), dengan mengambil dua contoh serangga uji, yaitu ulat buah kapas Helicoverpa armigera dan ulat grayak Spodoptera litura. Kedua jenis hama tersebut merupakan hama yang menyerang berbagai jenis tanaman, misalnya tembakau, kapas, sayuran, kedelai, kacang hijau dan sebagainya.1. Larvisida (Pembunuh Ulat ) pada Spodoptera litura.Serbuk Biji Mimba (SBM) yang disemprotkan pada ulat S.litura instar 1(berukuran panjang kurang dari 0,5 cm) pada konsentrasi 5 g/ltr air menyebabkan mortalitas 40%, sedangkan pada konsentrasi 40 gr/ltr air menyebabkan mortalitas 100%. Pada konsentrasi yang sama, penyemprotan terhadap ulat instar 3 menyebabkan mortalitas 15% dan 100%, sedangkan terhadap ulat instar 5 ( berukuran panjang lebih dari 1 cm) menyebabkan mortalitas 3,33% dan 70%. Perbedaan mortalitas ulat pada berbagai instar menunjukkan bahwa semakin tua instar larva, semakin berkurang kerentanannya sehingga persentase mortalitas semakin rendah. Hal ini disebabkan ulat instar tua telah mengalami perkembangan tubuh lebih sempurna dibandingkan dengan ulat instar muda. Dengan demikian, ulat instar tua akan lebih tahan terhada pengaruh insektisida.2. Ovisida (Perusak Telur) pada ulat buah kapas Helicoverpa armigera.Serbuk biji mimba selain berperan sebagai larvisida juga dapat berperan sebagai ovisida ( perusak telur). Serbuk biji mimba yang disemprotkan pada telur H.Armigera akan menyebabkan penurunan persentase telur menetas. Pada kontrol, telur menetas 96%, sedangkan pada konsentrasi Serbuk biji mimba 10 gr/liter air, telur menetas 67% dan pada konsentrasi Serbuk biji mimba 20 gr/liter air dan 40 gr/liter air, telurmenetas 60%. Ekstrak biji mimba juga menurunkan persentase telur menetas pada nyamuk.3. Pestisida Nabati Mimba dan jasad sasaran.Baik biji maupun daun mimba dapat digunakan sebagai pestisida. Penaburan 50 200 kg bungkil mimba per ha efektif untuk melindungi hama padi. Pemberian 19 mt (metrik ton) daun mimba per hektar ( 7 ton per acre) efektif melindungi serangan rayap. Sekitar 2 -5 kg daun mimba kering dapat melindungi 100 kg biji. Pupuk hijau dicampur dengan daun mimba dapat mengurangi 50% serangan nematoda. Daun mimba yang diletakkan antara tumpukan kayu menyebabkan tumpukan kayu terhindar dari serangan ngengat. Pemberian 800 gr minyak mimba efektif untuk melindungi 100 kg biji atau benih. Pencampuran 2,5 bagian serbuk biji mimba untuk 100 bagian biji atau benih efektif melindungi gangguan hama selama 8 -12 bulan. Konsentrasi 0,1 % suspensi mimba dengan 300-600 liter/ha efektif terhadap serangan belalang. Konsentrasi 0,1% suspensi mimba ( 10 mg/liter air) efektif mengendalikan belalang. Juga sekitar 2 6 gr serbuk biji mimba yang direndam dalam 1 liter air selama 3 hari efektif mengendalikan jamur Fusarium dan sclerotium.

I. Efek SampingEfek samping azadiraktin sangat kecil tidak seperti pestisida sintetis atau pestisida yang berbahan kimia. Untuk pengaruh tingkat efek samping terhadap makhluk hidup telah dicoba kepada tikus betina. Tikus betina diberi beberapa tingkatan dosis mulai 2,0 sampai 4,6 ml/kg bb, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 2,0 ml/kg bb berpengaruh terhadap kesuburan tikus. Standar keamanan untuk faktor efek samping adalah 0,2 ml/kg bb. Hal ini menjadi faktor keselamatan standar keamanan bagi makhluk hidup, intra dan antar spesies, dan diketahui untuk seorang dewasa berat 70 kg dapat mengkonsumsi daun nimba yang belum diproses sejumlah 18,5 mg tanpa menimbulkan efek samping. Tidak ada penelitian yang menyebutkan bahwa azadiraktin jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Dosis paparan untuk operator insektisida Azadiraktin adalah 0,1 mg/kg bb berdasarkan hasil dari pengujian pada tikus selama 90 hari.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanAzadiraktin merupakan senyawa triterpenoid yang berguna sebagai sumber terbaik untuk biopestisida. Senyawa ini adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan yang bersifat toksik terhadap serangga. Azadirachtin merupakan salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan dari tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss). Azadirachtin ini merupakan insektisida botani yang paling bagus dengan aktivitas terhadap lebih dari 200 spesies (antara lain belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih, dan lain- lain). Aktivitas yang dimilikinya antara lain sebagai antifeedant, IGRs, mengganggu kesuburan, membunuh serangga fitofagus tanpa membunuh serangga menguntungkan. Masa hidup azadirachtin ini pendek dan mudah terurai dengan toksisitas rendah terhadap mamalia, walaupun toksik terhadap ikan dan invertebrata di perairan. Pestisida Azadiraktin diperoleh dari ekstrak daun mimba/biji mimba.biosintes azadiraktin oleh tanaman mimba/nimba dapat ditelusuri pada proses pembentukan triterpenoid melalui lintasan asetat mevalonat dengan prekursor utama berupa skualen. Cara kerja dari azadirachtin sangat tergantung dari spesies serangga targetnya dan konsentrasi yang diaplikasikan. Efek primer azadirachtin terhadap serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan detteren spesifik berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang mengganggu persepsi rangsangan untuk makan (phagostimulant). Efek sekunder dari azadirachtin terhadap serangga berupa gangguan pada pengaturan perkembangan dan reproduksinya, akibat efek langsungnya terjadi pada sel somatik dan jaringan reproduksi serta efek tidak langsungnya akan mengganggu proses neuroendocrineAzadirachtin merupakan molekul kimia C35H44O16 yang termasuk dalam kelompok triterpenoid. Struktur kimia azadirachtin hampir sama dengan hormone "ecdysone" pada serangga yang mengatur proses metamorphosis yaitu perubahan bentuk serangga dari larva ke pupa kemudian menjadi imago.Dosis azadiraktin untuk mamalia adalah Oral LD50 (tikus) > 5000 mg/kg. LD50 dermal (kelinci) >2000 g/kg, LC50 inhalasi (tikus) 0,0235 mg/l udara. Efek samping azadiraktin sangat kecil tidak seperti pestisida sintetis atau pestisida yang berbahan kimia. Tidak ada penelitian yang menyebutkan bahwa azadiraktin jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Dosis paparan untuk operator insektisida Azadiraktin adalah 0,1 mg/kg bb berdasarkan hasil dari pengujian pada tikus selama 90 hari.

B. SaranPengendalian organisme pengganggu tanaman dengan menggunakan pestisida nabati, pestisida biologi dan agensia hayati merupakan terobosan baru yang perlu dikembangkan dan ditindaklanjuti.

Daftar PustakaAshry sikka aradilla. 2009. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba (Azadirachta Indica) Tehadap Larva Aedes aegypti. Laporan Akhir Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas DiponegoroJamaludin Al Anshori. 2009. Trend Baru dalam Pengendalian Hama: Pencarian Insektisida Ramah Lingkungan (Green Insecticides). Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran BandungKardiman A. Mimba (Azadirachta indica) Bisa Merubah Perilaku Hama. Sinar Tani Edisi 29 Maret 4 April 2006Lestari Tri M, C.Sukmana, N. Tarigan, S. Suriati.2010. Efektivitas Insektisida Nabati Berbahan Aktif Azadirachtin dan Saponin Terhadap Mortalitas Dan Intensitas Serangan Aphis gossypii Glover. Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010, 171 183Mordue (Luntz) A. J. and A. J. Nisbet. 2000. Azadirachtin from the Neem Tree Azadirachta indica: its Action Against Insects. An. Soc. Entomol. Brasil 29:615-632.Samsudin. Azadirachtin Metabolit Sekunder dari Tanaman Mimba sebagai Bahan Insektisida Botani. Lembaga Pertanian Sehat. November 2008Sastrosiswojo, S. 2002. Kajian Sosial Ekonomi dan Budaya Penggunaan Biopestisida di Indonesia. Makalah pada Lokakarya Keanekaragaman Hayati Untuk Perlindungan Tanaman, Yogyakarta, Tanggal 7 Agustus 2002.Syakir M. Status Penelitian Pestisida Nabati Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Perkebunan. Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Okotober 2011 Zakiah Zulfa, Erly Marwan, Arbayah H. Siregar. 2003. Peningkatan Produksi Azadirahtin Dalam Kultur Suspensi Sel Azadirachta Indica A.Juss Melalui Penambahan Skualen. Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 8 No. 4, Desember 2003, Hal 141 146

4