12
DAMPAK PENCEMARAN UDARA TERHADAP KESUBURAN TANAH DI SEKTOR TERMINAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara atau sering kita dengar dengan istilah polusi udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya (Wardhana, 1999). Pencemaran udara disebabkan oleh berbagai macam zat kimia, baik berdampak langsung maupun tidak langsung yang semakin lama akan semakin mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Menurut Undang- Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup dikatakan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia dan proses alam sehingga kualitasnya turun samapai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya. Oleh karena itu, siapa pun bisa berperan serta dalam menyelasaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas. (Syafrudin, 2013)

BAB 2_Januar Erlangga

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2_Januar Erlangga

DAMPAK PENCEMARAN UDARA TERHADAP KESUBURAN

TANAH DI SEKTOR TERMINAL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran udara atau sering kita dengar dengan istilah polusi udara diartikan

sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan

perubahan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya (Wardhana, 1999).

Pencemaran udara disebabkan oleh berbagai macam zat kimia, baik berdampak

langsung maupun tidak langsung yang semakin lama akan semakin mengganggu

kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan.

Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting

untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita.

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup

dikatakan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya

makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh

kegiatan manusia dan proses alam sehingga kualitasnya turun samapai ke tingkat

tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai

peruntukannya. Oleh karena itu, siapa pun bisa berperan serta dalam menyelasaikan

masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang

terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas. (Syafrudin, 2013)

Pencemaran udara ini dapat berbentuk padatan, seperti partikel kecil yang

disebabkan oleh debu yang berterbangan akibat tiupan angin, asap dari industri dan

kendaraan bermotor, dan proses pembusukan sampah organik. Selain berbentuk padatan

pencemaran dapat berupa cairan dan gelombang. Pencemaran berupa cairan seperti air

hujan maupun bahan kimia yang cukup dominan (bentuk gas seperti Ozon, CO2),

sedangkan pencemaran udara yang berbentuk gelombang seperti kebisingan akibat

suara dan polusi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.

Salah satu penyebab timbulnya pencemaran udara yakni karena pengaruh

cemaran polusi di bidang transportasi, khususnya didaerah perkotaan, kemajuan ini

terlihat dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan yang ada dan terus bertambah

Page 2: BAB 2_Januar Erlangga

dari tahun ke tahun. Kemajuan ini juga seiring dengan mening-katnya populasi

penduduk perkotaan, meningkatnya ekonomi masyarakat serta aktivitas kerja yang

tinggi. Meningkatnya ekonomi masyarakat perkotaan juga menjadi salah satu alasan

semakin cepatnya pening-katan jumlah kendaraan bermotor ditambah lagi dengan

berbagai kemudahan yang diberikan dealer untuk dapat memperoleh kendaraan.

Aktivitas kerja masyarakat kota yang tinggi, sangat bergantung pada sarana transportasi

dalam hal ini kendaraan bermotor. Jarak tempat tinggal dan tempat kerja yang jauh,

tidak akan sulit ditempuh jika ada sarana transportasi.

Pencemaran tersebut tidak hanya berdampak bagi lingkungan terminal saja tapi

juga orang-orang yang terlibat di dalam aktivitas terminal setiap harinya. Kegiatan

transportasi ternyata menimbulkan dampak yang berpengaruh bagi lingkungan yaitu

munculnya masalah pencemaran udara. Pencemaran udara dari Sektor Transportasi

bahwa dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada umumnya

sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan dengan sektor

lainnya. Kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber

polusi udara mencapai 60–70% (BPLHD JABAR, 2009). Menurut artikel BPLHD

tahun 2009 berjudul Pencemaran Udara dari Sektor Transportasi, penggunaan bahan

bakar untuk kendaraan bermotor dapat mengemisikan zat-zat pencemar seperti CO,

NOx, SOx, debu, hidrokarbon juga timbal.

Pencemaran udara yang melampaui batas kewajaran akan menimbulkan dampak

terhadap bumi ini. Oleh sebab itu, maka perlu kita fahami dampak apa saja yang dapat

ditimbulkan oleh pencemaran udara khususnya terhadap tanah. Tujuan Penelitian ini

adalah untuk menganalisis gambaran kualitas udara suatu daerah yang berdampak pada .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan yang telah disajikan pada latar belakang, secara umum

terdapat 3 (tiga) pertanyaan mendasar sebagai bentuk permasalahan yang ingin

dipecahkan terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu :

1. Senyawa kimia apakah yang terdapat pada kualitas udara di wilayah ini sehingga

objek ini layak dijadikan sebagai bahan penelitian dalam bidang Kimia

Lingkungan?

Page 3: BAB 2_Januar Erlangga

2. Bagaimana tingkat pencemaran tertinggi di wilayah tersebut berdasarkan beberapa

variable waktu?

3. Bagaimana pengaruh yang terkandung dalam udara hasil cemaran atau polusi

kendaraan bermotor terhadap kualitas yang mengakibat pada pencemaran tanah?

1.3 Identifikasi Masalah

1. Kelayakan ranmor yang beremisi tinggi

2. Tingkat tertinggi cemaran udara pada waktu tertentu

3. Logam berat yang berdampak pada kualitas tanah.

Page 4: BAB 2_Januar Erlangga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara,

pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang

pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor pertumbuhan lainnya

dalam keadaan menguntungkan (Poerwowidodo, 1992). Makin tinggi ketersediaan hara,

maka tanah tersebut makin subur dan sebaliknya. Kandungan unsur hara dalam tanah

selalu berubah ubah, tergantung pada musim, pengolahan tanah dan jenis tanaman

(Rosmakam dan Yuwono, 2002).

Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur

hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik,

kimia dan biologi tanah. Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur,

struktur, kelembaban dan tata udara tanah. Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah

(pH tanah), bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan

ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan biologi tanah antara lain

meliputi aktivitas mikrobia perombak bahan organik dalam proses humifikasi dan

pengikatan nitrogen udara.

Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman

yang sangat dalam melebihi 150 cm) ; strukturnya gembur; pH 6,0 - 6,5; kandungan

unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup ; dan tidak terdapat faktor

pembatas dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman (Sutedjo, 2002)

Bidang pertanian khususnya dalam budidaya tanaman, keadaan tanah dan

pengelolaan merupakan faktor penting yang akan menentukan pertumbuhan dan hasil

tanaman yang diusahakan. Hal ini disebabkan karena tanah merupakan media tumbuh

bagi tanaman, sebagai gudang dan pensuplai unsur hara. Tanah berdasarkan ukuran

partikelnya merupakan campuran dari pasir, debu, dan liat. Makin halusnya partikel

akan menghasilkan luas permukaan partikel per satuan bobot yang makin luas. Dengan

demikian, liat merupakan fraksi tanah yang berpermukaan paling luas dibanding 2

fraksi lainnya. Pada permukaan partikel inilah terjadi berbagai reaksi kimiawi tanah,

yang kemudian mempengaruhi kesuburan tanah. (Hanafiah, 2005)

Page 5: BAB 2_Januar Erlangga

Sebagai analisis kuantitatif, analisis tanah melalui beberapa tahapan atau

langkahlangkah untuk dapat menetapkan jumlah suatu analit. Agar diperoleh hasil

analisis yang tepat, maka setiap tahapan kerja harus dipahami betul, Karena tidak jarang

kesalahan kecil di satu tahapan kerja akan mengakibatkan kesalahan yang fatal pada

hasil analisis atau terhadap kebijaksanaan yang diambil.

2.2 Analisis Kuantitatif Tanah

Menurut Mukhlis (2007), tahapan kerja analisis tanah tidaklah sama dengan

tahapan kerja analisis kuantitatif bahan-bahan lain, walaupun untuk tahapan tertentu

ada juga yang sama. Oleh sebab itu seorang analis kuantitatif belum tentu mampu

menganalisis tanah atau tanaman secara benar dan tepat. Secara garis besar analisis

tanah terdiri dari 7 tahap yaitu:

1. Pengambilan Contoh (Sampling)

2. Persiapan Contoh (Handling)

3. Ekstraksi dan Pemisahan

4. Pengukuran

5. Perhitungan

6. Interpretasi

7. Rekomendasi

2.3 Spektrofotometer Serapan Atom

SSA merupakan alat instrumentasi yang paling banyak digunakan untuk

mengukur kadar unsur-unsur. Bila suatu larutan analit diaspirasikan ke dalam nyala api

maka akan terjadi suatu larutan berbentuk gas yang disebut plasma. Plasma ini berisi

partikel-partikel atom yang telah teratomisasi (telah direduksi menjadi atom-atomnya).

Pada SSA, radiasi dari suatu sumber radiasi yang sesuai (lampu katoda cekung)

dilewatkan kedalam nyala api yang telah teratomisasi maka radiasi tersebut akan

diabsorbsi diketahui dari selisih radiasi asal dengan radiasi yang diteruskan (yang tidak

diabsorbsi).konsentrasi unsur diperoleh berdasarkan besarnya radiasi yang diabsorbsi,

sesuai dengan hukum Beer, bahwa hubungan antara absorben dengan konsentrasi

berbanding lurus atau linier. Untuk menentukan konsentrasi suatu unsur dapat diketahui

Page 6: BAB 2_Januar Erlangga

dengan menggunakan larutan standar untuk mendapatkan kurva kalibrasi

(Mukhlis,2007).

Untuk menentukan komposisi kimia bahan digunakan metode Spektrofotometri

serapan atom atau Atomic Absorption Spectophotometer (AAS). Spektrofotometer

Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk

penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi

radiasi oleh atom bebas. Prinsip kerja dari AAS adalah adanya interaksi antara energi

(sinar) dan materi (atom). Jumlah radiasi yang terserap tergantung pada jumlah atom-

atom bebas yang terlibat dan kemampuannya untukmenyerap radiasi. Bagian-bagian

AAS (Krisnandi, 2011)

1. Sumber sinar HCL

2. Sistem pengatoman (Atomizer dan Nebulizer)

3. Monokromator

4. Detektor

5. Sistem pembacaan

2.4 Logam Berat

Di alam, logam dapat berupa logam yang berasal dari golongan utama seperti logam

alkali dan alkali tanah dan juga logam berat yang merupakan golongan transisi atau

lantanida dan aktinida. Logam berat merupakan unsur yang memiliki nomor antara 63,5

dan 200,6 serta memiliki gaya tarik spesifik lebih besar dari 5,0 (Srivastava dan

Majumder, 2008). Logam berat merupakan elemen yang berbahaya di permukaan bumi

dan merupakan salah satu sumber polusi lingkungan. Logam berat dapat ditransfer

dalam jangkauan yang sangat jauh di lingkungan, selanjutnya berpotensi mengganggu

kehidupan biota lingkungan dan akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia

Gambar 1. Prinsip Kerja Spektrofotometer Serapan Atom

Page 7: BAB 2_Januar Erlangga

walaupun dalam jangka waktu yang lama dan jauh dari sumber polusi utamanya

(Suhendrayatna, 2001).

2.4.1 Kadmium (Cd)

Kadmium adalah unsur logam transisi golongan IIB dalam sistem

periodic dengan nomor atom 48, berat atom 112,41, titik leleh 320,9 ℃, dan

titik didih 765 ℃. Kadmium banyak digunakan pada industri baterai, pigmen,

dan elektroplating. Kadmium berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan.

Pemaparan kadmium oleh manusia ke lingkungan terutama adalah sebagai

akibat dari pembakaran bahan bakar fosil, dan limbah kadmium ini dapat

mencemari makanan dan air. Kadmium merupakan unsur yang toksik bagi

manusia. Ginjal merupakan organ yang paling rentan terhadap kadmium. Kadar

kadmium sekitar 200 mg/L dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang parah.

Keracunan kadmium juga dapat menyebabkan penyakit degeneratif tulang

(Mohamad, 2011)

2.4.2 Timbal (Pb)

Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga

disebut dengan istilah timah hitam. Timbal secara alami terdapat sebagai timbal

sulfida, timbal karbonat, timbal sulfat dan timbal klorofosfat. Timbal

mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Titik leleh timbal adalah

1740℃ dan memiliki massa jenis 11,34 g/cm3 (Widowati, 2008). Pada

penelitian Palar (1994) mengungkapkan bahwa logam Pb pada suhu 500-600

℃ dapat menguap dan membentuk oksigen di udara dalam bentuk timbal oksida

(PbO). Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat

kimia yang aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak

timbul perkaratan.

Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi

makhluk hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai

dalam jangka waktu lama dan toksisistasnya tidak berubah (Brass dan Strauss,

1981). Pb dapat mencemari udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, bahkan

manusia.

Page 8: BAB 2_Januar Erlangga

Daftar Pustaka

Brass, G. M. dan W. Strauss. 1981. Air Pollution Control. John Willey & Sons. New

York. (IS)

Hanafiah, K.A, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Jakarta: Raja Grafindo Persada. (IS)

Krisnandi, Ismail. 2011. Diktat Analisis Instrumen. Bogor: SMAKBO (IT)

Mohamad Erni, 2011. Fitoremediasi Logam Berat Kadmium(Cd) Pada Tanah Dengan

Menggunakan Bayam Duri (Amaranthus spinosus L). Universitas Negeri

Gorontalo (IP)

Mukhlis, 2007. Analisis Tanah Tanaman. Medan : USU Press (IT)

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta. (IS)

Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Bandung: Angkasa (IS)

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:

Kanisius. (IS)

Srivastava, N.K. and Majumder, C.B. 2008. Novel biofiltration methods for the

treatment of heavy metals from industrial wastewater. Journal of Hazardous

Materials 151:1 - 8. (IP)

Suhendrayatna 2001. Bioremoval logam berat dengan menggunakan microorganisme:

suatu kajian kepustakaan. Disampaikan pada seminar on-Air Bioteknologi

untuk Indonesia Abad 21. 1-14 Februari 2001. Sinergy Forum-PPI Tokyo

Institute of Technology. (IP)

Sutedjo, M. M., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta. (IS)

Syafrudin. 2013. Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (IT)

Wardhana, W A. 1999. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset

(IS)

Widowati, W., Astiana, S., Raymond, J.R., 2008, Efek Toksik Logam, Andi Offset,

Yogyakarta (IS)

Page 9: BAB 2_Januar Erlangga

PERSENTASE GOLONGAN PUSTAKA

IP= 516

×100 %=31,25 %

IS= 916

× 100 %=56,25%

¿= 216

×100%=12,50%