150
1 PENELITIAN TENTANG KESIAPAN SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL TERHADAP PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH MANDIRI DI JAWA TIMUR O l e h I N D A S A H PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI 2013

PENELITIAN TENTANG KESIAPAN SEKTOR FORMAL DAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/JAMKESMAN.pdf · STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI 2013 . 2 BAB I. PENDAHULUAN

Embed Size (px)

Citation preview

1

PENELITIAN TENTANG KESIAPAN SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL TERHADAP PENYELENGGARAAN PROGRAM

JAMINAN KESEHATAN DAERAH MANDIRI DI JAWA TIMUR

O l e h

I N D A S A H

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI

2013

2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H1 menyatakan bahwa kesehatan

adalah hak fundamental setiap warga. Karena itu setiap individu, keluarga dan

masyarakat berhak memperoleh perlindungan kesehatannya dan negara

bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya.

Meski demikian, bagaimana sebuah negara memenuhi ”hak” rakyatnya

bergantung pada sistem politik dan ekonomi yang dianut.

Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan Pasal 28 H Undang-Undang

Dasar 1945, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Indonesia menerapkan prinsip-prinsip

social-state model (Bismarck Model) dengan mengakomodasi prinsip-prinsip

welfare-state model (Beveridge Model)2, khususnya bagi masyarakat miskin dan

tidak mampu, sesuai Pasal 34 UUD1945.

Merujuk pada Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tersebut,

diperkenalkan istilah peserta penerima bantuan iuran, di mana iuran jaminan

sosialnya dibayar oleh pemerintah, dengan kata lain, jaminan kesehatan bagi

masyarakat yang tidak mampu diintegrasikan penyelenggaraannya dengan

masyarakat yang mampu, agar terjadi subsidi tidak langsung, sehingga program

jaminan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu dapat berkelanjutan.

1 Republik Indonesia, Pasal 28 H Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945 2 Darmawan Triwibowo dan Sugeng Bahagio, Mimpi Negara

Kesejahteraan, Jakarta: LP3ES, penerbit Prakarsa, 2006. Hal. 15.

3

Jaminan kesehatan dalam SJSN diselenggarakan secara nasional

dengan menerapkan prinsip asuransi kesehatan sosial. Penyelenggaraan

jaminan kesehatan secara nasional adalah untuk dapat memenuhi prinsip

portabilitas bahwa jaminan kesehatan bisa dinikmati di seluruh wilayah

Indonesia. Hal ini tidak mengurangi peran pemerintah daerah, khususnya daerah

yang penerimaan daerahnya kecil dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan

bagi masyarakat yang tidak mampu. Dengan pendekatan seperti itu, pemerataan

penyelenggaraan jaminan kesehatan dapat terwujud dan berkelanjutan.

Penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah tanggung

jawab pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam UUD 1945 hasil

amandemen Tahun 2002, yang dituangkan dalam pasal 34 ayat 1, 2, dan 3.

Sebagai upaya mewujudkan jaminan sosial bagi mayoritas pekerja di

Indonesia merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi bangsa kita.

Hal ini karena tidak adanya perlindungan, baik berupa jaminan sosial

ketenagakerjaan (employment security), termasuk tunjangan atas berbagai risiko,

misalnya penyakit. Bahkan bagi sebagian besar pekerja, perlindungan yang

paling mendasar yaitu upah minimum juga tidak diberikan. Hal ini disebabkan

karena sebagian besar pekerja di Indonesia bekerja di sektor perekonomian

informal.

Secara konstitusional bahwa setiap warga negara berhak atas jaminan

sosial dan menekankan pentingnya peran negara untuk menyediakan cakupan

jaminan sosial yang bersifat universal. Hal ini yang terkandung dalam Undang-

Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang

diberlakukan sejak Oktober 2004. Perangkat hukum ini menjadi tonggak sejarah

4

perkembangan sistem jaminan sosial dalam mendorong terciptanya cakupan

universal secara bertahap.

Salah satu tantangan terberat dalam mencapai tujuan universal adalah

besarnya skala perekonomian informal yang saat ini memperkerjakan sekitar dua

pertiga dari jumlah keseluruhan tenaga kerja di Indonesia. Walaupun dalam

Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

mencakup semua pekerja, baik yang setengah pengangguran (under

employment) ataupun tidak, cakupan wajib sebenarnya hanya dibatasi pada

perusahaan yang mempunyai 10 orang pekerja atau lebih, dengan upah bulanan

lebih dari Rp 1 juta. Artinya, undang-undang hanya mencakup sektor

perekonomian yang bersifat formal, sehingga pelaksanaan Undang-Undang No.

3 Tahun 1992 memang tidak menjangkau pekerja di sektor perekonomian

informal.

Sesuai tujuan pemerintah untuk memperluas cakupan jaminan sosial

secara universal bagi semua orang, maka perlu dipetakan inisiatif-inisiatif apa

saja yang telah dilaksanakan pemerintah dan pemangku kepentingan lain,

terutama bagi pekerja di sektor perekonomian informal. Tantangan dan upaya ke

depan apa saja yang perlu dilaksanakan untuk memperluas dan melaksanakan

cakupan jaminan sosial bagi pekerja di sektor perekonomian informal, terutama

jaminan kesehatan.

Pelaksanaan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

No. 40 tahun 2004 yang sudah resmi diundangkan sejak tahun 2004 harus bisa

dirasakan keberadaannya bagi sektor informal dan formal di Indonesia. Oleh

karena itu, dimasa yang akan datang perlu adanya pembagian berbagai

kelompok yang ada di masyarakat yang nantinya dapat diikutsertakan dalam

5

sistem jaminan sosial, terutama jaminan kesehatan tersebut. Sejauh ini jaminan

sosial yang tersedia di Indonesia masih sangat terbatas jangkauannya, diberikan

kepada hanya sebagian kecil penduduk Indonesia. Mereka yang mewakili kurang

dari 20 persen penduduk yang pada saat ini terjangkau program-program

jaminan sosial, terutama bagi pegawai negeri, ABRI/TNI, maupun pegawai

perusahaan besar lainnya. Sedangkan penduduk yang lain, terutama mereka

yang bekerja di perusahaan-perusahaan kecil, wiraswasta di sektor

perekonomian informal dan yang menganggur atau telah lanjut usia, akan

bergantung pada asuransi pribadi atau bantuan dari keluarga dekat dan jauh

serta masyarakat setempat.

Agar cakupan Sistem Jaminan Sosial dapat diperluas dan menjamin

tercakupnya seluruh penduduk tanpa terkecuali, maka kelompok-kelompok

penduduk yang ada di masyarakat harus dapat dikenali keberadaannya dan

sekaligus dapat dibedakan karakteristiknya. Untuk keperluan ini diperlukan

pendefinisian berbagai segmen penduduk yang ada dalam masyarakat dan

sekaligus dengan cara bagaimana untuk dapat membedakannya. Lebih khusus

lagi misalnya, bagaimana penduduk yang bergerak di sektor informal dapat

diikutsertakan dalam program ini, dimana kelompok penduduk ini sangat

beragam dan perlu pendefinisian lebih lanjut.

Dalam usulan penelitian ini akan dikaji lebih khusus mengenai kelompok

sektor informal dan formal, serta bagaimana cara mereka dapat masuk kedalam

cakupan program jaminan sosial, terutama program jaminan kesehatan.

Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang SJSN, manfaat jaminan sosial

harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Sebetulnya kelompok

penduduk ini bukannya tidak memperoleh program-program perlindungan sosial.

6

Berbagai program bantuan sosial, bantuan tunai dan asuransi sosial telah

diberikan untuk masyarakat miskin, namun seringkali tidak dapat menjangkau

sasaran karena berbagai masalah seperti adanya biaya yang harus dikeluarkan

oleh calon penerima bantuan.

Dalam UU SJSN dinyatakan bahwa bagi para peserta yang tidak mampu

maka premi akan dibayar oleh pemerintah. Hal ini berarti bahwa jika seorang

pekerja informal, pekerja mandiri atau seorang karyawan dapat dinyatakan

sebagai tidak mampu maka tampaknya pemerintah berkewajiban untuk

membayar preminya. Disisi lain, seorang pekerja informal yang tidak mampu

tampaknya harus menunggu untuk dimasukkan ke dalam skema. Memang

pelaksanaan UU SJSN dilakukan secara bertahap dimana cakupannya

diharapkan akan semakin meluas hingga seluruh warga dapat memperoleh

jaminan sosial, termasuk jaminan kesehatan. Hal ini berarti bahwa seluruh

pekerja di semua sektor di perkotaan dan perdesaan, termasuk sektor informal

(dan pekerja asing), harus dapat dicakup oleh sistem jaminan sosial nasional

tersebut nantinya. Tidak terdapat penjelasan mengenai bagaimana dan kapan

para pekerja di perekonomian informal akan tercakup, dan bagaimana kontribusi-

kontribusi mereka harus dibayarkan kepada penyelenggara.

Sebagai upaya perluasan cakupan kepesertaan ini, pekerja sektor formal

akan diwajibkan untuk membayar premi sesuai dengan penghasilannya. Bagi

mereka yang bekerja, premi dapat dibayar secara kolektif oleh para karyawan

serta majikan. Akan tetapi undang-undang tidak mengindikasikan kontribusi

relatif dari masing-masing pihak. Apalagi yang menyangkut pekerja di

perekonomian informal yang definisinyapun masih perlu ditetapkan lebih lanjut.

Semua ini memerlukan perangkat hukum dan peraturan-peraturan pelaksana

7

sebagai penjabaran dari UU SJSN, yang dapat digunakan sebagai landasan bagi

berbagai pihak untuk mulai mengimplementasikan UU tersebut (Kementerian

Kesra, 2007).

Sejalan dengan diundangknanya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka untuk menjamin akses penduduk

terhadap pelayanan kesehatan, mulai Tahun 2008, Pemerintah Provinsi Jawa

Timur mensahkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem

Jaminan Kesehatan Daerah Di Jawa Timur3. Melalui Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengalokasikan sejumlah

dana yang ditujukan untuk memberikan jaminan kesehatan bagi penduduk

Provinsi Jawa Timur guna mempercepat pencapaian cakupan kepesertaan

program Jamkesda4

Penyelenggaraan program jaminan kesehatan sebagaimana diatur dalam

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tersebut, penyelenggaraanya didasarkan

pada pendekatan asuransi kesehatan dan prinsip ekuitas, dengan tujuan untuk

menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Oleh karenanya

sasaran kepesertaan program Jamkesda BPJKD di Jawa Timur adalah seluruh

warga masyarakat yang ada pada masa periode masa kepesertaan tertentu,

dengan cakupan kepesertaan dilakukan secara bertahap sesuai dengan tahapan

yang ditentukan dalam Rencana Tahapan Kepesertaan dan Prioritas Program

(RTK-PP).

3 Baca kembali Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun

2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah Di Jawa Timur 4 Ibid.,

8

Bagi masyarakat miskin yang menjadi peserta program Jamkesda, maka

pembayaran premi bagi mereka ditanggung oleh pemerintah Daerah, serta

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan. Selain itu, peserta

program jaminan kesehatan adalah setiap orang warga masyarakat dan anggota

keluarganya yang telah memenuhi ketentuan keikutsertaan menurut Peraturan

Daerah, di mana setiap peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang

lain diluar jumlah maksimal anggota keluarga yang dapat diikutsertakan menurut

SJKD dengan penambahan iuran. Jumlah maksimal anggota keluarga yang

dapat diikutsertakan dan besarannya iuran sebagaimana diatur berdasarkan

Peraturan Gubernur.

Selanjutnya berdasarkan amanah Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun

2008 bahwa pengelolaan kepesertaan program Jamkesda di Jawa Timur

dilakukan secara bertahap dengan prioritas pada tahap pertama adalah

masyarakat miskin penerima bantuan iuran (PBI) yang dibiayai dari anggaran

APBD Provinsi dalam bentuk alokasi anggaran untuk pelayanan kesehatan

melalui Dinas Kesehatan Provinsi, sedangkan tahapan berikutnya adalah

sasaran kepesertaan di luar peserta miskin untuk ikut dalam program jaminan

kesehatan daerah mandiri.

Kepesertaan program Jamkesda di Jawa Timur saat ini adalah

masyarakat miskin di luar kuota Jamkesmas Kementerian Kesehatan yang

ditetapkan oleh Bupati/Walikota se-Jawa Timur, termasuk seniman yang

ditetapkan Dewan Kesenian Jawa Timur, serta penderita / mantan penderita

kusta yang berobat di RS Kusta milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan

sifat kepesertaanya yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit milik Pemerintah

9

Provinsi Jawa Timur. Jumlah peserta program Jamkesda di Jawa Timur sebesar

1.411.742 jiwa masyarakat miskin non kuota Jamkesmas.

Sebagai upaya pengembangan kepesertaan program jaminan kesehatan

daerah di Jawa Timur dapat dilakukan melalui kepesertaan program Jamkesda

mandiri yang diprioritaskan bagi para pekerja di sektor formal dan informal yang

bekerja di Jawa Timur, termasuk warga negara asing yang telah menetap dan

bekerja di Jawa Timur minimal 6 (enam) bulan. Perlu diketahui bahwa

berdasarkan sektor ini, terdapat perkiraan 70 % bekerja di sektor informal dan

30% di sektor formal (BPS, 2007). Angka ini pasti akan bergeser kearah pekerja

informal semakin besar yang dikarenakan oleh banyaknya perusahaan formal

yang menutup atau merelokasi usahanya keluar Indonesia dan banyaknya

pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga pekerja sektor formal akan beralih

menuju ke sektor informal sehingga jumlah pekerja informal semakin bertambah.

Menurut pandangan ILO, Sektor informal didefinisikan sebagai cara

melakukan pekerjaan apapun dengan karakteristik mudah dimasuki, bersandar

pada sumberdaya lokal, usaha milik sendiri, beroperasi dalam skala kecil, pada

karya dan teknologi yang adaptif, memiliki keahlian di luar system pendidikan

formal, tidak terkena langsung regulasi, dan pasarnya kompetitif. Sedangkan

BPS sektor informal ini diartikan sebagai suatu perusahaan non direktori (PND)

dan Rumah Tangga (URT) dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang.

Pekerja di sektor informal maupun sektor formal merupakan suatu kelompok

potensial, karena jumlahnya besar, ikut berperan dalam tumbuh kembangnya

pembangunan perekonomian negara, dan merupakan tulang punggung ekonomi

keluarga, tetapi dalam upaya mempertahankan serta meningkatkan produktifitas

pekerja belum memperoleh pelayanan kesehatan yang sesuai dengan yang

10

diharapkan, terutama bagi pekerja yang bekerja di sektor informal, padahal

mereka selalu berhadapan dengan faktor resio yang cukup besar dalam

melaksanakan pekerjaaannya.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui rencana pengembangan

program jaminan kesehatan daerah dalam bentuk jaminan kesehatan daerah

mandiri berupaya memberikan perlindungan pelayanan kesehatan kepada

kelompok sektor informal maupun formal ini. Untuk itu, diperlukan penelitian

mendalam untuk mengetahui dan mengkaji secara mendalam kesiapan penkerja

dan pemberi kerja sektor formal dan informal terhadap rencana penyelenggaraan

program jaminan kesehatan daerah mandiri di Jawa Timur.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan pokok-pokok pemikiran dan uraian pada latar belakang diatas,

maka permasalahan dalam penelitian ini dapat disusun sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pemahaman pekerja dan pemberi kerja sektor formal dan

informal terhadap penyelenggaraan program jaminan kesehatan daerah mandiri

di Jawa Timur?

2. Bagaimanakah respon pekerja dan pemberi kerja sektor formal dan informal

terhadap penyelenggaraan program jaminan kesehatan daerah mandiri di Jawa

Timur ?

3. Bagaimanakah kesiapan pekerja dan pemberi kerja sektor formal dan informal

terhadap penyelenggaraan program jaminan kesehatan daerah mandiri di Jawa

Timur ?

11

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk memberikan jaminan kesehatan yang menyeluruh, Pemerintah

Provinsi Jawa Timur mengembangkan Sistem Jaminan Kesehatan Daerah

sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4

Tahun 2008 Tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur, dan

Peraturan Gubernur Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Sistem Jaminan Kesehatan Daerah sebagaimana disempurnakan dengan

Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor : 55 tahun 2010 tentang Perubahan atas

Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 4 tahun 2009, serta terakhir dirubah

menjadi Peraturan Gubernur Nomor 62 Tahun 2012.

Untuk mendorong keberhasilan pelaksanaan program jaminan kesehatan

daerah mandiri, salah satu tugas dan wewenang Dewan Wali Amanah BPJKD

Provinsi Jawa Timur adalah melakukan penelitian terhadap pelaksanaan

program Jamkesda dan melaporkan hasilnya kepada Gubernur dan DPRD

Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini untuk mengetahui kesiapan sektor formal dan

informal terhadap rencana penyelenggaraan program Jaminan kesehatan daerah

mandiri di Jawa Timur. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

2.1 Mengkaji dan menganalisis tingkat pemahaman pekerja dan pemberi

kerja sektor formal dan informal terhadap penyelenggaraan program

jaminan kesehatan daerah mandiri di Jawa Timur.

2.2 Mengkaji dan menganalisis respon pekerja dan pemberi kerja sektor

formal dan informal terhadap penyelenggaraan program jaminan

kesehatan daerah mandiri di Jawa Timur

12

2.3 Mengkaji dan menganalisis kesiapan pekerja dan pemberi kerja sektor

formal dan informal terhadap penyelenggaraan program jaminan

kesehatan daerah mandiri di Jawa Timur

1.4 Manfaat dan output

1.4.1 Manfaat Operasional Bagi Pembuat Kebijakan

Program Jaminan Kesehatan Daerah sebagaimana diatur dalam

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem

Jaminan Kesehatan Daerah yang diterapkan.Peraturan Daerah ini telah

dilengkapi dengan peraturan-peraturan pendukungnya, yaitu Peraturan Gurbenur

Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Kesehatan

Daerah Di Jawa Timur, kemudian disempurnakan menjadi Peraturan Gusbenur

Jawa Timur Nomor : 55 tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Gubenur

Jawa Timur nomor 4 tahun 2009, serta perubahan terakhir menjadi Peraturan

Gurbenur Nomor 62 Tahun 2012 saat ini bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai

alat untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan kesejahteraan kesehatan bagi

masyarakat di Jawa Timur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi

masukan kepada Pemerintah agar pelaksanaan program Jaminan Kesehatan

Daerah mandiri tetap searah dengan tujuan tersebut, serta dapat memberikan

pelayanan yang memuaskan peserta. Diharapkan hasil penelitian ini dapat

dipergunakan bagi para pengambil kebijakan agar tujuan program Jaminan

Kesehatan Daerah mandiri dapat mensejahterakan masyarakat, serta

memberikan pelayanan yang sebaik baiknya.

13

1.4.2 Manfaat bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Dengan rencana diimplementasikannya kebijakan program Jaminan

Kesehatan Daerah mandiri di Provinsi Jawa Timur, maka pada penelitian ini

dikumpulkan rumusan konsep dan teori, sehingga terjadi proses baik

metodologis, analitis serta penarikan kesimpulan berkaitan dengan masalah

kesiapan sektor formal dan informal terhadap penyelenggaraan program jaminan

kesehatan daerah mandiri di Jawa Timur, terutama pekerja dan pemberi kerja

pada sektor formal dan informal; pemahaman respon/tanggapan maupun

kesiapan bagi pekerja dan pemberi kerja sektor formal dan informal di Jawa

Timur terhadap penyelenggaraan program jaminan kesehatan daerah mandiri.

Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kebijakan sesuai dengan

tujuan penelitian, yaitu meningkatkan keberhasilan pelaksanaan program

jaminan kesehatan mandiri di Jawa Timur dalam upaya mencapai universal

coverage jaminan kesehatan.

1.4.3 Output yang dihasilkan

Output yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa sebagai berikut :

1.4.3.1 Laporan Pendahuluan/proposal penelitian tentang Kesiapan Sektor

Formal Dan Informal Terhadap Penyelenggaraan Program Jaminan

Kesehatan Daerah Mandiri Di Jawa Timur.

1.4.3.2 Data hasil penelitian tentang Kesiapan Sektor Formal Dan Informal

Terhadap Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Daerah

Mandiri Di Jawa Timur.

14

1.4.3.3 Dokumen laporan penelitian tentang Kesiapan Sektor Formal Dan

Informal Terhadap Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan

Daerah Mandiri Di Jawa Timur.

1.4.3.4 Rekomendasi kebijakan hasil penelitian tentang Kesiapan Sektor

Formal Dan Informal Terhadap Penyelenggaraan Program Jaminan

Kesehatan Daerah Mandiri Di Jawa Timur.

15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam meningkatkan pelayanan publik,

khususnya pelayanan bidang kesehatan bagi masyarakat kecil saat ini cukup

besar, tidak hanya kebijakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) saja, namun Pemerintah provinsi juga berupaya

mengejawantahkan dalam grand design kesehatan Jawa Timur. Untuk maksud

tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menyusun Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah. Peraturan ini

mengamanatkan kepada Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah

untuk mengelola Jaminan Kesehatan Daerah bagi masyarakat di Jawa Timur.

Dalam rangka mewujudkan tujuan dimaksud, Gubernur Provinsi Jawa

Timur Dr H Soekarwo menyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang murah dan

memadai bagi masyarakat perlu terus ditingkatkan. Sebab, adanya pelayanan

yang memadai, produktivitas masyarakat dipastikan dapat meningkat, sehingga

dengan jumlah penduduk yang terbesar kedua se Indonesia, pelayanan

kesehatan perlu ditingkatkan, terutama bagi masyarakat yang tidak mampu. Hal

ini disampaikan saat Gubernur memberikan sambutan pembukaan Rapat

Koordinasi (Rakor) kebijakan pembangunan kesehatan dengan mengambil tema

“Penguatan Jejaring Kesehatan dalam Mendukung Good Governance di Jawa

Timur di Garden Palace Hotel (Senin, 6 Juni 2011).

Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan jumlah penduduk yang

mencapai 37.476.011 jiwa, serta laju pertumbuhan penduduk (LPP) pada 2010

berada pada angka 0,49 persen, sehingga pada tahun 2015 nanti sangat

16

membutuhkan pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh karenanya, dengan

adanya grand design kesehatan, pelayanan bagi masyarakat diharapkan dapat

tepat sasaran, terutama untuk kalangan masyarakat tidak mampu yang menjadi

prioritas atau perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Sampai saat ini perhatian Pemerintah Jawa Timur masih memprioritaskan

jaminan kesehatan daerah bagi peserta penerima bantuan iuran, terutama

masyarakat miskin dan tidak mampu, sedangkan bagi pekerja dan pemberi kerja

sektor formal dan informal belum masuk dalam skema jaminan kesehatan daerah

mandiri dengan membayar iuran sendiri, padahal pekerja di sektor informal ini

sangat besar jumlahnya dan pada umumnya mereka belum mempunyai

perlindungan kesehatan, sehingga perlu mendapatkan perhatian bagi

penyelenggara Jamkesda di Jawa Timur.

2.1 Definisi sektor formal dan informal

Perkembangan sektor informal atau ekonomi informal telah mengalami

berbagai perubahan konsep / pengertian sesuai dengan kondisi pada saat itu.

Untuk setiap negara / wilayah, institusi/lembaga yang berbeda, pengertian

mengenai sektor informal dapat berbeda pula.

Istilah sektor informal pertama kali dilontarkan oleh Keith Hart (1991) dalam

Ihsan (2013) dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan

kerja kota yang berada di luar pasar tenaga yang terorganisasi. Apa yang

digambarkan oleh Hart memang dirasakan belum cukup dalam memahami

pengertian sektor informal tersebut sering dilengkapi dengan suatu daftar

kegiatan agak arbiter yang terlihat apabila seseorang menyusuri jalan-jalan suatu

kota dunia ketiga; pedagang kaki lima, penjual koran, pengamen, pengemis,

17

pedagang asongan, pelacur, pengojek, dan lain-lain. Mereka adalah pekerja

yang tidak terikat dan tidak tetap (Hart, 1991).

Konsep informal merupakan suatu jenis teori dualisme baru yang telah

populer. Breman (1991) menjelaskan bahwa fenomena dualisme di satu pihak

menunjuk pada perekonomian pasar yang biasa kapitalis, dan di pihak lain

perekonomian subsistensi di pedesaan dengan ciri utamanya sistem produksi

pertanian yang statis.

Dualisme sosio-ekonomi yang berasal dari dalam tahap-tahap

pembangunan baik pada sektor formal maupun informal. Sektor informal

dimaksudkan agar pekerja bisa dialihkan dari sektor sub-sistem di desa agar

dapat membantu meningkatkan produksi non-pertanian. Para ekonom dan

birokrat memandang bahwa kota dengan industri modern sebagai pusat

dinamika yang secara lambat laun mengubah sifat statis dari tatanan pedesaan

dengan ciri pertanian yang lamban berikut produktivitas pekerja yang sangat

rendah. Tetapi anggapan bahwa kelebihan pekerja yang ada akan terserap

dalam sektor modern belum terbukti. Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan

penduduk dan angkatan kerja di kota, ternyata beberapa dasa warsa ini

mengenai kesempatan kerja pada sektor formal terutama industri masih

ketinggalan. Sektor informal terdiri dari unit-unit usaha berskala kecil yang

menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok

menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri, dan dalam

usahanya itu sangat dihadapkan pada berbagai kendala seperti faktor modal

fisik, pengetahuan dan faktor keterampilan (Sethraman 1981 dalam T.O. Ihromi;

1993).

18

Adapun beberapa definisi tentang sektor informal yang digunakan oleh

berbagai institusi tersebut, antara lain dikutip dalam Kemenko Kesra, Depkes,

dan GTZ (2007) sebagai berikut :

1). ILO (International Labour Organization)

ILO lebih sering menggunakan istilah „ekonomi informal‟ ketimbang „sektor

informal‟ karena „ekonomi informal‟ lebih cocok untuk menggambarkan

pendekatan yang terintegrasi dalam menggambarkan ketidak-formalan (House,

2003). Selanjutnya pandangan ILO (2002) tersebut sebagai berikut :

“Ekonomi informal terdiri dari unit-unit ekonomi yang termarjinalisasi dan pekerja-pekerja yang memiliki karakteristik: mengalami defisit yang parah dalam hal pekerjaan yang layak, defisit dalam hal standar perburuhan, defisit dalam hal produktivitas dan kualitas pekerjaan, defisit dalam hal perlindungan sosial dan defisit dalam hal organisasi dan hak suara. Dengan mengurangi defisit yang dimiliki oleh ekonomi informal, diharapkan akan dapat meningkatkan gerakan kearah kegiatan-kegiatan yang diakui, terlindungi dan formal didalam kerangka perekonomian utama dan yang memenuhi peraturan”.

Meskipun tidak ada konsensus khusus mengenai definisi sektor informal,

pengertian sektor informal ini sering dikaitkan dengan dikotomi sektor formal-

informal. ILO (1972) mengidentifikasi sedikitnya tujuh karakter yang

membedakan kedua sektor tersebut yaitu:

a. kemudahan untuk masuk

b. kemudahan untuk mendapatkan bahan baku

c. sifat kepemilikan

d. skala kegiatan

e. penggunaan tenaga kerja dan teknologi

f. tuntutan keahlian

g. deregulasi dan kompetisi pasar

19

2). Institusi lain

Mengutip laporan dari Kerjasama Kemenko Kesra, Depkes, dan GTZ (2007),

memberikan pengertian-pengertian tentang sektor informal sangatlah beragam,

serta dapat dikelompokkan menjadi beberapa definisi dengan mengacu pada

karakteristik khusus dari sektor informal yang digunakan masing-masing institusi,

antara lain :

a. Menurut PT Jamsostek

Definisi dari sektor informal adalah „tidak adanya hubungan industrial dan

tidak berdasarkan kontrak kerja‟. Yang termasuk dalam kelompok pekerja

sektor informal misalnya, pekerja keluarga, pekerja mandiri (self-employed,

kecuali akuntan, dokter, notaris yang berbadan hukum), pekerja

lepas/serabutan (casual workers) seperti buruh tani dan nelayan. Dengan

berpijak pada UU No.3/1992 (tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja), PT

Jamsostek bekerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Depnakertrans) mulai menjangkau sektor informal dalam hal

jaminan sosial. Karena pekerja informal tidak memiliki pendapatan tetap,

maka untuk penghitungan premi digunakan besarnya upah minimum. Selain

dengan Depnakertrans dan Disnakertrans, Jamsostek juga berkoordinasi

dengan Pemda dan Biro Pusat Statistik (BPS).

b. Badan Pusat Statistik

Definisi kelompok pekerja informal dengan menggunakan kriteria yang

merupakan kombinasi dari Status Pekerjaan dan Jenis Pekerjaan Utama.

Berbeda dengan definisi pekerja informal yang pernah digunakan oleh BPS

20

sebelumnya, penggunaan kombinasi dari „status pekerjaan‟ dan „jenis

pekerjaan utama lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

Sebelumnya, BPS hanya berpatokan pada „status pekerjaan‟ untuk

menentukan pekerja informal, yaitu mereka yang berstatus sebagai berusaha

sendiri, berusaha dengan buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian,

pekerja bebas di non-pertanian, dan pekerja tidak dibayar. Tentu saja

perubahan definisi pekerja sektor informal ini akan membawa dampak pada

perubahan dalam penghitungan jumlahnya. BPS juga telah berkoordinasi

dengan beberapa instansi seperti Depsos, Depkes, Depnaker, BKKBN dalam

pembuatan kriteria-kriteria penduduk yang patut menerima bantuan dari

pemerintah (contohnya untuk penerima Bantuan Langsung Tunai atau BLT).

Tabel 2.1. Penetapan Kelompok Pekerja Informal Berdasarkan

Status Pekerjaan dan Jenis Pekerjaan Utama

Status Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Utama

Tenaga Profesi

-onal

Tenaga Kepemim-

pinan

Pejabat

Pelaksana

& Tata Usah

a

Tenaga Penjuala

n

Tenaga

Usaha jasa

Tenaga Usaha

Pertania

n

Tenaga Produksi

Tenaga

Operasi-onal

Pekerja Kasar

Lain nya

Berusaha Sendiri

F F F INF INF INF INF INF INF INF

Berusaha dengan Bantuan Buruh Tidak Tetap

F F F F F INF F F F INF

Berusaha dengan Bantuan Buruh Tetap

F F F F F F F F F F

Buruh/Karyawan/Pekerja Dibayar

F F F F F F F F F F

Pekerja Bebas di Pertanian

F F F INF INF INF INF INF INF INF

21

Pekerja Bebas di Non Pertanian

F F F INF INF INF INF INF INF INF

Pekerja Tak Dibayar

INF

INF INF INF INF INF INF INF INF INF

Sumber : Laporan Teknis untuk menyusun Peraturan pelaksanaan UU Tentang SJSN (2007)

Catatan : F = FORMAL; INF = INFORMAL

c. PT Askes,

Untuk jaminan kesehatan bagi kelompok masyarakat seperti sektor informal,

di Askes dikenal sebagai pelayanan Jaminan Kesehatan Penerima Bantuan

Iuran (divisi JKPBI). Penerima Bantuan Iuran atau PBI adalah kelompok

penduduk tidak mampu yang untuk menjadi peserta jaminan kesehatan

preminya dibayari sepenuhnya oleh pemerintah. Untuk mengetahui siapa

Penerima Bantuan Iuran (PBI) atau masyarakat yang tergolong miskin,

dasarnya adalah ketetapan dari masing-masing bupati/walikota, dimana

kriteria yang digunakan berbeda untuk daerah yang satu dengan daerah yang

lain. Dalam penentuan kriterianya masing-masing daerah berkoordinasi

dengan Dinas Sosial, BKKBN, BPS, Dinas Kesehatan setempat.

Menurut Surat Edaran dari Menko Kesra, mulai tahun 2007 acuan pokok

untuk program-program kemiskinan harus menggunakan data BPS. Namun

ketetapan tersebut dirasakan oleh berbagai pihak bahwa landasan hukumnya

kurang kuat. Data BPS harus disertai verifikasi dengan melakukan uji publik,

misalnya dengan mengadakan rembug desa terbuka untuk menegaskan

siapa-siapa yang memang pantas menerima bantuan dari pemerintah. Apabila

jaminan kesehatan diberikan khusus kepada sektor informal, maka beberapa

22

aspek dari sektor informal yang perlu diperhatikan adalah : a. definisinya apa;

b. bagaimana menentukan premi dengan tepat; serta c. bagaimana

mengumpulkan premi dengan tepat (misalnya untuk petani yang panen 3

bulan sekali).

d. Depnakertrans.

Definisi sektor informal sebagai „mereka yang bekerja diluar hubungan kerja‟,

terutama di tingkat pusat dan di tingkat propinsi (Dinas Nakertrans Propinsi).

Contoh yang diberikan untuk mereka yang berada diluar hubungan kerja adalah

pekerja mandiri, pekerja keluarga dan pekerja bebas, yang tidak mempunyai

ketrampilan dan memiliki penghasilan dibawah rata-rata serta tidak tetap.

Umumnya kelompok penduduk seperti ini termasuk dalam penduduk miskin.

e. Departemen sosial (Depsos)

Sektor informal adalah „mereka yang mempunyai penghasilan tidak tetap‟.

Contohnya : tukang ojeg, tukang becak, penjual jamu gendong. Pada umumnya

mereka masuk dalam kelompok keluarga miskin (Gakin) yang berpenghasilan

dibawah Rp. 200.000,-. Pengertian mengenai sektor informal ini digunakan baik

di Depsos pusat maupun di daerah dan menjadi acuan untuk pelaksanaan

program Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos). Program Askesos ini

ditujukan untuk membantu mereka yang berpenghasilan sangat rendah ketika

terjadi gangguan terhadap kelancaran penghasilan, misalnya karena sakit atau

meninggal. Dasar hukum untuk sektor informal ini tidak ada persis, namun

program ini mengacu pada UUD 1945, UU No. 6/1974 ( tentang Ketentuan

Pokok Kesejahteraan Sosial), dan UU No. 39/1999 (tentang Hak Asasi Manusia).

23

Koordinasi dengan Depnakertrans dilakukan oleh Depsos khusus untuk

menangani pekerja-pekerja informal.

f. Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag)

Definisi yang agak berbeda mengenai sektor informal adalah yang digunakan

oleh Deperindag dan jajarannya di tingkat propinsi dan kabupaten/kota melihat

sektor informal sebagai „usaha kecil yang tidak terdaftar secara resmi‟. Karena

Deperindag berurusan dengan perusahaan-perusahaan yang harus didaftar

(yang berarti formal), maka jika ada perusahaan yang tidak didaftar, itu berarti dia

informal. Biasanya jenis usaha seperti ini dikelola oleh seorang wiraswasta,

tanpa menggunakan tenaga kerja dari luar lingkungan keluarganya. Contohnya

adalah pedagang keliling, warung/pedagang pinggir jalan. Untuk ketentuan

mengenai usaha kecil informal, jajaran Deperindag mengacu pada UU 9/1995

(tentang pendaftaran perusahaan). Dalam melaksanakan tugasnya Deperindag

berkoordinasi dengan Menteri Negeri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

(UKM), Departemen Pekerjaan Umum, Depnakertrans, Depsos, Depkes.

g. Departemen Kesehatan

Sebetulnya departemen ini tidak memiliki definisi khusus untuk sektor informal.

Namun demikian pengertian mengenai sektor informal yang diajukan oleh Dinas

Kesehatan propinsi Jawa Tengah, adalah pekerja a) yang jam kerjanya tidak

tetap dan tidak terjangkau peraturan-peraturan tertulis; b) yang modalnya kecil;

dan c) yang sifatnya kekeluargaan. Dasar hukum khusus untuk definisi sektor

informal belum ada di Depkes, namun untuk pembinaan kesehatan masyarakat

(termasuk pekerja) dapat dilihat sejak keluarnya UU Kesehatan No. 23/1992.

24

2.2 Pemberi kerja dan pekerja sektor formal dan informal

Pemberi kerja, terutama sektor formal yang memerlukan tenaga kerja

dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui pelaksana

penempatan tenaga kerja. Sesuai dengan UU Ketenagakerjaan, bahwa

pelaksana penempatan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan sejak

rekrutmen sampai penempatan tenaga kerja. Selanjutnya pemberi kerja dalam

mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup

kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga

kerja.

2.2.1 Sektor formal

Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau

badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah

atau imbalan dalam bentuk lain. Berkaitan dengan hal tersebut, maka

pengusaha adalah : orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; orang perseorangan, persekutuan,

atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan

miliknya; serta orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

berada di Indonesia mewakili perusahaan. Sedangkan perusahaan adalah :

Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan,

milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik

negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau

imbalan dalam bentuk lain; serta usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang

mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah

atau imbalan dalam bentuk lain.

25

Sektor ekonomi formal biasanya ditangani dalam bentuk organisasi atau

lembaga formal. Bentuk badan hukum formal tersebut adalah Firma, CV,

Perseroan Terbatas, BUMN, Koperasi. Sektor Formal dapat meliputi berbagai

bidang kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, pertanian, industri, jasa dan

pertambangan. Organisasi ini tentu dikelola dengan orang- orang profesional.

Keunggulan dari sektor ekonomi formal antara lain: Sektor ekonomi ini lebih

mudah diawasi dan dibina oleh pemerintah; Sektor ekonomi ini lebih mudah

mendapatkan kepercayaan dari investor; serta Sektor ekonomi ini dituntut untuk

menciptakan orang yang profesional, sedangkan kelemahan dari sektor ekonomi

formal adalah keterbatasan dalam menampung jumlah wirausaha karena setiap

wirausaha dituntut profesionalismenya. Pekerja manajerial (white collar) yang

merepresentasikan pekerja sektor formal terdiri dari tenaga professional, teknisi

dan sejenisnya, tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, tenaga tata usaha

dan sejenisnya, tenaga usaha penjualan, tenaga usaha jasa. Pada beberapa

tahun terakhir tercermin adanya kecenderungan penurunan peran pekerja blue

collar dan sedikit peningkatan pekerja white collar. Ini merupakan sinyal

kemajuan perekonomian dan juga kemajuan pendidikan karena pekerja white

collar secara umum membutuhkan tingkat pendidikan yang memadai.

2.2.2 Sektor Informal

Sektor Informal adalah kelompok usaha (ekonomi) skala kecil, baik

organisasi maupun pemodalan. Kelompok usaha sektor informal biasanya

dicirikan sebagai berikut : Tempat kerja bervariatif, antara permanen hingga

berpindah tempat; Self employed atau family scale; Tidak ada organisasi

pembagian kewenangan; Tidak berbatas jelas secara kewilayahan (dengan

26

pemukiman atau per untukan lainnya); Tidak berbatas jelas dari segi kelompok

umur; Pola kegiatan tidak teratur (waktu, permodalan, penerimaan); Pada

umumnya tidak tersentuh peraturan dan ketentuan pemerintah; Modal,

peralatan, perlengkapan maupun omset biasanya kecil; Pada umumnya tidak

mempunyai tempat usaha yang permanen dan terpisah dari tempat tinggal; Tidak

mempunyai keterkaitan dengan usaha lain yang besar; Pada umumnya dilakukan

oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpendapatan rendah; Tidak

membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus (menyerap tenaga kerja

dengan bermacam-macam tingkat pendidikan); Umumnya tenaga dari

lingkungan keluarga atau berasal dari daerah yang sama.

Pengelompokkan definisi formal dan informal menurut Hendri Saparini dan

M. Chatib Basri dari Universitas Indonesia menyebutkan bahwa tenaga Kerja

sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan

tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak.

Definisi lainnya adalah segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan

pendapatan yang tetap, tempat pekerjaan yang tidak terdapat keamanan kerja

(job security), tempat bekerja yang tidak ada status permanen atas pekerjaan

tersebut dan unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan hukum. Sedangkan

ciri-ciri kegiatan-kegiatan informal adalah mudah masuk, artinya setiap orang

dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini, bersandar pada sumber

daya lokal, biasanya usaha milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya,

keterampilan diperoleh dari luar sistem formal sekolah dan tidak diatur dan pasar

yang kompetitif. Contoh dari jenis kegiatan sektor informal antara lain pedagang

kaki lima (PKL), becak, penata parkir, pengamen dan anak jalanan, pedagang

pasar, buruh tani dan lainnya.

27

2.3 Sistem jaminan sosial Nasional

Berdasarkan Ketetapan MPR Nomor X/2001 telah menugaskan presiden

untuk mengembangkan sistem jaminan sosial nasional Selanjutnya sesuai

dengan perubahan Konstitusi RI telah menentukan pula Pasal 28H ayat (3)

UUD 1945 bahwa "Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang

memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang

bermartabat." Tentunya program jaminan sosial tersebut, diantaranya termasuk

jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar yang bersifat sosial, agar hak

warganegara atas jaminan kesehatan sosial tersebut dapat terpenuhi.\

Menurut Pasal 34 ayat (2) UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa

"Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan

martabat kemanusiaan.” Oleh karenanya, dukungan politik (political will)

sebagai syarat penyelenggaraan sistem jaminan social telah terwujud dalam

konstitusi sebagai hukum dasar negara. Sistem jaminan sosial sebagaimana

termaktub dalam Pasal 34 Ayat (2) UUD 1945, tidak terlepas dari prinsip-prinsip

universal yang telah lama dikenal, dengan berbagai modifikasi, selain tetap

memperhatikan tradisi, budaya, dan kondisi lokal sistem jaminan sosial

merupakan bagian sistem nasional, baik sistem ekonomi maupun politik bangsa.

Dengan prinsip-prinsip jaminan sosial yang telah ditetapkan dalam UU

nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, kepesertaan

sistem jaminan sosial dikembangkan bertahap, dimulai dari kelompok formal

dan/atau yang telah mampu membayar iuran. Bagi masyarakat yang tidak

mampu, yang menerima subsidi bantuan iuran, terbuka peluang diselenggarakan

28

sesuai dengan prinsip-prinsip sistem jaminan sosial, bila program bantuan sosial

itu telah memenuhi syarat program sistem jaminan sosial.

Ruang lingkup jaminan sosial adalah sangat luas antara lain meliputi

adanya jaminan pendidikan, kesehatan, kematian, PHK, kecelakaan kerja,

kecelakaan diri dan masih banyak lagi macam ragamnya, yang menjamin

kesinambungan ekonomi/penghasilan seseorang meskipun terjadi suatu risiko

pada dirinya. Program Jaminan Sosial adalah jaminan yang menjadi bagian dari

program jaminan ekonomi suatu bangsa.

Sejak keluarnya Pasal 2 ayat (4) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1974

didefinisikan bahwa “jaminan sosial sebagai perwujudan dari pada sekuritas

sosial adalah seluruh sistim perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan sosial

bagi warga negara yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat

guna memelihara taraf kesejahteraan sosial.” Adapun pemenuhan jaminan sosial

dalam Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 6 Tahun 1974, bertujuan agar

taraf kesejahteraan sosial pada warga masyarakat tidak menurun sampai

dibawah suatu taraf yang dipandang layak, tanpa melupakan usaha-usaha untuk

secara terus menerus meningkatkan taraf kesejahteraan sosial segenap

Warganegara Indonesia. Kemudian dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang

Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, mendefinisikan

”jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.”5

Berkaitan dengan program jaminan sosial ini, maka penelitian ini hanya

memfokuskan pada pendekatan pelaksanaan program jaminan kesehatan

5 Anton Hardianto, 2007, Naskah Akademis Paket Raperda tentang

Jaminan Sosial Daerah Provinsi Jawa Timur

29

daerah di Jawa Timur, terutama rencana pengembangan program Jamkesda di

luar Penerima Bantuan Iuran (PBI) di Jawa Timur.

2.4 Prinsip-prinsip dalam Jaminan Sosial Nasional

Berdasarkan pasal 28H UUD 45 hasil amendemen tahun 2000

dinyatakan “bahwa…setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan”.

Pencantuman hak terhadap pelayanan kesehatan tersebut bertujuan untuk

menjamin hak-hak kesehatan yang fundamental sesuai dengan deklarasi Hak

Asasi Manusia oleh PBB di tahun 1947.

Selanjutnya menurut Thabrany (2008), bahwa sampai saat ini sistem

kesehatan di Indonesia masih jauh dari cita-cita keadilan sosial bagi seluruh

rakyat. Rakyat kecil sangat terbebani dengan sistem kesehatan yang

diperdagangkan. Rakyat yang membayar lebih banyak mendapat pelayanan

yang lebih banyak atau lebih baik mutunya. Berbagai Penelitian menunjukkan

bahwa kesenjangan pelayanan (inequity, ketidakadilan/ ketidak-setaraan) hanya

dapat diperkecil dengan memperbesar porsi pendanaan publik, baik melalui

APBN (tax funded) maupun melalui sistem asuransi kesehatan sosial.

Pelaksanaan sistem jaminan sosial berlaku prinsip utama dan Pendukung

(tambahan), yaitu ;

a. Prinsip Utama yang terdiri dari:

(1) Prinsip Solidaritas, yaitu suatu prinsip adanya saling membantu diantara

dua segmen yang berbeda sehingga terjadi subsidi silang seperti yang

kaya membantu yang miskin, yang muda membantu yang tua, serta yang

sehat membantu yang sakit. Dengan prinsip tersebut memungkinkan

perluasan cakupan terhadap seluruh penduduk.

30

(2) Prinsip Efisiensi , prinsip ini memungkinkan pelayanan menjadi terkendali

karena pelayanan yang diberikan hanya pelayanan yang dibutuhkan saja.

Selain itu terjadi juga urun biaya, sehingga tidak dirasakan terlalu berat

bagi yang tidak mampu.

(3) Prinsip Ekuitas yang berarti bahwa, setiap penduduk harus memperoleh

pelayanan sesuai kebutuhan dan kemampuannya.

(4) Prinsip Portabilitas yang menunjukkan bahwa, seseorang tidak boleh

kehilangan jaminan / perlindungan.

(5) Prinsip nirlaba, tidak mengambil keuntungan namun bukan berarti harus

merugi tetapi azas manfaat bagi seluruh pelaku asuransi kesehatan

(Bapel, Peserta, Pemberi pelayanan kesehatan serta Pemerintah karena

mempunyai penduduk yang sehat dan produktif).

b. Prinsip Tambahan yang terdiri dari:

(1) Prinsip Responsif yaitu responsif terhadap tuntutan peserta sesuai

standar kebutuhan hidup sehingga sifatnya lebih dinamis.

(2) Prinsip koordinasi manfaat, dengan adanya prinsip ini diharapkan tidak

akan terjadi duplikasi cakupan dan pelayanan, sehingga lebih efisien

(Widodo, 2012)

Agar upaya pemeliharaan kesehatan dapat membawa hasil yang diharapkan,

bila diberikan penekanan yang sama kepada keseluruhan prinsip dan aspek

tersebut di atas secara serentak dan sekaligus. Dengan demikian, harus

dikembangkan suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang

merangkum keseluruhan prinsip dan aspek tersebut dan diarahkan pada:

1. Manajemen Kepesertaan: Pengelolaan kepesertaan, agar tidak terjadi

subsidi yang salah sasaran dan duplikasi pembiayaan. Kejelasan dan

31

legalitas kepesertaan merupakan kunci utama efisiensi penerapan sistem

asuransi kesehatan sosial. Dalam Manajemen Kepesertaan harus ada

kebijakan yang jelas tentang bantuan sosial dan premi yang harus

dibayarkan. Bantuan sosial harus diformat sedemikian rupa sehingga prinsip

keadilan itu akan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat;

2. Manajemen Keuangan: Pengendalian biaya, agar pelayanan kesehatan

dapat lebih terjangkau oleh setiap orang. Pembayaran PPK oleh Bapel

dilakukan dengan pembayaran pra-upaya (prepaid), dalam hal ini dengan

kapitasi atau sistim anggaran. Cara pembayaran di muka ini akan memacu

para PPK untuk merencanakan pelayanan kesehatan yang paling efektif clan

efisien serta berorientasi lebih banyak kepada tindakan promotif clan

preventif. Kapitasi dihitung berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar pada

masing-masing PPK (tidak atas dasar jumlah kunjungan) dan dibayar di

muka, langsung kepada PPK.

3. Manajemen Pelayanan Kesehatan: Peningkatan mutu pelayanan kesehatan

agar dapat secara efektif dan efisien dan efisien meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Peningkatan mutu juga harus disertai pemeratan

upaya kesehatan dengan peranserta masyarakat yang dilaksanakan secara

selaras, terpadu dan saling memperkuat, agar setiap orang dapat menikmati

hidup sehat;

4. Manajemen Informasi: Adanya penanganan keluhan peserta maupun PPK.

Ketidakpuasan dan keluhan para peserta ataupun PPK harus dapat

disalurkan lewat suatu mekanisme "Penanganan Keluhan" yang tetap,

hingga dapat menjamin stabilitas dalam menerapkan sistem asuransi

kesehatan sosial. Manajemen informasi juga akan menjamin tingkat

32

portabilitas yang tinggi. Selain itu adanya pemantauan pemanfaatan

pelayanan kesehatan untuk menyesuaikannya dengan kebutuhan medis

peserta clan mengendalikan penggunaan pelayanan yang berlebihan dan

pemborosan yang tidak diperlukan.6

Selanjutnya sesuai amanah Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008

tentang Sistem jaminan kesehatan daerah di Jawa Timur, Sistem Jaminan Sosial

Daerah diselenggarakan berdasarkan pada prinsip:

a. Prinsip kegotong-royongan dalam ketentuan ini adalah prinsip

kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya jaminan

sosial, yang diwujudkan dalam mekanisme gotong royong dari

peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam

bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; sehingga peserta yang

berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi; dan peserta yang

sehat membantu yang sakit. Melalui prinsip kegotong-royongan ini,

jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

b. Prinsip nirlaba dalam ketentuan ini adalah prinsip pengelolaan usaha

yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta.

Sehingga penyelenggaraan jaminan sosial tidak diutamakan untuk

mencari keuntungan atau tidak dengan sendirinya menjadikan surplus

dana jaminan sosial yang dikelola selama periode tertentu sebagai

nilai penambah kekayaan dari suatu Badan Penyelenggara Jaminan

6 Widodo J Pujirahardjo, 2012, Materi dipersiapkan untuk Rakor RS se

Jawa Timur, tahun 2012. Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan dasar pada era universal coverage.

33

Sosial Daerah Provinsi Jawa Timur. Pengelolaan dana amanat

jaminan sosial tidak dimaksudkan untuk mencari laba (nirlaba) bagi

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi tujuan utama

penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk memenuhi sebesar-

besarnya kepentingan peserta. Dana amanat, hasil

pengembangannya, dan surplus anggaran akan dimanfaatkan

sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Oleh karena itu,

diperlukan bentuk badan hukum yang sejalan dan cocok dengan

pelaksanaan prinsip ini.

c. Prinsip keterbukaan dalam ketentuan ini adalah prinsip

mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi

setiap peserta.

d. Prinsip kehati-hatian dalam ketentuan ini adalah prinsip pengelolaan

dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.

e. Prinsip akuntablitas dalam ketentuan ini adalah prinsip pelaksanaan

program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan.

f. Prinsip portabilitas dalam ketentuan ini adalah prinsip memberikan

jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan

atau tempat tinggal atau bahkan berpindah Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Daerah Provinsi Jawa Timur dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

g. Prinsip kepesertaan wajib dalam ketentuan ini adalah prinsip yang

mengharuskan seluruh warga masyarakat Daerah Provinsi Jawa

Timur menjadi peserta program jaminan sosial sehingga dapat

34

terlindungi. Tetapi, meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh

warga masyarakat Daerah Provinsi Jawa Timur, penerapannya tetap

disesuaikan dengan kemampuan ekonomi warga masyarakat Daerah

Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur

serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dapat

dimulai dari pekerja di sektor formal dan peduduk Daerah Provinsi

Jawa Timur yang tergolong miskin dan tidak mampu sebagai

penerima bantuan iuran, bersamaan dengan itu sektor informal dapat

menjadi peserta secara sukarela, sehingga dapat mencakup petani,

nelayan dan mereka yang bekerja secara mandiri, sehingga pada

akhirnya Sistem Jaminan Sosial Daerah Provinsi Jawa Timur dapat

mencakup seluruh warga masyarakat Daerah Provinsi Jawa Timur,

yang dilaksanakan secara bertahap. Penentuan tahapan luas

cakupan kepesertaan wajib ditetapkan oleh Gubernur Daerah Provinsi

Jawa Timur berdasarkan usulan dan pertimbangan wali amanah.

h. Prinsip dana amanat dalam ketentuan ini adalah dana yang terkumpul

dari iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari

peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Daerah

Provinsi Jawa Timur untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka

mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta dan

digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta jaminan

sosial.7

7 Prinsip-prinsip penyelenggaraan jaminan kesehatan daerah dapat dibaca secara

lengkap dalam Naskah Akademis Paket Raperda tentang Jaminan Sosial Daerah Provinsi Jawa Timur dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur beserta penjelasannya

35

2.5 Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur

Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum dengan

jelas cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional

bangsa Indonesia. Tujuan nasional tersebut adalah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi serta keadilan sosial8.

Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya

pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian

pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu, termasuk di antaranya

pembangunan kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah

satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, setiap

kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif,

perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan

sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing

bangsa, serta pembangunan nasional. Upaya untuk meningkatkan derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya penyembuhan

penyakit, kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan

upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan

masyarakat secara luas yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan

8 Baca kembali pembukaan UUD 1945 bahwa tujuan nasional adalah melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi serta keadilan sosial.

36

rehabilitatif yang bersifat menyeluruh terpadu dan berkesinambungan.

Perkembangan ini tertuang ke dalam dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

sejak tahun 1982 yang selanjutnya disebutkan kedalam GBHN 1983 dan GBHN

1988 sebagai tatanan untuk melaksanakan pembangunan kesehatan9.

Selanjutnya pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang

memberikan arah pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya

kesehatan sebagai berikut :

(1) asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan harus

dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang

Maha Esa dengan tidak membedakan golongan agama dan bangsa.

(2) asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus

dilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan

mental, serta antara material dan sipiritual.

(3) asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanausiaan dan perikehidupan

yang sehat bagi setiap warga negara.

(4) asas pelindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat

memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan

penerima pelayanan kesehatan.

(5) asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa

pembangunan kesehatan dengan menghormati hak dan kewajiban

masyarakat sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum.

9 Saat ini GBHN mengalami penyesuaian sejalan dengan perubahan paradigma

pembangunan nasional.

37

(6) asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat

memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan

masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau.

(7) asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan

tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki.

(8) asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus memperhatikan

dan menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut

masyarakat.10

Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan termasuk

pembiayaannya perlu digerakkan dan diarahkan sehingga dapat berdaya guna

dan berhasil guna, dengan memperhatkan fungsi sosial dan kesehatan bagi

masyarakat yang kurang mampu. Fungsi sosial sarana kesehatan dalam arti

bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan setiap sarana kesehatan baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat harus

memperhatikan kebutuhan pelayanan kesehatan golongan masyarakat yang

kurang mampu dan tidak semata-mata mencari keuntungan.

Pengelolaan kesehatan sebagaimana tersebut dilakukan dalam bentuk

asuransi kesehatan, sehingga asuransi kesehatan merupakan suatu alat sosial

untuk menggalang kegotongroyongan. atau solidaritas masyarakat dalam bidang

pelayanan kesehatan. Meskipun secara kultural, asuransi kesehatan bukanlah

budaya bangsa Indonesia dan bukan juga budaya bangsa-bangsa lain, akan

tetapi akar atau elemen asuransi kesehatan sebagai alat gotong royong sudah

merupakan peradaban manusia di dunia. Dalam bentuk tradisional, seluruh

masyarakat bahu-mambahu memberikan pertolongan semampunya untuk

10

Pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas untuk memberikan arah pembangunan kesehatan yang saat ini sedang berjalan.

38

membantu anggota masyarakat yang sakit. Perkembangan pelayanan kesehatan

modern dalam bentuk rumah sakit tidak lepas dari semangat kegotong royongan

ini11.

Perjalanan sistem jaminan kesehatan daerah di Jawa Timur dimulai sejak

dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008

tentang SJKD di Jawa Timur. Peraturan Daerah ini telah dilengkapi dengan

beberapa peraturan pendukung lainnya untuk pelaksanaan jaminan kesehatan

daerah di Jawa Timur, pelaksanaan ini mencakup penyelenggaraan, pengelolaan

kepesertaan, mekanisme klaim dan pelayanan kesehatan, pendanaan, serta

sistem monitoring hingga evaluasinya.

2.6 Kepesertaan dan hambatan program jaminan kesehatan daerah

Sejak Rancangan Undang-Undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) dibahas di DPR banyak wacana mengenai penyelenggaraan

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Beragam pendapat dan pandangan

dilontarkan. Ada yang konstruktif dan ada pula yang lepas dari konteks UU SJSN

yang seharusnya menjadi titik tolak pembahasan. Salah satu wacana yang

cukup menarik ialah mengenai prinsip kepesertaan yang bersifat wajib.

Prinsip kepesertaan bersifat wajib ini merupakan salah satu unsur yang

membedakan SJSN dengan sistem jaminan atau asuransi komersial. Dalam

SJSN kepesertaan diwajibkan berdasarkan UU SJSN, artinya seseorang tidak

bebas untuk menentukan apakah ia akan menjadi peserta atau tidak program

11

Baca kembali Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 55 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur.

39

jaminan sosial yang ditentukan dalam Undang-undang. Demikian pula BPJS

tidak dapat memilih siapa yang diterima atau tidak diterima menjadi peserta yang

akan ditanggungnya. Sebaliknya dalam sistem asuransi komersial prinsip

kepesertaan yang dianut adalah kesukarelaan, berdasarkan kesepakatan

tertanggung dan penanggung. Seseorang bebas menentukan pilihannya apakah

akan menjadi peserta asuransi komersial atau tidak. Demikian pula penanggung

bebas menentukan apakah ia akan menanggung seseorang yang ingin menjadi

peserta program asuransi yang ditawarkan.

Kepesertaan bersifat wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi

peserta, sehingga dapat terlindungi untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

dasar hidup yang layak, apabila mereka mengalami risiko yang dapat

mengakibatkan berkurang atau hilangnya pendapatan, karena menderita sakit,

mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut atau

pensiun. Peserta jaminan sosial menurut UU SJSN adalah setiap orang termasuk

orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia, yang telah

membayar iuran. Setiap orang yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam UU

SJSN secara imperatif wajib menjadi peserta. Undang-undang yang mewajibkan

mereka. Mau tidak mau mereka harus menjadi peserta program jaminan sosial.

Atau dengan kata lain perikatan antara tertangggung (peserta) dengan

penanggung (BPJS) dalam jaminan sosial timbul karena Undang-undang.

Meskipun dalam UU SJSN menentukan kepesertaan bersifat wajib bagi

seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi

rakyat dan Pemerintah, serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan

pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor

informal dapat menjadi peserta secara suka rela, sehingga dapat mencakup

40

petani, nelayan, dan meraka yang bekerja secara mandiri, sehingga pada

akhirnya SJSN dapat mencakup seluruh rakyat. Cakupan kepesertaan bagi

seluruh rakyat ini biasa disebut dengan universal coverage. UU SJSN juga

menentukan bahwa pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya

dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS, sesuai dengan program yang

diikuti. Pentahapan tersebut diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

Mengenai iuran jaminan kesehatan bagi peserta penerima upah, UU SJSN

menentukan bahwa secara bertahap ditanggung bersama oleh pekerja dan

pemberi kerja. Selain itu UU SJSN juga menentukan bahwa Pemerintah secara

bertahap mendaftarkan penerima bantuan iuran sebagai peserta kepada BPJS.

Selanjutnya ditentukan bahwa pada tahap pertama iuran program jaminan sosial

bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang dibayar oleh pemerintah

adalah untuk program jaminan kesehatan. Ketentuan mengenai pembayaran

iuran bagi penerima bantuan iuran program jaminan sosial ini diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Selanjutnya dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4

Tahun 2008 disebutkan pula bahwa peserta Jamkesda Jawa Timur adalah

semua warga masyarakat Daerah Provinsi Jawa Timur yang telah mendaftarkan

diri atau didaftarkan dan telah membayar iuran sesuai dengan ketentuan masing-

masing program jaminan sosial yang diikutinya. Yang dimaksud Warga

masyarakat Daerah Provinsi Jawa Timur adalah setiap orang, baik Warga

Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) yang masuk secara

sah serta bertempat tinggal di wilayah Daerah Provinsi Jawa Timur dan telah

memenuhi persyaratan yang ditetapkan Gubernur.

41

Pada prinsipnya setiap warga masyarakat Daerah Provinsi Jawa Timur

wajib menjadi peserta, akan tetapi upaya penegakan hukum atas sifat

kepesertaan yang wajib tersebut diselenggarakan secara bertahap sesuai

dengan kesiapan teknis, diantaranya dalam hal kesiapan sistem informasi

kependudukan, pengumpulan iuran dan kelayakan program. Pengkajian dan

perumusan tahapan kepesertaan dan jenis program jaminan kesehatan tersebut

wajib diikuti warga masyarakat Daerah Provinsi Jawa Timur yang dilakukan oleh

BPJKD12.

Kepesertaan program Jamkesda di Jawa Timur tersebut mencakup seluruh

warga masyarakat Daerah Provinsi Jawa Timur dan dilakukan secara bertahap

sesuai kesiapan penyelenggaraan dan kelayakan program Jamkesda. Oleh

karena itu, Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah Provinsi Jawa

Timur, Pemberi Kerja, Pekerja, Pemerintah dan Masyarakat perlu bersama-sama

mengupayakan perluasan kepesertaan dimaksud dalam bentuk kepesertaan

yang bersifat mandiri dengan membayar iuran (premi). Sasaran kepesertaan

tersebut harus di „manage‟ secara baik agar betul-betul tepat sasaran.13.

Pada bagian proposal ini kami sajikan pula mengenai beberapa hasil

penelitian yang berkaitan dengan hambatan dalam perluasan cakupan

kepesertaan program jaminan sosial, terutama dalam jaminan kesehatan bagi

pekerja sektor informal. Penelitian yang dilakukan Angelini dan Kenichi (2004)

menunjukkan ada beberapa persoalan yang perlu dipertimbangkan dalam

memperluas skema jaminan sosial bagi pekerja di sektor perekonomian informal,

12

Kepesertaan Jamkesda di Jawa Timur diselenggarakan secara bertahap, dimana pada tahap pertama diprioritaskan untuk peserta Maskin penerima bantuan iuran (PBI), dan tahap kepesertaan kedua adalah peserta Jamkesda mandiri (Jamkesman) yang bersifat non PBI.

13 Widodo J Pujirahardjo, 2012, Materi dipersiapkan untuk Rakor RS se Jawa Timur, tahun 2012. Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan dasar pada era universal coverage.

42

yaitu, hambatan peraturan, ketidakmampuan membayar iuran, keengganan

membayar iuran, desain tunjangan dan prioritas jaminan sosial, administrasi dan

pelaksanaan, serta subsidi.

43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian adalah keseluruhan penelitian dari perencanaan untuk

menjawab riset question (pertanyaan penelitian) dan untuk mengantisipasi

beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses riset (Nursalam dan

Pariani, 2001). Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Cross

Sectional, Survei Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor pengaruh dengan faktor-faktor

terpengaruh, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (point time approach ), artinya, tiap subjek penelitian

hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter

atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010 ).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini direncanakan dilakukan pada Kabupaten/Kota di Jawa

Timur. Sasaran penelitian ini adalah pekerja dan pemberi kerja sektor formal dan

informal pada 13 Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang menjadi lokasi penelitian.

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan selama 4 (empat) bulan, mulai Bulan

Juni s/d September 2013. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat

sebagaimana Tabel 3.1

44

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

3.3 Rencana Metodologi Penelitian

• Untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan

analisis kesiapan sektor formal dan informal terhadap penyelenggaraan

program jaminan kesehatan daerah mandiri di Jawa Timur, rencana

metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dan jenis

penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus.Teknik yang

dilakukan dengan melakukan survey lapangan guna pengumpulan data

primer, melalui kuisiioner. Adapun data yang di kumpulkan dalam

kuestioner tersebut, antara lain :

a. Tingkat pemahaman pekerja dan pemberi kerja sektor formal dan informal

terhadap penyelenggaraan program jaminan kesehatan daerah mandiri di

Jawa Timur.

TAHAP KEGIATAN BLN / MINGGU KE- BLN /MINGGU KE- BLN / MINGGU KE- BLN /MINGGU KE-2

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

I. Persiapan Penelitian xx xx

II. Penyusunan Proposal

xx xx

III. Pengumpulan, pengolahan dan analisa data

xx Xx xx xx xx xx

IV. Penyusunan laporan xx xx xx

V. Seminar Hasil xx

VI. Perbaikan laporan xx xx

45

b. Gambaran respon pekerja dan pemberi kerja sektor formal dan informal

terhadap penyelenggaraan program jaminan kesehatan daerah mandiri di

Jawa Timur.

c. Gambaran kesiapan pekerja dan pemberi kerja sektor formal dan informal

terhadap penyelenggaraan program jaminan kesehatan daerah mandiri di

Jawa Timur.

Dalam penelitian ini dikumpulkan juga data sekunder, yaitu data dari

berbagai laporan pemerintah dan hasil penelitian terdahulu. Disamping itu juga

dikumpulkan data berupa peraturan-peraturan/kebijaksanaan penelitian yang

mempunyai keterkaitan dengan objek yang diteliti.

3.4 Populasi, Sampel dan Sampling

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007).

Sedangkan menurut Setiawan (2005), populasi adalah kumpulan lengkap dari

elemen-elemen yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan berdasarkan

karakteristiknya. Pada penelitian ini, populasinya adalah pekerja dan pemberi

kerja sektor formal dan informal di Jawa Timur. Populasi tersebut tersebar pada

kabupaten dan kota di Jawa Timur.

Pekerja dan pemberi kerja sektor formal pada penelitian ini tersebar pada

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), serta skala Besar di Jawa Timur.

Sedangkan sektor informal pada penelitian ini difokuskan pada Pedagang Kaki

Lima (PKL) yang ada di Jawa Timur. Sumber data sekunder untuk penelitian ini

46

berasal dari instansi terkait, antara lain Dinas Perindustrian dan Perdagangan,

Badan Pusat Statistik, Dinas Koperasi Usaha Kecil, Menengah dan Mikro, Biro

Perekonomian, serta intansi lainnya yang terkait.

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi (Setiawan (2005). Adapun sampel

pada penelitian ini diambil sebanyak 1000 responden, yang terdiri dari pekerja

dan pemberi kerja pada sektor formal dan informal di Jawa Timur yang dilakukan

secara random. Adapun pembagian sektor perekonomian pada penelitian ini

dapat dilihat sebagaimana Tabel 3.2

Tabel 3.2 Pembagian sektor perekonomian

pada usaha mikro, kecil dan menengah di Jawa Timur

No. Pembagian sektor perekonomian pada usaha mikro, kecil dan menengah

1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan

2. Pertambangan dan penggalian

3. Industri pengolahan

4. Listrik, gas dan air bersih

5. Bangunan

6. Perdagangan, hotel dan restoran

7. Pengangkutan dan komunikasi

8. Keuangan, persewaan jasa perusahaan

9. Jasa-jasa

Sumber : Instansi terkait diolah

3.4.3 Sampling

47

Tipe sampling dapat dibedakan berdasarkan dua hal, yaitu tipe sampling

berdasarkan proses pemilihannya dan tipe sampling berdasarkan peluang

pemilihannya. Secara umum tipe sampling dapat dibedakan menjadi sampling

probability dan sampling nonprobability.

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah probability sampling , dimana

setiap individu mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sebagai sampel.

Adapun teknik sampling yang digunakan Cluster random sampling yaitu metode

pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok

yang homogen dan kemudian sampel diambil secara acak . Apabila anggota-

anggota populasi tidak homogen, tetapi bisa dikelompokkan dalam kelompok-

kelompok yang relatif homogen, maka proses pengambilan sampel dengan

metode acak sederhana akan menimbulkan bias, karena keheterogenan yang

ada pada anggota populasi akan berpengaruh terhadap informasi yang diperoleh

dari variabel yang diobservasi. Pada kondisi tersebut perlu dilakukan pembagian

anggota-anggota populasi ke dalam kelompok-kelompok yang relatif homogen

tersebut. Agar standar deviasi yang diperoleh tetap kecil, maka satuan sampel

yang relatif homogen dalam karakteristik yang diteliti dijadikan satu kelompok

yang dinamakan cluster. Dengan demikian variasi yang ada antar cluster

mengggambarkan variasi dalam tiap cluster. Selanjutnya dari tiap cluster ini

diambil sampel secara acak

Adapun Teknik pengambilan sampelnya sebagai berikut :

a) Unit sampel merupakan pekerja dan pemberi kerja sektor formal dan

informal di daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur.

b) Selanjutnya untuk penentuan kabupaten/kota sebagai sampel

penelitian dilakukan secara Cluster Random sampling, di mana setiap

48

wilayah Kabupaten/Kota sebagai daerah sampel secara random.

setiap wilayah di ambil sampel berdasarkan tipe tempat kerja secara

proporsional sesuai masing masing type tempat kerja secara random.

Hasil penarikan sampel secara random dapat dilihat pada table 3.1

Selanjutnya kabupaten/kota hasil penarikan sampel penelitian ini dapat

dilihat daftar dibawah.

1. Kota Surabaya 8. Kabupaten Banyuwangi

2. Kabupaten Gresik 9. Kabupaten Lumajang

3. Kabupaten Mojokerto 10. Kabupaten Tulungagung

4. Kota Pasuruan 11. Kabupaten Blitar

5. Kota Malang 12. Kabupaten Trenggalek

6. Kabupaten Probolinggo 13. Kabupaten Madiun

7. Kota Kediri

• Unit sampel merupakan pemberi kerja dan pekerja sektor formal dan

informal pada 13 Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Timur

• Penarikan sampel (sampling) dilakukan dengan cara :

1. Penentuan kabupaten/kota secara cluster random sampling,

sedangkan penentuan jumlah responden sesuai proporsi.

2. Penentuan responden pemberi kerja dan pekerja sektor formal dan

informal dilakukan secara random sampling

No Kabupaten/Kota Sektor Formal Sektor Informal Jumlah

1 Kota Kediri 20 12 32

2 Kota Pasuruan 25 13 38

3 Kota Surabaya 80 91 171

4 Kota Malang 45 28 73

49

5 Kabupaten Madiun 20 20 40

6 Kab. Trenggalek 27 21 48

7 Kab. Probolinggo 27 26 53

8 Kab. Gresik 42 14 56

9 Kab. Lumajang 37 25 62

10 Kab. Blitar 35 39 74

11 Kab. Banyuwangi 34 47 81

12 Kab. Mojokerto 77 25 102

13 Kab. Tulung Agung 134 36 170

JUMLAH 603 397 1000

3.5 Instrumen Penelitian

Alat utama dalam penelitian ini ialah kuesioner yang ditujukan terhadap

responden yaitu pekerja dan pemberi kerja sektor formal dan informal di Jawa

Timur yang menjadi daerah sampel penelitian. Disamping itu juga akan dilakukan

wawancara dengan para narasumber (pejabat pemerintah, tokoh masyarakat

baik formal maupun informal) dengan tehnik ini diharapkan dapat memperkuat

informasi yang dikumpulkan melalui kuesioner.

Ketepatan pengujian suatu hipotesis tidak akan mengenai sasaran bila data

yang dipakai tidak valid. Data yang valid dapat diperoleh dari instrumen

penelitian, berupa kuisioner yang reliable dan valid. Untuk itu, perlu dilakukan uji

validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. (Daftar isian kuesioner penelitian

terlampir).

a. Uji validitas

50

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa

yang ingin di ukur (Singarimbun dan Effendi, 1989). Dalam penelitian ini

dilakukan validitas internal yaitu suatu alat pengukur yang menentukan sejauh

mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai

aspek kerangka konsep yang di uji dengan cara menghitung korelasi antara

masing-masing pernyataan (item/ indikator) dengan skor total menggunakan

tehnik korelasi product moment. Perhitungan koefisien korelasi dilakukan dengan

software SPSS for Windows Rel 16.0

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Cara pengukurannya adalah

menggunakan koefisien Alpha Cronbach dimana jika nilai alpha lebih besar 0,6

menunjukkan data tersebut reliable (Malhotra, 1992). Perhitungan koefisien

Alpha Cronbach dilakukan dengan software SPSS for Windows Rel 12.0.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan dengan cara survey, yaitu dengan menanyakan

secara langsung kepada responden melalui kuesioner. Dalam pelaksanaanya di

lapangan, peneliti dibantu oleh tim surveyor. Tenaga surveyor yang akan

diterjunkan ke sektor formal maupun informal pada 13 kabupaten/kota yang

menjadi sasaran lokasi penelitian. Sebelum berangkat ke lapangan surveyor

ditraining oleh peneliti ahli tentang tugas-tugas yang akan dilakukan di lapangan,

baik dalam usaha pengumpulan data primer lewat kuesioner dengan cara

wawancara dengan responden maupun data sekunder dari para nara sumber

51

yang terpilih. Dari data-data yang masuk selanjutnya diseleksi dan kemudian

ditabulasi.

3.7 Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul dilakukan penyuntingan untuk melihat kualitas

data. Dilanjutkan dengan coding dan tabulasi, kemudian disajikan dalam bentuk

croos tab sesuai dengan variable yang hendak diukur (Trihendradi, 2004). Untuk

mengetahui pemahaman, respon dan kesiapan sektor formal dan informal

terhadap penyelenggaraan program jaminan kesehatan daerah mandiri di Jawa

Timur digunakan Deskriptive maupun Analitit, yaitu dengan menggunakan teknik

analisis regresi, melalui program SPSS. Teknik ini peneliti menguji beberapa

variabel dependent / independen. Permodelan regresi adalah model mengenai

struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antar variabel.

3.8 Definisi operasional variabel penelitian

1). Sektor Usaha Formal adalah lapangan atau bidang usaha yang mendapat izin dari pejabat berwenang dan terdaftar di kantor pemerintahan. Badan usaha tersebut apabila dilihat di kantor pajak maupun kantor perdagangan dan perindustrian terdaftar nama dan bidang usahanya. Misalnya; BUMN, BUMS maupun Koperasi.

2). Sektor Usaha Informal yaitu bidang usaha yang tidak memiliki keresmian usaha dan usaha tersebut tidak memiliki izin dari pemerintah dan tidak terdaftar di lembaga pemerintahan; Misalnya Pedagang Asongan, Pedagang Keliling, serta Pedagang Kaki Lima (PKL).

3). Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 serta memiliki pekerja kurang dari 5 orang.

4). Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 yang memiliki pekerja 5 sampai 19 orang.

52

5). Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, serta memiliki pekerja 19 sampai 99 orang.

6). Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia, serta memiliki pekerja minimal 100 orang.

7). Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.

8). Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

9). Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lain atau orang / bagian yang ditunjuk dalam mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

10). Pengusaha adalah : a). orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; b). orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; c). orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

11). Perusahaan adalah : a). setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain; b). usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

12). Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.

13). Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

14). Pemahaman adalah kemampuan diri seseorang dalam mengerti atau mengetahui dengan benar terhadap sesuatu.

15). Respon adalah setiap tingkah laku manusia yang pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan terhadap rangsangan atau stimulus, yang bersifat baik atau buruk, positif atau negatif. Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon yang negatif cenderung menjauhi objek tersebut.

53

16). Kesiapan (readiness) adalah suatu asumsi bahwa kepuasan seseorang terhadap kecenderungan yang mendorong orang tersebut untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Uji validitas dan reliabilitas

1. Pemahaman Responden

Dari tabel di atas dapat dijelaskan baha pertanyaan tentang pemahaman

responden dari hasil uji correlation person diperoleh nilai signifikan kurang dari

0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan (kuisioner) tersebut valid.

Sedangkan uji dari reliabilitas mak diperoleh nilai Conbach’s Alpha if item Deleted

lebih dari 0,5 ( R tabel ). Sehingga hak ini menunjukkan bahwa pertanyaan

tersebut reliabel.

2. Respon Masyarakat

Dari tabel di atas dapat dijelaskan baha pertanyaan tentang respon masyarakat

dari hasil uji correlation person diperoleh nilai signifikan kurang dari 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan (kuisioner) tersebut valid.

Sedangkan uji dari reliabilitas mak diperoleh nilai Conbach’s Alpha if item Deleted

lebih dari 0,5 ( R tabel ). Sehingga hak ini menunjukkan bahwa pertanyaan

tersebut reliabel.

3. Kesiapan Responden

Dari tabel di atas dapat dijelaskan baha pertanyaan tentang kesiapan responden

dari hasil uji correlation person diperoleh nilai signifikan kurang dari 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan (kuisioner) tersebut valid.

Sedangkan uji dari reliabilitas mak diperoleh nilai Conbach’s Alpha if item Deleted

54

lebih dari 0,5 ( R tabel ). Sehingga hak ini menunjukkan bahwa pertanyaan

tersebut reliabel.

B. Karakteristik responden

Karakteristik Responden dalam penelitian ini meliputi yaitu jenis kelamin, umur,

status perkawinan,status dalam keluarga, jumlah anggota keluarga, Tingkat

pendidikan,Status tempat tinggal, status merokok,penyakit yang di derita, jenis

pekerjaan,pendapatan,skala usaha,jumlah tenaga kerja,pangsa pasar,asset , dan

omset.

1. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid LAKI-LAKI 664 66.4 66.4 66.4

PEREMPUAN 336 33.6 33.6 100.0

Total 1000 100.0 100.0

55

Gambar 4.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin responden Jamkesman di Jawa

Timur

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar yang bersedia menjadi

responden adalah kebanyakan berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 66,4% atau

sebanyak 664 responden.

b. Umur Responden

UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <14 11 1.1 1.1 1.1

15-64 977 97.7 97.7 98.8

>65 12 1.2 1.2 100.0

Total 1000 100.0 100.0

66.40%

33.60%

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Laki-laki

Perempuan

56

Gambar 4.2 Distribusi frekuensi umur responden Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa yang bersedia menjadi responden segian

besar adalah usia 15-64 tahun dengan prosentase sebesar 65,8% atau sebanyak

977 responden.

c. Status perkawinan

STATUSPERKAWINAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid BELUM KAWIN 221 22.1 22.1 22.1

KAWIN 753 75.3 75.3 97.4

CERAI HIDUP 16 1.6 1.6 99.0

CERAI MATI 10 1.0 1.0 100.0

Total 1000 100.0 100.0

1.10%

98%

1.20%

Prosentase Umur Responden

<14

15-64

>65

57

Gambar 4.3 Distribusi frekuensi status perkawinan responden Jamkesman di

Jawa Timur

Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar yang bersedia

menjadi responden memiliki status menikah yaitu sebesar 75,3% atau sebanyak

753 responden.

d. Status Dalam Keluarga

SDK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid KEPALA KELURGA 544 54.4 54.4 54.4

ANAK 219 21.9 21.9 76.3

SAUDARA 13 1.3 1.3 77.6

LAINNYA 224 22.4 22.4 100.0

Total 1000 100.0 100.0

22.10%

75.30%

1.60%

1%

Status Perkawinan Responden

Belum kawin

Kawin

Cerai Hidup

Cerai Mati

58

Gambar 4.4 Distribusi frekuensi status dalam keluarga responden Jamkesman di

Jawa Timur

Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar yang bersedia menjadi

responden memiliki status dalam keluarga sebagai kepala keluarga yaitu sebesar

54,4% atau sebanyak 544 responden.

e. Jumlah Anggota Keluarga

JAK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid DUA 87 8.7 8.7 8.7

TIGA 333 33.3 33.3 42.0

EMPAT 398 39.8 39.8 81.8

EMPAT LEBIH 182 18.2 18.2 100.0

Total 1000 100.0 100.0

54.40%

21.90%

1.30% 22.40%

Status Dalam Keluarga

Kepala Keluarga

Anak

Saudara

Lainnya

59

Gambar 4.5 Distribusi frekuensi jumlah anggota keluarga Jamkesman di Jawa

Timur

Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah anggota keluarga responden

berjumlah 4 yaitu sebesar 39,8% atau sebanyak 398 responden.

f. Tingkat Pendidikan

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 85 8.5 8.5 8.5

SLTP 219 21.9 21.9 30.4

SLTA 490 49.0 49.0 79.4

DIPLOMA 66 6.6 6.6 86.0

SARJANA 133 13.3 13.3 99.3

LAINNYA 7 .7 .7 100.0

8.70%

33.30%

39.80%

18.20%

Jumlah Anggota Keluarga

Dua

Tiga

Empat

Empat Lebih

60

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 85 8.5 8.5 8.5

SLTP 219 21.9 21.9 30.4

SLTA 490 49.0 49.0 79.4

DIPLOMA 66 6.6 6.6 86.0

SARJANA 133 13.3 13.3 99.3

LAINNYA 7 .7 .7 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.6 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden Jamkeman di Jawa

Timur

Dari gambar 4.6 dapat dilihat dengan jelas karakteristik pendidikan responden

yang ditetapkan peneliti adayaitu belum sekolah, SD, SLTP, SLTA, DIPLOMA,

SARJANA, dan tidak sekolah lagi. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa sebagian

8.50%

21.90%

49.00%

6.60%

13.30% 7%

Tingkat Pendidikan

SD

SLTP

SLTA

DIPLOMA

SARJANA

LAINNYA

61

besar yang bersedia menjadi responden memiliki tingkat pendidikan SLTA

sebesar 49,0% atau sebanyak 490responden.

g. Status Tempat Tinggal

STATUS TEMPAT TINGGAL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid RUMAH SENDRI 632 63.2 63.2 63.2

ORANG TUA 234 23.4 23.4 86.6

KONTRAK 104 10.4 10.4 97.0

ASRAMA 21 2.1 2.1 99.1

LAINNYA 9 .9 .9 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.7 Distribusi frekuensi pendidikan responden Jamkesman di Jawa

Timur

Pada gambar 4.7 dapat dilihat bahwa status tempat tinggal responden tertinggi

adalah rumah sendiri yaitu sebesar 63,20% atau sebanyak 632 responden

63.20% 23.40%

10.40% 2.10%

9%

Status Tempat Tinggal

Rumah Sendiri

Orang Tua

Kontrak

Asrama

Lainnya

62

h. Status Merokok

STATUS MEROKOK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TDK MEROKOK 595 59.5 59.5 59.5

MEROKOK<5 BATANG 123 12.3 12.3 71.8

MEROKOK 5-10 BATANG 213 21.3 21.3 93.1

MEROKOK>10 BATANG 69 6.9 6.9 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.8 Distribusi frekuensi status merokok responden Jamkesman di Jawa

Timur

Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa status merokok responden lebih dari separuh

adalah tidak merokok yaitu sebesar 59,50% atau sebanyak 595 responden.

59.50% 12.30%

21.30%

6.90%

Status Merokok

Tdk Merokok

Merokok < 5 btg

Merokok 5-10 btg

Merokok > 10 btg

63

i. Penyakit Yang Diderita

PENYAKIT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid HIPERTENSI 39 3.9 3.9 3.9

REUMATIK 98 9.8 9.8 13.7

KANKER 25 2.5 2.5 16.2

TUMOR 8 .8 .8 17.0

GAGAL GINJAL 7 .7 .7 17.7

LAINNYA 823 82.3 82.3 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.9 Distribusi frekuensi penyakit responden Jamkesman di Jawa Timur

3.90% 9.80%

2.50%

8%

7%

82.30%

Penyakit

Hipertensi

Reumatik

Kanker

Tumor

Gagal Ginjal

Lainnya

64

Dari gambar 4.9 dapat dilihat bahwa penyakit yang paling banyak diderita

responden adalah selain hipertensi, reumatik, kanker, tumor, dan gagal ginjal.

Jenis penyakit tersebut sebanyak 82,3% atau sebanyak 823 responden

j. Jenis pekerjaan

JENISPEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PEMBERI KERJA FORMAL 199 19.9 19.9 19.9

PEMBERI KERJA

INFORMAL 131 13.1 13.1 33.0

PEKERJA FORMAL 405 40.5 40.5 73.5

PEKERJA INFORMAL 265 26.5 26.5 100.0

Total 1000 100.0 100.0

19.90%

13.10%

40.50%

26.50%

Jenis Pekerjaan

Pemberi Kerja Formal

Pemberi Kera Informal

Pekerja Formal

Pekerja Informal

65

Gambar 4.10 Distribusi frekuensi jenis pekerjaan responden Jamkesman di Jawa

Timur

Dari gambar 4.10 dapat dilihat bahwa hampir separuh yang bersedia menjadi

responden memiliki jenis pekerjaan sebagai pekerja formal sebesar 40,50% yaitu

sebanyak 405 responden.

k. Pendapatan

PENDAPATAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <1JT 302 30.2 30.2 30.2

1JT-2JT 296 29.6 29.6 59.8

2JT-3JT 236 23.6 23.6 83.4

>3JT 166 16.6 16.6 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.11 Distribusi frekuensi pendapatan responden Jamkesman di Jawa

Timur

30.20%

29.60%

23.60%

16.60%

Pendapatan

< 1 jt

1 jt - 2 jt

2 jt - 3jt

> 3 jt

66

Dari gambar 4.11 dapat dilihat bahwa rata-rata yang bersedia menjadi responden

memiliki tingkat pendapatan kurang dari 1 juta yaitu sebesar 30,2% atau

sebanyak 302 responden.

SKALA USAHA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SEKTOR INFORMAL 396 39.6 39.6 39.6

USAHA KECIL 31 3.1 3.1 42.7

USAHA MENENGAH 324 32.4 32.4 75.1

USAHA BESAR 249 24.9 24.9 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.12 Distribusi frekuensi skala usaha responden Jamkesman di Jawa

Timur

39.60%

3.10%

32.40%

24.90%

Skala Usaha

Sektor Informal

Usaha Kecil

Usaha Menengah

Usaha Besar

67

Dari gambar 4.12 dapat dilihat bahwa sebagian besar yang menjadi responden

memiliki skala usaha sektor informal yaitu sebesar 39,6% atau sebanyak 396

responden.

l. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah Tenaga Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <5 ORANG 392 39.2 39.2 39.2

6-19ORANG 346 34.6 34.6 73.8

20-100 ORANG 256 25.6 25.6 99.4

>100 ORANG 6 .6 .6 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.13 Distribusi frekuensi jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh

responden Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.13 dapat dilihat bahwa sebagian besar yang bersedia menjadi

responden memiliki jumlah tenaga kerja < 5 orang sebesar 39,2% atau sebanyak

392 responden.

39.20%

34.60%

25.60%

6%

JUMLAH TENAGA KERJA

< 5 orang

6-19 orang

20-100 orang

> 100 orang

68

m. Pangsa Pasar

PANGSA PASAR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid LOKAL 391 39.1 39.1 39.1

REGIONAL 7 .7 .7 39.8

NASIONAL 348 34.8 34.8 74.6

EXPOR 254 25.4 25.4 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.14 Distribusi frekuensi pangsa pasar yang dimiliki oleh responden

Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.14 dapat dilihat bahwa sebagian besar yang bersedia menjadi

responden memiliki pangsa pasar kategori lokal sebesar 39,10% atau sebanyak

391 responden.

n. Aset Usaha

ASET

39.10%

7%

34.80%

25.40%

Pangsa Pasar

Lokal

Regional

Nasional

Export

69

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <50JT 389 38.9 38.9 38.9

50-500JT 342 34.2 34.2 73.1

500-2,5M 8 .8 .8 73.9

>2,5M 261 26.1 26.1 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.15 Distribusi frekuensi aset usaha yang dimiliki oleh responden

Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.15 dapat dilihat bahwa sebagian besar yang bersedia menjadi

responden memiliki aset kurang dari 50 juta sebesar 38,90% atau sebanyak 389

responden.

o. Omset Usaha

OMSET

38.90%

34.20%

8%

26.10%

Aset Usaha

< 50 juta

50 - 500 juta

500 -2,5M

>2,5 M

70

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <300JT 869 86.9 86.9 86.9

300-2,5M 89 8.9 8.9 95.8

2,5M-50M 32 3.2 3.2 99.0

>50M 10 1.0 1.0 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.16 Distribusi frekuensi aset usaha yang dimiliki oleh responden

Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.16 dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden memiliki omset

kurang dari 300 juta yaitu sebesar 86,90% atau sebanyak 869 responden.

86.90%

8.90% 3.20% 1%

Omset

< 300 juta

300 - 2,5 M

2,5 M - 50 M

> 50 M

71

C. Karakteristik Variabel

1. Pemahaman Responden

1. Pengetahuan UU No. 40 tahun 2004

PENGETAHUANUUNO40TH2004

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT MENGETAHUI 7 .7 .7 .7

MENGETAHUI 130 13.0 13.0 13.7

KURANG MENGETAHUI 243 24.3 24.3 38.0

TIDAK MENGETAHUI 620 62.0 62.0 100.0

Total 1000 100.0 100.0

7% 13%

24.30% 62%

Pengetahuan UU No. 40 Tahun 2004

Sangat Mengetahui

Mengetahui

Kurang Mengetahui

Tidak Mengetahui

72

Gambar 4.1 Distribusi peengetahuan responden tentang UU No. 40 Tahun

2004 oleh responden Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa lebih dari separoh responden tidak

mengetahui tentang UU No.40 Tahun 2004 yaitu sebanyak 62,0% atau

sebanyak 620 responden

2.Sumber Informasi SJSN

SUMBER INFORMASI SJN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid MEDIA ELEKTRONIK 148 14.8 14.8 14.8

MEDIA MASSA 112 11.2 11.2 26.0

MEDIA INTERNET 85 8.5 8.5 34.5

SUMBER LAIN 655 65.5 65.5 100.0

Total 1000 100.0 100.0

14.80%

11.20%

8.50% 65.50%

Sumber Informasi SJSN

Media Elektronik

Media Massa

Media Internet

Sumber Lain

73

Gambar 4.1 Distribusi informasi tentang SJSN oleh responden Jamkesman di

Jawa Timur

Dari gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa lebih dari separoh responden tidak

mengetahui informasi tentang SJSN dari sumber lain yaitu sebanyak 65,50%

atau sebanyak 655 responden

3.Pengetahuan tentang UU Nomor 24 Tahun 2011

PENGETAHUANUUNO24TH2011

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT MENGETAHUI 10 1.0 1.0 1.0

MENGATAHUI 122 12.2 12.2 13.2

KURANG MENGATHUI 247 24.7 24.7 37.9

TIDAK MENGETAHUI 621 62.1 62.1 100.0

Total 1000 100.0 100.0

74

Gambar 4.1 Distribusi pengetahuan responden tentang UU No. 24 tahun 2011

oleh responden Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa lebih dari separoh responden tidak

mengetahui informasi tentang UU No. 24 tahun 2011 yaitu sebanyak 62,10%

atau sebanyak 621responden

4.Sumber Informasi tentang UU No.24 tahhun 2011

SUMBER I NFORMASI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid MEDIA ELEKTRONIK 266 26.6 26.6 26.6

MEDIA MASA 251 25.1 25.1 51.7

MEDIA INTERNET 107 10.7 10.7 62.4

SUMBER LAIN 376 37.6 37.6 100.0

Total 1000 100.0 100.0

1%

12.20%

24.70%

62.10%

Pengetahuan UU No.24 Tahun 2011

Sangat Mengetahui

Mengetahui

Kurang Mengetahui

Tidak Mengetahui

75

Gambar 4.1 Distribusi sumber informasi tentang UU No.24 Tahun 2011 oleh

responden Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa hampir separoh responden

mengetahui informasi tentang UU No. 24 tahun 2011 dari sumber lain yaitu

sebanyak 37,60% atau sebanyak 376 responden

5.Pengetahuan tentang Program Jamkesmas

PENGETAHUANJAMKESMAS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT MENGETAHUI 65 6.5 6.5 6.5

MENGETAHUI 718 71.8 71.8 78.3

KURANG MENGETAHUI 90 9.0 9.0 87.3

TIDAK MENGETAHUI 127 12.7 12.7 100.0

Total 1000 100.0 100.0

26.60%

25.10% 10.70%

37.60%

Sumber InformasiTentang UU No. 24 Tahun 2011

Media Elektronik

Media Massa

Media Internet

Sumber Lain

76

Gambar 4.1 Distribusi pengetahuan tentang Jamkesmas oleh responden

Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa hampir separoh responden

mengetahui informasi tentang UU No. 24 tahun 2011 dari sumber lain yaitu

sebanyak 37,60% atau sebanyak 376 responden

2. Respon Masyarakat

TANGGAPANPELAKSANAANJAMKESDA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT SETTUJU 111 11.1 11.1 11.1

SETUJU 811 81.1 81.1 92.2

KURANG SETUJU 49 4.9 4.9 97.1

TIDAK SETUJU 29 2.9 2.9 100.0

Total 1000 100.0 100.0

6.50%

71.80%

9.00% 12.70%

Pengetahuan tentang Program Jamkesmas

Sangat Mengetahui

Mengetahui

Kurang Mengetahui

Tidak Mengetahui

77

TANGGAPANTENTANGPERKEMBANGANJAMKESDA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT SETUJU 134 13.4 13.4 13.4

SETUJU 817 81.7 81.7 95.1

KURANG SETUJU 25 2.5 2.5 97.6

TIDAK SETUJU 24 2.4 2.4 100.0

Total 1000 100.0 100.0

78

TANGGAPANTENTANGMANFAATJAMKESDA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT SETUJU 129 12.9 12.9 12.9

SETUJU 804 80.4 80.4 93.3

KURANG SETUJU 48 4.8 4.8 98.1

TIDAK SETUJU 19 1.9 1.9 100.0

Total 1000 100.0 100.0

79

TANGGAPANMEKANISMEJAMKESDA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT SETUJU 78 7.8 7.8 7.8

SETUJU 787 78.7 78.7 86.5

KURANG SETUJU 111 11.1 11.1 97.6

TIDAK SETUJU 24 2.4 2.4 100.0

Total 1000 100.0 100.0

80

TANGGAPANBPJKDJAMKESMAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANAGAT SETUJU 78 7.8 7.8 7.8

SETUJU 713 71.3 71.3 79.1

KURANG SETUJU 145 14.5 14.5 93.6

TIDAK SETUJU 64 6.4 6.4 100.0

Total 1000 100.0 100.0

81

TANGGAPANPREMIJAMKESMANDIBAYAROLEHPEKERJA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT SETUJU 19 1.9 1.9 1.9

SETUJU 380 38.0 38.0 39.9

KURANG SETUJU 375 37.5 37.5 77.4

TIDAK SETUJU 226 22.6 22.6 100.0

Total 1000 100.0 100.0

82

PREMIDIBAYAROLEHPEMBERIKERJA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT SETUJU 103 10.3 10.3 10.3

SETUJU 449 44.9 44.9 55.2

KURAG SETUJU 292 29.2 29.2 84.4

TIDAK SETUJU 156 15.6 15.6 100.0

Total 1000 100.0 100.0

83

PEMBAYARANSECARAPROPORSIONAL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT SETUJU 63 6.3 6.3 6.3

SETUJU 503 50.3 50.3 56.6

KURANG SETUJU 258 25.8 25.8 82.4

TIDAK SETUJU 176 17.6 17.6 100.0

Total 1000 100.0 100.0

84

PENYELENGGARAJAMKESMANOLEHBPJKD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT SETUJU 23 2.3 2.3 2.3

SETUJU 768 76.8 76.8 79.1

KURANG SETUJU 111 11.1 11.1 90.2

TIDAK SETUJU 98 9.8 9.8 100.0

Total 1000 100.0 100.0

85

IURANDIPUNGUTOLEHKOORDINATORPESERTA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT SETUJU 14 1.4 1.4 1.4

SETUJU 462 46.2 46.2 47.6

KURANG SETUJU 245 24.5 24.5 72.1

TIDAK SETUJU 279 27.9 27.9 100.0

Total 1000 100.0 100.0

86

TANGGAPANTENTANGPREMI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT SETUJU 9 .9 .9 .9

SETUJU 438 43.8 43.8 44.7

KURANG SETUJU 279 27.9 27.9 72.6

TIDAK SETUJU 274 27.4 27.4 100.0

Total 1000 100.0 100.0

87

3. Kesiapan Masyarakat

1. Kesediaan mengikuti Jamkesman

KESEDIAAN MENGIKUTI JAMKESMAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat bersedia 52 5.2 5.2 5.2

88

Bersedia 536 53.6 53.6 58.8

Kuran Bersedia 257 25.7 25.7 84.5

Tidak Bersedia 155 15.5 15.5 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.17 Distribusi kesediaan mengikuti jamkesman oleh responden

Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.17 didapatkan hasil bahwa lebih dari separoh responden

bersedia mengikuti jamkesman sebanyak 53,60% atau sebanyak 536

responden bersedia mengikuti jamkesman

2. Membayar Premi

MEMBAYAR IURAN ATAU PREMI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Bersedia 33 3.3 3.3 3.3

Bersedia 464 46.4 46.4 49.7

5.20%

53.60% 25.70%

15.50%

Kesediaan

Sangat Bersedia

Bersedia

Kurang bersedia

Tidak Bersedia

89

Kurang Bersedia 341 34.1 34.1 83.8

Tidak Bersedia 162 16.2 16.2 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.17 Distribusi kesediaan membayar premi oleh responden jika

responden mengikuti Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.17 didapatkan hasil bahwa hampir separoh responden

bersedia mengikuti jamkesman yaitu sebanyak 46,40% atau sebanyak 464

responden bersedia membayar premi jamkesman

3. Karakteristik Responden Berdasarkan jumlah sarana transportasi

BESAR IURAN ATAU PREMI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Rp20.000 - Rp25.000 639 63.9 63.9 63.9

3.30%

46.40%

34.10%

16.20%

Membayar Premi

Sangat Bersedia

Bersedia

Kurang Bersedia

Tidak Bersedia

90

Rp26.000 - Rp30.000 252 25.2 25.2 89.1

Rp31.000 - Rp35.000 73 7.3 7.3 96.4

Rp36.000 - Rp40.000 19 1.9 1.9 98.3

> Rp40.000 17 1.7 1.7 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.1 Distribusi besarnya iuran premi oleh responden jika

responden mengikuti Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa lebih dari separoh responden

bersedia membayar premi jamkesman antara Rp. 20.000 – Rp. 25.000

yaitu sebanyak 63,90% atau sebanyak 639 responden

4. Sistem Pembayaran

SISTEM PEMBAYARAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

63.90%

25.20%

7.30% 1.90% 1.70%

Besar Premi

Rp 20.000-Rp 25.000

Rp 26.000-Rp 30.000

Rp 31.000-Rp35.000

Rp 36.000-Rp 40.000

> Rp 40.000

91

Valid setiap bulan 520 52.0 52.0 52.0

setiap 3 bulan 314 31.4 31.4 83.4

setiap 6 bulan 92 9.2 9.2 92.6

setiap tahun 74 7.4 7.4 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.1 Distribusi kesediaan sistem pembayaran premi oleh

responden jika responden mengikuti Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa lebih dari separoh responden

bersedia membayar premi jamkesman setiap bulan yaitu sebanyak 52,0%

atau sebanyak 520 responden bersedia membayar premi jamkesman setiap

bulan

5. Mekanisme Pembayaran

MEKANIME PEMBAYARAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

52.00% 31.40%

9.20% 7.40%

Sistem Pembayaran

Setiap bulan

Setiap 3 bulan

Setiap 6 bulan

Setiap Tahun

92

Valid membayar sendiri ke BPJKD 217 21.7 21.7 21.7

di bayarkan melalui

perusahaan 346 34.6 34.6 56.3

melalui koordinator 269 26.9 26.9 83.2

tidak tahu 168 16.8 16.8 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.1 Distribusi mekanisme pembayaran premi oleh responden jika

responden mengikuti Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa hampir dari separoh responden

memilih mekanisme pembayaran melalui perusahaan yaitu sebanyak

34,60% atau sebanyak 346 responden bersedia membayar premi

jamkesman melalui perusahaan

6. Kesiapan Responden Menjadi Koordinator

21.70%

34.60%

26.90%

16.80%

Mekanisme Pembayaran

Membayar sendiri ke BPJKD

Di bayarkan melalui perusahaan

Melalui Koordinator

Tidak Tahu

93

KESIAPAN RESPONDEN MENJADI KOODINATOR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid sangat bersedia 16 1.6 1.6 1.6

bersedia 167 16.7 16.7 18.3

tidak bersedia 610 61.0 61.0 79.3

tidak tahu 207 20.7 20.7 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.1 Distribusi kesiapan responden menjadi koordinator jika

responden mengikuti Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa lebih dari separoh responden

tidak siap menjadi koordinator jamkesman yaitu sebanyak 61,0% atau

sebanyak 610 responden

1.60%

16.70%

61.00%

20.70%

Kesiapan Responden Menjadi Koordinator

Sangat bersedia

Bersedia

Tidak bersedia

Tidak Tahu

94

7. Tanggapan terhadap manfa’at Jamkesman

TANGGAPANTERHADAPPAKETMANFAATJAMKESMAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid sangat setuju 61 6.1 6.1 6.1

setuju 747 74.7 74.7 80.8

tidak setuju 68 6.8 6.8 87.6

tidak tahu 124 12.4 12.4 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.1 Distribusi tanggapan terhadap manfa’at jamkesman oleh

responden jika responden mengikuti Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa lebih dari separoh responden

memberi tanggapan setuju terhadap manfa’at jamkesman yaitu sebanyak

74,7 % atau sebanyak 747 responden

8. Tanggapan Tentang Mekanisme Layanan

6.10%

74.70%

6.80%

12.40%

Tanggapan Terhadap Manfaat Jamkesman

Sangat Setuju

Setuju

Tidak Setuju

Tidak Tahu

95

TANGGAPAN TENTANG MEKANISME LAYANAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid sangat setuju 70 7.0 7.0 7.0

setuju 750 75.0 75.0 82.0

tidaksetuju 50 5.0 5.0 87.0

tidak tahu 130 13.0 13.0 100.0

Total 1000 100.0 100.0

Gambar 4.1 Distribusi tanggapan tentang mekanisme layanan oleh

responden jika responden mengikuti Jamkesman di Jawa Timur

Dari gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa hampir seluruh responden

memberi tanggapan setuju tentang mekanisme layanan yaitu sebanyak

75,0% atau sebanyak 750 responden

KARAKTERISTIK VARIABEL BERDASARKAN KATEGORI

7.00%

75.00%

5.00%

13.00%

Tanggapan tentang Mekanisme Layanan

Sangat Setuju

Setuju

Tidak Setuju

Tidak Tahu

96

PEMAHAMAN

PEMAHAMAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid KURANG 97 9.7 9.9 9.9

CUKUP 443 44.3 45.2 55.0

BAIK 441 44.1 45.0 100.0

Total 981 98.1 100.0

Missing System 19 1.9

Total 1000 100.0

PEMAHAMAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid KURANG 97 9.7 9.9 9.9

CUKUP 443 44.3 45.2 55.0

BAIK 441 44.1 45.0 100.0

Total 981 98.1 100.0

Missing System 19 1.9

Total 1000 100.0

RESPON BERDASARKAN KATEGORI

RESPON

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid BAIK 704 70.4 70.4 70.4

CUKUP 276 27.6 27.6 98.0

97

KURANG 20 2.0 2.0 100.0

Total 1000 100.0 100.0

KESIAPAN BERDASARKAN KATEGORI

KESIAPAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid BAIK 474 47.4 47.4 47.4

CUKUP 471 47.1 47.1 94.5

98

KURANG 55 5.5 5.5 100.0

Total 1000 100.0 100.0

CROS TABULASI KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN

VARIABEL

JENISKELAMIN * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN Total

99

KURANG CUKUP BAIK

JENISKELAMIN LAKI-LAKI Count 59 319 281 659

% of Total 5.9% 32.1% 28.2% 66.2%

PEREMPUAN Count 38 138 160 336

% of Total 3.8% 13.9% 16.1% 33.8%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

JENISKELAMIN * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

JENISKELAMIN LAKI-LAKI Count 470 179 15 664

% of Total 47.0% 17.9% 1.5% 66.4%

PEREMPUAN Count 234 97 5 336

% of Total 23.4% 9.7% .5% 33.6%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

JENISKELAMIN * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

JENISKELAMIN LAKI-LAKI Count 323 305 36 664

% of Total 32.3% 30.5% 3.6% 66.4%

PEREMPUAN Count 151 166 19 336

% of Total 15.1% 16.6% 1.9% 33.6%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

STATUSPERKAWINAN * PEMAHAMAN Crosstabulation

100

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

STATUSPERKAWINAN BELUM KAWIN Count 36 84 99 219

% of Total 3.6% 8.4% 9.9% 22.0%

KAWIN Count 59 361 330 750

% of Total 5.9% 36.3% 33.2% 75.4%

CERAI HIDUP Count 2 7 7 16

% of Total .2% .7% .7% 1.6%

CERAI MATI Count 0 5 5 10

% of Total .0% .5% .5% 1.0%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

STATUSPERKAWINAN * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

STATUSPERKAWINAN BELUM KAWIN Count 157 58 6 221

% of Total 15.7% 5.8% .6% 22.1%

KAWIN Count 528 211 14 753

% of Total 52.8% 21.1% 1.4% 75.3%

CERAI HIDUP Count 12 4 0 16

% of Total 1.2% .4% .0% 1.6%

CERAI MATI Count 7 3 0 10

% of Total .7% .3% .0% 1.0%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

STATUSPERKAWINAN * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN Total

101

baik cukup kurang

STATUSPERKAWINAN BELUM KAWIN Count 122 91 8 221

% of Total 12.2% 9.1% .8% 22.1%

KAWIN Count 341 367 45 753

% of Total 34.1% 36.7% 4.5% 75.3%

CERAI HIDUP Count 7 7 2 16

% of Total .7% .7% .2% 1.6%

CERAI MATI Count 4 6 0 10

% of Total .4% .6% .0% 1.0%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

SDK * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

SDK KEPALA KELURGA Count 39 261 241 541

% of Total 3.9% 26.2% 24.2% 54.4%

ANAK Count 36 87 94 217

% of Total 3.6% 8.7% 9.4% 21.8%

SAUDARA Count 0 3 10 13

% of Total .0% .3% 1.0% 1.3%

LAINNYA Count 22 106 96 224

% of Total 2.2% 10.7% 9.6% 22.5%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

SDK * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

102

SDK KEPALA KELURGA Count 386 149 9 544

% of Total 38.6% 14.9% .9% 54.4%

ANAK Count 161 57 1 219

% of Total 16.1% 5.7% .1% 21.9%

SAUDARA Count 7 6 0 13

% of Total .7% .6% .0% 1.3%

LAINNYA Count 150 64 10 224

% of Total 15.0% 6.4% 1.0% 22.4%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

SDK * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

SDK KEPALA KELURGA Count 258 254 32 544

% of Total 25.8% 25.4% 3.2% 54.4%

ANAK Count 121 91 7 219

% of Total 12.1% 9.1% .7% 21.9%

SAUDARA Count 4 7 2 13

% of Total .4% .7% .2% 1.3%

LAINNYA Count 91 119 14 224

% of Total 9.1% 11.9% 1.4% 22.4%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

JAK * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

JAK DUA Count 20 30 36 86

103

% of Total 2.0% 3.0% 3.6% 8.6%

TIGA Count 36 141 153 330

% of Total 3.6% 14.2% 15.4% 33.2%

EMPAT Count 30 203 165 398

% of Total 3.0% 20.4% 16.6% 40.0%

LBH EMPAT Count 11 83 87 181

% of Total 1.1% 8.3% 8.7% 18.2%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

JAK * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

JAK DUA Count 62 24 1 87

% of Total 6.2% 2.4% .1% 8.7%

TIGA Count 233 92 8 333

% of Total 23.3% 9.2% .8% 33.3%

EMPAT Count 278 112 8 398

% of Total 27.8% 11.2% .8% 39.8%

LBH EMPAT Count 131 48 3 182

% of Total 13.1% 4.8% .3% 18.2%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

JAK * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

JAK DUA Count 39 40 8 87

% of Total 3.9% 4.0% .8% 8.7%

104

TIGA Count 161 151 21 333

% of Total 16.1% 15.1% 2.1% 33.3%

EMPAT Count 188 189 21 398

% of Total 18.8% 18.9% 2.1% 39.8%

LBH EMPAT Count 86 91 5 182

% of Total 8.6% 9.1% .5% 18.2%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

PENDIDIKAN * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

PENDIDIKAN SD Count 2 25 57 84

% of Total .2% 2.5% 5.7% 8.4%

SLTP Count 18 103 98 219

% of Total 1.8% 10.4% 9.8% 22.0%

SLTA Count 35 232 221 488

% of Total 3.5% 23.3% 22.2% 49.0%

DIPLOMA Count 11 29 25 65

% of Total 1.1% 2.9% 2.5% 6.5%

SARJANA Count 30 66 36 132

% of Total 3.0% 6.6% 3.6% 13.3%

LAINNYA Count 1 2 4 7

% of Total .1% .2% .4% .7%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

PENDIDIKAN * RESPON Crosstabulation

RESPON Total

105

baik cukup kurang

PENDIDIKAN SD Count 55 28 2 85

% of Total 5.5% 2.8% .2% 8.5%

SLTP Count 153 64 2 219

% of Total 15.3% 6.4% .2% 21.9%

SLTA Count 346 131 13 490

% of Total 34.6% 13.1% 1.3% 49.0%

DIPLOMA Count 55 11 0 66

% of Total 5.5% 1.1% .0% 6.6%

SARJANA Count 91 39 3 133

% of Total 9.1% 3.9% .3% 13.3%

LAINNYA Count 4 3 0 7

% of Total .4% .3% .0% .7%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

PENDIDIKAN * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

PENDIDIKAN SD Count 30 50 5 85

% of Total 3.0% 5.0% .5% 8.5%

SLTP Count 115 93 11 219

% of Total 11.5% 9.3% 1.1% 21.9%

SLTA Count 223 239 28 490

% of Total 22.3% 23.9% 2.8% 49.0%

DIPLOMA Count 35 28 3 66

% of Total 3.5% 2.8% .3% 6.6%

SARJANA Count 67 59 7 133

% of Total 6.7% 5.9% .7% 13.3%

LAINNYA Count 4 2 1 7

106

% of Total .4% .2% .1% .7%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

TMPATTINGGAL * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

TMPATTINGGAL RMAH SENDRI Count 55 306 268 629

% of Total 5.5% 30.8% 26.9% 63.2%

ORANG TUA Count 33 87 114 234

% of Total 3.3% 8.7% 11.5% 23.5%

KONTRAK Count 6 50 47 103

% of Total .6% 5.0% 4.7% 10.4%

ASRAMA Count 1 7 12 20

% of Total .1% .7% 1.2% 2.0%

LAINNYA Count 2 7 0 9

% of Total .2% .7% .0% .9%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

TMPATTINGGAL * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

TMPATTINGGAL RMAH SENDRI Count 439 183 10 632

% of Total 43.9% 18.3% 1.0% 63.2%

ORANG TUA Count 167 59 8 234

% of Total 16.7% 5.9% .8% 23.4%

KONTRAK Count 79 24 1 104

% of Total 7.9% 2.4% .1% 10.4%

107

ASRAMA Count 11 9 1 21

% of Total 1.1% .9% .1% 2.1%

LAINNYA Count 8 1 0 9

% of Total .8% .1% .0% .9%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

TMPATTINGGAL * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

TMPATTINGGAL RMAH SENDRI Count 280 318 34 632

% of Total 28.0% 31.8% 3.4% 63.2%

ORANG TUA Count 135 87 12 234

% of Total 13.5% 8.7% 1.2% 23.4%

KONTRAK Count 45 51 8 104

% of Total 4.5% 5.1% .8% 10.4%

ASRAMA Count 8 12 1 21

% of Total .8% 1.2% .1% 2.1%

LAINNYA Count 6 3 0 9

% of Total .6% .3% .0% .9%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

STATUSMEROKOK * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

STATUSMEROKOK TDK MEROKOK Count 60 266 265 591

% of Total 6.0% 26.7% 26.6% 59.4%

MEROKOK<5BATANG Count 16 60 47 123

108

% of Total 1.6% 6.0% 4.7% 12.4%

MEROKOK 5-10 BATANG Count 17 105 90 212

% of Total 1.7% 10.6% 9.0% 21.3%

MEROKOK>10 BATANG Count 4 26 39 69

% of Total .4% 2.6% 3.9% 6.9%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

STATUSMEROKOK * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

STATUSMEROKOK TDK MEROKOK Count 406 175 14 595

% of Total 40.6% 17.5% 1.4% 59.5%

MEROKOK<5BATANG Count 93 29 1 123

% of Total 9.3% 2.9% .1% 12.3%

MEROKOK 5-10 BATANG Count 154 54 5 213

% of Total 15.4% 5.4% .5% 21.3%

MEROKOK>10 BATANG Count 51 18 0 69

% of Total 5.1% 1.8% .0% 6.9%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

STATUSMEROKOK * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

STATUSMEROKOK TDK MEROKOK Count 270 294 31 595

% of Total 27.0% 29.4% 3.1% 59.5%

MEROKOK<5BATANG Count 52 64 7 123

% of Total 5.2% 6.4% .7% 12.3%

109

MEROKOK 5-10 BATANG Count 119 80 14 213

% of Total 11.9% 8.0% 1.4% 21.3%

MEROKOK>10 BATANG Count 33 33 3 69

% of Total 3.3% 3.3% .3% 6.9%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

PENYAKIT * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

PENYAKIT HIPERTENSI Count 9 17 13 39

% of Total .9% 1.7% 1.3% 3.9%

REUMATIK Count 8 68 22 98

% of Total .8% 6.8% 2.2% 9.8%

KANKER Count 9 9 6 24

% of Total .9% .9% .6% 2.4%

TUMOR Count 5 3 0 8

% of Total .5% .3% .0% .8%

GAGAL GINJAL Count 2 4 1 7

% of Total .2% .4% .1% .7%

LAINNYA Count 64 356 399 819

% of Total 6.4% 35.8% 40.1% 82.3%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

PENYAKIT * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

PENYAKIT HIPERTENSI Count 33 6 0 39

110

% of Total 3.3% .6% .0% 3.9%

REUMATIK Count 83 15 0 98

% of Total 8.3% 1.5% .0% 9.8%

KANKER Count 20 5 0 25

% of Total 2.0% .5% .0% 2.5%

TUMOR Count 7 1 0 8

% of Total .7% .1% .0% .8%

GAGAL GINJAL Count 6 1 0 7

% of Total .6% .1% .0% .7%

LAINNYA Count 555 248 20 823

% of Total 55.5% 24.8% 2.0% 82.3%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

PENYAKIT * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

PENYAKIT HIPERTENSI Count 18 21 0 39

% of Total 1.8% 2.1% .0% 3.9%

REUMATIK Count 58 38 2 98

% of Total 5.8% 3.8% .2% 9.8%

KANKER Count 16 7 2 25

% of Total 1.6% .7% .2% 2.5%

TUMOR Count 6 2 0 8

% of Total .6% .2% .0% .8%

GAGAL GINJAL Count 4 3 0 7

% of Total .4% .3% .0% .7%

LAINNYA Count 372 400 51 823

% of Total 37.2% 40.0% 5.1% 82.3%

Total Count 474 471 55 1000

111

PENYAKIT * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

PENYAKIT HIPERTENSI Count 18 21 0 39

% of Total 1.8% 2.1% .0% 3.9%

REUMATIK Count 58 38 2 98

% of Total 5.8% 3.8% .2% 9.8%

KANKER Count 16 7 2 25

% of Total 1.6% .7% .2% 2.5%

TUMOR Count 6 2 0 8

% of Total .6% .2% .0% .8%

GAGAL GINJAL Count 4 3 0 7

% of Total .4% .3% .0% .7%

LAINNYA Count 372 400 51 823

% of Total 37.2% 40.0% 5.1% 82.3%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

JENISPEKERJAAN * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

JENISPEKERJAAN PEMBERI KERJA FORMAL Count 25 95 77 197

% of Total 2.5% 9.5% 7.7% 19.8%

PEMBERI KERJA

INFORMAL

Count 14 57 58 129

% of Total 1.4% 5.7% 5.8% 13.0%

PEKERJA FORMAL Count 33 181 190 404

% of Total 3.3% 18.2% 19.1% 40.6%

PEKERJA INFORMAL Count 25 124 116 265

% of Total 2.5% 12.5% 11.7% 26.6%

Total Count 97 457 441 995

112

JENISPEKERJAAN * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

JENISPEKERJAAN PEMBERI KERJA FORMAL Count 25 95 77 197

% of Total 2.5% 9.5% 7.7% 19.8%

PEMBERI KERJA

INFORMAL

Count 14 57 58 129

% of Total 1.4% 5.7% 5.8% 13.0%

PEKERJA FORMAL Count 33 181 190 404

% of Total 3.3% 18.2% 19.1% 40.6%

PEKERJA INFORMAL Count 25 124 116 265

% of Total 2.5% 12.5% 11.7% 26.6%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

JENISPEKERJAAN * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

JENISPEKERJAAN PEMBERI KERJA FORMAL Count 153 45 1 199

% of Total 15.3% 4.5% .1% 19.9%

PEMBERI KERJA

INFORMAL

Count 96 31 4 131

% of Total 9.6% 3.1% .4% 13.1%

PEKERJA FORMAL Count 270 125 10 405

% of Total 27.0% 12.5% 1.0% 40.5%

PEKERJA INFORMAL Count 185 75 5 265

% of Total 18.5% 7.5% .5% 26.5%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

JENISPEKERJAAN * KESIAPAN Crosstabulation

113

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

JENISPEKERJAAN PEMBERI KERJA FORMAL Count 102 82 15 199

% of Total 10.2% 8.2% 1.5% 19.9%

PEMBERI KERJA

INFORMAL

Count 69 60 2 131

% of Total 6.9% 6.0% .2% 13.1%

PEKERJA FORMAL Count 173 204 28 405

% of Total 17.3% 20.4% 2.8% 40.5%

PEKERJA INFORMAL Count 130 125 10 265

% of Total 13.0% 12.5% 1.0% 26.5%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

PENDAPATANPEKERJA * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

PENDAPATANPEKERJA <1JT Count 19 116 166 301

% of Total 1.9% 11.7% 16.7% 30.3%

1JT-2JT Count 37 134 125 296

% of Total 3.7% 13.5% 12.6% 29.7%

2JT-3JT Count 25 121 88 234

% of Total 2.5% 12.2% 8.8% 23.5%

>3JT Count 16 86 62 164

% of Total 1.6% 8.6% 6.2% 16.5%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

PENDAPATANPEKERJA * RESPON Crosstabulation

RESPON Total

114

baik cukup kurang

PENDAPATANPEKERJA <1JT Count 217 81 4 302

% of Total 21.7% 8.1% .4% 30.2%

1JT-2JT Count 219 67 10 296

% of Total 21.9% 6.7% 1.0% 29.6%

2JT-3JT Count 158 75 3 236

% of Total 15.8% 7.5% .3% 23.6%

>3JT Count 110 53 3 166

% of Total 11.0% 5.3% .3% 16.6%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

PENDAPATANPEKERJA * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

PENDAPATANPEKERJA <1JT Count 128 158 16 302

% of Total 12.8% 15.8% 1.6% 30.2%

1JT-2JT Count 144 131 21 296

% of Total 14.4% 13.1% 2.1% 29.6%

2JT-3JT Count 115 112 9 236

% of Total 11.5% 11.2% .9% 23.6%

>3JT Count 87 70 9 166

% of Total 8.7% 7.0% .9% 16.6%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

SKALAUSAHA * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

115

SKALAUSAHA SEKTOR INFORMAL Count 39 181 174 394

% of Total 3.9% 18.2% 17.5% 39.6%

UASHA KECIL Count 3 15 13 31

% of Total .3% 1.5% 1.3% 3.1%

USAHA MENENGAH Count 32 147 143 322

% of Total 3.2% 14.8% 14.4% 32.4%

USAHA BESAR Count 23 114 111 248

% of Total 2.3% 11.5% 11.2% 24.9%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

SKALAUSAHA * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

SKALAUSAHA SEKTOR INFORMAL Count 281 106 9 396

% of Total 28.1% 10.6% .9% 39.6%

UASHA KECIL Count 21 10 0 31

% of Total 2.1% 1.0% .0% 3.1%

USAHA MENENGAH Count 212 104 8 324

% of Total 21.2% 10.4% .8% 32.4%

USAHA BESAR Count 190 56 3 249

% of Total 19.0% 5.6% .3% 24.9%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

SKALAUSAHA * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

SKALAUSAHA SEKTOR INFORMAL Count 199 185 12 396

116

% of Total 19.9% 18.5% 1.2% 39.6%

UASHA KECIL Count 15 15 1 31

% of Total 1.5% 1.5% .1% 3.1%

USAHA MENENGAH Count 141 166 17 324

% of Total 14.1% 16.6% 1.7% 32.4%

USAHA BESAR Count 119 105 25 249

% of Total 11.9% 10.5% 2.5% 24.9%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

JTK * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

JTK <5 ORANG Count 39 181 170 390

% of Total 3.9% 18.2% 17.1% 39.2%

6-19ORANG Count 35 162 147 344

% of Total 3.5% 16.3% 14.8% 34.6%

20-100 ORANG Count 23 114 118 255

% of Total 2.3% 11.5% 11.9% 25.6%

>100 ORANG Count 0 0 6 6

% of Total .0% .0% .6% .6%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

JTK * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

JTK <5 ORANG Count 276 107 9 392

% of Total 27.6% 10.7% .9% 39.2%

117

6-19ORANG Count 232 107 7 346

% of Total 23.2% 10.7% .7% 34.6%

20-100 ORANG Count 192 61 3 256

% of Total 19.2% 6.1% .3% 25.6%

>100 ORANG Count 4 1 1 6

% of Total .4% .1% .1% .6%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

JTK * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

JTK <5 ORANG Count 198 182 12 392

% of Total 19.8% 18.2% 1.2% 39.2%

6-19ORANG Count 153 181 12 346

% of Total 15.3% 18.1% 1.2% 34.6%

20-100 ORANG Count 121 107 28 256

% of Total 12.1% 10.7% 2.8% 25.6%

>100 ORANG Count 2 1 3 6

% of Total .2% .1% .3% .6%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

PANGSAPASAR * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

PANGSAPASAR LOKAL Count 39 181 169 389

% of Total 3.9% 18.2% 17.0% 39.1%

REGIONAL Count 0 0 7 7

118

% of Total .0% .0% .7% .7%

NASIONAL Count 35 162 149 346

% of Total 3.5% 16.3% 15.0% 34.8%

EXPOR Count 23 114 116 253

% of Total 2.3% 11.5% 11.7% 25.4%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

PANGSAPASAR * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

PANGSAPASAR LOKAL Count 275 107 9 391

% of Total 27.5% 10.7% .9% 39.1%

REGIONAL Count 6 1 0 7

% of Total .6% .1% .0% .7%

NASIONAL Count 232 108 8 348

% of Total 23.2% 10.8% .8% 34.8%

EXPOR Count 191 60 3 254

% of Total 19.1% 6.0% .3% 25.4%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

PANGSAPASAR * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

PANGSAPASAR LOKAL Count 199 180 12 391

% of Total 19.9% 18.0% 1.2% 39.1%

REGIONAL Count 0 4 3 7

% of Total .0% .4% .3% .7%

119

NASIONAL Count 155 180 13 348

% of Total 15.5% 18.0% 1.3% 34.8%

EXPOR Count 120 107 27 254

% of Total 12.0% 10.7% 2.7% 25.4%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

ASET * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

ASET <50JT Count 39 181 167 387

% of Total 3.9% 18.2% 16.8% 38.9%

50-500JT Count 34 162 144 340

% of Total 3.4% 16.3% 14.5% 34.2%

500-2,5M Count 1 0 7 8

% of Total .1% .0% .7% .8%

>2,5M Count 23 114 123 260

% of Total 2.3% 11.5% 12.4% 26.1%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

ASET * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

ASET <50JT Count 273 107 9 389

% of Total 27.3% 10.7% .9% 38.9%

50-500JT Count 228 106 8 342

% of Total 22.8% 10.6% .8% 34.2%

500-2,5M Count 5 3 0 8

120

% of Total .5% .3% .0% .8%

>2,5M Count 198 60 3 261

% of Total 19.8% 6.0% .3% 26.1%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

ASET * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

ASET <50JT Count 199 178 12 389

% of Total 19.9% 17.8% 1.2% 38.9%

50-500JT Count 156 170 16 342

% of Total 15.6% 17.0% 1.6% 34.2%

500-2,5M Count 0 7 1 8

% of Total .0% .7% .1% .8%

>2,5M Count 119 116 26 261

% of Total 11.9% 11.6% 2.6% 26.1%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

OMSET * PEMAHAMAN Crosstabulation

PEMAHAMAN

Total KURANG CUKUP BAIK

OMSET <300JT Count 75 396 394 865

% of Total 7.5% 39.8% 39.6% 86.9%

300-2,5M Count 21 43 24 88

% of Total 2.1% 4.3% 2.4% 8.8%

2,5M-50M Count 1 17 14 32

% of Total .1% 1.7% 1.4% 3.2%

121

>50M Count 0 1 9 10

% of Total .0% .1% .9% 1.0%

Total Count 97 457 441 995

% of Total 9.7% 45.9% 44.3% 100.0%

OMSET * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

OMSET <300JT Count 607 244 18 869

% of Total 60.7% 24.4% 1.8% 86.9%

300-2,5M Count 75 14 0 89

% of Total 7.5% 1.4% .0% 8.9%

2,5M-50M Count 19 11 2 32

% of Total 1.9% 1.1% .2% 3.2%

>50M Count 3 7 0 10

% of Total .3% .7% .0% 1.0%

Total Count 704 276 20 1000

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

OMSET * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

OMSET <300JT Count 403 419 47 869

% of Total 40.3% 41.9% 4.7% 86.9%

300-2,5M Count 48 38 3 89

% of Total 4.8% 3.8% .3% 8.9%

2,5M-50M Count 15 12 5 32

% of Total 1.5% 1.2% .5% 3.2%

>50M Count 8 2 0 10

122

% of Total .8% .2% .0% 1.0%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

CROSSTABULASI ANTAR VARIABEL

PEMAHAMAN * RESPON Crosstabulation

RESPON

Total baik cukup kurang

PEMAHAMAN KURANG Count 92 5 0 97

% of Total 9.2% .5% .0% 9.7%

CUKUP Count 353 102 2 457

% of Total 35.5% 10.3% .2% 45.9%

BAIK Count 255 168 18 441

% of Total 25.6% 16.9% 1.8% 44.3%

Total Count 700 275 20 995

% of Total 70.4% 27.6% 2.0% 100.0%

PEMAHAMAN * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

PEMAHAMAN KURANG Count 80 17 0 97

% of Total 8.0% 1.7% .0% 9.7%

CUKUP Count 234 211 12 457

% of Total 23.5% 21.2% 1.2% 45.9%

BAIK Count 157 241 43 441

% of Total 15.8% 24.2% 4.3% 44.3%

123

Total Count 471 469 55 995

% of Total 47.3% 47.1% 5.5% 100.0%

RESPON * KESIAPAN Crosstabulation

KESIAPAN

Total baik cukup kurang

RESPON baik Count 391 291 22 704

% of Total 39.1% 29.1% 2.2% 70.4%

cukup Count 81 170 25 276

% of Total 8.1% 17.0% 2.5% 27.6%

kurang Count 2 10 8 20

% of Total .2% 1.0% .8% 2.0%

Total Count 474 471 55 1000

% of Total 47.4% 47.1% 5.5% 100.0%

ANALISIS HUBUNGAN ANTAR VARIABEL

Correlations

PEMAHAMAN RESPON

Spearman's rho PEMAHAMAN Correlation Coefficient 1.000 .272**

Sig. (2-tailed) . .000

N 995 995

RESPON Correlation Coefficient .272** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 995 1000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

124

Correlations

PEMAHAMAN KESIAPAN

Spearman's rho PEMAHAMAN Correlation Coefficient 1.000 .272**

Sig. (2-tailed) . .000

N 995 995

KESIAPAN Correlation Coefficient .272** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 995 1000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

KESIAPAN RESPON

Spearman's rho KESIAPAN Correlation Coefficient 1.000 .276**

Sig. (2-tailed) . .000

N 1000 1000

RESPON Correlation Coefficient .276** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 1000 1000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

DAFTAR PUSTAKA

A. Daftar Buku / Literature

Azrul, Azwar. (1999). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : Binarupa

Aksara. Aneka Program Asuransi Jiwa dan Pensiun, PT. Kis Aktuaria, 2005.

125

Anton Hardianto, 2007, Naskah Akademis Paket Raperda tentang Jaminan

Sosial Daerah Provinsi Jawa Timur Butler, RJ. The Economics of Social Insurance and Employee Benefits. Kluwer

Academic Publisher, Boston, USA, 1999. Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak

Bappenas , 2010, Evaluasi Pelayanan KB Bagi Masyarakat Miskin (Keluarga Prasejahtera/KPS dan Keluarga Sejahtera‐I/KS‐I)

Depkes RI. Pembinaan Bapel JPKM: Kumpulan Materi. Depkes RI, Jakarta,

1995. Depkes RI. 2007. ARRIME Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta : Depkes

RI. George E. Rejda. "Social Insurance and Economic Security", Third Edition, 1988,

Prentice-Hall, Inc.,ADivision of Simon&Schuster, Englewood Cliffs, New Jersey.

George H. Andrews and John A. Beekman. "Actuarial Projections for the Old-

Age, Survivors, and Disability Insurance Program of Social Security in The United States of America", Actuarial Educaton and Research Fund, 500 Park Boulevard, Itasca, Illinois.

http://adekabang.wordpress.com/2010/10/13/analisis-swot/ (Sethraman 1981

dalam T.O. Ihromi; 1993).

http://dirman-djahura.blogspot.com/2012/09/pemahaman-sebagai pernyataan-hasil.html

WWW.BPS.GO.ID; http://jakarta.bps.go.id/ Muhammad Ihsan, dkk, 2013, Pengaruh Sektor Informal terhadap penyerapan

Angkatan Kerja di Jakarta, http://ihsan1111084000029.blogspot.com/ Ikegami, N dan Campbell, JC. Health Care Reform in Japan: The Virtue of

Muddling Trhough. Health Affairs 18(3):56-75. Kertonegoro, S. Sistem dan Program Jaminan Sosial di Negara-negara ASEAN.

Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta, 1998 Kotler, Philip. (2003). Manajemen Pemasaran. Alih Bahasa Hedro teguh.Edisi 9.

Jakarta : Intermedia Mukti, (2004). Pelayanan jasa Kesehatan. Jakarta : Kompas Cyber Media Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan GTZ (Jerman), 2007,

126

Laporan teknis Untuk Penyusunan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang SJSN, Sektor Informal di Indonesia dan Jaminan Sosial.

Kohar Hari Santoso, SpAn. KAP.KIC., Wakil Direktur Pelayanan Medik &

Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya; Optimalisasi rujukan terstruktur dan berjenjang di Jawa Timur.

Laurence S. Seidman. "Funding Social Security, A Strategic Alternative", 1999,

Cambridge University Press. Martin Feldstein, Editor. "Privatizing Social Security", 2000, The University of

Chicago Press. Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek – Aspek Hukum Asuransi Dan Surat

Berharga, , PT. Alumni, 2003. Nazir, Moh. “Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia, 1983, 63. Nawawi, Hadari., “Metode Penelitian Bidang Sosial”, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta, 1987, 63. Oka Mahendra. Dirjen Hukum dan Perundang-undangan. Penjelasan dan Arti

Keputuasn MK yang disampaikan dalam Loka Karya SJSN di Jakarta, Maret 2006

Press Release program Jamkesda dari Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur,

dapat dilihat pada http : // dinkes.jatimprov.go.id/ userimage/ image0120120831151544421.pdf

Rakhmat, Jalaluddin., “Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya,

Bandung, 1984, 24. Rubi, Mahlil. Hubungan Belanja Kesehatan Katastropik Dengan Belanja Protein,

Pendidikan, Dan Pemiskinan Di Indonesia, Tahun 2004. Disertasi. FKMUI, Januri, 2007

Social Health Insurance : A Guidebook for Planning, Charles Normand and Axel

Weber, WHO and ILO, 2000. Subramanian Iyer. "Actuarial mathematics of Social Security Pensions", 2000, A

Joint technical Publication of the International Labour Office (ILO) and the International Social Security Association (ISSA).

Thabrany, H. Dalam Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana

Masyarakat. Rajagrafindo, Jakarta, 2005 Thabrany, H. Introduksi Asuransi Kesehatan. Yayasan Penerbit Ikatan Dokter

Indonesia, Jakarta, 1999.

127

Thabrany, dkk. Telaah Komprehensif Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di Indonesia. YPKMI, Jakarta, 2000

Thabrany, 2002. Current health insurance coverage in Indonesia. Paper presented in the Asia- Pacific Summit on Health Insurance and Managed Care, Jakarta May 22-26, 2002.

Tangcharoensathien,dkk. Thailand. Dalam Than Sein in Social Health Insurance

in Selected Asian Countries. New Delhi, 2005. Thangcharoensathien, V. Social Health Insurance in South-East Asia. Makalah

disajikan pada Regional Expert Group Meeting on Social Health Insurance, New Delhi, Maret 2003.

Tjiptono, Fandy. (2005). Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Andi Offset Wijono, D. (1999). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya :

UNAIR Widodo J Pujirahardjo, 2012, Materi dipersiapkan untuk Rakor RS se Jawa

Timur, tahun 2012. Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan dasar pada era universal coverage.

Wagsaff A and Doorslair, V.D. Equity in Health Care Financing and Delivery. In

Culyer AJ and Newhouse JP (Ed) Handbook of Health Economics, Vol IB. Elsevier Science, BP. Amsterdam, the Netherland, 2000

Yamit, Zulian. (2005). Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Edisi Pertama,

Cetakan ke IV. Yogyakarta : Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII. B. Dafar Peraturan Perundang-Undangan

1. Deklarasi HAM PBB, 10 Desember 1948 (Pasal 25 ayat (1)

2. Konvensi ILO 102, 1952

3. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dangan Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

128

6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang

Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur dan Peraturan

Gubernur Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2009 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun

2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur

Nomor 55 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur

Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang

Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur.

8. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 tahun 2009 tentang petunjuk

pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 tahun 2008

tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 55 tahun

2010 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4

tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi

Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan

Daerah di Jawa Timur.

9. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 45 tahun 2011 tentang Pejabat

Pengelola Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah Provinsi

Jawa Timur sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa

Timur Nomor 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan

Gubernur Jawa Timur Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Pejabat Pengelola

Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Timur.

10. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 13 Tahun 2012 tentang

Mekanisme pengajuan klaim bagi penerima bantuan iuran jaminan

kesehatan di Jawa Timur

Lampiran 1

Kepada Yth. Bapak/ibu Responden

Di Tempat

129

Dengan Hormat,

Bersama ini kami sampaikan bahwa dalam rangka penyusunan kebijakan

penyelenggaraan program jaminan kesehatan daerah mandiri di Jawa Timur oleh

Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah (BPJKD), maka kami

bermaksud melakukan penelitian tentang “Kesiapan Sektor Formal Dan Informal

Terhadap Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Daerah Mandiri Di

Jawa Timur”. BPJKD adalah badan hukum publik yang dibentuk Pemerintah

Provinsi Jawa Timur untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan

daerah menurut Sistem Jaminan Kesehatan Daerah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman, respon serta

kesiapan pekerja dan pemberi kerja sektor formal dan informal terhadap rencana

penyelenggaraan program jaminan kesehatan daerah mandiri di Jawa Timur.

Jaminan kesehatan daerah mandiri adalah jaminan kesehatan bagi warga

masyarakat di Jawa Timur, di mana peserta wajib membayar iuran / premi secara

mandiri. Iuran / premi tersebut adalah besarnya uang yang dibayarkan kepada

penyelenggara dari peserta untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Kami mohon kesediaan Bapak/ibu untuk menjadi responden pada

penelitian ini, serta mengisi kuisioner yang kami berikan. Kami akan menjamin

kerahasian terhadap apapun yang telah bapak/ibu berikan.

Demikian atas partisipasi dan kerjasamanya, kami ucapkan banyak

terima kasih.

Surabaya, Mei 2013

Hormat saya,

Tim Peneliti

Lampiran : 2

PERYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

130

Saya telah mendapatkan penjelasan mengenai manfaat penelitian yang

berjudul “Kesiapan Sektor Formal Dan Informal Terhadap Program Jaminan

Kesehatan Daerah Mandiri Di Jawa Timur”. Saya telah mengerti dan

memahami maksud dan tujuan penelitian tersebut, serta menyatakan bersedia

menjadi responden pada penelitian ini.

Yang menyatakan Responden,

-----------------------

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

131

KESIAPAN SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL TERHADAP PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH MANDIRI DI JAWA TIMUR

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah secara teliti setiap pertanyaan dan seluruh pilihan jawaban yang

tersedia, agar jawaban yang diberikan sesuai yang diharapkan!

2. Pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut pendapat saudara, serta berilah

tanda silang (X) pada jawaban yang saudara pilih!

Nomor / Jenis Responden : .............................................

Tanggal : .............................................

A. Identitas Responden

1. Nama : ……………………………………………….

2. Jenis Kelamin : : Laki-Laki

: : Perempuan

3. Umur responden :

a. <14 tahun

b. 15 s/d 64 tahun

c. > 65 Tahun

4. Status perkawinan :

a. Belum kawin

b. Kawin

c. Cerai hidup

d. Cerai mati

132

5. Status dalam keluarga :

a. Kepala keluarga

b. Anak

c. Saudara

d. Lainnya………….

6. Jumlah anggota keluarga :

a. 2 orang

b. 3 orang

c. 4 orang

e. lebih 4 orang

7. Tingkat Pendidikan :

a. SD/sederajat

b. SLTP/sederajat

c. SLTA/sederajat

d. Diproma (D1-D3)

e. Sarjana (S1)

f. Lainnya……………………

8. Status tempat tinggal :

a. Rumah sendiri

b. Rumah orang tua

c. Rumah sewa / Kontrak

d. Asrama

e. Lainnya............

9. Apakah saudara perokok ? Jika ya, sejak kapan menjadi perokok? Dan berapa

batang rokok per hari?

133

a. Tidak Perokok

b. Ya, perokok sejak umur.................tahun ( 5 batang/hari)

e. Ya, perokok sejak umur.................tahun ( 5-10 batang/hari)

d. Ya, perokok sejak umur.................tahun ( 10 batang/hari)

10. Penyakit yang pernah dan sedang diderita ?

a. Hipertensi

b. Rematik

c. Kanker

d. Tumor

e. Gagal ginjal

f. Lainnya.......................

11. Jenis pekerjaan :

a. Pemberi kerja formal

b. Pemberi kerja informal

c. Pekerja formal

d. Pekerja informal

e. Lainnya………………………………………..……..

12. Jika saudara sebagai pekerja, pendapatan saudara per bulan :

a. < Rp 1.000.000,-

b. Rp 1.000.000 s/d Rp 2.000.000

c. Rp 2.000.000 s/d Rp. 3.000.000

d. > Rp. 3.000.000,- .

13. Jika saudara pemberi kerja, skala usaha yang saudara kelola saat ini :

a. Sektor informal (PKL, Asongan, dsb)

134

b. Usaha kecil

c. Usaha Menengah

e. Usaha besar

14. Jika saudara pemberi kerja, berapa jumlah tenaga kerja yang bekerja pada

saudara?

a. kurang 5 orang (PKL, Asongan, dsb)

b. 6-19 orang (usaha kecil)

c. 20-100 orang (usaha menengah)

e. lebih 100 orang (usaha besar)

15. Pangsa pasar dari produk atau jasa yang saudara hasilkan :

a. Lokal

b. Regional

c. Nasional

e. Ekspor

16. Aset usaha yang saudara kelola sekarang :

a. < Rp 50 juta

b. Rp 50 juta s/d Rp 500 juta

c. Rp. 500 juta s/d 2,5 Miliar.

d. > Rp 2,5 Miliar

17. Omzet usaha yang saudara kelola sekarang :

a. < Rp. 300 juta

b. Rp 300 s/d Rp 2,5 Miliar

c. Rp. 2,5 Miliar s/d 50 Miliar.

d. > Rp 50 Miliar

135

18. Alamat domisili :

………………………………………………...………………………………………

…………………………………………………………………………

….…………………………………………...………………………………..

A. Pemahaman adalah kemampuan diri seseorang dalam mengerti atau

mengetahui dengan benar terhadap sesuatu. Beberapa pertanyaan berikut

adalah pemahaman dari pekerja dan pemberi kerja sektor formal dan

informal terhadap program jaminan kesehatan.

1. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan

program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial.

Sistem Jaminan Sosial ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Apakah saudara mengetahui

adanya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tersebut?

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

d. Tidak mengetahui

2. Jika saudara mengetahui adanya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dari manakah informasi tersebut

saudara dapatkan?

a. Media elektronik (TV, Radio, dan sebagainya)

b. Media massa (Koran, majalah, dan sebagainya)

c. Media internet

136

d. Sumber lainnya

3. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

dibentuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.

BPJS ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (BPJS). Apakah saudara telah

mengetahui adanya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS

tersebut?

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

d. Tidak mengetahui

4. Jika saudara mengetahui adanya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (BPJS), dari manakah

saudara dapatkan informasi mengenai Undang-Undang tersebut?

a. Media elektronik (TV, Radio, dan sebagainya)

b. Media massa (Koran, majalah, dan sebagainya)

c. Media internet

d. Sumber lainnya

5. Bantuan Iuran adalah Iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin dan

orang tidak mampu sebagai peserta program jaminan sosial. Peserta program

jaminan sosial sebagaimana dimaksud, diantaranya adalah peserta program

Jamkesmas dan Jamkesda. Apakah saudara mengetahui tentang Program

Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)?

137

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

d. Tidak mengetahui

6. Jika saudara mengetahui tentang Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

(JAMKESMAS), dari manakah saudara mengetahui tetang program Jamkesmas

?

a. Media elektronik (TV, Radio, dan sebagainya)

b. Media massa (Koran, majalah, dan sebagainya)

c. Media internet

d. Sumber lainnya

7. Apakah saudara mengetahui manfaat menjadi peserta Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)?

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

d. Tidak mengetahui

8. Sistem jaminan kesehatan daerah adalah suatu tata cara penyelenggaraan

program jaminan kesehatan daerah yang diselenggarakan oleh Badan

Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah. Hal ini sebagaimana telah diatur

dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang

Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur. Apakah saudara

mengetahui adanya Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun

2008 ?

138

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

d. Tidak mengetahui

9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem

Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur telah disyahkan, sehingga untuk

efektivitas pelaksanaannya Pemerintah Provinsi Jawa Timur perlu menetapkan

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah dimaksud dengan Peraturan Gubernur

Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan

Gubernur Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di

Jawa Timur. Apakah saudara mengetahui adanya Peraturan Gubernur Jawa

Timur Nomor 4 Tahun 2009 tersebut ?

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

d. Tidak mengetahui

10. Jaminan Kesehatan Daerah adalah salah satu bentuk usaha kesejahteraan

kesehatan di daerah Provinsi berupa perlindungan dan pemeliharaan

kesejahteraan kesehatan yang memberikan jaminan bagi seluruh warga

masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Apakah saudara mengetahui tentang Program Jaminan Kesehatan Daerah

(JAMKESDA) di Jawa Timur ?

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

139

d. Tidak mengetahui

11. Peserta Jamkesda adalah setiap warga masyarakat dan/atau anggota

keluarganya yang telah membayar iuran dan memenuhi ketentuan untuk dapat

ikut serta, yang atas dirinya diadakan program jaminan kesehatan daerah

menurut SJKD. Peserta Jamkesda tersebut terdiri dari Penerima Bantuan Iuran

dan peserta Mndiri dengan membayar iuran. Apakah saudara mengetahui

manfaat menjadi peserta Program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) di

Jawa Timur ?

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

d. Tidak mengetahui

12. Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah adalah badan hukum publik

yang dibentuk Pemerintah Provinsi untuk menyelenggarakan program jaminan

kesehatan daerah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 4

Tahun 2009. Apakah saudara mengetahui tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Kesehatan Daerah (BPJKD) Provinsi Jawa Timur tersebut?

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

d. Tidak mengetahui

13. BPJKD sebagaimana tersebut diuraikan pada pertanyaan Nomor 12 merupakan

badan hukum publik yang dibentuk oleh Pemerintah Provinsi untuk

menyelenggarakan program jamkesda. Apakah saudara mengetahui tugas-

140

tugas Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di Jawa

Timur ?

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

d. Tidak mengetahui

14. Peserta Jaminan Kesehatan Daerah adalah setiap warga masyarakat dan/atau

anggota keluarganya yang telah membayar iuran dan memenuhi ketentuan untuk

dapat ikut serta, yang atas dirinya diadakan program jaminan kesehatan daerah,

termasuk warga negara asing yang telah bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di

Indonesia. Apakah saudara mengetahui cara menjadi peserta program jaminan

kesehatan daerah (Jamkesda) di Jawa Timur ?

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

d. Tidak mengetahui

15. Peserta Jamkesda di Jawa Timur meliputi masyarakat miskin penerima bantuan

iuran (non kuota program Jamkesmas) dan masyarakat yang membayar iuran

secara mandiri. Bagi peserta Jamkesda mandiri sebagaimana dimaksud wajib

membayar iuran yang besarannya ditetapkan oleh Penyelenggara (BPJKD).

Apakah saudara mengetahui tentang kepesertaan program Jamkesda Mandiri ?

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

d. Tidak mengetahui

141

16. luran adalah sejumlah uang yang dibayarkan kepada Penyelenggara (BPJKD)

secara teratur oleh Peserta, Koordinator Peserta, dan/atau Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota menurut SJKD.

Apakah saudara mengetahui berapa besarnya iuran atau premi untuk peserta

program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) di Jawa Timur ?

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

d. Tidak mengetahui

17. Berkaitan dengan pertanyaan diatas, apakah saudara mengetahui tata cara

pembayaran iuran atau premi peserta program jaminan kesehatan daerah

(Jamkesda) di Jawa Timur ?

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

d. Tidak mengetahui

18. Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) adalah sarana pelayanan kesehatan

puskesmas, BP4, BKMM, Rumah Sakit umum, Rumah Sakit Khusus, baik

pemerintah maupun swasta. Pelayanan kesehatan pada PPK tersebut

dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang sesuai indikasi medis. Apakah

saudara mengetahui tentang pelayanan kesehatan secara terstruktur dan

berjenjang pada PPK Jamkesda tersebut?

a. Sangat mengetahui

b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui

142

d. Tidak mengetahui

B. Respon adalah setiap tingkah laku manusia yang pada hakekatnya sebagai

tanggapan atau balasan terhadap rangsangan atau stimulus, yang bersifat

baik atau buruk, positif atau negatif. Apabila respon positif, maka orang

yang bersangkutan cenderung menyukai atau mendekati objek. Beberapa

pertanyaan berikut adalah respon dari pekerja dan pemberi kerja sektor

formal dan informal terhadap program jaminan kesehatan daerah.

1. Sistem Jaminan Kesehatan Daerah adalah suatu tata cara penyelenggaraan

program jaminan kesehatan daerah oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Kesehatan Daerah. Hal ini telah diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa

Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa

Timur. Bagaimana tanggapan saudara terhadap pelaksanaan program

Jamkesda di Jawa Timur tersebut ?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 tahun 2008 tentang Sistem

Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur telah disyahkan, serta pelaksanaan

nya diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pedoman Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem

Jaminan Kesehatan Daerah Di Jawa Timur. Apakah program Jaminan

kesehatan daerah tersebut perlu dikembangkan secara bertahap dan

berkelanjutan ?

a. Sangat setuju

143

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

3. Peserta jaminan kesehatan daerah memperoleh pelayanan meliputi pelayanan

rawat jalan, rawat inap, penunjang, gawat darurat, rehabilitasi medik dan mental,

baik tingkat pertama maupun lanjutan sebagaimana diatur dalam Peraturan

Gubernur. Bagaimana tanggapan saudara terhadap manfaat pelayanan

kesehatan bagi peserta Jamkesda tersebut ?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

4. Pelayanan kesehatan sebagaimana tersebut diatas dilaksanakan secara

terstruktur dan berjenjang sesuai indikasi medis. Pelayanan kesehatan tingkat

pertama dilaksanakan oleh Puskesmas dan jaringannya, serta Bidan Praktek

Swasta. Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan dilaksanakan oleh pemberi

pelayanan kesehatan rujukan yang mempunyai perjanjian kerjasama dengan

BPJKD. Puskesmas (strata pertama) merujuk ke Rumah Sakit tipe D, C dan B

(strata dua), Rumah Sakit tipe D, C dan B merujuk ke Rumah Sakit tipe A (strata

tiga). Bagaimana tanggapan saudara terhadap mekanisme pelayanan

kesehatan peserta Jamkesda tersebut ?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

144

5. Pelaksanaan jamkesda di Jawa Timur perlu dilakukan secara bertahap sesuai

Rencana Tahapan Kepesertaan dan Prioritas Program oleh Pejabat Pengelola

dan dimonitoring oleh Dewan Wali Amanah. Bagaimana tanggapan saudara, jika

Badan Penyelenggara Jaminan Daerah (BPJKD) menyelenggarakan program

Jaminan Kesehatan Mandiri (Jamkesman)?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

6. Bilamana BPJKD menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Daerah

Mandiri, bagaimanakah tanggapan saudara apabila iuran atau premi untuk

mengikuti program Jaminan Kesehatan Mandiri (Jamkesman) tersebut

ditanggung oleh pekerja ?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

7. Berkaitan pertanyaan No. 6, Bilamana BPJKD menyelenggarakan program

Jaminan Kesehatan Daerah Mandiri, apakah saudara setuju apabila iuran atau

premi untuk mengikuti program Jaminan Kesehatan Mandiri (Jamkesman)

tersebut ditanggung oleh pemberi kerja ?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

145

8. Berkaitan pertanyaan No. 7, Bilamana saudara mengikuti program Jaminan

Kesehatan Daerah Mandiri yang diselenggarakan oleh BPJKD, apakah saudara

setuju apabila iuran atau premi untuk mengikuti program Jaminan Kesehatan

Mandiri (Jamkesman) ditanggung oleh pemberi kerja dan pekerja secara

proporsional?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

9. Apakah saudara setuju iuran atau premi dari peserta program Jaminan

Kesehatan Mandiri (Jamkesman) tersebut dikelola oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Kesehatan Daerah (BPJKD) Jawa Timur?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

10.Bilamana BPJKD menyelenggarakan program Jamkesda mandiri, apakah

saudara setuju pembayaran iuran atau premi program Jaminan Kesehatan

Mandiri (Jamkesman) dipungut oleh koordinator peserta ?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

11. Bagi peserta Jamkesda mandiri sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur

Nomor 4 Tahun 2009, terutama yang ditanggung oleh intansi, jumlah

146

tertanggung paling banyak 4 (empat) orang dan apabila ada tambahan anggota

keluarga akan dikenakan iuran tambahan. Bagaimana tanggapan saudara

terhadap sistem pembayaran iuran atau premi tersebut?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

C. Kesiapan (readiness) adalah suatu asumsi bahwa kepuasan seseorang

terhadap kecenderungan yang mendorong orang tersebut untuk berbuat

atau tidak berbuat sesuatu. Pertanyaan berikut adalah kesiapan pekerja

dan pemberi kerja sektor formal dan informal terhadap rencana

penyelenggaraan program jaminan kesehatan daerah

1. Bilamana BPJKD menyelenggrakan program Jaminan Kesehatan Daerah

Mandiri, apakah saudara bersedia mengikuti program Jaminan Kesehatan

Mandiri (Jamkesman) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara

Jamkesda Jawa Timur tersebut ?

a. Sangat bersedia

b. Bersedia

c. Kurang bersedia

d. Tidak bersedia

2. Berkaitan dengan pertanyaan Nomor 1. Bilamana BPJKD

menyelenggrakan program Jaminan Kesehatan Daerah Mandiri, apakah

saudara bersedia mengikuti program Jaminan Kesehatan Mandiri

(Jamkesman) tersebut dengan membayar iuran atau premi ?

a. Sangat bersedia

147

b. Bersedia

c. Tidak bersedia

d. Tidak tahu

3. Berkaitan dengan pertanyaan Nomor. 2, jika saudara bersedia mengikuti

program Jamkesda mandiri di Jawa Timur berapa besarnya iuran atau

premi yang saudara harapkan ?

a. Rp 20.000 – Rp. 25.0000 / bulan

b. Rp 26.000,- Rp. 30.000 / bulan

c. Rp 31.000,- Rp. 35.000 /bulan

d. Rp. 36.000 – Rp. 40.000 /bulan

e. > Rp. 40.000 / bulan

4. Bilamana BPJKD menyelenggarakan program Jamkesda mandiri,

bagaimana sistem pembayaran iuran atau premi dari peserta harus

dilakukan ?

a. Setiap bulanan

b. Setiap 3 Bulan

c. Setiap 6 Bulan

d. Setiap tahun

5. Bilamana saudara mengikuti program Jaminan Kesehatan Daerah Mandiri,

bagaimanakah mekanisme pembayaran iuran atau premi kepada BPJKD

harus dilakukan ?

a. Dibayarkan sendiri ke BPJKD

b. Dibayarkan melalui perusahaan (pengusaha)

c. Dibayarkan melalui koordinator

c. Tidak tahu

148

6. Bilamana BPJKD menyelenggarakan program Jamkesda mandiri, apakah

saudara bersedia menjadi koordinator dalam pengumpulan iuran atau

premi untuk penyelenggaraan program Jamkesda mandiri tersebut ?

a. Sangat bersedia

b. Bersedia

c. Tidak bersedia

d. Tidak tahu

7. Bilamana BPJKD menyelenggarakan program Jamkesda Mandiri, maka

peserta program jaminan kesehatan daerah mandiri akan memperoleh

pelayanan meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap, penunjang, gawat

darurat, rehabilitasi medik dan mental, baik tingkat pertama maupun

lanjutan sesuai ketentuan paket manfaat yang diatur oleh BPJKD.

Bagaimana tanggapan saudara terhadap ketentuan paket manfaat bagi

peserta program Jamkesda Mandiri tersebut ?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Tidak tahu.

8. Bilamana saudara mengikuti program Jamkesda mandiri, maka saudara

akan mendapatkan paket manfaat pelayanan kesehatan yang

dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang sesuai indikasi medis,

dimana pelayanan kesehatan tingkat pertama dilaksanakan oleh

Puskesmas dan jaringannya, serta Bidan Praktek Swasta, serta pelayanan

kesehatan tingkat lanjutan dilaksanakan oleh pemberi pelayanan

kesehatan rujukan yang mempunyai perjanjian kerjasama dengan BPJKD.

149

Puskesmas (strata pertama) merujuk ke Rumah Sakit tipe D, C dan B

(strata dua), Rumah Sakit tipe D, C dan B merujuk ke Rumah Sakit tipe A

(strata tiga). Bagaimana tanggapan saudara terhadap ketentuan

mekanisme pelayanan kesehatan dengan sistem rujukan secara terstruktur

dan berjenjang dalam program jaminan kesehatan daerah mandiri

tersebut?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Tidak tahu.

Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenarnya

sebagai upaya menyusun kebijakan program jaminan kesehatan daerah mandiri

di Jawa Timur

Surveyor, Responden,

...................................... ........................................

150