5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional harus berwawasan lingkungan yaitu terciptanya keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya dengan cara pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaan bahan galian harus diupayakan secara optimal sesuai dengan azas konservasi dan berwawasan lingkungan dengan menekan dampak negatif yang ditimbulkan seminimal mungkin ( Widodo et al. 2010 ). Usaha pertambangan oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan. Sebagai contoh di kawasan Kabupaten Sukabumi khususnya Kecamatan Waluran dan Kecamatan Simpenan terdapat pertambangan bijih emas tradisional. Proses pengolahan pertambangan tidak menggunakan teknologi yang tinggi dan hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Proses pengolahan emas ini dilakukan dengan mengikuti beberapa tahapan antara lain penggalian batuan, pengolahan, dan pembuangan limbah. Setiap tahapan membawa dampak ekologi yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan, sehingga perlu langkah-langkah yang bijaksana dalam penanganannya, sehingga resiko terhadap kerusakan lingkungan dapat diminimalisasi ( Sumual 2009 ).

BAB I 2

  • Upload
    fatiya

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional harus berwawasan lingkungan yaitu terciptanya

keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya dengan

cara pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaan bahan galian

harus diupayakan secara optimal sesuai dengan azas konservasi dan berwawasan

lingkungan dengan menekan dampak negatif yang ditimbulkan seminimal

mungkin ( Widodo et al. 2010 ). Usaha pertambangan oleh sebagian masyarakat

sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Sebagai contoh di kawasan Kabupaten Sukabumi khususnya Kecamatan Waluran

dan Kecamatan Simpenan terdapat pertambangan bijih emas tradisional. Proses

pengolahan pertambangan tidak menggunakan teknologi yang tinggi dan hanya

menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Proses pengolahan emas ini

dilakukan dengan mengikuti beberapa tahapan antara lain penggalian batuan,

pengolahan, dan pembuangan limbah. Setiap tahapan membawa dampak ekologi

yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan, sehingga perlu langkah-

langkah yang bijaksana dalam penanganannya, sehingga resiko terhadap

kerusakan lingkungan dapat diminimalisasi ( Sumual 2009 ).

Metode hidrometalurgi yang biasa digunakan untuk menghasilkan logam

emas adalah metode amalgamasi, dimana merkuri (Hg) dicampur dengan bijih

emas sehingga terbentuk ikatan emas dengan merkuri yang dikenal sebagai

amalgam. Merkuri ini tidak membentuk amalgam dengan silika dan mineral-

mineral pengotor lainnya seperti pirit dll, sehingga mineral-mineral pengotor

tersebut dipisahkan sebagai residu yang masuk ke dalam limbah padat atau yang

disebut dengan tailing ( Widodo 2008 ). Metode hidrometalurgi lain yang banyak

digunakan untuk isolasi emas adalah proses sianidasi ( Bayraktar 1995; Zhang et

al. 1997 dalam Wahyuningtiyas DP 2013 ). Sampai saat ini, reagen sebagai pelarut

emas yang banyak digunakan dalam industri adalah sianida. Hal ini disebabkan

oleh perolehan emas yang tinggi (95%) dan waktu proses yang relatif singkat.

Sianida juga dapat mengestrak emas dalam rentang ukuran bijih dari yang kasar

Page 2: BAB I 2

sampai halus. Namun larutan sianida juga bersifat racun sehingga menyebabkan

masalah pembuangan limbah ( Wadsworth et al. 2000; Turkel et al. 1996 dalam

Wahyuningtiyas 2013 ).

Metode isolasi emas sangat beragam baik secara pirometalurgi maupun

hidrometalurgi. Pirometalurgi adalah teknik metalurgi paling tua, dimana logam

diolah dan dimurnikan menggunakan panas yang sangat tinggi. Panas didapatkan

dari tanur berbahan bakar batubara (kokas) yang sekaligus bertindak sebagai

reduktan. Suhu pada proses ini bisa mencapai ribuan derajat Celcius. Sedangkan

Hidrometalurgi adalah proses ekstraksi yang dilakukan pada temperature yang

relative rendah dengan cara pelindian dengan media cairan ( Ladelta 2008 ). Karena

prosesnya yang rumit, biaya operasional yang tinggi dan berpotensi menimbulkan

pencemaran sehingga beralih ke metode hidrometalurgi ( Wahyuningtyas 2013 ).

Kontaminasi lahan oleh logam berat merupakan salah satu masalah

lingkungan yang penting yang dihadapi baik di negara berkembang maupun

negara sedang berkembang ( Rodriguez et al. 2007 dalam Mahmud et al. 2014 ).

Logam termasuk kontaminan yang unik karena tidak dapat mengalami degradasi

baik secara biologis maupun kimiawi yang dapat menurunkan kadar racunnya

sehingga dampaknya bisa berlangsung sangat lama. Kemungkinan yang terjadi

adalah logam akan mengalami transformasi sehingga dapat meningkatkan

mobilitas dan sifat racunnya. Hal ini perlu mendapat perhatian serius karena dapat

menjadi potensi polusi pada permukaan tanah maupun air tanah dan dapat

menyebar ke daerah sekitarnya melalui air, penyerapan oleh tumbuhan dan

bioakumulasi pada rantai makanan ( Juheity et al. 2009 dalam Mahmud 2012 ).

Nola et al. ( 2015 ) melaporkan kandungan merkuri antara 1,30 – 335 ppb

dan sianida 0,72 ppm pada aliran sungai Indragiri, Kabupaten Indagiri Hulu, Riau.

Penelitian yang dilakukan Adinata et al. ( 2015 ) menemukan kandungan sianida

di sungai Citapeng, Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi < 0,01 ppm

dengan metoda Spektrofotometri. Ukuran dan beban partikel kontaminan dalam

lingkungan perairan akan dipindahkan dalam bentuk partikel tersuspensi di dalam

sungai. Konsentrasi dari logam berbahaya yang berada di sedimen dasar akan

membahayakan biota sebagai akibat dari hasil remobilisasi dari metilasi dan

proses lain yang ada di dalam air ( Appleton et al. 2001 ).

Page 3: BAB I 2

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis ion merkuri dan sianida dalam

limbah tailing dari pertambangan emas yang berada di wilayah Kecamatan

Waluran dan Kecamatan Simpenan. Metode identifikasi pengukuran merkuri dan

sianida menggunakan metode Spektroskopi Serapan Atom.

1.2 Perumusan Masalah

1. Berapa konsentrasi ion merkuri ( Hg2+ ) dalam air limbah pertambangan

emas di wilayah Kecamatan Waluran dan Kecamatan Simpenan

Kabupaten Sukabumi.

2. Berapa konsentrasi ion sianida ( CN- ) dalam air limbah pertambangan

emas di wilayah Kecamatan Waluran dan Kecamatan Simpenan

Kabupaten Sukabumi.

1.3 Tujuan

1. Mengukur konsentrasi ion merkuri ( Hg2+ ) dengan metode SSA dalam air

limbah pertambangan emas di wilayah Kecamatan Waluran dan

Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi.

2. Mengukur konsentrasi ion sianida (CN-) dengan metode SSA dalam air

limbah pertambangan emas di wilayah Kecamatan Waluran dan

Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi.