Upload
haque
View
244
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuntutan masyarakat akan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan
bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) menghendaki adanya pelaksanaan
fungsi pengawasan dan sistem pengendalian intern yang baik atas pelaksanaan
pemerintahan dan pengelolaan keuangan negara. Pelaksanaan fungsi pengawasan
dilaksanakan untuk menjamin bahwa semua kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan serta untuk menjamin bahwa
tujuan tercapai secara hemat, efisien, dan efektif.
Komisi Pemberantasan Korupsi mengungkapkan bahwa dalam periode
tahun 2013 hingga akhir tahun 2014 banyak kasus korupsi yang melibatkan aparat
Pemerintah Pusat/Kementerian/Lembaga serta beberapa kasus korupsi yang
melibatkan aparat Pemerintah Daerah (www.kpk.go.id, 31 Agustus 2014).
Berbagai kasus korupsi ini juga melibatkan DPR baik Pusat, Provinsi maupun
Kabupaten/Kota. Sedangkan berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan
Indonesia Corruption Watch (ICW) dari tanggal 1 Januari hingga 27 Desember
2014 mengungkapkan bahwa total kasus korupsi di tahun 2014 adalah 629 kasus
dengan jumlah tersangka 1.328 orang (Suara Pembaruan, 2015). Begitu juga
dengan berbagai kasus korupsi yang terjadi di Provinsi Bali dari tahun 2010
sampai tahun 2013 seperti terilihat pada Tabel 1.1:
2
Tabel 1.1
Jumlah Kasus Korupsi di Provinsi Bali Tahun 2010-2013
NOMOR
TAHUN
JUMLAH KASUS KORUPSI
1 2013 25
2 2012 20
3 2011 21
4 2010 30
Sumber : BPKP dan Pengadilan Negeri Denpasar, 2014
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa perkembangan jumlah kasus korupsi yang
terjadi di Provinsi Bali dalam tahun 2010 - 2013 terlihat dinamis. Dari tahun 2010
ke 2011 mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 30% (9 kasus) dan
dari tahun 2011 ke 2012 turun 5% (1 kasus). Namun mulai tahun 2012 - 2013
justru jumlah kasus korupsi kembali mengalami peningkatan sebesar 25% (5
kasus).
Berbagai indikasi kasus korupsi ini secara keseluruhan akan
mengakibatkan kerugian keuangan negara. Adanya unsur kerugian keuangan
negara, maka perlu ada penghitungan keuangan atau audit investigasi untuk
menentukan besar kecilnya kerugian keuangan yang diderita oleh negara.
Perhitungan kerugian keuangan negara dan pembuktiannya tersebut, biasanya
kasus-kasus yang sulit penghitungannya aparat penegak hukum meminta bantuan
instansi atau bekerja sama dengan instansi terkait yang mempunyai keahlian
dalam masalah audit keuangan. Penegak hukum pada umumnya meminta bantuan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), karena instansi tersebut
3
mempunyai auditor yang memiliki keahlian dalam melakukan audit investigasi
dan penghitungan masalah keuangan, sehingga kualitas audit atas audit investigasi
yang dilaksanakan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini sesuai dengan fungsi
BPKP dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No.192 Tahun 2014
dinyatakan bahwa pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program
dan/atau kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas
penyesuaian harga, audit klaim, audit isvestigatif terhadap kasus-kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit
penghitungan kerugian keuangan negara/daerah, pemberian keterangan ahli, dan
upaya pencegahan korupsi.
Berdasarkan PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar
Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dinyatakan dalam standar umum
audit kinerja dan audit investigasi meliputi standar-standar yang terkait dengan
karakteriktik organisasi dan individu-individu yang melakukan kegiatan audit
harus independen, obyektif, memiliki keahlian (latar belakang pendidikan,
kompetensi teknis dan sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan), kecermatan profesional dan kepatuhan terhadap kode etik.
Christiawan (2002:24) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh
dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Auditor mempunyai kewajiban untuk
menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi di mana mereka
tersebut bekerja, profesi auditor, masyarakat, dan diri auditor itu sendiri dengan
menunjukkan kualitas hasil pemeriksaan yang berkualitas. Kualitas audit yang
baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar - standar dan
4
prinsip - prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak, patuh kepada hukum serta
mentaati kode etik profesi.
Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang
praktek akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor.
Mulyadi dan Puradiredja (1998:25) menyatakan independensi berarti sikap mental
yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak
tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran
pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor saat merumuskan
dan menyatakan pendapatnya serta mempertimbangkan fakta.
Auditor dituntut untuk selalu berpikir kritis terhadap bukti audit dengan
selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut.
Penggunaan kemahiran profesional (due professional care) dengan cermat dan
seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan maupun kecurangan (fraud).
Tuntutan laporan yang berkualitas dengan anggaran waktu terbatas tentu
saja merupakan tekanan tersendiri bagi auditor. Kondisi yang tertekan (secara
waktu) dapat mengakibatkan auditor cenderung berperilaku disfungsional, seperti
terlalu percaya kepada penjelasan dan presentasi klien, serta gagal mengivestigasi
isu-isu relevan, yang pada gilirannya dapat menghasilkan laporan audit dengan
kualitas rendah. Coram dkk. (2004:6) menunjukkan terdapat penurunan kualitas
audit pada auditor yang mengalami tekanan dikarenakan anggaran waktu yang
sangat ketat. Situasi seperti ini merupakan tantangan tersendiri bagi auditor,
5
dengan anggaran waktu yang terbatas, mereka dituntut untuk menghasilkan
laporan audit yang berkualitas.
Salah satu metode untuk meningkatkan pengolahan informasi agar dapat
memberikan kualitas yang baik adalah dengan meningkatkan tingkat keterlibatan
anggota. Keterlibatan anggota organisasi dapat dilaksanakan dengan
meningkatkan komitmen organisasi mereka. Komitmen organisasi dibangun atas
dasar kepercayaan pekerja atas nilai-nilai organisasi, kerelaan pekerja membantu
mewujudkan tujuan organisasi dan loyalitas untuk tetap menjadi anggota
organisasi.
Penelitian ini dilakukankan untuk mengetahui pengaruh independensi, due
professional care, time budget pressure, pada kualitas audit dengan komitmen
organisasi sebagai variable pemoderasi. Penelitian dengan topik ini penting
dilakukan karena dalam beberapa penelitian menunjukkan ada ketidakkonsistenan
antara satu penelitian dengan penelitian lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Bawono dkk. (2010), Wulandari (2010), Ardini (2010), Satria (2012), Yenny
(2012) dan Gunawan (2012) yang menunjukan bahwa independensi auditor
berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian Sukriah (2009), Carolita (2012), Ayuningtyas (2012),
dan Faisal dkk. (2012) yang menunjukkan bahwa independensi tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan Bawono dkk (2010), Wulandari
(2010) dan Satria (2012) menunjukan bahwa (due professional care)
profesionalisme auditor berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.
Namun penelitian yang dilaksanakan Netty dkk. (2012), Faisal dkk. (2012) dan
6
Saripudin (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa due professional care
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan Andin
Prasita dan Priyo Hari (2007) memberi hasil bahwa kompleksitas audit dan
tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap kualitas audit, sedangkan
penelitian Basuki dan Mahardani (2006) dan Sososutikno (2003) menunjukkan
bahwa tekanan anggaran waktu tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit.
Adanya beberapa penelitian yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten satu
dengan lainnya, menurut Govindarajan (1986) dapat digunakan pendekatan
kontijensi untuk menyelesaikan perbedaan dari berbagai penelitian tersebut.
Pendekatan kontijensi memungkinkan adanya variabel-variabel lain yang dapat
bertindak sebagai faktor pemoderasi yang mempengaruhi hubungan antara
independensi, due professional care, time budget pressure, dengan kualitas audit.
Komitmen organisasi sebagai variabel moderating dengan dasar
pertimbangan yaitu adanya ketidakkonsistenan dari hasil penelitian sebelumnya.
Teori sosialisasi kelompok yang dikemukakan oleh Moreland, et al (1993),
menyimpulkan bahwa baik kelompok maupun individu akan melakukan proses
evaluasi di dalam hubungan bersama yang akan menimbulkan perubahan perasaan
yang berpengaruh terhadap komitmen. Semakin tinggi perasaan positif individu
tersebut, maka akan semakin besar pula komitmen organisasinya. Komitmen
organisasi itu sendiri merupakan suatu hasrat yang mendorong individu untuk
melaksanakan kegiatan demi kesuksesan organisasi (Wiener, 1982 dalam
Sumarno, 2005). Adanya komitmen organisasi dalam diri anggota organisasi akan
7
memberikan hasil kualitas yang baik atas pekerjaan yang sedang dan akan
dilaksanakan sehingga memberikan kesuksesan organisasinya.
Riset yang dilaksanakan berkaitan dengan kualitas audit relatif banyak
dilakukan di Indonesia baik pada sektor perekonomian maupun pada sektor publik
(pemerintah). Adanya faktor situasional pada masing-masing organisasi
menyebabkan peneliti termotivasi untuk melakukan pengujian kembali.
Responden pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali. Alasan peneliti
menggunakan responden tersebut karena auditor pemerintah yang bekerja di
BPKP memiliki tuntutan hasil kerja yang tinggi atas perannya agar menghasilkan
audit yang berkualitas yaitu dengan memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang berkaitan dengan adanya tindakan penyimpangan keuangan
negara. Banyaknya kasus korupsi yang terjadi di pemerintahan baik pusat maupun
daerah membuat hasil kinerja/pemeriksaan BPKP semakin menjadi sorotan.
Fenomena tersebut membuat penelitian ini penting untuk dilakukan. Terlebih lagi
terdapat inkonsistensi hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya sehingga
penting untuk melakukan penelitian kembali untuk memperoleh kejelasan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu:
1) Apakah independensi berpengaruh pada kualitas audit?
2) Apakah due professional care berpengaruh pada kualitas audit?
3) Apakah time budget pressure berpengaruh pada kualitas audit?
8
4) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh independensi pada
kualitas audit?
5) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh due professional care
pada kualitas audit?
6) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh time budget pressure
pada kualitas audit?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengaruh independensi pada kualitas audit.
2) Untuk mengetahui pengaruh due professional care pada kualitas audit.
3) Untuk mengetahui pengaruh time budget pressure pada kualitas audit.
4) Untuk mengetahui pengaruh moderasi komitmen organisasi dalam
memengaruhi independensi pada kualitas audit.
5) Untuk mengetahui pengaruh moderasi komitmen organisasi dalam
memengaruhi due professional care pada kualitas audit.
6) Untuk mengetahui pengaruh moderasi komitmen organisasi dalam
memengaruhi time budget pressure pada kualitas audit.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
9
1) Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris mengenai
ada tidaknya pengaruh independensi, due professional care, time budget
pressure pada kualitas audit dengan komitmen organisasi sebagai variabel
pemoderasi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menunjukkan
dukungan atau penolakan pada penerapan teori keagenan dalam
menjelaskan hubungan independensi, due professional care, time budget
pressure pada kualitas audit, terutama dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang muncul antara principal dan agent dalam
kualitas audit.
2) Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi
peneliti lain yang berminat dan tertarik memperdalam penelitian di bidang
akuntansi khususnya pada konsentrasi audit di sektor publik
(pemerintahan). Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
bahan pertimbangan bagi pihak BPKP dalam memberikan informasi guna
memperluas pengetahuan mengenai kualitas audit sekaligus sebagai suatu
masukan dalam meningkatkan kinerja para auditornya.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Agensi
Teori Agensi muncul karena prinsipal dan agen memiliki kepentingan
yang tidak selaras. Teori ini mengasumsikan bahwa masing-masing individu
semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan
konflik kepentingan antara prinsipal dan agen (Jensen dan Meckling, 1976).
Teori Agensi menjelaskan fenomena yang terjadi apabila atasan mendelegasikan
wewenangnya kepada bawahan untuk melakukan suatu tugas atau otorisasi untuk
membuat keputusan (Anthony dan Govindarajan, 2011). Teori keagenan juga
menyatakan bahwa entitas merupakan urat nadi dari hubungan-hubungan
keagenan dan mencoba untuk memahami perilaku organisasi dengan menguji
bagaimana pihak-pihak dalam hubungan keagenan tersebut memaksimumkan
utilitas melalui kerjasama.
Zimmerman (1977) mengatakan bahwa agency problem terjadi dalam
semua jenis organisasi, di sektor privat antara pemegang saham dengan
manajemen, di sektor publik antara politisi dengan voters (rakyat). Politisi
diasumsikan sebagai pihak yang mementingkan kepentingan pribadi/kelompok,
sehingga memaksimalkan kekayaan ditentukan apakah mereka akan dipilih
kembali. Kepentingan politisi adalah agar dapat dipilih kembali oleh rakyat,
sehingga eksekutif dapat memanfaatkan anggaran negara demi kepentingan
individu/kelompoknya.
11
Adanya asimetri informasi antara politisi dan rakyat, maka laporan
keuangan pemerintah baik pusat maupun daerah perlu diaudit oleh pihak yang
independen. Menurut UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara, pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. BPKP
adalah lembaga yang bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara terutama yang berkaitan
dengan adanya tindakan penyimpangan keuangan negara. Laporan hasil
pemeriksaan BPKP dapat memuat temuan, kesimpulan dan rekomendasi
tergantung lingkup pemeriksaannya. Pemeriksaan yang dilaksanakan auditor
berdasarkan independensi, due professional case, dan time budget pressure
dengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi. Hasil pemeriksaan ini
merupakan bagian dari pertanggungjawaban pemerintah sebagai agen kepada
rakyat sebagai principal yang menginginkan transparansi penggunaan anggaran
negara.
Struktur Organisasi Pemerintahan seperti BPKP, teori keagenan bisa
terjadi antara pimpinan dengan para staf. Pimpinan dapat berlaku sebagai
principal yang akan memonitoring kinerja agen, efisiensi biaya dan menentukan
biaya (cost) yang mesti dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Sedangkan para staf dapat bertindak sebagai agen yang mempunyai informasi
yang lebih banyak tentang kinerja aktual, motivasi dan tujuan organisasi, yang
berpotensi menciptakan moral hazard dan adverse selection. Pertanggungjawaban
12
staf selaku agen dalam melaksanakan kinerjanya sangat dimonitoring oleh
pimpinan yang bertindak selaku principal.
2.2 Pendekatan Kontijensi
Pendekatan kontijensi harus diidentifikasi pada aspek yang spesifik dari
sistem akuntansi yang digabungkan dengan keadaan yang telah ditentukan secara
tepat dengan perbandingan yang sesuai. Suatu gagasan yang menjustifikasi
pengadopsian pendekatan kontijensi pada akuntansi manajemen muncul sebagai
suatu kebutuhan untuk menginterpretasikan hasil riset empiris. Konsep seperti
teknologi, struktur organisasi diharapkan dapat menjelaskan bagaimana sistem
akuntansi dihasilkan, berbeda pada suatu situasi tertentu.
Pendekatan kontijensi memberi penekanan pada perlunya memfokuskan
pada perubahan. Tidak ada satu aturan atau hukum yang memberi solusi terbaik
untuk setiap waktu, tempat, semua orang atau semua situasi. Ada beberapa
anggapan dasar dalam pendekatan kontijensi, yaitu antara lain:
1) Manajemen pada dasarnya bersifat situasional. Konsekuensinya teknik-
teknik manajemen sangat bergantung pada situasi yang dihadapi. Jika
teknik yang digunakan sesuai dengan permintaan lingkungan, maka teknik
tersebut dikatakan efektif dan berhasil. Diversitas dan kompleksitas situasi
eksternal yang dihadapi organisasi harus di pecahkan dengan teknik yang
sesuai.
2) Manajemen harus mengadopsi pendekatan dan strategi sesuai dengan
permintaan setiap situasi yang dihadapi. Kebijakan dan praktik manajemen
yang secara spontan dapat merespon setiap perubahan lingkungan bisa
13
dikatakan efektif. Untuk mencapai keefektifan ini organisasi harus
mendesain struktur organisasinya, gaya kepemimpinannya, dan sistem
pengendalian yang berorientasi terhadap situasi yang dihadapi.
3) Ketika keefektifan dan kesuksesan manajemen dihubungkan secara
langsung dengan kemampuannya menghadapi lingkungan dan setiap
perubahan dapat diatasi, maka harus ditingkatkan keterampilan
mendiagnosa yang proaktif untuk mengantisipasi perubahan lingkungan
yang komprehensif.
4) Manajer yang sukses harus menerima bahwa tidak ada satu cara terbaik
dalam mengelola suatu organisasi. Mereka harus mempertimbangkan
prinsip-prinsip dan teknik-teknik manajemen yang dapat diaplikasikan
untuk semua waktu dan semua kebutuhan. Tidak ada solusi yang dapat
diaplikasikan secara universal.
Beberapa penelitian sebelumnya yang mengindikasikan hasil yang saling
bertentangan mengenai hubungan antara independensi, due professional care,
time budget pressure, dengan kualitas audit. Govindarajan (1986) menyatakan
bahwa jika beberapa penelitian yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten satu
dengan lain dapat digunakan pendekatan kontijensi untuk menyelesaikan
perbedaan dari berbagai penelitian tersebut. Pendekatan kontijensi memungkinkan
adanya variabel-variabel lain yang dapat bertindak sebagai faktor pemoderasi
yang mempengaruhi hubungan antara independensi, due professional care, time
budget pressure, dengan kualitas audit. Faktor kontijensi yang akan digunakan
adalah komitmen organisasi.
14
2.3 Kualitas Audit
Moize (1986) dalam Elfarini (2007:17) menyatakan bahwa pengukuran
kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan
pada standar yang telah digariskan. De Angelo (1981:115) mendefinisikan
kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) di mana auditor akan
menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien.
Behn, et al. (1997) dalam Widagdo, et al. (2002:565) mengembangkan atribut
kualitas audit yang salah satu diantaranya adalah standar etika yang tinggi,
sedangkan atribut-atribut lainnya terkait dengan keahlian dan independensi
auditor.
Carcello (1992:5-6) untuk menentukan faktor-faktor penentu kualitas jasa
audit, yaitu dengan melakukan survey terhadap pembuat laporan keuangan,
pengguna dan auditornya dengan meringkas 41 atribut kualitas audit menjadi
hanya 12 faktor penentu kualitas audit dan juga digunakan Behn, et al. (1997)
untuk menghubungkan kualitas audit dengan kepuasan klien/auditee, yaitu:
1) Pengalaman tim audit dan KAP dalam melakukan pemeriksaan laporan
keuangan klien.
2) Keahlian/pemahaman terhadap industri klien.
3) Responsif atas kebutuhan klien.
4) Kompetensi anggota-anggota tim audit terhadap prinsip-prinsip akuntansi
dan norma-norma pemeriksaan.
5) Sikap independensi dalam segala hal dari individu-individu tim audit dan
KAP.
15
6) Anggota tim audit sebagai suatu kelompok yang bersifat hati-hati.
7) KAP memiliki komitmen yang kuat terhadap kualitas.
8) Keterlibatan pimpinan KAP dalam pelaksanaan audit.
9) Pelaksanaan audit lapangan
10) Keterlibatan komite audit sebelum, pada saat, dan sesudah audit.
11) Standar-standar etika yang tinggi dari anggota-anggota tim audit.
12) Menjaga sikap skeptis dari anggota-anggota tim audit.
Financial Accounting Standard Commettee 2000 menyatakan bahwa
kualitas audit ditentukan oleh dua hal, keahlian (kompetensi) dan independensi.
Kualitas ini mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas auditor. Laporan
keuangan menggunakan persepsi bahwa kualitas audit adalah suatu fungsi untuk
menggambarkan independensi auditor dan keahlian auditor tersebut. Mulyadi
(2002:33) menyatakan bahwa audit adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Berdasarkan PER/05/M.PAN/03/2008 yang mengatur tentang standar
pelaporan audit investigatif dinyatakan bahwa kualitas pelaporan (audit)
ditentukan oleh laporan hasil audit yang harus akurat, jelas, lengkap, singkat dan
disusun dengan logis, tepat waktu, dan obyektif. Suatu laporan harus akurat dan
jelas, singkat, menunjukkan hasil-hasil relevan dan upaya auditor investigatif.
Laporan harus disajikan secara langsung, tepat secara gramatikal, menghindari
penggunaan kata yang tidak perlu, mengganggu, atau membingungkan. Laporan
16
harus disajikan dengan baik, relevan dengan audit investigatif, dan mendukung
penyajian. Semua audit investigatif harus dilaksanakan dan dilaporkan secara
cermat dan tepat waktu. Hal ini disebabkan besarnya dampak hasil audit
investigatif terhadap karir seseorang atau kehidupan suatu organisasi.
2.4 Independensi
Independensi adalah sikap tidak memihak. Independensi adalah salah satu
faktor yang menentukan kredibilitas pendapat auditor. Kata kunci dalam
pengertian independensi, yaitu:
1) Objektivitas, yaitu suatu kondisi yang tidak bias, adil, dan tidak memihak.
2) Integritas, yaitu prinsip moral yang tidak memihak, jujur, memandang dan
mengemukakan fakta apa adanya.
Standar Audit APIP yang diatur dalam PERMENPAN Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008, dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP
harus independen dan auditor harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya.
Penilaian untuk independensi dan obyektifitas, yaitu:
1) Status APIP dalam organisasi
2) Kebijakan untuk menjaga obyektifitas auditor terhadap obyek audit.
Pimpinan APIP bertanggung jawab kepada pimpinan tertinggi organisasi
agar tanggung jawab pelaksanaan audit dapat terpenuhi. Posisi APIP ditempatkan
secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memproleh dukungan yang
memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat bekerjasama dengan
auditan dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Meskipun demikian, APIP
17
harus membina hubungan kerja yang baik dengan auditan terutama saling
memahami diantara peran masing – masing lembaga.
Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari
konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan
pekerjaan yang dilakukannya. Auditor harus objektif dalam melaksanakan audit.
Prinsip objektifitas mensyaratkan agar auditor dalam melaksanakan audit dengan
jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Pimpinan APIP tidak diperkenankan
menempatkan auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu
mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesionalnya.
Jika independensi atau objektifitas terganggu, baik secara faktual maupun
penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada pimpinan APIP.
Auditor harus melaporkan kepada pimpinan APIP mengenai situasi adanya dan
atau interpretasi adanya konflik kepentingan, ketidakindependenan atau bias.
Pimpinan APIP harus menggantikan auditor yang menyampaikan situasinya
dengan auditor lainnya yang bebas dari situasi tersebut. Auditor yang mempunyai
hubungan yang dekat dengan auditan seperti hubungan sosial, kekeluargaan atau
hubungan lainnya yang dapat mengurangi objektifitasnya, harus tidak ditugaskan
untuk melakukan audit terhadap entitas tersebut. Dalam hal auditor bertugas
menetap untuk beberapa lama di kantor auditan guna membantu mereview
kegiatan, program atau aktivitas auditan, maka auditor tidak boleh terlibat dalam
pengambilan keputusan atau menyetujui hal – hal yang merupakan tanggung
jawab auditan.
18
Kebanyakan literatur independensi auditor menyarankan bahwa
kredibilitas laporan keuangan tergantung pada persepsi audit independen dari
seorang auditor eksternal oleh pengguna laporan keuangan. Kasidi (2007:28)
dalam tesisnya mengemukakan alasan bahwa jika auditor terlihat tidak
independen, maka pengguna laporan keuangan semakin tidak percaya atas laporan
keuangan yang dihasilkan auditor dan opini auditor tentang laporan keuangan
perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada nilainya. Kredibilitas seorang
auditor tidak hanya pada independensi dalam fakta, tetapi juga pada independensi
dalam persepsi atau penampilan, guna menjaga dan mempertahankan kepercayaan
publikasikan profesinya sebagai auditor.
Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan
publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya
yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Independensi
menyangkut kemampuan untuk bertindak obyektif serta penuh integritas. Hal ini
hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang secara psikologis memiliki intelektual
tinggi dan penuh dengan kejujuran.
Nilai auditing bergantung pada persepsi publik akan independensi yang
dimiliki auditor. Independensi dalam audit artinya mengambil sudut pandang yang
tidak bias dalam melakukan uji audit, evaluasi hasil audit, dan pelaporan audit.
Arens dan Loebbecke (1996:25) mendefinisikan independensi sebagai berikut,
auditing berarti berpegang pada pandangan yang tidak memihak di dalam
penyelenggaraan pengujian audit, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan
laporan audit. Sikap tidak memihak ini dapat dibentuk dalam sudut pandang yaitu:
19
1) Independensi dalam kenyataan (Independence in fact) yang berarti akuntan
dapat menjaga sikap yang tidak memihak dalam melaksanakan
pemeriksaan.
2) Independensi dalam penampilan (Independence in appearance) yang
berarti akuntan bersikap tidak memihak menurut persepsi pemakai laporan
keuangan.
Antara independensi dalam sikap mental dan independensi dalam
penampilan memiliki kaitan yang sangat erat, di mana akuntan dengan
independensi dalam sikap mental yang baik dengan sendirinya akan bersikap tidak
memihak menurut persepsi pemakai laporan keuangan. Mempertahankan perilaku
independen bagi auditor dalam memenuhi tanggungjawab mereka adalah sangat
penting, namun yang lebih penting lagi adalah bahwa pemakai laporan keuangan
memiliki kepercayaan atas independensi itu sendiri. Berubahnya lingkungan audit
telah menimbulkan kebutuhan akan perubahan yang cukup besar persyaratan
independensi. Organisasi dan kisaran pelayanan yang ditawarkan oleh kantor
akuntan publik juga telah bergeser dan kantor tersebut sering memasuki bisnis
yang rumit dan hubungan keuangan dengan klien.
2.5 Due Professional Care
Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat
dan seksama (PSA No. 04 SPAP 2011). Singgih dan Bawono (2010)
mendefinisikan due professional care sebagai kecermatan dan keseksamaan
dalam penggunaan kemahiran profesional yang menuntut auditor untuk
melaksanakan skeptisme profesional.
20
Penting bagi auditor untuk mengimplementasikan due professional care
dalam pekerjaan auditnya. Auditor dituntut untuk selalu berpikir kritis terhadap
bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti
audit tersebut. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan
maupun kecurangan (fraud).
Auditor dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk bersifat cermat dan
seksama. Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan
dilakukannya review secara kritis pada setiap tingkat supervise terhadap
pelaksanaan audit. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang
dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan yang dihasilkan.
Auditor yang cermat dan seksama akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi.
2.6 Time Budget Pressure
Soobaroyen dan Chengabroyan (2005) menemukan bahwa time budget
yang ketat sering menyebabkan auditor meninggalkan program bagian audit yang
penting dan akibatnya menyebabkan penurunan kualitas audit. Anggaran waktu
yang ketat dapat menyebabkan auditor mengurangi prosedur pemeriksaan bukti
dan menurangi jumlah konfirmasi data yang mesti di uji sehingga bias
menyebabkan penurunan kualitas audit. Auditor sering bekerja dalam waktu yang
terbatas, untuk itu setiap Auditor perlu membuat anggaran waktu dalam kegiatan
pengauditan. Anggaran waktu dibutuhkan untuk menentukan kos audit dan
mengukur kinerja auditor (Simamora, 2000). Tetapi, anggaran waktu seringkali
21
tidak sesuai dengan realisasi atas pekerjaan yang dilakukan, akibatnya timbul
perilaku disfungsional yang menyebabkan rendahnya
kualitas audit. Dalam time budget pressure, terdapat suatu kecenderungan untuk
melakukan tindakan seperti mengurangi prosedur audit yang dibutuhkan,
mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit yang pada
akhirnya dapat menurunkan kualitas audit.
Time budget pressure merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja
auditor. Bagi auditor, tekanan waktu merupakan suatu kondisi yang tidak dapat
dihindari dalam menghadapi pemeriksaan. Auditor harus mampu untuk
mengalokasikan waktu secara tepat dalam menentukan besar kos audit. Kos audit
yang semakin besar disebabkan karena alokasi waktu yang terlalu lama. Hal ini
dapat menimbulkan kemungkinan ketidak efektifan pelaksanaan dan penerbitan
laporan audit.
Time budget pressure merupakan gambaran normal dan sistem
pengendalian auditor. Tekanan yang dihasilkan oleh anggaran waktu yang ketat
secara konsisten berhubungan dengan perilaku disfungsional. Time budget
pressure adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan
efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan
waktu anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003).
2.7 Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi merupakan sifat hubungan antara individu dengan
organisasi kerja dimana individu mempunyai keyakinan diri terhadap nilai-nilai
dan tujuan organisasi kerja, adanya kerelaan untuk menggunakan usahanya secara
22
sungguh-sungguh demi kepentingan organisasi kerja serta mempunyai keinginan
yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi. Sumber daya manusia
dalam suatu organisasi merupakan penentu yang sangat penting bagi keefektifan
kegiatan dalam sebuah organisasi. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam
pekerjaan dapat ditentukan dari tingkat kompetensi, profesionalisme dan juga
komitmennya terhadap bidang pekerjaan yang ditekuninya (Amilin dan Dewi,
2008:13). Komitmen organisasi pada dasarnya merupakan peristiwa dimana
individu sangat tertarik pada tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasi tempat
mereka bekerja. Komitmen organisasi menunjukkan komitmen sebuah institusi
dan tujuan suatu organisasi (Riveros, 2011:329). Schein (1980) dalam Liu dkk
(2006: 66) percaya bahwa faktor yang paling penting dalam menentukan motivasi
individu adalah psikologis. Faktor psikologis digambarkan sebagai serangkaian
harapan antara karyawan dan beberapa implisit dari komponen organisasi, seperti
gaji, martabat dan peluang. Organisasi nantinya akan menuntut loyalitas dan
komitmen karyawan sebagai imbalannya.
Seseorang yang memiliki komitmen terhadap organisasi akan
menunjukkan kesediaan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam
organisasi. Dirinya pun akan ikut terlibat aktif karena merasa sebagai bagian dari
organisasi. Oleh karena itu agar sebuah organisasi dapat tumbuh berkembang,
diperlukan adanya komitmen yang kuat yang terbentuk dari hubungan baik antara
organisasi dan masing-masing anggota organisasi. Cohen dkk (2001) dalam
Restuningsih (2009: 251) mengemukakan bahwa komitmen dan kepuasan kerja
juga dapat mempengaruhi tingkat absen dan tingkat produktivitas seseorang.
23
Tipe komitmen menurut pendapat Meyer dan Allen (1997), yaitu:
1) Komitmen yang berpengaruh (affective commitment) meliputi keadaan
emosional dari karyawan untuk menggabungkan diri, menyesuaikan diri
dan berbaur langsung dalam organisasi. Dengan kata lain seseorang
menjadi anggota organisasi karena ia menginginkannya (want to).
2) Komitmen berkelanjutan (continuance commitment) meliputi komitmen
yang didasarkan pada penghargaan yang diharapkan karyawan untuk dapat
tetap berada dalam organisasi. Dengan kata lain seseorang menjadi
anggota organisasi karena ia merasa membutuhkannya (need to).
3) Komitmen normatif (normative commitment) meliputi perasaan karyawan
terhadap kewajiban untuk tetap tinggal dalam organisasi. Seseorang
menjadi anggota organisasi karena ia merasa harus melakukan sesuatu
(ought to do).
24
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
De Angelo dalam Simanjuntak (2008) mendefinisikan kualitas audit
sebagai gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan
melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien. Deis and
Groux (1992) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran
tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan
pelanggaran tergantung pada independensi auditor.
Banyaknya kasus korupsi yang terjadi belakangan ini yang berkaitan
dengan berbagai macam trik-trik rekayasa, untuk itu auditor diharapkan mampu
dalam mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan tersebut. Jadi yang menjadi inti
permasalahannya adalah kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor dalam bentuk
laporan audit (audit report).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan diteliti, kemudian membangun hipotesis berdasarkan teori yang melandasi
dan penelitian sebelumnya. Setelah itu akan dilakukan pengujian hipotesis
terhadap data-data yang telah dikumpulkan dengan teknik analisis regresi
moderasi. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, yang
kemudian akan menemukan keterbatasan dan saran yang bisa digunakan sebagai
dasar pertimbangan bagi penelitian selajutnya. Kerangka konseptual dari
penelitian ini yang dipergunakan pada Gambar 3.1.
25
Gambar 3.1
Kerangka Berpikir
Kemampuan Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Independensi,
Due Professional Care, Time Budget Pressure pada Kualitas Audit
Kajian Teoritis
1. Teori Agensi
2. Pendekatan Kontijensi
3. Kualitas Audit
4. Independensi
5. Due Professional
Care
6. Time Budget Pressure
7. Komitmen Organisasi
Kajian Empiris
Penelitian terdahulu:
1. Jurnal Asing: Carcello and McGrath (1992),
De Angelo (1981), Deis and Gary (1992),
Samelson and Johnson (2006), Salomon and
Vickrey (1986)
2. Jurnal Nasional: Riharna, dkk (2013), Norma,
dkk (2012), Dyah (2012), Sukriah, dkk (2010),
Wiwit (2014), Lubis (2009), Ardini (2010),
Aprianti (2010), Ratih, dkk (2013), Putri
Arsika (2013).
Hipotesis
H1 : Indepedensi berpengaruh positif pada kualitas audit
H2 : Due Professional Care berpengaruh positif pada kualitas audit
H3 : Time Budget Pressure berpengaruh negatif pada kualitas audit
H4 : Komitmen Organisasi memperkuat pengaruh Independensi pada kualitas
audit
H5 : Komitmen Organisasi memperkuat pengaruh Due Professional Care pada
kualitas audit
H6 : Komitmen Organisasi memperkuat pengaruh Time Budget Pressure pada
kualitas audit
Pengujian Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi moderasi
Pembahasan
hasil
Kesimpulan dan Saran
26
3.2 Konsep
Berdasarkan uraian yang dimulai dari latar belakang hingga penelitian
terdahulu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang
mempengaruhi kualitas audit. Penelitian ini merupakan penelitian untuk menguji
pengaruh independensi, due professional care, time budget pressure pada kualitas
audit dengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi. Adapun konsep dari
penelitian ini yang dipergunakan dalam Gambar 3.2 sebagai berikut:
H1 H4 H5 H6
H2
H3
Gambar 3.2
Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis
3.3.1 Pengaruh Independensi pada Kualitas Audit
Independensi berarti tidak mudah dipengaruhi, karena auditor
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor tidak dibenarkan
memihak kepada kepentingan siapapun. Karena pentingnya independensi dalam
menghasilkan kualitas audit, maka auditor harus memiliki dan mempertahankan
sikap ini dalam menjalankan tugas profesionalnya.
Independensi
(X1)
Due Professional
Care (X2)
Time Budget
Pressure (X3)
Komitmen
Organisasi (X4)
Kualitas Audit
(Y)
27
Independensi merupakan suatu standar auditing yang sangat penting untuk
dimiliki oleh auditor. Auditor harus dapat mempertahankan sikap mental
independen karena opini yang dikeluarkannya bertujuan untuk menambah
kredibilitas laporan keuangan yang disajikan manajemen, sehingga jika auditor
tersebut tidak independen maka kualitas audit yang dihasilkan tidak baik. Kasidi
(2007:28) dalam tesisnya mengemukakan alasan bahwa jika auditor terlihat tidak
independen, maka pengguna laporan keuangan semakin tidak percaya atas laporan
keuangan yang dihasilkan auditor dan opini auditor tentang laporan keuangan
perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada nilainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Harhinto (2004) dan Alim, dkk.
(2007) menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit yang dilaporkan oleh auditor kepada klien. Hal ini dikuatkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ardini (2010) dan Aprianti (2010) yang
menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit yang dihasilkan oleh auditor atas audit laporan keuangan klien.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di
bawah ini.
H1: Independensi berpengaruh positif pada kualitas audit
3.3.2 Pengaruh Due Professional Care pada Kualitas Audit
Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat
dan seksama. Menurut PSA No. 4 SPAP (2001), kecermatan dan keseksamaan
dalam penggunaan kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan
skeptisme profesional, yaitu suatu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti
28
audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit
tersebut. Auditor yang gagal dalam menggunakan atau menerapkan sikap skeptik
maka akan menghasilkan opini audit yang tidak berdaya guna dan tidak memiliki
kualitas audit yang baik (Mansur, 2007).
Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan
maupun kecurangan. Auditor yang cermat dan seksama akan dapat menghasilkan
audit yang berkualitas.
Rahman (2009) dan Aprianti (2010) menguji due professional care
terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa due professional
care berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Kemahiran profesional dan
keyakinan yang memadai atas bukti-bukti yang ditemukan akan sangat membantu
auditor dalam menentukan scope dan metodologi yang akan digunakan dalam
melaksanakan pekerjaan audit.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di
bawah ini.
H2: Due professional care berpengaruh positif pada kualitas audit
3.3.3 Pengaruh Time Budget Pressure pada Kualitas Audit
Time budget pressure adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut
untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau
terdapat pembahasan waktu anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno,
29
2003). Tekanan yang dihasilkan oleh anggaran waktu yang ketat secara konsisten
berhubungan dengan perilaku disfungsional.
Time budget pressure digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi auditor
dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan
tugas audit merupakan komponen penting dalam penilaian kinerja auditor. Hal ini
yang kemudian menimbulkan tekanan bagi auditor untuk menyelesaikan
pekerjaannya sesuai waktu yang telah dianggarkan. Tekanan inilah yang
memungkinkan auditor mengurangi kepatuhannya dalam mengikuti dan
menjalankan prosedur audit. Tekanan anggaran waktu secara konsisten
berhubungan dengan perilaku disfungsional, dimana merupakan ancaman
langsung dan serius terhadap kualitas audit karena tekanan anggaran waktu
merupakan keadaan di mana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap
anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dalam
anggaran yang sangat ketat dan kaku.
Pengujian mengenai pengaruh kompleksitas audit, tekanan anggaran
waktu, dan pengalaman terhadap kualitas audit dengan variabel moderasi
pemahaman terhadap sistem informasi, dilakukan oleh Andini (2010). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kompleksitas audit, tekanan anggaran waktu, dan
pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Adanya
tekanan anggaran waktu yang dikelola secara professional dapat meningkatkan
kualitas pekerjaan sesuai dengan perilaku Resiliensi (Jakson, 2002) kemampuan
individu untuk dapat beradaptasi dengan baik meskipun dihadapkan dengan
keadaan yang sulit.
30
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di
bawah ini.
H3: Time budget pressure berpengaruh positif pada kualitas audit
3.3.4 Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Independensi pada
Kualitas Audit
Menurut Arfan dan Ishak (2005:35), komitmen organisasi merupakan
tingkat sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu
dan tujuan-tujuannya serta niat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam
organisasi itu. Komitmen organisasi dapat tumbuh karena individu memiliki
ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral dan
menerima nilai yang ada serta tekad dari dalam diri untuk mengabdi pada
organisasi.
Seseorang yang memiliki komitmen terhadap organisasi akan
menunjukkan kesediaan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam
organisasi. Dirinya pun akan ikut terlibat aktif karena merasa sebagai bagian dari
organisasi. Oleh karena itu agar sebuah organisasi dapat tumbuh berkembang,
diperlukan adanya komitmen yang kuat yang terbentuk dari hubungan baik antara
organisasi dan masing-masing anggota organisasi. Komitmen organisasi yang
kuat di dalam diri individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai
tujuan organisasi sehingga berpengaruh pada independensi dan dapat
meningkatkan kualitas kerja secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila anggota
organisasi memiliki komitmen organisasi yang rendah, maka dapat pula
31
mempengaruhi independensi dan kualitas kerja sehingga dapat menurunkan
kinerja manajerial.
Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Harhinto (2004) dan Alim, dkk.
(2007) menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit yang dilaporkan oleh auditor kepada klien. Hal ini dikuatkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ardini (2010) dan Aprianti (2010) yang
menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit yang dihasilkan oleh auditor atas audit laporan keuangan klien.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di
bawah ini.
H4: Komitmen organisasi memperkuat pengaruh independensi pada kualitas
audit
3.3.5 Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Due Professional Care
pada Kualitas Audit
Davis dan Olesen (1963) dalam Kalbers dan Forgaty (1995)
mengungkapkan untuk membangun komitmen pada profesi sering diharapkan
pada tendensi profesionalisme. Kalbers dan Forgaty (1995) mengemukakan
adanya kesesuaian hubungan antara tingkat profesionalisme dengan komitmen
organisasi. Penelitian tentang hubungan antara profesionalisme dengan komitmen
telah dilakukan oleh Kalbers dan Forgaty (1995) serta Rahmawati (1997) yang
mengungkapkan dedikasi berpengaruh positif terhadap effective commitment. Hal
ini menunjukkan bahwa adanya komitmen yang bersifat efektif akan dapat
meningkatkan tingkat profesionalisme para anggota organisasi.
32
Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama seiring
dengan komitmen organisasi yang tinggi dimiliki auditor sehingga memungkinkan
auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun
kecurangan. Auditor yang cermat dan seksama akan dapat menghasilkan audit
yang berkualitas.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Rahman (2009) dan Aprianti (2010)
menunjukkan bahwa due professional care berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Kemahiran profesional dan keyakinan yang memadai atas bukti-
bukti yang ditemukan akan sangat membantu auditor dalam melaksanakan
pekerjaan audit.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di
bawah ini.
H5: Komitmen organisasi memperkuat pengaruh due professional care pada
kualitas audit
3.3.6 Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Time Budget Pressure
pada Kualitas Audit
Tekanan anggaran waktu secara konsisten berhubungan dengan perilaku
disfungsional, dimana merupakan ancaman langsung dan serius terhadap kualitas
audit karena tekanan anggaran waktu merupakan keadaan di mana auditor dituntut
untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau
terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku.
33
Komitmen organisasi yang kuat di dalam diri individu akan menyebabkan
individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi sehingga berpengaruh pada
kualitas kerja yang dilakukan auditor secara keseluruhan. Adanya penggunaan
anggaran waktu bagi auditor yang disusun dengan cermat dan seksama seiring
dengan komitmen organisasi yang tinggi dimiliki auditor memungkinkan auditor
untuk dapat menghasilkan audit yang berkualitas.
Penelitian (Prasito dan Priyo, 2007) menunjukkan hasil bahwa tekanan
anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Demikian juga
penelitian (Ratih, 2013) menunjukkan bahwa time budget pressure berpengaruh
secara negatif dan signifikan pada kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa
tekanan anggaran waktu membuat auditor cenderung melakukan tindakan yang
menyebabkan penurunan kualitas audit.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di
bawah ini.
H6: Komitmen organisasi memperkuat pengaruh time budget pressure pada
kualitas audit
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Sebelumnya telah dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, manfaat, kajian pustaka, serta hipotesis penelitian. Tahap berikutnya
adalah mempersiapkan rancangan penelitian. Rancangan penelitian menjelaskan
rencana dan struktur riset yang mengarahkan proses dari hasil penelitian sedapat
mungkin menjadi valid, objektif, efektif, dan efisien.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah independensi, due professional care, time
budget pressure dengan variabel moderasi komitmen organisasi. Variabel-variabel
tersebut diperoleh melalui kajian teoritis maupun empiris dari penelitian-
penelitian sebelumnya, dan berdasarkan atas kajian tersebut diperoleh rumusan
masalah serta hipotesis penelitian.
Sebelum melakukan pengujian data secara statistik, sampel penelitian,
jenis data, dan sumber data harus ditentukan terlebih dahulu. Data penelitian
didapatkan melalui kuesioner yang diedarkan kepada para responden. Kemudian,
hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi moderasi untuk menguji H1,
H2, H3, H4, H5, H6. Setelah diperoleh hasil penelitian, maka hasil tersebut
diinterpretasikan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini sehingga
dapat diperoleh suatu kesimpulan penelitian. Skema penelitian pada Gambar 4.1:
35
Gambar 4.1
Rancangan Penelitian
Masalah Penelitian
Hipotesis Penelitian
Variabel Penelitian
Instrumen Penelitian: kuesioner
Desain sampel
- Populasi
- Sampel
- Responden
Teknik pengumpulan data: metode survei (kuesioner)
Teknik pengambilan sampel: teknik purposive sampling.
Pengolahan data dan analisis
Pembahasan dan interpretasi hasil analisis data
Simpulan dan saran
36
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali, yang merupakan instansi
pemerintah yang menyelenggarakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan Negara. Penelitian ini akan menguji pengaruh independensi, due
professional care, time budget presure pada kualitas audit dengan moderasi
komitmen organisasi. Waktu penelitian adalah bulan Juni sampai dengan Juli 2015.
4.3 Penentuan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data yang
diperoleh secara langsung dari sumbernya, diambil dan dicatat pertama kali.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner dengan cara
mengedarkan daftar pertanyaan yang akan diisi oleh responden untuk memperoleh
data tersebut. Kuesioner yang telah disiapkan dikirimkan secara langsung kepada
responden. Sedangkan kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang kembali dan
telah diisi secara lengkap oleh responden.
4.3.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok orang,
kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Sugiyono,
2010:115). Populasi juga merupakan keseluruhan kumpulan elemen-elemen
berkaitan dengan apa yang peneliti harapkan dalam mengambil beberapa
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor (fungsional auditor)
yang bekerja pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali sebanyak 98 orang (data per
tanggal 30 Juni 2015).
37
4.3.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive
sampling. Purposive sampling adalah penyampelan dengan kriteria berupa suatu
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:116). Kriteria pengambilan sampel yang
digunakan adalah auditor yang telah bekerja lebih dari atau sama dengan 1 tahun
pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali pada tahun 2015 dijadikan sebagai sampel pada
penelitian ini.
4.4 Variabel Penelitian
4.4.1 Identifikasi Variabel
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Variabel dependen (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:59). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah kualitas audit (Y).
2) Variabel independen (X) yaitu jenis variabel yang dipandang sebagai
penyebab munculnya variabel dependen yang diduga sebagai akibatnya
(Sugiyono, 2010:59). Variabel independen dalam penelitian yang terdiri dari
tiga bagian yaitu independensi (X1), due professional care (X2), dan time
budget pressure (X3).
3) Variabel moderating (X) merupakan variabel yang dapat mempengaruhi
variabel dependen yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel independen.
Variabel moderating dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi (X4).
38
4.4.2 Definisi Operasional Variabel
Berikut adalah penjelasan mengenai definisi operasional variabel yang
digunakan dalam penelitian ini:
1) Kualitas Audit (Y)
Kualitas audit merupakan suatu bentuk pelaporan tentang kelemahan
pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari
pejabat yang bertanggung jawab, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan,
dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan
perundang-undangan atau standar yang telah ditetapkan. Pengukuran
kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Sukriah (2009), yaitu: 1) penetapan sasaran, ruang
lingkup dan metodelogi pemeriksaan, 2) selalu mengacu pada kode etik dan
standar pemeriksaan, 3) penerapan teknik-teknik audit, 4) perolehan bukti
kompeten sesuai prosedur audit, 5) mendiskusikan setiap permasalahan
dengan atasan, 6) audit field sesuai standar dan sistem pengendalian mutu, 7)
temuan audit selalu didiskusikan dengan klien dan 8) laporan atas tindakan
perbaikan oleh auditan. Pada variabel ini digunakan 8 item pertanyaan yang
diukur dengan 5 poin Skala Likert.
2) Independensi (X1)
Independensi didefinisikan sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh,
tidak dikendalikan oleh orang lain, dan tidak tergantung pada orang lain.
Independensi juga dapat diartikan sebagai kejujuran auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan obyektif tidak memihak
39
dalam memutuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2002).
Pengukuran variabel independensi menggunakan pertanyaan yang menjadi
indikator variabel yang dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf (1980), yaitu:
1) auditor yang bebas dari intervensi, 2) bersikap netral dan tidak bias, 3)
menghindari konflik kepentingan, 4) tidak memiliki hubungan dekat dengan
auditan, 5) melaporkan pada pimpinan jika indepedensi terganggu, dan 6)
pimpinan mengganti auditor yang tidak independen. Variabel ini
menggunakan 6 item pertanyaan yang diukur dengan 5 poin Skala Likert.
3) Due Professional Care (X2)
Due professional care didefinisikan sebagai kecermatan dan keseksamaan
dalam penggunaan kemahiran profesional yang menuntut auditor untuk
melaksanakan skeptisme profesional (Singgih, 2010). Pengukuran variable
due professional care menggunakan pertanyaan yang menjadi indikator
variabel yang dikembangkan oleh Mansur (2007), yaitu: 1) bekerja dengan
cermat dan terampil, 2) bersikap teguh dan energik, 3) adanya kemampuan
teknik audit, 4) bersifat mewaspadai kecurangan dan ketidakefektifan, dan 5)
mewaspadai risiko audit. Variabel ini menggunakan 6 item pertanyaan yang
diukur dengan 5 poin Skala Likert.
4) Time Budget Pressure (X3)
Time budget pressure didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran
waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu anggaran yang
sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003). Pengukuran variable time budget
40
pressure menggunakan pertanyaan yang menjadi indikator variabel yang
dikembangkan oleh Sososutikno ( 2003 ) dan Prasita dan Adi (2007), yaitu:
1) keterbatasan waktu dalam penugasan, 2) penyelesaian tugas dengan
waktu yang sudah ditentukan, 3) pemenuhan target waktu selama penugasan,
4) fokus tugas dengan keterbatasan waktu, 5) pengkomunikasian anggaran
waktu, 6) efisiensi dalam proses audit, 7) penilaian kinerja dari atasan, dan
8) anggaran waktu merupakan keputusan mutlak dari atasan. Variabel ini
menggunakan 8 item pertanyaan yang diukur dengan 5 poin Skala Likert.
5) Komitmen organisasi
Komitmen organisasi merupakan sifat hubungan antara individu dengan
organisasi kerja, dimana individu mempunyai keyakinan diri terhadap nilai-
nilai dan tujuan organisasi kerja, adanya kerelaan untuk menggunakan
usahanya secara sungguh-sungguh demi kepentingan organisasi kerja serta
mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi
kerja (Kuntjoro, 2009). Dalam mengukur variabel komitmen organisasi
menggunakan pertanyaan yang menjadi indikator variabel yang
dikembangkan oleh Trisnaningsih (2007) yaitu: 1) rasa ikut memiliki
organisasi, 2) keterikatan secara emosional, 3) berartinya organisasi dalam
diri, 4) merasa menjadi bagian dari organisasi, 5) masalah organisasi seperti
masalah sendiri, 6) sulit terikat dengan organisasi lain, 7) berusaha secara
optimal buat organisasi, 8) komitmen terhadap organisasi, 9) loyalitas
terhadap organisasi, dan 10) tidak pernah meninggalkan dan keluar dari
41
organisasi. Variabel ini menggunakan 12 item pertanyaan yang diukur
dengan 5 poin Skala Likert.
4.5 Instrumen Penelitian
4.5.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survei dengan teknik kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2010: 199).
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (lampiran 2).
4.5.2 Uji Instrumen Penelitian
Mengingat adanya pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, maka
kesungguhan responden dalam menjawab merupakan suatu hal yang penting.
Keabsahan suatu hasil penelitian ditentukan oleh alat pengukur instrumen yang
digunakan dalam data yang diperoleh. Berdasarkan pertimbangan tersebut, teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini diawali dengan pengujian
instrumen yaitu dengan menguji validitas dan reliabilitas.
4.5.2.1 Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk menguji seberapa baik instrumen penelitian
mengukur konsep yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010:172). Pengujian validitas
dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir
pertanyaan dengan total skor (analisis pearson correlation). Syarat minimum suatu
42
kuesioner untuk memenuhi validitas adalah jika r bernilai minimal 0,3. Nilai korelasi
antar skor item dengan total item kemudian dibandingkan dengan r kritis (0,30). Jika
korelasi terhadap item skor total lebih besar dari kritis (0,30) maka instrumen
penelitian tersebut dikatakan valid.
4.5.2.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas memperlihatkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur
subjek yang sama. Apabila hasil pengukuran memperlihatkan hasil yang relatif sama
terhadap subjek yang sama selama beberapa kali maka alat ukur tersebut reliabel
(Sugiyono, 2010:173). Suatu variabel dianggap reliabel apabila nilai cronbach’s
alpha lebih besar dari 0,60 (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2009:46).
4.5.2.3 Method of Succesive Interval (MSI)
Data dalam penelitian diperoleh dari jawaban kuesioner dalam bentuk sekala
Likert, maka diperoleh data ordinal yang bersifat nonparametrik. Dalam penelitian
ini menggunakan analisis regresi, maka data tersebut harus dirubah dalam bentuk
parametrik. Untuk mengubah data ordinal menjadi data interval menggunakan
Method of Succesive Interval (MSI) (Suwarno, 2007:30). Intervalisasi data akan
menghasilkan nilai skala yang disebut skala interval, yang nantinya digunakan dalam
perhitungan regresi.
4.6 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:
1) Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan teori dan bahan yang
menjadi sumber acuan untuk melakukan penelitian. Studi kepustakaan
dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari, dan membaca buku,
43
jurnal ilmiah, artikel, tesis, dan disertasi yang berkaitan dengan judul
penelitian ini.
2) Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengedarkan daftar pertanyaan
berupa kuesioner yang akan diisi oleh responden.
3) Menentukan sampel penelitian dengan menggunakan teknik purposive
sampling.
4) Melakukan uji instrument penelitian berupa uji validitas dan uji reliabilitas
dan Method of Succesive Interval (MSI).
5) Melakukan uji asumsi klasik, analisis regresi untuk H1, H2, H3, H4, H5, dan
H6.
6) Menginterpretasikan dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis
regresi yang dilakukan.
4.7 Analisis Data
4.7.1 Uji Asumsi Klasik
Model regresi dikatakan baik apabila model tersebut bebas dari asumsi klasik,
baik multikolinearitas, autokorelasi, normalitas, dan heteroskedastisitas. Pada
penelitian ini, uji asumsi klasik yang digunakan adalah normalitas, multikolinearitas,
dan heteroskedastisitas. Uji autokorelasi tidak dilakukan karena data yang digunakan
tidak berbentuk deret waktu (time series).
4.7.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
44
Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi terpenuhi
atau tidaknya uji normalitas dengan ketentuan bila signifikansi tiap variabel lebih
besar dari 0,05 maka berdistribusi normal, sedangkan bila signifikansi tiap variabel
lebih kecil dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2009: 32).
4.7.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dengan kata lain, tidak terjadi
multikolinearitas. Model regresi yang bebas dari multikolinearitas adalah yang
memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan mempunyai
angka tolerance tidak kurang dari 10% (Ghozali, 2009: 96).
4.7.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas digunakan metode glejser. Metode ini dilakukan dengan
meregresikan nilai absolute ei dengan variabel bebas. Jika tidak ada satupun variabel
bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terkait (nilai absolute ei), maka
tidak ada heteroskedastisitas (Ghozali, 2009: 125).
4.7.2 Analisis Regresi
Suliyanto (2011:53-54) berpendapat bahwa teknik analisis regresi digunakan
untuk mengetahui ketergantungan suatu variabel terikat terhadap satu atau lebih
variabel bebas dengan atau tanpa variabel moderator. Analisis ini juga dapat
45
menduga besar arah dari hubungan tersebut serta mengukur derajat keeratan
hubungan antara satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Teknik
analisis data dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi yang digunakan untuk
menguji H1, H2, H3, H4, H5, dan H6 dengan rumus sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X1X4 + β6X2X4 + β7X3X4 + e.............(1)
Notasi:
Y = Kualitas Audit
α = Konstanta
X1 = Independensi
X2 = Due professional care
X3 = Time budget pressure
X4 = Komitmen organisasi
β1-7 = Koefisien regresi
X1X4 = Interaksi antara independensi dengan komitmen organisasi
X2X4 = Interaksi antara due professional care dengan komitmen organisasi
X3X4 = Interaksi antara time budget pressure dengan komitmen organisasi
e = error term
Berdasarkan analisis regresi diamati Goodness of Fit (uji kecocokan) dengan
melihat koefisien determinasi (R2), uji kelayakan model (Uji F), dan uji hipotesis
(Uji t). Adapun penjelasannya sebagai berikut.
4.7.2.1 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Utama, 2009:70). Nilai koefisien
determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2009:87).
46
4.7.2.2 Uji Kelayakan Model (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel
bebas terhadap variabel terikatnya, dimana jika variabel bebas memiliki pengaruh
secara simultan terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk
dalam kriteria cocok atau fit (Suliyanto, 2011:55). Pengujian ini dapat dilakukan
dengan melihat pada hasil regresi yang dilakukan dengan program SPSS, yaitu
dengan membandingkan tingkat signifikansi. Apabila tingkat signifikansi
F < α = 0,05 maka H1 diterima. Sebaliknya F > α = 0,05 maka H1 ditolak (Suliyanto,
2011:67).
4.7.2.3 Uji Hipotesis (Uji t)
Uji hipotesis menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen (Utama, 2009:71).
Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat pada hasil regresi yang dilakukan
dengan program SPSS, yaitu dengan membandingkan tingkat signifikansi masing-
masing variabel bebas dengan α = 0,05. Apabila tingkat signifikansi t < 0,05 maka
H1 diterima dan H0 ditolak. Sebaliknya bila tingkat signifikansi t > 0,05 maka H1
ditolak dan H0 diterima (Suliyanto, 2011:67).
47
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Deskripsi Responden
Responden pada penelitian ini adalah auditor yang telah bekerja lebih dari
atau sama dengan 1 tahun pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Responden
penelitian ini sebanyak 98 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik
purposive sampling. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan Juni sampai dengan
Juli 2015. Adapun rincian mengenai jumlah populasi dan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Jumlah Populasi dan Sampel
Keterangan Jumlah
Populasi 98
Masa kerja kurang dari 1 th 24
Sampel 74
Sumber: Data primer diolah, 2015
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa terdapat 98 auditor BPKP Perwakilan Provinsi
Bali sebagai populasi. Terdapat 24 auditor yang masa kerja kurang dari 1 tahun
sesuai dengan teknik purposive sampling, sehingga terdapat 74 auditor yang
digunakan sebagai sampel.
Kuesioner yang telah disiapkan dikirimkan secara langsung kepada
responden. Kuesioner yang nantinya digunakan adalah kuesioner yang kembali dan
telah diisi secara lengkap oleh responden. Adapun rincian mengenai pengiriman dan
pengembalian kuesioner pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.2.
48
Tabel 5.2 Rincian Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah
Kuesioner yang disebarkan 74
Kuesioner yang tidak kembali 28
Kuesioner yang dikembalikan dan digunakan 46
Tingkat pengembalian dan digunakan (usable response rate):
46/74 x 100% = 62,16%
Sumber: Data primer diolah, 2015
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa terdapat 74 kuesioner yang disebarkan kepada
auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali, namun terdapat 28 kuesioner yang tidak
kembali karena adanya beberapa auditor yang sedang melakukan pemeriksaan
lapangan di luar daerah. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 46
kuesioner. Penelitian ini layak untuk dilanjutkan karena berdasarkan central limit
theorem menyatakan bahwa jumlah minimal sampel untuk dapat dianggap mencapai
kurva normal yaitu dengan jumlah sampel atau responden minimum 30 (Sugiyono,
2010:129).
5.1.2 Karakteristik Responden
Data karakteristik responden merupakan data responden yang dikumpulkan
untuk mengetahui profil responden penelitian. Karakteristik responden dalam
penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pelatihan audit, dan
masa kerja. Karakteristik tersebut diperoleh melalui data yang telah didapatkan dari
kuesioner seperti dijelaskan dalam Tabel 5.3 sebagai berikut.
49
Tabel 5.3 Karakteristik Responden
No Keterangan Jumlah Persentase
1. Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Total
20
26
46
43,48
56,52
100
2. Usia
≤ 30 Tahun
31-40 Tahun
41-50 Tahun
Total
9
26
11
46
19,57
56,52
23,91
100
3. Tingkat Pendidikan
Terakhir
D3
S1
Total
16
30
46
34,78
65,22
100
4. Pelatihan Audit
Pernah mengikuti
Tidak pernah mengikuti
Total
46
0
46
100
0
100
5.
Masa Kerja
1-3 Tahun
> 3-5 Tahun
> 5 Tahun
Total
8
14
24
46
17,39
30,43
52,18
100
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini
sebagian besar terdiri atas auditor yang berusia antara 31-40 tahun yaitu sebanyak
56,52%. Pada umumnya tingkat pendidikan terakhir responden adalah S1 yaitu
sebanyak 65,22%. Seluruh auditor pernah mengikuti pelatihan audit dan mayoritas
dari mereka memiliki masa kerja selama lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 52,18%.
50
5.1.3 Hasil Analisis Data
5.1.3.1 Deskripsi Variabel Penelitian
1) Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini memberikan informasi mengenai
karakteristik variabel penelitian yaitu nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean),
dan standar deviasi. Nilai minimum menunjukkan nilai terkecil atau terendah pada
suatu gugus data. Nilai maksimum menunjukkan nilai terbesar atau tertinggi pada
suatu gugus data sedangkan rata-rata (mean) merupakan cara yang paling umum
digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu distribusi data yang diteliti.
Standar deviasi adalah ukuran yang menunjukkan standar penyimpangan data
observasi terhadap rata-rata datanya (Ghozali, 2009:19). Statistik deskriptif dalam
penelitian ini menggunakan data interval ditunjukkan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Statistik Deskriptif
Variabel Minimum Maksimum Rata-Rata Standar
Deviasi
Independensi (X1) 2,12 3,88 2,97 0,61
Due Professional Care (X2) 1,54 3,75 2,64 0,69
Time Budget Pressure (X3) 1,22 4,69 2,99 0,62
Komitmen Organisasi (X4) 1,60 4,66 2,95 0,67
Kualitas Audit (Y) 1,59 3,38 2,46 0,62
IDP x KO (X1X4) 4,19 18,07 8,95 3,47
DPC x KO (X2X4) 4,15 17,48 7,91 3,31
TBP x KO (X3X4) 4,03 18,95 8,76 2,65
Sumber: Lampiran 4 (data diolah), 2015
Tabel 5.4 menunjukkan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan
standar deviasi dari keseluruhan variabel penelitian. Variabel independensi memiliki
nilai minimum sebesar 2,12 merupakan nilai terbesar dari seluruh nilai minimum
variabel. Hal ini dapat menunjukkan bahwa nilai minimum independensi pada gugus
51
data memiliki nilai yang paling besar sehingga cenderung dapat mempengaruhi
variabel dependen. Variabel time budget pressure memliki nilai maksimum dan nilai
rata-rata paling besar pada gugus data yaitu masing-masing sebesar 4,69 dan 2,99.
Hal ini dapat menunjukka bahwa nilai maksimum dan nilai rata-rata variabel time
budget pressure memiliki nilai data yang paling besar sehingga cenderung dapat
mempengaruhi variabel dependen. Nilai rata-rata independensi sebesar 2,97 lebih
besar dari nilai standar deviasinya sebesar 0,61 yang menunjukkan bahwa
pendistribusian data pada independensi sudah baik.
5.1.3.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian
1) Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pernyataan-
pernyataan dalam kuesioner tersebut valid atau tidak. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sugiyono, 2010:172). Uji validitas dilakukan dengan bantuan program
Statistical Package for Social Science (SPSS). Suatu instrumen dikatakan valid
jika r ≥ 0,30 (Sugiyono, 2010:178). Berdasarkan hasil uji validitas dapat dilihat
bahwa nilai koefisien korelasinya lebih dari 0,30 sehingga dapat dinyatakan
bahwa seluruh pernyataan dalam kuesioner tersebut valid sehingga layak
digunakan dalam penelitian. Hasil uji validitas pada penelitian ini dapat dilihat
pada Lampiran 5.
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasikan data yang sama
(Sugiyono, 2010:173). Pengujian dilakukan dengan bantuan program Statistical
52
Package for Social Science (SPSS). Suatu variabel dianggap reliabel apabila nilai
cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60 (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2009:46).
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Independensi (X1) 0,814 Reliabel
Due Professional Care (X2) 0,918 Reliabel
Time Budget Pressure (X3) 0,826 Reliabel
Komitmen Organisasi (X4) 0,930 Reliabel
Kualitas Audit (Y) 0,893 Reliabel
Sumber: Lampiran 6 (data diolah), 2015
Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai nilai
Cronbach’s Alpha yang lebih besar dari 0,6. Jadi berdasarkan data yang tersaji pada
tabel 5.5, dapat dinyatakan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
reliabel.
5.1.3.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
Model persamaan regresi harus melalui uji Asumsi Klasik. Adapun uji
Asumsi Klasik yang dilakukan pada penelitian kali ini yaitu uji Normalitas, uji
Multikolinearitas dan uji Heteroskedastisitas.
1) Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji variabel terikat dan variabel bebas
dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi terpenuhi atau tidaknya uji Normalitas
dengan ketentuan bila signifikansi tiap variabel lebih besar dari atau sama dengan
0,05 maka berdistribusi normal, sedangkan bila signifikansi tiap variabel lebih kecil
53
dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2009:32). Berdasarkan atas
pengujian yang telah dilakukan, diperoleh signifikansi yang dilihat melalui nilai
koefisien Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,231 yaitu lebih besar dari alpha 0,05 yang
artinya model regresi pada penelitian ini berdistribusi normal. Hasil uji Normalitas
dapat dilihat pada Lampiran 7.
2) Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier
diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Hasil Tolerance yang nilainya
lebih besar dari 10% (0,10) dan VIF yang besarnya kurang dari 10 mengindikasikan
tidak adanya Multikolinearitas (Ghozali, 2009:96). Hasil uji Multikolinearitas dapat
dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Independensi (X1) 0,317 3,155
Due Professional Care (X2) 0,370 2,701
Time Budget Pressure (X3) 0,859 1,164
Komitmen Organisasi (X4) 0,756 1,323
Sumber: Lampiran 8 (data diolah), 2015
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa variabel independensi, due professional care,
time budget pressure, komitmen organisasi, dan kualitas audit menunjukkan nilai
tolerance lebih dari 10% (0,10) dan nilai VIF yang kurang dari 10. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadi permasalahan Multikolinearitas pada model regresi
dalam penelitian ini.
54
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya ketidaksamaan
variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam suatu model
regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak mengandung gejala
Heteroskedastisitas atau mempunyai varians yang homogen. Salah satu cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas digunakan metode glejser. Jika
nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali,
2009: 125). Hasil uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel t Signifikansi
Independensi (X1) 0,721 0,475
Due Professional Care (X2) -0,804 0,426
Time Budget Pressure (X3) -0,201 0,842
Komitmen Organisasi (X4) -1,222 0,229
Sumber: Lampiran 9 (data diolah), 2015
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel independensi, due
professional care, time budget pressure, komitmen organisasi, dan kualitas audit
lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat Heteroskedastisitas pada
model regresi penelitian ini.
5.1.3.4 Hasil Analisis Regresi
Analisis regresi dilakukan untuk mengatahui Goodness of Fit (uji kecocokan)
model regresi dengan melihat koefisien determinasi (R2), uji kelayakan model (Uji
F), dan uji hipotesis (Uji t). Adapun hasil analisis regresi penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 5.8.
55
Tabel 5.8 Hasil Analisis Regresi
Model
Unstandardized
Coeficients
Standardized
t
Sig. B Std.
Error
Beta
(Constant) -1,569 2,086 -0,752 0,457
Independensi (X1) 0,819 0,135 0,801 6,047 0,005
Due Professional Care (X2) 0,138 0,111 0,153 1,248 0,219
Time Budget Pressure (X3) 0,194 0,081 0,193 2,403 0,021
Komitmen Organisasi (X4) 0,200 0,669 0,215 0,300 0,766
IDP*KO (X1 X4) -0,411 0,222 -2,285 -1,845 0,073
DPC*KO (X2 X4) 0,315 0,199 1,675 1,585 0,121
TBP*KO (X3 X4) 0,060 0,140 0,255 0,429 0,670
R 0,890
R2
0,792
Adjusted (R2) 0,753
F Hitung 20,628
Signifikansi F 0,000
Sumber: Lampiran 10 (data diolah), 2015
Berdasarkan Tabel 5.8 maka dapat disusun persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = -1,569 +0,819X1 + 0,138X2 + 0,194X3 + 0,200X4 - 0,411X1X4 + 0,315X2X4 +
0,060X3X4 + e
Persamaan regresi tersebut menunjukkan nilai konstanta model regresi adalah
sebesar -1,569. Ini berarti ketika variabel independensi, due professional care, time
budget pressure dan komitmen organisasi bernilai nol maka kualitas audit akan
cenderung menurun sebesar 1,569. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika seorang
auditor sama sekali tidak memiliki sifat independensi, due professional care dan time
budget pressure, maka yang bersangkutan akan cenderung memiliki kualitas audit
yang rendah.
56
Selain menghasilkan persamaan regresi, analisis regresi juga digunakan untuk
mengamati goodness of fit (uji kecocokan) dengan melihat koefisien determinasi
(R2), uji kelayakan model (uji F) dan uji hipotesis (uji t) yaitu sebagai berikut:
1) Koefisien Determinasi
Total pengaruh seluruh variabel bebas dapat dilihat dari nilai adjusted R
square adalah sebesar 75,3%. Hal ini mengandung pengertian bahwa 75,3% variasi
variabel kualitas audit mampu dijelaskan oleh variasi variabel independensi, due
professional care dan time budget pressure. Sisanya sebesar 24,7% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain diluar model misalnya integritas (Moroney dan Carey, 2011) dan
etika profesi (Woodbine dan Liu, 2010).
2) Hasil Uji F
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh simultan variabel bebas (X) yang
digunakan terhadap variabel terikat (Y). Berdasarkan hasil analisis regresi dengan
program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS), didapatkan nilai F
sebesar 20,628 dengan signifikansi F = 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05. Hal ini
menunjukkan model regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi variabel kualitas
audit.
3) Hasil Uji t
Uji t digunakan untuk menguji hipotesis yang menunjukkan bahwa variabel
bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial memiliki pengaruh
terhadap variabel terikat (Y). Hasil pengujian secara parsial masing-masing sebagai
berikut.
57
(1) Pengaruh independensi pada kualitas audit Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP)
Uji yang digunakan adalah uji satu sisi, sehingga α = 0,05. Apabila nilai
signifikansi t lebih besar dari α = 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak,
apabila nilai signifikansi t ≤ α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai signifikansi
t = 0,005 < α = 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
Independensi (X1) berpengaruh positif pada kualitas audit (Y). Hal ini
berarti auditor dengan sifat independensi yang tinggi akan cenderung
memiliki kualitas audit yang lebih tinggi.
(2) Pengaruh due professional care pada kualitas audit Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi
t = 0,219 > α = 0,05. Berdasarkan hal tersebut, maka H0 diterima dan H2
ditolak yang berarti due professional care (X2) tidak berpengaruh positif
pada kualitas audit (Y). Hal ini menunjukkan bahwa adanya kemahiran
profesional yang cermat dan seksama yang dimiliki auditor cenderung
tidak dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan.
(3) Pengaruh time budget pressure pada kualitas audit Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi
t = 0,021 < α = 0,05. Berdasarkan hal tersebut, maka H0 ditolak dan H3
diterima yang berarti time budget pressure (X3) berpengaruh positif pada
58
kualitas audit (Y). Hal ini menunjukkan bahwa adanya tekanan anggaran
waktu yang dimiliki auditor saat melakukan pemeriksaan cenderung dapat
meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan.
(4) Komitmen organisasi memoderasi pengaruh independensi pada kualitas
audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai signifikansi
t = 0,073 > α = 0,05, maka H0 diterima dan H4 ditolak sehingga komitmen
organisasi (X4) tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh independensi
(X1) pada kualitas audit (Y). Hal ini berarti auditor dengan sifat
independensi yang tinggi dan memiliki komitmen terhadap organisasi
cenderung tidak meningkatkan kualitas audit.
(5) Komitmen organisasi memoderasi pengaruh due professional care pada
kualitas audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai signifikansi
t = 0,121 > α = 0,05, maka H0 diterima dan H5 ditolak sehingga komitmen
organisasi (X4) tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh due professional
care (X2) pada kualitas audit (Y). Hal ini berarti auditor dengan sifat due
professional care yang tinggi dan memiliki komitmen terhadap organisasi
cenderung tidak meningkatkan kualitas audit.
(6) Komitmen organisasi memoderasi pengaruh time budget pressure pada
kualitas audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai signifikansi
t = 0,670 > α = 0,05, maka H0 diterima dan H6 ditolak sehingga komitmen
59
organisasi (X4) tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh time budget
pressure (X3) pada kualitas audit (Y). Hal ini berarti auditor dengan sifat
time budget pressure yang tinggi dan memiliki komitmen terhadap
organisasi cenderung tidak meningkatkan kualitas audit.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan atas hasil uji F pada penelitian ini, didapatkan bahwa model
yang digunakan dalam penelitian adalah layak (fit). Independensi (X1), due
professional care (X2), time budget pressure (X3), dan komitmen organisasi (X4)
sebagai variabel moderasi, secara serempak mampu menjelaskan kualitas audit (Y)
pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Adapun hasil pengujian hipotesis yaitu
pengaruh masing-masing variabel independensi (X1), due professional care (X2),
time budget pressure (X3), dan komitmen organisasi (X4) sebagai variabel moderasi
pada kualitas audit dijabarkan sebagai berikut.
5.2.1 Pengaruh Independensi pada Kualitas Audit Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan
Pengujian yang dilakukan pada hipotesis pertama (H1) menghasilkan bahwa
independensi berpengaruh positif pada kualitas audit. Koefisien regresi bernilai 0,819
menunjukkan bahwa independensi berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP
Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya. Teguh Harhinto (2004), Alim, dkk. (2007) Ardini
(2010) dan Aprianti (2010) juga menemukan bahwa independensi berhubungan
positif pada kualitas audit.
60
Independensi APIP serta obyektifitas auditor diperlukan agar kredibilitas
hasil pekerjaan APIP meningkat. Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga
bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan
tertinggi organisasi sehingga dapat bekerja sama dengan auditi dan melaksanakan
pekerjaan dengan leluasa. Auditor harus obyektif dalam melaksanakan audit. Prinsip
obyektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak
mengkompromikan kualitas. Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan
auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan
berdasarkan pertimbangan profesionalnya.
Independensi berarti tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor tidak dibenarkan memihak kepada
kepentingan siapapun. Karena pentingnya independensi dalam menghasilkan kualitas
audit, maka auditor harus memiliki dan mempertahankan sikap ini dalam
menjalankan tugas profesionalnya. Auditor dengan independensi yang tinggi
cenderung lebih percaya dengan kemampuannya sendiri dalam menyelesaikan suatu
penugasan audit. Hal seperti ini akan menumbuhkembangkan motivasi dalam diri
auditor untuk bekerja dengan lebih optimal yang akan berkontribusi positif pada
peningkatan kualitas auditnya.
5.2.2 Pengaruh Due Professional Care pada Kualitas Audit Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Pengujian yang dilakukan pada hipotesis kedua (H2) menghasilkan bahwa
due professional care tidak berpengaruh pada kualitas audit. Koefisien regresi
bernilai 0,138 menunjukkan bahwa due professional care tidak berpengaruh
signifikan pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini
61
tidak konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya. Rahman (2009) dan
Aprianti (2010) menguji due professional care terhadap kualitas audit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa due professional care berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
Berdasarkan hasil distribusi jawaban responden, variabel due professional
care yang diukur dalam bentuk bekerja dengan cermat dan terampil, bersikap teguh
dan energik, kemampuan teknik audit, mewaspadai kecurangan yang terjadi,
ketidakefektifan, dan risiko audit, belum dapat meningkatkan kualitas audit. Hal ini
terjadi karena adanya jawaban responden yang memberikan pendapat netral atau
ragu-ragu yang memberikan nilai rata-rata sebesar 1,63 dan 1,47, adanya
kemungkinan pernyataan-pernyataan yang sensitif terutama pernyataan 4, dan 6.
Ketidaksignifikan ini karena auditor dalam melakukan pemeriksaan belum dapat
bekerja dengan penuh kecermatan, bersikap energik, menggunakan kemampuan
teknik yang dimiliki serta belum secara optimal menggunakan kemahiran
profesionalnya untuk selalu mewaspadai adanya kecurangan dalam laporan
keuangan.
Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional
(professional judgement), meskipun dapat saja terjadi penarikan kesimpulan yang
tidak tepat ketika audit sudah dilakukan dengan seksama. Untuk itu auditor harus
menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional
care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan.
62
5.2.3 Pengaruh Time Budget Pressure pada Kualitas Audit Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan
Pengujian yang dilakukan pada hipotesis ketiga (H3) menghasilkan bahwa
time budget pressure berpengaruh positif pada kualitas audit. Koefisien regresi
bernilai 0,194 menunjukkan bahwa time budget pressure berpengaruh positif pada
kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan (Prasito dan Priyo, 2007), dan Simanjuntak, 2008 yang
menunjukkan hasil bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap
kualitas audit.
Time budget pressure adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut
untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat
pembahasan waktu anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003).
Tekanan anggaran waktu secara konsisten berhubungan dengan perilaku
disfungsional, dimana merupakan ancaman langsung dan serius terhadap kualitas
audit karena tekanan anggaran waktu merupakan keadaan di mana auditor dituntut
untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat
pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan tekanan anggaran waktu
yang dihadapi oleh professional dalam bidang pengauditan yang dapat menimbulkan
tingkat stress yang tinggi dan mempengaruhi sikap, niat, dan perilaku auditor, tetapi
tetap dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan
perilaku resiliensi (Jakson, 2002) kemampuan individu untuk dapat beradaptasi
dengan baik meskipun dihadapkan dengan keadaan yang sulit. Auditor telah dapat
63
mengatasi kegagalan dalam hidup, dan menahan stres agar dapat berfungsi dengan
baik dalam mengerjakan tugas sehari-hari.
5.2.4 Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Independensi pada
Kualitas Audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Pengujian yang dilakukan pada hipotesis keempat (H4) menghasilkan bahwa
komitmen organisasi tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh independensi pada
kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan komitmen organisasi memperlemah
pengaruh independensi pada kualitas audit. Hal ini juga dilihat atas koefisien regresi
bernilai -0,411 menunjukkan bahwa komitmen organisasi dan independensi
berpengaruh negatif pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Pengaruh
negatif menunjukkan bahwa semakin turun komitmen organisasi pada independensi
maka kualitas audit semakin baik.
Komitmen organisasi dapat tumbuh karena individu memiliki ikatan
emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral dan menerima nilai
yang ada serta tekad dari dalam diri untuk mengabdi pada organisasi. Seseorang yang
memiliki komitmen terhadap organisasi akan menunjukkan kesediaan untuk
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Dirinya pun akan ikut terlibat
aktif karena merasa sebagai bagian dari organisasi. Komitmen organisasi yang kuat
di dalam diri individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan
organisasi sehingga berpengaruh pada independensi dan dapat meningkatkan kualitas
kerja secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila anggota organisasi memiliki komitmen
organisasi yang rendah, maka dapat pula mempengaruhi independensi dan kualitas
kerja sehingga dapat menurunkan kualitas auditnya.
64
Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi independensi pada kualitas
audit karena adanya pernyataan auditor yang tidak setuju untuk independensi dan
memperoleh nilai rata-rata sebesar 1,73. Hal ini terlihat dari pernyataan nomor 3
yang menyatakan auditor menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan,
melaksanakan, dan melaporkan hasil audit. Adanya menghindari konflik kepentingan
ini cenderung mempengaruhi loyalitas auditor pada organisasi tempatnya bekerja
serta merasa kurang terikat secara emosional sehingga dapat menurunkan komitmen
organisasi auditor. Perasaan emosional ini terkait dengan tingkat usia dari auditor.
Karakteristik usia responden sebagian besar berumur 31 tahun sampai 40 tahun
sebesar 56,52% dan berumur kurang dari atau sama dengan 30 tahun sebesar
19,57%.
5.2.5 Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Due Professional Care
pada Kualitas Audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Pengujian yang dilakukan pada hipotesis kelima (H5) menghasilkan bahwa
komitmen organisasi tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh due professional
care pada kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan komitmen organisasi
memperlemah pengaruh due professional care pada kualitas audit. Pengujian statistik
koefisien regresi bernilai 0,315 menunjukkan bahwa komitmen organisasi dan due
professional care berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi
Bali. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin naik komitmen organisasi pada
due professional care maka kualitas audit juga semakin baik.
Penelitian Davis dan Olesen (1963) dalam Kalbers dan Forgaty (1995)
mengungkapkan untuk membangun komitmen pada profesi sering diharapkan pada
tendensi profesionalisme. Kalbers dan Forgaty (1995) mengemukakan adanya
65
kesesuaian hubungan antara tingkat profesionalisme dengan komitmen organisasi.
Penelitian tentang hubungan antara profesionalisme dengan komitmen telah
dilakukan oleh Kalbers dan Forgaty (1995) serta Rahmawati (1997) yang
mengungkapkan dedikasi berpengaruh positif terhadap effective commitment. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya komitmen yang bersifat efektif akan dapat
meningkatkan tingkat profesionalisme para anggota organisasi.
Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi due professional care pada
kualitas audit karena adanya pernyataan auditor tidak sangat setuju untuk due
professional care sehingga memperoleh nilai rata-rata 1,63 dan 1,47. Hal ini terlihat
dari pernyataan auditor yang kurang mewaspadai kecurangan yang terjadi dalam
mengaudit laporan keuangan serta pernyataan kurang waspada terhadap risiko yang
signifikan yang dapat mempengaruhi obyektifitas pemeriksaan. Pernyataan-
pernyataan ini cenderung menurunkan usaha diatas batas normal auditor untuk
mensukseskan organisasi dan dapat menurunkan komitmen organisasi auditor. Usaha
ini terkait dengan pelaksanaan due professional care ketika audit sedang dilakukan.
Untuk itu due professional care auditor harus ditingkatkan yang dapat diperoleh
dengan pelatihan audit. Pelatihan audit yang telah diikuti ternyata cenderung belum
dapat meningkatkan keinginan untuk menggunakkan kemahiran profesionalnya
secara cermat dan seksama dalam pelaksanaan audit.
5.2.6 Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Time Budget Pressure pada
Kualitas Audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Pengujian yang dilakukan pada hipotesis keenam (H6) menghasilkan bahwa
komitmen organisasi tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh time budget
pressure pada kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan komitmen organisasi
66
memperlemah pengaruh time budget pressure pada kualitas audit. Pengujian statistik
koefisien regresi bernilai 0,060 menunjukkan bahwa komitmen organisasi dan time
budget pressure berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi
Bali. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin naik komitmen organisasi pada
time budget pressure maka kualitas audit juga semakin baik.
Komitmen organisasi yang kuat di dalam diri individu akan menyebabkan
individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi sehingga berpengaruh pada
kualitas kerja yang dilakukan auditor secara keseluruhan. Adanya penggunaan
anggaran waktu bagi auditor yang disusun dengan cermat dan seksama seiring
dengan komitmen organisasi yang tinggi dimiliki auditor memungkinkan auditor
untuk dapat menghasilkan audit yang berkualitas.
Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi time budget pressure pada
kualitas audit karena adanya pernyataan auditor yang terlalu tergesa-gesa dan tidak
fokus dalam melaksanakan tugas dengan waktu yang diberikan terlalu sempit
memperoleh nilai rata-rata sebesar 2,72. Hal ini terlihat pada pernyataan 4, dimana
pernyataan ini cenderung menurunkan usaha individu auditor untuk berusahaan keras
meningkatkan kemampuan diri auditor dalam beradaptasi mengatasi stres dan
tekanan pekerjaan sehari-hari sehingga tidak dapat menghasilkan audit yang
bekualitas. Adanya pernyataan ini cenderung dapat menurunkan usaha dan komitmen
auditor pada organisasinya untuk dapat mensuskseskan tujuan dan nilai-nilai
organisasi tempatnya bekerja.
67
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, hipotesis dan
hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Independensi berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP Perwakilan
Provinsi Bali. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa auditor dengan
sifat independensi yang tinggi akan cenderung memiliki kualitas audit yang
lebih tinggi. Hal ini dikarenakan auditor yang memegang teguh
independensinya, akan dapat bekerja dengan lebih optimal yang berkontribusi
positif pada kualitas audit yang dihasilkan.
2) Due professional care tidak berpengaruh signifikan pada kualitas audit BPKP
Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya
kemahiran profesional yang cermat dan seksama yang dimiliki auditor
cenderung tidak dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. Hal ini
diasumsikan karena auditor yang dalam melakukan pemeriksaan belum dapat
bekerja dengan penuh kecermatan, bersikap energik, menggunakan
kemampuan teknik yang dimiliki serta belum secara optimal menggunakan
kemahiran profesionalnya untuk selalu mewaspadai adanya kecurangan
dalam laporan keuangan.
68
3) Time budget pressure berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP
Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya
pengelolaan anggaran waktu dengan secara cermat, efisien, dan profesional
akan cenderung memiliki kualitas audit yang lebih baik. Hal ini dikarenakan
auditor yang karena adanya tekanan anggaran waktu namun dapat dikelola
dengan secara cermat, efisien, dan profesional sehingga dapat berkontribusi
positif pada kualitas audit yang dihasilkan.
4) Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi pengaruh independensi pada
kualitas audit. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa auditor yang
memiliki independensi yang tinggi namun tidak disertai dengan komitmen
organisasi yang tinggi maka kualitas audit yang dihasilkan cenderung
semakin turun. Hal ini dikarenakan adanya pernyataan auditor yang tidak
setuju atas menghindari konflik kepentingan, sehingga cenderung dapat
mempengaruhi loyalitas auditor pada organisasi tempatnya bekerja serta
dapat mengurangi rasa keterikatan secara emosional pada organisasi.
5) Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi pengaruh due profesional
care pada kualitas audit. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama namun tidak
disertai dengan adanya komitmen organisasi tinggi yang dimiliki auditor
maka kualitas audit yang dihasilkan cenderung semakin turun. Hal ini terlihat
dari pernyataan auditor yang tidak setuju dan netral atas kurang mewaspadai
kecurangan yang terjadi dalam mengaudit laporan keuangan serta pernyataan
kurang waspada terhadap risiko yang signifikan yang dapat mempengaruhi
69
obyektifitas pemeriksaan, sehingga cenderung dapat menurunkan usaha
diatas batas normal auditor untuk mensuskseskan organisasinya.
6) Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi pengaruh time budget
pressure pada kualitas audit. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
penggunaan anggaran waktu bagi auditor yang dikelola secara profesional
namun tidak didukung dengan komitmen organisasi tinggi yang dimiliki
auditor, sehingga cenderung tidak dapat menghasilkan audit yang berkualitas.
Hal ini dikarenakan adanya pernyataan auditor yang tidak setuju dan netral
atas terlalu tergesa-gesa dan tidak fokus dalam melaksanakan tugas dengan
waktu yang diberikan terlalu sempit, sehingga cenderung dapat menurunkan
komitmen auditor dalam mensuskseskan tujuan organisasinya.
6.2 Saran
Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, antara lain metode
pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik
kuesioner sehingga dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya perbedaan persepsi
antara responden dan peneliti berkaitan dengan pernyataan yang terdapat dalam
kuesioner. Responden pada penelitian ini adalah auditor dari seluruh jabatan
fungsional yang telah bekerja lebih dari atau sama dengan satu tahun. Responden
menilai kinerja dirinya sendiri (self-rated measures) dengan mengisi kuesioner yang
tersedia. Cara tersebut cenderung menghasilkan jawaban yang bersifat subjektif.
Peneliti ini menggunakan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi, namun
masih banyak variabel perilaku lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit seperti
pendidikan dan pelatihan auditor. Penilaian kualitas audit untuk pernyataan 1 tentang
70
penetapan sasaran, ruang lingkup, dan metodelogi pemeriksaan serta pernyataan 4
tentang penatausahaan dokumen audit dalam bentuk kertas kerja audit dan disimpan
dengan baik agar dapat secara efektif diambil, dirujuk dan dianalisis memberikan
nilai rata-rata sebesar 1,57 dan 1,73. Hal ini menunjukkan auditor BPKP Perwakilan
Provinsi Bali harus terus meningkatkan kemampuan teknis pemeriksaan serta
didukung dengan penatausahaan dokumen audit dan kertas kerja pemeriksaan.
Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka
masih diperlukan pengembangan dan perbaikan guna memperoleh hasil penelitian
yang lebih baik pada penelitian-penelitian selanjutnya. Berikut adalah beberapa saran
yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya.
1) Peneliti selanjutnya disarankan menggunakan studi eksperimen. Cara ini
diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih objektif dibandingkan
dengan penilaian kualitas audit yang dilakukan oleh diri sendiri (self-rated
measures).
2) Menggunakan variabel lain yang diduga berpengaruh pada kualitas audit
maupun menggunakan variabel moderasi yang terkait dengan perilaku
lainnya seperti pendidikan dan pelatihan dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya.
3) BPKP Perwakilan Provinsi Bali disarankan untuk tetap mengikutsertakan
auditornya dalam pendidikan dan pelatihan secara berkala, sehingga mampu
meningkatkan kemampuan dalam penetapan sasaran dan metodelogi
pemeriksaan serta mampu meningkatkan komitmen organisasi auditor dalam
mensukseskan tujuan organisasi. BPKP juga diharapkan tetap memerhatikan
71
kondisi kerja auditor, salah satunya dapat dilakukan dengan memberikan
sarana dan prasarana dalam mendukung penatausahaan dokumen audit
sehingga dapat menunjang pelaksanaan audit.
72
DAFTAR PUSTAKA
Alim, M. Nizarul. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas
Auditor dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional
Akuntansi X.
Ardini, Lilis. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, dan
Motivasi terhadap Kualitas Audit. Majalah Ekonomi Tahun XX, No. 3. p. 329-349,
Desember.
Arens, A. A. and J. K. Loebbecke. 1996. Auditing: Suatu Pendekatan Terpadu.
Terjemahan oleh Amir Abadi Jusuf. Buku Satu. Jakarta : Salemba Empat.
Basuki dan Krisna, Y. Mahardani. 2006.“Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu
terhadap Perilaku Disfungsional Auditor dan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan
Publik di Surabaya”. Jurnal Manajemen Akuntansi dan Sistem Informasi MAKSI
UNDIP (Agustus): vol. 6, No. (2), 177-256.
Carcello, J. V., R. H. Hermanson. dan N.T. McGrath. 1992. “Audit Quality
Attributes: The Perceptions of Audit Partners, Prepares, and Financial Statement
Users”. Auditing : A Journal of Practice and Theory 11, (Spring): 1-15.
Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi Dan Independensi Akuntan Publik:
Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 4 No. 2,
November.
Coram, Paul, et al., “The Moral Intensity of Reduced Audit Quality Acts. Working
paper”, The University of Melbourne, Australia, 2004.
De Angelo, LE. 1981. Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure
Regulation. Juornal of Accounting and Economics 3 August. p.113-127.
Deis, D. R. dan Gary A. Giroux. 1992.“Determinants of Audit Quality in the Public
Sector”. The Accounting Review, July. p. 462-479.
Faisal, Nardiyah dan M. Rizal Yahya. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensi,
dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Dengan Kecerdasan Emosional
Sebagai Variabel Moderasi (Survei Pada Kantor Akuntan Publik di Indonesia).
Jurnal Akuntansi. Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi
Kedua. Semarang: Universitas Diponegoro.
Govindarajan, V. 1986. Impact of Participation in the Budgetary Process on
Managerial Attitudes and Performance: Universalistic and Contogency Perspective,
Decision Science 17. p.496-516.
73
Huntoyungo, Siti Badriyah. 2009. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kualitas
Audit. (Studi Pada Inspektorat Daerah Gorontalo). Tesis. Tidak untuk dipublikasikan.
Haslinda Lubis. 2009. Pengaruh Keahlian, Independensi, Kecermatan Profesional
dan Kepatuhan Pada Kode Etik Terhadap Kualitas Auditor Pada Inspektorat Provinsi
Sematera Utara (Tesis). Tidak untuk dipublikasikan.
Indra Bastian. 2007. Audit Sektor Publik. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat.
Iskandar, T. M. dan Sanusi, Z. M. 2011. Assesing the Effects of Self-Efficacy and
Task Complexity on Internal Control Audit Judgement. Asian Academy of
Management Journal of Accounting and Finance, Vol. 7: 29-52.
Jaffar, N., Haron, H., dan Iskandar, T. M. 2011. Fraud Risk Assesment and Detection
of Fraud: The Moderating Effect of Personality. International Journal of Business
and Management, Vol. 6: 40-50.
Jensen, M. C. and W. H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics
3, p. 305-60
Kisnawati, Baiq. 2012. Pengaruh Kompetisi, Independensi, dan Etika terhadap
Kualitas Auditor (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah di Inspektorat Kabupaten
dan Kota Se-Pulau Lombok). Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan. Vol. 8 No. 3
November 2012 hal: 159-169.
Kitta, Syfaruddin. 2009. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap
Kualitas Audit yang dimoderasi Orientasi Etika Auditor (Studi pada Inspektorat
Provinsi Sulawesi Selatan). (Tesis). Tidak untuk dipublikasikan.
Krisna Sintia Dewi. 2014. Efektifitas Penerapan Ancaman Sanksi Pidana Tambahan
Guna Pengembalian Kerugian Keuangan Negara dalam Tindak Pidana Korupsi
(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Denpasar). (Tesis). Tidak untuk dipublikasikan.
Lastanti, Sri Hexana. 2005. Tinjauan terhadap Kompetensi dan Independensi
Akuntan Publik: Refleksi atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing
dan Informasi Vol.5 No.1 April 2005, hal 85-97.
Lauw Tjun Tjun, Elyzabet I. M., dan Santy Setiawan. 2012. Pengaruh Kompetensi
Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi. Bandung:
Program Studi Akuntansi, Universitas Kristen Maranatha.
M.Riadhussyah. 2014. Peranan BPKP Menghitung Kerugian Keuangan Negara
Dalam Rangka Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi (Studi di Kota Mataram).
Jurnal Karya Ilmiah. Mataram: Fakultas Hukum, Universitas Mataram.
74
Munawir H.S. 1999. Auditing Modern.Buku 1. Yogyakarta : BPFE.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Muliani, Elisha dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Faktor-Faktor dalam Diri Auditor
dan Kualitas Audit: Studi pada KAP „Big Four‟ di Indonesia. Jurnal Akuntansi &
Auditing Indonesia, Vol. 14 No. 2.
Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian dan Independensi terhadap Pendapat
Audit: Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.6 No.1
(Januari).
McNamara dan Liyanarachchi. 2005. Time Budget Pressure and Dysfungsional
Behaviour withinan Occopational Stres Model. Journal Accountancy Business and
the Public Interest, Vol. 7, No. 1, 2008
Meier and Fuglister. 1992. How to Improve Audit Quality Perception of Auditor and
Client. The Ohio CPA Journal. June 1992
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. 2008. Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah.
Peraturan Presiden Republik Indonesia. 2014. Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan.
Ratih, C., dan Dyan. Y. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Time Budget
Pressure Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi. Denpasar: Program Studi
Akuntansi, Universitas Udayana.
Samelson, D., S. Lowensohn. dan L. E. Johnson. 2006. The Determinants of
Perceived Audit Quality and Auditee Satisfaction in Local Government”. Journal of
Public Budgeting, Accounting and Financial Management, 18 (2). p. 139-166.
Saripudin, Netty Herawaty, dan Rahayu. 2012. Pengaruh Independensi, Pengalaman,
Due Professional Care Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Survei terhadap
Auditor KAP di Jambi dan Palembang). e-JurnalBinar AkuntansiVol. 1 No. 1.
Universitas Jambi.
Schroeder, M. S., I. Salomon dan D. Vickrey. 1986. Audit Quality: The Perception of
Audit Committee Chairpersons and Audit Partners. Auditing : A Journal of Practice
and Theory 5, (Spring). p. 86-94.
Siggih, Elisa Muliani dan Icuk Rangga Bawono, Pengaruh Independensi
Pengalaman, Due Propesional Car, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi
pada Auditor di KAP ”Big Four”di Indonesia) Simposium Nasional Akuntansi 13,
Purwokerto, 2010.
75
Simanjuntak, Piter. 2008. Pengaruh Time Budget Pressure dan Resiko Kesalahan
Terhadap Penurunan Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor KAP di Jakarta)
(tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.
Soegiastuti, Janti. 2005. Persepsi Masyarakat Terhadap Independensi Auditor Dalam
Penampilan (Studi Empiris Pada Analis Kredit BKK Jawa Tengah). (Tesis). Program
Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi UNDIP.
Soobaroyen, Teeroven dan Chelven Chengabroyan, Auditors‟ Perception of Time
Budget Pressure, Premature Sign Offs and Under-reporting of Chargeable, Time :
Evidence from a Developing Country [On-line] http : //www.aber.ac.uk, 2005.
Sososutikno, Christina, Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku
Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap kualitas Audit, Simposium Nasional
Akuntansi VI. Surabaya, 2003
Suara Pembangunan 2015, Jumlah Tersangka Korupsi 1.328 Orang. Rabu 18
Pebruari, Hal. A4
Suartana I.W. 2010. Akuntansi Keperilakuan, Edisi 1, Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sukriah, I., Akram dan B. A. Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil
Pemeriksaan. SNA XII. Palembang.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS.
Yogyakarta: ANDI.
Suyana Utama. 2009. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Denpasar: Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana.
Trisnaningsih, S. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai
Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar,
26-28 Juli.
Urip Santoso, Yohanes 2010, Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik
Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam Mencegah Fraud
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Katolik Parahyangan.
Undang-Undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
Wood, R. dan Bandura, A. 1989. Social Cognitive Theory of Organizational
Management. Academy of Management Review, Vol. 14: 361-384.
76
Woodbine, G. F. dan Liu, J. 2010. Leadership Styles and the Moral Choice of
Internal Auditors. Electronic Journal of Business Ethics and Organization Studies,
Vol. 1: 28-35.
Wright. A. 1980. Performance Appraisal of Staff Auditors. The CPA Journal, Vol.
50: 37-43.
Zimmerman, Jerold L.1977, The Municipal Accounting Maze: An Analysis of
Political Incentives. Journal of Accounting Research (Impact Factor: 2.38) .01/1997;
15:107.
77
Lampiran 1
HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA
No Nama
(Tahun) Judul Variabel
Metode
Penelitian Hasil
1.
Meier and
Fuglister
(1992)
How to
Improve Audit
Quality
Perception of
Auditor and
Client
Variabel
dependen
Perception of
Auditor;
Variabel
independen
Perception of
Client, Audit
Quality
Regresi linier
berganda
Pengalaman dalam
melakukan audit
mempunyai dampak yang
signifikan terhadap
kualitas audit
2.
McNamara
dan
Liyanarachc
hi (2005)
Time Budget
Pressure and
Dysfungsional
Behaviour
withinan
Occopational
Stres Model
Variabel
dependen
Occopational
Stres Model;
Variabel
independen
Time Budget
Pressure and
Dysfungsional
Behaviour
Regresi
kategoris
dengan skala
yang optimal
Time budget pressure
berpengaruh terhadap
auditor dyfungsional
behavior
3.
Rahman
(2009)
Pengaruh
kompetensi,
independensi,
dan due
professional
care terhadap
kualitas audit
Variabel
dependen
Kualitas Audit;
Variabel
independen
kompetensi,
independensi,
dan due
professional
care
Regresi
linier
berganda
Pengetahuan,
independensi, dan due
professional care
berpengaruh terhadap
kualitas audit, sedangkan
pengalaman tidak
berpengaruh signifikan.
78
Lampiran 1 (Lanjutan)
No Nama
(Tahun) Judul Variabel
Metode
Penelitian Hasil
4. Sukriah, dkk
(2010)
Pengaruh
Pengalaman
Kerja,
Independensi,
Obyektifitas,
Integritas dan
Kompetensi
Terhadap
Kualitas Hasil
Pemeriksaan
(Inspektorat
NTB)
Variabel
dependen
Kualitas Hasil
Pemeriksaan;
Variabel
independen
Pengalaman
Kerja,
Independensi,
Obyektifitas,
Integritas dan
Kompetensi
Metode
statistik
regresi
berganda
(Multiple
Regression)
Pengalaman kerja,
obyektifitas dan kompetensi
berpengaruh positif
terhadap kualitas hasil
pemeriksaan.
Independensi dan integritas
tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
hasil pemeriksaan. Secara
simultan, kelima variabel
tersebut berpengaruh
terhadap kualitas hasil
pemeriksaan.
5. Ardini
(2010)
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi,
Akuntabilitas
dan Motivasi
terhadap
Kualitas Audit
(KAP di SBY)
Variabel
dependen
Kualitas Audit;
Variabel
independen
Kompetensi,
Independensi,
Akuntabilitas
dan Motivasi.
Regresi
linier
berganda
Variabel kompetensi,
independensi, akuntabilitas
dan motivasi secara
bersama-sama berpengaruh
terhadap kualitas audit
adalah signifikan.
6. Aprianti
(2010)
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi,
Keahlian
Profesional
terhadap
Kualitas Audit
dengan Etika
Auditor
sebagai
Variabel
Moderasi
(KAP di
Jaksel)
Variabel
dependen
Kualitas Audit;
Variabel
independen
Kompetensi,
Independensi,
Keahlian
Profesional;
Variabel
moderasi Etika
Auditor
Regresi
linier
berganda
Variabel kompetensi,
independensi, keahlian
profesional berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
audit.
Variabel kompetensi,
independensi, keahlian
profesional secara bersama-
sama dengan etika auditor
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
79
Lampiran 1 (Lanjutan)
No Nama
(Tahun) Judul Variabel
Metode
Penelitian Hasil
7. Riharna,
dkk (2013)
Pengaruh
Keahlian,
Independensi,
dan Etika
Terhadap
Kualitas
Audit (BPKP
Sulsel)
Variabel
dependen
Kualitas
Audit;
Variabel
independen
Keahlian,
independensi,
etika
Regresi linier
sederhana
dan regresi
linier
berganda
Keahlian, independensi,
dan etika tidak
berpengaruh secara
bersama-sama
terhadap kualitas audit.
Independensi dan etika
yang berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas
audit, sedangkan keahlian
tidak ikut berperan
didalamnya
8. Alim, dkk
(2007)
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi,
terhadap
Kualitas
Audit dengan
Etika Auditor
sebagai
Variabel
Moderasi
(KAP di Jawa
Timur)
Variabel
dependen
Kualitas
Audit;
Variabel
independen
Kompetensi,
Independensi
Variabel
moderasi
Etika Auditor
Regresi
modrate two
way
interaction
Kompetensi dan
independensi berpengaruh
secara signifikan terhadap
kualitas audit.
Interaksi kompetensi dan
etika auditor terhadap
kualitas audit dalam
penelitian ini tidak dapat
diketahui.
Interaksi independensi dan
etika auditor berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
audit.
9. Ratih, dkk
(2013)
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi,
dan Time
Budget
Pressure
terhadap
Kualitas
Audit (KAP
di Bali)
Variabel
dependen
Kualitas
Audit;
Variabel
independen
Kompetensi,
Independensi,
time budget
pressure.
Regresi linier
berganda
Kompetensi dan
independensi berpengaruh
secara positif dan signifikan
terhadap kualitas audit.
Time budget pressure
berpengaruh secara negatif
dan signifikan terhadap
kualitas audit.
Sumber: Data primer diolah, 2015
80
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Denpasar, 2015
Yth.
Bapak/ Ibu/ Saudara/i Responden
di-
Tempat
Perihal : Permohonan menjadi Responden
Lampiran : Satu Berkas
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Anak Agung Made Bayu Wirama
NIM : 1391661017
Pekerjaan : Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana
Adapun topik dari penelitian yang diangkat adalah Kemampuan Komitmen
Organisasi Memoderasi Pengaruh Independensi, Due Professional Care, Time
Budget Pressure pada Kualitas Audit.
Agar dapat menyelesaikan tugas penelitian tersebut, sangat diperlukan
bantuan dari pihak-pihak terkait terutama para auditor Badan Pemeriksa
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali. Untuk maksud
tersebut, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i berkenan mengisi
kuesioner yang semata-mata untuk kepentingan ilmiah, bukan untuk hal diluar
kepentingan akademis, serta saya akan menjaga kerahasiaan identitas responden
dan isi kuesioner.
Atas kesediaan waktu dalam menjawab kuesioner ini peneliti sampaikan
terima kasih, sekaligus meminta maaf seandainya penelitian ini mengganggu
pekerjaan responden.
Peneliti
Anak Agung Made Bayu Wirama
NIM. 1391661017
81
Lampiran 2 (Lanjutan)
Kuesioner ini ditujukan untuk diisi oleh Bapak/Ibu/Saudara/i dengan
menjawab seluruh pernyataan dan pertanyaan yang telah disediakan. Saya
mengharapkan jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan nantinya adalah
jawaban obyektif agar diperoleh hasil maksimal. Dalam pengisian pernyataan dan
pertanyaan dengan 2 bagian utama yaitu pertanyaan umum dan kuesioner sesuai
dengan petunjuk pengisian yang telah disediakan.
I. PERTANYAAN UMUM
Pertanyaan berikut ini merupakan pertanyaaan umum mengenai identitas
Bapak/ Ibu/ Saudara/i.
1. Nama :……………………………………………..…
2. Usia :………tahun
3. Status perkawinan :………………………………………………..
4. Jabatan :………………………sejak tahun……………
5. Pendidikan terakhir :………………………………………………..
6. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan*)
7. Diklat yang diikuti : a. Sertifikasi Auditor
b. Teknis Substantif
8. Pengalaman bekerja : a. di bawah 1 tahun
b. 1-3 tahun
c. 3-5 tahun
d. di atas 5 tahun
*) coret yang tidak perlu
II. KUESIONER
Petunjuk
Bapak/ Ibu/ Saudara/i dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas
pertanyaan dan pernyataan berikut dengan memberikan tanda centang pada
jawaban yang dipilih. Jika menurut Bapak/ Ibu/ Saudara tidak ada jawaban
yang tepat, maka jawaban dapat diberikan pada pilihan yang paling mendekati.
Alternatif jawaban adalah sebagai berikut:
Keterangan alternatif jawaban
- Sangat setuju (SS)
- Setuju (S)
- Netral (N)
- Tidak setuju (TS)
- Sangat tidak setuju (STS)
Pilihlah jawaban yang sesuai dengan memberikan tanda centang (√ ) pada
pilihan jawaban yang telah tersedia.
82
Lampiran 2 (Lanjutan)
A. Kualitas Audit
NO. Uraian Pernyataan STS TS N S SS
1 2 3 4 5
1. Saat menerima penugasan, saya menetapkan
sasaran, ruang lingkup, metodelogi
pemeriksaan.
2. Dalam semua pekerjaan saya harus direview
oleh atasan secara berjenjang sebelum laporan
hasil pemeriksaan dibuat.
3. Proses pengumpulan dan pengujian bukti harus
dilakukan dengan maksimal untuk mendukung
kesimpulan, temuan audit serta rekomendasi
yang terkait.
4. Saya menatausahakan dokumen audit dalam
bentuk kertas kerja audit dan disimpan dengan
baik agar dapat secara efektif diambil, dirujuk
dan dianalisis.
5. Dalam melaksanakan pemeriksaan, saya harus
mematuhi kode etik yang ditetapkan.
6. Saya telah menggunakan keahlian dan
pengetahuan yang mutahir mengenai jenis serta
standar pemeriksaan dalam melaporkan hasil
pemeriksaan.
7. Laporan hasil pemeriksaan memuat temuan dan
simpulan hasil pemeriksaan secara obyektif,
serta rekomendasi yang konstruktif.
8. Laporan harus dapat menyatakan pengakuan
atas suatu prestasi atau suatu tindakan
perbaikan yang telah dilaksanakan oleh auditan.
B. Independensi
NO. Uraian Pernyataan STS TS N S SS
1 2 3 4 5
1. Saya sebagai auditor pemerintah bebas dari
intervensi, dan mendapat dukungan dari
pimpinan tertinggi.
2. Saya sebagai auditor harus memiliki sikap
netral, dan tidak bias.
3. Saya sebagai auditor menghindari konflik
kepentingan dalam merencanakan,
melaksanakan, dan melaporkan hasil audit.
83
4. Saya sebagai auditor tidak mempunyai
hubungan yang dekat dengan auditan seperti
hubungan sosial, kekeluargaan atau hubungan
lainnya.
5. Saya sebagai auditor pemerintah melaporkan
kepada pimpinan APIP mengenai situasi jika
independensi atau objektivitas saya terganggu
baik secara fakta maupun penampilan.
6. Pimpinan APIP harus menggantikan auditor
yang menghadapi gangguan terhadap konflik
kepentingan.
C. Due Profesional Care
NO. Uraian Pernyataan STS TS N S SS
1 2 3 4 5
1. Dalam melakukan pekerjaan saya bekerja
penuh kecermatan, dan mempunyai
keterampilan dalam mengaudit laporan
keuangan.
2. Saya memiliki keteguhan, kesungguhan serta
bersikap energik.
3. Saya memiliki kemampuan teknik untuk
melaksanakan prosedur audit, dan
melakukannya dengan berhati-hati.
4. Saya perlu mewaspadai kecurangan yang
terjadi dalam mengaudit laporan keuangan.
5. Saya mewaspadai kecurangan, dan
ketidakefektifan.
6. Dalam melakukan pekerjaan saya selalu
waspada terhadap resiko yang signifikan yang
dapat mempengaruhi objektifitas pemeriksaan.
D. Time Budget Pressure
NO. Uraian Pernyataan STS TS N S SS
1 2 3 4 5
1. Saya merasakan beban atas pekerjaan yang
saya emban cukup berat mengingat waktu yang
diberikan terlalu sempit.
2. Dengan waktu yang telah ditentukan, tugas
yang diberikan belum sepenuhnya dapat saya
kerjakan dengan sebaik-baiknya.
3. Selama menjalankan tugas saya kurang mampu
memenuhi target yang telah ditentukan.
84
4. Saya terlalu tergesa-gesa dan tidak fokus dalam
melaksanakan tugas, dengan waktu yang
diberikan terlalu sempit.
5. Ditempat saya bekerja, anggaran waktu tidak
pernah dikomunikasikan.
6. Dalam penugasan saya, efisiensi dalam
pekerjaan proses audit sangat ditekankan.
7. Di tempat saya bekerja kesesuaian penugasan
audit dengan anggaran waktu dijadikan
indikator penilaian kinerja dari atasan.
8. Di tempat saya bekerja, anggaran waktu
merupakan keputusan yang mutlak dari atasan
yang tidak dapat diganggu gugat.
E. Komitmen Organisasi
NO. Uraian Pernyataan STS TS N S SS
1 2 3 4 5
1. Saya merasa ikut memiliki organisasi di tempat
saya bekerja.
2. Saya merasa terikat secara emosional dengan
organisasi di tempat saya bekerja.
3. Organisasi di tempat saya bekerja sangat berarti
bagi saya.
4. Saya merasa menjadi bagian dari organisasi di
tempat saya bekerja.
5. Saya merasa masalah organisasi di tempat saya
bekerja juga seperti masalah saya.
6. Saya sulit terikat dengan organisasi lain seperti
organisasi di tempat saya bekerja.
7. Saya mau berusaha di atas batas normal untuk
mensukseskan organisasi di tempat saya
bekerja.
8. Saat ini saya tetap tinggal di organisasi ini
karena komitmen terhadap organisasi.
9. Alasan utama saya tetap bekerja di organisasi
ini adalah karena loyalitas terhadap organisasi.
10. Saya merasa tidak komitmen jika
meninggalkan organisasi di tempat saya
bekerja.
11. Saya merasa tidak profesional jika
meninggalkan pekerjaan di tempat saya
bekerja.
12. Saya merasa tidak loyalitas terhadap organisasi
jika saya memutuskan untuk keluar dari
pekerjaan saya.
85
Lampiran 3
TRANSFORMASI DATA ORDINAL - INTERVAL
86
Lampiran 3 (Lanjutan)
87
Lampiran 4
STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IDP 46 2.12 3.88 2.9735 .60966
DPC 46 1.54 3.75 2.6389 .69083
TBP 46 1.22 4.69 2.9947 .62166
KO 46 1.60 4.66 2.9475 .66822
KA 46 1.59 3.38 2.4640 .62335
IDP*KO 46 4.19 18.07 8.9532 3.47018
DPC*KO 46 4.15 17.48 7.9068 3.31442
TBP*KO 46 4.03 18.95 8.7552 2.65287
Valid N (listwise) 46
88
Lampiran 5
HASIL UJI VALIDITAS
Variabel Item
Pernyataan
Koefisien
Korelasi
Keterangan
Independensi
(X1)
X1.1 0,656 Valid
X1.2 0,749 Valid
X1.3 0,721 Valid
X1.4 0,701 Valid
X1.5 0,751 Valid
X1.6 0,744 Valid
Due
Profesional
Care (X2)
X2.1 0,774 Valid
X2.2 0,826 Valid
X2.3 0,872 Valid
X2.4 0,876 Valid
X2.5 0,824 Valid
X2.6 0,891 Valid
Time Budget
Pressure
(X3)
X3.1 0,707 Valid
X3.2 0,676 Valid
X3.3 0,687 Valid
X3.4 0,775 Valid
X3.5 0,700 Valid
X3.6 0,564 Valid
X3.7 0,600 Valid
X3.8 0,665 Valid
Komitmen
Organisasi
(X4)
X4.1 0,764 Valid
X4.2 0,775 Valid
X4.3 0,787 Valid
X4.4 0,781 Valid
X4.5 0,664 Valid
X4.6 0,733 Valid
X4.7 0,651 Valid
X4.8 0,777 Valid
X4.9 0,839 Valid
X4.10 0,748 Valid
X4.11 0,713 Valid
X4.12 0,796 Valid
Kualitas
Audit (Y)
Y1 0,718 Valid
Y2 0,519 Valid
Y3 0,744 Valid
Y4 0,710 Valid
Y5 0,833 Valid
Y6 0,833 Valid
Y7 0,868 Valid
Y8 0,798 Valid
89
Lampiran 5 (Lanjutan)
HASIL UJI VALIDITAS
Independensi (X1)
Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 IDP
X1.1 Pearson Correlation 1 .708** .520
** .109 .221 .292
* .656
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .471 .139 .049 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
X1.2 Pearson Correlation .708** 1 .532
** .361
* .347
* .299
* .749
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .014 .018 .044 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
X1.3 Pearson Correlation .520** .532
** 1 .396
** .314
* .384
** .721
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .006 .033 .008 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
X1.4 Pearson Correlation .109 .361* .396
** 1 .625
** .514
** .701
**
Sig. (2-tailed) .471 .014 .006 .000 .000 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
X1.5 Pearson Correlation .221 .347* .314
* .625
** 1 .718
** .751
**
Sig. (2-tailed) .139 .018 .033 .000 .000 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
X1.6 Pearson Correlation .292* .299
* .384
** .514
** .718
** 1 .744
**
Sig. (2-tailed) .049 .044 .008 .000 .000 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
IDP Pearson Correlation .656** .749
** .721
** .701
** .751
** .744
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
90
Lampiran 5 (Lanjutan)
HASIL UJI VALIDITAS
Due Profesional Care (X2)
Correlations
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 DPC
X2.1 Pearson Correlation 1 .604** .777
** .518
** .363
* .659
** .774
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .013 .000 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
X2.2 Pearson Correlation .604** 1 .625
** .572
** .634
** .717
** .826
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
X2.3 Pearson Correlation .777** .625
** 1 .709
** .621
** .687
** .872
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
X2.4 Pearson Correlation .518** .572
** .709
** 1 .871
** .783
** .876
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
X2.5 Pearson Correlation .363* .634
** .621
** .871
** 1 .682
** .824
**
Sig. (2-tailed) .013 .000 .000 .000 .000 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
X2.6 Pearson Correlation .659** .717
** .687
** .783
** .682
** 1 .891
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
DPC Pearson Correlation .774** .826
** .872
** .876
** .824
** .891
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 46 46 46 46 46 46 46
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
91
Lampiran 5 (Lanjutan)
HASIL UJI VALIDITAS
Time Budget Pressure (X3)
92
Lampiran 5 (Lanjutan)
HASIL UJI VALIDITAS
Komitmen Organisasi (X4)
93
Lampiran 5 (Lanjutan)
HASIL UJI VALIDITAS
Kualitas Audit (Y)
94
Lampiran 6
HASIL UJI RELIABILITAS
Independensi (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.814 6
Due Profesional Care (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.918 6
Time Budget Pressure (X3)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.826 8
Komitmen Organisasi (X4)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.930 12
95
Lampiran 6 (Lanjutan)
HASIL UJI RELIABILITAS
Kualitas Audit (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.893 8
96
Lampiran 7
HASIL UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 46
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .29760264
Most Extreme Differences Absolute .153
Positive .153
Negative -.123
Kolmogorov-Smirnov Z 1.039
Asymp. Sig. (2-tailed) .231
a. Test distribution is Normal.
97
Lampiran 8
HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.940 .419 -2.244 .030
IDP .819 .135 .801 6.047 .000 .317 3.155
DPC .138 .111 .153 1.248 .219 .370 2.701
TBP .194 .081 .193 2.403 .021 .859 1.164
KO .009 .080 .009 .107 .915 .756 1.323
a. Dependent Variable: KA
98
Lampiran 9
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .402 .290 1.387 .173
IDP .068 .094 .195 .721 .475
DPC -.061 .077 -.201 -.804 .426
TBP -.011 .056 -.033 -.201 .842
KO -.068 .055 -.214 -1.222 .229
a. Dependent Variable: ABS_RES
99
Lampiran 10
HASIL ANALISIS REGRESI MODERASI
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .890a .792 .753 .30962
a. Predictors: (Constant), TBP*KO, DPC, KO, IDP, TBP, DPC*KO,
IDP*KO
b. Dependent Variable: KA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 13.843 7 1.978 20.628 .000a
Residual 3.643 38 .096
Total 17.486 45
a. Predictors: (Constant), TBP*KO, DPC, KO, IDP, TBP, DPC*KO, IDP*KO
b. Dependent Variable: KA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.569 2.086 -.752 .457
IDP .819 .135 .801 6.047 .005
DPC .138 .111 .153 1.248 .219
TBP .194 .081 .193 2.403 .021
KO .200 .669 .215 .300 .766
IDP*KO -.411 .222 -2.285 -1.845 .073
DPC*KO .315 .199 1.675 1.585 .121
TBP*KO .060 .140 .255 .429 .670
a. Dependent Variable: KA