Upload
januarerlangga
View
11
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
DAMPAK PENCEMARAN UDARA TERHADAP KESUBURAN
TANAH DI SEKTOR TERMINAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran udara atau sering kita dengar dengan istilah polusi udara diartikan
sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan
perubahan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya (Wardhana, 1999).
Pencemaran udara disebabkan oleh berbagai macam zat kimia, baik berdampak
langsung maupun tidak langsung yang semakin lama akan semakin mengganggu
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan.
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting
untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita.
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
dikatakan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia dan proses alam sehingga kualitasnya turun samapai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
peruntukannya. Oleh karena itu, siapa pun bisa berperan serta dalam menyelasaikan
masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang
terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas. (Syafrudin, 2013)
Pencemaran udara ini dapat berbentuk padatan, seperti partikel kecil yang
disebabkan oleh debu yang berterbangan akibat tiupan angin, asap dari industri dan
kendaraan bermotor, dan proses pembusukan sampah organik. Selain berbentuk padatan
pencemaran dapat berupa cairan dan gelombang. Pencemaran berupa cairan seperti air
hujan maupun bahan kimia yang cukup dominan (bentuk gas seperti Ozon, CO2),
sedangkan pencemaran udara yang berbentuk gelombang seperti kebisingan akibat
suara dan polusi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
Salah satu penyebab timbulnya pencemaran udara yakni karena pengaruh
cemaran polusi di bidang transportasi, khususnya didaerah perkotaan, kemajuan ini
terlihat dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan yang ada dan terus bertambah
dari tahun ke tahun. Kemajuan ini juga seiring dengan mening-katnya populasi
penduduk perkotaan, meningkatnya ekonomi masyarakat serta aktivitas kerja yang
tinggi. Meningkatnya ekonomi masyarakat perkotaan juga menjadi salah satu alasan
semakin cepatnya pening-katan jumlah kendaraan bermotor ditambah lagi dengan
berbagai kemudahan yang diberikan dealer untuk dapat memperoleh kendaraan.
Aktivitas kerja masyarakat kota yang tinggi, sangat bergantung pada sarana transportasi
dalam hal ini kendaraan bermotor. Jarak tempat tinggal dan tempat kerja yang jauh,
tidak akan sulit ditempuh jika ada sarana transportasi.
Pencemaran tersebut tidak hanya berdampak bagi lingkungan terminal saja tapi
juga orang-orang yang terlibat di dalam aktivitas terminal setiap harinya. Kegiatan
transportasi ternyata menimbulkan dampak yang berpengaruh bagi lingkungan yaitu
munculnya masalah pencemaran udara. Pencemaran udara dari Sektor Transportasi
bahwa dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada umumnya
sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan dengan sektor
lainnya. Kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber
polusi udara mencapai 60–70% (BPLHD JABAR, 2009). Menurut artikel BPLHD
tahun 2009 berjudul Pencemaran Udara dari Sektor Transportasi, penggunaan bahan
bakar untuk kendaraan bermotor dapat mengemisikan zat-zat pencemar seperti CO,
NOx, SOx, debu, hidrokarbon juga timbal.
Pencemaran udara yang melampaui batas kewajaran akan menimbulkan dampak
terhadap bumi ini. Oleh sebab itu, maka perlu kita fahami dampak apa saja yang dapat
ditimbulkan oleh pencemaran udara khususnya terhadap tanah. Tujuan Penelitian ini
adalah untuk menganalisis gambaran kualitas udara suatu daerah yang berdampak pada .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang telah disajikan pada latar belakang, secara umum
terdapat 3 (tiga) pertanyaan mendasar sebagai bentuk permasalahan yang ingin
dipecahkan terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu :
1. Senyawa kimia apakah yang terdapat pada kualitas udara di wilayah ini sehingga
objek ini layak dijadikan sebagai bahan penelitian dalam bidang Kimia
Lingkungan?
2. Bagaimana tingkat pencemaran tertinggi di wilayah tersebut berdasarkan beberapa
variable waktu?
3. Bagaimana pengaruh yang terkandung dalam udara hasil cemaran atau polusi
kendaraan bermotor terhadap kualitas yang mengakibat pada pencemaran tanah?
1.3 Identifikasi Masalah
1. Kelayakan ranmor yang beremisi tinggi
2. Tingkat tertinggi cemaran udara pada waktu tertentu
3. Logam berat yang berdampak pada kualitas tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara,
pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang
pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor pertumbuhan lainnya
dalam keadaan menguntungkan (Poerwowidodo, 1992). Makin tinggi ketersediaan hara,
maka tanah tersebut makin subur dan sebaliknya. Kandungan unsur hara dalam tanah
selalu berubah ubah, tergantung pada musim, pengolahan tanah dan jenis tanaman
(Rosmakam dan Yuwono, 2002).
Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur
hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik,
kimia dan biologi tanah. Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur,
struktur, kelembaban dan tata udara tanah. Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah
(pH tanah), bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan
ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan biologi tanah antara lain
meliputi aktivitas mikrobia perombak bahan organik dalam proses humifikasi dan
pengikatan nitrogen udara.
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman
yang sangat dalam melebihi 150 cm) ; strukturnya gembur; pH 6,0 - 6,5; kandungan
unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup ; dan tidak terdapat faktor
pembatas dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman (Sutedjo, 2002)
Bidang pertanian khususnya dalam budidaya tanaman, keadaan tanah dan
pengelolaan merupakan faktor penting yang akan menentukan pertumbuhan dan hasil
tanaman yang diusahakan. Hal ini disebabkan karena tanah merupakan media tumbuh
bagi tanaman, sebagai gudang dan pensuplai unsur hara. Tanah berdasarkan ukuran
partikelnya merupakan campuran dari pasir, debu, dan liat. Makin halusnya partikel
akan menghasilkan luas permukaan partikel per satuan bobot yang makin luas. Dengan
demikian, liat merupakan fraksi tanah yang berpermukaan paling luas dibanding 2
fraksi lainnya. Pada permukaan partikel inilah terjadi berbagai reaksi kimiawi tanah,
yang kemudian mempengaruhi kesuburan tanah. (Hanafiah, 2005)
Sebagai analisis kuantitatif, analisis tanah melalui beberapa tahapan atau
langkahlangkah untuk dapat menetapkan jumlah suatu analit. Agar diperoleh hasil
analisis yang tepat, maka setiap tahapan kerja harus dipahami betul, Karena tidak jarang
kesalahan kecil di satu tahapan kerja akan mengakibatkan kesalahan yang fatal pada
hasil analisis atau terhadap kebijaksanaan yang diambil.
2.2 Analisis Kuantitatif Tanah
Menurut Mukhlis (2007), tahapan kerja analisis tanah tidaklah sama dengan
tahapan kerja analisis kuantitatif bahan-bahan lain, walaupun untuk tahapan tertentu
ada juga yang sama. Oleh sebab itu seorang analis kuantitatif belum tentu mampu
menganalisis tanah atau tanaman secara benar dan tepat. Secara garis besar analisis
tanah terdiri dari 7 tahap yaitu:
1. Pengambilan Contoh (Sampling)
2. Persiapan Contoh (Handling)
3. Ekstraksi dan Pemisahan
4. Pengukuran
5. Perhitungan
6. Interpretasi
7. Rekomendasi
2.3 Spektrofotometer Serapan Atom
SSA merupakan alat instrumentasi yang paling banyak digunakan untuk
mengukur kadar unsur-unsur. Bila suatu larutan analit diaspirasikan ke dalam nyala api
maka akan terjadi suatu larutan berbentuk gas yang disebut plasma. Plasma ini berisi
partikel-partikel atom yang telah teratomisasi (telah direduksi menjadi atom-atomnya).
Pada SSA, radiasi dari suatu sumber radiasi yang sesuai (lampu katoda cekung)
dilewatkan kedalam nyala api yang telah teratomisasi maka radiasi tersebut akan
diabsorbsi diketahui dari selisih radiasi asal dengan radiasi yang diteruskan (yang tidak
diabsorbsi).konsentrasi unsur diperoleh berdasarkan besarnya radiasi yang diabsorbsi,
sesuai dengan hukum Beer, bahwa hubungan antara absorben dengan konsentrasi
berbanding lurus atau linier. Untuk menentukan konsentrasi suatu unsur dapat diketahui
dengan menggunakan larutan standar untuk mendapatkan kurva kalibrasi
(Mukhlis,2007).
Untuk menentukan komposisi kimia bahan digunakan metode Spektrofotometri
serapan atom atau Atomic Absorption Spectophotometer (AAS). Spektrofotometer
Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk
penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi
radiasi oleh atom bebas. Prinsip kerja dari AAS adalah adanya interaksi antara energi
(sinar) dan materi (atom). Jumlah radiasi yang terserap tergantung pada jumlah atom-
atom bebas yang terlibat dan kemampuannya untukmenyerap radiasi. Bagian-bagian
AAS (Krisnandi, 2011)
1. Sumber sinar HCL
2. Sistem pengatoman (Atomizer dan Nebulizer)
3. Monokromator
4. Detektor
5. Sistem pembacaan
2.4 Logam Berat
Di alam, logam dapat berupa logam yang berasal dari golongan utama seperti logam
alkali dan alkali tanah dan juga logam berat yang merupakan golongan transisi atau
lantanida dan aktinida. Logam berat merupakan unsur yang memiliki nomor antara 63,5
dan 200,6 serta memiliki gaya tarik spesifik lebih besar dari 5,0 (Srivastava dan
Majumder, 2008). Logam berat merupakan elemen yang berbahaya di permukaan bumi
dan merupakan salah satu sumber polusi lingkungan. Logam berat dapat ditransfer
dalam jangkauan yang sangat jauh di lingkungan, selanjutnya berpotensi mengganggu
kehidupan biota lingkungan dan akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia
Gambar 1. Prinsip Kerja Spektrofotometer Serapan Atom
walaupun dalam jangka waktu yang lama dan jauh dari sumber polusi utamanya
(Suhendrayatna, 2001).
2.4.1 Kadmium (Cd)
Kadmium adalah unsur logam transisi golongan IIB dalam sistem
periodic dengan nomor atom 48, berat atom 112,41, titik leleh 320,9 ℃, dan
titik didih 765 ℃. Kadmium banyak digunakan pada industri baterai, pigmen,
dan elektroplating. Kadmium berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan.
Pemaparan kadmium oleh manusia ke lingkungan terutama adalah sebagai
akibat dari pembakaran bahan bakar fosil, dan limbah kadmium ini dapat
mencemari makanan dan air. Kadmium merupakan unsur yang toksik bagi
manusia. Ginjal merupakan organ yang paling rentan terhadap kadmium. Kadar
kadmium sekitar 200 mg/L dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang parah.
Keracunan kadmium juga dapat menyebabkan penyakit degeneratif tulang
(Mohamad, 2011)
2.4.2 Timbal (Pb)
Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga
disebut dengan istilah timah hitam. Timbal secara alami terdapat sebagai timbal
sulfida, timbal karbonat, timbal sulfat dan timbal klorofosfat. Timbal
mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Titik leleh timbal adalah
1740℃ dan memiliki massa jenis 11,34 g/cm3 (Widowati, 2008). Pada
penelitian Palar (1994) mengungkapkan bahwa logam Pb pada suhu 500-600
℃ dapat menguap dan membentuk oksigen di udara dalam bentuk timbal oksida
(PbO). Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat
kimia yang aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak
timbul perkaratan.
Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi
makhluk hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai
dalam jangka waktu lama dan toksisistasnya tidak berubah (Brass dan Strauss,
1981). Pb dapat mencemari udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, bahkan
manusia.
Daftar Pustaka
Brass, G. M. dan W. Strauss. 1981. Air Pollution Control. John Willey & Sons. New
York. (IS)
Hanafiah, K.A, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Jakarta: Raja Grafindo Persada. (IS)
Krisnandi, Ismail. 2011. Diktat Analisis Instrumen. Bogor: SMAKBO (IT)
Mohamad Erni, 2011. Fitoremediasi Logam Berat Kadmium(Cd) Pada Tanah Dengan
Menggunakan Bayam Duri (Amaranthus spinosus L). Universitas Negeri
Gorontalo (IP)
Mukhlis, 2007. Analisis Tanah Tanaman. Medan : USU Press (IT)
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta. (IS)
Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Bandung: Angkasa (IS)
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:
Kanisius. (IS)
Srivastava, N.K. and Majumder, C.B. 2008. Novel biofiltration methods for the
treatment of heavy metals from industrial wastewater. Journal of Hazardous
Materials 151:1 - 8. (IP)
Suhendrayatna 2001. Bioremoval logam berat dengan menggunakan microorganisme:
suatu kajian kepustakaan. Disampaikan pada seminar on-Air Bioteknologi
untuk Indonesia Abad 21. 1-14 Februari 2001. Sinergy Forum-PPI Tokyo
Institute of Technology. (IP)
Sutedjo, M. M., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta. (IS)
Syafrudin. 2013. Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (IT)
Wardhana, W A. 1999. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset
(IS)
Widowati, W., Astiana, S., Raymond, J.R., 2008, Efek Toksik Logam, Andi Offset,
Yogyakarta (IS)
PERSENTASE GOLONGAN PUSTAKA
IP= 516
×100 %=31,25 %
IS= 916
× 100 %=56,25%
¿= 216
×100%=12,50%