14
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam suatu negara yang menganut demokrasi, keberadaan lembaga perwakilan rakyat sangat diperlukan karena pada dasarnya setiap kebijakan publik harus dirumuskan dan diputuskan oleh dan untuk rakyat sendiri. Karena suatu negara pada umumnya memiliki penduduk (warga negara) dalam jumlah besar, maka keputusan itu tidaklah mungkin dilakukan oleh seluruh warga negara dan untuk itulah diperlukan adanya lembaga perwakilan rakyat. Adanya lembaga perwakilan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, merupakan perwujudan dari pelaksanaan demokrasi yang mengutamakan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Lembaga ini mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan kedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Undang-Undang. Lembaga ini di Indonesia disebut dengan Dewan Perwakilan Rakyat pada pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada Provinsi, Kabupaten/Kota. 1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai lembaga Perwakilan Rakyat harus dapat merepresentasikan keinginan masyarakat, sehingga setiap kebijakan yang dikeluarkan betul-betul merupakan sarana demokrasi dan komunikasi timbal balik antara Kepala Daerah dengan masyarakat di Daerahnya. Oleh karena itu keputusan yang menyangkut kepentingan rakyat harus mengikut sertakan Rakyat di Daerah itu, yaitu melalui lembaga perwakilan Rakyat Daerah. 2 Dalam hal mewujudkan keinginan 1 Dalam pasal 148 ayat 1 UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa ” Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 2 Dalam Pasal 149 ayat 2 dan 3 UU No 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah di sebutkan bahwa “ dalam melaksanakan fungsinya DPRD harus dalam kerangka representasi rakyat di Daerah tersebut dan menjaring aspirasi dari masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam suatu negara yang menganut demokrasi, keberadaan lembaga perwakilan

rakyat sangat diperlukan karena pada dasarnya setiap kebijakan publik harus dirumuskan

dan diputuskan oleh dan untuk rakyat sendiri. Karena suatu negara pada umumnya

memiliki penduduk (warga negara) dalam jumlah besar, maka keputusan itu tidaklah

mungkin dilakukan oleh seluruh warga negara dan untuk itulah diperlukan adanya

lembaga perwakilan rakyat. Adanya lembaga perwakilan rakyat dalam penyelenggaraan

pemerintahan di Indonesia, merupakan perwujudan dari pelaksanaan demokrasi yang

mengutamakan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Lembaga ini mempunyai

kewajiban untuk menyelenggarakan kedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada

Undang-Undang. Lembaga ini di Indonesia disebut dengan Dewan Perwakilan Rakyat

pada pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada Provinsi, Kabupaten/Kota. 1

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai lembaga Perwakilan Rakyat harus

dapat merepresentasikan keinginan masyarakat, sehingga setiap kebijakan yang

dikeluarkan betul-betul merupakan sarana demokrasi dan komunikasi timbal balik antara

Kepala Daerah dengan masyarakat di Daerahnya. Oleh karena itu keputusan yang

menyangkut kepentingan rakyat harus mengikut sertakan Rakyat di Daerah itu, yaitu

melalui lembaga perwakilan Rakyat Daerah.2 Dalam hal mewujudkan keinginan

1 Dalam pasal 148 ayat 1 UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa ” Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang

berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 2 Dalam Pasal 149 ayat 2 dan 3 UU No 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah di sebutkan bahwa “ dalam

melaksanakan fungsinya DPRD harus dalam kerangka representasi rakyat di Daerah tersebut dan menjaring

aspirasi dari masyarakat.

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

2

masyarakat tersebut Dewan Perwakilan Rakyat Daerah harus menjalankan fungsinya

yaitu pembentukan Peraturan Daerah.3

Dalam menjalankan fungsinya tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang

berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Daerah. Konstruksi yang

demikian menyebabkan kedua komponen tersebut mempunyai kedudukan yang sama

tinggi. Hal ini diarahkan pada terciptanya kerjasama yang serasi antara pemerintah

dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam rangka mewujudkan terpeliharanya

tertib Pemerintahan Daerah. Kerjasama tersebut mencakup segala proses perumusan

kebijakan yang ada, pada umumnya dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah yang

menurut Peraturan Perundang-undangan yang berlaku harus ditetapkan oleh Bupati

bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,4 yang selanjutnya disebut Peraturan

Daerah (Perda) adalah Peraturan Pe rundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama pemerintah Daerah. Definisi

lain tentang Peraturan Daerah berdasarkan ketentuan Undang-undang tentang

Pemerintah Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk bersama oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Dearah dengan Kepala Daerah baik di Provinsi maupun di

Kabupaten/Kota.5

Peraturan Daerah dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi Daerah

Provinsi/Kabupaten/Kota dan tugas pembantuan serta merupakan penjabaran lebih lanjut

dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas

3 Dalam Pasal 149 Ayat 1 UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa “ salah satu

fungsi DPRD pada poin pertama yaitu sebagai pembentuk Peraturan Daerah.

4 Dalam Pasal 150 Ayat 1 huruf a UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah di sebutkan bahwa

“dalam penyusunan peraturan Daerah DPRD harus membahas bersama gubernur dan menyetujui atau tidak

menyetujui rancangan Peraturan Daerah.

5 Dalam pasal 1 PP No. 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan disebutkan bahwa “Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota

dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

3

masing-masing daerah, materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan

dalam rangka penyelenggaraan otonomi Daerah dan tugas pembantuan dan menampung

kondisi khusus Daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang

lebih tinggi.6

Tujuan utama pembentukan Peraturan Daerah bukan lagi menciptakan kodifikasi

bagi norma – norma dan nilai-nilai kehidupan yang sudah mengendap dalam masyarakat,

contohnya ketertiban dan keamanan di masyarakat tetapi sebagai sarana untuk merubah

masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hubungan ini, dengan

adanya pengutamaan pada Pembentukan Peraturan Daerah cara modifikasi, maka

diharapkan bahwa suatu undang-undang itu tidak lagi berada dibelakang, tetapi Undang-

undang itu diharapkan dapat berada di depan, dan tetap berlaku sesuai dengan

perkembangan masyarakat. Pembentukan Peraturan Daerah yang baik harus berdasarkan

pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yaitu kejelasan tujuan,

kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, kesesuaian antara jenis dan materi

muatan dapat, kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan rumusan, dan keterbukaan.7

Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari usulan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, Gubernur atau Bupati/Walikota.8 Rancangan Peraturan Daerah disertai dengan

penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah Akademik,9 dalam hal Rancangan Peraturan

Daerah mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pencabutan Peraturan

Daerah atau perubahan Peraturan Daerah yang hanya terbatas mengubah beberapa

materi, disertai dengan keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang

6 Dalam Pasal 14 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan disebutkan

bahwa “ Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi

muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugaspembantuan serta menampung kondisi

khusus daerahdan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundangundanganyang lebih tinggi. 7 Dalam Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan . 8 Dalam Pasal 56 Ayat 1 No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan disebutkan

bahwa “Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat berasaldari DPRD Provinsi atau Gubernur. 9 Dalam pasal 56 ayat 2 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

4

diatur.10 Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah dilakukan sesuai

dengan teknik penyusunan Naskah Akademik.11 Pengharmonisasian, pembulatan, dan

pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dikoordinasikan oleh alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

yang khusus menangani bidang pembentukan Peraturan Daerah.12 Pengharmonisasian,

pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari

Bupati oleh biro hukum dan dapat mengikutsertakan instansi vertical dari kementerian

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.13 Ketentuan lebih lanjut

mengenai tata cara Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Bupati

diatur dengan Peraturan Presiden.14 Rancangan Peraturan Daerah dapat diajukan oleh

anggota, Komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah yang khusus menangani bidang pembentukan Peraturan Daerah, ketentuan lebih

lanjut mengenai tata cara mempersiapkan Rancangan Peraturan Daerah diatur dalam

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.15

Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) yang telah disiapkan oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah disampaikan dengan surat pimpinan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah kepada Bupati, Rancangan Peraturan Daerah yang telah disiapkan oleh

Bupati disampaikan dengan surat pengantar Bupati kepada pimpinan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.16 Apabila dalam satu masa sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

dan Bupati menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah mengenai materi yang sama,

yang dibahas adalah Rancangan Peraturan Daerah yang disampaikan oleh Dewan

10 Dalam pasal 56 ayat 3 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 11 Dalam pasal 57 ayat 1 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 12 Dalam pasal 58 ayat 1 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 13 Dalam pasal 58 ayat 2 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 14 Dalam pasal 59 ayat 2 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 15 Dalam pasal 60 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 16 Dalam pasal 61 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

5

Perwakilan Rakyat Daerah dan Rancangan Peraturan Daerah yang disampaikan oleh

Bupati digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.17

Program penyusunan Peraturan Daerah dilakukan dalam satu Program pembuatan

atau pembentukan Peraturan Daerah yang diperankan oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah sangat penting untuk dioptimalkan, mengingat keberadaaan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah merupakan representasi rakyat yang dilembagakan sehingga diharapkan

tidak terjadi tumpang tindih dalam penyiapan satu materi Peraturan Daerah. Namun

demikian dalam melaksanakan fungsinya dalam pembentukan Peraturan Daerah, Kinerja

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang dinilai belum efektif, dalam artian

pelaksanaan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang hanya

terfokus pada fungsi pengawasan dan mengabaikan fungsi lainnya yaitu fungsi

pembuatan Peraturan Daerah. Dalam menyorot kinerja Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Malang ditahun 2015 usulan atau inisiatif Rancangan Peraturan

Daerah dalam daftar Program Pembentukan Peraturan Daerah tahun 2015,dari pihak

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ada 8 (Delapan) Rancangan Peraturan Daerah, dan

dari Pihak Pemerintah ada 11 (Sebelas) Rancangan Peraturan Daerah dinilai usulan

Rancangan Peraturan Daerah tersebut masih banyak dari pihak Pemerintah Daerah

Kabupaten Malang,18 dan ditahun 2016 dalam daftar Program Pembentukan Peraturan

Daerah dari pihak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ada 8 (Delapan) Rancangan

Peraturan Daerah dan dari Pihak Pemerintah ada 9 (sembilan),19 demikian juga ditahun

2017 dalam daftar Program Pembentukan Peraturan Daerah, dari pihak Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah ada 6 (Enam) Rancangan Peraturan Daerah dan dari Pihak

17 Dalam pasal 62 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 18 Lampiran Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang N0. 44 Tahun 2014 tentang

Program Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2015. 19 Lampiran Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang

N0.188.4/46/KPTS/421.050/2015 tentang Program Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Malang

Tahun Anggaran 2016

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

6

Pemerintah ada 21 (Dua puluh satu).20 Rancangan Peraturan Daerah usulan atau inisiatif

Rancangan Pembentukan Peraturan Daerah tersebut belum ada peningkatan dari pihak

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Di Kabupaten Malang, dalam pelaksanaan fungsi ini

didasarkan pada minimnya jumlah Peraturan Daerah yang dihasilkan, besarnya jumlah

Peraturan Daerah ini mencerminkan kemampuan dan efektifitas pemakaian kekuasaan

otonomi Daerah yang diemban oleh badan yang berfungsi sebagai pembentuk Peraturan

Daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan penulis, timbul suatu gejala yang

menunjukkan bahwa pelaksanaan fungsi dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten belum seperti yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan fungsi

dalam penggunaan inisiatif atau prakarsa Dewan yang merupakan salah satu Hak

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk memberikan usul atau inisiatif terhadap

pembuatan Peraturan Daerah.21

Permasalahan yang timbul adalah semua Rancangan Peraturan Daerah itu berasal

dari pihak Eksekutif dalam hal ini Bupati. Padahal dalam Perundang-undangan

menetapkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai badan Pembentuk

Peraturan Daerah yang berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintahan

Daerah. Tetapi dalam pengamatan penulis yang terjadi adalah Dominasi pihak Bupati

lebih besar daripada pihak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Di kabupaten Malang

dalam pembuatan Peraturan Daerah, artinya bahwa prakarsa atau inisiatif pengusulan

sebuah rancangan Peraturan Daerah itu di Dominasi atau selalu berasal dari Pihak

Bupati.

20 Lampiran Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang

N0.188.4/28/KPTS/35.07.040/2017 tentang Perubahan Atas Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Malang N0.188.4/41/KPTS/35.07.050/2016 tentang Program Pembentukan Peraturan Daerah

Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2017. 21 Dalam Pasal 160 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa “ salah satu Hak

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengajukan rancangan Peraturan Daerah.

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

7

Sebagai badan pembentuk Peraturan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,

melalui fungsi ini mengaktualisasikan diri sebagai wakil rakyat dan tata tertib Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah telah mengatur hak prakarsa atas Rancangan Peraturan

Daerah. Akan tetapi berbagai kendala menyebabkan hak prakarsa tersebut belum

sepenuhnya dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Di Kabupaten Malang.

Demikian pula penggunaan hak usul mengadakan perubahan atas Peraturan Daerah

umumnya masih datang dari eksekutif. Maka tidak heran jika banyak kalangan menilai

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah masih terlalu asyik dalam fungsi pengawasan atau

kontrol terhadap Pemerintah Daerah/ Bupati. Dengan demikian konstribusi Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Di Kabupaten Malang dalam mengusulkan Rancangan

Peraturan Daerah belum dilaksanakan secara maksimal, sementara pihak lain yakni

Eksekutif/ Bupati menunjukan peran yang sangat dominan dalam pembuatan Peraturan

Daerah, padahal secara teori efektif fungsinya adalah sebagai pelaksana Peraturan

Daerah. Perbedaan antara teori dan fakta di lapangan inilah yang menarik penulis untuk

mengangkatnya menjadi permasalahan penelitian. Maka dari itu penulis tertarik untuk

membuat sebuah penelitian ilmiah yang berjudul “OPTIMALISASI FUNGSI DPRD

DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DI KABUPATEN

MALANG”.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana pelaksanaan Fungsi Dewan perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Malang dalam pembentukan Peraturan Daerah ?

2. Bagaimana cara mengoptimalkan Fungsi Dewan Perwakilan rakyat Daerah Dalam

Pembentukan Peraturan Daerah di Kabupaten Malang?

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

8

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi Dewan perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Malang dalam pembentukan Peraturan Daerah.

2. Untuk mengetahui cara mengoptimalkan fungsi Dewan Perwakilan rakyat Daerah

dalam Pembentukan Peraturan Daerah di Kabupaten Malang.

D. Manfaat dan kegunaan penelitian

Berdasarkan alasan dan tujuan yang telah penulis paparkan diatas maka penulis

berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut :

D.1 Kegunaan

Penulis berharap karya tulis ini dapat menambah pengetahuan atau wawasan

mengenai fungsi Dewan Perwakilan rakyat Kabupaten Malang dalam

pembentukan Peraturan Daerah.

D.2 Manfaat Teoristis

1. Bagi penulis

Karya tulis ini digunakan penulis untuk memenuhi syarat menyeleseikan studi

Ilmu Hukum Hasil keilmuan Hukum tata Negara jenjang S-1 (strata 1), dan

untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Universitas Muhammadiyah

Malang (UMM) serta menambah ilmu pengetahuan bagi penulis.

2. Bagi pemerintah

Karya tulis ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran, sehingga

Pemerintah dalam hal ini adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dengan lebih baik dengan

mengoptimalkan fungsinya dalam pembentukan peraturan daerah.

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

9

3. Bagi masyarakat

Karya tulis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat umum,

mengenai fungsi Dewan Perwakilan rakyat Kabupaten Malang dalam

pembentukan peraturan daerah.

E. Metode Penelitian

E.1 Lokasi Penelitian

Penulis memilih lokasi penelitian di Kabupaten Malang yang merupakan

wilayah kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Jalan Panji nomor 119

Kepanjen Malang, lokasi ini mendukung penulis untuk melakukan penelitian

karena judul atau permasalahan yang diangkat sesuai dengan lokasi tersebut.

Berdasarkan pada Daftar Program Pembentukan peraturan Daerah Kabupaten

Malang tahun anggaran 2015 dari pihak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ada

8 (Delapan) Rancangan Peraturan Daerah, dan dari Pihak Pemerintah ada 11

(Sebelas) Rancangan Peraturan Daerah,22 dan ditahun 2016 dalam daftar

Program Pembentukan Peraturan Daerah, dari pihak Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah ada 8 (Delapan) Rancangan Peraturan Daerah dan dari Pihak Pemerintah

ada 9 (sembilan) Rancangan Peraturan Daerah,23 demikian juga ditahun 2017

dalam daftar Program Pembentukan Peraturan Daerah, dari pihak Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah ada 6 (Enam) Rancangan Peraturan Daerah dan dari

Pihak Pemerintah ada 21 (Dua puluh satu) Rancangan Peraturan Daerah.24

Dalam daftar program tersebut penulis menemukan kesenjangan antara

22 Lampiran Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang N0. 44 Tahun 2014 tentang

Program Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2015. 23 Lampiran Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang N0.188.4/46/KPTS/421.050/2015

tentang Program Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2016. 24 Lampiran Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang

N0.188.4/28/KPTS/35.07.040/2017 tentang Perubahan Atas Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Malang N0.188.4/41/KPTS/35.07.050/2016 tentang Program Pembentukan Peraturan Daerah

Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2017.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

10

minimnya upaya pihak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam menerapkan

Fungsi Pembentukan peraturan Daerah dengan rendahnya hasil yang dicapai,

adapun permasalahan tersebut perlu diteliti untuk mencapai alternative

solusinya dalam rangka meningkatkan kinerja Dewan Derwakilan Rakyat

Daerah.

E.2 Metode pendekatan

Metode ini menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang

sedang diteliti yang didalamnya melekat teknik yang dipergunakan dalam cara

kerja tersebut. Penulisan ini dilakukan dengan cara pendekatan Yuridis Empiris,

yakni merupakan penelitian hukum yang memakai sumber data primer. Data

yang diperoleh berasal dari eksperimen dan observasi.25

E.3 Jenis dan sumber data

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari nara sumber dilokasi

penelitian yang berkaitan dengan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

dalam pembentukan Peraturan Daerah (Perda) di Kabupaten Malang.26

2. Data Sekunder

Data sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,

hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya.

Bahan hukum ini didukung dari beberapa studi pustaka buku, Makalah,

Jurnal Hukum, dokumen-dokumen resmi dan sumber-sumber lain yang

berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.27

25 Nurul Zuriah. 2005. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara, halaman 227. 26 Ali, Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, halaman 106. 27 Soejarno, Soekamto. 1984. Pengertian Penelitian Hukum. Jakarta: Universits Indonesia, halaman 12.

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

11

E.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Penelitian di Lapangan (Field Research), data lapangan yang diperlukan

sebagai data penunjang melalui informasi dan pendapat-pendapat dari

responden yang ditentukan.28

2. Observasi (Observation)

Observasi adalah suatu kegiatan mencari Data yang dapat di gunakan untuk

memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. 29 Dengan ini penulis

mendatangi lokasi penelitian kemudian melakukan pengamatan secara

langsung dan seksama terhadap obyek penelitian guna mengetahui

bagaimana Optimalisasi fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam

pembentukan peraturan daerah (perda) di Kabupaten Malang.

1. Wawancara (Interview)

Berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Malang Nomor 188.4/32/KPTS/35.07.050/2016 mengenai Susunan

Keanggotaan Badan Pembentukan Peraturan Daerah. Penulis melakukan

tanya jawab (interview) kepada nara sumber yaitu lima anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, nama anggota-anggota tersebut antara lain :

a. H. Achmad Andi, SH, M.Hum dari fraksi partai Golkar

b. Miskat, SH. MH dari fraksi partai Golkar

c. Drs. Hari sasongko dari fraksi partai PDI Perjuangan

d. Sugiyanto dari fraksi partai Golkar

e. Drs. Irianto,M.Si Seketaris DPRD Kab. Malang

f. Busilan dari fraksi partai PDI Perjuangan

28 Ali, Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, halaman 107.

29 Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian kualitatif. Jakarta : Salemba Humanika, halaman 131.

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

12

g. Zia’ulhaq M.AP fraksi partai Gerindra

h. Sih Purwaningtyastuti partai PDI Perjuangan

i. Suwarno partai PDI Perjuangan

Dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan topik

penelitian.

2. Dokumentasi (Documentation)

Yaitu penulis melakukan pengumpulan data-data dilokasi penelitian

yang berhubungan dengan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

dalam pembentukan peraturan daerah (perda) di Kabupaten Malang.

3. Studi kepustakaan

Yaitu penulis melakukan pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan

laporan-laporan yang ada hubungannya dengan fungsi Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dalam pembentukan peraturan daerah (perda)

di Kabupaten Malang.

E.5 Teknik Analisis Data

Data penelitian diolah dan dianalisis secara kualitatif yaitu menganalisa data

berdasarkan kualitasnya lalu dideskripsikan dengan menggunakan kata-kata

sehingga diperoleh bahasan atau paparan dalam bentuk kalimat yang sistematis

dan dapat dimengerti, kemudian ditarik kesimpulan.

E.6 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis membagi dalam 4 bab dan

masing-masing bab terdiri atas sub yang bertujuan agar mempermudah

pemahamannya. Adapaun sistematika penulisannya sebagai berikut:

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

13

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab yang memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis akan memaparkan teori atau kajian teori, yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti, meliputi: pertama,

pengertian dari demokrasi, lembaga Negara dan perwakilan. Kedua, teori

Mengenai fungsi Legislasi. Ketiga, teori Mengenai Efektivitas Hukum.

Keempat, aspek hukum dari fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

dalam Pembentukan Peraturan Daerah, di dalamnya memuat Undang-

undang yang berkaitan dengan fungsi, tugas, hak dan kewajiban. Kelima,

mengenai teori dari pembentukan peraturan perundang-undangan.

Keenam, mengenai teori pembentukan Peraturan Daerah, dalam hal ini

dipaparkan Undang-Undang mengenai Pembentukan Peraturan Daerah.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang gambaran mengenai pembahasan

dari rumusan masalah yang diangkat, yaitu mengenai fungsi Dewan

perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang dalam pembentukan

Peraturan Daerah dan cara mengoptimalkan fungsi Dewan Perwakilan

rakyat Daerah Dalam Penbentukan Peraturan Daerah di Kabupaten

Malang.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini dimana

berisi kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya serta berisikan saran

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/39102/2/BAB I.pdf · dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas 3 Dalam Pasal 149 Ayat

14

penulis dalam menanggapi permasalahan yang menjadi fokus kajian

serta berisikan saran dan rekomendasi penulis sehingga diharapkan

menjadi masukan yang bermanfaat bagi semua pihak.