5
DASAR DASAR KONSEPSI BUATAN Sejarah Teknik FIV Dasar ilmu FIV sudah berkembang semenjak jaman Aristoteles. Diawali oleh Hunter pada tahun 1786 yang melakukan inseminasi buatan pertama pada manusia. Tahun 1965 Edwards mendapatkan penemuan bahwa oosit manusia membutuhkan waktu kurang lebih 37 jam untuk menjadi matur setelah diambil dari ovarium dengan tekhnik biopsi. Perkembangan tekhnik FIV semakin terbantu dengan ditemukannya obat seperti Human Pituitary Gonadotropin (hPG) dan Human Menopausal Gonadotropin (hMG). Tahun 1958 dan 1960 Gemzel dan Lunenfeld berhasil mendapatkan kehamilan pertama setelah pemberian hPG dan hMG. Edwards menemukan bahwa sel telur manusia membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai tingkat kematangan dibanding sel telur hewan. Selanjutnya dia mendapati bawa sel telur harus matang untuk dapat dibuahi sperma. Kelahiran bayi dari program FIV yang pertama terjadi tahun 1978 dan mendapat perhatian seluruh dunia, keberhasilan tersebut juga diikurit oleh negara-negara lain. Dengan keberhasilan tersebut memacu kemajuan pusat pada FIV. Banyak sekali ditemukan metode dan cara untuk meningkatkan keberhasilan FIV, diantaranya adalah penggunaan USG untuk memandu pengambilan oosit, pembekuan embrio manusia, tekhnik GIFT, ZIFT, proses vitrifikasi sel telur manusia, diagnosis genetik pra-implantasi, assited hatching, dan yang spektakuler adalah tekhnik Intra-Cytoplasmic Sperm Injection yang dianggap dapat mengatasi permasalahan infertilitas oleh faktor pria. Tekhnik ini tidak bergantung pada parameter dasar sperma pria, yaitu konsentrasi, morfologi, dan motilitas. Hingga saat ini perkembangan tekhnologi FIV menunjukkan perkembangan konstan atau lambat. Masalah yang timbul dalam pelaksanaan program FIV masih relatif tetap, yaitu kegagalan

BAB 7

  • Upload
    balhum

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kebidanan

Citation preview

Page 1: BAB 7

DASAR DASAR KONSEPSI BUATAN

Sejarah Teknik FIV

Dasar ilmu FIV sudah berkembang semenjak jaman Aristoteles. Diawali oleh Hunter pada tahun 1786 yang melakukan inseminasi buatan pertama pada manusia. Tahun 1965 Edwards mendapatkan penemuan bahwa oosit manusia membutuhkan waktu kurang lebih 37 jam untuk menjadi matur setelah diambil dari ovarium dengan tekhnik biopsi.

Perkembangan tekhnik FIV semakin terbantu dengan ditemukannya obat seperti Human Pituitary Gonadotropin (hPG) dan Human Menopausal Gonadotropin (hMG). Tahun 1958 dan 1960 Gemzel dan Lunenfeld berhasil mendapatkan kehamilan pertama setelah pemberian hPG dan hMG.

Edwards menemukan bahwa sel telur manusia membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai tingkat kematangan dibanding sel telur hewan. Selanjutnya dia mendapati bawa sel telur harus matang untuk dapat dibuahi sperma.

Kelahiran bayi dari program FIV yang pertama terjadi tahun 1978 dan mendapat perhatian seluruh dunia, keberhasilan tersebut juga diikurit oleh negara-negara lain. Dengan keberhasilan tersebut memacu kemajuan pusat pada FIV. Banyak sekali ditemukan metode dan cara untuk meningkatkan keberhasilan FIV, diantaranya adalah penggunaan USG untuk memandu pengambilan oosit, pembekuan embrio manusia, tekhnik GIFT, ZIFT, proses vitrifikasi sel telur manusia, diagnosis genetik pra-implantasi, assited hatching, dan yang spektakuler adalah tekhnik Intra-Cytoplasmic Sperm Injection yang dianggap dapat mengatasi permasalahan infertilitas oleh faktor pria. Tekhnik ini tidak bergantung pada parameter dasar sperma pria, yaitu konsentrasi, morfologi, dan motilitas.

Hingga saat ini perkembangan tekhnologi FIV menunjukkan perkembangan konstan atau lambat. Masalah yang timbul dalam pelaksanaan program FIV masih relatif tetap, yaitu kegagalan kehamilan (25%) dan peningkatan kejadian kehamilan ganda (25-40%)

Syarat

Pasangan suami istri yang mengikuti program FIV harus memenuhi syarat-syarat dibawah ini:

- Telah dilakukan pengelolaan infertilitas selengkapnya- Terdapat indikasi jelas- Memahami prosedur konsepsi buatan secara umum- Mampu memberi izin atas dasar pengertian (informed consent)- Mampu membiayai prosedur ini, dan kalau berhasil mampu membiayai persalinan

dan membesarkan bayinya.

Page 2: BAB 7

Prosedur FIV

- Persiapan OvariumSuami istri harus memenuhi kriteria berikut:~ Infertilitas faktor pria tidak dapat dikoreksi atau tidak dapat dikoreksi dengan tindakan inseminasi intrauterin~ Infertilitas disebabkan faktor tuba yang tidak dapat dikoreksi atau setelah operasi rekonstruksi dalam waktu 1 tahun dan tidak terjadi kehamilan~ Infertilitas disebabkan oleh endometriosis tak dapat dikoreksi atau setelah operasi dilanjutkan inseminasi tapi tidak berhasil~ Kegagalan fungsi ovarium karena kanker dimana sel telur dan embrio sudah dibekukan sebelumnya~ Adanya penyakit yanh diturunkan secara genetikPemeriksaan hormonal hari ke 3 haid dapat menentukan respons stimulasi ovarium dan berhubungan dengan keberhasilan program. Nilai FSH>12 mIU/ml dan E2>80 pg/ml mencerminkan respons buruk.Analisis sperma dilakukan untuk merencanakan tindakan fertilisasi yang dilakukan apakah secara konvensional atay dengan tekhnik ICSI.

- Stimulasi OvariumProtokol yang banyak digunakan saat ini adalah long protocol dimana dilakukan penekanan pada fungsi hipofisis dan ovarium sejak fase midluteal sampai kadar estradiol <50pg/ml. Baru dilakukan stimulasi dengan Gonadotropin, dosis bergantung pada usia, berat badan, nilai FSH, dan jumlah folikel antral.Protokol lain yang digunakan adalah short protocol dimana GnRH agonis diberikan pada hari ke2 haid bersamaan dengan pemberian gonadotropin. Metode ini memiliki angka kehamilan rendah.Lalu dilakukan monitoring untuk memantau jumlah dan perutmbuhan folikel melalui USG serta pemeriksaan hormon estradiol. Maturasi oosit 34-36 jam sebelum pengambilan oosit dilakukan penyuntikan hCG rekombinan atau dari urin.

- Pengambilan sel telurTindakan dilakukan bila telah dijumpai minimal 3 buah folikel berdiameter 20 mm. Tindakan dapat dilakukan scara transvaginal dengan USG. Untuk menghilangkan nyeri selama tindakan dapat dilakukan pemberian anestesia atau analgesia saja, Dengan anestesia jumlah oosit akan lebih banyak dibanding analgesia saja, tetapi tidak ada perbedaan dalam kejadian kehamilan.Tindakan flushing yang dilakukan dama pengambilan sel telur dapat meningkatkan rasa nyeri dan dianjurkan untuk pasien yang memiliki oosit <= 3.

- Pencarian Sperma (Sperm Recovery)Kasus pada sperma tidak dapat keluar dari ejakulasi, sperma diambil melalui epididimis atau testis. Biasanya pada keadaan azoosperma, disfungsi ereksi, atau kegagalan ejakulasi. Tindakan operatif dalam pengambilan sperma antara lain:

Page 3: BAB 7

Percutaneus Epididymal Sperm Aspiration (PESA), Testicular Sperm Aspiration (TESA), Testicular Sperm Extraction (TESE), Microsurgical epididymal sperm aspiration (MESA).

- ICSIICSI dilakukan apabila terdapat oligozoospermia, azoospermia, atau kualitas semen buruk, kegagalan FIV berulang, kegagalan fertilisasi, dan faktor lain.Keamanan prosedur ICSI dan hubungannya dengan luaran bayi yang dihasilkan. Kontroversi di bidang ini terutama menyangkut 4 hal yaitu luaran obstetri, kelainan kromosom, kelainan kongenital, dan gangguan perkembangan, dan yang masih dicari adalah kemugkinan rusaknya DNA sperma.

- Kultur Embrio dan Transfer EmbrioSetelah operasi, dilakukan observasi untuk memastikan apakah terjadi fertilisasi atau tidak, kemudian setiap 24 jam dilakukan penilaian pembelahan sel pada embrio. Waktu yang tepat dan stadium embrio yang harus ditransfer masih menjadi perdebatan. Beberapa penelitian hari ke-3 memberi kehamilan yang baik dibanding hari ke-2. Hal yang sama bila transfer embrio diberikan pada stadium blastocyt (hari ke 5) akan memberikan kehamilan yang baik. Beberapa tekhnik yang sering dilakukan ialah pembersihan serviks, pengisian kandung kencing, soft catheter, dummy transfer, dilatasi serviks, USG guided embryo transfer. Keberhasilan akan dinilai 2 minggu pascatransfer.

Luteal Support

Pemberian GnRH agonis saat stimulasi ovarium akan menyebabkan defek fase luteal sehingga dapat mengganggu proses implantasi. Karena itu diperlukan pemberian hormon progesteron, kombinasi estrogem-progesteron, atau hCG dalam berbagai bentuk sediaan, dosis dan rute pemberian. Pemberian progesteron sama efektif dengan hcG pasca FIV, sedangkan penambahan estrogen oral pasca FIV akan meingkatkan keberhasilan implantasi.

Kriopreservasi

Tekhnik ini diperlukan untuk menyimpan beku embrio yang tersisa. Tekhnik ini penting untuk kasus hiperstimulasi ovarium yang tidak memungkinkan untuk transfer embrio. Tekhnik yang digunakan adalah slow freezing, rapid freezing, atau vitrifikasi.

Hal yang harus diperhatikan adalah keamanan penyimpanan, kemungkinan transmisi penyakit, dan keberhasilan atau viabilitas embrio setelah thawing.

Penutup

Meski terjadi perkembangan pesat pada FIV keberhasilan hanya 30% dengan kegagalan terbanyak karena fakt or implantasi.

Page 4: BAB 7