Upload
nguyennhu
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Teknik Industri
2.1.1 Peramalan
Peramalan atau forecasting adalah ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa masa
depan. Peramalan merupakan perhitungan yang objektif dan dengan menggunakan data-
data masa lalu untuk menentukan sesuatu di masa yang akan datang (Sumayang, 2003,
p24). Peramalan adalah sebuah teknik yang menggunakan data historis untuk
memperkirakan proyek yang akan datang (Chapman, 2006, p17). Peramalan adalah
proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi
kebutuhan dalam ukuran, kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam
rangka memenuhi pemrintaan barang atau jasa (Arman Hakim Nasution, 2003, p25).
Dalam hubungannya dengan horison waktu peramalan, maka peramalan dapat
diklasifikasikan kedalam tiga kelompok, yaitu (Arman Hakim Nasution, 2003, p26) :
1. Peramalan Jangka Panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini digunakan
untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.
2. Peramalan Jangka Menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalzn ini lebih
khusus dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya digunakan untuk
menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan anggaran.
3. Peramalan Jangka Pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini digunakan
unutk mengambil keputusan dalam hal pelru tidaknya lembur, penjadwalan kerja,
dan lain-lain keputusan kontrol jangka pendek.
17
Terdapat beberapa karakteristik yang fundamental dalam peramalan, yaitu:
1. Peramalan hampir selalu salah.
Fokus pada peramalan bukanlah selalu mengenai benar atau salah, akan tetapi
tentang “seberapa salah kita memperkirakannya” dan “apa yang akan kita lakukan
apabila terdapat eror pada peramalan.” Biasanya penggunaan safety stock dalam
suatu perusahaan mempunyai kaitan erat dengan eror peramalan.
2. Peramalan menjadi lebih akurat untuk famili suatu item.
Lebih mudah untuk meramalkan sebuah grup produk daripada suatu produk
individu, misalnya lebih akurat memperkirakan penjualan mobil sedan daripada
memperkirakan penjualan masing-masing tipe mobil sedan..
3. Peramalan menjadi lebih akurat untuk jangka waktu yang lebih pendek.
Biasanya, eror yang akan dihasilkan ketika meramalkan untuk waktu yang pendek
lebih kecil daripada meramalkan untuk waktu yang panjang.
4. Setiap peramalan harus ada perkiraan eror.
Peramalan yang baik haruslan mempunyai perkiraan peramalan dan perkiraan nilai
eror yang akan terjadi.
5. Peramalan bukanlah pengganti dari perhitungan permintaan.
Apabila terdapat data permintaan untuk periode tertentu, jangan membuat peramalan
berdasarkan periode yang sama dengan data permintaan tersebut. Selalu gunakan
data yang riil apabila tersedia.
Pendekatan peramalan dapat dilakukan dengan cara kualitatif yaitu dengan
memanfaatkan faktor-faktor intiusi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambilan
keputusan dan untuk peramalan jangka panjang. Sedangkan cara yang berikutnya yaitu
18
dengan cara kuantitatif yang menggunakan data historis untuk peramalan jangka pendek
(secara time series) dan peramalan jangka sedang (time series atau casual).
Adapun dasar-dasar pertimbangan dalam rangka pemilihan metode peramalan
yang akan digunakan sebagai berikut (Sumayang, 2003, p27):
1. Pengguna atau pelaku dan kecanggihan metode.
2. Waktu peramalan dan sumber daya yang tersedia.
3. Tergantung pada tujuan penggunaan dan karakteristik keputusan manajemen.
Dalam peramalan kuantitatif dapat dibagi menjadi peramalan seri waktu dan
model kausal. Metode seri waktu didasarkan pada asumsi bahwa deret waktu tersebut
terdir dari komponen-komponen Trend (T), Siklus / Cycle (C), Pola musiman / Season
(S), dan Variasi Acak / Random (R) yang akan menunjukkan suatu pola tertentu. Analisa
deret waktu sangat tepat digunakan untuk meramalkan permintaan yang pola permintaan
dimasa lalunya cukup konsisten dalam periode yang lama, sehingga diharapkan pola
tersebut akan masih akan tetap berlanjut. Dalam metode seri waktu memiliki empat
komponen yang digambarkan pada Gambar 2.1, antara lain (Arman Hakim Nasution,
2003, p36):
1. Trend adalah gerakan ke atas atau ke bawah secara berangsur-angsur dari data
sepanjang waktu.
2. Musim adalah pola data yang berulang setelah periode harian, mingguan, bulanan,
atau kuartalan.
3. Siklus adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. Biasanya dikaitkan
dengan siklus bisnis dan merupakan hal yang sangat penting dalam analisis dan
perencanaan bisnis jangka pendek.
19
4. Variasi acak adalah ”tanda” dalam data yang disebabkan oleh peluang dan situasi
yang tidak biasa; variabel acak mengikuti pola yang tidak dapat dilihat. Sering
dihapus dengan menghilangkan periode waktu yang jelas-jelas menyimpang.
(Sumber: Arman Hakim Nasution, 2003, p36)
Gambar 2.1 Pola Data Permintaan
Metode Peramalan yang akan digunakan untuk pola data acak adalah:
1. Rata-rata bergerak Ganda (Double Moving Average = DMA)
Moving Average diperoleh dengan merata-rata permintaan berdasarkan beberapa
data masa lalu yang terbaru. Tujuan utama dari penggunaan teknik ini adalah untuk
mengurangi atau menghilangkan variasi acak permintaan dalam hubungannya
dengan waktu. Tujuan ini dicapai dengan merata-ratakan beberapa nilai data secara
bersama-sama, dan menggunakan nilai rata-rata tersebut sebagai ramalan permintaan
untuk periode yang akan datang (Arman Hakim Nasution, 2003, p35) . Prosedur
peramalan rata-rata bergerk ganda meliputi tiga aspek (Makridakis / Wheelwright /
McGee, 1999) :
a. Penggunaan rata-rata bergerak tunggal pada waktu t (ditulis tS ' )
20
b. Penyesuaian, yang merupakan perbedaan antara rata-rata bergerak tunggal dan
ganda pada waktu t (ditulis tt SS "' − )
c. Penyesuaian untuk kecenderungan dari periode t ke periode t+1 (atau ke periode
t+m jka kita ingin meramalkan m periode ke muka)
Prosedur rata-rata bergerak ganda dapat diterangkan melalui persamaan berikut:
NXXXXS Ntttt
t121 ...' +−−− ++++
=
NSSSSS Ntttt
t121 '...'''" +−−− ++++
=
( ) tytttt SSSSSa "'2"'' −=++=
)"'(1
2ttt SS
Nb −
−=
mbaF ttmt +=+
2. Pemulusan Eksponential Tunggal (Single Exponential Smoothing = SES)
Metode pemulusan eksponensial tunggal (Single Exponential Smoothing) dengan
menambahkan parameter α dalam modelnya untuk mengurangi faktor kerandoman.
Berbeda dengan metode rata-rata bergerak yang hanya menggunakan N data periode
terakhir dalam melakukan perkiraan, metode pemulusan eksponensial tunggal
mengikutsertakan semua periode. Setiap data pengamatan mempunyai kontribusi
dalam penentuan nilai perkiraan periode sesudahnya. Namun dalam perhitungannya
cukup diwakili oleh data pengamatan dan hasil perkiraan terakhir, karena nilai
21
perkiraan periode sebelumnya sudah mengandung nilai-nilai pengamatan
sebelumnya (Makridakis / Wheelwright / McGee, 1999).
Prosedur pemulusan eksponential tunggal dapat diterangkan melalui persamaan
berikut:
( ) 11. −−+= ttt FXF αα
3. Metode Penghalusan Exponential (Double Exponential Smooting)
Double Exponential Smoothing satu parameter bertujuan supaya peramalan dapat
menghasilkan hasil yang lebih mulus (Makridakis / Wheelwright / McGee, 1999).
Dasar pemikirannya serupa dengan rata – rata bergerak linier yang secara matematis
dapat ditunjukan dengan rumus :
( )
mbaF
SSb
SSa
SSS
SXS
ttmt
ttt
ttt
ttt
ttt
+=
−−
=
−=
−+=
−+=
+
−
−
)(1
2
)1(.
1.
'''
'''
'')1(
'''
)1('
αα
αα
αα
Dimana: tX = Data penerimaan pada periode t
a = Faktor atau konstanta pemulusan
mtF + = Perkiraan untuk periode t
22
2.1.2. Safety stock
Safety stock merupakan jumlah dari persediaan barang jadi, yang juga disebut
sebagai “buffer stock”, yang digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan ketika
terjadi hal yang tiba-tiba.
Rumus untuk menghitung safety stock (Greene, 1997, p309) adalah:
Safety stock = Safety Factor * Standar Deviasi
Standar deviasi merupakan hasil perhitungan yang menggunakan data
permintaan selama periode yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung standar
deviasi (S) adalah: S = 2(x-x)
n∑
Dengan x = jumlah permintaan dalam periode yang bersangkutan,
x = rata-rata permintaan selama periode yang bersangkutan,
n = jumlah periode data permintaan.
2.1.3. Jadwal Induk Produksi Produksi
Aktifitas Master Production Schedule (MPS) pada dasarnya berkaitan dengan
bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk (Master Production
Schedule/MPS), memproses transaksi MPS, memelihara catatan-catatan MPS,
mengevaluasi efektifitas dari MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam periode
waktu yang teratur untuk keperluan umpan-balik tinjauan ulang.
Fungsi MPS adalah :
1. Menjadwalkan jumlah end item yang akan diproduksi.
2. Memberikan input bagi MRP.
23
3. Sebagai dasar dari pembuatan perencanaan sumber daya.
4. Merupakan dasar untuk menetapkan janji pengiriman pada konsumen.
Menurut Reid dan Sanders, tujuan dari pembuatan MPS adalah [2]:
1. Mencapai tingkat pelayanan konsumen yang diinginkan dengan menjaga
tingkat persediaan produk akhir atau dengan menjadwalkan waktu
penyelesaian produk akhir untuk memenuhi permintaan konsumen.
2. Memanfaatkan sumber-sumber daya perusahaan yang ada, seperti bahan
baku, tenaga kerja, dan peralatan-peralatan dengan sebaik mungkin.
3. Menjaga agar jumlah persediaan tetap berada pada tingkat yang diinginkan.
Lingkungan manufaktur sangat menetukan proses penjadwalan MPS, lingkungan
yang umum dipertimbangkan ketika akan mendesain MPS (Chapman, 2006, p78)
adalah:
• Make To Stock
Biasanya akan dikirim secara langsung dari gudang produk akhir dan harus ada stok
sebelum pesanan pelanggan tiba. Produk akhir harus dibuat dan diselesaikan terlebih
dahulu sebelum menerima pesanan dari pelanggan.
• Make To Order
Biasanya dikerjakan setelah menerima pesanan dari pelanggan. Seringkali
komponen-komponen memiliki waktu tunggu yang panjang (long lead time)
direncanakan atau dibuat lebih awal guna mengurangi waktu tunggu penyerahan
kepada pelanggan.
24
• Assembly To Order
Pada dasarnya seperti Make To Order, dimana semua komponen yang digunakan
dalam assembly atau proses akhir direncanakan atau dibuat lebih awal, kemudian
disimpan dalam stock guna mengantisipasi pesanan pelanggan.
Menurut Gaspersz (1998, p141-144) pada dasarnya jadwal produksi induk
(Master Production Schedulling = MPS) merupakan suatu pernyataan tentang produk
akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan industri
manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan
periode waktu.
Tabel 2.1 Contoh Tabel MPS
Penjelasan mengenai komponen-komponen yang terdapat dalam tabel 2.1 MPS
adalah sebagai berikut :
a) Item No menyatakan kode produk yang akan diproduksi.
b) Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau memanufaktur
suatu produk.
c) On hand menyatakan jumlah produk yang ada di gudang sebagai sisa periode
sebelumnya.
Item No. Lead Time On Hand
Periode Past Due 1 2 3 4 5Forecast Actual Order Project Available Balance Available to Promise Master ScheduleKapasitas Produksi Terpasang
DescriptionSafety StockDemand Time Fences Planning Time Fences
25
d) Description menyatakan deskripsi produk secara umum.
e) Safety stock merupakan stok pengaman yang harus ada di tangan sebagai antisipasi
terhadap kebutuhan di masa akan datang.
f) Demand Time Fences (DTF) adalah periode mendatang dari MPS di mana dalam
periode ini perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau tidak diterima karena akan
menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat ketidaksesuaian atau kekacauan
jadwal.
g) Planning Time Fences (PTF) merupakan batas waktu penyesuaian pesanan di mana
permintaan masih boleh berubah. Perubahan masih akan dilayani sepanjang material
dan kapasitas masih tersedia.
h) Forecast merupakan rencana penjualan atau peramalan penjualan untuk item yang
dijadwalkan itu.
i) Actual Order (AO) merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat pasti.
j) Projected Available Balance (PAB) merupakan perkiraan jumlah sisa produk pada
akhir periode. PAB dihitung dengan menggunakan rumus:
PAB t < DTF = PABt-1 + MSt – AO
PAB DTF < t < PTF = PABt-1 + MSt – AO atau Ft (pilih yang besar)
k) Available to Promise memberikan informasi tentang berapa banyak item atau produk
tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk pesanan pelanggan,
sehingga berdasarkan informasi ini bagian pemasaran dapat membuat janji yang
tepat bagi pelanggan.
ATPt = ATPt-1 + MSt – AOt
l) Master Schedule merupakan jadwal produksi atau manufakturing yang diantisipasi
untuk produk atau item tertentu.
26
2.2. Sistem Informasi Manajemen (Management Information System)
2.2.1. Sistem
Sistem menurut O’Brien (2003, p8) adalah suatu kelompok dari elemen-elemen
yang saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dan menciptakan suatu
kesatuan yang utuh. Elemen-elemen ini bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan
bersama dengan menerima input dan memproduksi output dalam proses transformasi
yang terorganisir.
Sistem memiliki tiga komponen dasar yang saling berinteraksi :
1. Input : mencakup mendapatkan dan mengatur komponen atau elemen yang masuk ke
sistem untuk diproses. Contohnya mencakup bahan mentah, data, usaha manusia.
2. Proses : mencakup proses transformasi yang mengubah input menjadi output.
Contohnya mencakup proses manufaktur, perhitungan matematis, dan lain
sebagainya.
3. Output : mencakup elemen yang telah melalui proses transformasi. Contoh
mencakup jasa, produk dan informasi.
Selain ketiga komponen dasar tersebut, terdapat dua lagi komponen tambahan
yaitu :
1. Feedback : data mengenai performa sistem.
2. Control : mecakup pengawasan dan evaluasi dari feedback untuk mengetahui bila
sistem bergerak menuju tujuan yang telah ditetapkan.
2.2.2. Informasi
Untuk memahami konsep informasi, perlu untuk terlebih dahulu memahami
konsep data. Data adalah kenyataan atau observasi mengenai fenomena tertentu atau
27
transaksi bisnis tertentu yang merupakan pengukuran objektif dari karakteristik dari
suatu objek pengamatan tertentu.
Informasi adalah data yang telah diolah sehingga memiliki makna tertentu bagi
penggunanya.
2.2.3. Sistem Informasi
Sistem Informasi adalah sekumpulan orang, prosedur, dan sumber daya yang
mengumpulkan, memproses dan menyalurkan informasi dalam suatu organisasi.
Pengertian lainnya dari sistem informasi adalah sebagai suatu sistem yang menerima
data sebagai input dan kemudian mengolahnya menjadi informasi sebagai outputnya.
Computer Based Information System (CBIS) adalah sistem informasi berbasis
komputer dimana sistem disini menyangkut kombinasi dari perangkat keras, perangkat
lunak, sumber daya manusia, jaringan dan data yang berfungsi untuk melakukan
kegiatan input, proses, output, penyimpanan dan kontrol yang mengubah sumber daya
data menjadi produk berupa informasi.
Sumber daya sistem informasi menurut O’Brien (2003, p11-14) mencakup :
1. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia mencakup pengguna akhir dan spesialis IS. Pengguna akhir
adalah semua orang yang menggunakan sistem informasi dalam melaksanakan
kegiatan dan tugas mereka. Spesialis IS mencakup system analyst, pengembang
software dan orang yang mengoperasikan sistem tersebut.
2. Sumber daya perangkat keras (hardware)
Hardware mencakup semua peralatan fisik dan material yang digunakan dalam
mengolah informasi termasuk di dalamnya mesin seperti komputer (baik itu
28
merupakan komputer desktop, laptop, mainframe, dan lain sebagainya) serta semua
perlengkapan lainnya seperti media penyimpanan, media untuk input dan output.
3. Sumber daya perangkat lunak (software)
Software mencakup program dan prosedur. Program adalah serangkaian perintah
yang mengontrol jalannya hardware. Prosedur adalah serangkaian instruksi untuk
mengolah informasi seperti prosedur input data, prosedur untuk mengoreksi
kesalahan.
4. Sumber daya data
Data disini mencakup semua bentuk data termasuk data berupa angka, alfabet
maupun karakter lain yang mendeskripsikan transaksi bisnis dan kejadian lainnya.
Termasuk juga di dalamnya adalah konsep penyimpanan data seperti database.
5. Sumber daya jaringan
Sumber daya jaringan mencakup media komunikasi seperti teknologi komunikasi
wireless, microwave kabel serat optik dan lain sebagainya serta dukungan untuk
jaringan seperti modem
Sistem Informasi menurut O’Brien (2003, p24) terbagi atas tiga kategori yaitu :
1. Operations Support Systems
Merupakan sistem operasi yang memproses data yang digunakan dalam operasi
bisnis menjadi informasi yang dapat digunakan baik untuk keperluan internal
maupun eksternal tanpa penekanan mengenai kegunaannya bagi manajemen (atau
manager). Fungsinya adalah untuk mengefisiensikan transaksi bisnis, mengontrol
proses bisnis, mendukung komunikasi dan kolaborasi serta update database.
Yang termasuk dalam Operations Support Systems adalah :
29
a. Transaction Processing Systems
Mengolah data yang didapat dari transaksi bisnis, mengupdate database
operasional, dan mengahasilkan dokumen bisnis.
b. Process Control Systems
Memonitor dan mengontrol proses industri.
c. Enterprise Collaboration Systems
Mendukung kolaborasi dan kerja sama serta komunikasi dalam kegiatan
perusahaan, tim dan kelompok kerja.
2. Management Support Systems
Merupakan sistem informasi yang berfokus pada penyediaan informasi untuk
mendukung pengambilan keputusan yang efektif bagi para manager. Yang termasuk
dalam Management Support Systems adalah :
a. Management Information Systems
Menyediakan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan yang mendukung
proses pembuatan keputusan bisnis.
b. Decision Support Systems
Menyediakan dukungan ad hoc untuk proses pengambilan keputusan bagi
manager dan profesional bisnis lainnya.
c. Executive Information Systems
Menyediakan informasi yang kritis dari berbagai sumber untuk memenuhi
kebutuhan informasi bagi kaum eksekutif perusahaan.
30
3. Sistem informasi yang dapat mendukung operasi maupun kegiatan manajemen
seperti:
a. Expert Systems
Sistem berbasis knowledge (pengetahuan) yang memberikan masukan atau
nasihat dari sudut pandang ahli di bidang tersebut.
b. Knowledge Management Systems
Sistem berbasis knowledge yang mendukung penciptaan, pengorganisasian, dan
penyebaran business knowledge dalam perusahaan.
c. Strategic Information Systems
Mendukung proses manajemen dan operasi yang memberikan perusahaan
kemampuan strategis dalam mendapatkan keuntungan bersaing.
d. Functional Business Systems
Mendukung berbagai aplikasi operasional dan manajemen untuk fungsi bisnis
mendasar dalam suatu perusahaan.
2.2.4. Sistem Informasi Manajemen
McLeod (2001, p239) mendefinisikan Sistem Informasi Manajemen (SIM)
sebagai sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi pengguna yang
memiliki kepentingan yang saman yaitu pengambilan keputusan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh organisasi / perusahaan. Output dari SIM adalah berupa
laporan periodik, laporan khusus dan perhitungan matematis.
Model SIM dapat dijelaskan dalam Gambar 3.2. Dimana ditunjukkan bahwa data
dan informasi didapat dari lingkungan. Database digunakan oleh software untuk
menghasilkan laporan dan model matematis juga digunakan untuk menghasilkan
31
perhitungan yang akan digunakan oleh pengambil keputusan dalam organisasi baik itu
berupa manager maupun non manager. Aliran data dan informasi dibedakan untuk
menunjukkan yang mana yang merupakan input dan output dari komponen system.
(Sumber : McLeod, 2000, p240)
Gambar 2.2 Model Sistem
32
SIM memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah dalam dua cara:
1. Sumber daya informasi organisasi secara menyeluruh
SIM menyiapkan dan merupakan sarana untuk menghubungkan para manager dalam
organisasi, sehingga informasi dapat digunakan bersama untuk mendukung
pemecahan masalah yang dihadapi.
2. Pemahaman dan identifikasi masalah
Sesuai dengan konsep SIM yaitu sebagai penyedia informasi terus menerus bagi
manager (pengambil keputusan). Penggunaan SIM dapat memberikan gambaran dan
sinyal akan masalah yang dihadapi atau yang akan terjadi bila keputusan lebih lanjut
tidak segera diambil. SIM juga membantu dalam hal pemahaman penyebab dari
masalah tersebut.
2.2.5. Daur Hidup Sistem (System Life Cycle)
Daur Hidup Sistem adalah pengaplikasian pendekatan sistem untuk
pengembangan sistem informasi dan subsistem berbasis komputer. Daur hidup sistem
terdiri dari rangkaian tugas yang mengikuti pola tertentu dan dilakukan secara top-down
sehingga dikenal dengan pendekatan air terjun (waterfall approach).
Daur hidup sistem menurut McLeod (2001, p123) terdiri dari lima fase dimana
empat fase pertama berkaitan dengan upaya pengembangan sistem sehingga dikenal
dengan sebutan System Design Life Cycle (SDLC). Keempat fase tersebut adalah
planning (perencanaan), analysis (analisa), design (perancangan) dan implementation
(implementasi). Fase yang kelima adalah use (pemakaian) yang mana akan berlangsung
hingga sistem perlu untuk dirancang ulang atau dihentikan.
33
2.2.6. Analisa dan Perancangan Berorientasi Objek (Object Oriented Analysis and
Design)
Analisa dan perancangan berorientasi objek (OOAD) menggunakan objek dan
kelas sebagai konsep kunci dalam melakukan analisa dan perancangan. Objek sendiri
adalah suatu entitas yang memiliki identitas, state dan behaviour. Dalam kegiatan
analisa objek digunakan untuk mengelola pemahaman akan konteks sistem. Dalam
perancangan objek digunakan untuk memahami dan mendefinisikan sistem.
Kelas menurut Mathiassen (2000, p4) adalah deskripsi dari sekumpulan objek
yang berbagi struktur, behavioral pattern dan attributes yang sama. Kelas berguna untuk
memahami dan menggambarkan objek dimana daripada mendeskripsikan masing-
masing objek yang ada, akan lebih baik untuk membuat kelas yang berisi objek-objek
dengan deskripsi yang sama.
Penganalisaan objek mendeskripsikan fenomena yang terjadi diluar sistem yang
umumnya berdiri sendiri. Walaupun fenomena tersebut tidak dapat diatur namun tetap
perlu diakui keberadaannya yang akan mempengaruhi sistem. Perancangan objek
mendeskripsikan fenomena yang berada dalam sistem yang dapat dikendalikan.
Keunggulan dalam OOAD menurut Mathiassen (2000, p5-6) adalah :
a. Menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks sistem. Dimana OOAD
memfokuskan dengan kejelasan yang sama antara sistem dan konteksnya.
b. Hubungan yang erat antara analisa berorientasi objek dengan perancangan
berorientasi objek, antar muka pengguna yang berorientasi objek dan programming
yang berorientasi objek.
Dalam kegiatan analisa, objek digunakan untuk menentukan system requirements
dan dalam perancangan, objek digunakan untuk mendeskripsikan sistem. Objek juga
34
digunakan untuk menggambarkan dan sebagai model dari situasi dalam organisasi
mauun situasi di luar organisasi.
c. Objek memungkinkan pemahaman dengan cara yang alami terhadap masalah yang
dihadapi.
Aktivitas dalam OOAD mencakup kegiatan utama yaitu problem domain
analysis, application domain analysis, architecture design dan componen design. Selain
itu terdapat juga kegiatan tambahan yaitu preliminary analysis yang dilakukan sebelum
keempat aktivitas tersebut yang bertujuan untuk menentukan sistem yang dibutuhkan
dengan cara memahami situasi yang ada mengumpulkan ide-ide.
2.2.6.1. System Choice
Perancangan sistem dimulai dengan mengumpulkan ide-ide mengenai sistem
yang dibutuhkan serta mengumpulkan informasi mengenai situasi yang sedang
dihadapai. Kegiatan ini merupakan preliminary analysis dimana pada tahap ini
dilakukan perembukan demi tujuan pengumpulan ide mengenai sistem atau keadaaan
yang ada saat ini dari berbagai sudut pandang pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
serta ide-ide berkaitan dengan sistem yang diinginkan dan dibutuhkan.
Hasil dari preliminary analysis ini adalah system definition yang
menggambarkan pilihan sistem yang akan dikembangkan. System definition menjelaskan
konteks sistem, informasi yang harus dikandung dalam sistem, fungsi-fungsi dalam
sistem, penggunaan serta batasan-batasan yang harus diperhatikan.
35
Dalam kegiatan preliminary analysis juga ditentukan FACTOR yang mana
seperti dinyatakan oleh Mathiassen (2000, p39-40) merupakan enam kriteria :
a. Functionality : Fungsi dari sistem yang mendukung kegiatan dalam application
domain.
b. Application domain : Bagian dari organisasi yang mengatur, mengawasi dan
mengontrol problem domain.
c. Conditions : Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.
d. Technology : Teknologi yang digunakan baik untuk mengembangkan sistem dan
juga teknologi yang memungkinkan dan mendukung jalannya sistem.
e. Objects : Objek utama dalam problem domain
f. Responsibility : Tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam hubungannya
dengan konteksnya.
Mathiassen (2000, p40) juga menyatakan bahwa FACTOR dapat digunakan
dalam dua cara. Yang pertama adalah FACTOR dapat digunakan untuk mendukung
kegiatan pembuatan system definition, dimana keenam kriteria FACTOR
dipertimbangkan formulasinya. Pada tahap ini, FACTOR terlebih dahulu didefinisikan
baru kemudian ditentukan system definitionnya. Cara kedua adalah dengan
mendefinisikan terlebih dahulu system definition dan kemudian menggunakan keenam
kriteria FACTOR untuk mengetahui bagaimana system definition yang dibuat telah
memenuhi keenam faktor tersebut.
36
2.2.6.2. Problem Domain Analysis
Problem domain analysis berfokus pada upaya untuk mengetahui apa-apa saja
informasi yang perlu untuk ditangani oleh sistem. Kegiatan dalam problem domain
analysis mencakup aktivitas kelas berupa penentuan objek, kelas dan event yang
dirangkum dalam event table. Kelas dan objek tersebut kemudian dibuat modelnya
berdasarkan relasi struktural antara kelas dan objeknya, untuk kemudian dilakukan
pendeskripsian dari atribut dan behavior dari kelas dan objek tersebut.
2.2.6.2.1. Aktivitas Kelas
Aktivitas kelas dalam problem domain analysis merupakan kegiatan abstraksi,
klasifikasi, dan pemilihan. Abstraksi merupakan kegiatan dimana problem domain
diabstraksikan dalam bentuk objek dan kelas. Objek dan kelas tersebut kemudian
diklasifikasikan dan kemudian dilakukan pemilihan kelas dan event yang digunakan
untuk memodelkan problem domain. Konsep kelas dan event ini merupakan upaya untuk
mendifinisikan dan membatasi problem domain.
Event table merupakan tabel yang merangkum kelas dan event dimana dalam
event table akan ditunjukkan event dimana objek tertentu terlibat di dalamnya dan juga
event apa saja yang mempengaruhi objek tersebut.
2.2.6.2.2 Aktivitas Struktural
Bila dalam aktivitas kelas, kelas dan objek dikarakterisasi berdasarkan eventnya
maka pada aktivitas struktural hal ini dikembangkan dengan menambahkan
pendeskripsian hubungan struktural antara kelas dan objek tersebut. Sruktur ini
kemudian digambarkan dalam suatu class diagram (diagram kelas). Struktur menurut
37
Mathiassen (2000, p72-77) terbagi atas dua yaitu struktur antar objek dan struktur antar
kelas :
1. Struktur antar kelas, yaitu: Generalisasi
Merupakan hubungan struktural antara dua atau lebih kelas yang khusus dengan
kelas yang lebih umum. Relasi generalisasi dapat didefinisikan sebagai hubungan
‘adalah’ dimana subclass (kelas yang khusus) juga adalah superclass (kelas yang
umum). Contohnya adalah antara kendaraan dengan truk dimana kendaraan adalah
superclass dan truk adalah subclass dimana dapat dinyatakan bahwa truk adalah
kendaraan. Dalam konsep generalisasi ini segala yang merupakan property dari
superclass juga berlaku bagi subclassnya.
2. Struktur antar objek
a. Agregasi
Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih objek yang menunjukkan
bahwa salah satu dari objek merupakan bagian dari suatu objek keseluruhan.
Hubungan asosiasi dapat dinyatakan sebagai hubungan ‘bagian dari’. Contohnya
adalah pada objek mobil dan roda dimana roda dapat dinyatakan sebagai bagian
dari mobil.
b. Asosiasi
Hubungan asosiasi merupakan hubungan antara dua atau beberapa objek yang
tidak mengimplikasikan adanya peringkat antar objek yang dihubungkannya
tersebut. Asosiasi tidak memiliki nama, dimana bila tampak perlu untuk
pemberian nama maka itu menandakan adanya kelas penghubung yang belum
didefinisikan untuk hubungan tersebut.
38
2.2.6.2.3. Aktivitas Behavior
Pada aktivitas ini dilakukan pendefinisian atribut dan behavioral pattern (pola
behavior) dari setiap kelas. Pola behavior adalah deskripsi dari semua kemungkinan
event traces untuk semua objek dalam sebuah kelas. Event traces adalah urutan event
yang melibatkan onjek tertentu.
Mathiassen (2000, p93) menyatakan bahwa behavioral pattern memiliki tiga
bentuk yaitu sequence (urutan), selection (pemilihan) dan iteration (perulangan).
Sequence merupakan pola dimana event terjadi setelah event tertentu diselesaikan.
Selection merupakan pola dimana hanya satu event yang terjadi dari beberapa
kemungkinan event yang dapat terjadi. Iteration merupakan pola event yang dapat
terjadi berulang-ulang.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan behavioral pattern adalah event
yang menyebabkan tebentuknya objek dalam sebuah problem domain dan event yang
menyebabkan hilangnya objek tersebut. Hal lainnya adalah bahwa behavioral pattern
harus mampu menggambarkan event traces yang diperbolehkan dan yang tidak legal.
Hasil dari aktivitas behavioral ini adalah statechart yang menggambarkan semua
kemungkinan aktivitas dalam kelas mulai dari pembentukan kelas hingga ketika kelas
tersebut diterminasi.
2.2.6.3. Application Domain Analysis
Application domain analysis berfokus pada upaya untuk menjawab pertanyaan
bagaimana sistem akan digunakan. Pada tahap ini akan dilakukan pendefinisian use
cases, actor, function dan interface dari system. Kegiatan analisa dapat dimulai baik dari
analisa problem domain maupun pada analisa application domain masing-masing
39
dengan titik berat yang berbeda. Dimana bila diawali dengan application domain
analysis maka fokus akan terletak pada pekerjaan pengguna sementara dengan memulai
dari problem domain analysis fokus terletak pada aktivitas bisnis tersebut dan bukannya
pada antarmuka sistem tersebut.
Dengan memulai dari problem domain analysis yang walaupun lebih sulit
dibandingan dengan application domain analysis terdapat kelebihan berupa
pendeskripsian object oriented yang lebih baik. Sementara problem domain lebih stabil
sementara application domain lebih rentan terhadap perubahan. Bila terdapat perubahan
pada problem domain maka fungsi dan antarmuka pasti berubah namun perubahan pada
application domain dapat tidak menyebabkan perubahan pada problem domain.
2.2.6.3.1. Usage
Dalam aktivitas ini dilakukan pendefinisian bagaimana pengguna (user)
berinteraksi dengan sistem. Hal ini dilakukan dengan pendefinisian use case dan actor.
Use case adalah pola interaksi antara sistem dengan actor dalam application domain.
Actor adalah abstraksi dari pengguna ataupun sistem lain yang berinteraksi dengan
sistem. Use case memungkinkan suatu pemahaman atas sistem dari sudut pandang
pengguna dan menyediakan dasar bagi pendefinisian dan pengevaluasian fungsi dan
antarmuka.
Hasil dari aktivitas ini adalah use case diagram yang menggambarkan nteraksi
antara actor dan use case.
40
2.2.6.3.2. Functions
Function (fungsi) adalah fasilitas yang memungkinkan model agar berguna bagi
para actors. Aktivitas ini berguna untuk menentukan kapabilitas dari pemrosesan sistem
informasi dimana function yang kompleks perlu untuk diberikan perhatian lebih.
Mathiassen (2000, p138) menyatakan bahwa terdapat empat tipe function yaitu :
1. Update : fungsi yang diaktifkan oleh event dalam problem domain dan menghasilkan
perubahan di status dari model.
2. Signal : diaktifkan oleh perubahan status dari model dan mengakibatkan reaksi baik
berupa tampilan bagi para aktor yan menyatakan hal tersebut atau intervensi
langsung dalam problem domain.
3. Read : diaktifkan oleh adanya keperluan akan informasi oleh para actors dan
mengakibatkan sistem menampilkan bagian tertentu dari model yang berhubungan.
4. Compute : diaktifkan oleh adanya keperluan akan informasi oleh para actors yang
perlu melibatkan komputasi dari informasi yang disediakan oleh para actos ataupun
model. Hasilnya adalah berupa hasil komputasi tersebut.
2.2.6.3.3. Antarmuka
Antarmuka merupakan fasilitas yang memungkinkan model sistem dan function
dari sistem agar dapat digunakan oleh para actors. Antarmuka sendiri dapat dibedakan
atas antarmuka pengguna dengan antarmuka sistem.
Hasil dari kegiatan analisa antarmuka adalah navigation diagram yang
menggambarkan setiap windows dan bagaimana hubungan antara setiap windows dan
bagaimana mengakses setiap windows tersebut. Hasil lainnya adalah berupa sequence
41
diagram dimana pada diagram ini dijelaskan interaksi antar objek-objek melalui pesan-
pesan yang disampaikan antar objek tersebut.
2.2.6.4. Architecture Design
Perancangan arsitektur merupakan suatu usaha untuk menstrukturisasi sistem
berdasarkan bagian-bagiannya untuk memenuhi kriteria perancangan tertentu.
Kegiatan perancangan arsitektur terbagi atas dua kegiatan yaitu arsitektur
komponen dan arsitektur proses. Arsitektur komponen berfokus pada aspek yang lebih
stabil (kelas) dan merupakan struktur untuk keperluan deskripsi. Arsitektur proses lebih
berfokus pada aspek yang dinamis (objek) dan menstrukturisasi proses dalam sistem
agar terkoordinasi dan efisien. Arsitektur proses lebih berhubungan dengan
pertimbangan fisikal dibandingkan dengan arsitektur komponen yang lebih berhubungan
dengan aspek logikal.
Kegiatan dalam perancangan arsitektur menurut Mathiassen (2000, p176) adalah:
2.2.6.4.1. Prioritas perancangan (kriteria)
Kriteria merupakan kondisi atau sifat yang lebih diutamakan dalam suatu
arsitektur. Perancangan yang baik perlu untuk menyeimbangkan antara berbagai kriteria
dan karena kriteria-kriteria ini bisa jadi saling bertentangan maka prioritas dari kriteria
tersebut menjadi penting.
Kriteria-kriteria tersebut adalah :
1. Usable : Kemampuan sistem untuk dapat diadaptasi dalam suatu organisasi, kegiatan
kerja dan konteks teknis dalam organisasi tersebut.
42
2. Secure : Pencegahan terhadap akses yang tidak diijinkan terhadap data dan fasilitas
sistem.
3. Efficient : Eksploitasi ekonomis dari fasilitas teknis sistem.
4. Correct : Pemenuhan kebutuhan sistem.
5. Reliable : Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan fungsi - fungsi
sistem.
6. Maintainable : Biaya untuk memperbaiki defect dari sistem.
7. Testable : Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibuat dapat berfungsi sesuai
sebagaimana mestinya.
8. Flexible : Biaya untuk mengubah sistem yang dibuat.
9. Comprehensible : Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman atas
sistem.
10. Reuseable : Potensi untuk menggunakan bagian dari sistem dengan sistem terkait
lainnya.
11. Portable: Biaya untuk memindahkan sistem ke perangkat teknis yang lain.
12. Interoperable : Biaya untuk penggunaan sistem dengan sistem yang lain.
Perancangan yang baik umumnya memiliki kriteria usable, flexible dan
comprehensible. Usable ditentukan oleh hubungan antara kualitas teknis sistem dengan
penerapannya dalam pekerjaan user. Flexible dan comprehensible membantu dalam
perancangan dan pengimplementasian kegiatan.
43
2.2.6.4.2. Pendefinisian komponen
Komponen adalah kumpulan dari bagian program dengan tanggung jawabnya
masing-masing. Arsitektur komponen adalah struktur sistem dari komponen-komponen
yang saling berhubungan. Arsitektur komponen yang baik akan membantu pemahaman
sistem, pengaturan perancangan dan menunjukkan kestabilan dari sistem tersebut.
Komponen sistem memiliki tiga bagian yaitu :
1. User interface : bertanggung jawab untuk membaca perintah dari tombol dalam
tampilan, dan mengupdate tampilan yang memungkinkan interaksi antara pengguna
dengan sistem.
2. Model : bertanggung jawab dalam menampung objek.
3. Function : bertanggung jawab dalam menyediakan fungsi dari sistem.
Terdapat tiga pola arsitektur yaitu :
1. The layered architecture pattern
Arsitektur ini memiliki beberapa komponen yang dirancang dalam bentuk lapisan-
lapisan dimana terdapat antarmuka atas dan bawah. Antarmuka atas
mendeskripsikan operasi yang disediakan oleh komponen di lapisan atas sementara
antarmuka bawah mendeskripsikan operasi yang dapat diakses oleh komponen dari
lapisan dibawahnya.
2. The generic architecture pattern
Arsitektur ini terdiri model sistem yang terletak di lapisan paling bawah, diikuti
dengan dengan function diatasnya dan kemudian interface di lapisan teratas.
44
Perangkat teknis bisa diletakkan di bawah model dimana perangkat teknis ini
terhubung dengan model dan interface.
3. The client-server architecture pattern
Dikembangkan untuk sistem yang terdistribusi di beberapa area geografis yang
berbeda. Komponen dari arsitektur ini mencakup sebuah sever dan beberapa klien
dimana klien-klien ini menggunakan server secara independen satu sama lainnya.
2.2.6.4.3. Pendefinisian proses
Arsitektur proses merupakan struktur pengeksekusian sistem yang terdiri dari
proses-proses yang interdependent. Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk
mendefinisikan struktur fisik dari sistem. Hasil dari aktivitas ini adalah deployment
diagram. Deployment diagram menjelaskan konfigurasi sistem dalam bentuk processor
dan objek yang terkait dengan processor dimana processor adalah unit yang melakukan
proses.
2.2.6.5. Component Design
Sistem komponen yang umum terdiri atas komponen fungsi dan komponen
model. Perancangan komponen terdiri dari kegiatan untuk mendefinisikan kedua
komponen tersebut dan bagaimana menghubungkan komponen-komponen. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk menentukan penerapan kebutuhan dalam kerangka kerja
arsitektur.
45
2.2.6.5.1. Model Component
Model component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model
problem domain. Tujuan dari model component adalah untuk mengantarkan data historis
dan masa kini ke functions, antarmuka dan juga bagi pengguna serta sistem lain yang
menggunakannya. Hasil dari kegiatan ini adalah revised class diagram dari hasil analisa
event dan struktur kelas yang ada.
2.2.6.5.2. Function Component
Funciton component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan apa
yang menjadi keperluan fungsional. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan
akses terhadap model kepada antarmuka pengguna dan sistem lainnya. Dengan demikian
function component adalah penghubung antara model dan penggunaannya. Hasil dari
kegiatan ini adalah class diagram dengan operasi dan spesifikasi dari operasi yang
kompleks. Spesifikasi bagi operasi yang kompleks dapat digambarkan dalam bentuk
operation specification, sequence diagram atau statechart diagram.
2.2.7. Visual Basic .Net
Microsoft Visual Basic .Net adalah sebuah alat untuk mengembangkan dan
membangun aplikasi yang bergerak di atas sistem .Net Framework, dengan
menggunakan bahasa Basic. Dengan menggunakan alat ini programmer dapat
membangun aplikasi Windows Form. Alat ini dapat diperoleh secara terpadu dalam
Microsoft Visual Studio .Net. Bahasa Visual Basic .Net sendiri mengatur paradigma
bahasa pemograman berorientasi objek yang dapat dilihat sebagai evolusi dari Microsoft
Visual Basic versi sebelumnya yang diimplementasikan di atas .Net Framewok. Pada
46
tahun 2005, Miscrosoft merilis versi terbaru dari Visual Basic .Net, yang disebut Visual
Basic 2005 (dengan membuang kata “.Net”).