28
Laporan Pendahuluan – Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi Batu Goyang, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku 2.1. PEMAHAMAN TERHADAP KAK Adalah penting pula adalah pemahaman atas Kerangka Acuan Kerja yang memberikan arahan dan batasan dalam kegiatan pelaksanaan pekerjaan. Secara umum Konsultan menilai bahwa ketentuan-ketentuan yang ada dalam Kerangka Acuan Kerja maupun yang tertuang dalam Risalah Penjelasan, sudah jelas dan lengkap dan dapat dipedomani untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai maksud dan tujuan, lingkup pekerjaan, kriteria perencanaan dan jangka waktu yang ditetapkan. Dalam kerangka acuan kerja (KAK) “ Pekerjaan Studi Kelayakan (Fasibility Study) Pembangunan Pelabuhan di Lokasi Batu Goyang Provinsi Maluku” menyebutkan, bahwa: pekerjaan mencakup pengumpulan data sekunder dan data primer, analisis trafic projection, analisis perkiraan kebutuhan fasilitas, analisis terhadap tataruang wilayah studi, analisis keselamatan pelayaran terhadap wilayah studi, analisa kelayakan ekonomi terhadap wilayah studi, analisis kelayakan financial terhadap wilayah studi, analisis kelayakan teknis terhadap wilayah studi, analisis pertahanan dan keamanan serta analisis kelayakan lingkungan terhadap wilayah studi. Berdasarkan pada pemahaman dan kedalaman kajian konsultan tentang maksud dan tujuan, sasaran dan lingkup pekerjaan yang terkait dengan Hal: 1 - 1

Bab- 2 Tanggapan KAK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tentang Tanggapan KAK

Citation preview

PROPOSAL TEKNIS

Laporan Pendahuluan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi Batu Goyang, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku

2.1. PEMAHAMAN TERHADAP KAKAdalah penting pula adalah pemahaman atas Kerangka Acuan Kerja yang memberikan arahan dan batasan dalam kegiatan pelaksanaan pekerjaan. Secara umum Konsultan menilai bahwa ketentuan-ketentuan yang ada dalam Kerangka Acuan Kerja maupun yang tertuang dalam Risalah Penjelasan, sudah jelas dan lengkap dan dapat dipedomani untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai maksud dan tujuan, lingkup pekerjaan, kriteria perencanaan dan jangka waktu yang ditetapkan.

Dalam kerangka acuan kerja (KAK) Pekerjaan Studi Kelayakan (Fasibility Study) Pembangunan Pelabuhan di Lokasi Batu Goyang Provinsi Maluku menyebutkan, bahwa: pekerjaan mencakup pengumpulan data sekunder dan data primer, analisis trafic projection, analisis perkiraan kebutuhan fasilitas, analisis terhadap tataruang wilayah studi, analisis keselamatan pelayaran terhadap wilayah studi, analisa kelayakan ekonomi terhadap wilayah studi, analisis kelayakan financial terhadap wilayah studi, analisis kelayakan teknis terhadap wilayah studi, analisis pertahanan dan keamanan serta analisis kelayakan lingkungan terhadap wilayah studi.

Berdasarkan pada pemahaman dan kedalaman kajian konsultan tentang maksud dan tujuan, sasaran dan lingkup pekerjaan yang terkait dengan hal tersebut diatas, maka konsultan menilai semua uraian dalam Kerangka Acuan Kerja telah memenuhi hal-hal esensial dan disajikan dalam uraian yang rinci. Namun demikian, untuk metode pelaksanaan KAK tidak memberi arahan metodologi pendekatan dan alat-alat analisis yang akan digunakan, karena itu uraian dan penjelasan metodologi dan alat-alat analisis tersebut perlu ditambahkan dengan alat-alat analisis lainnya yang sesuai untuk melengkapi metode analisis yang ada dan juga dimaksudkan untuk mencapai target dan sasaran pekerjaan yang diharapkan.

Pelaksanaan Pekerjaan Pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan di Lokasi Batu Goyang Provinsi Maluku ini akan dilaksanakan selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender. Durasi pelaksanaan pekerjaan ini relatif cukup memadai, dan konsultan memandang bahwa durasi pelaksanaan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, mengingat tenaga ahli dan personil yang terlibat relatif memadai dalam memberikan layanan keahliannnya, dan juga didukung fasilitas penunjang di lapangan dan di kantor. Selain didukung peralatan perangkat keras, dalam pelaksanaan ini ditunjang dengan perangkat lunak untuk melakukan analisis dan finalisasi hasil pekerjaan.

2.2.TANGGAPAN TERHADAP KAKSetelah mempelajari dengan seksama terhadap isi Kerangka Acuan Kerja yang telah disusun, telah dapat diperoleh gambaran yang cukup jelas dalam memberikan arahan kerja serta lingkup dan materi pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Konsultan. Secara umum Kerangka Acuan Kerja ini telah cukup spesifik dan memenuhi syarat untuk dipakai sebagai pedoman kerja.

Hal-hal yang perlu kami sampaikan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan Kerangka Acuan Kerja adalah :A.Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi obyek studi yang berkaitan dengan penyusunan rencana kerja yang akan disusun oleh konsultan, akan lebih baik apabila di dalam KAK disebutkan ketersediaan data dan fasilitas yang ada pada proyek atau instansi pemberi kerja, sehingga dengan demikian dalam penyusunan rencana kerja dapat ditentukan dengan jelas dan pasti. Hal lain yang perlu kami ketahui adalah kondisi ketersediaan data saat ini, apakah mudah untuk melakukan pengumpulan data, serta aksesibilitas lainnya. Pengetahuan kondisi ini akan berpengaruh pada rencana pelaksanaan kerja dan penentuan peralatan yang akan dipakai dalam pelaksanaan nantinya.B.Kegiatan analisis meliputi analisis trafic projection, analisis perkiraan kebutuhan fasilitas, analisis terhadap tataruang wilayah studi, analisis keselamatan pelayaran terhadap wilayah studi, analisa kelayakan ekonomi terhadap wilayah studi, analisis kelayakan financial terhadap wilayah studi, analisis kelayakan teknis terhadap wilayah studi, dan analisis kelayakan lingkungan terhadap wilayah studi. Dalam KAK kegiatan analisis tersebut untuk jangka pendek (5 tahun) dan jangka menengah (10 tahun). Konsultan berpendapat bahwa studi kelayakan infrastruktur pelabuhan selayaknya untuk sampai jangka panjang sampai dengan minimal 20 tahun. Selain itu wilayah studi harus difokuskan kepada wilayah pelabuhan yang menjadi obyek studi.C.Tenaga Ahli yang dibutuhkan dan waktu yang disediakan relatif cukup memadai dan diharapkan dapat bekerja dengan baik dan berhasil guna.Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menyusun team kerja yang terkoordinasi dan dengan suatu rencana kerja yang terarah, dengan harapan pekerjaan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. D.Sistem pelaporan dilakukan sebagai salah satu bentuk komunikasi antara Konsultan dengan Pemberi Tugas. Namun demikian, Konsultan memandang penting perlunya konsultansi dan diskusi yang intensif. Diskusi merupakan bentuk dari komunikasi antara Konsultan dengan Pemberi Tugas. Didalam diskusi dibahas masalah-masalah kendala (hambatan) serta masukan dari Pemberi Tugas atau Pihak Lain yang terkait untuk perbaikan dan kelancaran pekerjaan ini. Diskusi pertama (kick off meeting) dilaksanakan di awal pekerjaan, segera setelah ditandatanganinya Surat Perjanjian (Kontrak). Diskusi ini dimaksudkan agar Konsultan mendapatkan masukan gambaran lokasi pekerjaan dan rencana pengembangan pelabahan secara lebih jelas sebelum dilakukannya survey pendahuluan (kunjungan lapangan) dan pengumpulan data sekunder. Selanjutnya diskusi lainya selama proses pelaksanaan studi disesuiakan dengan tahapan pencapaian hasil studi.

2.3. TANGGAPAN PERIHAL FASILITAS PENDUKUNG DARI PPK Dalam mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan konsultan membutuhkan fasilitas dan sarana pendukung kerja yang digunakan disesuaikan dengan tuntutan pekerjaan. Fasilitas tersebut merupakan tanggung jawab dari konsultan utuk menyediakannya dan bukan merupakan kewajiban dari PPK. Fasilitas dan sarana tersebut terdiri dari:a.Ruang kerja/Kantor, dibutuhkan sebagai sarana kerja yang representatif dalam menangani pekerjaan yang disiapkan mulai dari awal pelaksanaan pekerjaan hingga berakhirnya waktu pelaksanaan pekerjaan.b.Sarana transportasi, guna menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan, maka dibutuhkan kendaraan operasional yang digunakan untuk kegiatan survai, koordinasi kerja serta kegiatan operasional lainnya.c.Peralatan kerja yang terdiri dari komputer dan printer, alat tulis dan alat komunikasi digunakan sebagai alat penunjang kegiatan pekerjaan.

2.4. PEMAHAMAN TERHADAP PEKERJAANPelabuhan mulai dikenal sejak manusia mengenal transportasi air. Pada awalnya pelabuhan hanyalah merupakan tepian dari perairan yang terlindung dari gangguan alam. Pelabuhan mulai ada di sungai pedalaman yang jauh dari laut. Sejak manusia menggunakan perahu untuk transportasi di lautan, pelabuhan mengalami perkembangan, letaknya tidak lagi di pedalaman tetapi di muara sungai atau teluk yang terlindung dari gangguan alami seperti serangan ombak, angin dan badai. Semakin lama pelabuhan tidak lagi menjadi tempat labuh perahu-perahu tetapi juga sebagai pusat kegiatan masyarakat. Peran kapal pun berkembang tidak hanya sebagai penangkap ikan atau perhubungan penduduk antar pulau tetapi fungsinya semakin meluas menjadi alat transportasi antar bangsa, pelabuhan pun menjadi tempat akulturasi kebudayaan dari beberapa bangsa.

Pelabuhan mulai menunjukkan peranannya ketika pada zaman pertengahan, dunia diramaikan oleh penjelajahan/ ekspedisi antar samudera oleh para pelaut Eropa dalam rangka mencari kejayaan ke daerah-daerah yang jauh untuk membentuk koloni, bahkan ada juga yang mengelilingi dunia dan mencari benua-benua baru. Pelabuhan menjadi gate way port yang merupakan pintu utama sebuah negara.

Seiring dengan perkembangan zaman, kapal-kapal yang semula kecil dan sederhana meningkat menjadi kapal-kapal yang besar dan canggih, bahkan kemudian berkembang kapal-kapal khusus yang disesuaikan dengan fungsinya seperti kapal barang umum (general cargo ship), kapal tanker, kapal petik kemas, kapal penumpang, kapal pesiar, kapal ferry, kapal perikanan, kapal keruk, kapal perang dan sebagainya. Pelabuhan pun mengalami perkembangan yang sangat pesat, pelabuhan tidak lagi harus berada di muara atau teluk yang terlindung dari gangguan alam tetapi bisa langsung berhadapan langsung dengan laut lepas dengan cara membangun tanggul-tanggul penahan gelombang untuk mencegah masuknya gelombang ke perairan pelabuhan. Jenis pelabuhan pun bermacam-macam sesuai dengan jenis/ tipe kapal yang menggunakannya. Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk membantu pemerintah dalam mengambil keputusan terbaik atau mencari solusi untuk masalah tertentu yang erat kaitannya dengan penyediaan infrastruktur sarana prasarana transportasi dan sarana prasarana pengembangan ekonomi masyarakat

2.4.1. Definisi PelabuhanPelabuhan memberikan peran yang sangat besar bagi perkembangan negara disegala aspek bidang kehidupan sosial, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan negara. Pemerintah mendapatkan devisa dari pungutan tarif cukai barang-barang yang keluar-masuk dari dan ke luar negeri dan kegiatan dibidang pelayaran.

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state), warga negaranya tinggal di pulau-pulau yang terpisah. Maka keberadaan transportasi laut sangat vital mengingat tingkat kehidupan masyarakat yang relatif rendah sehingga tidak memungkinkan menggunakan pesawat sebagai alat transportasi utama. Karena itu pelabuhan dituntut untuk meningkatkan pelayanannya dalam melayani perhubungan antar penduduk antar pulau di seluruh Indonesia. Biaya operasional tarif angkutan pelayaran yang realtif murah hingga saat ini membuat para eksportir/importir memilih sarana ini untuk mengirimkan barangnya, sebagai contoh jika pengangkutan minyak atau barang mencapai ratusan ribu ton, kapasitas kapal yang besar sanggup membawa barang tersebut dalam sekali muat, padahal jika diangkut dengan truk tanki atau truk trailer akan membutuhkan ribuan unit kendaraan.

Dengan semakin meningkatnya peran penting transportasi pelayaran, prasarana pelabuhan tidak terlepas sebagai bagian dari pelayaran. Pelabuhan merupakan persinggahan kapal-kapal setelah melakukan pelayaran. Segala sesuatu yang dimuat oleh kapal menentukan sarana bongkar muat yang spesifik di pelabuhan. Semakin beragam jenis muatan yang diangkut oleh kapal-kapal, semakin bervariasi juga jenis pelabuhan berikut fasilitas pendukungnya. Pelabuhan juga sebagai tempat istirahat bagi ABK dan kapal untuk mengisi BBM, perbekalan pelayaran, air tawar, perbaikan dan perawatan kapal.

Ada dua istilah yang sering mengalami kerancuan makna, yaitu istilah bandar (harbour) dan pelabuhan (port). Keduanya seringkali diartikan sama padahal makna dari kedua intilah tersebut berbeda. Kalau bandar (harbour, disebut juga pangkalan) adalah kawasan tempat berlabuh yang terlindung dari gangguan oseanografis alam tempat berlabuhnya kapal-kapal. Bangunan bandar hanya terdiri atas bangunan yang diperlukan untuk melindungi perairan pelabuhan seperti pemecah gelombang, jetty dan sebagainya.

Sementara pelabuhan (port) adalah daerah yang terlindung dari gangguan alam seperti angin dan gelombang, tempat berlabuh dan bertambatnya kapal-kapal untuk melakukan bongkar muat barang dan penumpang. Fasilitas yang terdapat dalam pelabuhan lebih lengkap daripada di bandar, didalamnya terdapat alat-alat bongkar muat muat seperti dermaga, keran, gudang, gudang transito, cold storage, terminal, sarana transportasi darat dan sebagainya. Selain itu pelabuhan juga memiliki sarana laut yang lebih lengkap meliputi pemecah galombang, alur pelayaran, kolam pelabuhan, dolphin, fender dan sebagainya. Jadi sangatlah jelas bahwa pengertian bandar berbeda dengan pelabuhan, pelabuhan merupakan bandar yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap utuk bongkar muat barang dan penumpang.

Bandar (harbour) lebih banyak digunakan dalam pangkalan militer kapal perang karena didalamnya hampir tidak terdapat proses bongkar muat barang. Karena setiap kapal yang berlabuh biasanya melakukan bongkar muat barang, maka istilah bandar lebih tepat dikatakan pelabuhan untuk setiap tempat berlabuh.

Jika diartikan secara luas, pelabuhan bukan tempat berlabuh dan bongkar muat saja, namun didalamnya juga terjadi kegiatan kegiatan penting seperti pemungutan bea cukai, perdagangan, pelelangan, pengawasan keamanan negara, administrasi pelayaran, pengurusan imigrasi dan sebagainya. Bahkan karena sering disinggahi oleh kapal-kapal asing, pelabuhan dan darah sekitarnya merupakan pusat pertukaran antar budaya. Itulah sebabnya mengapa pada umumnya kota kota besar berada di pesisir atau daerah sekitar pelabuhan.

2.4.2. Jenis PelabuhanPelabuhan memiliki banyak sekali jenis dan fungsinya, tetapi secara garis besar, pelabuhan dapat digolongkan menurut beberapa segi antara lain:1. Ditinjau dari segi penyelenggaraannya: Pelabuhan umum, yaitu pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan umum. Biasanya di Indonesia segala sesuatu yang melingkupi hajat hidup orang banyak ditangani oleh pemerintah dengan memberikan wewenang kepada badan usaha milik negara, seperti Pelabuhan Indonesia I di Medan, Pelabuhan Indonesia II di Jakarta, Pelabuhan Indonesia III di Surabaya dan Pelabuhan Indonesia IV di Ujung Pandang. Pelabuhan Khusus, Yaitu pelabuhan yang diselenggarakan atas dasar kepentingan tertentu. Biasanya pelabuhan ini milik perusahaan yang sangat membutuhkan pelabuhan sendiri khusus untuk kelancaran kegiatan produksinya, seperti pelabuhan Semen Gresik, Pelabuhan Pertamina, Pelabuhan LNG di Aceh dan sebagainya.

2. Ditinjau dari segi pengusahaannya. Pelabuhan yang diusahakan, yaitu pelabuhan yang dikelola atas dasar usaha (profit oriented) dengan memberikan fasilitas-fasilitas kepada kapal kapal yang memasuki pelabuhan dengan mengenakan biaya kepada kapal-kapal yang menikmatinya seperti sewa berlabuh, sewa tambat, jasa pemanduan, jasa bongkar muat dan sebagainya. Pelabuhan yang tidak diusahakan, yaitu pelabuhan yang bersifat nir laba (non profit oriented). Seluruh operasional kegiatan disubsidi oleh pemerintah dan pengguna jasa pelabuhan tidak dikenakan uang jasa, biasanya pelabuhan ini kecil dan dibawah pengelolaan Dirjen Perhubungan Laut.3. Ditinjau dari Fungsinya dalam Perdagangan Nasional dan Internasional. Pelabuhan Laut, yaitu pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal kapal asing, biasanya pelabuhan ini ramai dikunjungi oleh kapal-kapal samudera. Pelabuhan pantai, yaitu pelabuhan yang tidak diperuntukkan disinggahi oleh kapal-kapal asing, hanya boleh disinggahi oleh kapal domestik. Untuk kapal yang menyinggahi pelabuhan ini harus mendapatkan izin terlebih dahulu.

4. Ditinjau dari Segi Penggunaannya. Pelabuhan perikanan, yaitu pelabuhan yang khusus disediakan untuk tempat berlabuh kapal-kapal penangkap ikan/nelayan. Pelabuhan minyak, yaitu pelabuhan yang khusus disediakan untuk kapal-kapal pengangkut minyak (tanker). Sarana pelabuhan ini sangat spesifik, yaitu tersedianya jaringan pipa, pompa dan tanki-tanki penampungan. Pelabuhan barang, yaitu pelabuhan tempat bongkar muat kapal-kapal barang, pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan niaga yang didalamnya terdapat kegiatan ekspor/ import berupa barang-barang potongan, biji-bijian, peti kemas dan sebagainya. Pelabuhan Penumpang, pelabuhan ini berbeda dengan pelabuhan yang lain karena fasilitas-fasilitas yang disediakan berbeda sama sekali dengan pelabuhan barang. Pelabuhan ini mensyaratkan fasilitas pelayanan dan kenyamanan penumpang juga kantor-kantor pengurusan imigrasi. Pelabuhan campuran, yaitu pelabuhan yang pemakaiannya terbatas untuk penumpang dan barang, sementara untuk minyak dan ikan tetap terpisah. Pelabuhan militer, yaitu pelabuhan yang mempunyai daerah perairan pelabuhan yang cukup luas sehingga memungkinkan pergerakan kapa-kapal perang yang cepat. Pelabuhan militer dirancang untuk pangkalan strategis sehingga jarang dijumpai peralatan bongkar muat, bangunan-bangunan pelabuhan pun dipisahkan agak berjauhan. 5. Ditinjau Menurut Letak Geografis. Pelabuhan alam, yaitu pelabuhan yang terlindung secara alami dari gangguan ombak dan angin, pelabuhan ini biasanya terdapat di muara sungai atau teluk yang memiliki ombak yang tidak begitu besar. Pelabuhan buatan, yaitu pelabuhan yang dibuat di pesisir pantai yang berbatasan langsung dengan laut. Untuk melindungi perairan pelabuhan maka dibangun tanggul penahan gelombang dan dibuat alur pelayaran. Pelabuhan semi alam, yaitu pelabuhan yang merupakan perpaduan dari kedua jenis diatas. Pelabuhan ini dibangun di daerah yang tertutup secara alami dan dibangunkan pemecah gelombang dan alur masuk pelabuhan untuk keluar masuknya kapal.

Dari pengenalan macam-macam pelabuhan tersebut, akan memudahkan teknis pelaksanaan dalam perencanaan pelabuhan. Di berbagai negara, masih banyak sekali macam-macam pelabuhan sesuai dengan kepentingan, kebutuhan dan kemampuan negara-negara yang bersangkutan dalam mengelola serta mengatur pelabuhan.

Pelabuhan Penumpang Pelabuhan Penyeberangan

Pelabuhan Container Pelabuhan Multipurpose

Gambar 2.1. Beberapa Jenis Pelabuhan

2.4.3. Fasilitas PelabuhanMenurut Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 69 Tahun 2001 Tanggal 17 Oktober 2001 Tentang Kepelabuhanan, pelabuhan pada umumnya membutuhkan fasilitas-fasilitas pelabuhan sebagai berikut :1. Rencana Peruntukan Lahan Untuk Penyediaan Kegiatan : Fasilitas pokok, antara lain:a. dermaga;b. gudang lini 1;c. lapangan penumpukan lini 1;d. terminal penumpang;e. terminal peti kemas;f. terminal ro-ro;g. fasilitas penampungan dan ppengolahan limbah;h. fasilitas bunker;i. fasilitas pemadam kebakaran;j. fasilitas gudang untuk bahan/barang berbahaya dan beracun(B3);k. fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SNP).

Fasilitas penunjang antara lain :a. kawasan perkantoran;b. fasilitas pos dan telekomunikasi;c. fasilitas pariwisata dan perhotelan;d. instalasi air bersih, listrik dan telekomunikasi;e. jaringan jalan dan rel kereta api;f. jaringan air limbah, drainase dan sampah;g. areal pengembangan pelabuhan;h. tempat tunggu kendaraan bermotor;i. kawasan perdagangan;j. kawasan industri;k. fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, tempat rekreasi, olah raga, jalur hijaudan kesehatan.)

2. Rencana Peruntukan Perairan Untuk Penyediaan Kegiatan : Fasilitas pokok, antara lain :a. alur pelayaran;b. perairan tempat labuh;c. kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal;d. perairan tempat alih muat kapal;e.perairan untuk kapal yang mengangkut bahan/barang berbahaya;f. perairan untuk kegiatan karantina;g. perairan alur penghubung intra pelabuhan;h.perairan pandu;i. perairan untuk kapal pemerintah. Fasilitas penunjang, antara lain :a. perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang;b. perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal;c. perairan tempat uji coba kapal (percobaan berlayar);d. perairan tempat kapal mati;e. perairan untuk keperluan darurat;f. perairan untuk kegiatan rekreasi (wisata air).

Gambar 2.2. Contoh Layout Suatu Pelabuhan Dengan Fasilitasnya

2.4.4. Perencanaan Pelabuhan1. Persyaratan dan Perlengkapan Pelabuhan Pembangunan sebuah pelabuhan memerlukan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu perlu perencanaan yang matang dalam memperhitungkan dan mempertimbangkan pembangunan suatu pelabuhan. Perencanaan harus bersifat menyeluruh (terintegral) dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, politik, teknis dan kelestarian ekosistem. Keempat aspek tersebut cukup penting mengingat keterkaitan yang tidak dapat terpisahkan dari perencanaan pembangunan pelabuhan. Tetapi biasanya yang paling penting adalah faktor ekonomi karena pembuatan pelabuhan secara ekonomi harus layak, artinya penghasilan yang diperoleh harus mampu menutupi biaya investasi/modal maupun biaya pemeliharaan dan biaya operasional untuk jangka waktu tertentu, serta untuk mendapatkan keuntungan.Kebutuhan akan pelabuhan timbul untuk memenuhi beberapa hal dibawah ini: Pembangunan pelabuhan yang didasarkan pada pertimbangan politik seperti pelabuhan militer atau pangkalan strategis negara. Pembangunan pelabuhan juga diperlukan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi didaerah sekitarnya dan untuk perdagangan antar pulau atau antar negara (eksport/import) yang mendukung perkembangan kota didekatnya atau negara. Untuk mendukung kelancaran produksi suatu pabrik atau badan usaha, maka diperlukan pelabuhan khusus seperti pelabuhan semen Gresik, pelabuhan Pertamina dan sebagainya.

Pelabuhan dapat dikatakan sebagai gate of the state yang berarti gerbang dari sebuah negara. Didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang. Untuk bisa memberikan pelayanan yang baik dan cepat, maka pelabuhan harus memenuhi beberapa persyaratan berikut: Adanya hubungan yang mudah antara transportasi air dan darat seperti jalan raya dan kereta api sehingga memperlancar arus barang dari dan ke pelabuhan. Pelabuhan berlokasi didaerah tempat konsentrasi penduduk dan industri yang tinggi sehingga memperbesar peran pelabuhan. Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup. Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan harus dapat membuang sauh selama merapat di dermaga guna bongkar muat barang atau mengisi bahan bakar. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk mereparasi kapal-kapal seperti bengkel, galangan kapal/dok dan sebagainya.Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka pelabuhan pada umumnya dilengkapi bangunan-bangunan seperti pemecah gelombang, alur pelayaran, kolam palabuhan, dermaga, alat penambat, gudang, gedung terminal untuk keperluan administrasi, fasilitas pengisian bahan bakar, fasilitas pandu kapal, peralatan bongkar muat barang dan fasilitas-fasilitas lain untuk keperluan penumpang dan anak buah kapal.

2. Perencaan Teknik Suatu PelabuhanPerencanaan pembangunan Pelabuhan Laut harus memperhatikan beberapa syarat teknis sebagai berikut :1. Pelabuhan harus mampu melindungi kapal dari iklim buruk selama berada di pelabuhan;2. Pelabuhan tidak berada di suatu lokasi yang mempunyai daerah belakang (hinterland) yang subur dengan populasi penduduk yang padat;3. Harus ada hubungan yang mudah antara transportasi air dan darat, seperti: jalan raya dan kereta api, sehingga barang-barang dapat diangkut dari dan ke pelabuhan dengan mudah dan cepat;4. Pelabuhan harus menjamin kemudahan perpindahan penumpang dan barang;5. Pengerukan mula (capital dredging) dan pemeliharaan pengerukan (maintenance dredging) yang minim;6. Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan harus bisa membuang sauh selama menunggu untuk merapat ke dermaga guna bongkar muat barang atau mengisi bahan bakar;7. Kapal harus dapat dengan mudah keluarmasuk pelabuhan dan bebas dari gangguan gelombang dan cuaca;8. Tersedia ruang gerak kapal di dalam kolam dan dalam pelabuhan;9. Keadaan air harus cukup agar kapal terapung meskipun air dalam keadaan surut, sehingga untuk itu perlu- Diusahakan perbedaan pasang-surut yang relatif kecil, serta pengendapan (sedimentasi) harus dapat dihilangkan/dikecilkan;- Kedalaman air yang cukup10. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang dan gudang-gudang penyimpan barang, serta penyediaan peralatan bongkar muat yang memadai.11. Pembuatan tambatan/dermaga diusahakan sedemikian rupa agar: a. Biaya awal dan biaya pemeliharaan minim, tetapi kuat memikul muatan, peralatan dan tumbukan kapal pada saat menambat;b. Letak dan bentuk tambatan yang mampu menampung bermacam jenis kapal dengan sarat (draft) dan atau panjang kapal yang berlainan;c. Mempunyai ukuran (dimensi) yang cukup untuk melaksanakan bongkar muat;d. Dapat dilakukan penanganan bongkar muat barang khusus (curah);12. Cukup mempunyai tempat-tempat penyimpanan tertutup (gudang transit) atau lapangan terbuka (open storage) untuk menampung muatan;13. Fasilitas prasarana lain yang mendukung, yaitu air bersih, listrik, telepon dan minyak yang cukup untuk melayani kapal dan muatan;14. Muatan diusahakan bebas dari gangguan, misalnya: terhadap pencurian dan bahaya kebakaran;15. Tersedia fasilitas pemeliharaan minimal baik bagi kapal dan peralatan;16. Tersedia fasilitas perkantoran untuk para karyawan di pelabuhan;17. Masih memungkinkan untuk perluasan/pengembangan pelabuhan;. 3. Penentuan Lokasi Pelabuhan Secara teknis pelabuhan merupakan salah satu bagian dari ilmu bangunan maritim, dimana padanya dimungkinkan kapal-kapal belabuh atau bersandar kemudian dilakukan bongkar muat. Pelabuhan dapat dibangun di suatu teluk, daerah terlindung seperti muara atau sungai dan disebuah pantai yang menghadap langsung ke laut lepas. Dari sudut teknis, maka dikenal beberapa macam pelabuhan yaitu: Pelabuhan alam (natural and protected harbour) adalah suatu daerah yang menjorok kedalam (inlet) terlindung oleh suatu pulai, jazirah atau terletak di suatu teluk, sehingga navigasi dan berlabuhnya kapal dapat dilaksanakan. Pelabuhan buatan (artificial harbour) adalah suatu daerah perairan yang dibuat manusia sedemikian hingga terlindung dari ombak, badai, arus dan pengaruh oseanografi lainnya yang memungkinkan kapal dapat merapat dan melakukan bongkar muat dengan tenang. Pelabuhan semi alam (semi natural harbour).Setelah dilakukan peninjauan aspel ekonomi dan sosial politik, selanjutnya perlu diadakan peninjauan faktor lokasi pelabuhan yang meliputi:

a. Faktor TeknisTinjauan Topografi Geologi Keadaan topografi pantai dan bawah laut merupakan pertimbangan penting dalam proses pembangunan pelabuhan lebih lanjut. Faktor ini harus memungkinkan untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti dermaga, jalan raya, gudang, rel kereta api dan juga daerah industri. Apabila daerah daratan sempit maka pantai harus cukup luas dan dangkal untuk memungkinkan perluasan daratan dengan melakukan pengerukan/reklamasi pantai. Jika topografi dasar laut tidak memenuhi syarat untuk didirikan bangunan diatasnya sebab struktur tanah terlalu lunak/berlumpur seperti daerah rawa, maka di tanah harus direkayasa dengan menggunakan teknik-teknik tertentu seperti penimbunan batu dan pasir, penanaman tiang tiang dan matras bambu serta teknik injeksi uap panas untuk mengeraskan tanah.Bangunan pelabuhan sangat erat kaitannya dengan karakteristik tanah yang menjadi pemecahan utama masalah fondasi dan stabilitas bangunan. Karakteristik dan struktur tanah sebagai pendukung bangunan keseluruhan banyak ditentukan pada kekuatan tanah tersebut dan di ukur sebagai tekanan tanah yang diijinkan. Jadi pada intensitas pembebanan maksimum peritungan harus didasarkan pada: Daya tekan tanah maksimal. Penurunan bangunan yang direncanakan. Secara struktural, bangunan tersebut harus dapat memikul gaya gaya yang timbul, yaitu gaya lateral dan vertikal dalam tanah sehingga tidak merusak bangunan.Intensitas pembebanan netto adalah perbedaan antara : Intensitas tekanan awal tanah pada taraf (niveau) fondasi yang bersangkutan sebelum adanya bangunan. Total intensitas tekanan akhir tanah pada saat bangunan sudah didirikan dan dimuati.Kapasitas daya dukung ultimat (the ultimate bearing capacity) adalah nilai intensitas pembebanan netto pada saat dimana tanah tergeser, disebabkan gaya geser yang terjadi akibat kekuatan tekan tanah maksimal. Berikut ini klasifikasi jenis tanah dengan pembagian utama sebagai berikut: berangkal (bolder) kerakal (cobbles) kerikil (gravel) pasir (sand) lanau (silt) lempung (clay) gambut (peats)

Tinjauan Sedimentasi.Pelabuhan harus dirancang sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang terjadi sekecil mungkin, bahkan kalau bisa tidak ada. Karenanya perlu peninjauan masalah sedimentasi dalam perencanaan pelabuhan.Sedimentasi merupakan proses yang tidak dapat dihindari karena air laut dapat mengangkut partikel sedimen ke segala arah. Namun proses sedimentasi dapat diantisipasi untuk memperkecil pengendapan di pelabuhan. Proses erosi dan sedimentasi tergantung pada sedimen dasar dan pengaruh hidrodinamika arus dan gelombang. Jika dasar laut terdiri atas material yang mudah bergerak, maka gelombang akan mengerosi dan membawa sedimen searah dengan arus. Sedimen yang dipindahkan tersebut bisa berupa bed load (menggelinding, menggeser dibawah laut) seperti pasir atau melayang untuk sedimen suspensi lumpur. Apabika kecepatan arus berkurang, maka arus tidak mampu lagi mengangkut sedimen sehingga akan terjadi sedimentasi di daerah tersebut. Cara menanggulangi atau memperkecil sedimentasi antara lain: Mengetahui arah arus dan gelombang yang memotong, mencapai pantai dan arah arus setelah mencapai pantai di sekitar pelabuhan. Membuat pemecah gelombang yang panjang agar sedimen tersuspensi mengendap di bagian luar mulut pelabuhan dan sedimentasi di mulut pelabuhan kecil. Pemecah gelombang harus di desain sedemikian rupa sehingga sedimen sulit masuk ke pelabuhan. Melakukan pengerukan secara berkala.Tinjauan Gelombang Dan ArusDalam perencanaan suatu pelabuhan harus memperhatikan aspek gelombang dan arus. Mulut pelabuhan diupayakan agar tidak menghadap langsung ke arah datangnya ombak sebab energi gelombang dapat masuk dan mengganggu aktuvitas bongkar muat. Sementara itu mulut pelabuhan juga diusahakan tidak menghadap arus karena akan mengakibatkan sedimentasi secara cepat sehingga akan mempertinggi biaya operasional pemeliharaan.Oleh sebab itu dibuat pemecah gelombang untuk menahan energi gelombang agar tidak masuk ke dalam pelabuhan. Sementara itu mulut pelabuhan tidak dijulurkan menghadang ombak secara langsung, tetapi sedikit menyerong /memotong arus sehingga diusahakan sedimentasi yang terjadi sekecil mungkin.

Tinjauan Kedalaman Air.Kedalaman laut sangat berpengaruh terhadap perencanaan pembangunan pelabuhan. Di laut yang mengalami pasang surut, variasi muka air kadang-kadang cukup tinggi. Biasanya tinggi pasang surut yang kurang dari 5 meter masih dapat dibuat pelabuhan terbuka. Bila pasang surut lebih dari 5 meter, maka terpaksa dibuat suatu pelabuhan tertutup yang dilengkapi dengan pintu air untuk memasukkan dan mengeluarkan kapal. Di sebagian besar perairan Indonesia tinggi pasang surut tidak lebih dari 2 meter sehingga masih memungkinkan untuk dibuat pelabuhan terbuka.Pada umumnya kedalaman dari dasar kolam pelabuhan ditetapkan berdasarkan sarat maksimum (maximum draft) kapal yang bertambat dengan jarak aman (clearance) sebesar 0,8-1,0 meter dibawah lunas kapal. Jarak aman ini ditentukan berdasarkan ketentuan operasional pelabuhan (penambatan kapal dengan/tanpa kapal tunda) dan konstruksi dermaga. Taraf dermaga ditetapkan antara 0,5 1,5 m. Diatas MHWS sesuai dengan besarnya kapal. Kedalaman air ditentukan pada frekuensi kapal-kapal dengan ukuran tertentu yang masuk ke pelabuhan. Jika kapal-kapal besar masuk ke pelabuhan sekali dalam beberapa hari, maka kapal tersebut hanya boleh masuk pada waktu air pasang. Sedangkan kapal-kapal kecil dapat masuk ke pelabuhan setiap saat.

b. Aspek Bina PengusahaanDari segi manajemen pelabuhan (bina pengusahaan), pengaturan (prosedur) kegiatan-kegiatan sejak kedatangan kapal, bongkar muat, keberangkatan dan hubungan pelabuhan dengan daerah-daerah lain disekitarnya harus dikelola secara efisien. Pengusahaan pelabuhan harus dapat menghasilkan secara finansial segala biaya pembangunan (investasi) dan pengoperasiannya dapat ditutup dari hasil pendapatan selama periode tertentu. Jangka investasi biasanya dihitung selama 30 sampai 50 tahun sehingga biaya penyusutan pun dapat dipikul. Pendapatan (revenue) dikelola dengan sistem tarif jasa pelabuhan. Karena masa pengembanganan investasi yang panjang (low yielding) inilah, umumnya pengelolaan pelabuhan umum di Indonesia ditangani oleh pemerintah. Klasifikasi pelabuhan dilihat dari jasa yang diberikan dapat dibagi atas tiga golongan:

Golongan a , ditinjau dari pemungutan jasa-jasa.1) Pelabuhan yang diusahakan, ialah pelabuhan dalam pembinaan pemerintah yang sesuai kondisi, kemampuan dan pengembangan potensinya diusahakan sesuai dengan azas hukum perusahaan.2) Pelabuhan yang tidak diusahakan, ialah pelabuhan dalam pembinaan pemerintah yang kondisi,kemampuan dan pengembangan potensinya masih menonjol sifat overheid-zorg.3) Pelabuhan otonom, adalah pelabuhan yang kewenangannya diserahkan untuk diatur secara mandiri. Golongan b , ditinjau dari jenis perdagangan.1) Pelabuhan laut, merupakan pelabuhan yang terbuka untuk segala jenis perdagangan dalam dan luar negeri yang menganut undang-undang pelayaran Indonesia.2) Pelabuhan pantai, ialah pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan dalam negeri. Golongan c , ditinjau dari jenis pelayanan kepada kapal dan muatannya.1) Pelabuhan utama (major port) yaitu pelabuhan yang melayani kapal-kapal besar dan membagi/mengumpulkan muatan.2) Pelabuhan cabang (feeder port) yaitu pelabuhan yang melayani kapal-kapal kecil dan mendukung pelabuhan utama.

c. Aspek Bentuk, Ukuran Dan Fungsi Pelabuhan Ukuran dan bentuk pelabuhan didasarkan pada jumlah dan ukuran kapal yang berlabuh. Hal ini berhubungan dengan besar kolam putar (turning basin) yang menentukan luas minimum pelabuhan, yaitu luas kolam putar ditambah dermaga yang besarnya juga sesuai dengan besar dan jumlah kapal.Untuk kolam putar, ukuran ruang optimum adalah berdiameter empat kali panjang kapal terpanjang yang berlabuh dan ukuran minimumnya harus mempunyai diameter 20% lebih panjang dari panjang kapal terbesar yang berlabuh. Semakin lebar kolam putar akan semakin mempermudah pengoperasian kapal , sementara untuk kolam putar yang minimum sangat sulit dilakukan kecuali dengan bantuan titik/ poros tetap seperti dolphin atau penambat dermaga, pelampung atau jangkar.Bentuk pelabuhan harus sesuai dengan fungsi dan kondisi pelabuhan serta jenis kapal yang singgah. Beberapa pelabuhan memiliki dermaga terpisah yang tegak lurus terhadap alur pelayaran dan pemecah gelombang, namun ada beberapa pelabuhan lain memiliki dernaga menjadi satu dengan pemecah gelombang disamping dermaga utama. Biasanya dermaga ini digunakan kapal sebagai tempat penantian kapal menunggu giliran berlabuh di dermaga utama.Perencanaan pelabuhan tidak lepas dari fungsi perencanaan pelabuhan yang akan dibangun. Secara garis besar pelabuhan dapat digolongkan menjadi 3: Pelabuhan terminal penumpang, pelabuhan ini harus dirancang berikut fasilitas-fasilitas penumpang sehingga memberikan pelayanan dan kenyamanan kepada penumpang. Pelabuhan terminal barang, pelabuhan ini harus direncanakan untuk dapat menunjang kelancaran bongkar muat barang secara efisien dengan fasilitas-fasilitas seperti keran, fork lift truck, kereta barang, perahu-perahu (lighters) dan sebagainya, juga perlu dilengkapi pipa-pipa dan pompa untuk melayani kapal-kapal yang memuat barang curah dan cair. Pelabuhan industri, pelabuhan ini dikelola oleh sebuah perusahaan dengan tujuan dapat meningkatkan produksi serta mempermudah transportasi sehingga biaya dapat ditekan seefisien mungkin. Fasilitas yang dibangun cukup sebatas peralatan yang diperlukan untuk produk industri tersebut seperti jaringan pipa dan tanki pada pelabuhan milik Pertamina dan keran khusus pada pelabuhan perusahaan semen.d. Jenis kapalPanjang, lebar, sarat (draft) dan jenis kapal berhubungan langsung dengan perencanaan pelabuhan . tiap kapal memiliki karakteristik tersendiri dalam menangani muatannya. Muatan ini dapat berbentuk gas, cair dan padat. Bentuk teknis kapal disesuaikan dengan jarak dan besar muatan. Penanganan muatan (cargo handling) menentukan ciri khas dari pelayanan dermaga yang mencakup karakteristik dan fasilitas pelabuhan.Biasanya untuk mengenal macam-macam ukuran kapal yang menjelaskan dimensi kapal, digunakan istilah yang mengartikan kapasitas angkut seperti : Dead weight tonnage (DWT, bobot mati) yaitu berat maksimum muatan yang dapat diangkut kapal dalam keadaan pelayaran optimal (draft maximum). DWT ini merupakan selisih antara displacement tonnage (DPL, ukuran isi tolak) merupakan volume air yang dipindahkan sama dengan berat kapal dikurangi displacement tonnage loadded ( berat kapal maksimum) yaitu berat kapal yang bila masih dimuati lagi akan mengganggu stabilitas kapal yang memperbesar kemungkinan kapal tenggelam. Ukuran isi tolak dalam keadaan kosong disebut displacement tonnage light, yaitu berat kapal tanpa muatan, dalam hal ini termasik didalamnya perlengkapan berlayar, bahan bakar, anak buah kapal dan sebagainya. Gross register tons (GRT, ukuran isi kotor) atau biasanya cukup disingkat GT (gross tonnage), adalah volume keseluruhan ruang kapal (1 GRT = 2,83 m3 = 10 ft). Netto register tons (NRT, ukuran isi bersih) adalah ruangan yang disediakan untuk muatan dan penumpang. Besarnya sama dengan GRT dikurangi ruangan-ruangan yang disediakan untuk nahkoda dan ABK, ruang mesin, gang, kamar mandi, dapur, ruang peta. Sarat (draft) ialah bagian kapal yang terendam air dalam keadaan maksimum, atau jarak antara garis air pada beban yang direncanakan (designed load water line) dengan titik terendah lunas kapal. Panjang total (length overall, Loa) adalah panjang total ekstrem dari ujung depan (haluan) sampai ujung belakang (buritan). Panjang garis air (length between perpendiculars, Lpp) adalah panjang kedua titik designed load water line pada titik perpotongan haluan dan poros kemudi. Lebar kapal (beam) adalah jarak maksimum antara dua sisi kapal.Gambar 2.3. Definisi Bagian Dari Dimensi KapalKeterangan :Loa : Length over all (panjang keseluruhan)Lpp : length between prependicular

Jenis Kapal dan Karakteristik Kapal

Selain dimensi kapal, karakteristik kapal seperti tipe dan fungsinya sangat berpengaruh terhadap perencanaan pelabuhan. Beberapa tipe kapal dapat dibedakan sebagai berikut: Kapal penumpang, merupakan transportasi yang mengangkut penumpang untuk tujuan antar pulau. Di Indonesia, kapal penumpang merupakan kebutuhan vital mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dengan taraf hidup penduduknya yang relatif rendah sehingga peran transportasi laut amat utama dibandingkan transportasi udara. Kapal barang, kapal ini khusus dibuat untuk transportasi barang baik lintas pulau maupun lintas negara. Kapasitas angkut yang besar dengan biaya yang rendah membuat kapal hingga saat ini dipilih eksportir/ importir untuk mengirimkan barangnya. Kapal ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam sesuai dengan jenis barang yang diangkut sepeti biji-bijian, barang-barang yang dimasukkan dalam peti kemas (container) dan benda cair seperti minyak, gas alam, bahan kimia dan sebagainya. Kapal-kapal kecil, yang meliputi kapal khusus (seperti kapal patroli, kapal perintis) dan kapal rakyat (seperti kapal layar, kapal penangkap ikan).Untuk merealisir suatu pelabuhan, maka minimal ada tujuh data-data pokok yang sangat dibutuhkan dengan urutan kegiatan yaitu:a. Asal dan tujuan muatan (origin and desmation; O/D)b. Klimatologi, meliputi angin, pasang surut, sifat air laut.c. Topografi, geografi, struktur tanah.d. Rencana pembiayaan, ukuran-ukuran keberhasilan secara ekonomis dilihat dari segi investasi.e. Pendayagunaan modal ditinjau dari segi operasional, terutama dalam penanganan muatan (cargo handling).f. Kaitan pelabuhan dengan jenis kapal yang menyinggahinya dan sarana / prasarana angkutan lain yang mendukung kegiatan di pelabuhan berikut daerah pendukung secara keseluruhan (komprehensif).g. Kaitan pelabuhan dengan pelabuhan lainnya dalam rangka lalu lintas dan sistem jaringan guna mendukung perdagangan.

Ketujuh data pokok tersebut kemudian dijadikan dasar-dasar yang harus diusahakan saling terkait agar rencana dasar pelabuhan (port master plan) tersebut secara keseluruhan adalah layak. Kemudian dapat menelorkan suatu rancangan teknis dengan berbagai alternatifnya untuk dipilih alternatif terbaik yang paling menguntungkan sebagai acuan pelaksanaan pembangunan.

Hal: 1 - 20