22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera, dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi Protozoa dari genus plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil ) serta demam berkepanjangan. Penyakit malaria memiliki 4 jenis plasmodium, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Malaria adalah penyakit yang bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria / protozoa genus plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina (WHO 1981) ditandai dengan demam, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia. Parasit malaria pada manusia yang menyebabkan malaria adalah plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae. Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan plasmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di sulawesi, irian jaya dan negara timor leste. Proses penyebaran penyakit ini dimulai dari nyamuk malaria yang mengandung parasit malaria menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam. Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9-40 hari ( WHO 1997). 1

BAB I Stikes

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I Stikes

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera, dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi Protozoa dari genus plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil ) serta demam berkepanjangan.

Penyakit malaria memiliki 4 jenis plasmodium, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik.

Malaria adalah penyakit yang bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria / protozoa genus plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina (WHO 1981) ditandai dengan demam, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia. Parasit malaria pada manusia yang menyebabkan malaria adalah plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae. Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan plasmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di sulawesi, irian jaya dan negara timor leste.

Proses penyebaran penyakit ini dimulai dari nyamuk malaria yang mengandung parasit malaria menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam. Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9-40 hari ( WHO 1997).

Malaria termasuk penyakit yang ikut bertanggung-jawab terhadap tingginya angka kematian di banyak negara dunia. Diperkirakan, sekitar 1,5-2,7 juta jiwa melayang setiap tahunnya akibat penyakit ini. Walau sejak 1950 malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh benua Eropa, Amerika Tengah dan Selatan, tapi di beberapa bagian benua Afrika dan Asia Tenggara, penyakit ini masih menjadi masalah besar. Sekitar seratus juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya, satu persen diantaranya berakibat fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Penyebaran malaria juga cukup luas di banyak negara, termasuk Indonesia.

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995, diperkirakan 15 juta penduduk Indonesia menderita malaria, 30 ribu di antaranya meninggal dunia. Morbiditas (angka kesakitan) malaria sejak tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Di Jawa dan Bali terjadi peningkatan: dari 18 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 48 kasus per 100 ribu penduduk (2000). Peningkatan terjadi terutama di Jawa Tengah (Purworejo dan Banyumas) dan Yogyakarta (Kulon

1

Page 2: BAB I Stikes

Progo). Di luar Jawa dan Bali, peningkatan terjadi dari 1.750 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 2.800 kasus per 100ribu penduduk (2000): tertinggi di NTT, yaitu 16.290 kasus per 100 ribu penduduk.

Banyumas, seperti diklaim pemerintah, merupakan daerah yang sudah bebas malaria sejak 10-15 tahun terakhir. Tapi tiba-tiba, Juli 2001 terjadi kejadian luar biasa (KLB) malaria yang menjangkiti sekitar 150 penduduk; Desember 2001-Januari 2002, kembali terjadi lonjakan kasus malaria, terutama di empat kecamatan (Kemrajen, Somagede, Sumpiuh dan Tambak) yang meliputi 17 desa. Sejak Juli 2001 sampai pertengahan Januari 2002 itu, tercatat 5.409 penderita malaria klinis, 1.127 orang di antaranya positif ada parasit dalam darahnya. KLB malaria pun memakan korban jiwa delapan orang.

Pemerintah menilai Banyumas sebagai wilayah pantai selatan yang merupakan habitat nyamuk Anopheles sp, tidak mungkin memberantas nyamuk itu sampai habis. Karena perubahan iklim global meningkatkan populasi nyamuk secara drastis. Yang bisa dilakukan hanyalah menekan populasi nyamuk dengan, misalnya menebar ikan di persawahan. Selain itu, adanya lonjakan KLB juga disebabkan, kendurnya pemantauan populasi nyamuk oleh petugas kesehatan, lantaran sudah lama tidak ada kasus malaria. Masyarakat pun menjadi lengah. Sementara itu, krisis ekonomi membuat kemampuan menyediakan insektisida untuk menyemprot nyamuk juga menjadi terbatas, sehingga timbul KLB pertama pada Juli 2001. KLB kedua terjadi lebih dikarenakan selama bulan Puasa dan Lebaran, banyak penduduk yang merantau pulang kampung. Penduduk yang merantau di daerah endemis, seperti Lampung, Riau atau Kalimantan, pulang membawa parasit dan menularkannya ke penduduk desa.

Memang, cepatnya pertumbuhan penduduk, migrasi, sanitasi yang buruk dan daerah yang terlalu padat, memudahkan penyebaran penyakit ini. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim di daerah itu. Selain itu, perubahan iklim, perubahan lingkungan seperti penelantaran tambak, genangan air di bekas galian pasir juga penebangan hutan bakau, juga mempercepat penyebaran penyakit malaria. Hal itu diperparah dengan perpindahan penduduk dari daerah endemis ke daerah bebas malaria dan sebaliknya.

Hasil analisis Geographic Health Information System yang dikembangkan di enam provinsi termasuk Jawa Tengah, menunjukkan seluruh Jawa Tengah berpotensi terjadi KLB malaria. Didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah daerah endemik malaria mulai mencanangkan Gerakan Berantas Kembali (Gebrak) Malaria secara komprehensif dan terpadu. Upaya penanggulangan lewat Gebrak Malaria dilakukan dimulai sejak 2000 untuk daerah Kabupaten Kepulauan Riau (Riau), Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) dan Kabupaten Lombok Barat (NTB). Pada 2001, Gebrak Malaria dikembangkan di beberapa kabupaten di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Jawa Tengah. 

2

Page 3: BAB I Stikes

1.2. TUJUAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing, selain itu penulisan makalah ini juga bertujuan untuk membuka wawasan dan cara berpikir kita agar dapat memahami berapa pentingnya menjaga kesehatan.

3

Page 4: BAB I Stikes

BAB II

PEMBAHASAN

A. SIKLUS PARASIT MALARIA

Siklus parasit malaria adalah setelah nyamik anopeles yang mengandung parasit malaria menggigit manusia maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan hati. Parasit malaria pada siklus hidupnya, membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (ekso-eritositer). Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit/kriptozoid yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit ( stadium eritrositer). Setelah sel hati pecah akan keluar merezoit/kriptozoit yang masukke eritrosit membentuk stdium sizon tua/ matang sehingga erirosit pecah dan keluar merosoit. Merezoit sebagian besar masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk dihisap oleh nyamuk malaria dan melanjutkansiklus hidup ditubah nyamuk (stadium sprogoni).pada lambung nyamuk terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot akan berubah menjadi ookista, kemudain masuk kedinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, maka keluar sprozoit dan masuk ke kelenjar liur nyamuk yang siap untuk ditularkan kedalam tiubuh manusia. Khusus P. Vivax dan P.Ovale pada siklus parasitnya dijaringan hati (sizon jaringan), sebagaimparasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam dijaringan hati disebut hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah/sibuk/stres atau perobahan iklim (musim hujan), maka hipnosoit akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari dalam sel hati ke erirosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul gejala penyakitnya kembali. Misalnya, ½ tahun yang sebelumnya pernah menderita p.vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, suatu saat dia pindah ke daerah bebas malaria dan tidak ada nyamuk malaria, dia mengalami stress/kelelahan, maka gejala malaria muncul kembali dan bila diperiksa SD-nya akan positif p.vivax/ovale.

B. CARA MENANGGULAGI MALARIA

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus plasmodium. Penyakit ini memiliki empat jenis dan masing-masing disebabkan spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah:

1. Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan plasmodium vivax dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi).

4

Page 5: BAB I Stikes

2. Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan kematian.

3. Malaria kuartana yang disebabkan plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.

4. Malaria yang paling jarang ditemukan adalah yang disebabkan plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.

Penyakit yang mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin dan menggigil) serta demam berkepanjangannya ini berasal dari nyamuk Anopheles sp. Ketika nyamuk anopheles betina (yang mengandung parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit atau kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua atau matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit.

Sebagian besar Merozoit masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium sporogoni).

Di dalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk dan berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang akan pecah dan keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk, dan siap untuk ditularkan ke manusia.

Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya, di jaringan hati (sizon jaringan) sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan tetapi tertanam di jaringan hati -disebut hipnosit. Bentuk hipnosit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun, misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau perubahan iklim (musim hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah, akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 1–2 tahun sebelumnya pernah menderita P. vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, bila kemudian mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria akan muncul kembali, sekalipun yang bersangkutan tidak digigit nyamuk anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati SD positif P. vivax/ovale.

5

Page 6: BAB I Stikes

Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain dan menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut berada di dalam otak- peristiwa ini disebut sekustrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20-50 persen hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat terjadi sekuel.

Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan SD sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis pada lebih dari 60 persen penduduk. 

1. Gejala serangan malaria pada penderita terdiri dari beberapa jenis, yaitu:a. Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non

endemis malaria atau yang belum mempunyai kekebalan (immunitas); atau yang pertama kali menderita malaria. Gejala ini merupakan suatu parokisme, yang terdiri dari tiga stadium berurutan:

b. Menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya sizon dalam eritrosit dan keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan mengigil-dingin.

c. Demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil, demam dengan suhu badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita hiper parasitemia (lebih dari 5 persen) suhu meningkat sampai lebih dari 40 derajad celcius.

d. Berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang-kadang dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh seperti orang mandi. Biasanya setelah berkeringat, penderita merasa sehat kembali.

Di daerah endemis malaria dimana penderita telah mempunyai imunitas terhadap malaria, gejala klasik di atas timbul tidak berurutan –bahkan bisa jadi tidak ditemukan gejala tersebut- kadang muncul gejala lain.

2. Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria:a. Demamb. Menggigilc. Berkeringatd. Dapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala, mual dan muntah.e. Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di Timtim), nyeri otot atau pegal-

pega pada orang dewasa (di Papua), pucat dan menggigil-dingin pada orang dewasa (di Yogyakarta).

6

Page 7: BAB I Stikes

3. Gejala malaria berat atau komplikasi, yaitu gejala malaria klinis ringan diatas dengan disertai salah satu gejala di bawah ini:a. Gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit)b. Kejang, -beberapa kali kejangc. Panas tinggi diikuti gangguan kesadarand. Mata kuning dan tubuh kuninge. Perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaanf. Jumlah kencing kurang (oliguri)g. Warna urine seperti teh tuah. Kelemahan umum (tidak bisa duduk/berdiri)i. Nafas sesak 

Seseorang bisa diketahu terserang penyakit malaria lewat penampakan klinis (seperti gejala-gejala di atas) atau pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium (SD), seseorang bisa diketahui terkena:

4. Malaria ringan atau tanpa komplikasi: a. Malaria falciparum (tropika), disebabkan p. Falciparumb. Malaria vivak/ovale (tertiana), disebabkan p. vivax/ovale c. Malaria malariae (kuartana), disebabkan p. malariae 

7

Page 8: BAB I Stikes

BAB III

MEMERANGI MALARIA DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

 

Pemberdayaan atau empowerment, secara harfiah bisa diartikan sebagai pemberkuasaan dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung (disadvantaged). Empowerment aims to increase the power of disadventaged, demikian menurut Jim Ife seperti dikutip Suharto, (1997). Swift dan Levin mengatakan pemberdayaan menunjuk pada usaha “realocation of power” melalui pengubahan struktur sosia.

Menurut Craig dan Mayo (1995), bahwa konsep pemberdayaan termasuk dalam pengembangan masyarakat dan terkait dengan konsep–konsep : kemandirian (self-help), partisipasi (participation), jaringan kerja (networking), dan pemerataan (equity). Sutarso (2003), mengemukakan bahwa pemberdayaan berarti meningkatkan dan memanfaatkan kemampuan, motivasi dan peran semua unsur masyarakat agar dapat menjadi sumber yang langgeng untuk untuk mendukung usaha kesejahteraan masyarakat. Secara konseptual, menurut Kartasasmita (1997), pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan adalah segala upaya fasilitasi yang diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan  memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi sektoral, lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun tokoh masyarakat.  Untuk mengenali bahwa program kesehatan yang ada merupakan upaya pemberdayaan masyarakat perlu dilihat prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan seperti yang ditulis oleh Salim (2007), yang meliputi : a) menumbuhkembangkan potensi masyarakat, artinya potensi yang ada dalam masyarakat dikembangkansecara optimal mungkin untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat, b) kontribusi masyarakat dalam pembangunan kesehatan, artinya makin banyak anggota masyarakat yang berkiprah di bidang kesehatan, semakin banyak anggota masyarakat atau keluarga yang memanfaatkan pelayanan dan menerima penyuluhan kesehatan, c) mengembangkan gotong royong, karena dengan kebersamaan akan terjadi proses fasilitasi, alih pengetahuan dan alih keterampilan dari petugas kesehatan kepada kader khususnya masyarakat pada umumnya, d) kemitraan dengan LSM dan ormas lain, hal ini dimaksudkan melalui kemitraan akan memudahkan kerjasama lintas dilapangan, sehingga potensi yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal (Depkes & UNICEF, 1999).

Prinsip-prinsip tersebut harus dilakukan, mengingat keterbatasan pemerintah dalam penyediaan tenaga, dana, sarana dan jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Akan

8

Page 9: BAB I Stikes

tetapi dalam pengembangan program pemberdayaan perlu sikap tegas pemerintah untuk melepaskan kewenangannya kepada masyarakat dan disisi lain memerlukan kesiapan masyarakat. Untuk membangun kesiapan masyarakat agar berperan dalam program pemberdayaan kesehatan diperlukan pelatihan dan keterampilan, maka pemerintah berkewajiban mengadakan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pelaku dan pemanfaat program. Diharapkan melalui pelatihan ini masyarakat akan mampu menggali dan memanfaatkan potensi, kebutuhan dan cara memenuhinya, sehingga akan timbul perilaku sadar pada masyarakat untuk mengatasi dan memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat setempat (Depkes & UNICEF, 1999).

Pemberdayaan dalam bidang kesehatan menurut Hubley (2002), adalah bagaimana mengembangkan kemampuan penduduk untuk menolong dirinya sendiri (self-efficacy). Menurut Freira (dalam Hubley 2002), mengatakan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses dinamis yang dimulai dari mana masyarakat belajar langsung dari tindakan.  Pemberdayaan masyarakat biasanya dilakukan dengan pendekatan pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat biasanya berisi bagaimana masyarakat mengembangkan kemampuannya serta bagaimana meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan.

Menurut Hubley (2002), mengatakan bahwa pemberdayaan kesehatan (health empowerment), sadar kesehatan (health Literacy) dan promosi kesehatan (health promotion) diletakkan dalam kerangka pendekatan yang komprehensif. Health Literacymenurut Nutbeam (tt) berarti masyarakat harus memahami tentang berbagai jenis penyakit termasuk bagaimana berjangkitnya, bagaimana penularannya, serta bagaimana pengobatannya. Selanjutnya setelah cukup mamahami, maka nantinya masyarakat bisa mengambil keputusan dangan benar tentang tindakan yang harus dilakukan. Berikutnya, anggota masyarakat diharapkan mampu mengkomunikasikan isu–isu kesehatan kepada masyarakat lain.

Adapun yang dimaksud dengan self-efficacy adalah kemampuan untuk menolong dirinya sendiri, mandiri, serta tidak menunggu bantuan orang/pihak lain. Dengan kata lain self-efficacy adalah upaya memberikan pendidikan dan pelatihan kesehatan yang terus menerus menggunakan beberapa metode yang cocok, kombinasi komunikasi massa, komunikasi kelompok, serta komunikasi interpersonal dalam upaya peningkatan (promotif), upaya pencegahan (preventif), upaya pengobatan (kuratif), maupun upaya pemulihan (rehabilitatif), sehingga masyarakat mempunyai kemampuan dan kepercayaan diri untuk mengambil tindakan rasional.

Health literacy adalah memberikan pelatihan sehingga masyarakat yang sudah memahaminya mampu dan mau mengkomunikasikannya kepada anggota masyarakat lain. Dengan demikian sebenarnya pemberdayaan adalah suatu proses membantu memperkuat kemampuan masyarakat sehingga menjembatani jarak komunikasi antara petugas (provider) dan kelompok sasaran (target audiences/communities).

9

Page 10: BAB I Stikes

Menurut Jackson (1989), Labonte (1994) dan Rissel (1994) bahwa pembedayaan masyarakat melibatkan beberapa komponen berikut, yaitu: pemberdayaan personal, pengembangan kelompok kecil, pengorganisasian masyarakat, kemitraan, aksi sosial dan politik. Menurut Chapin (1939), pemberdayaan dalam bentuk partisipasi dapat diukur dari yang terendah sampai yang tertinggi, yaitu : 1) kehadiran individu dalam pertemuan-pertemuan, 2) memberikan bantuan dan sumbangan keuangan, 3) keanggotaan dalam kepanitiaan kegiatan, 4) posisi kepemimpinan.

Bentuk Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Malaria

Pada tahun 1998 WHO menyerukan ke seluruh negara perlunya pendekatan baru dalam pemberantasan malaria di mana WHO menjadi pemimpin prakarsa dan katalisator yang dikenal dengan Roll Back Malaria melalui upaya kemitraan. Di Indonesia pada tanggal 8 April 2000 bertempat di Nusa Tenggara Timur, Menteri Kesehatan mencanangkan ”Gebrak Malaria” yang merupakan gerakan nasional seluruh aspek bangsa dalam upaya memberantas malaria dengan intensif yang melibatkan jaringan kerjasama pemerintah, swasta, masyarakat, LSM, badan internasional dan penyandang dana. Program malaria yang telah dan sedang dilakukan adalah:

a. Posmaldes ( Pos Malaria Desa).

Pos Malaria Desa (posmaldes) adalah wadah pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan malaria yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan, yang berfungsi sebagai wadah bagi semua masyarakat di desa dalam upaya penanggulangan malaria, sebagai alat legitimasi kegiatan masyarakat dalam penanggulangan malaria, dan sebagai media pengembangan pelestarian budaya dan nilai- nilai kearifan lokal dalam penanggulangan malaria. Posmaldes juga merupakan pusat informasi dan komunikasi bagi semua masyarakat di kampung dalam upaya penanggulangan malaria atas dasar swadaya masyarakat, didampingi tenaga kesehatan, dengan kader malaria desa sebagai operating core(Sampri, 2007). Tujuan posmaldes adalah tumbuh dan berkembangnya peran dan kemandirian masyarakat di dalam upaya penanggulangan malaria di kampung, sehingga malaria tidak merupakan masalah kesehatan di masyarakat.

Kegiatan operasional oleh kader malaria desa adalah penemuan dan pengobatan penderita, penyuluhan kepada masyarakat, berbagai upaya untuk kemandirian dan pemberdayaan posmaldes misalnya : iuran, arisan kelambu, kerja bakti, membersihkan sarang nyamuk, dan lain-lain.

Bimbingan teknis dilakukan oleh petugas Puskesmas/Pustu/Polindes meliputi penemuan dan pengobatan penderita, penyuluhan dan pergerakkan masyarakat dalam penanggulangan,

10

Page 11: BAB I Stikes

pembuatan sediaan darah/Rapid Diagnostic Test (bila memungkinkan). Pendampingan untuk kelestarian dan kemandirian Posmaldes dilakukan oleh LSM, PKK,

Organisasi desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Adat.

Agar posmaldes dapat berfungsi secara efektif dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, antara lain:

a. Membangun komitmen dengan pemerintah daerah setempat untuk mendapatkan dukungan kebijakan dalam rangka pembentukan posmaldes.

b. Membangun dukungan sosial dan finansial dari lintas sektor terkait, LSM dan masyarakat.c. Memberdayakan masyarakat dalam upaya penanggulangan malaria.

Untuk indikator keberhasilan pos malaria desa dapat diukur dengan : 1) dimanfaatkannya posmaldes oleh masyarakat, sehingga penderita segera ditolong dengan pemberian obat secara benar dan tepat, 2) berfungsinya posmmaldes dalam upaya penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan penyakit malaria, 3) kegiatan posmaldes dapat berlangsung secara mandiri dan berkelanjutan.

Sarana posmaldes disesuaikan dengan kondisi kampung, seperti rumah kepala kampung, ketua Badan Musyawarah Kampung, rumah kader, atau rumah masyarakat. Dengan adanya posmaldes, diharapkan dapat :

1. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat bagi masyarakat di daerah endemis malaria.

2. Menemukan dan mengobati penderita malaria dengan gejala klinis dengan tepat dan benar3. Memperpendek waktu pengambilan darah penderita sampai diketahui hasil pemeriksaan

untuk diberikan pengobatan radikal.4. Adanya pemantauan lingkungan dan faktor resiko.

b. Peran Kader Malaria Desa

Menurut Sasongko (1984), partisipasi dapat diartikan sebagai peran serta yaitu merupakan kegiatan untuk ikut mengambil bagian atau ikut menanggung bersama orang lain. French dan kawan–kawan (1960), Tmengartikan peran serta sebagai proses di mana dua atau lebih pihak yang terlibat, saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam mangambil keputusan untuk kepentingan bersama. Dalam konteksPublic Health Care (PHC) maka peran serta masyarakat merupakan hal yang penting, karena upaya kesehatan primer merupakan suatu kegiatan kontak pertama dari dari suatu proses pemecahan masalah kesehatan, melalui peran serta potensi masyarakat yang didayagunakan.

11

Page 12: BAB I Stikes

Salah satu bentuk peran serta masyarakat adalah menjadi kader kesehatan. Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau perempuan yang dipilih masyarakat dan dilatih untuk menangani masalahmasalah kesehatan baik perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pelayanan kesehatan dasar. Sebagai kader diharapkan mereka melakukan pekerjaanya secara sukarela tanpa menuntut imbalan berupa uang atau materi lainnya. Meskipun pada mulanya hanya ditunjuk dan tidak tahu apa-apa, tetapi sebagian dari mereka tidak merasa keberatan, tidak menyesal dan tidak merasa terpaksa.

Kader kesehatan merupakan warga yang terplih dan diberi bekal keterampilan kesehatan melalui pelatihan oleh sarana pelayanan kesehatan/puskesmas setempat. Kader kesehatan inilah yang selanjutnya akan menjadi motor penggerak atau pengelola dari upaya kesehatanprimer. Melalui kegiatannya sebagai kader, diharapkan mampu menggerakan masyarakat untuk melakukan kegiatan yang bersifat swadaya dalam rangka peningkatan status kesehatan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan yang sifatnya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Kader malaria desa adalah kader yang dilatih (KepMenkes RI Nomor 044/Menkes/SK/I/2007) untuk melaksanakan kegiatan penanggulangan penyakit malaria yakni mengetahui tentang 1) penyakit malaria dan siklus hidup parasit, 2) penemuan dan pengobatan penderita, 3) mekanisme dan tata tertib kunjungan rumah, 4) pengambilan dan pembuatan sediaan darah (RDT), 5) pencatatan dan pelaporan, 6) praktek pembuatan rencana kerja, 7) penyuluhan kesehatan, selain itu kader juga harus mampu memotivasi dan menggerakkan masyarakat, serta melakukan kegiatan dalam upaya penanggulangan malaria (Depkes, 2004). Berdasarkan pengertian diatas tersebut, kader merupakan orang yang mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pelaksanaan program malaria, disamping petugas kesehatan, lintas sektor, maupun aparat pemerintah. Untuk itu kader dituntut agar selalu siap melaksanakan tugas dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat, dalam penanggulangan malaria terutama masyarakat di daerah endemis malaria, dan jauh dari akses layanan kesehatan (Depkes, 2004).

Adapun tugas yang dilakukan oleh kader malaria adalah sebagai berikut :

1) Penemuan penderita secara aktif dan pasif. Kader malaria desa melakukan kunjungan rumah untuk menemukan penderita dengan gejala klinis dan pengambilan sediaan darah disebut penemuan penderita secara aktif. Apabila kader membuka posmaldes dan menunggu penderita yang datang adalah penemuam penderita secara pasif.

2) Penemuan dan pengobatan malaria dengan gejala klinis dan diberikan Obat. Untuk jenis obat, Klorokuin masih digunakan oleh kader. Berdasarkan hasil penelitian tahun 2005, klorokuin sudah resisten terhadap penderita malaria di beberapa daerah endemis, oleh Depkes telah direkomendasikan obat baru yaitu kombinasi artesunat dan amodiakuin.

3) Apabila telah diobati selama tiga hari dan belum sembuh, kader langsung merujuk ke puskesmas, pustu atau polindes terdekat.

12

Page 13: BAB I Stikes

4) Penyuluhan dapat dilakukan secara perorangan maupun berkelompok.  Penyuluhan dapat dilakukan saat mengobati dan menolong atau menemukan pasien di posmaldes atau kunjungan rumah.

Menurut Toriki (2008), peran serta masyarakat adalah proses dinamika individu, keluarga, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya :

1. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

2. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan mereka sendiri dan masyarakat, sehingga termotivasi untuk memecahkan berbagai masalah.

3. Menjadi agen/perintis pembangunan kesehatan dan pemimpin dalam penggerakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan, yang dilandasi dengan semangat gotong royong (Depkes, 1995).Dalam hal ini, organisasi masyarakat lokal adalah merupakan sumber daya yang perlu di gerakkan untuk mendukung kegiatan penanggulangan malaria di Desa.

c. Peran Aparat Pemerintahan Desa

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dijelaskan bahwa kampung atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten/kota.

Hakikat mendasar otonomi daerah tentang Pemerintahan Daerah adalah untuk memberdayakan masyarakat, menemukan prakarsa dan kreaktivitas, meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kepala kampung mempunyai kewenangan yaitu : 1) menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan masyarakat, 2) melaksanakan tugas pembantuan dari pemerintahan di atasnya. Kepala kampung dibantu oleh seorang sekretaris kampung dan 3 orang kepala urusan yang membawahi:

1. Urusan pemerintahan.

2. Urusan Ekonomi dan pembangunan.

3. Urusan Kesejahteraan Rakyat .

Urusan kesejahteraan rakyat berfungsi menyusun program dan melakukan pembinaan dalam bidang keagamaan, keluarga berencana, kesehatan dan pendidikan masyarakat.

13

Page 14: BAB I Stikes

d. Peran TP Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Gerakan PKK merupakan gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah, yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat. Pemberdayaan keluarga meliputi segala upaya bimbingan, pembinaan dan pemberdayaan agar keluarga dapat hidup sejahtera, maju dan mandiri. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) adalah mitra kerja

pemerintah dan organisasi kemasyarakatan, yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing- masing jenjang, demi terlaksananya program PKK.

Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah warga masyarakat, baik laki- laki maupun perempuan, perorangan, bersifat sukarela, tidak mewakili organisasi, golongan, parpol, lembaga atau instansi, dan berfungsi sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali gerakan PKK.

Tujuan gerakan PKK adalah seluruh anggota keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan lahir bathin menuju terwujujdnya keluarga yang :

1)      beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa,

2)      berakhlak mulia dan berbudi luhur,

3)      Sehat sejahtera,

4)      Maju mandiri,

5)      kesejahteraan dan keadilan gender,

6)      Serta kesadaran hukum dan lingkungan.

Kelembagaan gerakan PKK adalah :

1) Gerakan PKK dikelola oleh Tim Penggerak PKK yang dibentuk di Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan,

2) Hubungan kerja antara Tim Penggerak PKK Pusat dengan daerah adalah bersifat konsultatif dan koordinatif dengan tetap memperhatikan hubungan hirarkis,

3)  Untuk mendekatkan jangkauan pemberdayaan kepada keluarga-keluarga secara langsung, dibentuk kelompok-kelompok PKK RW, RT dan kelompok Dasa Wisma.

14

Page 15: BAB I Stikes

DAFTAR PUSTAKA

Pencegahan dan penanganan malaria pada kehamilan, 2010

15