Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi sosial, relasi dan toleransi antar kelompok umat beragama
2.1.1 pengertian komunikasi dan perkembangan model komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang dapat dikatakan hubungan antar
manusia. Komunikasi melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk
dapat saling berhubungan dengan orang lain dan lingkungna sekitarnya.
Komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, sejak pertama manusia itu dilahirkan manusia sudah melakukan
proses komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya mahluk itu hidup
dengan manusia lainnya yang satu sama lain saling membutuhkan, untuk
melangsungkan kehidupannya manusia berhubungan dengan manusia lain.
hubungan antar manusia akan tercipta melalui komunikasi, baik secara verbal
maupu non verbal (simbol gambar, atau media komunikasi lainnya)
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari
kata communis yang berarti “sama”, communico, communication,
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Judy C.
Person dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua
fungsi. Pertama untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi
keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi. Kedua, untuk
kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk mmperbaiki hubungan sosial
dan mengembangkan keberadaan masyarakat (mulyana,2002:41-42).
Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan empat
tindakan, membentuk, menyampaikan, menerima dan mengolah pesan.
10
Keempat tidakan tersebut, lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesa
yang artinya membentuk idea atau gagasan. Komunikasi dapat terjadi dalam
diri seseorang, antara dua orang, diantara beberapa orang atau banyak orang.
Komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Artinya komunikasi yang dilakukan
sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya.
Dalam “Bahasa Komunikasi” komponen- komponen yang meliputi
komunikator atau penyampai pesa. Pesan yang merupakan pernyataaan yang
didukung oleh lambing. Komunikan yaitu orang yang menerima pesan, media
atau saluran yang merupakan sarana atau alat yang mendukung pesan bila
komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.Efek atau hasil merupakan
dampak sebagai pengaruh dari pesan, umpan balik, serta bagian yang ikut
berpengaruh dalam proses komunikasi yakni aspek lingkungan
Dikatakan bahwa umumnya bahasa yang dipergunakan untuk mewakili
perasaan, fikiran, keinginan, ataupun gagasan, ataupun gagasan. Disamping itu
gerakan organ tubuh , gambar, baik itu foto, lukisan, sketsa, karikatur dan lain-
lain merupakan lambang yang biasa di gunakan untuk menyampaikan
pernyataan seseorang oleh muslimin (2010:33).
Menurut Dedy Mulyana (2006 :137-155) Pada penjelasan ini akan
membahas tiga konsep definisi dalam perkembangan tiga model komunikasi
komunikasi. Definisi model komunikasi Linear, komunikasi interaksi dan
komunikasi transaksional. Berikut penjelasan definisi komunikasi dari tiga
model utama komunikasi, yakni:
11
2.1.1.1 Model Komunikasi Linear
Pada gambar 2.1 menjelaskan bahwa Model komunikasi Linier
dikemukakan oleh Claude Shannon and Warren Weaver pada tahun 1949
dalam buku The mathematic of Communication. Mereka mendeskripsikan
komunikasi sebagai proses linier karena tertarik pada teknologi radio dan
telepon dan ingin mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan
bagaimana informasi melewati berbagai saluran (channel). Hasilnya adalah
konseptualisasi dari komunikasi Linear.pendekatan ini terdiri atas beberapa
elemen kunci, yakni : sumber (source),Pesan (message) dan penerima
(receiver). Model Linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim
atau penerima. Maka dari itu, komunikasi dipandang sebagai satu arah tidak
ada konsep umpan balik (feedback) atau transaksi yang terjadi dalam
penyandian dan penyandian balik dalam defines ini.’
Beberapa definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah
menurut para ahli :
Gambar 2.1 Model Komunikasi Linear Shannon dan Weaver
12
a. Everet M. Rogers mendefinisikan komunikasi merupakan suatu proses
dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.
b. Gerald R. Miller merupakan komunikasi yang terjadi ketika suatu
sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang
disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
c. Carld R. Miller komunikasi adalah proses yang memungkinkan
seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya
lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain
(komunikan).
d. Theodore M. Newcomb mendefinisikan setiap tindakan komunikasi
dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan
yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.
2.1.1.2 Model Interaksional
Dari gambar 2.2 Model Komunikasi Interaksional yang
kembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang menekankan pada
proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dapat dikatakan
Gambar 2.2 Model Komunikasi Interaksional oleh wilbur Schramm
13
bahwa komunikasi berlangsung dua arah, mulai dari pengirim kepada
penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini
menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Para peserta
komunikasi menurut model Interaksional adalah orang- orang yang
mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial dan dapat
dikatakan melalui pengambilan peran orang lain. Model komunikasi ini
menempatkan sumber dan penerimana mempunyai kedudukan yang
sederajat, satu elemen. Hal terpenting bagi model interaksional adalah
adanya umpan balik (feedback) atau tanggapan terhadap pesan dari
pengirim kepada penerima.
2.1.1.3 Model Komunikasi Transaksional
Pada gambar 2.3 Model komunikasi transaksional dikembangkan
oleh Barnlund pada tahun 1970. Yang mana model ini menjelaskan
pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus menerus
dalam sebuah episode komunasi. Yang dimaksdu dengan komunikasi
bersifat transaksional adalah proses yang kooperatif yaitu pengirim dan
penerima sama- sama bertanggung jawa terhadap dampak dan efektivitas
komunikasi yang terjadi. Model komunikasi transaksional ini berasumsi
bahwa saat kita terus- menerus mengirimkan dan menerima pesan, kita
Gambar 2.3 Model Komunikasi Transaksional oleh Barnlund
14
berurusan baik dengan elemen verbal dan non verbal. Dengan kata lain,
peserta komunikasi (komunikator) melakukan proses negosiasi makna.
2.1.2 Fungsi Komunikasi
Setelah memahami tiga model utama komunikasi, kemudian ada empat
fungsi komunikasi berdasarkan kerangka yang dikemukakan William I. Gorden
dalam Dedy Mulyana (2006: 5-34) yakni:
1. Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi adalah sebagai komunikasi sosial, setidaknya
komunikasi mengisyarakatkan bahwa sangat penting untuk membangun
konsep diri kita, aktualisasi diri, unutk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara
lain dengan komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan
orang lain.
2. Komunikasi Ekpresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan
(emosi) seseorang. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan
melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati,
gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat
kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku
nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai
kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan
mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa
15
memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus dengan
melakukan demontrasi.
3. Sebagai komunikasi ritual
Suatu kelompok yang sering melakukan upacara-upacara berlainan
sepanjang tahun dan sepanjang hidup. dimulai dari upacara kelahiran,
sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain.
Acara-acara tersebut orang- orang biasanya mengucapkan kata-kata atau
perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti
berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara
bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda,
perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual.
Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut
menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku,
bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka.
4. Sebagai komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum,
yakni: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap,
menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen,
komunikasi tidak saja dgunakan untuk menciptakan dan membangun
hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi
komunikasi membuat seseorang peka akan berbagai strategi yang dapat di
gunakan dalam komunikasi. Seseorang bekerja lebih baik dengan orang lain
demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek
16
ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk
memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati,
empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat
diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-
taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji,
mengenakankan pakaian bagus, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk
menunjukkan kepada orang lain seperti yang diinginkan.
Setelah mengetahui beberapa definisi dan konsep komunikasi secara
umum. Kemudian akan dijelaskan lebih kusus mengenai komunikasi sosial
dalam mencapai integrasi sosial pada suatu kelompok masyarakat berbeda
agama dalam mengembangkan relasi dan toleransi sosial.
2.1.3 Komunikasi Sosial dan fungsi- fungsinya
Setelah mengetahui definisi Komunikasi yang berarti ”sama”. Pada
pandangan ilmu sosiologi kata komunikasi berarti pergaulan, pemberitahuan,
dan perhubungan. Secara definitif Komunikasi sosial adalah suatu proses
interaksi di mana seseorang atau suatu lembaga menyampaikan amanat kepada
pihak lain supaya pihak lain dapat menagkap maksud yang dikehendaki.
Komunikasi merupakan suatu proses interaksi sosial yang sangat
mendasar dan penting dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena
setiap masyarakat manusia berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan
mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dapat dikatakan penting
karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan
individu- individu yang lainnya.
17
Komunikasi sosial merupakan cara terjadinya interaksi sosial dan
terbentuk proses sosial dalam penyampaian informasi melibatkan antara orang
perorang atau antara komunikator dan komunikan, sehingga proses sosial antara
kedua pihak tersebut ditinjau dari aspek sosiologis.
Beberapa definisi komunikasi sosial menurut para ahli oleh portal
komunikasi Indonesia (diakses pada tanggal 10 april 2018.
https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-sosial) sebagai berikut:
- Goldstein (1982) mengatakan bahwa komunikasi sosial merupakan
kemampuan yang harus diambil pada individu yang menjalani interaksi
dengan individu atau kelompok individu lainnya.
- Oteng Sutisna (1989) mengemukakan bahwa komunikasi sosial merupakan
proses interaksi antara orang-orang atau kelompok sikap dan dimaksudkan
untuk mempengaruhi perilaku orang dan kelompok dalam suatu organisasi.
- Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (2001) menyimpulkan bahwa
komunikasi sosial meruapakan upaya untuk menyampaikan maksud
tertentu kepada orang lain sehingga orang bisa memahami maksud yang
disampaikan.
Kemudian unsur- unsur komunikasi sosial oleh Sutaryo (2005: 23) pada
dasarnya semua jenis atau teknik komunikasi memiliki beberapa unsusr yang
sama. Adapun pula komunikasi sosial yang di antaranya terdapat :
- Komunikator, sebagai pengirim atau pemberi informasi atau pesan
kepada individu maupun kelompok lain.
- Pesan, sebagai obyek atau sesuatu yang disampaikan oleh komunikator
kepada individu atau kelompok lain.
18
- Media, sebagai fasilitator pesan yang berupa Visual, Verbal, Non Verbal,
Lisan, maupun tulisan.
- Komunikan, sebagai penerima pesan atau informasi dari seorang
komunikator.
- Feedback, sebagai efek atau dampak dari komunikan yang ditimbulkan oleh
adanya pesan yang disampaikan tersebut
Menurut Dedy Mulyana (2006: 6-10) beberapa fungsi komunikasi
sosial bagi kehidupan kelompok masyarakat. Berikut ini aspek- aspek dari
fungsi komunikasi sosialyang di maksud:
1. Fungsi Komunikasi sosial sebagai pembentukan konsep diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang mengenai siapa diri
seseorang dan hanya bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang
lain kepada diri seseorang. Secara sadar kita manusia karena orang –
orang disekeliling kita menunjukkan kepada kita lewat perilaku verbal
dan non verbal mereka bahwa kita manusia. Melalui komunikasi dengan
orang lain, kita belajar mengetahui diri kita sebenarnya.
Konsep diri dipengaruhi oleh keluarga dan orang- orang terdekat
lainnya, termasuk kerabat. Mereka semua dapat disebut dengan
significant others. Siapapun yang memelihara kita pertama pertama
kalinya, mengatakan kepada kita lewat ucapan dan tindakan mereka
bahwa kita baik, bodoh, cerdas, nakal, rajin, ganteng, cantik, dan
sebagainya. Pada pertumbuhan kita, menerima pesan dari orang-orang
disekitar kita mengeai siapa diri kita dan harus menjadi kita.
19
2. Fungsi Komunikasi sosial sebagai pernyataan eksistensi diri
pada dasarnya orang berkomunikasi adalah untuk menunjukkan
dirinya eksis maka inilah yang disebut dengan aktualisasi diri. Hal itu
memiliki arti ia telah mengadakan diri atau menunjukkan kepada orang
lain bahwa ia itu ada. Maka hal inilah yang disebut sebagai eksistensi
diri. Seperti yang pernah dikatakan seorang Filsuf yang bernama Rene
Descrates (1596-1650) dalam Dedy mulyana ( : 13) mengatakan bahwa,
”saya berfikir, maka saya ada” menjadi “Saya berbicara, karena itu
saya”. Bila seseorang tetap diam, orang lain akan memperlakukan kita
sebagai jika kita tidak ada. Tapi kita berbicara, kita menyatakan bahwa
kita benar-benar ada.
3. Fungsi komuniksi sosial untuk kelangsungan hidup, memupuk
hubungan dan memperoleh kebahagiaan
Sejak lahir seseorang tidak dapat hidup sendirian untuk
mempertahankan hidup. Seseorang perlu berkomunikasi dengan orang
lain. Para psikolog berpendapat bahwa kebutuhan utama kita sebagai
manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah adalah
kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah. Hanya bisa terpenuhi
dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Abraham
maslow menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar
yakni: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan
diri, dan aktualisasi diri. Kemudian seseorang ingin memenuhi
kebutuhan sosial, penghargaan dirim dan aktualisasi diri. Kebutuhan
ketiga dan keempat adalah meliput rasa keinginan untuk memperoleh
20
rasa aman melalui rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima,
memberi dan menerima persahabatan.
4. Fungsi Komunikasi sosial sebagai Integrasi sosial
Menurut susanto (1995) dalam zulkarnain (2013: 22) komunikasi
sosial adalah suatu kegiatan komunikasi yang lebih diarahkan kepada
pencapaian suatu situasi integrasi sosial, dan bersifat timbal balik dengan
mementingkan adanya dialog antara individu – individu atau antara
komunikator dengan komunikan. Maka fungsi pertama komunikasi
sosial dalam suatu kelompok masyarakat berbeda agama adalah untuk
mencapai suatu Integrasi sosial. Integrasi sosial akan dapat diukur dari
ketelibatan secara emosional dalam bentuk ikatan.
Integrasi sosial merupakan sebuah proses dalam penyesuaian
sistem dan unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu
kesatuan. Unsur- unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi ras, etnis
agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai dan lain sebagainya. Baton dalam
taufik ardiansyah (2016:9), integrasi sebagai suatu pola hubungan yang
mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat,tetapi tidak
memberikan fungsi penting pada perbedaan ras tersebut.
a. Syarat terjadinya Integrasi sosial
Menurut William F.Ognurn dan meyer nimkoff dalam taufik
ardiansyah (2016:10) syarat terjadinya integrasi sosial adalah :
- anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling
mengisi kebutuhan- kebutuhan mereka.
21
- masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (consensus)
bersama mengenai nilai dan norma.
- Nilai dan norma sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan
secara konsisten.
b. Faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya proses Integrasi
Sosial
Menurut meyer nimkoff dalam taufik ardiansyah (2016:10)
faktor yang mempengaruhi cepat atau lambanya proses integrasi
adalah:
- Homogenitas kelompok, pada masyarakat yang
homogenitasnya rendah integrasi sangat mudah tercapai,
demikian sebaliknya
- Besar kecilnya kelompok, jumlah anggota kelompok
mempengaruhi cepat lambatnya intregrasi karena
membutuhkan penyesuaian diantara anggota.
- Mobilitas geografis, semakin sering anggota suatu masyarakat
datang dan pergi maka semakin mempengaruhi proses
integrase
- Efektifitas komunikasi, semakin efektif komunikasi, maka
semakin cepat integrasi anggota – anggota masyarakat
tercapai.
c. Proses integrasi dalam kehidupan masyarakat
Proses integrasi dalam taufik ardiansyah (2016:11) dapat
dilihat melalui proses- proses tersebut:
22
- Asimilasi adalah bertemunya dua kebudayaan atau lebih yang
saling mempengaruhi sehingga memunculkan kebudayaan
baru dengan meninggalkan sifat aslinya.
- Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok
sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada
kebudayaan asing (baru), sehingga kebudayaan asing (baru)
diserap atau diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri,
tanpa meniggalkan sifat aslinya.
Dapat di simpulkan bahwa fungsi komunikasi sosial adalah agar
tercapainya suatu integrasi sosial pada suatu kelompok masyarakat
berbeda agama dalam mengembangkan relasi dan toleransi sosial.
Sebaliknya jika fungsi komunikasi sosial tidak berjalan dengan baik
maka akan terjadi pula disintegrasi sosial seperti kebencian, irihati antar
kelompok masyarakat berbeda agama. Melalui komunikasi sosial
kebutuhan emosional maupun belajar saling menghormati, bersimpati
dan lain sebagainya.
2.1.4 pengertian relasi sosial
Menurut Mursyid Ali (2009: 5) relasi sosial yang dimaksud adalah
tindakan- tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih serta satu kelompok
atau lebih. Tindakan tersebut para pelaku menggunakan simbol- simbol untuk
dapat memahami dan di fahami sesuai dengan konteks hubungan yang
berlangsung. Sesorang dapat saja memiliki banyak identitas, tetapi tidak
mungkin menggunakan semua identitas itu sekaligus dalam hubungan sosial
dalam waktu bersamaan. Identitas- identitas lainnya akan digunakan pada saat
23
yang berlainan sesuai dengan kondisi yang relevan dalam Parsudi suparlam
(1997:26). Pada akhirnya pola hubungan sosial antar kelompok sosial
masyarakat tidak saling menonjolkan identitas kelompok masing- masing. maka
hubungan antar kelompok sosial akan menjadi harmonis.
Maka komunikasi sosial dan relasi sosial merupakan suatu hal yang
saling membutuhkan. Karena ketika seseorang bertemu dengan individu atau
kelompok yang berbeda akan saling mengerti dan memahami dengan
kemampuan berkomunikasi dengan individu- individu yang lainnya.
2.1.5 komunikasi sosial dan relasi sosial
Setelah membahas komunikasi sosial merupakan suatu proses interaksi
pada setiap masyarakat dalam mempertahankan suatu persetujuan mengenai
berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Sangat penting sekali setiap individu
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan individu- individu lainnya.
Sedangkan relasi sosial merupakan suatu hubungan dan tindakan yang
dilakukan antar kelompok masyarakat dengan menggunakan simbol- simbol
verbal maupun non verbal. simbol- simbol ini dapat saling memahami dan
difahami sesuai dengan konteks hubungan berlangsung.
Dengan hal ini komunikasi sosial sangat berperan penting dalam relasi
sosial. karena komunikasi sosial dapat mempertahankan relasi antar kelompok
masyarakat. Ketika seseorang bertemu dengan individu atau kelompok yang
berbeda akan saling mengerti dan memahami dengan kemampuan
berkomunikasi dengan individu- individu yang lainnya.
24
2.1.6 Toleransi antar kelompok masyarakat berbeda agama
Secara etimologis berasal dari kata tolerance yang berarti sikap
membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa
memerlukan persetujuan. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, toleransi
yang berasal dari kata “Tolerence” itu sendiri bersifat atau bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan). Pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda atau yang bertentangan
dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang diperbolehkan. Secara Bahasa dan etimologi toleransi berasal
dari Bahasa Arab tasamuh yang berarti ampun, maaf dan lapang dada.
Sedangkan toleransi secara etimologis, menurut Umar Hasyim
merupakan pemberian kebebasan kepada sesama manusia, kepada sesama warga
masyarakat. Hal tersebut agar dapat menjalankan keyakinannya serta mengatur
hidupnya dan menentukan masing masing nasib seseorang. Selama dalam
menjalankan dan menentukan sikapnya tidak melanggar dan tidak bertentangan
dengan syarat- syarat dapat menciptakan ketertiban dan perdamaian dalam
masyarakat.
Namun menurut W.J.S Poerwadarminto dalam “kamus Umum Bahasa
Indonesia”, toleransi adalah sikap/sifat meneggang. Hal tersebut berupa
menghargai serta memperbolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan,
kepercayaan. Sedangkan Sosial Bahasa Indonesia latin yaitu “socius” yang
berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan
bersama Salim (2002). Sudarno dalam salim (2002) menekankan bahwasannya
sosial pada strukturnya, yaitu suatu tatanan dari hubungan- hubungan sosial
25
dalam masyarakat yang menempatkan pihak- pihak tertentu (Individu, keluarga,
kelompok, kelas) didalam posisi – posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem
nilai dan norma yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu.
2.1.7 Komunikasi sosial dan toleransi antar kelompok masyarakat berbeda
agama
Secara definsi komunikasi sosial adalah suatu proses interaksi di mana
seseorang menyampaikan amanat kepada pihak lain supaya pihak lain dapat
menagkap maksud yang dikehendaki. Hal ini merupakan suatu dasar ketika
seseorang melakukan kegiatan berkomunikasi dengan pihak lain dan pihak lain
saling mengerti dengan apa yang di maksudkan oleh seseorang tersebut.
Sedangkan pada pengertian toleransi adalah Pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, menghargai, membolehkan) yang berbeda atau yang
bertentangan dengan pendiriannya.
Dalam toleransi antar kelompok masyarakat berbeda agama menunjukkan
berbagai hal yang saling membolehkan,saling menghargai, yang bertentangan
dengan ajaran atau kepercayaan setiap kelompok masyaraat berbeda agama.
maka disinilah peran penting komunikasi sosial dapat meningkatkan toleransi
antar kelompok masyarakat berbeda agama. sebaliknya ketika komunikasi sosial
mengalami kesalahfaham maka dapat pula mengalami perpecahan antar
kelompok umat beragama.
26
2.3 Komunikasi antar budaya dan toleransi antar kelompok masyarakat
berbeda agama
Efektifitas komunikasi antar budaya dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti perberdayaan latar belakang budaya, psikokultural, sosiokultural, dan
pengaruh lingkungan seperti yang diutarakan oleh Guddykuns dan Kim (1997)
dalam Irma (2013:9) . Segala aspek kehidupan manusia, konflik itu sangat
mungkin terjadi. Bahkan tak jarang hampir setiap saat konflik itu bisa terjadi. Baik
disebabkan oleh individu maupun oleh lingkungan dan budaya. Potensi konflik
yang dijelaskan oleh Samovar (2001) dalam Irma (2013:9) adalah konflik bisa
disebabkan oleh masalah pencarian pesamaan, ketidakpastian, streotip, prasangka,
rasisme, penggunaan kekuasaan, gegar budaya, atau etnosentrisme. Sedangkan
menurut Liliweri (2011) dalam Irma (2013:9) Komunikasi antar budaya adalah
komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh komunikator dan komunikan yang
berbeda, bahkan dalam satu bangsa sekalipun.
Komunikasi antar budaya lebih menenkankan aspek utama yaitu
komunikasi atar pribadi diantara komunikator dan komunikan yang
kebudayaannya berbeda seperti gambar di bawah ini:
27
Gambar 2.1 Komunikasi antarbudaya (Mulyana,2007)
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa komunikasi antar budaya adalah
kegiatan komunikasi antar pribadi yang di langsungkan diantara para anggota
kebudayaan yang berbeda. Namun dalam banyak study dan kepustakaan tentang
komunikasi antar budaya selalu dijelaskan seolah- olah yang dimaksudkan dengan
antar budaya adalah antar bangsa.
Komunikasi antar budaya dan komunikasi lintas budaya seiring kali
dianggap sama. Namun pada kenyataan keduanya memiliki pengertian yang
berbeda. Jika ditelaah akan terlihat letak perbedaannya, menurut Guddykunts dan
kim (1997) dalam Irma (2013:11), komunikasi antar budaya (Intercultural
communication) adalah komunikasi pada dua orang dengan budaya yang berbeda.
Guddykunts dan Asante mengemukakan bahwa inti tema komunikasi antar
budaya adalah komunikasi antar pribadi di antara para anggota dari atar belakang
budaya yang berbeda, apakah itu ras , kelompok etnik.
2.3.1 Unsur- unsur budaya dalam komunikasi antar budaya
Porter dan samovar menyebutkan unsur budaya dalam komunikasi
antarbudaya, yaitu sebagai berikut:
28
1. Persepsi
Persepsi adalah proses internal yang dilakukan untuk memilih,
mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan
eksternal. Secara umum, dipercaya bahwa orang berperilaku sedemikian
rupa pula.
2. Proses verbal
Proses verbal tidak hanya meliputi cara berbicara dengan oran lain,
tetapi juga kegiatan internal berpikir dan pengembangan makna bagi kata-
kata yang digunakan. Proses – proses ini secara vital berhubungan dengan
proses pemberian makna saat melakukan komunikasi antarbudaya.
3. Proses non verbal
Pola pikir suatu budaya memengaruhi cara individu dalam budaya
berkomunikasi yang akan memengaruhi cara orang merespons individu dari
budaya lain. Harus disadari bahwa terdapat perbedaan budaya dalam aspek
berfikir sehingga kita tidak dapat mengharapkan setiap orang untuk
menggunakan pola pikir yang sama. Sekalipun demikian, dengan
memahami pola piker dan belajar menerima pola- pola tersebut akan
memudahkan kita dalam berkomunikasi
4. Prasangka dan stereotip
Banyak hambatan- hambatan dalam komunikasi antarbudaya tidak
hanya disebabkan adanya perbedaan budaya, tetapi juga adanya prasangka
sosial. Yakni sikap perasaan orang- orang terhadap golongan tertentu,
golongan rasatau kebudayaan yang berbeda dengan golongannya.
29
Prasangka sosial terdiri atas sikap sosial yang negative terhadap golongan
lain dan memengaruhi perilakunya terhadap golongan tersebut.
Pada awalnya prasangka sosial hanya merupakan sikap persaan
negatife, tetapi lambat laun akan dinyatakan dalam bentuk tindakan yang
deskriminatif. Stereotip adalah sikap atau karakter yang dimiliki oleh
seseorang untuk menilai orang lai semata mata berdasarkan kelas untuk
menilai orang lain semata- mata beradarkan kelas atau pengelompokkan
yang dibuatnya sendiri dan bersifat negatif.
Dari sudut pandang kultural atau psikologis, stereotip antaretnik
masih tetap ada diberbagai kelompok etnik, ras, dan agama di Indonesia.
Seperti halnya ketika komunikasi antarbudaya sangat efektif dalam
perbedaannya maka toleransi antar kelompok masyarkat berbeda agama
akan tercapai. Rich melakukan penelitian tentang hubungan stereotip
dengan komuniksi, ia menggunakan lima dimensi proses stereotip sebagai
pesan. Yaitu yang pertama pelabelan atau penamaan dan generalisasi, kedua
kesamaan individu dengan orang lain, ketiga arah stereotip, keempat
intensitas atau derajat steretip dan kekerasan terhadap etnik.
2.3.2 Efektifitas komunikasi pada Komunikasi antarbudaya
Schramm dalam penelitian Irma (2013:11) mengemukakan efektifitas
komunikasi antara lain tergantung pada situasi dan hubungan sosial antara
komunikator dengan komunikan terutama dalam lingkup referensi maupun
luasnya pengalaman diantara mereka. Beberapa ahli menyampaikan pendapat
tentang efektivitas komunikasi antar budaya. Ada beberapa faktor yang menurut
mereka nerpengaruh kedalam hal tersebut.
30
Seperti yang dituturkan dalam mulyana (1990) dalam Irma (2013:11)
Komunikasi antar budaya yang benar- benar efektif harus memperhatikan empat
syarat. Syarat pertama yakni, menghormati anggota budaya lain sebagai
manusia. Syarat yang kedua, menghormati budaya lain sebagaimana apa adanya
dan bukan sebagaimana yang kita hendaki. Syarat ketiga, menghormati hak
anggota budaya lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak. Syarat
keempat, komunikator lintas budaya yang kompeten harus belajar lebih akrab
dengan budaya lain
Devito (1978) dalam Irma (2013:12) juga mengemukakan beberapa faktor
penentu efektivitas komunikasi yakni keterbukaan, empati, merasa positif,
memberi dukungan dan merasa seimbang terhdapat makna pesan yang sama
dalam komunikasi budaya atau etnik.
3.1 Kerukunan Hidup Beragama
Menurut Nasikun (1992:11-13) Kerukunan hidup beragama adalah pola
hubungan antara berbagai kelompok umat beragama yang rukun, saling
menghormati, saling menghargai dan damai, tidak bertengkar dan semua
persoalan dapat diselesaikan sebaik-baiknya dan tidak menggangu kerukunan
hubungan antar umat beragama pasa suatu daerah tertentu. Adanya kondisi
kerukunan hidup beragama bukan berarti tidak pernah konflik. Sebab konflik itu
sendiri adalah bagian dari proses menuju Integrasi bangsa atau kerukunan hidup
beragama. suatu kelompok masyarakat yang mempunyai integrasi yang kuat,
bukan berarti sebuah masyarakat yang tanpa perbedaan, melainkan sebuah
kelompok masyarakat yang mempunyai komitmen bersama tentang norma-
norma sosial yang dapat menghasilkan daya untuk mengatasi perbedaan-
31
perbedaan pendapat dan kepentingan dengan cara yang penuh dengan nuansa
kekeluargaan dan demokratis.
4.1 Teori Negosiasi Indentitas Oleh Ting Tommey and foss
Menurut Ting Toomey dikuti oleh little john dan foss, (2011:132)
Identity Negotiation Theory mengksplorasi cara- cara dimana identitas
dinegosiasikan (dibahas) dalam interaksi dengan orang lain, terutama dalam
berbagai budaya. Identitas seseorang selalu dihasilkan dari interaksi sosial.
Identitas atau gambaran refleksi diri, dibentuk melalui negosiasi ketka kita
menyatakan, memodifikasi, atau menentang identifikasi- identifikasi diri kita
atau orang lain. Konsep negosiasi didefinisikan sebagai proses interaksi
transaksional dimana para individu dalam situasi antarbudaya mencoba
mendefinisikan, mengubah, menentang, dan mendukung citra diri yang
diinginkan pada mereka atau orang lain. Negosiasi identitas sendiri merupakan
aktivitas komunikasi, karena dalam proses negosiasi identitas tersebut terdapat
sebuah proses interaksi dan transaksional dari pelakunya. Setiap manusia
tentunya secara sadar maupun tidak sadar telah melakukan proses tersebut ketika
berada dalam lingkup budaya tertentu, sehingga kemudian terjadi pembentukan
konsep diri atau identitas dari mereka.
Terdapat 10 asumsi teoritis inti dari teori negosiasi identitas yang di
kemukakan oleh ting Toomey (1999) dalam Amynindya Pramulyanti (2016: 20),
yakni:
1. Dinamika utama dari identitas keanggotaan seseorang dalam suatu
kelompok dan identitas pribadi terbentuk melalui komunikasi simbolik
dengan orang lainnya.
32
2. Orang- orang dalam seuma budaya atau kelompok etnis memiliki kebutuhan
dasar akan motivasi untuk memperoleh kenyamanan identitas, kepercayaan,
keterlibatan, koneksi, dan stabilitas baik level identitas berdasarkan individu
maupun kelompok.
3. Setiap orang cenderung akan mengalami kenyamanan identitas dalam suatu
lingkungan budaya yang familiar baginya dan sebaliknya mengalami
identitas yang rentan dalam suatu lingkungan yang baru.
4. Setiap orang cenderung merasakan kepercayaan identitas ketika
berkomunikasi dengan orang lain yang budayanya sama atau hampir sama
dan sebaliknya kegoyahan identitas manakala berkomunikasi mengenai
tema- tema yang terikat oleh regulasi budaya yang berbeda darinya.
5. Seseorang akan cenderung merasa menjadi bagian dari kelompok bila
identitas keanggotaan dari kelompok yang diharapkan memberi respon yang
positif. Sebaliknya akan merasa berbeda/asing saat identitas keanggotaan
kelompok yang diinginkan memberi respon yang negatif.
6. Seseorang akan mengharapkan koneksi antarpribadi melalui kedekatan
relasi yang meaningful (misalnya dalam situasi yang mendukung
persahabatan yang akrab) dan sebaliknya akan mengalami otonomi identitas
saat mereka mengadapi relasi yang terpisah.
7. Orang akan memperoleh kestabilan identitas dalam situasi budaya yang
dapat diprediksi dan akan menemukan perubahan identitas atau goncangan
dalam situasi budaya yang tidak diprediksi sebelumnya.
33
8. Dimensi budaya, personal, dan keragaman situasi mempengaruhi makna,
interpretasi, dan penilaian terhadap tema- tema atau isu- isu identitas
tersebut.
9. Keputusan hasil dari negosiasi identitas meliputi rasa dimengerti, dihargai.
dan didukung.
10. Komunikasi antar budaya yang mindful menekankan pentingnya
pengintegrasian pengetahuan antarbudaya, motivasi, dan keterampilan
untuk dapat berkomunikasi dengan memuaskan, tepat, dan efektif.
Beberapa individu lebih efektif dan mendapatkan keseimbangan yang
nyaman. Kita tahu bahwa kita telah melaksanakannya, sehingga ketika kita
mempertahankan rasa diri yang kuat, tapi juga mampu menelusuri dengan
fleksibel identitas yang lainnya dan membolehkannya untuk memiliki rasa
identitas. Ting Toomey dalam Littlejohn dan Foss (2011: 133) menyebutkannya
keadaan functional bicultural atau bikulturalisme fungsional ketika kita mampu
berganti dari satu konteks budaya kebudaya lainnya dengan sadar dan mudah ,
maka kita telah mencapai keadaan – keadaan budaya (cultural transformer).
Kunci untuk memperoleh keadaan- keadaan tersebut adalah kemampuan lintas
budaya (Intercultural competence). Kemampuan lintas budaya terdiri dari 3
komponen :
a.Pengetahuan (Knowledge) Pemahaman akan pentingnya identitas etnik/
kebudayaan dan kemampuan melihat apa yang penting bagi orang lain
b. Kesadaran ( Maindfulness) Pemahaman mengenai perbedaan Kebudayaan/
etnik secara sadar.
34
c. kemampuan (skill) kemampuan untuk menegosiasi identitas melalui
observasi yang diteliti, menyimak, empati, kepekaan nonverbal, kesopanan,
penyusunan ulang, dan kolaborasi antar budaya/etnik.
Beberapa individu akan lebih memilih untuk bersikap mindless dalam
mengahadapi negosiasi identitas, sedangkan individu lain lebih bersikap mindful
menghadapi dinamika proses negosiasi identitas tersebut. Mindfullness ini
merupakan suatu proses pemusatan kognitif yang dipelajari melalui latihan-
latihan keterampilan yang dilakukan berulang- ulang.
Ting Toomey (1999) dikutip oleh petrus adung (2012) dalam
menjelaskan tentang komunikasi antar budaya yang mindful. Mindfulness
berarti kesiapan untuk menggeser kerangkan referensi, motivasi untuk
menggunakan kategori- kategori baru untuk memahami perbedaan perbedaan
budaya atau etnis, dan kesiapan untuk bereksperimen dengan kesempatan –
kesempatan kreatif dari pembuatan keputusan dari pemecahan masalah.
Sebaliknya maindlessness adalah ketergantungan yang amat rutin dan cara- cara
melakukan segala hal yang telah menjadi kebiasaan. Dua kriteria komunikasi
yang mindful adalah:
a. Kecocokan
Merupakan ukuran dimana perilaku dianggap cocok dan sesuai dengan yang
diharapkan oleh budaya.
a. Keefektifan
Suatu ukuran dimana komunikator mencapai shared meaning dan hasil yang
diinginkan dalam suatu tertentu.
35
Teori negosiasi identitas merupakan identitas diri yang dibentuk di dalam
komunikasi dalam berbagai latar kebudayaan. Setiap individu akan
menegosiasikan identitas ketika sedang berada dilingkungan budaya yang
berbeda dan sedang menghadapi individu lain yang memiliki nilai identitas
berbeda. Teori negosiasi identitas ini nantinya dapat menjelaskan mengenai
peristiwa culture shock yang dialami oleh para subjek dan selanjutnya
bagaimana setiap subjek meminimalisir hal tersebut melalui proses komunikasi
antarbudaya yang efektif. Jika memperoleh negosiasi identitas yang efektif jika
kedua belah pihak merasa dipahami, dihormati, dan dihargai.