16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup) merupakan bagian dari pidana pokok dalam jenis-jenis pidana sebagaimana diatur pada Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pidana pokok pada Pasal 10 KUHP terdiri atas: (1) pidana mati, (2) pidana penjara, (3) pidana kurungan, (4) pidana denda, (5) pidana tutupan. Pidana seumur hidup diatur tersendiri dalam Pasal 12 ayat 1 KUHP yang berbunyi: ’’ Pidana penjara ialah seumur hidup atau selama waktu tertentu’’. Sifat dari pidana seumur hidup ini adalah pasti (definite sentence) yang berarti terpidana akan menjalani hukuman atau pidana sepanjang hidupnya. Menurut Roeslan Saleh, karena sifatnya yang pasti itu orang menjadi keberatan terhadap pidana seumur hidup. Sebab dengan putusan yang demikian terpidana tidak akan mempunyai harapan lagi kembali ke dalam masyarakat. 1 Dalam kenyataannya peluang bagi narapidana seumur hidup untuk kembali ke masyarakat sangat kecil. Dalam menerapkan suatu pemidanaan khususnya penerapan pidana seumur hidup perlu diorientasikan pada pencapaian tujuan pemidanaan baik dari aspek perlindungan masyarakat maupun aspek 1 Tongat. Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia,: Penerbitan Universitas Muhamadiyah Malang, Malang, 2004, hlm 37.

BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

  • Upload
    vodiep

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

merupakan bagian dari pidana pokok dalam jenis-jenis pidana sebagaimana diatur

pada Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pidana pokok pada

Pasal 10 KUHP terdiri atas: (1) pidana mati, (2) pidana penjara, (3) pidana

kurungan, (4) pidana denda, (5) pidana tutupan. Pidana seumur hidup diatur

tersendiri dalam Pasal 12 ayat 1 KUHP yang berbunyi: ’’ Pidana penjara ialah

seumur hidup atau selama waktu tertentu’’. Sifat dari pidana seumur hidup ini

adalah pasti (definite sentence) yang berarti terpidana akan menjalani hukuman

atau pidana sepanjang hidupnya. Menurut Roeslan Saleh, karena sifatnya yang

pasti itu orang menjadi keberatan terhadap pidana seumur hidup. Sebab dengan

putusan yang demikian terpidana tidak akan mempunyai harapan lagi kembali ke

dalam masyarakat.1 Dalam kenyataannya peluang bagi narapidana seumur hidup

untuk kembali ke masyarakat sangat kecil. Dalam menerapkan suatu pemidanaan

khususnya penerapan pidana seumur hidup perlu diorientasikan pada pencapaian

tujuan pemidanaan baik dari aspek perlindungan masyarakat maupun aspek 1 Tongat. Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia,: Penerbitan Universitas Muhamadiyah Malang, Malang, 2004, hlm 37.

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

2

individu. Pemidanaan diharapkan mampu mengakomodasi kepentingan

masyarakat tetapi juga memberikan perhatian yang cukup bagi individu dalam hal

ini khususnya narapidana seumur hidup, karena seperti diketahui bahwa pidana

seumur hidup merupakan salah satu bentuk perampasan kemerdekaan seseorang.

Penjatuhan sanksi pidana termasuk pidana seumur hidup ini perlu melihat

tujuan pemidanaan yang hendak dicapai. Tujuan pemidanaan berangkat adari 3

(tiga) teori tujuan pemidanaan yang ada yaitu (1) teori retributive atau absolute,

teori ini memandang bahwa pidana mutlak diberikan kepada para pelaku tindak

pidana sebagai bentuk pengimbalan atau pembalasan, (2) teori teleologis, teori ini

menekankan ada aspek kemanfaatan, suatu pidana dianggap sah apabila dapat

memberikan manfaat yang lebih baik, (3) teori retributivisme teleologis atau

gabungan, teori ini memadukan dua unsure dari teori sebelumnya, yaitu pidana

dijatuhkan tidak semata-mata sebagai sarana pembalasan tetapi harus memberikan

kemanfaatan. Selama ini belum ada peraturan perundang-undangan yang secara

formal merumuskan tujuan pemidanaan, sehingga tujuan pemidanaan yang ada

sifatnya lebih teoritis.

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

3

Tujuan pemidanaan secara formal baru dapat dilihat pada Rancangan Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) atau sering disebut dengan istilah

Konsep. Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Konsep) yang

digunakan dalam penulisan ini adalah RKUHP Tahun 2005. Pasal 54 ayat 1

Konsep menyebutkan bahwa tujuan pemidanaan antara lain:

(a).Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum dan pengayoman masyarakat,

(b).Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang yang baik dan berguna,

(c).Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat, dan,

(d).Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

Sedangkan Pasal 54 ayat 2 Konsep juga menyebutkan bahwa pemidanaan

tidak dimaksudkan menderitakan dan merendahkan martabat manusia.

Perumusan tujuan pemidanaan secara eksplisit dalam Konsep, menunjukkan

adanya perkembangan pada sistem pemidanaan di Indonesia. Pemidanaan saat ini

berorientasi pada upaya pembinaan narapidana sesuai dengan sistem

pemasyarakatan. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan

Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara

pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata

peradilan pidana.2 Pemasyarakatan bertujuan sebagai sarana pembinaan untuk

menyiapkan terpidana agar nantinya dapat kembali kedalam lingkungan

masyarakat. Sistem pemasyarakatan ini menghendaki kembalinya terpidana ke

2 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

4

dalam masyarakat dan hidup secara wajar sebagai warga masyarakat yang baik

dan bertanggungjawab.3 Hak untuk dapat kembali ke masyarakat dapat diperoleh

salah satunya melalui kebijakan remisi bagi narapidana termasuk narapidana

seumur hidup yaitu dari pidana seumur hidup menjadi pidana sementara. Dalam

penulisan ini, sebagai bahan analisis kebijakan remisi bagi narapidana seumur

hidup akan merujuk pada narapidana seumur hidup dalam lingkup Lembaga

Pemasyarakatan Kelas I Semarang. Penulisan ini juga bertujuan untuk mengkaji

ketentuan dalam Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M-03.PS.04

Tahun 2000 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Remisi Bagi Narapidana

Yang Menjalani Pidana Penjara Seumur Hidup Menjadi Pidana Penjara

Sementara khususnya di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kedung Pane

Semarang tahun 2012.

Penulis memilih Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kedung Pane Semarang

karena bagi Penulis Lembaga Pemasyarakatan tersebut memiliki narapidana yang

sedang menjalani pidana seumur hidup, serta lokasi Lembaga Pemasyarakatan

yang terjangkau dari lokasi Penulis melakukan penelitian. Melalui analisis

kebijakan remisi terkait pidana seumur hidup khususnya di Lembaga

Pemasyarakatan Kedung Pane Semarang, maka dapat memberikan gambaran

tentang bagaimana penerapan remisi dalam ketentuan perundang-undangan yang

ada sebagai salah satu upaya penunjang tujuan pemasyarakatan melalui proses

resosialisasi bagi narapidana. 3 Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

5

Jika ditinjau dari pokok –pokok tujuan pemidanaan yang ada dan tujuan

pemasyarakatan yang berlaku saat ini, akankah pidana seumur hidup ini dapat

berjalan sesuai dengan tujuan pemidanaan dan pemasyarakatan?. Seperti

diketahui bahwa pidana seumur hidup dijatuhkan untuk waktu yang tidak dapat

diketahui, artinya seseorang yang dikenai pidana seumur hidup harus menjalani

pidana sepanjang hidupnya. Jika melihat kenyataan yang demikian, pidana

seumur hidup sejatinya tidak mencerminkan penghormatan atas hak dan martabat

seseorang sekalipun dia adalah pelaku kejahatan.

Bagaimanapun juga seorang pelaku tindak pidana adalah manusia yang patut

untuk dihormati hak-hak asasinya sebagai manusia secara utuh. Selain itu jumlah

narapidana seumur hidup yang melebihi kapasitas dalam sebuah Lembaga

Pemasyarakatan, juga dapat mengganggu proses pembinaan yang ada, sebab ada

kecenderungan narapidana seumur hidup ini memandang apriori terhadap

penerapan pidana seumur hidup karena bagi mereka, sekalipun menjalani

pembinaan dalam Lembaga Pemasyarakatan pada akhirnya mereka juga tidak

akan kembali ke tengah-tengah masyarakat.

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

6

Topik yang diangkat oleh penulis sebagai karya tulis ilmiah ini belum pernah

ada yang menulis, tetapi ada penulis lain yang mengangkat topik tentang pidana

seumur hidup yaitu :

1. Syachdin,S.H. dengan judul Kedudukan Pidana Seumur Hidup Dalam Sistim

Hukum Pidana Nasional. Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana formulasi pidana seumur hidup dalam hukum pidana positif saat

ini?

b. Bagaimana formulasi pidana seumur hidup dalam hukum pidana nasional

yang akan datang?

Berdasarkan uraian dalam alasan pemilihan judul diatas, maka penulis tertarik

mengangkat judul “ RELEVANSI ANCAMAN PIDANA SEUMUR HIDUP

DARI PERSPEKTIF TUJUAN PEMIDANAAN DAN

PEMASYARAKATAN”.

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

7

B. Latar Belakang Masalah

Pidana seumur hidup dirumuskan sebagai salah satu jenis pidana pokok dalam

hukum positif yang berlaku. Pidana seumur hidup ini merupakan pidana perampasan

kemerdekaan seseorang atas suatu tindak pidana tertentu. Dikatakan sebagai pidana

perampasan kemerdekaan karena seseorang yang dipidana seumur hidup harus

menjalani pidananya di sebuah lembaga pemasyarakatan selama sisa hidupnya. Hal

inilah yang kemudian menjadikan posisi pidana seumur hidup sebagai pidana kedua

terberat setelah pidana mati.

Akibat dari pidana ini adalah seseorang harus kehilangan kesempatanya untuk

dapat berpartisipasi dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat. Pada hakikatnya

sebuah penjatuhan pidana seyogianya dapat memberikan efek jera sekaligus

pendidikan dan pembinaan bagi para pelaku tindak pidana. Hal ini yang kemudian

mendorong pemikiran bahwa penjatuhan pidana khususnya pidana seumur hidup

harus memiliki tujuan pemidanaan yang jelas sebagai upaya mencapai rasa keadilan

baik bagi korban maupun pelaku tindak pidana.

Adapun tindak pidana yang dapat diancam dengan pidana seumur hidup dapat

dilihat pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai induk dari

peraturan pidana lainnya. Bentuk tindak pidana dalam KUHP yang dapat diancam

pidana seumur hidup dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

8

Bentuk atau kelompok tindak pidana dalam KUHP yang diancam dengan pidana

seumur hidup adalah sebagai berikut: 4

Tabel 1.1 Kelompok Jenis Tindak Pidana

dalam KUHP Yang Diancam Dengan PSH

No Kelompok jenis tindak pidana Pasal yang mengatur dalam KUHP 1. Tindak pidana terhadap

keamanan negara 104, 106, 107 (2), 108 (2), 111 (2), 124 (2), 124 (3)

2. Tindak pidana terhadap negara sahabat dan terhadap kepala negara

140 (3)

3. Tindak Pidana membahayakan kepentingan umum

187 ke-3, 198 ke-2, 200 ke- 3, 2002 (2), 204 (2)

4. Tindak Pidana Terhadap Nyawa 339, 340 5. Tindak Pidana Pencurian

disertai kekerasan atau ancaman kekerasan

365(4)

6. Tindak Pidana Pemerasan dan Pengancaman

368 (2)

7. Tindak Pidana Pelayaran 444 8. Tindak Pidana Penerbangan 479 f sub b, 479 k (1), (2)

479 (1), (2)

Sumber: Tongat. Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia,.Penerbitan Universitas Muhamadiyah Malang, Malang, 2004.hlm 81

Dari tabel diatas secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 21

(dua puluh satu) kelompok tindak pidana yang dimasukkan kedalam kejahatan

pada Buku Kedua KUHP, 8 (delapan) kelompok tindak pidana diantaranya

diancam dengan pidana seumur hidup. Berikut ini dapat dilihat jenis sanksi

pidana yang pada umumnya dicantumkan dalam perumusan delik menurut pola

4 Tongat. Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia,.Penerbitan Universitas Muhamadiyah Malang, Malang, 2004, Op.cit hlm.81.

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

9

KUHP yaitu pidana pokok, dengan menggunakan 9 (Sembilan) bentuk

perumusan,5 yaitu:

a. Diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara waktu tertentu

b. Diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara waktu tertentu c. Diancam dengan pidana penjara waktu tertentu d. Diancam dengan pidana penjara atau kurungan e. Diancam dengan pidana penjara atau kurungan atau denda f. Diancam dengan pidana penjara atau denda g. Diancam dengan pidana kurungan h. Diancam dengan pidana kurungan atau denda i. Diancam dengan pidana denda

Berdasarkan 9 (Sembilan) bentuk perumusan tersebut dapat diidentifikasikan

hal-hal sebagai berikut: Pertama, KUHP hanya menganut dua sistem perumusan,

yaitu tunggal dan alternatif. Kedua, sanksi pidana yang dirumuskan secara

tunggal, hanya pidana penjara, kurungan atau denda. Tidak ada pidana mati atau

penjara seumur hidup yang diancam secara tunggal. Ketiga, perumusan alternatif

dimulai dari pidana pokok terberat sampai yang paling ringan.6 Berbeda halnya

dengan sistem perumusan pidana diluar KUHP yang cenderung lebih banyak

menggunakan beragam bentuk perumusan ancaman pidana.

5 Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana Ide Dasar Double Track System& Implementasinya, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta,2003.hlm.189-190.

6 Ibid.

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

10

Pembuat undang-undang menggunakan 11 (sebelas) bentuk perumusan ancaman

pidana diantaranya sebagai berikut:

a. Diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara tertentu b. Diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara tertentu

dan/atau pidana denda c. Diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara tertentu dan/atau

pidana denda d. Diancam dengan pidana penjara e. Diancam dengan pidana penjara dan denda f. Diancam dengan pidana penjara atau denda g. Diancam pidana penjara dan/atau denda h. Diancam dengan pidana penjara atau kurungan atau denda i. Diancam pidana dengan pidana kurungan dan denda j. Diancam dengan pidana kurungan atau denda k. Diancam dengan pidana kurungan dan/atau denda

Dari 11 (sebelas) bentuk perumusan diatas terlihat, khususnya untuk pidana

penjara, pembuat undang-undang menempuh 4 (empat) sistem perumusan yaitu:

(1). Sistem perumusan tunggal atau sistem imperatif

(2). Sistem perumusan alternatif

(3). Sistem perumusan kumulatif

(4). Sistem perumusan kumulatif-alternatif.

Dari keempat sistem perumusan tersebut, yang paling banyak digunakan

adalah sistem kumulatif-alternatif yang memuat ancaman pidana “penjara

dan/atau denda. Apabila diperbandingkan dengan sistem KUHP, tampaknya ada

kebijakan pembuat undang-undang di luar KUHP untuk cenderung mengurangi

penggunaan sistem perumusan pidana secara tunggal. Kebijakan pidana seumur

hidup dalam perundang-undangan pidana di Indonesia menandakan bahwa hal

tersebut cenderung mengabaikan aspek perlindungan terhadap individu. Hal ini

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

11

dikarenakan narapidana seumur hidup akan sulit untuk melakukan proses

resososialisasi dan kembali ke masyarakat. Adanya sanksi pidana berupa pidana

penjara sebagai salah satu bentuk perwujudan dari adanya politik kriminal, harus

dapat menunjang tujuan pemidanaan yang ada. Perlu diperhatikan bahwa di dalam

penerapanya, narapidana seumur hidup adalah tetap manusia yang perlu dihormati

hak dan martabatnya. Narapidana ini harus tetap memperoleh hak yang sama

dengan narapidana lainnya. Salah satu hak narapidana yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan adalah hak memperoleh remisi. Hak memperoleh

remisi bagi narapidana salah satunya diatur dalam Pasal 14 huruf i Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Narapidana seumur hidup dimungkinkan mendapatkan remisi yaitu dari pidana

seumur hidup menjadi pidana penjara sementara yang diberikan oleh Negara

melalui Menteri Hukum dan HAM. Pemberian remisi dimaksudkan agar nantinya

terpidana dapat kembali ke masyarakat dan menjadi warga Negara yang baik dan

bertanggunngjawab. Pemberian remisi pada narapidana seumur hidup

menunjukkan bahwa Negara sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan

dan hak-hak bagi terpidana tanpa terkecuali. Apabila dilihat dari konsep

pemasyarakatan, pada hakikatnya pidana penjara yang merupakan “perampasan

kemerdekaan” seseorang itu hanya bersifat sementara sebagai sarana memulihkan

integritas terpidana agar mampu melakukan readaptasi sosial.

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

12

Sehubungan dengan itu Mulder pernah menyatakan bahwa pidana perampasan

kemerdekaan mengandung suatu cirri khas, yaitu bahwa dia adalah sementara.

Terpidana akhirnya tetap diantara kita”.7 Sejalan dengan konsep pemasyarakatan,

tujuan pemidanaan pada Rancangan KUHP Tahun 2005 seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, juga menghendaki adanya pencapaian tujuan yaitu

memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi

orang yang baik dan berguna. Dari pemikiran yang demikian, maka secara teoritis

sebenarnya tidak ada tempat untuk pidana seumur hidup. Pidana seumur hidup

hanya dapat diterima secara eksepsional, sekedar untuk ciri simbolik akan sangat

tercelanya perbuatan yang bersangkutan dan sebagai tanda peringatan bahwa yang

bersangkutan dapat dikenakan maksimum pidana penjara dalam waktu tertentu

yang cukup lama jadi tidak untuk benar-benar diterapkan secara harafiah.8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penulis memfokuskan penulisan berkenaan

dengan masalah diatas dengan merumuskan permasalahan sebagai berikut:

Apakah pidana seumur hidup sesuai dengan tujuan pemidanaan dan

pemasyarakatan dalam hukum pidana saat ini?

7 Ibid.

8 Tongat, Pidana Seumur Hidup dalam Sistem hukum Pidana di Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang, 2001 hal 35

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

13

D. Tujuan Penelitan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengungkap dan menganalisis pidana seumur hidup terkait dengan tujuan

pemidanaan dan pemasyarakatan dalam hukum pidana

2. Mengkaji kebijakan penerapan pidana seumur hidup berkaitan dengan

ketentuan remisi

E. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum

(legal research). Penelitian bertujuan untuk mengkaji penerapan kaidah-

kaidah atau norma-norma hukum dengan mendasarkan pada pandangan dalam

suatu peraturan perundang-undangan dalam memandang Relevansi Pidana

Seumur Hidup dari Perspektif Tujuan Pemidanaan dan Pemasyarakatan.

b. Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu

cara meneliti bahan pustaka dalam ilmu, yang dimaksud disini adalah

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

14

pengumpulan data yang didasarkan dengan membaca hasil penelitian hukum,

penelitian pustaka, dan pendapat para ahli hukum.9

c. Bahan Hukum

1) Bahan Hukum Primer

Dalam penelitian ini digunakan bahan hukum primer yaitu bahan-bahan

hukum yang mengikat, yang ada kaitanya dengan permasalahan diatas terdiri

dari:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

3. Peraturan Perundang-undangan lainya yang terkait dengan penelitian

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer

seperti kapustakaan, pendapat para sarjana, dan bahan hukum sekunder

lainnya yang terkait dengan penelitian

F. Manfaat Penelitian

1). Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan masukan dalam khasanah ilmu pengetahuan

dan wawasan bagi aparat penegak hukum di Indonesia tentang pentingnya

9 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Manajemen , PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta 1996 ), h1m. 116-117

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

15

mewujudkan pelaksanaan proses pemasyarakatan agar dapat mencapai tujuan

pemasyarakatan yang diharapkan.

2). Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam

menyusun dan membangun pemikiran tentang penerapan pidana seumur hidup

terkait dengan pentingnya tujuan pemidanaan dan pemasyarakatan yang akan

dicapai.

G. Unit Amatan

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

(2) Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi

(3) Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: M-

03.PS.01.04 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pengajuan Remisi Bagi

Narapidana yang Menjalani Pidana Penjara Seumur Hidup Menjadi

Pidana Penjara Sementara.

(4) Pendapat para ahli hukum tentang Tujuan Pemidanaan dan

Pemasyarakatan

(5) Daftar narapidana seumur hidup di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I

Kedung Pane Semarang.

Page 16: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6808/1/T1_ 312008079_BAB I.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup ... tersendiri dalam

16

H. Unit Analisis

Penelitian ini akan menganalisis relevansi pidana seumur hidup dari

perspektif tujuan pemidanaan dan pemasyarakatan dalam peraturan hukum

positif yang berlaku di Indonesia. Tujuan pemasyarakatan dalam penulisan

merujuk pada kebijakan remisi dalam peraturan perundang-undangan terkait

remisi sebagai upaya mencapai tujuan pemasyarakatan khususnya di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas I Kedung Pane Semarang