92
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sedimentologi merupakan cabang ilmu Geologi yang mempelajari mengenai Batuan sedimen, cara terbentuknya,lingkungan terbentuknya, proses dan faktor-faktor yang berperan dan komponen-komponen pada batuan sedimen. Sedimentologi adalah studi tentang proses transportasi dan pengendapan material sedimen yang terakumulasi di lingkungan kontinen dan laut hingga membentuk batuan sedimen. Pengendapan langsung larutan mineral dalam air juga merupakan sumber material sedimen pada kondisi tertentu. Lingkungan pengendapan itu sendiri adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu. Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan secara 1

BAB I - BAB V IFa FIX.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSedimentologi merupakan cabang ilmu Geologi yang mempelajari mengenai Batuan sedimen, cara terbentuknya,lingkungan terbentuknya, proses dan faktor-faktor yang berperan dan komponen-komponen pada batuan sedimen. Sedimentologiadalah studi tentang proses transportasi dan pengendapan material sedimen yang terakumulasi di lingkungan kontinen dan laut hingga membentuk batuan sedimen. Pengendapan langsung larutan mineral dalam air juga merupakan sumber material sedimen pada kondisi tertentu.Lingkungan pengendapan itu sendiri adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu. Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu.Pengetahuan tentang struktur sedimen ini sangatlah penting untuk mengetahui intrerpretasi lingkungan pengendapan. Oleh karenanya, penting untuk mengadakan fieldtrip sedimentologi agar ilmu mengenani interpretasi lingkungan pengendapan bukan hanya diterima secara teori, tetapi dapat dirasakan langsung di lapangan.1.2 Tujuan dan ManfaatAdapun tujuan diadakannya fieldtrip sedimentologi ini adalah :1. Agar mahasiswa dapat menentukan bentuk butir dari material sedimen pada daerah bendungan bili bili.2. Agar mahasiswa dapat menentukan ukuran butir dari material pasir daerah tanjung Bayam, Sulawesi Selatan.3. Agar mahasiswa dapat menentukan fasies sedimen pada daerah bendungan Bili bili, serta daerah tanjung Bayang, Sulawesi Selatan.Adapun manfaat diadakannya fieldtrip sedimentologi ini adalah memberikan pengetahuan mengenai bentuk butir dari setiap material sedimen serta proses pembentukan dan transportasi dari material sedimen tersebut.1.3 Letak dan Kesampaian DaerahSecara administratif, daerah penenlitian dilakukan pada dua titik atau stasiun, diantaranya stasiun satu pada daerah bili bili, dan stasiun dua pada tempat wisata permandian tanjung bayang. Perjalanan dimulai dari fakultas teknik, kampus gowa unhas dengan jarak menuju stasiun satu sekitar 5 km yang ditempuh menggunakan bus kota sebagai transportasi darat selama 60 menit. Selanjutnya, dilakukan perjalanan kembali menuju stasiun dua dengan menggunakan media transportasi yang sama selama 180 menit dengan jarak tempuh sekitar 70 km.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Geologi RegionalPemaparan tinjauan geologi regional daerah penelitian dan sekitarnyadidasarkan pada laporan hasil pemetaan Geologi Lembar Pangkajene danWatampone Bagian Barat, Sulawesi yang disusun oleh Rab Sukamto dan S.Supriatna (1982), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Geologidan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi RI, Bandung,sebagai berikut :A. GEOMORFOLOGI REGIONALBentuk morfologi yang menonjol di daerah lembar Ujung Pandang, Bentengdan Sinjai adalah kerucut gunungapi Lompobatang, yang menjulang mencapaiketinggian 2876 m di atas muka laut. Kerucut gunungapi ini dari kejauhan masihmemperlihatkan bentuk aslinya, dan menempati lebih kurang 1/3 daerah lembar.Pada potret udara terlihat dengan jelas adanya beberapa kerucut parasit, yangkelihatannya lebih muda dari kerucut induknya, bersebaran di sepanjang jalur utara-selatan melewati puncak Gunung Lompobatang. Kerucut gunungapi Lompobatangini tersusun oleh batuan gunungapi berumur Plistosen.Dua buah bentuk kerucut tererosi yang lebih sempit sebarannya terdapat disebelah barat dan sebelah utara Gunung Lompobatang. Di sebelah barat terdapatGunung Baturape, mencapai ketinggian 1124 m dan di sebelah utara terdapatGunung Cindako, mencapai ketinggian 1500 m. kedua bentuk kerucut tererosi inidisusun oleh batuan gunungapi berumur Pliosen.Di bagian utara lembar terdapat 2 daerah yang tercirikan oleh topografi kars,yang dibentuk oleh batugamping Formasi Tonasa. Kedua daerah bertopografi kars ini dipisahkan oleh pegunungan yang tersusun oleh batuan gunungapi berumur Miosensampai Pliosen.Daerah sebelah barat Gunung Cindako dan sebelah utara Gunung Baturapemerupakan daerah berbukit, kasar di bagian timur dan halus di bagian barat. Bagiantimur mencapai ketinggian kira-kira 500 m, sedangkan bagian barat kurang dari 50 mdi atas muka laut dan hampir merupakan suatu dataran. Bentuk morfologi ini disusunoleh batuan klastika gunungapi berumur Miosen. Bukit-bukit memanjang yangtersebar di daerah ini mengarah Gunung Cindako dan Gunung Baturape berupa retas-retas basal.Pesisir barat merupakan dataran rendah yang sebagian besar terdiri daridaerah rawa dan daerah pasang-surut. Beberapa sungai besar membentuk daerah banjir di dataran ini Bagian timurnya terdapatbukit-bukitterisoliryangtersusunoleh batuan klastika gunungapi berumur Miosen dan Pliosen.Pesisir baratdaya ditempati oleh morfologi berbukit memanjang rendahdengan arah umum kira-kira baratlaut-tenggara. Pantainya berliku-liku membentuk beberapa teluk, yang mudah dibedakan dari pantai daerah lainpadalembarini.Daerah ini disusun oleh batuan karbonat dari Formasi Tonasa.Secara fisiografi pesisir timur merupakan penghubung antara LembahWalanae di utara, dan Pulau Selayar di selatan. Di bagian utara, daerah berbukitrendah dari Lembah Walanae menjadi lebih sempit dibanding yang di utara (LembarPangkajene dan Watampone bagian Barat), dan menerus di sepanjang pesisir timurLembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai ini. Pegunungan sebelah timur dariLembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat berakhir di bagian utara pesisirtimur lembar ini.Bagian selatan pesisir timur membentuk suatu tanjung yang ditempatisebagian besar oleh daerah berbukit kerucut dan sedikit topografi kars. Bentukmorfologi semacam ini ditemukan ini ditemukan pula di bagian baratlaut PulauSelayar. Teras pantai dapat diamati di daerah ini sejumlah anatara 3 dan 5 buah.Bentuk morfologi ini disusun oleh batugamping berumur Miosen Akhir-Pliosen.Pulau Selayar mempunyai bentuk memanjang utara-selatan, yang secarafisiografi merupakan lanjutan dari pegunungan sebelah timur di Lembar Pangkajenedan watampone bagian Barat. Bagian timur rata-rata berdongkak lebih tinggi denganpuncaktertinggi608m,danbagianbaratlebihrendah.Pantaitimurrata-rataterjaldan pantai barat landai; secara garis besar membentuk morfologi lereng-miring kearah barat.B.B. STRATIGRAFI REGIONALTatanan StratigrafiSatuan batuan tertua yang telah diketahui umurnya adalah batuan sedimenflysch Kapur Atas yang dipetakan sebagai Formasi Marada (Km). Batuan malihan(S) belum diketahui umurnya, apakah lebih tua atau lebih muda dari pada FormasiMarada; yang jelas diterobos oleh granodiorit yang diduga berumur Miosen (19 2juta tahun). Hubungan Formasi Maradadengan satuanbatuan yanglebih muda,yaituFormasi Salo Kalupang dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan tidak begitu jelas,kemungkinan tak selaras.Formasi Salo Kalupang (Teos) yang diperkirakan berumur Eosen Awal-Oligosen Akhir berfasies sedimen laut, dan diperkirakan setara dalam umur dengan bagian bawah FormasiTonasa(Temt).FormasiSaloKalupangterjadidisebelahtimur Lembah Walanae dan Formasi Tonasa terjadi di sebelah baratnya.Satuan batuan berumur Eosen Akhir sampai Miosen Tengah menindih takselaras batuan yang lebih tua. Berdasarkan sebaran daerah singkapannya,diperkirakan batuan karbonat yang dipetakan sebagai Formasi Tonasa (Temt) terjadi pada daerah yang luas di lembar ini. FormasiTonasainidiendapkansejakEosenAkhir berlangsung hingga Miosen Tengah, menghasilkan endapan karbonat yang tebalnya tidak kurang dari 1750 m. Pada kala Miosen Awal rupanya terjadi endapan batuan gunungapi di daerah timur yang menyusunBatuanGunungapiKalamiseng(Tmkv).Satuan batuan berumur Miosen Tengah sampai Pliosen menyusun FormasiCamba (Tmc) yang tebalnya mencapai 4250 m dan menindih tak selaras batuan-batuan yang lebih tua. Formasi ini disusun olehbatuansedimenlautberselingandengan klastika gunungapi, yang menyamping beralih menjadi dominan batuangunungapi. (Tmcv). Batuan sedimen laut berasosiasi dengan karbonat mulaidiendapkan sejak Miosen Akhir sampai Pliosen di cekungan Walanae (Tmpw) danAnggota Selayar (Tmps).Batuan gunungapi berumur Pliosen terjadi secara setempat, dan menyusunBatuan Gunungapi Baturape-Cindako (Tpbv). Satuan batuan gunungapi yangtermuda adalah yang menyusun Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlv), berumurPlistosen. Sedimen termuda lainnya adalah endapan aluvium dan pantai (Qac).Perian Satuan PetaEndapan PermukaanQac ENDAPANALUVIUM,RAWADANPANTAI:kerikil,pasir,lempung,lumpur dan batugamping koral; terbentuk dalam lingkungan sungai, rawa,pantaidandelta.DisekitarBantaeng,BulukumbadanSungaiBerangendapan aluviumnya terutama terdiri dari rombakan batuan gunungapiGunung Lompobatang; di dataran pantai barat terdapat endapan rawa yangsangat luas.Batuan Sedimen dan Batuan GunungapiKm FORMASIMARADA(T.M.VANLEEUWEN,1974):batuansedimenbersifat flysch; perselingan batupasir, batulanau, arkose, grewake, serpih dan konglomerat; bersisipan batupasir dan batulanau gampingan, tufa, lava danbreksiyangbersusunanbasal,andesitdantrakit.Batupasirdanbatulanau berwarnakelabumudasampaikehitaman;serpihberwarnakelabutuasampai coklat tua; konglomerat tersusun oleh andesit dan basal; lava danbreksiterpropilitkankuatdenganmineralsekunderberupakarbonat,silikat,serisit, klorit dan epidot. Fosil Globotruncanadari batupasir gampingan yang dikenali oleh PT Shell menunjukkan umur Kapur Akhir, dan diendapkan di lingkungan neritik dalam (T.M. Van Leeuwen, hubungan tertulis, 1978). Formasi inididuga tebalnya tidak kurang 1000 m.Teos FORMASISALOKALUPANG: batupasir,serpihdanbatulempungberselingan dengankonglomerat gunungapi, breksi dantufa, bersisipan lava,batugampingdannapal;batulempung,serpihdanbatupasirnyadibeberapatempat dicirikan oleh warna merah, coklat, kelabu dan hitam; setempatmengandung fosil moluska dan foraminifera di dalam sisipan batugampingdan napal; pada umumnya gampingan, padat, dan sebagian dengan uratkalsit, sebagian dari serpihnya sabakan; kebanyakan lapisannya terlipat kuatdengan kemiringan antara 20o-75o. Fosil dari Formasi Salo Kalupang yang dikenali D. Kadar(hubungan tertulis, 1974) pada contoh batuan Td.140, terdiri dari: Asterocyclinamatanzensis COLE, Discocyclinadispansa (SOWERBY), D. javana(VERBEEK), Nummulites sp., Pellatispira madaraszi (HANTKEN), Heterosteginasipanensis COLE, dan Globigerina sp. gabungan fosil inimenunjukkan umur Eosen Akhir (Tb). Formasi Salo Kalupang yangtersingkap di daerah Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Baratmengandung fosil yang berumur Eosen Awal smapai Oligosen Akhir.Formasi ini tebalnya tidak kurang dari 1500 m, sebagai lanjutan dari daerahlembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat sebelah utaranya; ditindihtak selaras oleh batuan dari Formasi Walanae dan dibatasi oleh sesar daribatuan gunungapiTmkv.TemtFORMASITONASA:batugamping,sebagianberlapisdansebagian pejal; koral, bioklastika, dan kalkarenit, dengan sisipan napal globigerina, batugamping kayaforambesar,batugampingpasiran,setempatdenganmoluska; kebanyakan putih dan kelabu muda, sebagian kelabu tua dancoklat. Perlapisan baik setebal anatara 10 cm dan 30 cm, terlipat lemahdengan kemiringan lapisan rata-rata kurang dari 25o ; di daerah Jenepontobatugamping berlapis berselingan dengan napal globigerina. Fosil dari Formasi Tonasa dikenali oleh D. Kadar (hubungantertulis, 1973, 1974, 1975), dan oleh Purnamaningsih (hubungan tertulis,1974). Contoh-contoh yang dianalisa fosilnya adalah: La.8, La.35, Lb.1,Lb.49, Lb.83, Lc.44, Lc.97, Lc.114, Td.37, Td.161, dan Td.167. Fosil-fosilyang dikenali termasuk : Discocyclina sp., Nummulitessp., Heterosteginasp., Flosculinellasp., Spiroclypeus sp., S. OrbitoidesDOUVILLE, Lepidocyclina sp., L. Ephippoides JONES & HAPMAN, L. Verbeeki NEWTON&HOLLAND, L. cf. Sumatrensis JONES & CHAPMAN, Miogypsina sp., Globigerina sp., Gn. TripartiteCOCH, Globoquadrinaaltispira (CHUSMAN & JARVIS), Amphistegina sp., Cycloclypeussp., dan Operculinasp. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur berkisar dari Eosen sampai Miosen Tengah (Ta-Tf), dan lingkungan pengendapan neritik dangkal sampai dalam dan sebagian laguna.Formasi ini tebalnya tidak kurang dari 1750 m, tak selaras menindihbatuanGunungapiTerpropilitkan(Tpv)danditindiholehFormasi Camba (Tmc); di beberapa tempat diterobos oleh retas, sil dan stok bersusunan basal dan diorit; berkembang baik di sekitar Tonasa di daerah Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat, sebelah utaranya. Tmc FORMASI CAMBA : batuansedimenlautberselingandenganbatuangunungapi, batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir danbatulempung ; bersisipan napal, batugamping, konglomerat danbreksigunungapi, dan batubara; warna beraneka dari putih, coklat, merah, kelabumuda sampai kehitaman, umumnya mengeras kuat; berlapis-lapis dengantebal antara 4 cm dan 100 cm. Tufa berbutir halus hingga lapili; tufalempungan berwarna merah mengandung banyak mineral biotit ; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basal den ganukuran antara 2 cm dan 30 cm; batugamping pasiran mengandung koral dan moluska; batulempung kelabu tua dan napal mengandung fosil foram kecil ; sisipan batubara setebal 40 cm ditemukan di Sungai Maros. Fosil dari Formasi Camba yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1974, 1975) dan Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1975), pada contoh batuan La.3, La.24, La.125, dan La.448/4, terdiri dari : Goloborotalia mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Gl. Praefoksi BLOW & MANNER, Gl. Siakensis (LEROY), Flosculinellabontangensis(RUTTEN), Globigerina venezuelana HEDBERG, Globoquadrina altispira(CUSHMAN &JARVIS), Orbulina universa DORBIGNY, O. Suturalis BRONNIMANN, Cellanthus cratuculatus FICHTEL & MOLL, danElphidiumadvenum (CHUSMAN). gabungan fosil tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah(Tf). Lagi pula ditemukan fosil foraminifera jenis yang lain, ostrakoda danmoluska dalam formasi ini. Kemungkinan Formasi Camba di daerah iniberumursamadenganyangdiLembarPangkajenedanWatamponebagianBarat yaitu Miosen Tengah sampai Miosen Akhir.Formasi ini adalah lanjutan dari Formasi Camba yang terletak diLembar Pangkajene dan bagian Barat Watampone sebelah utaranya, kira-kira 4250 m tebalnya; diterobos oleh retas basal piroksen setebal antara -30m, dan membentuk bukit-bukit memanjang. Lapisan batupasir kompak (10-75 cm) dengan sisipan batupasir tufa (1-2 cm) dan konglomerat berkomponen basal dan andesit, yang tersingkap di pulau selayar diperkirakan termasuk satuan Tmc. Tmcv, BatuanGunungapiFormasi Camba : breksi gunungapi, lava, konglomerat dan tufa berbutir halus hingga lapili, bersisipan batuan sedimenlaut berupa batupasir tufaan, batupasir gampingan dan batulempung yang mengandung sisa tumbuhan. Bagian bawahnya lebih banyak mengandung breksi gunungapi dan lava yang berkomposisi andesitdanbasal;konglomerat juga berkomponen andesit dan basal dengan ukuran 3-50 cm;tufa berlapis baik, terdiri tufa litik, tufa kristal dan tufa vitrik. Bagian atasnyamengandung ignimbrit bersifat trakit dan tefrit leusit; ignimbrite berstrukturkekar maniang, berwarna kelabu kecoklatan dan coklat tua, tefrit lusit berstruktur aliran dengan permukaan berkerak roti,berwarnahitam.SatuanTmcv ini termasuk yang dipetakan oleh T.M. Van Leeuwen (hubungantertulis, 1978) sebagai Batuan Gunungapi Soppo, Batuan GunungapiPamusureng dan Batuan Gunungapi Lemo. Breksi gunungapi yang tersingkap di Pulau Selayar mungkin termasuk formasi ini; breksinya sangatkompak, sebagian gampingan, berkomponen basal amfibol, basal piroksendan andesit (0,5-30 cm), bermasa dasar tufa yang mengandung biotit danpiroksen.Fosil yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1971) dari A.75 dan A.76.b termasuk :Amphisteginas., Globigerinids, Operculinasp., Orbulina universa DORBIGNY, Rotaliasp., dan Gastropoda. Penarikan jejak belahdaricontohignimbritmenghasilkanumur132jutatahundanK-Ar dari contoh lava menghasilkan umur 6,2 juta tahun (T.M. vanLeeuwen, hubungan tertulis, 1978). Data paleontologi dan radiometri tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir.Satuan ini mempunyai tebal sekitar 2500 m dan merupakan fasiesgunungapi dari pada Formasi Camba yang berkembang baik di daerah sebelah utaranya (Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat);lapisannya kebanyakan terlipat lemah, dengan kemiringan kurang dari 20o ; menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan batuan yanglebih tua.Tmpw FORMASI WALANAE: perselingan batupasir, konglomerat, dan tufa,dengan sisipan batulanau, batulempung, batugamping, napal dan lignit; batupasir berbutir sedangsampaikasar,umumnyagampingandanagakkompak, berkomposisi sebagian andesit dan sebagian lainnya banyak mengandung kuarsa; tufanya berkisar dari tufa breksi, tufa lapili dan tufakristal yang banyak mengandung biotit; konglomerat berkomponen andesit,trakit dan basal, dengan ukuran -70 cm, rata-rata 10 cm.Formasi ini terdapat di bagian timur, sebagai lanjutan dari lembah Sungai Walanae di lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat sebelah utaranya. Di daerah utara banyak mengandung tufa, di bagian tengah banyak mengandung batupasir, dan di bagian selatan sampai di Pulau selayar batuannya berjemari dengan batugamping anggota selayar (Tmps); kebanyakan batuannya berlapis baik, terlipat lemah dengan kemiringan antara 10o 20o, dan membentuk perbukitan dengan ketinggian rata-rata 250m di atas muka laut; tebal formasi ini sekitar 2500 m. Di Pulau Selayarformasi ini terutama terdiri dari lapisan-lapisan batupasir tufaan (10-65 cm)dengan sisipan napal; batupasirnya mengandung kuarsa, biotit, amfibol danpiroksen.Fosil dari Formasi Walanae yang dikenali oleh Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1975) pada contoh batuan La.457 dan La.468, terdiri dari: Globigerinasp., Globorotalia menardii (DORBIGNY), Gl. Tumida (BRADY), Globoquadrina altispira(CUSHMAN & JARVIS), Globigerinoides immaturus LEROY, Gl. obliquusBOLLI, dan Orbulinauniversa DORBIGNY. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur berkisar dari Miosen Akhir sampai Pliosen (N18-N20). Lagi pula ditemukan jenis foraminifera yang lain, ganggang, dan koral dalam formasi ini.Tmps,AnggotaSelayarFormasiWalanae : batugamping pejal, batugamping koral dan kalkarenit, dengan sisipan napal dan batupasirgampingan; umumnya putih, sebagian coklat dan merah; setempat mengandung moluska. Di sebelah timur Bulukumba dan di Pulau Selayar terlihat batugamping ini relatif lebih muda dari pada batupasir FormasiWalanae, tetapi di beberapa tempat terlihat adanya hubungan menjemari.Fosil dari Anggota Selayar yang dikenali oleh Purnamaningsih(hubungan tertulis, 1975) pada contoh batuan La.437, La.438 dan La.479, terdiri dari: Globigerina nephentesTODD, Globorotalia acostaensisBLOW, Gl. Dutertrei (DORBIGNY), Gl. Margaritae BOLLI &BERMUDEZ, Gl. Menardii (DORBIGNY), Gl. Scitula (BRADY), Gl. Tumida (BRADY), Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Gn. Dehiscens (CHAPMANN-PARR-OLLINS), Globigerinoides extremus BOLLI & BERMUDEZ, Gd. Immaturus LEROY, Gd. Obliquus BOLLI, Gd. ruber (DORBIGNY),Gd. Sacculifer (BRADY), Gd. Trilobus (REUSS), Biorbulinabilobata (DORBIGNY), Orbulina universa (DORBIGNY), Hastigerina aequilateralis (BRADY), Pulleniatinaprimalis BANNER & BLOW, Sphaeroidinellopsis eminulinaSCHWAGER, dan Sphaeroidinella SubdehiscensBLOW. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur berkisar dari Miosen Akhir sampai Pliosen Awal (N16-N19).Tebal satuan diperkirakan sekitar 2000 m. Di Kepulauan Ara dan diujung utara Pulau Selayar ditemukan undak-undak pantai pada batugamping; paling sedikit ada 3 atau 4 undak pantai. Daerah batugampinginimembentuk perbukitan rendah dengan ketinggian rata-rata 150 m, dan yangpaling tinggi 400 m di Pulau Selayar. Batuan GunungapiTpvBATUANGUNUNGAPITERPROPILITKAN:breksi,lavadantufa, mengandung lebih banyak tufa di bagian atasnya dan lebih banyak lava dibagianbawahnya,kebanyakanbersifatandesitdansebagiantrakit; bersisipanserpihdanbatugampingdibagianatasnya;komponenbreksiberanekaukurandaribeberapacmsampailebihdari50cm,tersemenoleh tufa yang kurang dari 50%; lava dan breksi berwarna kelabu tua sampai kelabu kehijauan, sangat terbreksikan dan terpropilitkan, mengandung barik-barik karbonat dan silikat.Satuan ini tebalnya sekitar 400 m, d itindih tak selaras olehbatugampingEosenFormasiTonasa,danditerobosolehbatuangranodioritgd; disebut Batuan Gunungapi Langi oleh van Leeuwen (1974). Penarikanjejak belah sebuahcontoh tufadari bagian bawahsatuan menghasilkanumur 63 juta tahun atau Paleosen (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis, 1978).TmkvBATUANGUNUNGAPI KALIMISENG:lavadan breksi,dengan sisipantufa, batupasir, batulempung dan napal; kebanyakan bersusunan basal dansebagian andesit, kelabu tua hingga kelabu kehijauan, umumnya kasat mata,kebanyakan terubah, amigdaloidal dengan mineral sekunder karbonat dansilikat; sebagian lavanya menunjukkan struktur bantal.Satuan batuan ini tersingkap di sepanjang daerah pegunungan sebelah timur Lembah Walanae, sebagai lanjutan dari Tmkv yang tersingkap bagus di daerah utaranya (Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat); terpisahkan oleh jalur sesar dari batuan sedimen dan karbonat Formasi Salo Kalupang (Eosen-Oligosen) di bagian baratnya; diterobos olehretas dan stok bersusunan basal, andesit dan diorit. Satuan batuan ini diperkirakan berumur Miosen Awal; tebal satuan di lembar Pangkajene danWatampone bagian Barat tidak kurang dari 4250 m.TpbvBATUANGUNUNGAPI BATURAPECINDAKO: lava dan breksi, dengan sisipan sedikit tufa dan konglomerat, bersusunan basal, sebagian besar porfiri dengan fenokris piroksen besar-besar sampai 1 cm dan sebagian kecilkasatmata, kelabu tua kehijauan hingga hitam warnanya; lava sebagian berkekar maniang dan sebagian berkekar lapis, pada umumnya breksi berkomponen kasar,dari15cm sampai 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, dengan semen tufa berbutir kasar sampai lapili, banyak mengandung pecahan piroksen.Komplek terobosan diorite berupa stok dan retas di Baturape dan Cindako diperkirakan merupakan bekas pusat erupsi (Tpbc); batuan disekitarnya terubah kuat, amygdaloidal dengan mineral sekunder zeolit dankalsit; mineral galena di Baturape kemungkinan berhubungan dengan terobosan diorite itu; daerah sekitar Baturape dan Cindako batuannyadidominasi oleh lava Tpbl. Satuan ini tidak kurang dari 1250 m tebalnya danberdasarkan posisi stratigrafinya kira-kira berumur Pliosen Akhir.QlvBATUANGUNUNGAPILOMPOBATANG:aglomerat,lava,breksi,endapan lahar dan tufa, membentuk kerucut gunungapi strato dengan puncak tertinggi 2950 m di atas muka laut; batuannya sebagian besar berkomposisi andesit dan sebagian basal, lavanya ada yang berlubang-lubang seperti yangdisebelah barat Sinjai dan ada yang berlapis; lava yang terdapat kira-kira 2 km sebelah utara Bantaeng berstruktur bantal; setempat breksi dan tufanya mengandung banyak biotit.Bentuk morfologi tubuh gunungapi masih jelas dapat dilihat padapotretudara;(Qlvc)adalahpusaterupsiyangmemperlihatkanbentuk kubah lava; bentuk kerucut parasit memperlihatkan paling sedikit ada 2 perioda kegiatan erupsi, yaitu Qlvpl dan Qlvp2. Di daerah sekitar pusat erupsi batuannya terutama terdiri darilavadanaglomerat(Qlv), dandi daerah yang agak jauh terdiri terutama dari breksi, endapan lahar dan tufa (Qlvb). Berdasarkan posisi stratigrafinya diperkirakan batuan gunungapi ini berumur Plistosen.Batuan TerobosanGd GRANODIORIT : terobosan granodiorit, batuannya berwarna kelabu muda, di bawah mikroskop terlihat adanya feldspar, kuarsa, biotit, sedikit piroksen dan hornblende, dengan mineral pengiring zirkon, apatit dan magnetit; mengandung senolit bersifat diorite, diterobos retas aplit, sebagian yang lebihbersifat diorite mengalami kaolinisasi.Batuan terobosan ini tersingkap di sekitar Barru, menerobos batuandari Formasi Marada (Km) dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv),tetapi tidak ada kontak dengan batugamping Formasi Tonasa (Temt).Penarikan jejak belah dari contoh granodioritnya yang menghasilkan umur 19 2 juta tahun memberikan dugaanbahwa penerobosan batuan ini berlangsung di kala Miosen Awal (T.M.vanLeeuwen,hubungantertulis, 1987).d DIORIT : terobosan diorite, kebanyakan berupa stok dan sebagian retas atausil; singkapannya ditemukan di sebelah ditemukan di sebelah timur Maros, menerobos batugamping Formasi Tonasa (Temt); umumnya berwarna kelabu,berteksurporfir,denganfenokrisamfiboldanbiotit,sebagianberkekarmeniang.Penearikan Kalium / Argon pada biotit dari aplit (lokasi 2) dan diorite(lokasi 3)menunjukkan umur masing-masing 9,21dan 7,74 jutatahun atauMiosen Akhir (J.D. Obradovich hubungan tertulis, 1974).t/a TRAKIT DAN ANDESIT : terobosan trakit dan andesit berupa retas danstok; trakit berwarna putih, bertekstur porfir dengan fenokris sanidin sampaisepanjang 1 cm; andesit berwarna kelabu tua, bertekstur porfir denganfenokris amfibol dan biotit. Batuan ini tersingkap di daerah sebelah baratdayaSinjai, dan menerobos batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv).BASALterobosan basal beruparetas, sildan stok, berteksturporfir dengan fenokris piroksen kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, berwarna kelabutua kehitaman dan kehijauan; sebagian dicirikan oleh struktur kekar meniang,beberapadiantaranyamempunyaiteksturgabro.Terobosanbasaldi sekitar Jene Berang berupa kelompok retas yang mempunyai arah kira-kira radiermemusat ke Baturape dan Cindako; sedangkan yang di sebelah utaraJeneponto berupa stok.Semua terobosan basal menerobos batuan dari Formasi Camba (Tmc).Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal, dari lokasi 1 dan 4, dan gabrodari lokasi 5 menunjukkan umur masing-masing 7,5, 6,99 dan 7,36 jutatahun, atau Miosen Akhir (Indonesi Gulf Oil Co., hubungan tertulis, 1972;J.D. Obradovich, hubungan tertulis, 1974). Ini menandakan bahwakemungkinan besar penerobosan basal berlangsung sejak Miosen Akhirsampai Pliosen Akhir.Batuan Malihans BATUANMALIHANKONTAK:batutandukyangberkomposisimineral-mineral antofilit, kordiorit, epidotit, garnet, kuarsa, feldspar, muscovite dankarbonat; berwarna kelabu ke hijauan sampai hijau tua, tersingkap di daerahyang sempit ( 2 km), pada kontak dengan granodiorit (gd)dan dibatasi oleh sesar dari batuan gunungapi Tmcv. Batutanduk ini mengandung banyak lensa magnetit.C. STRUKTUR GEOLOGI REGIONALBatuan tertua yang tersingkap di daerah ini adalah sedimen flysch FormasiMarada, berumur Kapur Atas. Asosiasi batuannya memberikan petunjuk suatuendepan lereng bawah laut, ketika kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu.Kegiatan magma berkembang menjadi suatu gunungapi pada waktu kira-kira 63 jutatahun, dan menghasilkan Batuan Gunungapi Terpropilitkan.Lembah Walanae di Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Baratsebelah utaranya menerus ke Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai, melaluiSinjai di pesisir timur. Lembah ini memisahkan batuan berumur Eosen, yaitusedimen klastika Formasi Salo Kalupang di sebelah timur dari sedimen karbonat Formasi Tonasa di sebelah baratnya. Rupanya pada Kala Eosen daerah sebelah baratLembah Walanae merupakan suatu paparan laut dangkal, dan daerah sebelahtimurnya merupakan suatu cekungan sedimentasi dekat daratan.Paparan laut dangkal Eosen meluas hamper ke seluruh daerah lembar peta, yang buktinya ditunjukkan oleh sebaran Formasi Tonasa di sebelah barat Barru, sebelah timur Maros dan di sekitar Takalar. Endapan paparan berkembang selama Eosen sampai Miosen Tengah. Sedimentasi klastika di sebelah timur Lembah Walanae rupanya berhenti pada Akhir Oligosen, dan diikuti oleh kegiatan gunungapiyang menghasilkan Formasi Kalamiseng.Akhir dari pada kegiatan gunungapi Miosen Awal diikuti oleh tektonik yang menyebabkan terjadinya permulaan terban Walanae, yang kemudian menjadicekungan di mana Formasi walanae terbentuk. Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah, dan menurun perlahan selama sedimentasi sampai kala Pliosen.Menurunnya cekungan Walanae dibarengi oleh kegiatan gunungapi yang terjadi secara luas di sebelah baratnya dan mungkin secara local di sebelah timurnya. Peristiwa ini terjadi selama Miosen Tengah sampai Pliosen. Semula gunungapinya terjadi di bawah laut, dan kemungkinan sebagian muncul di permukaan pada kalaPliosen. Kegiatan gunungapi selama Miosen menghasilkan Formasi Camba, dan selama Pliosen menghasilkan Batuan Gunungapi Baturape-Cindako. Kelompok retas basal berbentuk berbentuk radier memusatkeG.CindakodanG.Baturape, terjadinya gerakan mengkubah pada kala Pliosen.Kegiatan gunungapi di daerah ini masih berlangsung sampai kala Plistosen,menghasilkan Batuan Gunungapi Lompobattang. Berhentinya kegiatan magma padaakhir Plistosen, diikuti oleh suatu tektonik yang menghasilkan sesar-sesar en echelon (merencong) yang melalui G. Lompobattang berarah utara-selatan. Sesar-sesar enechelon mungkin sebagai akibat dari suatu gerakan mendatar dekstral daripadabatuanalaspesisirbaratLembahWalanae.SejakkalaPliosenpesisirbaratujunglengan Sulawesi Selatan ini merupakan dataran stabil, yang pada kala Holosen hanyaterjadi endapan aluvium dan rawa-rawa.2.2 Geologi Daerah Penelitian2.2.1 Geologi Daerah Bili biliSecara geologi daerah ini tersusun oleh batuan-batuan sediment dan terobosan Formasi Camba yang berumur Tersier, batuan gunungapi dan terobosan yang termasuk dalam kelompok batuan Gunungapi Baturappe-Cindako berumur Tersier, batuan Gunungapi Lompobatang yang berumur Kuarter, serta endapan alluvial. Daerah dataran yang merupakan daerah terendah di atas permukaan laut, umumnya ditempati oleh endapan alluvial. Kelompok batuan Formasi Camba dan batuan gunungapi Tersier umumnya menempati daerah perbukitan dan hanya sebagian kecil yang berada di daerah dataran serta di daerah dataran bergelombang; sedangkan daerah pegunungan yang merupakan bagian tertinggi dalam wilayah Kabupaten Gowa tersusun oleh batuan gunungapi Kuarter.Daerah dataran yang umumnya tersusun oleh endapan alluvial merupakan wilayah air tanah produktivitas sedang-rendah. Sedangkan daerah yang tersusun oleh batuan sedimen Formasi Camba dan Batuan Gunungapi termasuk batuan terobosan berumur Tersier merupakan wilayah airtanah dengan produktivitas sangat rendah hingga langka air tanah. Daerah pegunungan termasuk wilayah airtanah produktivitas sedang kecuali sebagian daerah di sekitar puncak merupakan wilayah airtanah langka.Bahan galian berupa pasir dan lempung banyak ditambang di daerah dataran terutama di daerah Bajeng, sedangkan sirtu di daerah lembah sungai Jeneberang dibagian hulu bendung Bili-Bili. Daerah bergelombang sering dibuat menjadi lebih landai bahkan datar dengan menggalinya sebagai tanah urug dan batubelah terutama di daerah yang tersusun oleh endapan gunungapi Tersier. Formasi Camba oleh para peneliti sebelumnya diinformasikan mengandung lapisan tipis batubara, sedangkan intrusi batuan gunungapi Baturappe-Cindako antara lain menghasilkan mineralisasi logam mulia.Dari segi kebencanaan, daerah Kabupaten Gowa ini tidak termasuk daerah yang rawan gempa bumi karena kondisi geologi lokal dan posisi tektoniknya yang jauh dari zona-zona sumber gempabumi. Daerah ini juga aman dari bencana gunungapi karena gunungapi terdekat yaitu Lompobattang sudah termasuk kategori padam. Namun beberapa tempat termasuk sangat rawan terhadap bencana gerakan tanah seperti di sebagian lereng gunung Bawakaraeng dan sebagian daerah perbukitan yang terjal. Selain itu daerah lembah sungai jeneberang juga rawan terhadap bencana banjir bandang. Analisis Geologi Lingkungan dan skoring setiap komponen geologi lingkungan yang dimiliki oleh semua daerah dan dianggap berpengaruh terhadap pengembangan wilayah menunjukkan nilainya berkisar antara 33-62 atau kurang leluasa hingga cukup leluasa untuk dikembangkan, kecuali daerah tertentu yang tersisihkan merupakan daerah yang tidak layak kembang.Daerah yang cukup leluasa untuk dikembangkan direkomendasikan sebagai kawasan budidaya umum utamanya pertanian tanaman pangan semusim danpengembangan kawasan non pertanian seperti pemukiman, perkantoran danperdagangan. Sedangkan sebagian besar daerah yang agak leluasa lainnya dandaerah yang kurang leluasa untuk dikembangkan merupakan daerah yangdirekomendasikan sebagai kawasan budidaya terbatas umumnya pertanian (termasuk hutan). Adapun daerah yang tidak layak kembang maka direkomendasikan sebagai kawasan lindung. Daerah yang cukup leluasa untuk dikembangkan sebagian besar terletak di dataran Sungguminasa - Takalar, sedangkan yang tidak layak menempati daerah di sekitar puncak perbukitan dan pegunungan terjal, sempadan sungai, waduk/danau dan mata air.2.2.2 Geologi Daerah Tanjung BayangPantai Tanjung Bayang terletak di di Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Sulawesi Selatan, Indonesia.Pantai Tanjung Bayangmerupakansalah satu tempat wisatayang beradadi Kota Makassar yang seringkali menjadi pilihanuntukberwisata dimana bentangan pasir pantai cukup luas serta di sepanjang pesisir pantai terdaptat tanaman mangrove.Di pantai ini juga banyak terjadi abrasi dan banyak terdapat enceng gondik dan alga (Litaay, 2008).Tipe substrat pantaiterdiri dariwarna pasir hitamdan pasir putih. Pasir warna hitammenandakan bahwa pasir tersebut banyak mengandung mineral-mineral logam. Sedangkan pasir putih menunjukan bahwa mineral logam yang dikandungnya sedikit (Litaay, 2008).2.3 SedimentologiMeskipun sedimentologi merupakan sebuah ilmu yang relatif muda, namun pengetahuan manusia tentang sedimen telah ada sejak lama. Manusia primitif mengetahui sifat dan kegunaan batuapi(flint)yang mereka pakai sebagai pisau, mata anak panah, dan mata tombak. Mereka juga mengetahui kegunaan praktis dari lempung sebagai bahan baku gerabah dan manfaat oker(ocher)sebagai zat pewarna. Sebagian tata peristilahan lama yang muncul sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan misalnyacobble,pebble, danflint masih tetap digunakan sampai sekarang.Tulisan tertua yang mengungkapkan berbagai bentuk spekulasi tentang proses sedimentasi alami dapat ditemukan dalam karya orang-orang Yunani kuno (Krynine, 1960). Walau demikian, tulisan-tulisan itu belum bisa dipandang sebagai karya ilmiah.Pemelajaran batuan sedimen pada mulanya merupakan pemelajaran stratigrafi, berupa penelitian lapangan yang dilakukan untuk mengetahui geometri umum (ketebalan dan penyebaran) tubuh sedimen. Salah satu buah pikiran penting dalam per-kembangan stratigrafi dipersembahkan oleh William Smith (1815), seorang insinyur dan surveyor otodidak, melalui karyanya: peta geologi Inggris. Peta itu disusun berdasarkan hasil penelitian Smith selama bertahun-tahun dengan menempuh perjalanan sejauh 11.000 mil. Itulah tulisan pertama yang berhasil merekam penyebaran dan urut-urutan batuan sedimen di suatu daerah. Sumbangan pemikiran penting dari Smith adalah penggunaan fosil untuk korelasi. Dari penjelasan di atas kita dapat memaklumi bahwa sedimentologi berakar pada stratigrafi. Karena itu, tidak mengherankan apabila pada saat ini kita masih melihat eratnya kaitan antara stratigrafi dan sedimentologi. Para ahli stratigrafi masa lalu banyak menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam mengembangkan pengetahuan tentang sedimen. Pemikiran-pemikiran tersebut sebagian diwujudkan dalam bentuk tulisan, misalnya dalam bukuPrinciples of Stratigraphykarya Grabau (1913) danTreatise of Sedimentationkarya Twenhofel (1928).2.3.1 Analisa Bentuk ButirBentuk butir (form) merupakan keseluruhan kenampakan partikel secara tiga dimensi yang berkaitan dengan perbandingan antara ukuran panjang sumbu terpanjang (a), sumbu menengah (b), dan sumbu terpendek (c). Untuk menentukan bentuk butir ini, Zingg memperkenalkan suatu metode untuk mendefinisikan bentuk butirnya. Caranya adalah dengan menggunakan perbandingan antarab/adanc/b. Setelah mendapatkan nilai perbandingannya, klasifikasi bentuk butir terbagi dalam empat bentuk, yaituoblate, prolate, bladed,danequant.Apabila dilihat dari aspek geometri bentukan dari butiran pasir tersebut, bentukprolatedanequantcenderung lebih mudah untuk tertransportasi daripada bentukoblatedan bladed.

Gambar 2.1 Klasifikasi butiran kerakal berangkal berdasarkan perbandingan antar sumbu (Zingg, 1935, diambil dari Pettijohn, 1975 dengan modifikasi)

Tabel 2.1 Klasifikasi bentuk butir menurut Zingg (1935).No. Kelasb/ac/bBentuk

I>2/3 2/3> 2/3Equant (Equiaxial/spherical)

III< 2/3< 2/3Bladed (Triaxial)

IV< 2/3> 2/3Prolate (Rod-shaped)

2.3.2 Analisa Ukuran Butira. SphericitySphericity ( W )didefinisikan secara sederhana sebagai ukuran bagaimana suatu butiran mendekati bentuk bola.Semakin butiran berbentuk menyerupai bola maka mempunyai nilaisphericityyang semakin tinggi. Wadell (1932) mendefinisikan sphericity yang sebenarnya(true sphericity)sebagai luas permukaan butir dibagi dengan luas permukaan sebuah bola yang keduanya mempunyai volume sama. Lewis & McConchie (1994) mengatakan bahwa rumusan ini sangat sulit untuk dipraktekkan.Sebagai pendekatan, perbandingan luas permukaan tersebut dianggap sebanding dengan perbandingan volume, sehingga rumussphericitymenurut Wadell (1932) adalah :

Vp: volume butiran yang diukurVcs : volume terkecil suatu bola yang melingkupi partikel tersebut(circumscribing sphere)Krumbein (1941) kemudian menyempurnakan persamaan tersebut dengan:

Rumus yang diajukan Krumbein (1941) ini disebut denganintercept sphericity(WI) yang dapat dihitung dengan mengukur sumbu-sumbu panjang, menengah dan pendek suatu partikel dan memasukkan pada rumus tersebut. Sneed & Folk (1958) menganggap bahwaintercept sphericitytidak dapat secara tepat menggambarkan perilaku butiran ketika diendapkan. Butiran yang dapat diproyeksikan secara maksimum mestinya diendapkan lebih cepat, misalnya bentuk prolate seharusnya lebih cepat mengendap dibandingkan oblate, tetapi dengan rumus W, justru didapatkan nilai yang terbalik. Untuk itu mereka mengusulkan rumusan tersendiri padasphericityyang dikenal denganmaximum projection sphericity(Vp) atau sphericity proyeksi maksimum. Secara matematis Wp dirumuskan sebagai perbandingan antara area proyeksi maksimum bola dengan proyeksi maksimum partikel yang mempunyai volume sama, atau secara ringkas dapat ditulis dengan:

Dalam hal ini L, I dan S adalah sumbu-sumbu panjang, menengahdan pendek sebagaimana dalam rumus Krumbein (1941). Menurut Boggs (1987), pada prinsipnya rumus yang diajukan oleh Sneed & Folk (1958) ini tidak lebih valid dibandingkan denganintercept sphericity,terutama kalau diaplikasikan pada sedimen yang diendapkan oleh aliran gravitasi dan es.Dengan tanpa mempertimbangkan bagaimanasphericitydihitung, Boggs (1987) menyatakan bahwa hasil perhitungansphericityyang sama terkadang dapat diperoleh pada semua bentuk butir. Gambar 2 menunjukkan bahwa partikel dengan bentuk yang berbeda bisa mempunyai nilaisphericityyang sama. Untuk mendefinisikansphericitydari hitungan matematis, Folk (1968) mengelaskansphericitydalam 7 kelas sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.Bentuk butir ukuran kerakal atau yang lebih besar dipengaruhi oleh bentuk asalnya dari batuan cumber, namun demikian butiran dengan ukuran ini akan lebih banyak mengalami perubahan bentuk karena abrasi dan pemecahan selama transportasi dibandingkan dengan butiran yang berukuran pasir. Untuk butiran sedimen yang berukuran pasir atau lebih kecil, bentuk butir juga lebih banyak dipengaruhi oleh bentuk asal mineralnya. Pada prakteknya, analisis bentuk butir pada sedimen yang berukuran pasir biasanya dilakukan pada mineral kuarsa. Hal ini disebabkan sifat mineral kuarsa yang keras, tahan terhadap pelapukan, clan jumlahnya yang melimpah pada batuan sedimen. Namun demikian, untuk membuat perbandingan bentuk butiran setelah mengalami transportasi, pengamatan bentuk butir pada mineral lain maupun fragmen batuan(lithic)boleh juga dilakukan.

Gambar 2.2 Hubungan antarasphericitymatematis dengan bentuk butir klasifikasi Zingg (kelas butir lihat gambar 1). Kurva menunjukkan kesamaan nilaisphericity.(Pettijohn, 1975).

Tabel 2.2 Klasifikasisphericitymenurut Folk (1968).Hitungan MatematisKelas

0.75Very Equent

Bentuk butir akan berpengaruh padakecepatan pengendapan(settling velocity).Secara umum batuan yang bentuknya tidakspheris(tidak menyerupai bola) mempunyai kecepatan pengendapan yang lebih rendah. Dengan demikian bentuk butir akan mempengaruhi tingkat transportasinya pads sistem suspensi (Boggs, 1987). Butiran yang tidakspheriscenderung tertahan iebih lama pads media suspensi dibandingkan yangspheris.Bentuk jugs berpengaruh pads transportasi sedimen secarabedlood(traksi). Secara umum butiran yangspherisclanprolatelebih mudah tertransport dibandingKan bentukbladeclandisc (oblate).Lebih jauh analisis sedimen berdasarkan butiran saja sulit untuk dilakukan. Sebagai contoh, Boggs (1987) menyatakan bahwa dari pengamatan bentuk butir saja tidakdapat digunakan untuk menafsirkan suatu lingkungan pengendapan.b. RoundnessRoundnessmerupakan morfologi butir yang berkaitan dengan ketajaman pinggir dan sudut suatu partikel sedimen klastik. Secara matematis, Wadell (1932) mendefinisikanroundnessSebagai rata-rata aritmetikroundnessmasing-masing sudut butiran padabidang pengukuran.Roundnessmasing-masing sudut diukur dengan membandingkan jari-jarilengkungan sudut tersebut dengan jari-jari lingkaran maksimum yang dapat dimasukkan pada butiran tersebut(Gambar 3).

Gambar 2.3 Ilustrasi pengukuran jari-jari lingkaran maksimum pada butiran (R) dan jari-jari lengkungan pada sudut butiran. (Boggs, 1987 dengan modifikasi)

Rumusannya :

r : jari-jari lingkaran kecil,R : jari-jari lingkaran maksimum,N : banyaknya sudut.Menurut Folk (1968) pengukuran sudut-sudut tersebut hampir tidak mungkin bisa dipraktekkan, sedangkan Boggs (1987) menegaskan bahwa cara tersebut memerlukan waktu yang banyak untuk kerja di laboratorium dengan harus dibantualatcircular protractoratauelectronic particle-size analyzer.Untuk mengatasi hal tersebut, maka penentuanroundnessbutiran adalah dengan membandingkan kenampakan(visual comparison)antara kerakal atau butir pasir dengan tabel visual secara sketsa (Krumbein, 1941) dan/atau tabel visual foto (Powers, 1953). Kedua tabel tersebut disajikanpadaGambar3danGambar4. sedangkan Tabel 3 menunjukkan kelasroundnessmenurut Wadell (1932)dan korelasinya pada visual Powers (1953).

Gambar2.4InterpretasiRoundnesssecara sketsa.

Gambar2.5Visual foto roundness butiran(Powers, 1953).

Tabel 2.3 Hubungan antararoundnessWadell (1932) dan korelasinya pada visualroundnessPowers (1953).Interval Kelas (Waddell, 1932)Visual Kelas (Powers, 1953)

0,12 0,17Very angular

0,17 0,25Angular

0,25 0,35Subangular

0,35 0,49Subrounded

0,49 0,70Rounded

0,70 1,00Well rounded

Roundnessbutiran pada endapan sedimen ditentukan oleh komposisi butiran, ukuran butir, proses transportasidan jarak transportnya (Boggs, 1987). Butiran dengan sifat fisik kerasdan resisten seperti kuarsadan zircon lebih sulit membulat selama proses transport dibandingkan butiran yang kurang keras seperti feldspar danpiroksen. Butiran dengan ukuran kerikil sampai berangkal biasanya lebih mudah membulat dibandingkan butiran pasir. Sementara itu mineral yang resisten dengan ukuran butir lebih kecil 0.05-0.1 mm tidak menunjukkan perubahanroundnessoleh semua jenis transport sedimen (Boggs, 1987). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diperhatikan untuk melakukan pengamatanroundnesspada batuan atau mineral yang samadan kisaran butir yang sama besar.2.3.3 Fasies SedimenFasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya. Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana fasies-fasies tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan. Dalam skala lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang sebagai basic architectural element dari suatu lingkungan pengendapan yang khas sehingga akan memberikan makna bentuk tiga dimensi tubuhnya (Walker dan James, 1992).Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya.Fasies sedimen merupakan produk dari proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan berdasarkan analisa fasies sedimen, yang merangkum hasil interpretasi dari berbagai data, diantaranya :1. Geometri :a. Regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan chanel)b. Intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)2. Litologi : dari cutting, dan core (glaukonit, carboneous detritus) dikombinasi dengan log sumur (GR dan SP)3. Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall core4. Struktur sedimen : dari coreMenurut Sam Boggs, 1987, ada dua tipe utama perubahan fasies vertikal yaitu:1. Coarsening-Upward SuccessionCoarsening-Upward Succession menunjukan adanya suatu peningkatan dalam besar butir dari suatu dasar yang erosive atau tajam. Perubahan ini mengindikasikan peningkatan dalam kekuatan arus transportasi pada saat pengendapan.2. Fining-Upward SuccessionFining-Upward Succession adalah perubahan besar butir ke arah atas menjadi lebih halus ke top yang erosive atau tajam.Perubahan ini menunjukan penurunan kekuatan arus transportasi pada saat pengendapan.Geometri dan penyebaran batuan ditentukan oleh fasies atau lingkungan pengendapan. Bentuk, ukuran dan orientasi reservoir tergantung mekanisme pengendapannya. Mempelajari lingkungan pengendapan purba umumnya dimulai dengan penampang stratigrafi dan korelasinya untuk menandai tipe batuannya, geometri tiga dimensinya serta struktur sedimen internalnya (Walker dan James, 1992).1. GeometriUmumnya geometri tergantung dari proses pengendapan yang berlangsung pada lingkungan sedimentasinya. Seluruh bentuk dari fasies sedimen adalah fungsi dari topografi sebelum pengendapan, geomorfologi lingkungan pengendapan, dan sejarah setelah pengendapan.2. LitologiLitologi pada fasies sedimen merupakan salah satu parameter yang penting untuk mengobservasi dan interpretasi lingkungan pengendapan.3. Struktur sedimenStruktur sedimen dalam lingkungan pengendapan dapat memberikan indikasi dari kedalaman, level energi, kecepatan hidrolik dan arah arus.4. PaleocurrentPaleocurrent atau arus purba merupakan arus yang dapat diidentifikasi dari pola-pola struktur sedimen yang terbentuk pada masa pengendapan dan peleogeografis.Ada tiga parameter dalam membedakan fasies sedimen, yaitu : Parameter fisik : temperatur, kedalaman air, kecepatan arus, sinar matahari, kecepatan angin, dan arahnya. Parameter kimia : komposisi air (salinitas), mineralogi (auchthonus atau allochthnus). Parameter biologi : soil, tumbuhan darat, tumbuhan air, dan binatang.Model Fasies (Facies Model)Model fasies adalah miniatur umum dari sedimen yang spesifik. Model fasies adalah suatu model umum dari suatu sistem pengendapan yang khusus ( Walker , 1992).Model fasies dapat diiterpretasikan sebagai urutan ideal dari fasies dengan diagram blok atau grafik dan kesamaan. Ringkasan model ini menunjukkan sebagaio ukuran yang bertujuan untuk membandingkan framework dan sebagai penunjuk observasi masa depan. model fasies memberikan prediksi dari situasi geologi yang baru dan bentuk dasar dari interpretasi lingkungan. pada kondisi akhir hidrodinamik. Model fasies merupakan suatu cara untuk menyederhanakan, menyajikan, mengelompokkan, dan menginterpretasikan data yang diperoleh secara acak.Ada bermacam-macam tipe fasies model, diantaranya adalah :a. Model Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga dimensi, dan bentuk lain ilustrasi grafik dasar pengendapan framework.b. Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan deposisi oleh waktu .c. Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear multiple, analisis trend permukaaan dan analisis faktor. Statistika model berfungsi untuk mengetahui beberapa parameter lingkungan pengendapan atau memprediksi respon dari suatu elemen dengan elemen lain dalam sebuah proses-respon model.Facies SequenceSuatu unit yang secara relatif conform dan sekuen tersusun oleh fasies yang secara geneik berhubungan. Fasies ini disebut parasequence. Suatu sekuen ditentikan oleh sifat fisik lapisan itu sendiri bukan oleh waktu dan bukan oleh eustacy serta bukan ketebalan atau lamanya pengendapan dan tidak dari interpretasi global atau asalnya regional (sea level change). Sekuen analog dengan lithostratigrafy, hanya ada perbedaan sudut pandang. Sekuen berdasarkan genetically unit.Ciri-ciri sequence boundary :1. membatasi lapisan dari atas dan bawahnya.2. terbentuk secara relatif sangat cepat (