17
BAB I PENDAHULUAN Kematangan Karier pada hakekatnya merupakan masalah yang kompleks, yang menyangkut berbagai aspek kehidupan, baik aspek perkembangan, kepribadian, sosial, budaya, ekonomi, maupun belajar. Karier erat kaitannya dengan proses pengambilan keputusan di bidang pekerjaan/jabatan dan berlangsung melalui proses panjang serta bertahap, berlangsung sepanjang hayat, serta berkembang seiring dengan kematangan pribadi seseorang. Dengan demikian, siswa SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat merupakan calon sumber daya manusia yang diharapkan telah memiliki kompetensi sesuai minat dan kemampuan yang dimiliki guna mencapai kematangan karier. A. Latar Belakang Era globalisasi dan era teknologi informasi dan komunikasi di abad 21 telah berjalan cepat dan begitu derasnya dengan penuh persaingan. Persaingan di era global dalam aspek apapun pada dasarnya ditentukan oleh pondasi dasar yaitu sumber daya manusia (SDM). Oleh sebab itu, kerja dan perbaikan serta peningkatan bidang pendidikan tidak bisa dijalankan secara reaktif, sambil lalu dan sekenanya, melainkan mesti dengan cara pro-aktif, intensif dan strategis. Pendidikan merupakan investasi bagi suatu bangsa karena akan menentukan kualitas SDM. Sumber daya manusia (SDM) tersebutlah yang menentukan kemenangan bersaing, karena mereka memiliki kualifikasi yaitu aktif dan berkualitas (Agustini, 2011). Kementerian Pendidikan Nasional sebenarnya telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan agar menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Kebijakan ini didasari oleh Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

  • Upload
    buiminh

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

BAB I

PENDAHULUAN

Kematangan Karier pada hakekatnya merupakan masalah yang

kompleks, yang menyangkut berbagai aspek kehidupan, baik aspek

perkembangan, kepribadian, sosial, budaya, ekonomi, maupun belajar.

Karier erat kaitannya dengan proses pengambilan keputusan di bidang

pekerjaan/jabatan dan berlangsung melalui proses panjang serta bertahap,

berlangsung sepanjang hayat, serta berkembang seiring dengan

kematangan pribadi seseorang. Dengan demikian, siswa SMA Negeri 1

Larat Maluku Tenggara Barat merupakan calon sumber daya manusia

yang diharapkan telah memiliki kompetensi sesuai minat dan kemampuan

yang dimiliki guna mencapai kematangan karier.

A. Latar Belakang

Era globalisasi dan era teknologi informasi dan komunikasi di abad

21 telah berjalan cepat dan begitu derasnya dengan penuh persaingan.

Persaingan di era global dalam aspek apapun pada dasarnya ditentukan

oleh pondasi dasar yaitu sumber daya manusia (SDM). Oleh sebab itu,

kerja dan perbaikan serta peningkatan bidang pendidikan tidak bisa

dijalankan secara reaktif, sambil lalu dan sekenanya, melainkan mesti

dengan cara pro-aktif, intensif dan strategis. Pendidikan merupakan

investasi bagi suatu bangsa karena akan menentukan kualitas SDM.

Sumber daya manusia (SDM) tersebutlah yang menentukan kemenangan

bersaing, karena mereka memiliki kualifikasi yaitu aktif dan berkualitas

(Agustini, 2011).

Kementerian Pendidikan Nasional sebenarnya telah berupaya

meningkatkan mutu pendidikan agar menghasilkan sumberdaya manusia

yang berkualitas. Kebijakan ini didasari oleh Standar Nasional Pendidikan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005

merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang No. 20 Tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasioal, yang menggariskan ketentuan

minimum bagi satuan pendidikan formal agar dapat memenuhi mutu

pendidikan. Selain itu, dikeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi yang memuat

pengembangan diri sebagai kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran

wajib yang merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan

yang tercakup dalam pengembangan diri, di antaranya yaitu pemecahan

masalah pribadi dan kehidupan sosial, penanganan masalah belajar,

pengembangan karier. Sumber daya manusia sebagai aset bangsa wajib

dikembangkan dan dioptimalkan melalui pendidikan dan pelatihan

keterampilan. Sementara itu pengembangan SDM di Indonesia memiliki

jenjang pendidikan menengah atas (SMA) dan menengah kejuruan

(SMK). Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa keduanya memiliki

kerakteristik dan arah tujuan yang berbeda dalam merencanakan tujuan

selama pendidikan hendak dicapai guna membantu individu dalam

mewujudkan karier.

Pada suatu kesempatan, Alwi (2003) mengemukakan bahwa

sumber daya manusia sangat penting dalam penyediaan tenaga kerja yang

bermutu dan mempertahankan kualitas. Dalam dunia karier tidak hanya

memilih calon pekerja yang cakap dalam kemampuan akademik saja (hard

skills), tetapi juga sangat memperhatikan nilai-nilai kecakapan lainnya

diantaranya nilai kejujuran, tanggung jawab, sopan santun, disiplin,

komitmen, rasa percaya diri, etika kerjasama, kreativitas, komunikasi, dan

kepemimpinan (soft skills). Artinya karier tidak hanya berkaitan dengan

aspek fisik, tetapi juga aspek psikologis, sehingga individu perlu

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

merencanakan dan mempersiapkan karir dengan matang sejak dini untuk

mendapatkan karier yang sesuai dengan bakat, minat, nilai dan

kemampuan yang dimiliki.

Pada suatu kesempatan, Hurlock (1980) mengatakan bahwa awal

masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas

tahun atau tujuh belas tahun. Berikutnya, akhir masa remaja bermula dari

16 atau 17 tahun sampai 18 tahun. Lanjutnya, Hurlock mengungkapkan

bahwa pada usia ini, remaja membutuhkan kemandirian. Kemandirian ini

tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan

mempersiapkan diri untuk bekerja. Lebih lanjut, Miller & Mitchell (dalam

Seligman, 1994) mengatakan bahwa perkembangan karier tampak maju

pesat pada masa remaja dan merupakan dinamika yang penting di SMA.

Kesempatan berbeda, Wahyono (2002) mengungkapkan bahwa

remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

yang siap kerja secara psikologis. Artinya profil perilaku yang ditampilkan

oleh siswa SMA antara lain mampu memilih salah satu pekerjaan dari

berbagai pekerjaan yang beragam, mampu mempertimbangkan berapa

lama menyelesaikan sekolah, dapat merencanakan apa yang harus

dilakukan setelah tamat sekolah, dapat memilih program studi yang sesuai

dengan minat kemampuannya, dapat mengambil keputusan di tempat

mana individu akan bekerja. Selanjutnya, Erikson (1968) mengatakan

bahwa ketidakmatangan dalam merencanangkan karier adalah masalah

terpenting yang dihadapi remaja.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

Ada beberapa fenomena yang menarik terkait dengan kematangan

karier remaja. Salah satunya adalah kematangan karier yang ditampilkan

oleh Siswa SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat. Berdasarkan

pengamatan dan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti selama satu

tahun terakhir. Hasil pengamatan tersebut mengindikasikan bahwa ada

sebagian siswa pada SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat yang

mampu menata perjalanan kariernya dari memilih jurusan yang tepat

sampai pada mendapatkan pekerjaan yang tepat pula sesuai dengan bidang

pekerjaan yang diminati. Siswa bahkan terlihat begitu matang dalam

menentukan karier yang tepat bagi dirinya. Tetapi di lain sisi, masih ada

sebagian siswa yang seringkali mempunyai permasalahan yang

berhubungan dengan kelanjutan studi atau pekerjaan setelah lulus.

Masalah-masalah yang sering muncul di nantaranya kebingungan dalam

memilih program studi, memilih jurusan di perguruan tinggi, menentukan

cita-cita atau, tidak memahami bakat dan minat yang dimiliki, dan merasa

cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah tamat sekolah.

Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang

dilakukan oleh penulis terhadap 4 siswa SMA N 1 Larat Maluku Tenggara

Barat pada tanggal 16 desember 2012, diketahui bahwa salah satu

permasalahan siswa setelah menyelesaikan studinya adalah menyangkut

karier. Pilihan karier banyak dilakukan tanpa mempertimbangkan

kemampuan, minat, dan kapasitas siswa. Lebih lanjut permasalahan

tentang Ada kecendrungan siswatidak mengetahui informasi karier untuk

masa depannya, bahkan pengetahuan tentang macam-macam unsur

pekerjaan tidak diketahui. Untuk mengambil keputusan karier yang

diinginkan saja siswa mengikuti pilihan orang tua dan teman dengan dasar

popularitas pekerjaan atau identifikasi dengan orang tua sehingga siswa

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

dalam usahanya untuk mencapai kematangan karir yang diinginkan sering

mengalami hambatan.Jadi atas dasar fenomena-fenomena tersebut dapat

dikatakan benar siswa SMA mengalami masalah dalam perkembangan

karier mereka.

Oleh karena itu, sebagian besar waktu individu akan digunakan

untuk bekerja. Sehingga kematangan karier merupakan salah satu masalah

yang harus diperhatikan dan ditindaklanjuti. Artinya bahwa siswa yang

berada pada kelas XII SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat

dikatakan matang dalam karier bukan hanya dilihat dari minat, kapasitas

pribadi dan kemampuan yang dimiliki tetapi juga mengetahui informasi-

informasi tentang karir, pengambilan keputusan yang matang, dan yang

lebih penting adalah yakin dan memiliki pusat kendali baik eksternal

maupun internal dalam mempersiapkan karier.

Ada beberapa temuan yang dilakukan oleh para peneliti tentang

perkembangan karier yang dianggap penting diantaranya adalah Crites

(dalam Taganing, 2007) berdasarkan studinya terhadap beberapa hasil

penelitian di Amerika menemukakan bahwa sekitar 30% individu di

sekolah menengah dan perguruan tinggi belum memutuskan pilihan karier

mereka. Sementara Marr (dalam Budiamin, 2002) menemukakan bahwa

50% subjek tidak membuat suatu keputusan karier hingga mereka berusia

21 tahun. Penelitian lain dari Kramer et al (dalam Herr, Cramer&Niles,

2004), mengemukakan 48 mahasiswa laki-laki dan 61 mahasiswa

perempuan mengalami masalah dalam pilihan dan perencanaan karier.

Penemuan serupa, juga ditemukan di salah satu universitas di Indinosia

bahwa 52,8% responden penelitian berada pada kategori belum

matang.Sejalan dengan itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Paterson

(dalam Owre, 2005) dan El Hami (1993) yang membuktikan bahwa lebih

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

dari setengah sampelnya menunjukan skor kematangan karier yang rendah

sehingga dapat dikatakan siswa belum matang dalam kariernya.

Selain itu, masih ada beberapa siswa SMA Negeri 1 Larat MTB

yang minatnya tidak sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Hurlock (1980) bahwa

ketidakmatangan karier yang ditampilkan oleh siswa disebabkan oleh

kurangnya bekal ilmu, keterampilan dan pengalaman dan

ketidakmampuan dalam mengenal diri dan potensi yang dimiliki oleh

siswa ketika akan memasuki dunia kerja. Selain itu, ada indikasi bahwa

kesesuaian minat saja tidak cukup untuk mencapai karier yang diinginkan.

Hambatan dalam kematangan karier tentunya akan memberi

dampak positif maupun negatif. Herr and Enderlein (Powell dan Luzzo,

1998) menyatakan bahwa individu dengan tingkat kematangan karier yang

tinggi akan membawa dampak positif yaitu kebahagiaan, rasa tertantang,

prestasi, dan ketenangan. Sementara itu, Smedley (2003) mengungkapkan

bahwa dampak negatif dari kematangan karier individu yaitu tentu

menunjukan keyakinan diri yang rendah, konsep diri yang rendah, dan

individu yang bertipe belajar pasif dan juga bisa mendatangkan frustasi

dan rasa keterpaksaan. Dengan demikian, individu yang memiliki

permasalahan dalam belajar mengakibatkan kematangan karirnya juga

rendah. Penyebabnya, dalam kematangan karier membutuhkan

pengetahuan dan keterampilan yang mendukung untuk meningkatkan

kapasitas yang diperlukan dalam menentukan pilihan karier. Rendahnya

kematangan karier dapat menyebabkan kesalahan dalam mengambil

keputusan karier, termasuk kesalahan dalam mengambil keputusan karier

dan kesalahan dalam menentukan pendidikan lanjutan.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

Atas dasar itu, penulis menduga ada beberapa faktor yang

memengaruhi kematangan karier remaja. Sampson et al (2000)

mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kematangan karier yaitu konsep diri, self-esteem, dan self-efficacy.

Selanjutnya, Karimi & Alipour (2011) mengungkapkan bahwa faktor

locus of control juga menjadi salah satu faktor penentu bagi kematangan

karier. Patton & Lokan (dalam Bozgeyikli et al, 2009) menyebutkan

bahwa faktor kerakteristik usia dan jenis kelamin merupakan faktor yang

turut mempengaruhi kematangan karier individu.

Salah satu faktor memberikan kontribusi yang besar adalah self-

efficacy. Sementara itu, Betz & Taylor (2000) dalam penelitiannya

mengungkapkan bahwa individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi

akan menyelesaikan tugas-tugas yang dibutuhkan dalam kematangan

karier. Artinya bahwa, dengan adanya self-efficacy, maka individu mampu

melakukan sesuatu dalam situasi apapun dan mampu berhasil. Kemudian,

Bandura (dalam Zulkaida, 2007) mengemukakan bahwa individu yang

memiliki self-efficacy yang tinggi maka akan mengeluarkan usaha yang

besar untuk mengatasi segala hambatan untuk mencapai tujuannya.

Pada suatu kesempatan, Santrock (2007) mengungkapkan bahwa

siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan bertahan lebih lama

dalam proses belajar dibandingkan dengan siswa dengan self-efficacy yang

rendah. Hal yang sama juga diungkapkan lewat penelitian yang dilakukan

oleh Betz & Hackett (1997) bahwa self-efficacymerujuk pada tingkat

kepercayaan diri individu dan keyakinannya akan kemampuannya

terhadap kesuksesan, sehingga memunculkan suatu perbuatan,

menunjukan perilaku yang diinginkan, menyelesaikan pekerjaan yang

diberikan dan mencapai prestasi yang diinginkan. Artinya bahwa, siswa

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

yang memiliki self-efficacy mampu mempunyai dorongan untuk berusaha

mengatasi hambatan, mencari informasi dan dapat menentukan keputusan

sehingga mencapai kesuksesan dalam karier yang diinginkan.

Sejauh penelusuran penulis, ada beberapa penelitian yang

menunjukan self-efficacy sebagai prediktor yang kuat terkait dengan

kamatangan karier. Penelitian yang dilakukan oleh Olanrewaju (2013),

mengemukakan bahwa ada pengaruh self-efficacay terhadap karier remaja

di Nigeria, hasil penelitian menunjukan ada pengaruh signifikan antara

self-efficacy terhadap karier. Penelitian yang sama juga diungkapkan oleh

Bozgeyilki et al (2009), dengan hasil penelitiannya menunjukan adanya

pengaruh yang signifikan antara self-efficacay dengan kematangan karier.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Patton dan Creed (2003) pada

pelajar di Australia berhasil mengungkapkan bahwa ada hubungan self-

efficacy dengan kematangan karier siswa Australia. Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Zulkaida et al (2007), yang menemukakan

bahwa secara parsial sumbangan self-efficacy tidak berpengaruh signifikan

terhadap kematangan karier. Penelitian yang sama juga diungkapkan oleh

Lindley (2006) terhadap 105 siswa SMA Meksiko Amerika, analisis

regresi menunjukan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara self-

efficacydengan karier siswa SMA Meksiko. Hal yang sama juga

diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Tyas et al (2012) kepada

siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali, secara parsial tidak ada

pengaruh yang signifikan antara self-efficacy dengan kematangan karier

pada siswa.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

Dari hasil-hasil penelitian self-efficacy terhadap kematangan karier

siswa yang telah dikemukakan oleh penulis, maka sumbangan self-efficacy

sebagai prediktor utama terhadap kematangan karier menyebabkan adanya

keyakinan akan kemampuan diri individu. Hal ini sesuai dengan pendapat

bandura (dalam Zulkaida, 2007), bahwa individu yang memiliki self-

efficacytinggi akan mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi

hambatan dalam mencapai tujuannya. Itulah sebabnya mengapa individu

yang memiliki self-efficacy tinggi akan lebih siap menentuakan karier

mana yang tepat untuk dirinya.

Siswa dalam usaha untuk mencapai karier yang diinginkan tidak

hanya memerlukan self-efficacay tetapi juga locus of control. Karimi &

Alipour (2011), mengungkapkan bahwa locus of control merupakan

kepercayaan umum yang meliputi kesuksesan sampai pada kegagalan

yang dialami oleh seorang individu. Hasil-hasil yang dialami oleh individu

dikendalikan oleh hal-hal seperti tindakan dan perilaku individu (faktor

internal) dan hasil yang dikendalikan oleh kesempatan, keberuntungan dan

nasib (eksternal). Artinya Locus of Control merupakan salah satu faktor

prediktor internal maupun eksternal dalam proses pemilihan karier siswa.

Pada suatu kesempatan, Larsen & Buss (2008) mengungkapkan

bahwa, Locus of Control menggambarkan seberapa jauh individu

memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukannya dengan akibat

atau hasilnya. Dapat diartikan bahwa seberapa jauh individu

memberdayakan potensi dirinya agar dapat memperoleh hasil terbaik

dalam karirnya. Siswa SMA yang mempunyai internal Locus of Control

yang tinggi maka ketika di hadapkan dengan pemilihan karier, individu

akan melakukan usaha untuk mengenali diri, mencari tahu tentang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan serta berusaha mengatasi

masalah yang berkaitan dengan pemilihan karier.

Selain itu, Hsu (2011) menemukan bahwa individu dengan internal

locus of control yang tinggi mereka dapat menerima bahwa kesuksesan

dan kegagalan mereka bergantung pada usaha mereka sendiri dan usaha

dan kemampuan untuk menentukan hasil mereka sendiri dan mereka

bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Sedangkan eksternal locus of

control melihat bahwa sebuah peristiwa terjadi karena dorongan-dorongan

dari luar (misalnya, keberuntungan, kesempatan, orang tua, dll). Hal

tersebut pada gilirannya akan mendorong individu untuk mengarahkan

segala tenaga, usaha dan perilakunya untuk mencapai kematangan karier

yang diharapkan, dimana kematangan karier akan tercapai jika individu

dapat melakukan pemilihan karier dengan baik. Siswa SMA mempunyai

locus of control yang baik maka ketika diperhadapkan dengan tantangan

dalam kematangan karier maka individu akan melakukan segala usaha

untuk mengenali diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah

untuk mengatasi masalah berkaitan dengan karier, dengan memperhatikan

dan didukung oleh lingkungan.

Sejauh penelusuran yang dilakukan oleh penulis, penelitian yang

dilakukan oleh oleh Olanrewaju (2013), hasil penelitiannya menunjukan

locus of control memberikan pengaruh signifikan terhadap karier yang

dilakukan oleh remaja di Negeria. Penelitian yang sama juga ditemui oleh

Zulkaida et al (2007) pada siswa SMA Jakarta menggunakan analisis

regresi berganda mendapatkan bahwa locus of control memeliki pengaruh

yang signifikan terhadap kematangan karier. Berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Pinasti (2011) mengungkapkan bahwa tidak ada

pengaruh yang signifikan terhadap kematangan karier. Sejalan dengan itu

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2010), hasil penelitiannya

mengungkapkan hal yang sama, yaitu eksternal locus of controltidak

berpengaruh signifikan terhadap kematangan karier. Dari beberapa hasil

penelitian yang dipaparkan oleh penulis maka locus of control merupakan

cara pandang individu dalam menanamkan keyakinan dirinya terhadap

usaha yang dilakukannya untuk mecapai karier. Individu yang matang

dalam karier akan cendrung menanamkan keyakinan dalam dirinya

sendiri bahwa untuk mencapai karier diperlukan usaha sendiri dan

dukungan dari lingkungannya. Artinya, jika seorng siswa ingin mencapai

karier maka hal itu akan terjadi karena usahanya sendiri dan dibaringi

dengan dukungan dari lingkungan.

Secara simultan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang

mengngkapkan ada pengaruh dan tidak ada pengaruh antara self-efficacy

dan locus of control terhadap kematangan karir remaja. Penelitian yang

dilakukan oleh Olanrewaju (2013) mengungkapkan bahwa secara simultan

ada hubungan yang positif signifikan antara self-efficacy dan locus of

control terhadap karier. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh

Zulkaida et al (2007) mengemukakan self efficacy dan locus of control

ketika diuji secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

kematangan karier. Penelitian yang dilakukan oleh Pinasti (2012)

mengungkapkan bahwa secara simultan tidak ada pengaruh yang

signifikan antara self-efficacy dan locus of control terhadap kematangan

karier. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Fogarty &McGreboor-

Bayne (2008) bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara self-

efficacy dan locus of control terhadap karier.

Sejalan dengan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh

penulis, ada beberapa penelitian terkait dengan self-efficacy dan jenis

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

kelamin terhadap kematangan karier. Sejauh penelusuran yang dilakukan

oleh penulis, penelitian yang dilakukan oleh Salami (2010)

mengungkapakan bahwa self-efficacy dan jenis kelamin tidak menunjukan

adanya pengaruh dengan kematangan karier. Hal yang sama juga

diungkapkan oleh Bozgeyikli et al (2009) mengungkapkan tidak ada

pengaruh self-efficacay dan jenis kelamin dengan kematangan kareir

siswa. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2010)

mengungkapkan bahwa self-efficacy dan jenis kelamin memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kematangan karier.

Pada suatu kesempatan, Penelitian yang dilakukan oleh

Olanrewaju (2013) mengungkapkan bahwa ada pengaruh locus of control

dan jenis kelamin terhadap pekerjaan remaja Nigeria. Hal yang sama juga

diungkapkan oleh Akbult (2010) yang mengungkapkan bahwa locus of

control dan jenis kelamin berpengaruh secara positif terhadap kematangan

karier. sementara Wibowo (2010) mengungkapkan bahwa locus of control

dan jenis kelamin tidak memberikan pengaruh terhadap kematangan

karier.

Oleh karena itu, berdasarkan beberapa penelitian yang

dikemukakan oleh penulis maka kematangan karier yang positif, salah

satunya ditandai dengan meningkatnya sikap yang berhubungan dengan

self-efficacy dan locus of control yang baik, sehingga siswa laki-laki dan

perempuan akan berpikir bahwa hambatan atau kendala selalu dapat

diatasi melalui pengembangan diri dan ketekunan. Sebaliknya siswa laki-

laki dan perempuan yang mempunyai self-efficacy dan locus of control

(internal-eksternal) yang rendah akan dengan mudah merasa sia-sia dalam

berusaha mengatasi kendala.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

Selain itu, terdapat juga beberapa penelitian faktor demografis

seperti jenis kelamin, usia, budaya, dan status sosial-ekonomi, juga

berkaitan dengan kematangan karier. Patton dan Lokan (dalam

Bozgeyilkli, 2009) menyebutkan bahwa usia, jenis kelamin, status sosial-

ekonomi, budaya dan pengalaman kerja berhubungan secara signifikan

dengan kematangan karier. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya

akan melihat dan menguji satu faktor saja yaitu jenis kelamin.

Pada suatu kesempatan, Correl (2001) menunjukan lewat hasil

penelitiannya menunjukan bahwa keyakinan budaya tentang perbedaan

persepsi jenis kelamin mempengaruhi keputusan awal karier yang relevan

bagi laki-laki dan perempuan. Sementara itu, Hirschi dana Lage (2007)

menjelaskan penelitiannya bahwa siswa yang usianya 12-17 tahun, dalam

perkembangan kariernya berada pada fase telah memilih bidang karier

tertentu namun belum yakin dengan pilihannya.

Berdasarkan pada perebedaan jenis kelamin antara laki-laki dan

perempuan, dijelaskan bahwa siswa laki-laki memilih bidang karier

tertentu berdasarkan pada bidang pekerjaan orang tuanya. Disisi lain,

berdasarkan tingkat perkembangan fisik dan kognitif pada usianya, siswa

laki-laki belum menunjukan kesiapan dalam pemilihan karier dan belum

memiliki rencana karier untuk masa depan. Sebaliknya Luzzo (1995)

mengemukakan bahwa skor pada kematangan karier perempuan lebih

tinggi dibandikan dengan laki-laki. Selanjutnya hal yang sama juga

diungkapkan oleh Patton et al (2004), yang menyatakan bahwa

menyatakan bahwa perempuan lebih matang dan siap dalam karier,

sehingga siap untuk bekerja. Berbeda dengan temuan yang didapati oleh

peneliti pada masyarakat Maluku tenggara barat. Badan pusat statistik

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

maluku tenggara barat menunjukan tingkatan pekerjaan menurut

perbedaan jenis kelamin pada Tabel 1.1 dibawa ini:

Tabel 1.1

Usia Kerja 15 Tahun Keatas

Menurut Karakteristik dan Jenis Kelamin

Tahun 2012Maluku Tenggara Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tenggara Barat

pada tahun 2013.

Hal ini terbukti dengan tingkat pekerja berdasarkan jenis kelamin

lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. Artinya bahwa

perempuan menghadapi kemungkinan lebih dibatasi untuk memilih bidang

karier kejuruan dalam bidang pekerjaan tradisional perempuan. Survei

awal peneliti terkait hal ini, pengakuan dari beberapa dari siswa

perempuan SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat merasakan

konflik atara peran masa depan sebagai wanita karier dan ibu rumah

tangga. Penelitian yang mendukung hal ini juga datang dari Gibson

(dalamOlanrewaju, 2013) bahwa ada perbedaan yang signifikan antara

laki-laki dan perempuan dalam melakoni kariernya, hasil penelitiannya

membuktikan bahwa perempuan dalam melaukakan pekerjaannya masih

rendah dibandingkan oleh laki-laki. Sebaliknya Penelitian yang dilakukan

oleh Wilson et al (2007) yang menunjukan bahwa karier perempuan lebih

baik dari pada laki-laki, hal ini dibuktikan dengan keyakinan, harapan

akan keberhasilan pada perempuan lebih baik daripada laki-laki dalam

menentukan dan mengejar karir.

No Kerakteristik Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Penduduk usia kerja 34.354 34.875 69.229

2 Angkatan kerja 27.736 22.477 50.213

3 Bekerja 25.071 19.950 45.021

4 Pengangguran 2.665 2.527 5192

5 Bukan angkatan kerja 6.618 12.398 19.016

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

Dengan demikian, kematangan karier bukanlah perkara yang

mudah karena dibutuhkan persiapan yang matang. Berdasarkan fenomena-

fenomena serta hasil-hasil penelitian sebelumnya yang telah dipaparkan di

atas, menunjukan bahwa besar siswa SMA Negerai 1 Larat MTB secara

umum masih berada pada taraf belum siap untuk menentukan arah

kariernya. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti akan

melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan self-efficacy dan locus

of control dengan kematangan karier ditinjau dari jenis kelamin siswa

SMA Negeri 1 Larat MTB. Meskipun variabel yang akan diteliti dalam

penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian

sebelumnya, tetapi yang membedakannya adalah subjek dan tempat

penelitian. Disamping itu, subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang

secara langsung menentukan perjalanan kariernya, sehingga apakah subjek

yang diteliti memiliki kematangan karir atau tidak. Hal inilah yang

membuat penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian terhadap siswa

SMA Negeri 1 Larat MTB “Hubungan self-efficacy dan locus of control

dengan kematangan karier ditinjau dari jenis kelamin siswa kelas XII

SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat”.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dan locus

of control terhadap kematangan karier siswa kelas XII SMA Negeri

1 Larat Maluku Tenggara Barat?

2. Apakah ada pengaruh interaksi yang signifikan self-efficacy dan

jenis kelamin terhadap kematangan karier siswa kelas XII SMA

Negeri 1 LaratMaluku Tenggara Barat?

3. Apakah ada pengaruh interaksi yang signifikan locus of control dan

jenis kelamin terhadap kematangan karier siswa kelas XII SMA

Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat?

4. Apakah ada perbedaan kematangan karier ditinjau dari jenis kelamin

siswa kelas XII SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian ialah:

1. Mencari tahu hubunganyang signifikan antara self-efficacy dan

locus of control terhadap kematangan karier siswa kelas XII

SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat.

2. Mencari tahu pengaruh interaksi yang signifikan self-efficacy

dan jenis kelamin terhadap kematangan karier siswa kelas XII

SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat.

3. Mencari tahu pengaruh interaksi yang signifikan locus of

control dan jenis kelamin terhadap kematangan karier siswa

kelas XII SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat.

4. Mencari tahu perbedaan kematangan karier ditinjau dari jenis

kelamin siswa kelas XII SMA Negeri 1 Larat Maluku

Tenggara Barat.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/1/T2_832013011_BAB I.pdf · remaja yang memiliki kematangan karier yang tinggi merupakan remaja

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan bagi pengembangan ilmu psikologi pendidikan

sehingga dapat memberikan informasi mengenai hubunganself-

efficacy dan locus of control dengan kematangan karir pada

Siswa kelas XII SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi

mengenai hubungan antara self-efficacy dan locus of control

dengan kematangan karier ditinjau dari jenis kelamin.