Upload
nguyennhi
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah upaya pembangunan yang dilakukan, tidak jarang hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dikarenakan
pembangunan yang dilaksanakan hanya berusaha untuk mencapai pertumbuhan
produk domestik bruto yang tinggi tanpa memperhatikan faktor lain, sehingga
permasalahan yang timbul akibat kesalahan upaya pembangunan yang dilakukan
adalah tingkat kemiskinan yang tinggi, distribusi pendapatan yang tidak merata
yang berdampak pada kesenjangan sosial dan ekonomi yang terlalu besar serta
permasalahan pertumbuhan produk domestik bruto itu sendiri (Widodo, 2006: 6).
Menurut Todaro dan Smith (2011: 18), pembangunan haruslah dipandang
sebagai proses multidimensi yang melibatkan berbagai perubahan mendasar
dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan lembaga nasional serta percepatan
pertumbuhan, pengurangan ketimpangan, dan penanggulangan kemiskinan. Pada
intinya, pembangunan haruslah mencerminkan perubahan sistem sosial secara
total sesuai dengan berbagai kebutuhan dasar, serta upaya mengubah kondisi
kehidupan dari yang dipandang tidak memuaskan menjadi lebih baik.
Kemiskinan adalah orang-orang miskin yang hidup dalam keadaan kurang
nutrisi dan kesehatan yang buruk, sedikit mengenal aksara atau buta sama sekali,
hidup di wilayah-wilayah yang lingkungannya buruk, kurang terwakili secara
politis, terpinggirkan secara sosial, dan berusaha memperoleh penghasilan yang
minim disebuah pertanian kecil dan marginal (atau sebagai buruh tani harian) atau
tinggal di perkampungan kumuh perkotaan (Todaro dan Smith, 2011: 250).
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi berbagai faktor yang
saling berkaitan antara lain: tingkat pendapatan masyarakat, pengangguran,
kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi geografis, gender,
dan lokasi lingkungan.
Sharp, et al. (1996 dalam Kuncoro, 2010: 69), mengidentifikasi penyebab
kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro, kemiskinan
muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya
memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitas rendah. Kedua,
kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia.
Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktifitasnya rendah, yang
pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kulitas sumber daya manusia ini
karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi,
atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam
modal.
Pada saat ini, rata-rata pemerintah daerah dalam menempatkan prioritas
pembangunan lebih banyak tertarik kepada pembangunan yang sifatnya hanya
meningkatkan pendapatan daerah. Jika hal ini terus berlangsung, tanpa
memperhatikan pembangunan manusia itu sendiri, akan berdambak buruk bagi
pembangunan daerah tersebut dikarenakan minimnya sumber daya manusia yang
memadai. Dalam perencanaan pembangunan daerah, yang sangat perlu
diperhatikan adalah sumber daya manusia yang handal di daerah, karena sumber
daya manusia menjadi elemen utama bagi sukses tidaknya pelaksanaan
pembangunan daerah.
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang
memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan
kehidupan yang produktif. Akan tetapi yang sering menjadi pertanyaan adalah
menyangkut ukuran yang dapat digunakan dalam perencanaan pembangunan
daerah untuk melihat seberapa besar pembangunan manusia telah berhasil
dilaksanakan? Oleh sebab itu, perlu adanya pengukuran-pengukuran terhadap
pencapaian pembangunan manusia itu sendiri.
Dalam mengukur pencapaian pembangunan manusia ada tiga hal yang
dianggap paling penting, yaitu sehat dan berumur panjang, berpendidikan, dan
akses sumberdaya yang dapat memenuhi standar hidup layak. Untuk mengukur
ketiga hal tersebut, digunakan indeks komposit berdasarkan tiga parameter yang
kemudian dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI)
muncul sebagai kritikan dan sekaligus perbaikan terhadap penggunaan angka
pendapatan per kapita sebagai ukuran kemakmuran masyarakat yang hanya
terfokus pada aspek ekonomi saja, tetapi juga mengukur aspek sosial seperti
tingkat pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat. Untuk mengatasi kelemahan
ini muncul angka IPM yang merupakan indeks dari kombinasi tiga unsur penting
kemakmuran masyarakat, yaitu daya beli (pendapatan), pendidikan dan kesehatan
masyarakat (Sjafrizal, 2015: 166).
Dengan demikian, manfaat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam
perencanaan pembangunan daerah adalah sebagai alat ukur pemantauan status
pembangunan manusia. Karena, IPM sangat sensitif terhadap perubahan yang
sedang terjadi. Seperti pada saat krisis ekonomi yang pernah dialami di Indonesia,
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
yang mana nilai IPM turun sebagai akibat menurunnya tingkat pendapatan
sehingga tingginya angka kemiskinan. Oleh karena itu, IPM adalah sebagai data
strategis yang digunakan Pemerintah sebagai ukuran kinerja pembangunan,
karena IPM merupakan indikator penting dalam mengukur keberhasilan
membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).
Jika angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) semakin tinggi, maka ini
menunjukkan bahwa meningkatnya kualitas hidup manusia (masyarakat/
penduduk) yang didasari dari umur panjang dan hidup sehat. Juga menunjukkan
pendidikan yang semakin tinggi didasari pengetahuan dan juga menunjukkan
peningkatan dalam memenuhi kehidupan yang layak.
Semakin tinggi ketiga dimensi IPM tersebut, maka semuanya ini akan
berdampak terhadap meningkatnya produktivitas kerja masyarakat sehingga
masyarakat akan memperoleh pendapatan yang meningkat, yang pada akhirnya
masyarakat tersebut akan dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Akan tetapi,
jika sebaliknya menunjukkan angka IPM yang rendah, akan berdampak rendahnya
produktivitas kerja masyarakat. Karena produktivitas yang rendah akan
mengakibatkan rendahnya perolehan pendapatan, sehingga dengan rendahnya
pendapatan menyebabkan tingginya angka kemiskinan.
Dalam perencanaan pembangunan daerah, diperlukan data statistik yang
dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan. Salah satu
data statistik yang sangat diperlukan adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Karena, PDRB merupakan salah satu indikator penting yang dapat
mengetahui kondisi ekonomi disuatu daerah dalam suatu periode tertentu. Dengan
adanya data tersebut dapat digunakan pemerintah untuk pengambil kebijaksanaan
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
dalam perencanaan dan evaluasi sehingga pembangunan tidak salah arah. Angka
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sangat diperlukan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), karena selain dapat dipakai
sebagai bahan analisis perencanaan pembangunan juga merupakan barometer
untuk mengukur hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan.
Widodo (2006: 78) menjelaskan bahwa Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah (Value Added) yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) digunakan untuk melihat
pergeseran struktur ekonomi, PDRB nominal menunjukkan pendapatan yang
memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah serta
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
yang berlaku pada setiap tahunnya. PDRB atas harga konstan (riil) digunakan
untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi rill secara keseluruhan/setiap sektor dari
tahun ketahun, di mana faktor perubahan harga telah dikeluarkan. PDRB riil
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar, sehingga Data pada
PDRB rill ini lebih menggambarkan perkembangan produksi rill barang dan jasa
yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi daerah tersebut.
PDRB per kapita adalah nilai dari hasil pembagian PDRB dengan jumlah
penduduk. Semakin tinggi PDRB per kapita suatu daerah, maka semakin besar
pula potensi sumber penerimaan daerah, dikarenakan semakin besar pendapatan
masyarakat pada periode tertentu yang berarti akan meningkatkan total nilai
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian. Hal ini akan
memicu terjadinya peningkatan pendapatan yang diterima oleh masyarakat serta
kesejahteraan dalam masyarakat semakin tinggi yang akan menyebabkan
terjadinya penurunan tingkat kemiskinan.
Menurut Todaro dan Smith (2011: 16), pembangunan biasa diartikan sebagai
upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita)
yang berkelanjutan agar negara dapat memperbanyak output yang lebih cepat
dibandingkan laju pertumbuhan penduduk. Pencapaian pertumbuhan ekonomi
yang tinggi merupakan salah satu tujuan utama dari pembangunan suatu negara.
Dalam jangka waktu panjang, pembangunan diharapkan dapat mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga dapat mengurangi kemiskinan.
Peningkatan kualitas manusia sebagai agen produktif harus menjadi tujuan
utama dari setiap kebijakan pembangunan, karena kualitas manusia yang
meningkat merupakan prasyarat utama dalam proses produksi untuk terwujudnya
masyarakat industrial. Akan tetapi, masalah yang selalu muncul mengenai
pembangunan manusia itu sendiri salah satunya adalah pengangguran.
Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia
secara langsung dan merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan
orang, kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan
psikologis (Mankiw, 2007: 154).
Pengangguran merupakan suatu masalah yang sulit untuk diatasi dalam
pembangunan daerah, meskipun pertumbuhan ekonomi relatif tinggi dan terus
meningkat ternyata tidak secara otomatis mengurangi pengangguran, demikian
pula alokasi anggaran untuk sektor pendidikan dan peningkatan keterampilan
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
angkatan kerja. Pengangguran bisa disebabkan oleh bertambahnya angkatan kerja
baru yang terjadi tiap tahunnya, sementara itu penyerapan tenaga kerja tidak
bertambah. Hal ini berarti, semakin tinggi jumlah pengangguran maka akan
meningkatkan jumlah penduduk miskin.
Seers (1969 dalam Arsyad, 2010: 358), menjelaskan bahwa kemiskinan,
pengangguran dan ketidakmerataan merupakan tiga hal yang menjadi isu
mendasar dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, apabila ketiga hal ini
semakin menurun, dalam artian kinerjanya semakin baik berarti pembangunan
ekonomi sedang terjadi di wilayah tersebut. Namun sebaliknya, jika satu atau dua
dari tiga masalah tersebut ternyata kinerja semakin memburuk, berarti belum
dapat dikatakan bahwa terjadi pembangunan ekonomi di wilayah tersebut,
sekalipun pendapatan per kapita mengalami kenaikan sebesar dua kali lipat.
Permasalahan kemiskinan dalam pembangunan sangat sering dijumpai
dihampir seluruh negara di dunia. Salah satu negara kaya di dunia yaitu Amerika
Serikat (AS) yang tergolong negara maju masih terdapat jutaan orang yang
tergolong miskin (Kuncoro, 2010: 57). Kemiskinan membawa dampak negatif
yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial sehingga menjadi
penghambat keberhasilan pembangunan dalam suatu wilayah atau negara.
Dengan disepakati oleh 189 negara anggota PBB di tahun 2000, termasuk
Indonesia, menyetujui program Millennium Development Goals (MDGs) yaitu
seperangkat delapan tujuan. Salah satu sasaran dari program MDGs adalah
mengentaskan kemiskinan dan kelaparan. Seluruh negara yang tergabung dalam
anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyadari sifat multidimensi dari
pembangunan dan penanggulangan kemiskinan, sehingga sangat perlu dilakukan
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
komitmen dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan mencapai tujuan
pembangunan manusia pada tahun 2015 (Todaro dan Smith, 2011: 28).
Tahun 1998 jumlah penduduk miskin di indonesia tercatat sebanyak 49,5 juta
orang (24,23 persen) dari jumlah populasi. Tingginya angka kemiskinan tersebut
dikarenakan krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 yang
berakibatkan melonjaknya harga-harga kebutuhan sehingga berdampak
meningkatnya penduduk miskin. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Indonesia berhasil mengurangi penduduk miskin menjadi 27,73 juta orang (10,96
persen) pada September 2014.
Penurunan tingkat kemiskinan tersebut tidak terlepas dari upaya pemerintah
dalam mengentaskan kemiskinan dengan melalui berbagai kebijakan dan program
yang diterapkan oleh berbagai elemen, baik itu oleh pemerintah pusat maupun
daerah. Dengan mendukung kelancaran pelaksanaan program guna mempercepat
penanggulangan kemiskinan, pemerintah telah membentuk Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang didasarkan pada
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Program
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Kebijakan presiden tersebut dikeluarkan
untuk mendukung pencapaian visi dan misi SBY-Boediono untuk menurunkan
kemiskinan hingga 8-10 persen pada akhir tahun 2014.
Pada saat ini kebijakan tersebut telah berubah dan ditetapkan oleh Presiden
RI Joko Widodo menjadi Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 166
Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. TNP2K
merupakan tim lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat
untuk melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan. Pada tingkat daerah
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Perkembangan angka kemiskinan di Indonesia selama periode tahun 2010-
2014 menunjukkan penurunan angka kemiskinan, dapat dilihat jumlah dan
persentase penduduk miskin yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin
di Indonesia Tahun 2010-2014
Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Persentase Penduduk Miskin
(%)
2010
2011
2012
2013
2014
31,023,400
30,018,930
28,594,600
28,553,930
27,727,778
13,33
12,49
11,66
11,47
10,96
Sumber: BPS Indonesia, 2010-2014 (diolah)
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di indonesia
cenderung menurun selama periode 2010-2014. Pada tahun 2010 persentase
penduduk miskin tercatat sebanyak 13,33 persen (31,023,400 jiwa), dan pada
tahun 2011 jumlah penduduk miskin menurun sebesar 1,004,470 jiwa dari tahun
2010, sedangkan tahun 2012 jumlah penduduk miskin juga menurun sebesar
1,424,330 jiwa dari tahun 2011, pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin
menurun sebesar 40,670 jiwa dari tahun 2012, pada tahun 2014 jumlah penduduk
miskin menurun sebesar 826,152 jiwa dari tahun 2013.
Meskipun tingkat kemiskinan tersebut mengalami penurunan, pada
kenyataannya kemiskinan di indonesia masih saja ada sampai dengan saat ini,
yang dikarenakan penangganan kemiskinan bukanlah hal yang mudah untuk
diatasi dalam masa jangka pendek, sehingga perlu waktu dan formula yang tepat
untuk memutus rantai kemiskinan yang ada. Secara umum kemiskinan merupakan
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
masalah yang masih ditangani oleh pemerintah Indonesia, namun kemiskinan
bukan hanya menjadi masalah nasional tetapi juga menjadi masalah setiap
provinsi di daerah-daerah, salah satunya Provinsi Riau. Jumlah dan persentase
penduduk miskin di Provinsi Riau, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin
di Provinsi Riau Tahun 2010-2014
Tahun Jumlah Penduduk Miskin
(Jiwa) Persentase Penduduk Miskin (%)
2010
2011
2012
2013
2014
500,300
482,050
481,300
522,530
498,280
8,65
8,47
8,05
8,42
7,99
Sumber: BPS Indonesia, 2010-2014 (diolah)
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin
Provinsi Riau sebesar 500,300 jiwa (8,65 persen). Selanjutnya tahun 2011
mengalami penurunan menjadi 482,050 jiwa (8,47 persen), dan kemudian
mengalami sedikit penurunan pada tahun 2012 menjadi 481,300 jiwa (8,05
persen), namun pada tahun 2013 mengalami kenaikan jumlah penduduk miskin
sebesar 41,230 jiwa menjadi 522,530 jiwa (8,42 persen), dan pada tahun 2014
akhirnya mengalami penurunan sebesar 24,250 jiwa menjadi 498,280 jiwa (7,99
persen).
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
Sumber: BPS Indonesia, 2007-2014 (diolah)
Gambar 1.1 Tingkat Kemiskinan Provinsi di Pulau Sumatera
Tahun 2010-2014 (persen)
Perbandingan rata-rata tingkat kemiskinan di Indonesia selama periode tahun
2010-2014 dengan Provinsi Riau, dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut.
2010 2011 2012 2013 2014
Aceh 20.98 19.57 18.58 17.72 16.98
Sumut 11.31 11.33 10.41 10.39 9.85
Sumbar 9.5 9.04 8.00 7.56 6.89
Riau 8.65 8.47 8.05 8.42 7.99
Jambi 8.34 8.65 8.28 8.42 8.39
Sumsel 15.47 14.24 13.48 14.06 13.62
Bengkulu 18.3 17.5 17.51 17.75 17.09
Lampung 18.94 16.93 15.65 14.39 14.21
Kep.B.Belitung 6.51 5.75 5.37 5.25 4.97
Kep.Riau 8.05 7.40 6.83 6.35 6.40
0
5
10
15
20
25
Tin
gkat
Kem
iski
nan
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
Sumber: BPS Indonesia, 2007-2014 (diolah)
Gambar 1.2 Tingkat Kemiskinan Provinsi Riau di Indonesia
Tahun 2010-2014 (persen)
Gambar 1.2 di atas terlihat bahwa Provinsi Riau pada tahun 2010 tingkat
kemiskinannya sebesar 8,65 persen (500,300 jiwa), dengan rata-rata tingkat
kemiskinan di Indonesia sebesar 13,33 persen. Tahun 2014 tingkat kemiskinan
Provinsi Riau menurun menjadi 7,99 persen, namun hampir mendekati dengan
rata-rata tingkat kemiskinan di Indonesia sebesar 10,96 persen.
Berdasarkan data yang telah ditunjukan di atas secara umum dari periode
tahun 2010 hingga tahun 2014 persentase penduduk miskin di Provinsi Riau
menunjukkan tren yang menurun. Akan tetapi, masalah kemiskinan adalah
masalah serius sehingga harus diperhatikan oleh pihak-pihak terkait khusus
Pemerintah Provinsi Riau, karena kemiskinan yang ada di Provinsi Riau tentu saja
merupakan suatu masalah yang tidak bisa dibiarkan begitu saja dan harus tetap
13,3312,49
11,66 11,4710,96
8,65 8,478,05 8,42
7,99
0
2
4
6
8
10
12
14
2010 2011 2012 2013 2014
INDONESIA Penduduk Miskin di Riau
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
ditanggulangi. Ibarat api yang masih kecil kalau dibiarkan akan membesar dan
membahayakan, ada asap tentu ada apinya.
Meskipun tugas untuk menuntaskan kemiskinan itu sulit, tetapi bukan hal
yang mustahil jika kita bertekad melakukannya. Seperti yang dikemukakan James
Speth (direktur eksekutif UNDP) dalam Todaro dan Smith (2011: 308),
“kemiskinan bukan lagi tidak dapat dihindari. Dunia ini memiliki sumber daya
material dan alam, pengetahuan, serta orang-orang untuk mewujudkan dunia yang
bebas dari kemiskinan dalam waktu kurang dari satu generasi. Ini bukanlah
idealisme yang tidak berdasar, tetapi tujuan yang praktis dan dapat dicapai”.
Oleh karena itu, pemerintah Provinsi Riau harus berkerja keras terkait
dengan delapan sasaran pembangunan (Milinium Development Goals-MDGs)
yang harus dicapai oleh Indonesia, di mana salah satu poinnya adalah mengenai
pengentasan kemiskinan. Mengingat untuk mencapai hal tersebut diperlukan
upaya penanggulangan kemiskinan yang bukan merupakan hal yang mudah untuk
dilaksanakan.
Melalui penelitian ini, peneliti ingin menjawab pertanyaan tersebut dengan
menganalisis seberapa jauh faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan di Provinsi Riau yaitu kualitas hidup manusia yang
dicerminkan dari angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) per kapita dan pengangguran. Hal ini dilakukan agar
dapat memberikan kontribusi sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi
pembuat kebijakan dalam menanggulangi masalah kemiskinan. Oleh karena itu,
judul penelitian yang dipilih yaitu “Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
Manusia (IPM), PDRB per kapita, dan Pengangguran Terhadap Tingkat
Kemiskinan Di Provinsi Riau 2010-2014”.
1.2 Keaslian Penelitian
Penelitian ini menganalisis pengaruh dari Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), PDRB per kapita, dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di
Provinsi Riau. Sebagai pembanding, maka akan diuraikan beberapa penelitian
yang relevan dengan penelitian ini.
Tabel 1.3 Penelitian Terkait IPM, PDRB Per Kapita, dan Pengangguran
terhadap Tingkat Kemiskinan
No Peneliti Topik/Lokasi Metoda Hasil Penelitian
1 Aqrawal
(2008)
Analisis hubungan
antara pertumbuhan
ekonomi dan
pengurangan
kemiskinan di
Kazakhstan,
2000-2003
Regresi data
panel
Tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, dan
peningkatan pengeluaran
pemerintah pada sektor
sosial (jaminan sosial,
pendidikan dan kesehatan)
memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap
pengurangan kemiskinan.
2 Iradian
(2005)
Dampak
pertumbuhan,
ketimpangan, dan
pengeluaran
pemerintah (sektor
sosial dan
infrastruktur)
terhadap
pengentasan
kemiskinan di
82 negara,
1965-2003
Regresi data
panel
Pertumbuhan ekonomi dan
pengeluaran pemerintah
berhubungan secara negatif
dan signifikan terhadap
kemiskinan, sedangkan
distribusi pendapatan
berhubungan secara positif
dan signifikan terhadap
kemiskinan.
3 Roemer
dan Gugerty
(1997)
Hubungan
pertumbuhan
ekonomi terhadap
pengentasan
kemiskinan di
26 negara
Analisis
perbandingan
Meningkatnya
pertumbuhan PDB per
kapita merupakan kekuatan
dalam mengurangi
kemiskinan.
4 Aiyedogbon
dan
Ohwofasa
(2012)
Kemiskinan dan
pengangguran di
Nigeria,
1987-2011
Regresi data
panel
Pengangguran, kontribusi
sektor pertanian, jasa
terhadap PDB dan
pertumbuhan penduduk
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
berpengaruh secara positif
dan signifikan kecuali
sektor pertanian yang tidak
signifikan terhadap tingkat
kemiskinan. Kontribusi
sektor industri dan inflasi
berpengaruh negatif dan
signifikan kecuali inflasi.
5 Grammy
dan
Assane
(2006)
Hubungan antara
distribusi
pendapatan dan
pertumbuhan
ekonomi dalam
mengurangi
kemiskinan di
60 negara sedang
berkembang,
1970-1998
Model Initial,
Augmented,
and Modified
Augmented
Peningkatan distribusi
pendapatan merupakan
kunci pengentasan
kemiskinan. Pertumbuhan
disertai dengan
peningkatan distribusi
bekerja lebih baik daripada
pertumbuhan dan distribusi
sendiri.
6 Jha
(2003)
Dampak
Pengeluaran Publik
untuk pendidikan
dan kesehatan pada
Kemiskinan di
India,
1957-1997
Regresi data
panel
Pengeluaran pembangunan,
kesehatan dan pendidikan
berpengaruh dalam
pengurangan kemiskinan,
sementara pendapatan per
kapita tidak signifikan
berpengaruh terhadap
kemiskinan.
7 Christina
Wieser
(2011)
Faktor-faktor
penentu perubahan
tingkat kemiskinan
65 negara
berkembang,
1983-2009
Ordinary
Least Square
(OLS)
Pertumbuhan GDP per
kapita merupakan salah
satu kontributor penting
dan signifikan terhadap
kemiskinan terutama dalam
jangka panjang dan untuk
Negara-negara
berpenghasilan rendah.
8 Ghosh
(2011)
Dampak
pertumbuhan
ekonomi dan IPM di
rasio kemiskinan
untuk 16 negara
bagian India,
2004-2005
Regresi
sederhana
dengan data
cross section
Dampak dari pertumbuhan
ekonomi dan Indeks
Pembangunan Manusia
yang meningkat
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
menurunnya tingkat
kemiskinan.
9 Widodo,
Waridin dan
Kodoatie
(2011)
Pengaruh
pengeluaran
pemerintah di sektor
pendidikan dan
kesehatan terhadap
pengentasan
kemiskinan di
Jawa Tengah,
2007-2008
Moderated
Regression
Analysis
(MRA)
IPM dan persentase jumlah
miskin di kabupaten / kota
menunjukkan tren positif.
Artinya, peningkatan
pengeluaran pemerintah
pada sektor pendidikan dan
kesehatan diikuti oleh tidak
hanya peningkatan IPM
tetapi juga oleh penurunan
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
persentase penduduk
miskin.
10 Rusdarti dan
Sebayang
(2013)
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Tingkat Kemiskinan
di Jawa Tengah,
2006-2007
Ordinary
Least Square
(OLS)
PDRB berpengaruh negatif
dan signifikan,
pengangguran tidak
berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan dan
belanja publik berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan.
Dengan mengkaji hasil penelitian, penelitian ini sudah pernah dilakukan
sebelumnya. Penelitian ini mempunyai persamaan pada alat analisis yang
digunakan yaitu analisis regresi data panel, sedangkan perbedaan dari penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya adalah (1) lokasi dan waktu penelitian adalah
Provinsi Riau dengan waktu penelitian pada tahun 2010-2014; (2) variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), PDRB per kapita, dan Pengangguran.
1.3 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang bahwa persentase penduduknya miskin di Provinsi
Riau tergolong relatif tinggi apabila dibandingkan dengan daerah-daerah lain
tetangga seperti Sumatera Barat dan Kepulauan Riau. Untuk mengurangi
persentase penduduk miskin secara ilmiah diperlukan penelitian terlebih dahulu
dengan melakukan penelitian faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kemiskinan
di Provinsi Riau yaitu Indeks Pembanguan Manusia (IPM), PDRB per kapita dan
Pengangguran.
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk
menjawab permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat
kemiskinan di Provinsi Riau tahun 2010-2014?
2. Bagaimana pengaruh PDRB per kapita terhadap tingkat kemiskinan di
Provinsi Riau tahun 2010-2014?
3. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi
Riau tahun 2010-2014?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut.
1. Menganalisis pengaruh dari variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Riau dengan data empiris tahun
2010-2014.
2. PDRB per kapita, terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Riau dengan data
empiris tahun 2010-2014.
3. Pengangguran terbuka, terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Riau dengan
data empiris tahun 2010-2014.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai
berikut.
1. Dapat digunakan sebagai sumber masukan kepada pemerintah Provinsi Riau
dalam hal membuat program dan kebijakan pemerintah yang terkait dengan
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
pembangunan daerah khusus dalam hal pengurangan tingkat kemiskinan di
Provinsi Riau.
2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan bahan belajar bagi mahasiswa
Magister Ekonomika Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada.
3. Sebagai masukan bagi peneliti-peneliti yang lain dengan tipe penelitian
sejenis.
1.7 Lingkup Penelitian
Penelitian ini memilih lokasi penelitian di Provinsi Riau. Instansi yang
menjadi tujuan utama untuk melengkapi kebutuhan data penelitian adalah Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. Data tersebut digunakan untuk melihat
gambaran jumlah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), PDRB per kapita, dan
Pengangguran, serta tingkat kemiskinan di Provinsi Riau.
1.8 Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, keaslian penelitian, rumusan
penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup
penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan pustaka, berisikan landasan
teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, hipotesis dan kerangka penelitian. Bab
III Metode Penelitian, berisikan desain penelitian, metode pengumpulan data,
definisi operasional tiap variabel yang diteliti, dan metode analisis data. Bab IV
Analisis, berisi tentang uraian deskripsi data yang diperoleh dalam penelitian,
hasil alat analisis penelitian, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan. Bab V
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
Simpulan dan Saran, memuat simpulan penelitian sesuai dengan rumusan dan
pertanyaan penelitian, memaparkan implikasi atau rekomendasi, keterbatasan
penelitian yang telah dilakukan, dan bagi peneliti berikutnya untuk topik
penelitian yang sejenis.
ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, PDRB PER KAPITA, DANPENGANGGURAN TERHADAP TINGKATKEMISKINAN DI PROVINSI RIAU TAHUN 2010 - 2014NURUL HABIBIUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/