Upload
fatiya
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional harus berwawasan lingkungan yaitu terciptanya
keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya dengan
cara pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaan bahan galian
harus diupayakan secara optimal sesuai dengan azas konservasi dan berwawasan
lingkungan dengan menekan dampak negatif yang ditimbulkan seminimal
mungkin ( Widodo et al. 2010 ). Usaha pertambangan oleh sebagian masyarakat
sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Sebagai contoh di kawasan Kabupaten Sukabumi khususnya Kecamatan Waluran
dan Kecamatan Simpenan terdapat pertambangan bijih emas tradisional. Proses
pengolahan pertambangan tidak menggunakan teknologi yang tinggi dan hanya
menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Proses pengolahan emas ini
dilakukan dengan mengikuti beberapa tahapan antara lain penggalian batuan,
pengolahan, dan pembuangan limbah. Setiap tahapan membawa dampak ekologi
yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan, sehingga perlu langkah-
langkah yang bijaksana dalam penanganannya, sehingga resiko terhadap
kerusakan lingkungan dapat diminimalisasi ( Sumual 2009 ).
Metode hidrometalurgi yang biasa digunakan untuk menghasilkan logam
emas adalah metode amalgamasi, dimana merkuri (Hg) dicampur dengan bijih
emas sehingga terbentuk ikatan emas dengan merkuri yang dikenal sebagai
amalgam. Merkuri ini tidak membentuk amalgam dengan silika dan mineral-
mineral pengotor lainnya seperti pirit dll, sehingga mineral-mineral pengotor
tersebut dipisahkan sebagai residu yang masuk ke dalam limbah padat atau yang
disebut dengan tailing ( Widodo 2008 ). Metode hidrometalurgi lain yang banyak
digunakan untuk isolasi emas adalah proses sianidasi ( Bayraktar 1995; Zhang et
al. 1997 dalam Wahyuningtiyas DP 2013 ). Sampai saat ini, reagen sebagai pelarut
emas yang banyak digunakan dalam industri adalah sianida. Hal ini disebabkan
oleh perolehan emas yang tinggi (95%) dan waktu proses yang relatif singkat.
Sianida juga dapat mengestrak emas dalam rentang ukuran bijih dari yang kasar
sampai halus. Namun larutan sianida juga bersifat racun sehingga menyebabkan
masalah pembuangan limbah ( Wadsworth et al. 2000; Turkel et al. 1996 dalam
Wahyuningtiyas 2013 ).
Metode isolasi emas sangat beragam baik secara pirometalurgi maupun
hidrometalurgi. Pirometalurgi adalah teknik metalurgi paling tua, dimana logam
diolah dan dimurnikan menggunakan panas yang sangat tinggi. Panas didapatkan
dari tanur berbahan bakar batubara (kokas) yang sekaligus bertindak sebagai
reduktan. Suhu pada proses ini bisa mencapai ribuan derajat Celcius. Sedangkan
Hidrometalurgi adalah proses ekstraksi yang dilakukan pada temperature yang
relative rendah dengan cara pelindian dengan media cairan ( Ladelta 2008 ). Karena
prosesnya yang rumit, biaya operasional yang tinggi dan berpotensi menimbulkan
pencemaran sehingga beralih ke metode hidrometalurgi ( Wahyuningtyas 2013 ).
Kontaminasi lahan oleh logam berat merupakan salah satu masalah
lingkungan yang penting yang dihadapi baik di negara berkembang maupun
negara sedang berkembang ( Rodriguez et al. 2007 dalam Mahmud et al. 2014 ).
Logam termasuk kontaminan yang unik karena tidak dapat mengalami degradasi
baik secara biologis maupun kimiawi yang dapat menurunkan kadar racunnya
sehingga dampaknya bisa berlangsung sangat lama. Kemungkinan yang terjadi
adalah logam akan mengalami transformasi sehingga dapat meningkatkan
mobilitas dan sifat racunnya. Hal ini perlu mendapat perhatian serius karena dapat
menjadi potensi polusi pada permukaan tanah maupun air tanah dan dapat
menyebar ke daerah sekitarnya melalui air, penyerapan oleh tumbuhan dan
bioakumulasi pada rantai makanan ( Juheity et al. 2009 dalam Mahmud 2012 ).
Nola et al. ( 2015 ) melaporkan kandungan merkuri antara 1,30 – 335 ppb
dan sianida 0,72 ppm pada aliran sungai Indragiri, Kabupaten Indagiri Hulu, Riau.
Penelitian yang dilakukan Adinata et al. ( 2015 ) menemukan kandungan sianida
di sungai Citapeng, Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi < 0,01 ppm
dengan metoda Spektrofotometri. Ukuran dan beban partikel kontaminan dalam
lingkungan perairan akan dipindahkan dalam bentuk partikel tersuspensi di dalam
sungai. Konsentrasi dari logam berbahaya yang berada di sedimen dasar akan
membahayakan biota sebagai akibat dari hasil remobilisasi dari metilasi dan
proses lain yang ada di dalam air ( Appleton et al. 2001 ).
Pada penelitian ini akan dilakukan analisis ion merkuri dan sianida dalam
limbah tailing dari pertambangan emas yang berada di wilayah Kecamatan
Waluran dan Kecamatan Simpenan. Metode identifikasi pengukuran merkuri dan
sianida menggunakan metode Spektroskopi Serapan Atom.
1.2 Perumusan Masalah
1. Berapa konsentrasi ion merkuri ( Hg2+ ) dalam air limbah pertambangan
emas di wilayah Kecamatan Waluran dan Kecamatan Simpenan
Kabupaten Sukabumi.
2. Berapa konsentrasi ion sianida ( CN- ) dalam air limbah pertambangan
emas di wilayah Kecamatan Waluran dan Kecamatan Simpenan
Kabupaten Sukabumi.
1.3 Tujuan
1. Mengukur konsentrasi ion merkuri ( Hg2+ ) dengan metode SSA dalam air
limbah pertambangan emas di wilayah Kecamatan Waluran dan
Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi.
2. Mengukur konsentrasi ion sianida (CN-) dengan metode SSA dalam air
limbah pertambangan emas di wilayah Kecamatan Waluran dan
Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi.